• Tidak ada hasil yang ditemukan

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Volume 3, Nomor2, August 2021, p.

ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Di

Dalam Rumah Di Pekon Sukadamai K

Kabupaten Tanggamus

Diah Rarasati1*); Riska Hediya Putri

1

*),2,3,4Program Studi Kebidanaan Program Sarjana Terapan

ARTICLE INFO Kata Kunci: Smoking Knowledge Education Behavior *) corresponding author Diah Rarasati

Program Studi Kebidanaan Program Sarjana Terapan Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

Email: kenzierakiargani@gmail.com DOI: 10.30604/well.162322021

PENDAHULUAN

Rokok masih menjadi polemik di masyarakat rokok masih menjadi polemik di masyarakat. Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya, selain itu merokok juga bertanggung jawab terhadap kematian satu dari lima orang.Diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok aktif yang ada di dunia. Data epidemi

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

, p. 137 – 146 2656-0062 (online)

Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Di

Di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip

ya Putri2; Nila Qurniasih3; Ani Kristianingsih4

Program Sarjana TerapanFakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

A B S T R A C T

Program Studi Kebidanaan Program Sarjana

Lung cancer ranks on the first as the cause of death, which is 12.6% (Globocan, 2018). The genesis of lung cancer in Indonesia is based on data from the Friendship Center General Hospital, 87% of lung cancer cases are caused by smoking behavior, both passive and active smokers. The number of smokers in Indonesia is still high, the number of passive smokers is 78.4% or 133.3 million adults exposed to cigarette smoke in their homes. Passive smokers can be attacked by various diseases such as lung cancer and respiratory diseases because cigarette smoke contains more than 4000 chemicals. In addition, if it is associated with maternal and child health, smoking can cause ARI disease that attacks the human respiratory tract with the number of infected children mostly in children. The research objective was to determine the correlate factors to the smoking behavior in the home at Pekon Sukadamai of Gunung Alip Sub-District in Tanggamus Regency. This type of research is a quantitative research with a cross sectional study design. The population in this research were all households with infants and toddlers in Sukadamai Village, amounting to 63 families. The sample in this research amounted to 63 respondents. Sampling in this research used a total sampling technique. The analysis used the chi square test.

The results of the research showed that there was no correlation between knowledge (p value 0.90) and atti tude (p value 0.07) with smoking behavior in the home at Pekon Sukadamai of Gunung Alip sub-district in Tanggamus Regency (p value = 0.000). Suggestions for the community are expected to be more diligent in adding insight by following the counseling provid ed by the public health center.

This is an open access article under the CC–BY

Rokok masih menjadi polemik di masyarakat rokok masih menjadi polemik di masyarakat. Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya, selain itu merokok juga bertanggung jawab terhadap kematian satu dari lima ng.Diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok aktif yang ada di dunia. Data epidemi

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Di

ecamatan Gunung Alip

Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

Lung cancer ranks on the first as the cause of death, which is 12.6% (Globocan, 2018). The genesis of lung cancer in Indonesia from the Friendship Center General Hospital, 87% of lung cancer cases are caused by smoking behavior, both passive and active smokers. The number of smokers in Indonesia is still high, the number of passive smokers is 78.4% or 133.3 to cigarette smoke in their homes. Passive smokers can be attacked by various diseases such as lung cancer and respiratory diseases because cigarette smoke contains more than 4000 chemicals. In addition, if it is associated with maternal smoking can cause ARI disease that attacks the human respiratory tract with the number of infected children mostly in children. The research objective was to determine the correlate factors to the smoking behavior in the home at Pekon District in Tanggamus Regency. This type of research is a quantitative research with a cross sectional study design. The population in this research were all households with infants and toddlers in Sukadamai Village, sample in this research amounted to 63 respondents. Sampling in this research used a total sampling technique. The analysis used the chi square test. The results of the research showed that there was no correlation

tude (p value 0.07) with smoking behavior in the home at Pekon Sukadamai of Gunung district in Tanggamus Regency (p value = 0.000). Suggestions for the community are expected to be more diligent in ed by the public BY-SA license.

Rokok masih menjadi polemik di masyarakat rokok masih menjadi polemik di masyarakat. Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya, selain itu merokok juga bertanggung jawab terhadap kematian satu dari lima ng.Diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok aktif yang ada di dunia. Data epidemi

(2)

tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari 5 (lima) juta orang setiap tahunnya. Jika hal tersebut terus berlanjut maka diproyeksikan akan terjadi 10 (sepuluh) juta kematian pada tahun 2020, dengan 70% kematian terjadi di negara sedang berkembang(Ediana, 2016)

Berdasarkan data World Health Organization, Indonesia memiliki jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Terdapat sekitar lebih dari 40,3juta anak yang tinggal dengan perokok dan terpapar oleh asap rokok. Kebiasaan merokok terutama di dalam keluarga sangat merugikan kesehatan karena dapat menyebarkan penyakit kepada orang yang berada disekitar perokok tak terkecuali anak-anak (Yunus dkk, 2020).

Menurut data Global Adult Tobacco Survey, kecacatan akibat tembakau adalah lebih dari 3,5 juta tahun hidup hal ini setara dengan kehilangan ekonomi sebesar 106 triliun rupiah. Merokok berdampak mematikan, merokok merenggut nyawa setidaknya 244.000 orang setiap tahunnya, Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia, Kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6%. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok (CNN Indonesia, 2017).

Banyaknya jumlah perokok pasif yaitu 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa terpapar asap rokok didalam rumahnya. Menjadi seorang perokok pasif dapat menimbulkan berbagai penyakit karena dalam asap rokok terkandung lebih dari 4000 bahan kimia. Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu ISPA yang menyerang saluran pernafasan manusia dengan jumlah penderita infeksi kebanyakan pada anak (Syahputra, dkk, 2014).

Selain itu dampak dari paparan rokok terutama pada ibu hamil adalah asap tembakau mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, diantaranya merupakan zat beracun, seperti karbon monoksida (CO), polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain, serta partikel pemicu kanker contoh nyatar, benzopyrenes,vinilklorida, dan nitro-sonornicotine. Semakin lama ibu hamil bersama perokok aktif di dalam rumah dengan rata-rata ibu terpapar asap rokok >7 jam setiap harinya, maka risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah semakin tinggi. Zat berbahaya dari rokok yang terisap oleh ibu hamil akan terbawa ke aliran darah ibu sehingga menyebabkan penerimaan oksigen bayi maupun plasenta berkurang, yang berarti berkurang juga penerimaan nutrisi untuk bayi. Hal ini akan kematian sel karena kekurangan oksigen. Hipoksia pada janin dan menurunnya aliran darah umbilikal dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga menyebabkan BBLR (Hanum dan Adityo, 2016).

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, menunjukkan bahwa secara nasional Riskesdas 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia 18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%. Indonesia khususnya pada daerah Lampung merupakan provinsi dengan jumlah perokok terbesar ke 6 dari 33 provinsi di Indonesia dengan jumlah perokok sebanyak 26,5% dari rata-rata jumlah perokok di Indonesia yaitu 29,3%. Rerata jumlah batang rokok yang dihisap penduduk umur ≥ 10 tahun sebanyak 12,1 setara dengan 1 bungkus rokok.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi perokok, antara lain faktor intrinsik yang meliputi faktor jenis kelamin, faktor kepribadian, faktor pekerjaan dan faktor kepercayaan. Faktor ekstrinsik meliputi pengaruh keluarga dan lingkungan sekitar, pengaruh teman sebaya, pengaruh iklim, iklan rokok, kemudahan memperoleh rokok, tidak adanya aturan serta sikap petugas kesehatan (Faridah, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ediana (2016) yang berjudul faktor – faktor yang berhubungan dengan merokok dalam rumah di kelurahan Tarok. Menunjukkan

(3)

Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2% responden memiliki perceive behavioral yang tinggi, 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Perilaku merokok di dalam rumah dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Yunus dkk, 2020). Maka dari itu perlu peningkatan kesadaran dengan keluarga agar tidak merokok di dekat anak. peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan.

Hasil pra survey pada bulan Desember 2020 yang dilakukan di salah satu pekon di bawah puskesmas Kedaloman yaitu Pekon Sukadamai adalah dari 257 KK, yang merokok ada 121 KK ( 47,08%). Data jumlah kepala keluarga yang memiliki bayi dan balita adalah 63 orang. Data kejadian ISPA pada periode Januari – Desember 2020 adalah 574 kasus dari jumlah balita 1.874 Hampir separuhnya rumah tangga di Pekon Sukadamai berperilaku merokok, ini membukikan bahwa masih banyaknya rumah tangga yang masih merokok di dalam rumah.

Berdasarkan hasil wawancara bebas, didapatkan tidak sedikit masyarakat yang merokok dalam rumah, yaitu dari 10 orang, diperoleh data 8 orang (80%) diantaranya adalah orang yang merokok didalam rumah. Disamping itu, pada survey awal penulis juga mendapatkan informasi bahwa terdapat 7 dari 10 orang (70%) yang mempunyai sikap yang negatif pada perilaku pencegahan merokok. Pada ibu rumah tangga didapatkan 4 orang mengatakan susah untuk mengedukasi kepala keluarga yang telah lama merokok.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus”.

METODE

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Subjek Penelitian Seluruh rumah tangga (KK) yang memiliki bayi dan balita di Pekon Sukadamai yang berjumlah 63 KK. Objek Penelitian adalah Faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok dalam rumah ( Pengetahuan, sikap, dan pendidikan). Waktu Penelitian ini dilakukan pada 30 Maret sampai 15 April 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Tabel 1

Perilaku merokok dalam rumah, Pengetahuan, Sikap, Pendidikan.

Variabel Kategori n (%)

Perilaku Merokok Tidak merokok 23 36,5 Perokok ringan 14 22,2 Perokok berat 26 41,3 Pengetahuan Baik 55 87,3 Kurang baik 8 13,7 Sikap Positif 38 60,3 Negatif 25 39,7 Pendidikan Tinggi 15 23,8 Rendah 48 76,2 Total 63 100

(4)

Berdasarkan tabel4.1 distribusi frekuensi perilaku merokokdi dalam rumah didapatkan hasil lebih banyak responden dalam kategori perokok berat yaitu sebanyak 26 responden (41,3%), pengetahuan baik yaitu sebanyak 55 responden (87,3%), sikap dalam kategori positif yaitu sebanyak 38 responden (60,3%), pendidikan rendah yaitu sebanyak 48 responden (76,2%).

Analisis Bivariat

Tabel 2

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

Pengetahuan Perilaku merokok

N %

p value Tidak merokok Perokok ringan Perokok berat

n % n % N %

Baik 20 36,4 12 21,8 23 41,8 55 100 0,97 Kurang 3 37,5 2 25,0 3 37,5 8 100

Total 23 36,5 14 22,2 26 41,3 63 100

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus diperoleh dari 55 responden berpengetahuan baik ada sebanyak 20 responden (36,4%) responden yang tidak merokok, 12 responden (21,8%) perokok ringan dan 23 responden (41,8%) perokok berat. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p value= 0,97> α 0,05 berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

Tabel 3

Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

Sikap Perilaku merokok

N %

p value Tidak merokok Perokok ringan Perokok berat

n % n % N %

Positif 14 36,8 5 13,2 19 50,0 38 100 0,070 Negatif 9 36,0 9 36,0 7 28,0 25 100

Total 23 36,5 14 22,2 26 41,3 63 100

Hasil analisis hubungan sikap dengan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dari 38 responden dengan kategori sikap positif ada 14 responden (36,8%) kategori tidak merokok, 5 responden (13,2%) perokok ringan dan 19 responden (50,0%) perokok berat. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p

value= 0,07>α 0,05 berarti tidak ada hubungan sikap dengan perilaku merokok di dalam rumah

di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

Tabel 4

Hubungan Pendidikan dengan Perilaku di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

Pendidikan Perilaku merokok

N %

p value Tidak merokok Perokok ringan Perokok berat

n % n % N %

Tinggi 12 80,0 0 0,0 3 20,0 15 100 0,000 Rendah 11 22,9 14 29,2 23 47,9 48 100

(5)

Hasil analisis hubungan pendidikan dengan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dari 15 responden dengan Pendidikan Tinggi ada 12 responden (80,0%) kategori tidak merokok, 0 responden (0%) perokok ringan dan 3 responden (20,0%) perokok berat. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p value= 0,000<α 0,05 berarti ada hubungan pendidikan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus.

PEMBAHASAN

Perilaku Merokok Di dalam rumah (Variabel Dependent)

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi perilaku merokokdi dalam rumah didapatkan hasil lebih banyak responden dalam kategori perokok berat yaitu sebanyak 26 responden (41,3%).

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai.Namun, dibalik itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang yang ada di sekitar perokok yang bukan perokok.Rokok memiliki bahan kandungan yang berbaya.Bahkan masyarakat umum pun tahu bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan ( Kalambean, 2016).

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena memiliki aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ediana (2016) tentang “Faktor-Faktoryang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Di Dalam Rumah Di Kelurahan Tarok. Hasil dari penelitian ini adalah Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2% responden memiliki perceive behavioral yang tinggi, 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal.

Menurut pendapat peneliti perilaku merokok merupakan perilaku yang sulit dihindari oleh masyarakat mulai dari kalangan remaja hingga lansia yang meskipun mereka tahu bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan, khususnya membahayakan bagi kesehatan orang – orang di lingkungan sekitar terutama ibu hamil, bayi, dan balita. Merokok pasif dapat menyebabkan berbagai penyakit khususnya bagi balita yang tinggal 1 rumah yaitu salah satunya adalah penyakit ISPA.

Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi pengetahuan didapatkan hasil lebih banyak respondendengan kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 55 responden (87,3%).

Menurut Notoadmodjo (2014), pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

(6)

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Husein dan Maria (2019) yang berjudul Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Remaja. Hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan responden dengan kategori pengetahuan tinggi adalah 27 responden (60,%)dan 45 responden.

Menurut pendapat peneliti jika seseorang sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok diharapkan tidak akan merokok. Namun, masih banyak perokok yang tidak peduli dengan resiko merokok terhadap kesehatan meskipun mereka sudah mengetahuinya. Hal ini dkarenakan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sangat multifaktorial, diantaranya lingkungan sekitar, kepercayaan dan peran serta dari tokoh masyarakat. Mereka beranggapan dengan merokok mereka dapat dengan mudah bergaul.

Sikap

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi sikap responden didapatkan hasil lebih banyak responden yang sikap dalam kategori positif yaitu sebanyak 38 responden (60,3%).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang yang merupakan kombinasi antara kognitif dan afektif terhadap suatu objek atau stimulus. Sikap akan terbentuk dari interaksi social yang dialami individu (Azwar, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Heryanto dkk (2017) yang berjudul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gambar Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja. Hasil penelitian menunjukan hasil sebagian besar responden dengan kategori sikap positif yaitu 81 responden dari 153 responden.

Menurut pendapat peneliti faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bersikap salah satunya adalah kepercayaan. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya. Dari kepercayaan-kepercayaan tersebut, akhirnya membuat perokok untuk tetap menjalankan aktifitas merokok perokok, atau sebaliknya membuat perokok memiliki niat untuk berhenti merokok atau mengurangi intensitas merokoknya.

Sesuai dengan teori Sikap yang dikemukkan oleh Wawan dan Dewi (2010)6 dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.

Pendidikan

Hasil analisis distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden didapatkan hasil lebih banyak respondendengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 48 responden (76,2%).

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yaitu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajararan dan pelatihan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Rorimpandy dkk (2021) yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Dengan Tindakan Merokok Pada Kepala Keluarga Di Desa Pinaesaan Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa” Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian menunjukkan pendidikan terbanyak ada pada pendidikan SMA dengan jumlah yaitu 61 kepala keluarga (52,6%) dan sisanya adalah D1-S2 dengan jumlah 13 kepala keluarga (11,2%).

(7)

Menurut pendapat peneliti pendidikan dapat berkaitan dengan pengetahuan seseorang. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima informasi sehingga mampu mengaplikasikan dengan perilaku kesehatan.

Pembahasan Bivariat

Hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok di dalam rumah

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus diperoleh dari 55 responden berpengetahuan baik ada sebanyak 20 responden (36,4%) responden yang tidak merokok, 12 responden (21,8%) perokok ringan dan 23 responden (41,8%) perokok berat. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p value= 0,97> α 0,05 berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus .

Pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang memengaruhi perilaku seseorang, mereka yang berpengetahuan tinggi diharapkan berperilaku positif. Pengetahuan merupakan modal dasar bagi seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku baik. Orang yang dipenuhi banyak pengetahuan akan mempersepsikan informasi tersebut sesuai dengan predisposisi psikologisnya. Pengetahuan yang tinggi tentang rokok pada remaja cenderung memperkecil kemungkinan remaja tersebut berperilaku merokok. Hal ini disebabkan remaja tersebut telah mengetahui bahaya atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok (Alamsyah dan Nopianto, 2017)

Hasil penelitian ini sejalan dengan Budiyati dkk, (2021) yang berjudul Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Pada Remaja.Hasil penelitianmenunjukan analisis data bivariabel menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok (p value 0,132), ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok dengan p value 0,002 dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap merokok (nilai p 0, 339).

Menurut asumsi peneliti pengetahuan yang baik terhadap bahaya merokok seharusnya dapat mencegah untuk melakukan perilaku merokok. Namun ternyata banyak masyarakat berfikir dapat tetap menjadi perokok meskipun pengetahuan mereka baik terhadap bahaya merokok. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain antara lain yaitu pengaruh teman, lingkungan, adanya kemudahan akses terhadap rokok. Meskipun banyak orang telah mengetahui bahaya merokok, namun seolah hal tersebut tidak membuat perilaku merokok mengalami penurunan. Bahkan merokok sudah menjadi suatu hal yang dapat ditolerir oleh masyarakat.

Pada penelitian ini para orangtua memahami bahaya merokok bagi lingkungan sekitar rumah terutama bagi yang memiliki bayi, dan balita ataupun istri yang sedang hamil, tetapi diantara 55 responden yang memiliki pengetahuan baik ada 23 responden (41,8%) perokok berat hal ini dikarenakan responden sulit untuk menghentikan perilaku merokoknya yang sudah ada sejak responden belum menikah, dan apabila tidak merokok beberapa responden merasakan lemas dan pusing.

Berdasarkan hasil analisis pertanyaan pengetahuan, pertanyaan yang skornya paling rendah dari jawaban responden adalah pertanyaan nomor 4 yaitu perokok pasif adalah Orang yang tidak merokok tapi karena dia sering berada di dekat orang yang sedang merokok dan ikut menghirup asap rokok. Pada pertanyaan ini responden kurang memahami istilah perokok pasif.

(8)

Hubungan sikap dengan perilaku merokok dalam rumah

Hasil analisis hubungan sikap dengan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dari 38 responden dengan kategori sikap positif ada 14 responden (36,8%) kategori tidak merokok, 5 responden (13,2%) perokok ringan dan 19 responden (50,0%) perokok berat. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p

value= 0,07>α 0,05 berarti tidak ada hubungan sikap dengan perilaku merokok di dalam rumah

di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

Azwar (2016),berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tertutup. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesediaan atau kesiapan seseorang untuk bertindak, serta bukan karena suatu motif tertentu. Sikap itu masih merupakan suatu perilaku yang tertutup, bukan merupakan reaksi ataupun tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ediana (2016) tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Di Dalam Rumah Di Kelurahan Tarok. Hasil dari penelitian ini adalah Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2% responden memiliki perceive behavioral yang tinggi, 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032;OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan perceive behavioral (p =0,152; OR =2,5).

Menurut pendapat peneliti Sikap berbeda dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, karena sering kali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Responden yang memiliki sikap positif terhadap perilaku merokok belum tentu tidak merokok. Sikap yang muncul dari dalam diri seseorang harus dibarengi dengan factor lain seperti ketersediaan fasilitas, sikap tenaga kesehatan juga perilaku tenaga kesehatan itu sendiri, maupun pengetahuan responden itu sendiri. Dimana pada penelitian ini tidak dilakukan pengkajian terhadap faktor – faktor tersebut.

Pada penelitian ini dari 38 responden dengan kategori sikap positif ada 19 responden (50,0%) perokok berat hal ini dikarenakan responden memahami bahaya merokok bagi lingkungan sekitarnya terutama bagi responden yang memiliki bayi dan balita hanya saja responden belum dapat menghentikan perilaku merokok responden yang emang sudah sejak masa lajang.

Pada penelitian ini sikap negatif yang terbanyak adalah pernyataan nomor 2 dan 3 yaitu

Saya merasa lebih percayadiri jika sedang merokok dan

Sayabebasmerokokdimanasajasayaingin merokok, hal ini memang lazim di masyarakat, walaupun sudah mengetahui bahaya merokok tetapi untuk berhenti merokok masih cukup sulit. Pada perilaku responden yang merokok, responden menganggap merokok dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka, hal ini bisa dikaitkan bahwa responden menggap rokok sebagai kebutuhan dasar harga diri, sehingga jika tidak merokok dianggap menurunkan prestise atau harga diri mereka.

Hubungan pendidikan dengan perilaku merokok dalam rumah

Hasil analisis hubungan pendidikan dengan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dari 15 responden dengan

(9)

Pendidikan Tinggi ada 12 responden (80,0%) kategori tidak merokok, 0 responden (0%) perokok ringan dan 3 responden (20,0%) perokok berat. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p value= 0,000<α 0,05 berarti ada hubungan pendidikan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan di mana dia hidup .

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurdiennah dkk (2017) yang berjudul faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok Di Kota Semarang tahun 2017. Hasil penelitian menunjukan kategori tingkat pendidikan responden yaitu pendidikan lanjut (SMA, Diploma, S1) dan pendidikan dasar (SD, SMP), sebagian besar responden berada pada kategori tingkat pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sebesar 66.7%.

Menurut pendapat peneliti semakin tinggi pendidikan maka peluang untuk tidak mengkonsumsi rokok semakin tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan, maka pengetahuan tentang bahaya rokok umumnya akan semakin tinggi. Sehingga lebih memahami bahwa merokok dapat membahayakan lingkungan sekitar terutama bayi dan balita serta ibu hamil. Pada penelitian ini ada 3 responden (20,0%) dengan pendidikan tinggi tetapi masih merokok hal ini disebabkan karena dengan merokok responden lebih dapat menjaga sosial behavior dengan lingkungan kerjanya, sehingga kebiasaan tersebut sulit dihentikan.

KESIMPULAN

Distribusi frekuensi perilaku merokokdi dalam rumah didapatkan hasil lebih banyak responden dalam kategori perokok berat yaitu sebanyak 26 responden (41,3%), pengetahuan baik yaitu sebanyak 55 responden (87,3%), sikap dalam kategori positif yaitu sebanyak 38 responden (60,3%), pendidikan rendah yaitu sebanyak 48 responden (76,2%). Tidak ada hubungan pengetahuan (p value = 0,97), sikap (p value = 0,07), ada hubungan pendidikan (p value = 0,000) dengan perilaku merokok di dalam rumah di Pekon Sukadamai Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus.

SARAN

Diharapkanbagi masyarakat untuk dapat lebih rajin dalam menambah wawasan dengan mengikuti penyuluhan – penyuluhan yang di berikan oleh pihak Puskesmas. Mengupayakan suatu program yaitu penjaringan keluarga bebas asap rokok dengan memberikan rehabilitasi bagi kepala keluarga yang bersedia berhenti merokok dengan memberikan intervensi pengganti rokok seperti permen jahe, atau permen mint yang dapat mengurangi frekuensi merokok. Lebih memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber informasi untuk mengarahkan masyarakat melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan demikian, perilaku merokok di Pekon Sukadamai akan lebih terpantau dan angka kejadian ISPA akan ikut menurun dengan banyaknya masyarakat yang ber PHBS.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Rika Mayasari, (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok

dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan, Tesis,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Azwar S. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Budiman & Riyanto A. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap. Dalam

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

CNN, (2017). Rokok bikin ratusan triliun hangus untuk biaya kesehatan. CNN Indonesia Ediana Dina, (2016). Faktor – faktor yang berhubngan dengan perilaku merokok Di dalam

rumah di Kelurahan Tarok. Jurnal Human Care. Volume 1 No. 1 Tahun 2016.

Faridah, (2015). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Remaja di SMK “X” Surakarta. Jurnal Keehatan Masyarakat. Volume 3. No.3 April 2015

Hani, Ummi. et al. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta; Salemba Medika.

Helmi Darma. (2016). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku. Merokok Pada Rumah Tangga Di Kabupaten Lima Puluh Kota. Thesis Universitas Andalas

Kemenkes. RI (2016).Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Available from : http://www .depkes.go.id/resources/downloa d/pusdatin/infodatin/infodatin-hari-tanpa- tembakau-sedunia.pdf

Kemenkes RI (2011). Pecandu Narkoba Banyak Berawal dari Kecanduan Rokok. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Available from : http://www.depkes.go.id/ resources/dow nloa d/pusdatin/infodatin/infodatin-hari-tanpa- tembakau-sedunia.pdf

Kalemben, Sartika (2016). Perilaku Merokok Pada Mahasiswi di Universitas Hasanudin Kota Makassar Tahun 2016. Skripsi Universitas Hasanudin Makassar.

Mubarak, dkk (2016). Buku Ajar Ilmu. Keperawatan Dasar . Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo,S.(2014). PromosiKesehatandanIlmu Prilaku.CetakanI.Jakarta.Penerbit Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S.(2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta . Rineka Cipta

Proverawati,dan Rahmawati. (2012). Perilaku hidup bersih dan sehat. (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono (2014), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2018.

Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan. Perilaku

Manusia.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Yunus dkk, (2020). Status gizi perilaku merokok di dalam rumah dengan kejadian pneumonia. Journal community medicine and public health of indonesia journal. Vol. 1, No.1 Juni 2020.

Referensi

Dokumen terkait

(DUT),Politeknik Tuanku Sultanah Bahiyah,Kulim Kedah semasa menjalani latihan industry (LI).Kajian ini akan mengkaji dapatan daripada borang soal selidik yang telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: 1) kualitas produk terhadap kepuasan konsumen pada Waroeng Jeans Cabang Jalan P.Antasari Kota Samarinda.; 2) kualitas

Hasil uji paired sample t-test didapatkan nilai p value 0,000&lt; 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap pengurangan nyeri

Berdasarkan hasil analisis penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun

Berdasarkan hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMP N II Sukoharjo pada tanggal 19 September 2020 terhadap 12 remaja putri kelas VII dengan tekhnik

Dari latar belakang diatas Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan dari akar rumput petiver bagi kesehatan kulit dengan kemampuan antiseptik tertinggi

Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai p &lt; 0,05, artinya Ada Hubungan tumbuh kembang dengan kejadian stunting pada balita di posyadu latifah 1 gading rejo

Hasil wawancara yang telah dilakukan pada beberapa responden pada saat Posyandu di Pekon Pariaman didapatkan bahwa ibu mengatakan sudah tahu manfaat pemberian