• Tidak ada hasil yang ditemukan

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Volume 3, Nomor2, August 2021, p.

ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656

Pemanfaatan dalam Mengoptimalisasi E

Sebagai Antiseptik pada Kulit

Budiman1*); Hardiana2; Muhammad Arsyad

1

*),2,3Institut Agama Islam Negeri Parepare

ARTICLE INFO Kata Kunci: Root Extract Petiver Grass Antiseptic Bark *) corresponding author Budiman

Institut Agama Islam Negeri Parepare Email: budimanmts1122@gmail.com

DOI: 10.30604/well.152322021

PENDAHULUAN

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian lingkungan sekitar masih rendah, dapat dilihat dari tingginya angka pemetaan penyakit di Indonesia. Upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan, yang dapat menurunkan potens

Kebersihan tangan sangat penting untuk

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

, p. 237–244

2656-0062 (online)

Pemanfaatan dalam Mengoptimalisasi Ekstrak Akar Rumput V

Sebagai Antiseptik pada Kulit

Muhammad Arsyad3 Institut Agama Islam Negeri Parepare

A B S T R A C T

This paper is about the use of optimizing root extracts through the roots of vetiver grass as an antiseptic on the skin. Petiver grass root is the grass that has antioxidant properties. The purpose of this study was to determine the content of vet iver grassroots for skin health. This study used a quasi-experimental method (distillation) and distillation with a quantitative approach. The research data was collected through direct observation with the surrounding environment. which results in an anti

skin. In practice, many people find benefits from vetiver root. due to the lack of awareness of the community in researching the surrounding environment, especially regarding the roots of vetiver grass which people perceive as garbage even th has benefits on the skin. If this happens, the level of public awareness will decrease, resulting in the effect of a lack of public understanding in achieving goals. Only a small part of the community understands the importance of utilizing surroun plants, some of them use it because it is to provide food for herbivorous animals even though it has benefits for skin health. This results in a lack of public interest in conducting experiments, so things should be known but not known. If one of them

the reason is that they do not have the talent for research. So that with conditions like this makes people worry about the level of concern. Therefore, it is necessary to conduct research on the content of vetiver grassroots in order to make it

public to know that vetiver grass has used on the skin. This is the reason through the use of optimizing root extracts through the roots of vetiver grass as an antiseptic on the skin can be built. So that with the research on the content of vetiver grass which is not utilized by the community, it will be useful later, so that it runs as expected.

This is an open access article under the CC–BY

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian lingkungan sekitar masih rendah, dapat dilihat dari tingginya angka pemetaan penyakit di Indonesia. Upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan, yang dapat menurunkan potens

Kebersihan tangan sangat penting untuk meminimalisir masuknya bibit penyakit dan infeksi

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Vetiver

This paper is about the use of optimizing root extracts through the roots of vetiver grass as an antiseptic on the skin. Petiver grass root is the grass that has antioxidant properties. The purpose of iver grassroots for experimental method (distillation) and distillation with a quantitative approach. The research data was collected through direct observation with the surrounding environment. which results in an antiseptic to the skin. In practice, many people find benefits from vetiver root. due to the lack of awareness of the community in researching the surrounding environment, especially regarding the roots of vetiver grass which people perceive as garbage even th ough it has benefits on the skin. If this happens, the level of public awareness will decrease, resulting in the effect of a lack of public understanding in achieving goals. Only a small part of the community understands the importance of utilizing surrounding plants, some of them use it because it is to provide food for herbivorous animals even though it has benefits for skin health. This results in a lack of public interest in conducting experiments, so things should be known but not known. If one of them is asked, the reason is that they do not have the talent for research. So that with conditions like this makes people worry about the level of concern. Therefore, it is necessary to conduct research on the easier for the public to know that vetiver grass has used on the skin. This is the reason through the use of optimizing root extracts through the roots of vetiver grass as an antiseptic on the skin can be built. So vetiver grass which is not utilized by the community, it will be useful later, so that it runs as

BY-SA license.

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian lingkungan sekitar masih rendah, dapat dilihat dari tingginya angka pemetaan penyakit di Indonesia. Upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan, yang dapat menurunkan potens i penyakit bibit penyakit dan infeksi

(2)

dalam tubuh, salah satu cara untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan menggunakan antiseptik. Penggunaan antiseptik dapat mengurangi resiko kulit yang kering akibat terlalu sering mencuci tangan dengan sabun. Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya penyakit yang timbul karena bakteri dan kuman.

Akar wangi atau narwastu zizanioides . (Vetiveria zizanioides, Andropogon zizanioides) adalah sejenis rumput yang berasal dari India. Tumbuhan ini dapat tumbuh sepanjang tahun, dan dikenal banyak orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Tumbuhan ini termasuk dalam famili Poaceae, dan masih sekeluarga dengan serai atau padi. Akarnya yang dikeringkan secara tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan pakaian atau barang-barang penting, seperti batik dan keris. Aroma wangi ini berasal dari minyak atsiri yang dihasilkan pada bagian akar. karena mengandung ester yang tersusun oleh senyawa karboksilat asam vetinenat dan senyawa alcohol vetivenol. Oleh karena kemampuannya dalam menghasilkan minyak atsiri, tanaman akar wangi memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Selain itu, akar rumput petiver kaya akan oksidan sehingga sangat membantu dalam penyembuhkan luka pada kulit. Tetapi masyarakat tidak mengetahui manfaat akar vetiver, sebagian masyarakat mengira bahwa rumput ini sebagai penahan erosi, dan jika terdapat dijalan masyarakat menganggapnya sebagai sampah yang dibuang saja. Padahal memiliki kegunaan pada kulit. Selain itu jika dicampurkan dengan daun sirih lebih menambah khasiat akar rumput petiver. Sirih adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lainnya daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern. Pemeliharaan dan pengembangan pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa terus ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui penggalian, pengujian dan penemuan obat-obat baru, termasuk budidaya tanaman yang secara medisdapat dipertanggungjawabkan. Salahsatutanaman berkhasiat untukmenyembuhkanluka bakar adalah lidah buaya (Aloe vera L.) Secara tradisional penggunaan lidah buaya sebagai obat luka bakar yaitu dengan jalan dioleskan bagian daun yang berlendir pada luka sampai lendir menutupi seluruh bagian luka Tanaman lidah buaya daun dan akarnya mengandung saponin dan flavonoid, di samping itu daunnya mengandung tanin dan polifenol. aponin ini mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhakan luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptic.

Penggunaan daun lidah buaya untuk menyembuhkan luka bakar dapat dipermudah dengan membuat dalam bentuk sediaan seperti gel. Gel mempunyai sifat yang menyejukkan, melembabkan, mudah penggunaannya, mudah berpenetrasi pada kulit sehingga memberikan efek penyembuhan. Basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel hidrofobik dan basis gel.Selain itu juga mengunakan lidah buaya. Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) memiliki banyak manfaat yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Lidah buaya memiliki kandungan saponin yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan dan bersifat antiseptik. Selain itu, lidah buaya juga mengandung accemanan yang berfungsi sebagai antivirus, anti bakteri dan anti jamur. Accemanan juga dapat menghilangkan sel tumor dan meningkatkan daya tahan tubuh Dengan memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan pembuatan antiseptik , tidak hanya mampu membunuh bakteri, tetapi juga dapat melembutkan kulit. Hal ini disebabkan karena adanya

(3)

Pemanfaatan dalam Mengoptimalisasi Ekstrak Akar Rumput Vetiver Sebagai Antiseptik pada Kulit lignin yang berguna untuk menjaga kelembaban kulit serta menahan air di dalam kulit, sehingga tidak terjadi penguapan yang berlebihan. Walaupun banyak digunakan secara tradisional maupun komersial, uji klinis terhadap tanaman ini belum membuktikan keefektifan atau keamanan ekstrak lidah buaya untuk pengobatan maupun kecantikan. Daun Aloe vera mengandung senyawa-senyawa fitokimia yang sedang diteliti bioaktivitasnya, seperti senyawa manan terasetilasi, polimanan, antrakuinon C-glikosida, dan senyawa antrakuinon lain seperti emodin dan senyawa-senyawa lektin. Dua zat yang diambil dari lidah buaya digunakan dalam produk kesehatan komersial, yaitu gelnya yang tidak berwarna maupun lateksnya yang berwarna kuning. Gel lidah buaya digunakan untuk obat oles untuk berbagai gejala kulit, seperti luka bakar, luka, radang, radang dingin, psioriasis, Herpes labialis, atau kulit terlalu kering. Lateks lidah buaya dijadikan produk (baik bahan itu sendiri maupun digabungkan dengan bahan lain) untuk obat yang ditelan untuk menyembuhkan sembelit. penggunaan lidah buaya untuk menyembuhkan luka dan luka bakar. Situs itu juga menyebutkan adanya sedikit bukti bahwa penggunaan topikal produk-produk lidah buaya dapat membantu penyembuhan gejala psioriasis maupun radang tertentu pada kulit. Hipotesis dari penelitian lidah buaya berpengaruh terhadap extrak dari rumput petiver. Oleh karena itu, mencoba meneliti kandungan extrak rumput petiver dengan daun sirih dan lidah buaya karena ketiga tumbuhan ini bermanfaat pada kulit. Daun sirih sebagai penganti alkohol.

Dengan mengunakan metode destilasi (penyulingan) dimana akar rumput petiver 50 % dicampur dengan daun sirih 20%. sementara penyulingan akan keluar uap dari akar rumput petiver berubah menjadi air yang menyerupai minyak. Setelah itu, gel lidah buaya 10% sebagai pelembab pada kulit. Kemudian minyak dari rumput petiver dicampur dengan gel lidah buaya semaksimal mungkin. setelah itu, untuk mengawetkan minyak oil rumput petiver ini, maka digunakan natur-e sebagai vitamin pada kulit juga sebagai pegawet supaya tahan lama 3-4 minggu. kualitas dari minyak yang diperoleh pun sangat dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang dilakukan. Dari latar belakang diatas Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan dari akar rumput petiver bagi kesehatan kulit dengan kemampuan antiseptik tertinggi yang ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah bakteriLidah buaya (Aloe vera) adalah spesies tumbuhan dengan daun berdaging tebal dari genus Aloe. Lidah buaya banyak ditemukan dalam produk seperti minuman, olesan untuk kulit, kosmetika, atau obat luar untuk luka bakar.

BAHAN DAN METODE

1) Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat antiseptic pada kulit adalah bahan alami yaitu rumput petiver. juga bahan yang dibeli yaitu natur-e yang dibeli di salah satu supermarket di rappang, serta aloe vera yang ditanam di daerah rappang, sidrap.

2) Alat

Peralatan yang digunakan yaitu selang, talenan, pisau, lem, baskon, kaleng, palu, paku, dan botol obat bekas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi (destilasi) penyulingan dengan pendekatan kuantitatif.

(4)

3) Tahap pelaksanaan penelitian

Meliputi persiapan alat dan bahan, Ekstraksi bahanrumput petiver yang sudah dicuci bersih, dikeringkan kemudian dipotong-potong, kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit pemotongan rumput petiver dalam bentuk kecil, pipihkan tutup kaleng hingga benar muat untuk dimaksukkan kedalam kaleng, lubangi tutup kaleng yang tadi sudah dipipihkan, lubangi kiri kanan bawah baskon,letakkan rumput petiver diatas tutup lalu tutup dengan kaleng yang sudah dilubangi tengahnya, letakkan kaleng yang diisi dengan rumput keatas kompor lalu panaskan hinggan keluar uap dan minyak,Data penelitian dikumpulkan melalui observasi langsung dengan lingkungan sekitar.

4) Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu a. pengambilan rumput petiver dan gel lidah buaya, b. pembuatan extrat rumput petiver.

5) Metode

Dengan mengunakan metode destilasi (penyulingan) dimana akar rumput petiver 50 % dicampur dengan daun sirih 20% . sementara penyulingan akan keluar uap dari akar rumput petiver berubah menjadi air yang menyerupai minyak. Setelah itu, gel lidah buaya 10% sebagai pelembab pada kulit. Kemudian minyak dari rumput petiver dicampur dengan gel lidah buaya semaksimal mungkin. setelah itu, untuk mengawetkan minyak oil rumput petiver ini, maka digunakan natur-e sebagai vitamin pada kulit juga sebagai pegawet supaya tahan lama 3-4 minggu. kualitas dari minyak yang diperoleh pun sangat dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di daerah sidrap lokasinya di desa bulo wattang pada bulan maret 2020. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan. kandungan extrak rumput petiver dengan daun sirih dan lidah buaya karena ketiga tumbuhan ini bermanfaat pada kulit. Daun sirih sebagai penganti alkohol.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan konsentrasi ekstrak rumput petiver, maka aroma yang dihasilkan juga semakin kuat, terbukti pada perlakuan ini yang memiliki aroma rumput petiver yang lebih kuat dibandingkan formulasi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan warna yang cukup terlihat. Warna yang

(5)

Pemanfaatan dalam Mengoptimalisasi Ekstrak Akar Rumput Vetiver Sebagai Antiseptik pada Kulit dihasilkan semakin coklat (keruh). Semakin banyak konsentrasi ekstrak rumput petiver yang ditambahkan daun sirih juga semakin gelap.

Jadi setelah melakukan penelitian didapatkan, bahwa kandungan rumput petiver memberikan dampak terhadap kulit manusia, dengan adanya kandungan lidah buaya menambah efek yang baik pada kulit yaitu dapat melembapkan kulit. Selain itu juga, dengan adanya extrak daun sirih yang sangat membantu dalam menyembuhkan kulit dan luka bakar pada manusia. Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan untuk meneliti tumbuhan-tumbuhan yang ada disekitar kita dan dapat menyadarkan masyarakat tentang pentingnya meneliti tumbuhan-tumbuhan yang dianggap sebagai sampah ternyata memiliki manfaat dalam tubuh manusia. Harapan peneliti semoga bisa membantu memenuhi tugas akhir.

2. Pembahasan

Berdasarkan eksplorasi peneliti,ditemukan beberapa karya tulis yang berkaitan dengan penelitian kami.

1. penelitian yang dilakukan oleh Retno Sari dan Dewi Isadiartuti pada tahun 2006yang berjudul “Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tanganekstrak daun sirih (Piper betle Linn.)”,(Sari & Isadiartuti, 2006) dilaksanakannya penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu bentuk sediaan gel antiseptik tangan dari ektrak daun sirih.

2. Penelitian yang dilakukan olehMuhammad Kurnia Akbar , Aditya Bagus Wicaksana, Adfini Okty Wardhani , Wasi’atur Rohmah, Indah Safitri, Noor Fitri pada tahun 2019 yang berjudul “pengembangan produk berbasis minyak atsiri sabun padat dan cair guna meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat desa pelutan, kecamatan gebang, purworejo”, dilakukannya penelitian ini bertujuan Pemberdayaan masyarakat Desa Pelutan melalui pembuatan produk turunan minyak atsiri, khususnya minyak atsiri sereh dapur berupa sabun padat dan sabun cair.(Akbar, et al., 2019)

3. Penelitian yang dilakukan olehArwinda Gusviputri, Njoo Meliana P. S., Aylianawati, Nani Indraswatipada tahun 2013 yang berjudul “Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik Alami”, dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat kepedulian masyarakat terhadap kebersihan diri dikarenakan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri maupun kuman. Salah satu sarana untuk membersihkan diri adalah sabun.(Gusviputri, Meliana, Aylianawati, & Indraswati, 2013) 4. Penelitian yang dilakukan oleh rohmawati, nina pada tahun 2008 yang berjudul “efek

penyembuhan luka bakar dalam sediaan gel ekstrak etanol 70% daun lidah buaya (aloe vera l.) pada kulit punggung kelinci new zealand”, dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar ekstrak etanol daun lidah buaya dalam sediaan gel.(Rohmawati & Nina, 2008)

5. Penelitian yang dilakukan olehciptiningtyas kensi anggreini Pada tahun 2018 yang berjudul “pemanfaatan daun serai sebagai bahan pembuatan hand sanitizer dalam bentuk gel dengan penambahan alkohol dan triklosan”, dilakukannya penelitian ini bertujuanuntuk menguji organoleptik (aroma, warna, dan pH) yang dihasilkan dari gel hand sanitizer berbahan daun serai dengan penambahan alkohol dan triklosan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimetal dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial sebanyak 2 faktor.(Anggreini, 2018)

Adapun persamaan dari penelitian saya dengan kelima penelitian tersebut yakni metode yang ditekankan melalui studi pustaka agar kegiatan meneliti suatu masalah bisa membantu

(6)

untuk menunjang suatu penelitian. perbedaanya adalah penelitian yang dilakukan ini lebih fokus di teliti pengaruh extrak tumbuhan seperti sereh, dan aloe vera sebagai antiseptik sedangkan penelitianmemiliki kesamaan dengan penelitian saya yaitu bertujuan untuk mengetahui kandungan dari akar rumput petiver bagi kesehatan kulit.

Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud untuk pemanfaatan dalam mengoptimalisasi exstrak akar rumput petiver sebagai antiseptik pada kulit.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan ini memiliki aroma khas rumput petiver yang hampir sama dan tingkat kepekatan aroma yang dihasilkan sesuai dengan banyaknya ekstrak rumput petiver yang ditambahkan. Semakin banyak ekstrak rumput petiver maka semakin kuat aroma yang dihasilkan. Aroma khas rumput petiver yang paling kuat ditunjukkan dengan perlakuan dengan penambahan ekstrak rumput petiver, dikarenakan penambahan ekstrak rumput petiver yang paling banyak sehingga aroma yang ditimbulkan juga semakin kuat. Aroma khas rumput petiver berasal dari komponen utama minyak yang terdapat dalam ekstrak rumput petiver yaitu monoterpen yang berperan dalam menimbulkan aroma dan rasa rumput petiver , selain itu juga karena Tumbuhan ini termasuk dalam famili Poaceae, dan masih sekeluarga dengan serai atau padi. Akarnya yang dikeringkan secara tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan pakaian atau barang-barang penting, seperti batik dan keris. Aroma wangi ini berasal dari minyak atsiri yang dihasilkan pada bagian akar. Tumbuhan ini merupakan komoditas perdagangan minor walaupun cukup luas penggunaan minyaknya dalam industri wangi-wangian.

Perbedaan kepekatan warna diakibatkan karena perbandingan antara penambahan ekstrak rumput petiver yang berwarna coklat pucat. semakin banyak konsentrasi ekstrak rumput petiver maka warna yang dihasilkan semakin pekat, begitu sebaliknya. Warna dari daun sirih, ekstrak rumput petiver tersebut diakibatkan karena adanya kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam rumput petiver yang berwarna coklat pucat, sehingga mempengaruhi keseluruhan warna antiseptic yang dihasilkan. Penambahan alcohol (lidah buaya) maupun triklosan tidak memempengaruhi perubahan warna antiseptic . Sesuai dengan penelitian (Khoirotunnisa, 2008) yang menyebutkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan setelah proses penyulingan memiliki warna kuning pucat yang akan berubah warna menjadi lebih gelap bila teroksidasi lebih lama. dapat dilihat dari Gambar dibawah ini.

(7)

Pemanfaatan dalam Mengoptimalisasi Ekstrak Akar Rumput Vetiver Sebagai Antiseptik pada Kulit Dapat dilihat pada gambar diatas, rumput petivar diolah. Dengan diambil extraknya. Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara kimiawi. Senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa aromatik, minyak atsiri, ester, dan sebagainya yang kemudian menjadi bahan baku proses industri atau digunakan secara langsung oleh masyarakat.

Antiseptic ini nantinya dapat berguna bagi kulit manusia yang memiliki aroma khas rumput petiver. Karena Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh pada manusia. Itu adalah organ terbesar dari sistem tubuh menutupi. Kulit memiliki beberapa lapisan jaringan ektodermal dan penjaga otot, tulang, ligamen dan organ internal yang ada dibawahnya. Variasi kulit seperti menyediakan habitat yang kaya dan beragam untuk beberapa bakteri yang kira-kira 1000 spesies dari 19 filum.(A.Campbell & B. Reece, 2008)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa warna minyak yang dihasilkan adalah warna coklat dan aroma khas rumput petiver. Dari penelitian pemanfaatan lidah buaya sebagai antiseptik alami dalam pembuatan antiseptik Sediaan gel ekstrak daun sirih mempunyai daya antiseptik. kandungan extrak rumput petiver dengan daun sirih dan lidah buaya karena ketiga tumbuhan ini bermanfaat pada kulit. Daun sirih sebagai penganti alkohol. Dengan mengunakan metode destilasi (penyulingan) dimana akar rumput petiver 50 % dicampur dengan daun sirih 20%. pada tahap penyulingan akan keluar uap dari akar rumput petiver berubah menjadi air yang menyerupai minyak. Setelah itu, gel lidah buaya 10% sebagai pelembab pada kulit. Kemudian minyak dari rumput petiver dicampur dengan gel lidah buaya semaksimal mungkin. setelah itu, untuk mengawetkan minyak oil rumput petiver ini, maka digunakan natur-e sebagai vitamin pada kulit juga sebagai pegawet supaya tahan lama 3-4 minggu. kualitas dari minyak yang diperoleh pun sangat dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang dilakukan.Dengan adanya penelitian ini, maka akan berguna bagi kesehatan kulit sebagai antiseptic dalam mengobati luka pada kulit.

DAFTAR PUSTAKA

A.Campbell, N., & B. Reece, J. (2008). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Agung, M. (2010). Pemanfaat Rumput. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Akbar, M. K., Wicaksana, A. B., Wardhani, A. O., Rohmah, W., Safitri, I., & Fitri, N. (2019). Pengembangan Produk Berbasis Minyak Atrisi Sabun Padat dan cair guna meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat desa peluran. Purworejo: Universitas Islam Indonesia.

Anggreini, C. K. (2018). Pemanfaatan Daun Serai Sebagai Bahan Pembuatan Hand Senitixer dalam Bentuk Gel dengan Penambahan alkohol Triklosan. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anik, A. (1984). Ringkasan Biologi. Bandung: Geneca Exact. Bayong, T. (2013). Ilmu Bilogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dwidjoseptro, D. (1992). Pengantar Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

(8)

Gusviputri, A., Meliana, N., Aylianawati, & Indraswati, N. (2013). Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik Alami. Widya Teknik, 11-21.

Rohmawati, & Nina. (2008). Efek penyembuhan luka bakar dalam sediaan gel ekstrak etanol 70% daun lidah buaya (Aloe Vera) pda kulit punggung kelinci New Zeland. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sari, R., & Isadiartuti, D. (2006). Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara yang telah dilakukan pada beberapa responden pada saat Posyandu di Pekon Pariaman didapatkan bahwa ibu mengatakan sudah tahu manfaat pemberian

masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimum pernikahan diusia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthoharoh (2019) dengan hasil data terdapat pengaruh sikap wanita usia subur dengan

Hasil uji paired sample t-test didapatkan nilai p value 0,000< 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap pengurangan nyeri

Berdasarkan hasil analisis penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun

Berdasarkan hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMP N II Sukoharjo pada tanggal 19 September 2020 terhadap 12 remaja putri kelas VII dengan tekhnik

Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, artinya Ada Hubungan tumbuh kembang dengan kejadian stunting pada balita di posyadu latifah 1 gading rejo

Hasil dari penelitian ini adalah Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2%