• Tidak ada hasil yang ditemukan

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Volume 3, Nomor2, August 2021, p.

ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656

Pengetahuan, Kecerdasan Spiritual D

Remaja

Dyah Ayu Saputri1; Riska HediyaPutri

1,2

*)3,4Universitas Aisyah Pringsewu

ARTICLE INFO Kata Kunci: Knowledge Spiritual Intelligence Early Marriage *) corresponding author Riska HediyaPutri

Universitas Aisyah Pringsewu Email: riskahediya17@gmail.com

DOI: 10.30604/well.161322021

PENDAHULUAN

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun (WHO,2013). Pernikahan usia

masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimum pernikahan diusia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu baru sudah boleh menikah (Isnaini, 2013). sedangkan Undang

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

, p. 131 – 136 2656-0062 (online)

Kecerdasan Spiritual Dan Kejadian Pernikahan Dini Pada

HediyaPutri2*); AnggiKusuma3; Surmiasih4

A B S T R A C T

Early marriage is a marriage carried out by a teenage couple under the age of 19 years. Based on the results of a pre which conducted by the researcher in the Tanjung Bintang sub district, there were 33 people who experienced cases of early marriage in adolescents and 33 people who did not experience cases of early marriage. The purpose of this research was to determine the correlation between knowledge and spiritual intelligence with early marriage in adolescents in Tanjung Bintang Sub-District.

The design used in this research is quantitative by applying the Case-Control approach method with a comparison of case groups: Control group 1:1. The population in this research were teenagers who experienced cases of early marriage in Tanjung Bintang Sub-District, while the sample take n was 33 people in the case group: 33 people in the control group with total sampling technique. Bivariate analysis in this study used the gamma test. The results showed that the knowledge level of the case group: the control group was not good on average, namely 24 people (72.7%):15 people (45.5%). While the research result showed that the average spiritual level of cases: controls was low, namely 24 people (72.7%):14 people (42.4%). With gamma test results, the knowledge variable obtained a p-value of 0.0 38 (<0.05) and spiritual obtained a p-value of 0.035 (<0.05) which means that there was a correlation between knowledge and spiritual intelligence with early marriage in adolescents. The results of this research are expected to educate adolescents about ea marriage knowledge and spiritual intelligence in adolescents to reduce cases of early marriage and avoid early marriage.

This is an open access article under the CC–BY

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 ,2013). Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimum pernikahan diusia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan u baru sudah boleh menikah (Isnaini, 2013). sedangkan Undang

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Kejadian Pernikahan Dini Pada

carried out by a teenage couple under the age of 19 years. Based on the results of a pre -survey which conducted by the researcher in the Tanjung Bintang sub -district, there were 33 people who experienced cases of early who did not experience cases of early marriage. The purpose of this research was to determine the correlation between knowledge and spiritual intelligence with early marriage in adolescents in Tanjung

is quantitative by applying the Control approach method with a comparison of case groups: Control group 1:1. The population in this research were teenagers who experienced cases of early marriage in Tanjung n was 33 people in the case group: 33 people in the control group with total sampling technique. Bivariate analysis in this study used the gamma test. The results showed that the knowledge level of the case group:

namely 24 people (72.7%):15 people (45.5%). While the research result showed that the average spiritual level of cases: controls was low, namely 24 people (72.7%):14 people (42.4%). With gamma test results, 38 (<0.05) and value of 0.035 (<0.05) which means that there was a correlation between knowledge and spiritual intelligence with early marriage in adolescents. The results of this research are expected to educate adolescents about ea rly marriage knowledge and spiritual intelligence in adolescents to reduce cases of early marriage and avoid early marriage.

BY-SA license.

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimum pernikahan diusia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan u baru sudah boleh menikah (Isnaini, 2013). sedangkan

(2)

Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia di bawah 20 tahun beresiko terjadi kanker serviks serta penyakit menular seksual (Mardalena,2019).

United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat bahwa sekitar 60 % anak perempuan didunia menikah dibawah usia 18 tahun. Praktek pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.

Indonesia termasuk negara dengan persenatase pernikahan dini tertinggi didunia (ranking 37), tertinggi kedua di Association of South East Asia Nations (ASEAN) setelah Kamboja. Perempuan muda diindonesia dengan usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 % atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 16-20 tahun di Indonesia sudah menikah (Pujiati, 2018).

Berdasarkan hasil Susenas tahun 2018, persentase wanita Lampung berusia kurang dari 16 tahun yang melakukan perkawinan pertamanya sebesar 14,74 persen atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,53 persen. Sebagian besar wanita melakukan perkawinan pertama pada usia 21 tahun keatas dan persentasenya pada tahun 2018 sebesar 39,14 persen meningkat dibandingkan pada tahun 2017 yaitu 37,81 persen (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2019).

Data pernikahan dini yang didapatkan di kecamatan tanjung bintang bahwa setiap tahunnya terdapat peningkatan sekitar 11,1% yang terdata di KUA Tanjung Bintang.

Pernikahan usia anak menyebabkan kehamilan dan persalinan dini. Kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ini berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun (Bappenas, 2020)

Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi. Kehamilan pada usia perempuan yang masih sangat muda juga berisiko pada kematian ibu dan bayi, kelainan pada bayi atau cacat bawaan lahir, tekanan darah tinggi dan bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan di bawah normal, penyakit menular seksual, dan depresi pasca-melahirkan (Bappenas, 2020).

Menurut penelitian Kameliawati (2017) pendidikan SD-SMP ada 17,7% (31 respoden) mengalami pernikahan dini, sedangkan 34,3% (21 responden) tidak melakukan pernikahan dini. Untuk pendidikan SMA-perguruan Tinggi 15,3% (2 responden) melakukan pernikahan dini, sedangkan 29,7% (43 responden) tidak melakukan pernikahan dini.

Seseorang yang akan menikah hendaknya memiliki kecerdasan spiritual yang baik, karena kecerdasan spiritual memberikan suatu rasa yang mendalam tentang perjuangan dalam suatu kehidupan. Individu dengan kecerdasan spiritual lebih tinggi memiliki lebih banyak fleksibilitas, kesadaran diri, wawasan dan pendekatan holistik dalam kehidupan (Ebrahimi, Keykhosrovani, Dehghani, & Javdan, 2012).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan case control. Sampel penelitian ini adalah remaja yang mengalami pernikahan dini dan tidak mengalami pernikahan dini di kecamatan Tanjung Bintang sebanyak 33 responden yang menikah dini dan 33

(3)

responden yang tidak menikah dini. Pada penelitian ini menggunakan total sampling untuk pengambilan sampel.

Intrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner pengetahuan dari Ulfa (2017) yang berisi 32 item pertanyaan dengan nilai indeks validitas berkisar 0,361 serta indeks realiabilitas berkisar 0,953 dengan skala berbentuk likert dan Kuesioner Kecerdasan Spiritual dari Rudyanto (2010) yang berisi 34 item pertanyaan dengan nilai indeks validitas berkisar 0,310-0,675 serta indeks realiabilitas berkisar 0,901 dengan skala berbentuk likert.

Analisis pada penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisis bivariat untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan kecerdasan spiritual dengan kejadian pernikahan dini pada remaja menggunakan uji gamma.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan remaja tentang pernikahan dini di kecamatan tanjung bintang

Tabel diatas dapat dijelaskan dari 33 responden kelompok kasus sebagian besar dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 24 (72.7%). Kemudian dari 33 responden kelompok kontrol sebagian besar dengan pengetahuan cukup sebanyak 16 (48.5%).

b. Distribusi Frekuensi tingkat kecerdasan spiritual remaja tentang kejadian pernikahan dini di kecamatan tanjung bintang

Tingkat kecerdasan

Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Tingkat

kecerdasan Kelompok Kasus N (%) N Rendah 24 72.7 14 42.4 Sedang 6 18.2 18 54.5 Tinggi 3 9.1 1 3.0 Total 33 100.0 33 100.0

Hasil tabel diatasdapat dijelaskan dari 33 responden kelompok kasus sebagian besar dengan tingkat kecerdasan rendah sebanyak 24 (72.2%) Kemudian dari 33 responden kelompok kontrol sebagian besar dengan tingkat kecerdasan sedang sebanyak 18 (54.5%).

Pengetahuan Kelompok Kasus Kelompok Kontrol

N (%) N (%)

Kurang Baik 24 72.7 15 45.5

Cukup 7 21.2 16 48.5

Baik 2 6.1 2 6.1

(4)

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan pernikahan dini di kecamatan

tanjung bitang Pengetahuan

Pernikahan Dini

P-value

Menikah Dini Tidak Menikah Dini Total

N % N % N % Kurang 24 61.5 15 38.5 39 100.0 0.038 Cukup 7 30.4 16 69.6 23 100.0 Baik 2 50.0 2 50.0 4 100.0 Jumlah 33 50.0 33 50.0 66 100.0

Hasil analisis pada tabel 4.4 hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan pernikahan dini di kecamatan Tanjung Bintang, diperoleh bahwa responden dengan pengetahuankurangbaik sebanyak 39, yang menikah dini sebesar 24 (61.5%) dan yang tidak menikah dini sebesar 15 (38.5%). Kemudian responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 23, yang menikah dini sebesar 7 (30.4%) dan yang tidak menikah dini sebesar 16 (69.6%). Dan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 4, yang menikah dini sebesar 2 (50%) dan yang tidak menikah dini sebesar 2 (50%).

b. Hubungan tingkat kecerdasan spiritual remaja dengan pernikahan dini di kecamatan

tanjung bintang. Kecerdasan Spiritual

Pernikahan Dini

P-value

Menikah Dini Tidak Menikah Dini Total

N % N % N % Rendah 24 63.2 14 36.8 38 100.0 0.038 Sedang 6 25.0 18 75.0 24 100.0 Tinggi 3 75.0 1 25.0 4 100.0 Jumlah 33 50.0 33 50.0 66 100.0

Hasil analisis pada tabel 4.5 hubungan tingkat kecerdasan spiritual remaja dengan pernikahan dini di kecamatan Tanjung Bintang, diperoleh bahwa responden dengan kecerdasan spiritual rendah sebanyak 38, yang menikah dini sebesar 24 (63.2%) dan yang tidak menikah dini sebesar 14 (36.8%). Kemudian responden dengan kecerdasan spiritual sedang sebanyak 24, yang menikah dini sebesar 6 (25%) dan yang tidak menikah dini sebesar 18 (75%). Dan responden dengan kecerdasan spiritual tinggi sebanyak 4, yang menikah dini sebesar 3 (75%) dan yang tidak menikah dini sebesar 1 (25%).

Hasilpenelitian Bella Setya Haswati (2019) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada remaja putri di Kecaamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Hasil analisis univariat tentang pengetahuan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan rendah yaitu 50 responden (69.4%)

Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin tahu manusia akan semakin banyak pengetahuan. Rasa ingin tahu mendorongmanusia mengemukakan pertanyaan. Bertanya tentang dirinya, lingkungandi sekelilingnya, ataupun berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya.Begitulah cara manusia mengumpulkan pengetahuan (Jalaluddin, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : Usia, pendidikan, pengalaman, media masa dan sosial budaya. Usia seseorang yang semakin bertambah maka tingkat pengetahuan akan semakin bertambah sesuai dengan pengetahuan yang didapat. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandang terhadap lingkungan dan proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Media masa menjadi alat atau saluran bagi seseorang

(5)

mendapatkan pengetahuan. Sosial budaya berperan sebagai arah dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya sehingga dengan demikian pengetahuan seseorang akan bertambah (Notoatmodjo, 2005 dalam Sandy 2012).

Hasil penelitian Alif Kurniawati (2018) dengan judul hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kepuasan pernikahan pada remaja. Hasil penelitian dari 100 subjek, sebanyak 51 subjek dikategorikan memiliki kecerdasan spiritual tinggi dengan persentase 51%, dan sebanyak 49 subjek dikategorikan memiliki kecerdasan spiritual rendah dengan persentase 49%.

Kecerdasan spiritual pada dasarnya menunjukkan adanya hati nurani dan sifat-sifat mulia serta potensi luar biasa yang terpendam dalam setiap diri manusia, antara lain bermanfaat untuk pengembangan pribadi dengan karakter yang baik. Kecerdasan spiritual menjadikan remaja sadar bahwa mereka mempunyai masalah eksistensial dan membuat mereka mampu mengatasinya atau setidaknya bisa berdamai dengan permasalahan tersebut serta membantu menjalani hidup pada tingkatan makna yang lebih dalam (Daudiah dan Rahayu, 2013)

Kemampuan kecerdasan spiritual untuk memecahkan masalah tertentu dengan memanfaatkan kemampuan kecerdasan spiritual tertentu seperti menggunakan intuisi mereka, atau dengan mengambil perspektif sistem global untuk memecahkan masalah secara lebih holistik dan membahas bagaimana kecerdasan spiritual dapat diterapkan setiap saat dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan makna dan kesejahteraan yang lebih besar dengan mempraktikkan kualitas seperti perhatian, kehadiran, dan welas asih, bahkan dalam menghadapi rasa sakit dan penderitaan (Alifa, 2018)

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar remaja masih banyak memerlukan pengetahuan terkait pernikahan dini dan kecerdasan spiritual yang di berikan oleh orang tua nya dirumah. Pengetahuan dan kecerdasan spiritual yang rendah pada masa remaja dapat megakibatkan meningkatnya kasus pernikahan dini. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan spiritual pada remaja perlunya kolaborasi dari beberapa pihak salah satunya edukasi yangdapat dilakukan disekolah. Penelitian ini perlu dikembangkan lagi dengan menambah jumlah responden , menggunakan variabel lain seperti dukungan orang tua atau pola asuh juga metodelogi penelitiannya yang lain seperti eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. (2019). Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung. Lampung : BPS Provinsi Lampung.

Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak. Jakarta : Kementerian PPN/Bappenas.

Daudiah, I & Rahayu, D.F. (2013). Hubungan Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual) Dengan Kenakalan Remaja Pada Siswa SMK Negeri Tutur Kabupaten Pasuruan. Jurnal Psikologi. 2(1). 31-38.

Ebrahimi, dkk. (2012). Investigating the relationship between resiliency, spiritual intelligence and mental health of a group of undergraduate students. Life Science Journal, 9(1), 67– 70.

(6)

Hasnawati, S.B. (2019). “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini Pada Remaja Putri Di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”. Skripsi. Kesehatan. Kesehatan Masyarakat. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Madiun.

Isnaini, N & Sari, R. (2019). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi Di SMA Budaya Bandar Lampung. Jurnal Kebidanan, 5(1), 77-80.

Jalaluddin. (2013). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kameliawati, F & Juariyah. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini di Desa Yogyakarta Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2016. Jurnal Kelitbangan Pengembangan dan Inovasi Iptek Kabupaten Pringsewu. 2(1). 46-62. Kurniawati, A. (2018). “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Kepuasan

Pernikahan Pada Remaja”. Psikologi. Psikologi. Universitas Muhammadiyah. Malang. Mardalena & Apriani, S. (2019). Penyuluhan Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada

Kesehatan Reproduksi di SMA 1 Sungsang Kabupaten Banyuasin. Jurnal Kebidanan, 1(2), 110-118.

Muslim, K.M. (2018).Tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Terhadap Kebersihan Pribadi Siswa Kelas IV Dan V Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah (MSI) 01 Kauman Pekalongan Tahun 2018. Skripsi. Ilmu Keolahragaan. Pendidikan Olahraga. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

WHO. (2013). Maternal Mortality: World Health OrganizationArikunto, S, (2012), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta ;Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: 1) kualitas produk terhadap kepuasan konsumen pada Waroeng Jeans Cabang Jalan P.Antasari Kota Samarinda.; 2) kualitas

Hasil uji paired sample t-test didapatkan nilai p value 0,000&lt; 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap pengurangan nyeri

Berdasarkan hasil analisis penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun

Berdasarkan hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMP N II Sukoharjo pada tanggal 19 September 2020 terhadap 12 remaja putri kelas VII dengan tekhnik

Dari latar belakang diatas Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan dari akar rumput petiver bagi kesehatan kulit dengan kemampuan antiseptik tertinggi

Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai p &lt; 0,05, artinya Ada Hubungan tumbuh kembang dengan kejadian stunting pada balita di posyadu latifah 1 gading rejo

Hasil dari penelitian ini adalah Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2%

Hasil wawancara yang telah dilakukan pada beberapa responden pada saat Posyandu di Pekon Pariaman didapatkan bahwa ibu mengatakan sudah tahu manfaat pemberian