• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN PADA CAREGIVER PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP SANGLAH DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN PADA CAREGIVER PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP SANGLAH DENPASAR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN

PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN PADA CAREGIVER PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP SANGLAH DENPASAR

PENULIS

Dr. IA KUSUMA WARDANI, SPKJ, MARS

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2016

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Gangguan Cemas ... 8

2.2 Gejala-gejala Kecemasan ... 8

2.3 Epidemiologi Kecemasan ... 9

2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan ... 10

2.5 Ansietas Pada Ruang Intensif Care Unit ... 13

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS ... 27

3.1 Kerangka Berpikir ... 27

3.2 Kerangka Konsep dan Variabel ... 28

3.3 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Rancangan Penelitian ... 28

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.3 Populasi dan Sampel ... 30

4.4 Kriteria sampel ... 30

4.5 Besar Sampel ... 30

4.6 Teknik Pengambilan Sampel... 31

4.7 Variabel Penelitian ... 31

4.8 Definisi Operasional Variabel ... 31

4.9 Instrumen Penelitian... 31

4.10 Prosedur Penelitian... 34

4.11 Penyajian Data ... 35

(3)

BAB V HASIL PENELITIAN ... 37

BAB VI PEMBAHASAN ... 40

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 45

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang sakit yang berobat ke rumah sakit tentunya akan mengalami sakit fisik dan psikis. Masalah fisik dapat terjadi sesuai dengan sakitnya, dan masalah psikis dapat terjadi berupa gangguan cemas, depresi hingga psikosis.

Selain pasien, keluarga atau penunggu pasien serta petugas kesehatan yang dinamakan dengan caregiver seringkali juga mengalami masalah psikologis yang dialami pasien, terutama masalah gangguan cemas.

Setiap orang pernah mengalami pengalaman cemas. Gangguan cemas ini biasanya ditandai dengan perasaan bingung, tidak senang, rasa takut yang tidak jelas, diretai dengan gejala otonom seperti sakit kepala, jangtung berdebar, berkeringat, perasaan tertekan di dada, tidak nyaman didaerah perut, keresahan, yang ditandakan dengan ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama (Sadock & Sadock, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan Christine (2010) di Rumah sakit Advent Medan, bahwa banyak dijumpai kecemasan pada caregiver yang menjalani pengobatan di rumah sakit. Jika hal ini terbukti, maka dengan caregiver yang mengalami gangguan cemas akan berdampak pada buruknya kesembuhan pasien sehingga ini memerlukan perhatian dan penangan yang cukup pada masalah ini.

Pasien yang dirawat pada ruang intensive care adalah pasien-pasien yang memerlukan monitoring ketat terhadap penyakitnya. Jika tidak dilakukan

(5)

monitoring ketat, maka pasien ini akan berisiko besar terjadi mortalitas. Sering kali caregiver pasien yang dirawat disini mengalami gangguan cemas menghadapi

situasi pasien dan lingkungan sekitarnya. Factor kelelahan mendampingi pasien karena perasaan kawatir yang tinggi akan kesembuhanan dan kebingungan apakah pasien dapat tertolong atau akan mengalami kematian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Gangguan cemas sering terjadi pada caregiver yang menjalani pengobatan di rumah sakit namun jarang diketahui.

2. Berapakah angka prevalensi gangguan cemas pada caregivernya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prevalensi gangguan cemas pada caregivernya.

2. Setelah diketahui angka prevalensi gangguan cemas pada caregivernya maka dapat ditangani dengan segera untuk mengoptimalkan pengobatan yang telah diberikan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan bagaimana prevalensi gangguan cemas pada caregiver yang menjalani pengobatan di rumah sakit..

2. Mengetahui apakah perlu dilakukan konsultasi secara rutin dengan Psikiatri CL pada caregiver yang menjalani pengobatan di rumah sakit.

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gangguan Cemas

Cemas dan takut adalah dua hal yang sama-sama ditandai dengan adanya hal yang perlu diperhatikan baik secara internal atau eksternal. Cemas merupakan respon normal dan adaptif untuk menyelamatkan kehidupan dari kehancuran tubuhh, nyeri, memerlukan pertolongan, kemungkinan dihukum, atau adanya rasa frustrasi dikehidupan sosial, perpisahan dengan orang yang dicintai.

Adanya konflik ini mengakibatkan seseorang mengalami peningkatak gejala somatic dan otonom yang dikontrol oleh sistim saraf simpatis dan parasimpatis (Sadock & Sadock, 2015).

Respon cemas pada setiap orang merupakan interaksi yang meliputi ego, apa yang dicapai, pikiran dan dorongan internal serta kejadian eksternal. Seseorang yang fungsi ego terganggua oleh semua atau salah satu hal tersebut yang menyebabkan fungsi egonya menjadi tidak seimbang cenderung akan mengalami kecemasan (Sadock & Sadock, 2015).

2.2 Gejala-gejala Kecemasan

Pengalaman dari kecemasan meliputi 2 komponen, yaitu adanya gangguan Fisiologis dan ketegangan saraf otonom. Adapun gajala cemas antara lain (Sadock

& Sadock, 2015) :

(7)

1. Gejala Fisiologis (Fisik)

Sistem tubuh Gejala

Kardiovaskular Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi atau turun, rasa mau pingsan, denyut nadi menurun

Pernafasan Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah

Neuromuscular Reflex meningkat, mata sering berkedip, insomnia, gelisah, rigiditas, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada perut, diare Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih Kulit Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak

tangan), gatal, panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat diseluruh tubuh.

2. Gejala perilaku, kognitif, dan afektif (Psikis) Sistem tubuh Gejala

Perilaku Gelisah, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, menghindar, menarik diri dari masalah

Kognitif Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, persepsi menurun, lambat berpikir

Afektif Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, ketakutan, alarm, terror, gugup.

2.3 Epidemiologi Kecemasan

Gangguan cemas merupakan gangguan psikiatri yang sangat sering terjadi.

Berdasarkan studi comorbidity nasional mendapatkan bahwa 1 diantara 4 orang didapatkan mengalami gangguan cemas dengan angka prevalen 17.7% dari

(8)

populasi. Jenis kelamin perempuan lebih besar berisiko mengalami gangguan cemas (30.5%) sepanjang hidupnya dibandingkan dengan laki-laki berisiko sekitar 19.2% mengalami gangguan cemas. Prevalensi gangguan cemas akan menurun dengan meningkatnya status ekonomi (Sadock & Sadock, 2015).

Sebesar 29% orang dewasa di Amerika, sepanjang hidupnya mengalami gangguan ini, dan 18% dalam waktu 12 bulan. Orang yang mengalami gangguan cemas akan mengganggu aktifitas sehari-harinya dan pengobatan pertama biasanya dimulai setelah 10 tahun mengalami gangguan ini (Schneier & Milrod, 2014).

2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Ada dua factor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan terhadap seseorang, yaitu faktor Internal dan factor eksternal.

1. Faktor Internal berupa : a. Pengalaman

Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan yang berasal dari berbagai kejadian didalam kehidupan seseorang. Seperti contoh seseorang yang mengalami tindak kekerasan akan merasa sering cemas dibandingkan yang tidak mengalami tindakan kekerasan.

b. Pendidikan

Menurut Nursalam (2003) pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap kemampuan berpikir. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk berpikir rasional dan menagkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah baru.

(9)

c. Tingkat Pengetahuan atau Informasi

Pengetahuan sangat penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.

Pengetahuan yang dimiliki seseoarng nantinya dapa digunakan untuk mengatasi kecemasannya (Notoatmojo, 2003).

d. Respon terhadap Stimulus

Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima seseorang akan mempengaruhi kecemasan yang timbul.

e. Usia

Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima seseorang akan mempengaruhi kecemasan yang timbul.

f. Gender/ Jenis Kelamin

Dalam penelitian Trismiati (2006) dikatakan seorang perempuan dikatakan lebih cemas dibandingkan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitive.

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan Keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan.

(10)

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang terutama untuk menunjang kehidupannya. Jenis pekerjaan seseorang sangat menentukan tingkat kecemasannya.

c. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan efek negatif menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan.

d. Faktor Predisposisi 1. Teori Psikoanalisis

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi sebagai menengahi tuntutan dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada tanda bahaya.

2. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan

(11)

seseorang menjadi tidak berdaya, individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya mempunyai ansietas yang sangat berat.

3. Faktor Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseoang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Ayners, 2013).

2.5 Ansietas Pada Ruang Intensif Care Unit

Ansietas atau kecemasan sering terjadi pada ruang ICU, tidak hanya pasien tetapi juga keluarga juga dapat mengalami ansietas. Lebih dari 66,67% dari keluarga yang mendampingi pasien yang dirawat di ruang ICU mengalami gangguan cemas dan depresi (Pochard et al, 2001).

(12)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Dari uraian pustaka tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan cemas dapat terjadi pada setiap orang, yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor internal dan eksternal yang sangat saling berkaitan.

Faktor internal berupa adanya pengalaman pada masa lampau, pendidikan yang diperoleh seseorang, tingkat pengetahuan, respon terhadap stimulus yang terjadi berdasarkan karakter seseorang, usia serta jenis kelamin. Factor eksternal berupa ada tidaknya dukungan keluarga, pekerjaan yang dilakukan serta factor lingkungan.

Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian Cemas

Faktor Internal : 1. Pengalaman 2. Pendidikan

3. Tingkat pengetahuan 4. Respon stimulus 5. Usia

6. Jenis kelamin

Fakto Eksternal :

1. Dukungan keluarga 2. Pekerjaan

3. lingkungan

(13)

3.2 Kerangka Konsep dan Variabel

Keterangan :

: variabel yang diteliti Pasien

ICU

Caregiver pasien

Internal (Dokter, perawat)

Eksternal (Keluarga inti)

Cemas Faktor Internal :

 Pengalaman

 Pendidikan

 Tingkat pengetahuan

 Respon stimulus

 Usia

 Jenis kelamin

Faktor Eksternal :

 Pekerjaan

 Lingkungan

(14)

: variabel yang tidak diteliti

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Angka prevalensi yang tinggi pada caregiver pasien yang di rawat di ruang intensive care.

2. Sebagian besar kasus tidak dilakukannya konsultasi psikiatri CL pada caregiver pasien yang di rawat di ruang intensive care karena tidak tahunya

prevalensi gangguan cemas pada caregiver pasien yang di rawat di ruang intensive care.

(15)

29 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian adalah dengan rancangan deskriptif potong lintang (cross- sectional) untuk mengetahui angka prevalensi gangguan cemas yang terjadi pada

pasien dan caregiver yang melakukan pengobatan di rumah sakit sehingga dapat diketahui besarnya masalah yang terjadi sesuai tujuan penelitian ini. (Sugiyono, 2014). Secara sistematis metode penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 Rancangan Penelitian (deskriptif cross sectional) Gangguan

Cemas (+)

Gangguan Cemas (-) Sampel

Konsul psikiatri (+)

Konsul psikiatri (-)

Konsul psikiatri (+)

Konsul psikiatri (-)

(16)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian : Penelitian ini dilakukan pada caregiver pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah, Denpasar.

2. Waktu penelitian : Waktu penelitian mulai berlangsung 1 minggu, terhitung mulai tanggal 14-18 November 2016.

4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi target pada penelitian ini adalah caregiver pada pasien yang dirawat di ruang ICU rumah sakit.

2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah caregiver pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar.

4.4 Kriteria sampel

Semua caregiver pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah, dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :.

1. Kriteria Inklusi :

a. Caregiver pasien yang berobat di ICU RSUP Sanglah setelah dilakukan informed consent

b. Caregiver yang mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.

2. Kriteria Ekslusi : Caregiver pasien yang berobat di ICU RSUP dan pada pertengahan wawancara menolak untuk diwawancara.

4.5 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian adalah sebesar 60 sampel, yang didapat berdasarkan penentuan jumlah sampel minimal untuk dilakukan penelitian dimana

(17)

masing-masing 30 sampel untuk caregiver internal dan caregiver eksternal yaitu jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk suatu penelitian (Sugiyono, 2013).

4.6 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling dimana semua populasi memiliki peluang yang sama

untuk menjadi sampel sampai jumlah sampel terpenuhi. (Sugiyono, 2013).

4.7 Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung : gangguan cemas

2. Variabel Bebas : caregiver internal, caregiver eksternal 4.8 Definisi Operasional Variabel

1. Gangguan cemas adalah suatu gangguan psikologis berupa adanya ketidak seimbangan tekanan dari dunia luar dan ego seseorang (Sadock & Sadock, 2015). Gangguan ini menyebabkan distress dan hendaya fungsi sehari hari bagi mereka. Gangguan cemas diukur dengan menggunakan kuisioner HARS.

2. Caregiver internal : pelayan pasien yang berasal dari internal rumah sakit berupa dokter residen yang menangani dan perawat yang bertugas.

3. Cargiver eksternal : penunggu pasien yang sangat dekat dengan pasien atau keluarga inti yang mendampingi pasien.

4.9 Instrumen Penelitian

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur yang disebut dengan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan alat ukur kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada

(18)

individu yang mengalami kecemasan. Setiap poin diobservasi diberi dengan 5 tingkatan skor yaitu antar 0-4.

Adapun gejala yang tercantum dalam HARS terdiri dari 14 gejala yang tampak pada individu yang mengalami kecemasan dengan perincian sebagai berikut :

1. Perasaan Cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah

9. Gejala kardiovaskular : takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

(19)

10. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek.

11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

12. Gejala urogenital : sering kencin, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu aroma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan nafas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan kategori : 0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

2 = sedang atau separuh gejala yang ada 3 = berat atau lebih dari separuh gejala 4 = sangat berat atau semua gejala ada.

Masing-masing nilai dari 14 pertanyaan dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang :

1. Skor kurang dari 17 : kecemasan ringan

2. Skor kurang 17-25 : kecemasan ringan-sedang 3. Skor 25-30 : kecemasan sedang-berat

(20)

Perlu diketahui bahwa alat ukur HARS ini bukan dimaksudkan untuk mengetahui diagnosis gangguan kecemasan, namun digunakan untuk mengukur derajat berat-ringannya gangguan cemas (Hawari, 2001). Adapun waktu yang diperlukan untuk mengisi kuisioner ini adalah sekitar 10-15 menit yang dapat digunakan pada orang dewasa, remaja dan anak-anak.

4.10 Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat ijin dari direktur RSUP Sanglah, Kepala Bagian Psikiatri RSUP Sanglah/FK Unud, Ketua Program Studi (KPS) PPDS-1 Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unud, dan Komite Etik FK Unud/ RSUP Sanglah Denpasar.

Setelah mendapatkan ijin penelitian, maka akan dilakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi. Sebelum sampel mengisi kuisioner penelitian, sebelumnya dilakukan inform concent mengenai tujuan penelitian. Jika sampel setuju maka akan dilanjutkan untuk pengisian kuisioner HARS.

Setelah didapatkan jumlah sampel yang cukup kemudian akan dilakukan analisis data deskriptif dan ditarik hasil kesimpulan dari penelitian yang didapat.

Berikut adalah gambar protoko penelitian yang akan dilakukan dilapangan :

(21)

Gambar 3 Protokol Penelitian

4.11 Penyajian Data

Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batangan dengan bantuan program statistik di computer (SPSS) yang di analisis secara

Pupolasi target

Kriteri eksklusi

Sampel Penelitian

Cemas (+) Cemas (-)

Analisis data Permohonan Ijin Penelitian

Populasi terjangkau

Kriteri inklusi

Pengukuran Kecemasan (HARS)

(22)

deskriptif untuk mendapatkan screenshot tingkat kecemasan pada caregiver pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah. Data yang disajikan berupa :

1. Gambaran karakteristik responden penelitian

2. Prevalensi tingkat kecemasan pada caregiver pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP sanglah.

3. Prevalensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin pada caregiver pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP sanglah.

4. Prevalensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis caregiver pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP sanglah.

(23)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini melibatkan 60 orang caregiver internal dan caregiver eksternal pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar. Gambaran Karakteristik subyek pada penelitian ini. dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1

Gambaran Karakteristik Responden Penelitian

Variabel Frekuensi Presentase

Caregiver

 Internal

 Eksternal

30 30

50 50 Jenis kelamin

 Laki-laki

 Perempuan

29 31

48.3 51.7 Umur

 13-44 tahun

 45-60 tahun

 > 60 tahun

45 13 2

75.0 23.3 1.7 Pendidikan

 SD

 SMP

 SMA

 Diploma

 S1

10 7 12 13 18

16.7 11.7 20.0 21.7 30.0 Pekerjaan

 Dokter Residen

 Perawat

 Lainnya

13 18 29

21.7 30.0 48.3 Daerah tempat tinggal

 Bali

 Luar Bali

55 5

91.7 8.3

(24)

Data karakteristik responden diperoleh dari 30 (50%) sampel untuk caregiver internal dan 30 (50%) sampel untuk caregiver eksternal. Data untuk jenis kelamin sampel didapatkan berimbang antara laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki 29 orang (48.3%) dan perempuan 31 orang (51.7%). Umur responden lebih banyak dewasa muda antara 13-44 tahun sebanyak 45 orang (75%) dan sisasnya dewasa akhir sebanyak 15 orang (25%). Caregiver pasien lebih banyak yang bertempat tinggal di Bali yaitu sebanyak 55 (91.7%) dibandingkan di luar Bali sebanyak 5 (8.3%).

Tabel 5.2

Tingkat gangguan cemas pada caregiver pasien yang di rawat di ICU

Kategori Frekuensi Percentase

Valid

cemas ringan 33 55.0

cemas ringan-sedang 12 20.0

cemas sedang-berat 15 25.0

Total 60 100.0

Dari seluruh sampel didapatkan bahwa 33 orang mengalami cemas ringan (55%) cemas ringan-sedang 12 orang (20%) dan cemas sedang berat sebanyak 15 orang (25%).

Berdasarkan distribusi frekuensi kategori jenis kelamin didapatkan bahwa jenis kelamin wanita lebih banyak mengalami cemas ringan-sedang yaitu 7 orang dan cemas sedang-berat yaitu 8 orang dibandingkan jenis kelamin laki-laki dengan cemas ringan sedang sebanyak 5 orang dan cemas sedang-berat sebanyak 7 orang.

Jenis kelamin laki-laki didapatkan lebih banyak mengalami gangguan cemas ringan yaitu sebnanyak 17 orang. Dari seluruh sampel tidak ada yang mendapat konsultasi psikiatri.

(25)

Table 5.3

Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin pada caregiver pasien yang dirawat di ICU

kategori cemas Total

cemas ringan

cemas ringan- sedang

cemas sedang-berat

jenis kelamin

laki-laki 17 5 7 29

perempuan 16 7 8 31

Total 33 12 15 60

Data deskriptif berdasarkan caregiver pasien didapatkan bahwa caregiver internal mengalami lebih banyak mengalami gangguan cemas yaitu cemas ringan- sedang yaitu 9 orang dan cemas sedang-berat yaitu 10 orang dibandingkan caregiver eksternal yang lebih banyak mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 22

orang.

Table 5.4

Distribusi Frekuensi gangguan cemas berdasarkan caregiver pasien yang dirawat di ICU

Kategori Cemas Total

cemas ringan

cemas ringan- sedang

cemas sedang-berat

Caregiver pasien

Caregiver internal

11 9 10 30

Caregiver eksternal

22 3 5 30

Total 33 12 15 60

(26)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Data Deskriptif Tingkat Kecemasan pada Caregiver pasien yang di rawat di ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gangguan cemas pada caregiver pasien yang di rawat di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar bahwa caregiver internal lebih banyak mengalami gangguan cemas ringan-sedang dan sedang-berat karena caregiver internal (keluarga inti) merasakan langsung dampak emosional akibat sakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarga mereka.

Gambar Grafik prevalensi tingkat kecemasan antara caregiver internal dan caregiver eksternal

(27)

Untuk caregiver eksternal (petugas kesehatan) mereka hanya sebatas melakukan tugas dan gangguan cemas yang dialami lebih banyak gangguan cemas ringan, walaupun ada beberapa yang mengalami gangguan cemas sedang-berat yang kemungkinan diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal individu tersebut.

6.2 Prevalensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin

Prevalensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih banyak yang mengalami kecemasan oleh orang yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Hal ini mendukung sesuai teori bahwa secara epidemiologi jenis kelamin perempuan berisiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Sadock & Sadock, 2015).

Gambar Prevalensi Perbandinga Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin 6.4 Limitasi dan Kekuatan Penelitian

(28)

6.4.1 Limitasi

Penelitian ini memiliki beberapa limitasi antara lain: disain penelitian dilakukan secara cross sectional sehingga hasilnya kurang dapat menjelaskan bagaimana hubungan gangguan cemas dapat terjadi pada caregiver pasien yang di rawat di ICU. Hasil tingkat kecemasan yang diukur berbeda antara caregiver pasien yang akut dan sudah kronis sehingga hasilnya tentu akan memberikan perbedaan skor HARS.

Subyek penelitian yang dipakai pada penelitian ini hanya memakai subyek pada populasi tertentu yaitu di ruang ICU RSUP Sanglah sehingga hasil penelitian ini belum tentu menggambarkan kondisi yang sama pada populasi dan tempat yang berbeda.

6.4.2 Kekuatan Penelitian

Kekuatan penelitian ini adalah setting penelitian berbasis rumah sakit atau berdasarkan setting routine di populasi dalam hal ini rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien ICU sehingga hasil yang dicapai lebih aplikatif.

(29)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa ditemukan berbagai tingkatan kecemasan pada caregiver pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah mulai dari cemas ringan, cemas ringan-sedang dan cemas sedang berat.

Tingkat kecemasan pada caregiver internal lebih tinggi dibandingkan dengan caregiver eksternal pada yang dirawat di ICU RSUP Sanglah. Berdasarkan jenis

kelamin didapatkan prevalensi jenis kelamin perempuan lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan orang dengan jenis kelamin laki-laki. Tidak ada satupun sampel yang dilakukan konsul dengan psikiatri.

7.2 Saran

Adanya berbagai tingkatan kecemasan yang dialami oleh caregiver pasien pada penelitian ini maka perlu ditangani lebih lanjut karena dengan gangguan cemas (cemas sedang-berat) dapat mengurangi optimalisasi pengobatan kepada pasien yang dirawat.

Kemungkinan didapatkan adanya gangguan cemas yang terjadi dan bahkan lebih berat pada pasien itu sendiri sehingga diperlukan peran psikiatri CL untuk pasien yang dirawat di ICU yang berfokus pada pasien dan caregivernya sehingga penanganan pasien menjadi lebih optimal (Syamsulhadi, 2016).

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ayners. 2013. Konsep kecemasan. (Available From : http://ayners.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 18 November 2016).

Pocard, F., Azauly E., Chevret, S., Lemaire, F., Hubbert, P., Camoui, P., Grassin, M., Zittoun, R., Jean, R., Jean, F., Schlemmer, B., Benoit. 2001. Symptoms of Anxiety and Depression in Family members of Intensive Care unit patients:

Ethical Hipothesis regarding decision-making capacity. Critical care medicine. Society of critical care medicine and Lippincot Williams & Wilkins.

Volume 29 issue 10 pp 1893-1897.

Sadock, B.J., & Sadock, V.A., Ruiz, P. 2015. Synopsis of Psychiatry behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. Chapter 9 Anxiety Disorder. Eleventh Edition.

Wolters Kluwer. Philadelphia

Schneier, F., Milrod, B.. 2014. Gabbards Treatment of Psychiatric disorder Part IV.

Fifth edition. American Psychiatric Publishing. American Psychiatric Association. Washington. Hal 339-341.

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. hal 61-83.

Syamsulhadi, M., Septiawan, D. 2016. Implementasi Consultation Laison Psychiatry di beberapa bidang medis. Muhammadiyah University Press.

Surakarta.

(31)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan.

No Kegiatan 7-11

November

14-17 November

18-21 November 1 Pembuatan

proposal 2 Pelaksanaan

penelitian 3 Penyusunan

laporan 4 Presentasi

laporan Perjanjian

(32)

Lampiran 2 Form Inform Consent.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN/SMF. PSIKIATRI

Sekretariat : RSUP Sanglah Denpasar – Bali 80114 Telp/Fax (0361) 228824 . E-mail : psychiatry_denpasar@yahoo.com

INFORMASI PENELITIAN DAN FORMULIR PERSETUJUAN

Bersama ini kami akan mengadakan penelitian dengan judul “Prevalensi Tingkat Kecemasan pada Caregiver di Intensive Care Unit RSUP Sanglah Denpasar’. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Rumah Sakit Sanglah untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pasien.

Untuk mendapatkan data penelitian tersebut kami memerlukan keterangan dari pasien, keluarga atau penunggu pasien, dan petugas medis yang menangani pasien agar disampaikan dengan sejujurnya sesuai dengan apa yang dirasakan dan dialami.

Kerahasiaan identitas dan keterangan akan kami jaga.Apabila dalam partisipasi pada penelitian ini dirasakan terdapat hal-hal yang mengganggu atau merugikan maka anda dapat mengundurkan diri dan membatalkan keikutsertaan dalam penelitian ini. Terimakasih atas partisipasinya.

Denpasar, ……….2016

______________________

(33)

Data Latar belakang pengisi kuisioner

 NB : mohon jawaban agar disilang sesuai dengan pilihan anda dan diisi jika tidak menemukan pilahan yang tepat.

1. Hubungan dengan Pasien a. Keluarga inti

 Ayah/ ibu

 Anak

 Saudara lainya ____________ (sebutkan hubungannya) b. Petugas kesehatan

 Dokter DPJP

 Dokter residen (PPDS)

 Perawat

 _______________(lain-lain) 2. Jenis kelamin :

a. Laki-laki b. Perempuan

3. Umur : tahun

4. Pendidikan : SD/SMP/SMA atau yang

sederajat/Diploma/S1/S2/S3/Prof

5. Pekerjaan : __________________

6. Daerah tempat tinggal a. Denpasar

b. Luar Denpasar ____________(nama kabupaten tempat tinggal)

Diisi oleh petugas

1. Skor HARS :_________________Point 2. Konsul Psikiatri CL :

a. Ya b. Tidak

(34)

Lampiran 3 Kuisioner HARS yang sudah divalidasi

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HRS-A)

Gejala-gejala ini (satu /lebih) merupakan apa yang diungkapkan pasien. Nilai yang didapatkan merupakan gambaran tingkat kecemasan pasien saat ini. Pilih salah satu dari lima (5) pilihan yang tersedia, yaitu:

0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat, 4 = sangat berat

1. Perasaan Anxiety (kecemasan)

Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung

2. Ketegangan

Merasa tegang, lesu, Tidak bisa istirahat tenang, Mudah terkejut, Mudah menangis, Gemetar, Gelisah.

3. Ketakutan

Pada gelap, pada orang asing, di tinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan Tidur

Sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu, mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk 6. Perasaan Depresi

Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah- ubah sepanjang hari

7. Gejala Somatik (otot)

Sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

(35)

8. Gejala Somatik (sensori)

Tinitus, penglihatan kabur, muka merah/pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala Kardiovaskuler

Takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang/berhenti sekejap

10. Gejala Respiratori (Pernafasan)

Rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek/sesak 11. Gejala Gastrointestinal

Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau

kembung (enek), muntah, buang air besar lembek, kehilangan berat badan, konstipasi.

12. Gejala Urogenital

Sering buang air seni, tidak dapat menahan air

seni, amenorrhoe, menorrhagia, menjadi dingin (frigid), ejakulasi prekoks, ereksi hilang, impotensi

13. Gejala Otonomik

Mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, bulu-bulu badan terasa berdiri 14. Tingkah laku pada wawancara

Gelisah, Tidak tenang, Jari gemetar, kening

berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah

TOTAL SKOR

TOTAL SKOR:

Reference: Hamilton M. The assessment of anxiety states by rating. Br J Med Psychol 959;

32:50–55.

Skor tingkat kecemasan:

< 17 : kecemasan ringan

18 – 24 : kecemasan ringan-sedang 25 – 30 : kecemasan sedang-berat

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Peringatan dini yang diberikan sebelum kejadian tsunami, agar masyarakat dapat segera menghindar atau melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dari terjangan

Dalam teori norma-norma budaya dikatakan bahwa pesan atau informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang

POKJA Pembangunan Jembatan Gunung Lingai Lempake Tepian UNIT LAYANAN PENGADAAN.

Hasil penelitiаn yаng telah dilаkukаn di PT Segаr murni utаmа menghasilkan pengaruh dari kualitas kehidupan kerja karyawan terhadap komitmen organisasi memiliki pengаruh

TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KOTA TANGERANG. Urusan Pemerintahan

PEMIRSA / DENGAN MEMBENTUK LINGKARAN / MEREKA MENGELILINGI BERBAGAI MACAM UBO RAMPE UNTUK MENGADAKAN SEDEKAH LALABAN // SETELAH SELESAI UPACARA /. TANPA ADA YANG

Selain di budidaya/ kotoran kelinci juga bisa di maanfaatkan untuk pupuk kompos / yang menarik lagi /. air kencing kelinci tersebut digunakan sebagai bahan alternatif penggati

Dengan memanfaatkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud menerapkan sebuah metode deteksi manusia pada kamera pengawas di kantor