• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Hidup dalam Genggaman Jurnalisme J (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gaya Hidup dalam Genggaman Jurnalisme J (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

“Gaya Hidup dalam Genggaman

Jurnalisme”

Subtema I

(

Gaya Hidup dan Jurnalisme Gaya Hidup,

Kecenderungan Mempengaruhi atau Dipengaruhi?)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 55281, INDONESIA

(2)

Sudah bukan pemandangan asing lagi ketika banyaknya gedung pusat perbelanjaan menjulang di langit perkotaan. Di dalamnya, pengunjung ramai berdesakan memburu koleksi pakaian terbaru atau sekedar mencicipi sajian yang beraneka rasa. Hal itu menggambarkan sebuah aktivitas rutin bagi masyarakat perkotaan kelas atas. Sebaliknya, jika menilik sisi lain, ada juga masyarakat yang memilih untuk menghabiskan waktu luangnya dengan berolahraga, atau berkelana keliling dunia. Beragamnya gaya hidup manusia yang ada tentu akan menjadi menarik jika dihubungkan dengan peran media massa yang mengemban amanat sebagai salah satu pilar peradaban manusia.

Media dapat mebawa pengaruh luar biasa bagi umat manusia. Media dapat mengubah manusia menjadi makhluk yang maju dan beradab. Namun, bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, media juga dapat menyetir opini publik dan mengantarnya menuju kehancuran. Ketika era globalisasi mulai memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat, media hadir sebagai penyedia informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu manusia. Hal yang tak luput dari media sebagai sumber informasi adalah kemunculan rubrik gaya hidup sebagai reaksi atas kebutuhan masyarakat akan informasi gaya hidup yang dinamis.

Seiring perkembangan teknologi, jurnalisme gaya hidup tidak hanya glamour, meningkatnya pengetahuan manusia mengenai kesehatan, dan ramainya pengunjung di suatu kawasan wisata yang tak terjamah sebelumnya, merupakan beberapa dampak yang timbul akibat peran jurnalisme gaya hidup.

(3)

keuntungan dengan cara menyajikan informasi sesuai dengan minat dan perkembangan gaya hidup masyarakat. Kondisi ini menunjukkan bahwa media gaya hidup juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan minat masyarakat sekitar. Dari beberapa gambaran di atas, muncul sebuah pertanyaan besar yang menarik untuk didiskusikan. Gaya hidup dan jurnalisme gaya hidup, mempengaruhi atau dipengaruhi?

Bagian I : Awal Kelahiran Jurnalisme Gaya Hidup

Di Luar Negeri : Sebuah Perbandingan

Perkembangan jurnalisme gaya hidup di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan jurnalisme yang sedang berkembang di luar negeri. Ada beberapa periodisasi sejarah yang dicantumkan di dalam buku Journalism History. Salah satunya adalah perkembangan jurnalisme gaya hidup di Amerika.

Berita tentang kehidupan masyarakat memberikan variasi artikel yang lebih banyak pada media cetak di tahun 1830. Munculnya artikel dengan tema yang baru ini, memberikan kontibusi bermakna dalam perkembangan koran harian yang populer di kalangan masyarakat. Kala itu, kolom-kolom media cetak di Amerika Serikat menyajikan informasi mengenai kriminalitas, kehidupan masyarakat, dan olahraga. Hal inilah yang mengawali apa yang kini dikenal sebagai jurnalisme gaya hidup.

Jurnalisme gaya hidup semakin berkembang ketika kaum wanita mulai tertarik dengan gaya hidup yang semakin dinamis. Ketertarikan tersebut membuat beberapa perusahaan media cetak membuka lowongan pekerjaan bagi penulis wanita yang bisa mendeskripsikan secara lebih jelas gaya hidup pada masa itu. Pada tahun 1884, The World menampilkan kolom khusus yang dinamai “World of Women”. Munculnya kolom tersebut membuat The World berkembang dengan topik-topik pembahasan yang lebih luas. Ditambah lagi, banyak perkumpulan wanita mulai meminta agar kolom gaya hidup wanita ditampilkan khusus di setiap minggunya.

(4)

membutuhkan waktu lama bagi koran-koran lain di seluruh penjuru untuk mengikuti jejak koran metropolitan dalam memberitakan gaya hidup. Kolom tersebut membahas tentang tata busana, makanan, perabot rumah tangga, masyarakat, dan tips-tips mengenai kehidupan sehari-hari. Tidak lama kemudian, kemunculan kolom-kolom tersebut diiringi dengan kritik yang menyatakan bahwa proporsi kolom wanita terlalu besar. Oleh karena itu, berita yang ditampilkan tidak hanya terkait dengan gaya hidup, tetapi juga berita-berita yang terkait dengan masalah kekinian pada masa itu, seperti perang dunia.

Meski perkembangan jurnalisme gaya hidup diwarnai dengan kritikan., kolom gaya hidup yang membahas kuliner, komunitas masyarakat, dan tata busana mulai bangkit kembali pada tahun 1950. Sepuluh tahun kemudian, kolom gaya hidup wanita menjadi pusat pembahasan media cetak dan berkontribusi dalam perubahan-perubahan sosial. Hal ini didukung oleh maraknya kemunculan gerakan sosial wanita yang menuntut hak kesetaraan gaji, perlindungan anak, dan lain-lain.

Perubahan kembali terjadi pada tahun 1960 hingga awal 1970. Kay Mils, seorang penulis sejarah jurnalisme, menyatakan bahwa seluruh bagian dari sebuah koran seharusnya dapat dibaca oleh semua kalangan, tidak hanya kalangan wanita. Pendapat itu diakomodasi oleh The Washington Post dengan merestrukturisasi kolom wanita. Untuk menciptakan media cetak yang dapat diterima baik pria maupun wanita, The Washington Post memutuskan untuk menambah cakupan berita mengenai budaya lokal dan juga tinjauan mengenai suatu tempat, yang dikemudian hari menjadi cikal bakal kolom travel. Munculnya kolom-kolom dengan cakupan yang lebih luas membuat jurnalisme gaya hidup dapat diterima oleh semua pembaca.

(5)

Kembali ke Indonesia

Pada era 1970-an, tema-tema media cetak seperti kesehatan, otomotif, teknologi, interior, remaja, dan wanita semakin bermunculan di media massa Indonesia. Perusahaan-perusahaan media seperti Gramedia, Femina, dan MRA adalah beberapa di antara kelompok media yang aktif memberitakan hal-hal mengenai gaya hidup. Kepemilikan media ini juga mendongkrak perolehan pendapatan akibat tema-tema yang tersegmentasi. Nielsen Media Research menyebutkan bahwa majalah yang berada di bawah naungan perusahaan besar seperti Gramedia, Femina, Tempo, MRA, dan Jawa Pos menduduki posisi atas karena banyaknya pembaca dan juga pengiklan di media tersebut.

(6)

diberikan mulai semakin beragam dan kerap diulas di setiap edisi. Walaupun masih terdapat kritik yang menyatakan bahwa jurnalisme ini bukanlah jurnalisme yang mainstream, perkembangan jurnalisme gaya hidup terlihat menjanjikan bagi pemilik perusahaan-perusahaan media.

Jurnalisme gaya hidup yang tumbuh seiring dengan kondisi masyarakat mampu memberikan pengaruh bagi manusia. Faktanya, kita dapat melihat berbagai kondisi dimana masyarakat melakukan hal-hal baru. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran media massa yang kerap menangkap hal baru dan menyebarluaskannya ke khalayak dalam bentuk informasi. Seiring perkembangan zaman, informasi gaya hidup tidak hanya disebarluaskan melalui media cetak, tetapi juga melalui media televisi.

Bagian II: Televisi Ubah Gaya Hidup Masyarakat

Perkembangan media televisi Indonesia diawali dengan berdirinya sebuah stasiun televisi yang dimiliki oleh negara, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Berdirinya TVRI sebagai tonggak pertelevisian Indonesia pada tahun 1962 telah membawa masyarakat Indonesia menuju pintu peradaban baru. Kala itu, TVRI menjadi satu-satunya saluran televisi yang dapat dinikmati hingga 27 tahun berikutnya. Ketika masa ini berlangsung, media kerap mendapat intervensi dari pemerintah untuk mengambil hati rakyatnya.

Dunia pertelevisian Indonesia mulai berkembang ketika pada tahun 1989, pemerintah mengizinkan RCTI untuk mengudara dan menghiasi layar kaca warga Indonesia. Pada tahun-tahun berikutnya bermunculan pula stasiun-stasiun televisi swasta baru yaitu SCTV (tahun 1990), TPI ( tahun 1991), Anteve (tahun 1993), Indosiar (tahun 1995), Metro TV (tahun 2000), Trans TV (tahun 2001), dan Lativi (tahun 2002). Industri pertelevisian tanah air terus berkembang pesat pasca runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998. Menurut data Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Indonesia memiliki 6 stasiun televisi hingga tahun 2008, dan 62 stasiun televisi pada tahun 2012.

(7)

(tata busana) adalah beberapa di antaranya. Ketika masyarakat mulai jenuh dengan berita yang bersifat hard news, program hiburan muncul sebagai solusinya. Hal ini dibuktikan dengan riset AGB Nielsen yang menyatakan bahwa porsi menonton pemirsa untuk tayangan hiburan (program non-berita seperti musik, gaya hidup, reality show, dan lain-lain) adalah dua puluh lima persen (25%). Pada tahun 2008, dua puluh empat persen (24%) dari total jam siaran dialokasikan stasiun televisi nasional untuk program informasi selama bulan April hingga Juni 2008. Persentase ini hampir menyamai alokasi waktu yang diberikan stasiun televisi nasional untuk program hiburan yaitu 25%. Data ini menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan hampir sebanding.

Seiring dengan kemajuan teknologi di era globalisasi, dunia seolah-olah menjadi sempit tak berdinding. Segala peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia, dapat manusia ketahui dengan instan, tak terkecuali informasi mengenai perkembangan gaya hidup. Gaya hidup barat seakan sudah menjadi simbol modernisasi yang tertancap di opini setiap masyarakat Indonesia. Berbagai macam gaya hidup yang akrab ditemukan di tengah kehidupan masyarakat adalah gaya hidup hedonis, metropolis, atau gaya hidup global. Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia, khususnya yang menetap di perkotaan, haus akan informasi mengenai lifestyle. Oleh karena itu, media yang mengemban tanggung jawab sebagai pemberi informasi memberikan tayangan-tayangan khusus mengenai gaya hidup.

Jurnalisme Gaya Hidup, Penggerak Masyarakat

(8)

Dari jumlah 240 juta populasi di Indonesia, Nielsen melakukan survei masyarakat urban di 10 kota besar (Jakarta,Surabaya, Medan, Semarang, Denpasar, Bandung, Makassar, Palembang Yogyakarta dan Banjarmasin). Survei Nielsen menemukan bahwa 94 persen masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi dibandingkan saluran media lain. Masyarakat Indonesia ternyata meluangkan waktu sekitar lima setengah jam per hari untuk menonton TV. Terpaan televisi yang lama dan dilakukan secara terus-menerus oleh sebagian besar masyarakat setiap harinya membawa dampak yang signifikan terhadap gaya hidup manusia.

Dr. OZ Indonesia, sebuah acara dengan konsep talkshow yang ditayangkan setiap hari Sabtu dan Minggu di Trans TV, mengangkat isu-isu terkini mengenai gaya hidup yang sehat. Program ini menghadirkan narasumber dan pakar yang ahli di bidangnya untuk mengatasi berbagai macam masalah kesehatan. Program yang hadir dengan dr. Ryan Thamrin sebagai pembawa acaranya ini, berhasil meningkatkan pengetahuan para penontonnya. Sebuah penelitian yang mengulas pengaruh tayangan Dr. OZ Indonesia terhadap perilaku hidup sehat masyarakat di Samarinda menyatakan bahwa 16% perilaku hidup sehat masyarakat dipengaruhi adanya program Dr. OZ Indonesia, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

NET TV juga tidak ketinggalan dalam merebut hati para penonton. Program ILook yang membahas mengenai penampilan dari ujung kepala hingga ujung kaki, hadir setiap hari Sabtu dan Minggu untuk memberikan informasi mengenai gaya berpakaian. Program yang dikemas secara sederhana namun menarik ini, berhasil menyampaikan info-info yang dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Menurut sebuah riset, pengaruh program ILook terhadap minat masyarakat untuk mengubah gaya berpakaian adalah sebesar 75,5%. Artinya, tayangan ini membawa pengaruh yang signifikan dalam membentuk opini penonton untuk memilih gaya hidup berpakaian.

(9)

7, merupakan salah satu contoh media efektif untuk mengajak pemirsa menjelajahi Indonesia. Sudah tak terhitung banyaknya lokasi yang diliput program ini, mulai dari pantai, pegunungan, hingga kawasan pedalaman perut bumi. Menurut Sawempi, terdapat korelasi yang kuat antara program ini dengan keinginan masyarakat untuk berpetualang dan melestarikan lingkungan.

Bagian III : Dua Sisi Jurnalisme Gaya Hidup

Media Gaya Hidup sebagai Lahan Industri

Gaya hidup dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Di sisi lain, media merupakan sarana yang dapat menciptakan lapangan kerja, barang, jasa, serta dapat menghidupkan industri lain yang terkait. Kaitannya dengan gaya hidup, kini para pemilik industri media tertarik dan berkiblat pada gaya hidup modernisasi yang dianut sebagian besar masyarakat. Industri media massa seakan fokus untuk memodifikasi konten hiburan dalam menjalankan bisnisnya.

Di era globalisasi, media gaya hidup menjadi industri pasar yang besar. Kekuatan utamanya terletak pada kemampuan sebuah perusahaan media menyodorkan gagasan yang dapat dibuktikan secara empiris, yakni gagasan yang menyangkut kondisi pasar. Para pemilik media menilai gaya hidup sangat cocok sebagai produk untuk dijual. Hal ini disebabkan oleh tingginya minat konsumen media tentang gaya hidup seperti kuliner, travel, tata busana, dan lain-lain. Akibatnya, perusahaan media akan cenderung memproduksi program-program sejenis yang dapat ditayangkan di seluruh jaringannya untuk meraup keuntungan.

(10)

disimpulkan bahwa perbedaan kelas di kalangan masyarakat membawa pengaruh terhadap lamanya konsumsi media yang dilakukan.

Pada tahun 2011, Nielsen Newsletter melakukan survei terhadap para penonton stasiun TV Nasional. Tabel 2 menunjukkan rata-rata tayangan yang ditonton masyarakat pada umumnya merupakan salah satu dari rubrik gaya hidup, yaitu program Hot Shot yang ditayangkan oleh SCTV. Hot Shot adalah program yang mengungkapkan fakta-fakta berupa kejadian seputar misteri dan gaya hidup para selebriti. Di antara lima program televisi pada tabel tersebut, Hot Shot memiliki rating tertinggi sebesar 2,5% dan loyalitas penonton sebesar 74%. Jumlah rata-rata penonton acara ini adalah 1.328.000 orang.

Data lain menunjukkan bahwa program gaya hidup yang disiarkan oleh TV Nasional Indonesia tidak hanya dilakukan oleh satu stasiun TV saja, tetapi hampir mencakup seluruh stasiun TV yang ada. Misalnya program Jelang, acara yang menyajikan informasi kuliner maupun kerajinan yang ditayangkan Trans TV, memiliki jumlah rata-rata penonton sebanyak 71.000 orang dan ratingnya mencapai 2,4%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku konsumtif gaya hidup semacam ini telah memasuki lapisan kehidupan masyarakat, sehingga perusahaan media menjadikan hal ini sebagai peluang bisnis yang menjanjikan

Contoh lain segmen gaya hidup yang dirancang oleh media dalam berbisnis adalah fashion. Gaya busana baru dikatakan “ngetren” jika selebriti atau kalangan yang diekspos media memakai gaya busana tersebut. Selama ini, tidak ada yang berhak menyandang gelar trendsetter karena masyarakat hanya meniru gaya busana yang terus menerus muncul di media, kemudian saling mengikuti satu sama lain. Tren tersebut bersemi untuk sementara, sampai media mengekspos gaya busana yang baru. Media lah yang menjadi komandan what’s in and what’s out.

(11)

kebutuhan. Kaum industri media tersebut jelas mendapatkan keuntungan yang besar dari segmen fashion ini.

Penjelasan di atas merupakan contoh nyata yang media lakukan untuk membentuk pola pikir masyarakat dalam berpakaian. Pembentukan pola pikir itu sendiri akhirnya menimbulkan pasar di kalangan masyarakat yang merupakan komoditas produsen pakaian ternama. Tanpa disadari, masyarakat membiarkan pikirannya dikuasai oleh praktek-praktek kapitalis. Media sebagai alat yang dijadikan masyarakat untuk memperoleh informasi di satu sisi menyebarkan pesan kritis dan kebebasan, namun di sisi lain membuat masyarakat menjadi semakin konsumtif.

Di Indonesia sendiri, industri media gaya hidup telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi bisnis yang berorientasi pada keuntungan, membentuk kebutuhan publik dan kepentingan masyarakat. Hal ini tidak dapat ditepis karena media harus membuat keuntungan dan melakukan pemasukan keuangan (sirkulasi) yang cukup untuk bisa bertahan hidup. Namun, media gaya hidup tidak hanya semata-mata sebuah industri untuk mendulang profit sebanyak-banyaknya, melainkan sebuah badan pers yang mengemban amanah sebagai sumber informasi dan peradaban manusia.

Media Gaya Hidup dan Gaya Hidup Masyarakat

Tanpa kita sadari, di era globalisasi ini, media gaya hidup memiliki pengaruh yang kuat di segala dimensi kehidupan masyarakat. Informasi-informasi yang diterima dari media tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya suatu masyarakat baik dalam persepsi sikap serta perilaku hidupnya. Informasi dalam bentuk apapun dapat disebarluaskan dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya suatu bangsa. Maka, tidak salah dengan apa yang dikatakan Dennis McQuil bahwa, “Media gaya hidup merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma”.

(12)

sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam suatu masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi landasan masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan pupus dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan.

Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.

Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah lingkungan mereka telah memenuhi standar tersebut. Gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang dilihat, didengar dan dibaca dari berbagai media. Pesan atau informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik dan membuat masyarakat merasa senang akan pribadi mereka. Sebaliknya, media dapat mengempiskan kepercayaan diri masyarakat atau merasa rendah dari yang lain. Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media gaya hidup dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan bermasyarakat.

Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Contohnya, perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang figur yang sedang diidolakan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya, seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambut, ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya.

(13)

tanpa sadar akan membunuh kreativitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari. Hal yang sama dikatakan oleh Ade Armando, seorang ahli komunikasi sekaligus jurnalis Indonesia, bahwa media turut men-set agenda kehidupan konsumen termasuk mempengaruhi apa yang dianggap penting dan tidak penting, apa yang halal dan haram, apa yang bisa dinikmati dan tidak, melalui proses pembiasan. Sehingga, gaya hidup secara luas dapat kita katakan terbentuk dari pesan media massa yang masuk secara bertubi-tubi dalam kehidupan masyarakat.

Berbagai media elektronik memiliki pengaruh terhadap jurnalistik dan kehidupan manusia modern. Dalam tataran paling sederhana, jurnalistik melalui televisi dapat mengubah cara berpikir dan gaya hidup manusia, seperti destinasi wisata, sudut pandang atas suatu peristiwa, topik perbincangan, dan sebagainya. Dalam artian ini, media cenderung mempengaruhi gaya hidup seseorang.

(14)

LAMPIRAN

Waktu baca Setiap hari 1-7 kali seminggu 1 kali seminggu hingga tiap hari

Cara mengakses Berlangganan Berlangganan dan eceran

Eceran, pinjam

dibaca Ekonomi Politik Politik dan olahraga Olahraga dan kriminalitas

Olahraga, kriminalitas dan harga barang

Lama baca 1-2 jam 15-30 menit 15-30 menit 15-30 menit 15-30 menit

TELEVISI

Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari

Jenis program Komedi dan hiburan

Lama menonton 30-45 menit 30-34 menit Lebih dari 2 jam Lebih dari 2 jam Lebih dari 2 jam

INTERNET

Pengguna 76% setiap hari 58% kebanyak tiap

hari

34% tiap hari dan tak tentu

15% Tidak

tentu 6% Tidak tentu

Waktu akses 45-120 menit sehari Lebih dari 3 jam sehari 1-2 jam sehari Tidak tentu Tidak tentu

Alat Laptop dan ponsel pribadi Laptop, komputer dan ponsel pribadi

Program Channel ProgramTipe Loyalty %(>50%) Durasi

Rata-rata

ON DUTY Metro Documentary 78% 0:30:06 123.000 0,2

DOKUMENTER TVRI Documentary 77% 0:28:21 70.000 0,1

HOT SHOT SCTV Infotainment 74% 0:31:23 1.328.000 2,5

DUNIA

BINATANG Trans Documentary 74% 0:28:09 865.000 1,7

OASIS (R) Metro Documentary 73% 0:24:07 117.000 0,2

(15)

Tabel. 3 Program Hobi & Majalah TV

Program Channel Tipe

Program

Loyalty %

(>50%) Durasi

Rata-rata jumlah penonton

Rating (%)

JENDELA

DUNIA TVRI Skill/Hobbies 88% 0:25:09 5.000 0,2

NGEMIX KULINER

Global

TV Skill/Hobbies 87% 0:32:49 28.000 0,9

ALA CHEF Trans Skill/Hobbies 82% 0:32:41 84.000 2,8

GRIYA UNIK Trans TV/Magazine 81% 0:30:27 61.000 2,1

JELANG Trans TV/Magazine 78% 0:29:30 71.000 2,4

(16)

Lampiran 2

Daftar Pustaka

Australia, Brisbase. 2012. Broadening the focus, The case for lifestyle journalism

as a field of scholarly inquiry, [pdf],

( http://eprints.qut.edu.au/68296/1/2012_-_Hanusch_-_JP_-_Broadening_the_focus.pdf, diakses tanggal 25 Februari 2015)

Colbert, Jean Ann.2009. Encyclopedia of Journalism. Thousand Oaks:SAGE Publications, Inc.

Istanto, Freddy H. Peran Televisi dalam Citraan Masyarakat Dewasa Ini. Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra: tidak diterbitkan. Life, Spring Of. 2013. Spring of Life – Edisi April 2013, [pdf],

(

http://www.eastspring.co.id/dms/files/spring-of-life---april2013_20130423184912.pdf, diakses tanggal 25 Februari 2015).

Newsletter, Nieslen. 2012. Nielsen Newsletter – Edisi 14 | 28 Februari 2011, [pdf],

(http://www.agbnielsen.net/Uploads/Indonesia/Nielsen_Newsletter_Feb_ 2011-. Ind.pdf, diakses tanggal 25 Februari 2015).

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sawempi, Rahmat.2012. Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Perilaku Menjaga Kelestarian Alam Anggota UKM Klifonara. Skripsi Sarjana Universitas Bina Nusantara: tidak diterbitkan.

Wulandari, Putri Nurlita. 2014. Pengaruh Tayangan Talkshow Dr.OZ Indonesia Trans TV terhadap Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Samarinda, dalam jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, (

(17)

Lampiran 3

Biodata Peserta

Judul Naskah Esai : Gaya Hidup dalam Genggaman Jurnalisme

Asal Perguruan Tinggi: Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada

Nama Tim : BPPM EQUILIBRIUM

Identitas Anggota Kelompok

Anggota pertama

Nama : Ulayya Gempur Tirani

Tempat, Tanggal Lahir: Mataram, 25 April 1996

Domisili : Jatimulyo TR 1/730 RT 14, RW 03, Yogyakarta

E-mail : ulayya69@gmail.com

Nomor Telepon : 087839475469

Anggota kedua

Nama : Alexander Michael Tjahjadi Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 17 September 1996 Domisili : Jalan Kinanti, Sleman, Yogyakarta E-mail : alexandermichaeltj@gmail.com

Nomor Telepon : 085888726685

Anggota ketiga

Nama : Inayatul Azisah

Tempat, Tanggal Lahir: Tanete, 26 Juli 1996

Domisili : Jalan Johar Nurhadi No.9, Kotabaru, Yogyakarta E-mail : inayatulazisah@gmail.com

(18)

Fotocopy dan Scan Tanda Pengenal

(19)
(20)
(21)

Gambar

Tabel 2. Program Informasi Gaya Hidup
Tabel. 3 Program Hobi & Majalah TV

Referensi

Dokumen terkait

oleh suatu produk sangat bergantung dari bahan baku (buah) yang digunakan untuk pembuatannya, ditambah lagi konsentrasi gum arab paling tinggi pada perlakuan P 1

• Penyusunan kebijakan/peraturan dibidang impor yang ditujukan untuk pemenuhan bahan baku/penolong dan barang modal bagi industri yang berorientasi ekspor, serta mendukung

Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilakukan dengan teknik ESIA, pada proses bisnis pelayanan pasien BPJS rawat jalan Polispesialis dan UGD Rumah Sakit Islam

Magang dilakukan dalam bentuk tim berisi maksimal 5 (lima) orang mahasiswa. Klien magang proyek berbadan hokum. Tema magang proyek terkait dengan tema Ilmu Komunikasi

No Kreteria Sangat baik (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu bimbingan (1) 4 Menyebutkan bagaimana seharusnya sikap tokoh utama atas nikmat yang sudah ia peroleh Menjawab

Menurut Festinger, setiap faktor yang meningkatkan dorongan untuk membandingkan pendapat atau kemampuan dengan sendirinya juga akan merupakan faktor yang mendesak ke arah

Para guru, yang banyak di antaranya datang dari daerah dengan peradaban yang lebih maju dan telah dicuci otak dalam sistem pendidikan nasional, tidak peka atas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peng-aruh role play dalam konseling kelompok untuk menurunkan tingkat bullying pada siswa kelas XII di SMK Negeri 41 Jakarta..