• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESAN KRITIK SOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Tentang Pesan Kritik Sosial dalam film “Kentut” Karya Aria Kusumadewa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PESAN KRITIK SOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Tentang Pesan Kritik Sosial dalam film “Kentut” Karya Aria Kusumadewa)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PESAN KRITIK SOSIAL DALAM FILM

(Analisis Isi Tentang Pesan Kritik Sosial dalam film “Kentut”

Karya Aria Kusumadewa)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh : Fairus Soleh NIM: 05220031

KONSENTRASI AUDIO VISUAL

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Fairus Soleh

NIM : 05220031

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : PESAN KRITIK SOSIAL DALAM FILM

(Analisis Isi Tentang Pesan Kritik Sosial dalam film

“Kentut” Karya Aria Kusumadewa

)

 

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Jum' at

Tanggal : 03 Februari 2012

Tempat : Ruang 605

(3)

LEMBAR PERSETUUJUAN SKKRIPSI

tik Sosial daalam film ““Kentut”

 

Ketuua Jurusan KKomunikasii

Dra. Frrida Kusummastuti, M.. Si

(4)

PERNYAATAAN ORRISINALITTAS

Saya yangg bertandataangan di bawwah ini:

Nama : FFairus Solehh

Tempat Taanggal Lahiir : BBangkalan, 005 Januari 11988

Nomor Indduk Mahasiiswa : 005220031

Jurusan : Illmu Komunnikasi

Fakultas : Illmu Sosial DDan Ilmu PPolitik

Menyatakkan bahwa kkarya ilmiahh (Skripsi) yyang berjuduul:

PEESAN KRITIK SOSIAAL DALAMM FILM (Analisiis Isi Tentaang Pesan KKritik Sosia

Kusumad

al dalam fil dewa)

 

lm “Kentutt” Karya AAria

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pesan Kritik Sosial Dalam Film (Analisis Isi Tentang Pesan Kritik

Sosial Dalam Film Kentut Karya Aria Kusumadewa)dengan lancar. Sholawat

serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada kita semua dengan hasanah keilmuannya.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di Universitas Muhammadiyah Malang. Adapun tujuan peneliti adalah untuk mengetahui berapa besar frekuensi kemunculan pesan kritik sosial yang terkandung dalam film “Kentut” karya Aria Kusumadewa.

Penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik dan lancar terkecuali berkat arahan dan bimbingan serta dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Orang Tua, adikku dan semua keluarga besar saya yang senantiasa

berdoa untuk kesuksesan saya serta mendukung baik materiil maupun inmateriil.

2. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si dan Nasrullah, S.Sos, M.Si selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada kami dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Semua Dosen Universitas Muhammadiyah Malang khususnya Dosen di

Jurusan ilmu komunikasi yang telah memberikan kami pengalaman dan pengetahuan terbaiknya.

(6)
(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ………. LEMBAR PENGESAHAN………..

i ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ……….. iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ……… iv

ABSTRAK ………... v

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR……… xiv xv DAFTAR LAMPIRAN……….……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 10

C. Tujuan Penelitian ………... 10

D. Kegunaan Penelitian ……….. 10

1. Secara Akademis ………... 10

2. Secara Praktik ……….... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa ……….………... 11

1. Pengertian Komunikasi massa ………... 11

2. Ciri-ciri Komunikasi massa ………... 12

3. Fungsi Komunikasi Massa ……...………. 14

B. Film ………... 16

1. Pengertian Film ………... 16

2. Jenis-Jenis Film ……….……... 16

3. Genre Film ……….……... 19

(8)

C. Film Sebagai Realitas Sosial ...…………...……...

D. Teori Pesan Kritik Sosial ………...………

1. Pesan ...………..

2. Kritik Sosial …...………...

E. Analisis Isi ...………..

F. Definisi Konseptual ………...……

1. Definisi Pesan Kritik Sosial ………...

2. Film ………...…

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Tipe Penelitian ………... 34

B. Ruang Lingkup Penelitian ………...………... 34

C. Unit Analisis ……...………... 35

D. Satuan Ukur ………...

E. Struktur Kategori………

F. Teknik Pengumpulan Data ………

G. Teknik Analisis Data ……….

35 35 37 37

H. Uji Reliabilitas dan Validitas ……….………... 39

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi Film ……….……….. 42

B. Sinopsis Film ………..…... 44

C. Profil Pendukung Film ………..………...

1. Profil Citra Sinema ………...

2. Profil Sutradara ………...

3. Profil Pemeran Film ………..

45

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Penyajian dan Analisis Data ………...

1. Analisis Kategori Tema Kritik ………

75 77

(9)

2. Analisis Kategori Sasaran Kritik …………...………... 97

B. Uji Reliabilitas ………...… 113

1. Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 1 ………...

2. Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 2 ………...

114 115

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ………...………. 118

B. Saran ………...………...

1. Secara Akademis………..

2. Secara Praktis………...

119 119 119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Lembar koding ……… 35

Tabel 1.2 Lembar Distribusi Frekwensi ………..……… 36

Tabel 4.1 Review per-scene film “Kentut”…... 58

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Sesuai Kategori Tema Kritik …………... 72

Tabel 5.2 Tabel Distribusi Sesuai Kategori Sasaran Kritik... 73

Tabel 5.3 Distribusi Kategori Tema Kritik ……….. 75

Tabel 5.4 Distribusi Kategori Sasaran Kritik ………... 94

Tabel 5.5 Tabel Hasil Pengkodingan Peneliti dengan Koder 1 ...……. 111

Tabel 5.6 Tabel Hasil Pengkodingan Peneliti dengan Koder 2 ………... 112  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Cover Film Kentut ... 39

Indikator sikap Politikus – Scene 8 ... 76

Indikator sikap Politikus – Scene 23 ... 77

Indikator sikap Politikus – Scene 28 ... 77

Indikator sikap Politikus – Scene 36 ... 78

Indikator sikap Politikus – Scene 45 ... 79

Indikator sikap Politikus – Scene 55 ... 80

Indikator sikap Politikus – Scene 60 ... 80

Indikator sikap Politikus – Scene 73 ... 81

Indikator Moral Masyarakat – Scene 13 ... 82

Indikator Moral Masyarakat – Scene 26 ... 82

Indikator Moral Masyarakat – Scene 50 ... 83

Indikator Moral Masyarakat – Scene 59 ... 84

Indikator Moral Masyarakat – Scene 66 ... 84

Indikator Moral Masyarakat – Scene 79 ... 85

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 7 ... 86

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 11 ... 86

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 30 ... 87

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 41 ... 88

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 54 ... 88

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 62 ... 89

Indikator Kesejahteraan Masyarakat – Scene 72 ... 90

Indikator Pelayanan Rumah Sakit – Scene 15 ... 91

Indikator Pelayanan Rumah Sakit – Scene 17 ... 91

Indikator Pelayanan Rumah Sakit – Scene 49 ... 92

Indikator Pelayanan Rumah Sakit – Scene 70 ... 93

Indikator Pelayanan Rumah Sakit – Scene 71 ... 93

Indikator Para Politikus – Scene 3 ... 95

Indikator Para Politikus – Scene 4 ... 96

(12)

Indikator Para Politikus – Scene 5 ... 97

Indikator Para Politikus – Scene 9 ... 97

Indikator Para Politikus – Scene 18 ... 98

Indikator Para Politikus – Scene 46 ... 99

Indikator Para Politikus – Scene 69 ... 99

Indikator Para Politikus – Scene 78 ... 100

Indikator Para Politikus – Scene 83 ... 101

Indikator Tokoh Agama – Scene 32 ... 102

Indikator Tokoh Agama – Scene 33 ... 102

Indikator Tokoh Agama – Scene 38 ... 103

Indikator Tokoh Agama – Scene 43 ... 104

Indikator Tokoh Agama – Scene 51 ... 104

Indikator Tokoh Agama – Scene 58 ... 105

Indikator Tokoh Agama – Scene 63 ... 105

Indikator Tokoh Agama – Scene 68 ... 106

Indikator Tokoh Agama – Scene 74 ... 106

Indikator Tokoh Agama – Scene 77 ... 107

Indikator Tokoh Agama – Scene 80 ... 107

Indikator Media/Pers – Scene 19 ... 108

Indikator Media/Pers – Scene 22 ... 109

Indikator Media/Pers – Scene 65 ... 109

   

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Distribusi Sesuai Kategori dan Indikator

2. Lembar Kerja Peneliti

3. Lembar Pernyataan Koder I

4. Lembar Kerja Koder I

5. Lembar Pernyataan Koder II

6. Lembar Kerja Koder II

7. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi

8. Daftar Hadir Peserta Seminar

9. Identitas Peneliti

 

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Askurifai, Baksin. 2003. Membuat Film Indie itu Gampang. Bandung: Katarsis.

Dominic, Joseph R. dan Roger D Wimmer. 2000. Mass Media Research an Introduction. Wadsworth Publishing Company: Belmont.

Effendy, Heru. 2006. Mari Membuat Film; Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Rajawali.

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali.

Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nuruddin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka

Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya

Susetiawan, 1997. Kritik Sosial Dalam Wacana Pembangunan. Yogyakarta : UII Press.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi; Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Widjaja, HAW. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.

(15)

xv 

Data Internet :

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-k006-11-948319/kentut (Diakses 06 Desember 2011 pukul 16.37 WIB)

http://sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/02/kritik-sosial.html (Diakses 06 Desember 2011 pukul 16.37 WIB)

http://www.citrasinema.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Aria_Kusumadewa http://id.wikipedia.org/wiki/Ira_Wibowo http://id.wikipedia.org/wiki/Keke_Suryo

http://id.wikipedia.org/wiki/Cok_Simbara

(Diakses 06 Desember 2011 pukul 16.58 WIB)

http://id.berita.yahoo.com/mahfud-md-tonton-film-kentut-234213081.html (Diakses 03 Februari 2012 pukul 22.10 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Tema

http://id.wikipedia.org/wiki/politikus

http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa

http://filmindonesia.or.id/movie/viewers

(Diakses 04 Februari 2012 pukul 20.31-22.29 WIB)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Komunikasi merupakan kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dikatakan demikian karena dalam kehidupan manusia, komunikasi menjadi alat yang membantu dalam segala kegiatan yang ada. Begitu cepatnya perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, yang tanpa disadari dapat membawa perubahan sosial yang sangat besar terhadap kehidupan umat manusia. Media massa adalah salah satunya. Media massa seperti internet, film, radio, televisi dan lain-lain telah menjadi kebutuhan dan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam menyampaikan pesan maupun kritik sosial. Selain menjadi sumber dominan bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif untuk memperoleh gambaran dan citra realitas, media massa juga memberikan segala informasi dan hiburan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Demikian pentingnya media massa bagi masyarakat (McQuail, 1996:3).

Sebagai salah satu bentuk media massa, film dipandang mampu memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan hiburan dikala penat menghadapi aktivitas hidup sehari-hari. Dalam pandangan McQuail, film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang diluar jam

(17)

kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga.

Dalam pandangan Dennis McQuail (1996:13), film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebakan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya. Film sebagai salah satu media massa merupakan media hiburan yang sangat berpengaruh dibandingkan dengan keberadaan radio dan surat kabar. Hal ini dikarenakan kekuatan audio visual dalam film dapat mempengaruhi emosi penonton seperti menangis, tertawa, marah, sedih dan lain-lain.

Selain itu Film merupakan salah satu bentuk media massa yang mampu menggambarkan kehidupan dengan mengangkat masalah sosial dalam masyarakat. Persoalan sosial tersebut merupakan tanggapan atau respon para pembuat film terhadap fenomena pernasalahan masyarakat yang ada disekelilingnya, sehingga dapat dikatakan bahwa seorang pembuat film (sineas) tidak bisa lepas dari pengaruh sosial budaya masyarakatnya. Latar sosial budaya tersebut terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, system kemasyarakatan, adat istiadat, pandangan masyarakat, kesenian dan adegan serta benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam sebuah karya film buatannya.

(18)

merangsang imajinasi penonton, meskipun terkadang pesan yang diharapkan tidak sesuai atau hanya mendekati sesuai keinginan para sineas film dalam penyampaianya terhadap penonton. Karena dalam salah satu teori Melvin D. Defleur tentang teori perbedaan individu menyatakan, “bahwa manusia sangat bervariasi dalam organisasi psikologinya secara pribadi. Respon individu terhadap pesan yang diterima di ubah oleh tatanan psikologinya. Jadi efek dari pesan media massa itu menjadikan tidak seragam, tetapi menjadi beragam. Jika film itu di teliti secara mendalam, mengenai pesan apa yang sebenarnya di inginkan para sineas film terhadap khalayak, maka pesan itu akan dapat dipahami baik secara teoritis maupun bukti ilmiahnya, yang memungkinkan bagi para pelaku dan para penikmat film memilki tujuan dan harapan yang sama atas pesan apa yang sebenarnya di lihat dan dinikmati dalam sebuah film, sehingga dapat merubah sedikitnya pada perilaku atau pada kehidupan sosial yang sangat beragam sesuai dengan yang dikehendaki para sineas film tersebut.

Kritik sosial dapat disampaikan melalui media komunikasi massa, seperti pada media film, karena dalam sebuah film, paling tidak memiliki sebuah pesan tertentu dalam pembuatanya, baik pesan tersebut bersifat verbal maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para pembuatnya (sineas). Seseorang memahami keindahan, memahami nilai rasa serta bagaimana nilai rasa itu dapat dimodifikasikan seseorang yang tengah menikmati karya film, serta bagaimana pengarang mengaktualisasikan nilai itu dalam karyanya bersamaan dengan sikapnya di samping unsur-unsur yang menyertainya. Kekuatan itulah yang menyebabkan sebuah film memiliki kekuatan komunikasi literer. Dengan demikian akan dihasilkan film yang merupakan perwakilan

(19)

perasaan pembuatnya yang merupakan pendokumentasian peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar pembuat film (sineas).

Dalam dunia gerakan sosial, belakangan ini film juga semakin banyak digunakan sebagai sarana edukasi maupun provokasi. Termasuk di dalamnya film berguna untuk mengkritik masalah-masalah sosial. Namun demikian, film tentu saja bukan sekadar memindahkan bahasa tutur dan teks ke dalam gambar. Film agar efektif menyampaikan pesan-pesan kritikan-nya membutuhkan kepekaan menangkap kegelisahan sosial dan kemampuan dramatisasi visual yang padu.

Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Jurnalisme mungkin mendaku kerjanya pada realitas, tetapi jurnalisme dikendalikan oleh prinsip kelayakan berita yang memenggal realitas itu dalam satuan-satuan kelayakan berita tersebut. Sedangkan film nyaris tak terbatasi oleh hukum-hukum ekstrinsik seperti itu. Ketika pembuat film memilih sebuah tema, maka yang membatasinya adalah hukum-hukum intrinsik film itu sendiri. Dengan pilihan yang nyaris sama luasnya dengan kehidupan itu sendiri, film punya kemungkinan yang tak terbatas. Salah satu kemungkinan itu adalah menangkap apa yang ada di masyarakat tempat sang pembuat film itu hidup dan menurunkannya dengan cara bercerita yang sesuai.

(20)

titik terendah ketika film-film yang diproduksi adalah film dengan tema seks seperti Ranjang Ternoda, Gairah Malam, Limbah Asmara, yang pada dasarnya meniru film-film porno komersial. Peniruan itu tampak pada dua ciri: miskinnya plot dan hubungan seks antar tokoh untuk mengakhiri adegan. Selanjutnya setelah gairah membuat film bangkit lagi lima tahun terakhir, film-film yang diandalkan adalah film horor dan percintaan remaja yang tak mempersoalkan kenyataan yang mereka hadapi. Hal ini ironis mengingat kondisi politik yang kini relatif bebas untuk berekspresi. Para pembuat film bagai tak menyambut kondisi ini dengan memberi sumbangan yang lebih signifikan untuk kehidupan masyarakat yang lebih luas. Kebanyakan film lebih berorientasi mengejar keuntungan dan mengambil jalan mudah dalam mengungkapkan tema dan mencari cara tutur yang baru. Beberapa film seperti Marsinah karya Slamet Rahardjo, Catatan Akhir Sekolah karya Hanung Bramantyo atau Virgin karya Hanny Saputra mencoba memberikan semacam komentar terhadap kenyataan yang mereka lihat. Namun mereka belum melakukan kritik yang tajam dan langsung, masih sebatas melihat kenyataan sebagai sesuatu yang tidak ideal dan masih terbatas menjadi semacam komentar sosial, social commentary.

Pada kesempatan inilah film “Kentut” muncul sebagai sesuatu yang penting. Pembuat film ini dengan sadar melakukan sindiran terhadap gaya politikus kita saat ini dalam melakukan aktivitas kampanye pemilu nya, selain itu aspek sosial, budaya dan kesenjangan-kesenjangan sosial lainnya yang biasa dapat ditemukan di dalam realitas kehidupan selama masih berbangsa, bernegara dan bertanah air Indonesia menjadi topik pembicaraan utama dalam “Kentut”, sebuah film arahan sutradara Aria Kusumadewa yang menjadi karyanya setelah

(21)

memenangkan status sebagai Sutradara Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2009 lewat film Identitas (2009). Seperti halnya Identitas (2009), ada begitu banyak nada-nada satir yang dapat ditemukan dalam cara penceritaan sang sutradara pada film “Kentut” ini. Hanya saja, kali ini terlihat lebih santai dalam bercerita. dikemas dalam bungkusan komedi dan dibumbui dengan kritik sosial terhadap kondisi bangsa. Dengan alur cerita yang mengalir ringan dari deretan dialog yang disampaikan para karakter di film ini.

Film “kentut” ini bercerita tentang persaingan dua kandidat yang sedang berusaha memperebutkan kursi Bupati di Kabupaten Kuncup Mekar, Patiwa (Keke Soeryo), salah satu kandidat Bupati, harus menjalani operasi medis akibat dada kanannya tertembak saat berkampanye. Pasca operasi, Patiwa tetap harus menjalani perawatan serius di Rumah Sakit, karena dia harus menunggu hingga

keluarnya kentut. Kentut yang semula dianggap remeh, seketika menjadi

persoalan penting dan melibatkan banyak pihak. Sementara hari pemilihan kursi Bupati tidak lama lagi. Kepanikan menimbulkan konflik besar antara pihak rumah sakit dengan tim sukses Patiwa yang dipimpin perempuan cerdas nan jelita bernama Irma (Ira Wibowo).

Situasi ini dimanfaatkan oleh kandidat lawan bernama Jasmera (Deddy Mizwar) yang selalu tampil berapi-api untuk mendapatkan simpati masyarakat. Jasmera bersama Delarosa (Iis Dahlia) penyanyi dangdut yang fenomenal sebagai pasangan Cawabup, selalu meneriakkan slogan anti kemunafikan dan memiliki program-program kampanye kontroversial serta

cenderung nyeleneh. Untuk memperlambat keluarnya kentut Patiwa, maka

(22)

Jasmera meminta bantuan paranormal, dengan harapan agar Patiwa dinyatakan berhalangan tetap, hingga tidak dapat mengikuti putaran kedua.

Rumah Sakit berubah suasananya. Dokter Kepala, Satpam, dan seluruh karyawan rumah sakit semakin kelabakan dengan munculnya para pemburu berita dan beragam kelompok agama. Mereka berkumpul untuk berdoa bagi kesehatan Patiwa, dengan seremoni yang berbeda satu sama lainnya. Situasi Rumah Sakit tidak lagi nyaman, karena mendadak berubah menjadi ruang politik. Menjadi ruang harapan bagi kepentingan banyak orang. Akhirnya kentut menjadi idola.

Dari pandangan peneliti film ini sudah berhasil menjawab kegelisahan mengenai keberadaan karya film yang seharusnya bicara kritis tentang kondisi bangsa. Di tengah gencarnya film nasional bernuansa horor dan hantu tak bermutu. Film ini setidaknya telah berani menghadirkan sikap kritis itu dalam setiap adegan dan dialog satir nya yang tidak hanya tajam dan mengena tapi juga tegas, namun tetap tidak melupakan salah satu unsur penting dalam sebuah film yakni untuk menghibur penontonnya. Hal ini dibuktikan dari pemilihan genre komedi sebagai alur dalam cerita film ini. Selain itu film ini tidak berorientasi mengejar keuntungan seperti kebanyakan film yang beredar yang hampir tidak memperhatikan nilai edukatif sebuah film, hal ini bisa dilihat dari update data 10 Film Indonesia peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton pada tahun 2011 berdasarkan tahun edar film (dalam http://filmindonesia.or.id/movie/ viewers), dimana film yang menduduki peringkat 10 besar masih didominasi film yang bertemakan dijalur primer, seperti drama percintaan dan horor. Berikut peringkat 10 besar perolehan penonton terbanyak pada film yang beredar pada tahun 2011:

(23)

1. Surat Kecil Untuk Tuhan - 748.842 penonton

2. Arwah Goyang Karawang - 727.540 penonton

3. Hafalan Shalat Delisa 639.703 penonton

4. Poconggg Juga Pocong - 620.920 penonton

5. Get Married 3 - 563.942 penonton

6. Tanda Tanya - 552.612 penonton

7. Di Bawah Lindungan Ka'bah - 520.267 penonton

8. Purple Love - 503.133 penonton

9. Tendangan dari Langit - 491.077 penonton

10.Catatan Harian Si Boy - * 450.000 penonton

* = Perkiraan jumlah penonton hasil kombinasi data dari berbagai sumber. (Sumber data: PPFI, Blitzmegaplex, produser film dan sumber-sumber lainnya)

Data tersebut membuktikan bahwa film ”Kentut” tidak berorientasi

mengejar keuntungan semata, sang sutradara lebih memilih mengangkat tema diluar jalur film primer, yang salah satunya tentang film yang bertemakan kehidupan sosial politik yang notabene merupakan film yang jarang diproduksi di dunia perfilman Indonesia, dengan harapan akan menjadi sebuah kontrol sosial terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih baik mrnuju harmonisasi sosial.

(24)

Dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti film ini karena dalam film ini juga peneliti anggap mengandung banyak kritik sosial yang bersifat membangun untuk kesejahteraan hidup sosial masyarakat dalam berbangsa dan bernegara untuk menuju harmonisasi sosial, yakni terciptanya keseimbangan-keseimbangan sosial dalam hidup masyarakat sosial, melalui kritik-kritik sosial yang digambarkan dalam film ini. Karena pada dasarnya sebuah film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat melalui muatan-muatan pesannya (Sobur, 2003:127). Seperti yang di ungkapkan oleh Plt Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Ukus Kuswara (dalam http://id.berita.yahoo.com/mahfud-md-tonton-film-kentut-234213081.html) yang menyatakan bahwa Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sangat mendukung film tersebut. Berikut kutipan pernyataan nya:

"Kami sangat mendukung film-film yang mengandung kritikan membangun dan juga memberikan solusi-solusi bagi kondisi bangsa,".

Ukus juga mengatakan film tersebut mengajarkan kepada masyarakat untuk selalu berpikir positif.

Disamping itu, pertimbangan lain yang memperkuat alasan peneliti menjadikan film ini sebagai objek kajian dalam penelitian ini yaitu diperolehnya penghargaan berupa piala citra yang diterima oleh Adityawan Susanto selaku penata suara dalam film ini dalam nominasi penata suara terbaik, mengingat tanggal edar film ini yang baru di rilis pada tanggal 1 Juni 2011 lalu. Hal ini menarik minat peneliti untuk mengkaji memfokuskan penelitian ini terhadap film ini, untuk mengetahui seberapa besar frekuensi kemunculan kritik sosial yang

muncul pada setiap scene dalam film tersebut dengan metode analisis isi,

(25)

10 kemudian hasil koding tersebut di hitung dengan rumus Holsty serta akan di

perkuat oleh formula Scoot. Sehingga diharapkan bisa di uraikan secara obyektif

dan ilmiah tentang kritik sosial yang terdapat dalam film “Kentut” ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengetahui seberapa besar frekuensi kemunculan pesan kritik sosial dalam film “Kentut”?.

C. Tujuan

Adapun tujuan di adakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar frekuwensi kemunculan kritik sosial dalam film “Kentut” dengan menggunakan analisis isi.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan referensi bagi kajian ilmu komunikasi khususnya konsentrasi Audio Visual dalam hal memahami tentang kritik sosial yang terkandung dalam sebuah pesan yang disampaikan dalam produk Audio Visual.

2. Kegunaan Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Mitos adalah kisah suci yang biasanya menjelaskan bagaimana manusia dan alam terbentuk seperti sekarang ini, dalam pengertian yang sangat luas istilah tersebut

This research work is an attempt to, hopefully, provide valuable data and remedial work to the ESP teaching situation in Indonesia, and more precisely that of SMK. This study

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen program Solo Eco Cultural City melalui empat tahapan yakni pertama, perencanaan dimana proses ini menjawab

Miopi adalah kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh

Suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat

The next chapter, Chapter 3, investigates the effects of openness and indebtedness of the economy on the size of fiscal multiplier and analyzes the difference in the size of

masuk kedalam akifer tanah dangkal disebabkan olehmasuknya air hujan ke dalam timbunan sampah akan menghanyutkan komponen-komponen sampah yang telah mengalami

PET{GEMBAIIGAN DAN UJI TErx.IS PEDAL TFLSS4ER LIP-A1.. FAI@LTAS TEKNOLOGI Pf, RTANIAI{ UMWRSITAS