• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN TELEVISI DENGAN GAYA HIDUP ANAK MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN TELEVISI DENGAN GAYA HIDUP ANAK MUDA"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN TELEVISI DENGAN

GAYA HIDUP ANAK MUDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Antonius Suranto

NIM: 071324004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN TELEVISI DENGAN

GAYA HIDUP ANAK MUDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Antonius Suranto

NIM: 071324004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus

Yang slalu ada di setiap langkah hidupku

Kedua orang tuanku,

Andreas Wagiran dan Maria G. Slamet

yang slalu memberikan cinta kasih, dan

penggorbanan

Simbah Barjo Amin,

dan Simbok tuo Alm. Nikem Karto Rejo

Yang tak terlupakan,

(6)

v

MOTTO

Waktu

jua yang bicara , Mengakhiri sebuah kisah

Hidup adalah cerita Petualangan anak manusia

Kelahiran kematian

Pertemuan per

pisah

an Semua telah ditakdirkan

Kita yang jalani alurnya

(Netral; Fatamorgana)

Tugas kita bukan

lah untuk berh

asil.

Tugas kita

adalah untuk mencoba, karena

didalam

mencoba

itulah kita menemukan dan

bela

jar membangun

kesempatan untuk berhasil

(Mario Teguh)

Orang-orang

yang berhenti belajar akan menjadi

pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus

belajar, akan menjadi pemilik masa

depan

(Mario Teguh)

Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita

ketahui, kapankah kita akan mendapat

pengetahuan yang baru

? Melakukan

yang belum

kita ketahui adalah pintu

menuju pengetahuan

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN TELEVISI DENGAN GAYA HIDUP ANAK MUDA

Antonius Suranto Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara: (1) tayangan iklan di televisi dengan gaya hidup anak muda, (2) tayangan sinetron di televisi dengan gaya hidup anak muda, (3) tayangan infotainment di televisi dengan gaya hidup anak muda, (4) tayangan musik di televisi dengan gaya hidup anak muda, (5) tayangan iklan, sinetron, infotainment, dan musik secara bersama-sama dengan gaya hidup anak muda.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif. Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan April 2011. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berjumlah 1065 mahasiswa. Sampel yang diteliti sebanyak 282 responden. Sampel diambil dengan teknik Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi Spearman Rank.

(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN WHAT ARE SHOWN IN TV AND YOUTH LIFE STYLE

Antonius Suranto Universitas Sanata Dharma

2011

The purpose of this research is to know whether there is any relationship between: (1) television advertisement and youth life style; (2) soap opera on television and youth life style; (3) infotainment on television and youth life style; (4) music program on television and youth life style; and (5) advertisement, soap opera, infotainment, and music simultaneously and youth life style.

This research is an explanation research. The research was conducted in Sanata Dharma University in April 2011. The population of this research was 1065 university student of Faculty of Education. The samples were 282 students. The samples were taken by using Random Sampling technique. The data were gathered by using questionnaire, observation, and documentation. The data analysis technique was Spearman Rank Correlation.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN TELEVISI DENGAN GAYA HIDUP ANAK

MUDA”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed.,Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

2. Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku dosen pembimbing pertama, yang dengan sabar dan penuh perhatian member dorongan dan arahan kepada penulis.

(12)

xi

6. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto, Ibu Dra. Catharina Wigati retno Astuti, M. Si., Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd., terima kasih bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu Titin dan Seluruh pihak administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, staf dan karyawan UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

8. Bapakku Andreas Wagiran dan Ibukku Maria Goretti Slamet untuk kasih sayang, doa, kepercayaan yang terus mengiringi lahkahku dalam menjalani hidupku ini.

9. Buat keluarga besarku “ Simbahku, Pakde, Bude, Paklek, dan Bulekku”, yang salalu memberi semangat dan doa bagiku.

10. Teruntuk “Mas Eri, Mas Rian, Mbak Ida, Mbak Sum, Mas Dwi, Dik Yuli, Gazali, Linda, Jati, Doni, Dwi, Lungit, Wati, Apri, dan si kecil (Anya, Felik dan Pratiya)”, makasih telah menjadi kakak-kakakku dan adik-adikku yang baik.

11. Kawan-kawan seperjuangan PE’07 (Hendri, Fr. Willy, Debby, Tasya, Nila, Enggar, Lia, Natalia, Isdarini, Resti, Fika, Dian, Gita, Yuli, Katrin Funny, Ratna, Echa, Mona, Sinta, Ina, Hendri, Bagus, Arif, Dedy, Anton, Hendra, Tresno, Reza, Ugik, dan Fajar,) terimakasih atas kerjasama, bantuan, perhatian, dukungan dan kerjasamnya selama ini yang penuh makna, dan juga telah memberi nama seorang “Antonius Suranto” dengan nama panggilan “zuu/zhu”.

12. Buat kakak tingkat dan adik tingkat, terimakasih untuk senyum sapanya selama ini.

13. Untuk teman-teman Prodi lain, terimakasih atas dukungannya selama ini. 14. Untuk teman-teman komunitas “an71nk 45pal” (zali, gundul, wawen, phem2,

woko, didot, plompong, dan yang akan menjadi anggotanya), tetap kompak merajai desa “Siten”.

(13)

xii

16. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 16 Juni 2011

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian... 9

(15)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Media Komunikasi Massa ... 10

1. Pengertian Media Komunikasi Massa ... 10

2. Fungsi Media Komunikasi Massa ... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa ... 15

4. Efek Komunikasi Massa ... 18

5. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 25

B. Gaya Hidup Anak Muda ... 27

1. Gaya hidup konsumtif ... 30

2. Gaya hidup sederhana... 36

C. Kerangka Berfikir ... 38

1. Hubungan antara tayangan iklan di televisi dengan gaya hidup anak muda ... 38

2. Hubungan antara tayangan sinetron di televisi dengan gaya hidup anak muda ... 39

3. Hubungan antara tayangan infotainment di televisi dengan gaya hidup anak muda ... 39

4. Hubungan antara tayangan musik di televisi dengan gaya hidup anak muda ... 40

5. Hubungan antara tayangan iklan, sinetron, infotainment, dan musik di televisi dengan gaya hidup anak muda ... 40

(16)

xv

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 43

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 44

E. Variabel Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulam Data ... 50

1. Kuesioner ... 50

2. Observasi Terstruktur ... 53

3. Dokumentasi ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 54

1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 54

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 62

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 66

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 66

1. PTPG Sanata Dharma ... 66

2. FKIP Sanata Dharma ... 67

3. IKIP Sanata Dharma ... 67

4. Universitas Sanata Dharma ... 68

B. Arti Logo Universitas Sanata Dharma ... 69

C. Visi Misi Universitas Sanata Dharma ... 70

(17)

xvi

E. Fasilitas Universitas Sanata Dharma ... 71

F. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 73

G. Sekilas tentang Mahasiswa Universitas Sanata Dharma ... 75

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Diskripsi Responden ... 79

B. Analis Data ... 97

1. Pengujian Hipotesis ... 97

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELIAN, DAN SARAN 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Keterbatasan Penelitian ... 116

C. Saran ... 117

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Populasi Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma

Angkatan 2010 ... 45

Tabel III.2 Populasi dan Sampel Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2011 ... 47

Tabel III.3 Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Hubungan antara Tayangan Televisi dengan Gaya Hidup Anak Muda ... 49

Tabel III.4 Kisi-kisi yang Diperlukan untuk Mengukur Hubungan antara Tayangan Televisi dengan Gaya Hidup Anak Muda ... 51

Tabel III.5 Skoring Berdasarkan Skala Likert... 53

Tabel III.6 Rangkuman Uji Validitas untuk Tayangan Televisi Mahasiswa FKIP ... 56

Tabel III.7 Rangkuman Uji Validitas untuk Gaya Hidup Mahasiswa FKIP... 56

Tabel III.8 Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian ... 60

Tabel III.9 Hasil Uji Reliabilitas Tayangan Televisi ... 61

Tabel III.10 Hasil Uji Reliabilitas Gaya Hidup Anak Muda ... 62

Tabel III.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 65

Tabel V.1 Frekuensi Jenis Kelamin dan Kategori Gaya Hidup ... 80

Tabel V.2 Frekuensi Daerah Asal dan Kategori Gaya Hidup ... 82

Tabel V.3 Frekuensi Tayangan Iklan dan Kategori Gaya Hidup ... 85

Tabel V.4 Frekuensi Tayangan Sinetron dan Kategori Gaya Hidup ... 86

Tabel V.5 Frekuensi Tayangan Infotainment dan Kategori Gaya Hidup ... 88

Tabel V.6 Frekuensi Tayangan Musik dan Kategori Gaya Hidup ... 89

Tabel V.7 Distribusi Frekuensi Gaya Hidup ... 94

Tabel V.8 Pedoman Untuk Memebrikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 97

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner……… 121

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas………. 130

Lampiran 3 Data Induk Penelitian………. 136

Lampiran 4 Diskripsi Data Variabel Pnelitian……… 172

Lampiran 5 Uji Hipotesis……… 175

Lampiran 6 Tabel r………. 178

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini globalisasi dalam bidang ekonomi sudah sangat terasa di Indonesia, hal ini seiring dengan adanya transformasi konsumsi di dunia. Globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ada di Indonesia ini ditandai dengan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan yang begaya Shopping Mall, industri waktu luang, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri gosip, kawasan huni mewah, apartemen, real estate, gencarnya iklan barang-barang super mewah dan liburan wisata keluar negeri, berdirinya sekolah-sekolah mahal (dengan label “plus”), kegandrungan terhadap merek asing, makanan serba-instan (fast food), telepon selular (HP), dan tentu saja serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi yang sudah sampai ke ruang-ruang publik yang paling pribadi, dan bahkan mungkin relung-relung jiwa kita yang paling dalam (Chaney, 2006:8).

(21)

dari tujuh tahun menonton televisi (Storey, 2007:11). Dengan adanya televisi di dunia termasuk Indonesia, jelas akan menawarkan gaya hidup yang menanamkan nilai, cita rasa, dan gaya hidup yang mewah. Hal ini dikarenakan televisi sebagai budaya popular pengisi waktu luang yang akan di nikmati oleh mereka yang memiliki waktu dan uang yang berlebih.

Banyaknya tayangan yang ditawarkan televisi, tentunya akan erat berhubungannya dengan gaya hidup karena televisi sebagai penyedia hiburan yang paling populer di seluruh pelosok Dunia. Secara umum, tayangan-tayangan yang ada di televisi ditujukan untuk mereka para kaula muda atau ABG (anak baru gede), dengan alasan bahwa secara umum mereka sedang krisis identitas dan dalam proses pembentukan citra diri. Dengan keadaan seperti ini tentunya peran serta media televisi sangat besar dalam merubah gaya hidup masyarakat.

(22)

Kritikus media terkemuka, Marshall McLuhan, menyebut iklan sebagai karya seni terbesar abad ke-20. Iklan sering dianggap sebagai penentu kecenderungan, tren, mode, dan bahkan dianggap sebagai pembentuk kesadaran manusia modern. Kritikus periklanan, Sut Jhally, menunjukkan bagaimana citraan periklanan komersial telah menyebar ke wilayah-wilayah budaya popular lainnya dan dia membahas dampaknya bagi pembentukan identitas individu dan sosial (Chaney 2006:19). Tetapi tidak semua orang terpengaruh dengan adanya iklan tersebut, dan tidak semua orang akan membeli barang-barang yang diiklankan tersebut. Tapi, jelas unsur trik, dan manipulasi dalam periklanan, tak bisa diabaikan dalam perembesan gaya hidup, terutama di kalangan anak muda. Iklan dengan demikian telah menjadi semacam “saluran hasrat” (channel of desire) manusia dan sekaligus “saluran wacana” (channel of discourse) mengenai konsumsi dan gaya hidup.

Bagi Chaney, iklan adalah penampakan luar yang menyesatkan (illusiory surfaces) yang membuat subjeknya berkilau. Jhally berargumen bahwa, “Masyarakat konsumen secara harafiah diajar bagaimana membaca pesan-pesan komersial”. Kini kegiatan produksi, distribusi, dan iklan pemasaran jelas merupakan industri budaya (cultural industy) masa kini yang penting. Akan tetapi, kegiatan ini juga akan sangat tergantung pada industri-industri lainnya seperti komunikasi massa dan hiburan massa (Chaney 2006:20).

(23)

sinetron dan infotainment terdapat istilah yang disebut dengan selebriti. Prof. Thomas C. O’Guinn et al, dalam karya mereka Advertising and Integrated Brand Promotion (2003), mengungkapkan bahwa masyarakat abad ke-21

segalanya adalah mengenai selebriti. Sedangkan menurut Daniel Boortin dalam karyannya The Image (1962), selebriti adalah suatu kategori sosiologi yang unik, mereka dapat menjadi ekspresi diri sekaligus pembangkit aspirasi bagi para konsumen (Chaney 2006:20).

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi muda yang dikenal sebagai anak-anak

E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas

yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity) cara mereka berselancar di dunia maya (internet), cara mereka digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas (Chaney 2006:20-21).

(24)

bahagiannya kalau bisa mengisi waktu luang dengan bersenang-senang dan bersantai. MTV jelas telah menjadi saluran gaya hidup subculture kawula muda yang tumbuh bersama dengan perkembangan industri musik dan hiburan yang berhasil memanfaatkan kemajuan dunia pertelevisian (Chaney 2006:21).

Iklan, sinetron, infotainment, dan musik merupakan tayangan televisi yang sangat erat hubungannya dengan gaya hidup konsumtif. Dalam kehidupan bermasyarakat, gaya hidup orang lain memang sesuatu yang dapat di tiru atau di ikuti, terlebih untuk masyarakat Indonesia yang identik dengan masyarakat konsumtif. Konsumtif merupakan perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan.

Gaya hidup modern yang serba cepat dan instan, belakangan ini menjadi masalah pokok karena mempengaruhi banyak aspek atau elemen dalam masyarakat, tidak terkecuali aspek ekonomi. Gaya hidup yang mewah merupakan cotoh perwujudan gaya hidup konsumtif yang terjadi saat ini di bidang ekonomi. Gaya hidup dapat membawa dampak buruk terhadap pola konsumsi yang terjadi di masyarakat Indonesia, memang tak dapat dipungkiri dengan adanya media massa popular yaitu televisi membuat budaya baru dalam mengonsumsi produk barang atau jasa.

(25)

yang ada di Indonesia, gaya hidup konsumtif sudah menjadi hal yang wajar terjadi. Hal ini dapat terlihat dari apa yang mereka kenakan dan perilaku yang mereka sering lakukan. Perwujudan gaya hidup dapat berupa fashion, makanan/minuman, tempat nongkrong, olahraga, dan akses teknologi informasi/internet.

Tayangan televisi yang ada seperti sinetron, iklan, infotainment, dan musik tentunya akan sangat menarik bagi anak muda di jaman sekarang, hal ini terjadi karena tayangan televisi memberikan sesuatu yang baru dan menarik untuk ditirukan. Televisi memberikan sumbangan yang besar tentunya bagi perubahan gaya hidup anak muda di jaman modern ini. Gaya hidup konsumtif juga dapat kita lihat dalam kehidupan mahasiswa di lingkungan kampus. Perubahan gaya hidup anak muda ini juga terjadi dalam lingkungan kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(26)

kecenderungan yang kurang baik bagi kehidupan sehari-hari mereka yang berkaitan dengan keuangan mereka. Contoh buruk yang sering terjadi akibat konsumsi yang berlebihan adalah berhutang, demi memenuhi gaya hidup konsumtif yang kurang baik ini.

Dari fenomena di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara tayangan televisi dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, apakah hubungannya positif dan signifikan. Oleh karena itu dalam penelitian ini diambil judul penelitian ”Hubungan antara Tayangan Televisi dengan Gaya Hidup Anak Muda”.

B. Batasan Masalah

(27)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa ada hubungan yang signifikan antara tayangan iklan di televisi dengan gaya hidup anak muda ?

2. Apa ada hubungan yang signifikan antara tayangan sinetron di televisi dengan gaya hidup anak muda ?

3. Apa ada hubungan yang signifikan antara tayangan infotainment di televisi dengan gaya hidup anak muda ?

4. Apa ada hubungan yang signifikan antara tayangan musik di televisi dengan gaya hidup anak muda ?

5. Apa ada hubungan antara iklan, sinetron, infotainment, dan musik secara bersama-sama dengan gaya hidup anak muda ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui:

1. Ada tidaknya hubungan antara tayangan iklan di televisi dengan gaya hidup anak muda.

2. Ada tidaknya hubungan antara tayangan sinetron di televisi dengan gaya hidup anak muda.

(28)

4. Ada tidaknya hubungan antara tayangan musik di televisi dengan gaya hidup anak muda.

5. Ada tidaknya hubungan antara iklan, sinetron, infotainment, dan musik secara bersama-sama dengan gaya hidup anak muda.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang berguna bagi mahasiswa dan siapa saja yang membutuhkannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan sosial terlebih yang berhubungan dengan gaya hidup konsumtif yang sedang popular dikalangan mahasiswa atau anak muda.

2. Bagi penelitian selanjutnya

(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Komunikasi Massa

1. Pengertian Media Komunikasi Massa

Secara umum dipahami bahwa istilah media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema. Media memang memediasi, maksudnya mereka merekonstruksi materi sumber dengan berbagai cara, untuk berbagai alasan, terutama untuk menjadikannya menarik bagi audiens atau penonton.

Definisi paling sederhana tentang komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner (1980:10): “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).

Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik massa. Gerbner (1967) menulis, “Mass communication is the technologically and institutionally based production and

distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in

industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang

(30)

Merangkum definisi-definisi diatas, di sini komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektroniks sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

McQuail berargumen bahwa terdapat tiga unsur kunci bagi semua teori media, setidaknya jika kita berharap untuk menyelidiki hubungan antara komunikasi massa dan perubahan sosial atau perubahan gaya hidup seseorang selama satu periode waktu. Tiga unsur kunci tersebut meliputi: (1) teknologi komunikasi, (2) bentuk dan isi materi media, dan (3) perubahan sosial itu sendiri merujuk kepada struktur sosial, perkembangan institusi-institusi dan berbagai pergeseran dalam kepercayaan dan sikap publik (Burton 2008:22).

Media sangat signifikan dalam mempresentasikan identitas kepada pihak- pihak lain, serta kepada kelompok lain yang ada di sekitar. Dengan demikian media massa dapat diartikan sebagai budaya populer, hal ini di karenakan sebagai berikut: (1) produksi massa telah menghasilkan budaya massa yang telah menjadi budaya populer, (2) budaya massa telah menggantikan budaya rakyat (folk culture), (3) budaya massa didominasi oleh seni- seni sejati (true arts) dan hiburan masyarakat, dan (4) penciptaan budaya massa didorong oleh motif laba.

(31)

selektif, tetapi juga menyiratkan semacam perpaduan yang tidak dilihat atau dirasakan di luar sana. Media merefleksikan kembali kepada orang-orang muda suatu deskripsi tentang siapa mereka, apa yang mereka lakukan, yang kemudian menjadi terasimilasi dan digunakan.

2. Fungsi Media Komunikasi Massa

Menurut McQuail fungsi komunikasi massa dibagi kedalam dua kategoris yaitu Fungsi komunikasi massa untuk masyarakat; dan fungsi komunikasi massa untuk individu.

a. Fungsi Komunikasi Massa untuk Masyarakat.

McQuail menyatakan bahwa fungsi komunikasi massa untuk masyarakat meliputi:

1) Informasi

a) Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.

b) Menunjukkan hubungan kekuasaan.

c) Memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan 2) Korelasi

a) Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.

b) Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan. c) Melakukan sosialisasi.

(32)

e) Membentuk kesepakatan.

f) Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. 3) Kesinambungan

a) Mengepresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. b) Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.

4) Hiburan

a) Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi. b) Meredakan ketegangan sosial.

5) Mobilisasi

Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.

b. Fungsi Komunikasi Massa untuk Individu

McQuail menyatakan bahwa fungsi komunikasi massa untuk masyarakat meliputi:

1) Informasi

a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

(33)

d) Belajar, pendidikan diri sendiri.

e) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2) Identitas pribadi

a) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b) Menemukan model perilaku.

c) Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). d) Meningkatkan pemahaman tentang diri-sendiri.

3) Integrasi dan interaksi sosial

a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial. b) Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa

memiliki.

c) Menemukan bahan percakapan dan interkasi sosial. d) Memperoleh teman selain dari manusia.

e) Membantu menjalankan peran sosial.

f) Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat.

4) Hiburan

a) Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b) Bersantai.

c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d) Mengisi waktu.

(34)

f) Membangkitkan gairah seks.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi

Massa

Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dicurahnkan kepadanya (Dervin, 1981:74). Pesan komunikasi dianggap sebagai “benda” yang dilihat sama baik oleh komunikator maupun komunikate.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap intropeksinisme (yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behaviorisme ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia-kecuali instink-adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organism sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).1

Media massa memang berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktor-faktor personal yang mempengaruhi reaksi mereka (Rahmat, 2008:203). Banyak faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa, secara sepintas

1

(35)

dijelaskan dalam teori-teori dari Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach dan pendekatan motivasi dari model uses and gratification.

a. Teori Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach tentang Pertemuan

dengan Media

DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis, yaitu:

1) Perpektif perbedaan individu

Perpektif perbedaan individu memandang bahwa sikap dan organisasi personal psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengamatan belajar, dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.

2) Perpektif kategori sosial

(36)

3) Perpektif hubungan sosial

Perpektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Lazarfeld menyebutnya ”pengaruh personal”. Seperti dijelaskan di muka, perpektif ini tampak pada model “two step flow of communication”. Dalam model ini, informasi bergerak melewati dua

tahap. Pertama, informasi bergerak pada sekelompok individu yang relative lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Kedua, informasi bergerak dari orang-orang itu disebut “pemuka pendapat” dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam informasi.

(37)

cenderung menyukai acara pendidikan, berita, dan informasi, di bandingkan dengan kelompok atas dan bawah.

b. Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification

Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974:20).

Menurut “aliran” uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Lebih lanjut ini berarti bahwa efek media massa juga berlaianan pada setiap anggota khalayak. Kepada pencari informasi, media massa diduga mempunyai efek kognitif yang menguntungkan. Kepada pencari identitas, media massa mungkin menimbulkan efek afektif yang mengerikan. Kepada pencari model, media massa mungkin mendorong perilaku yang meresahkan.

4. Efek Komunikasi Massa

(38)

tetapi kepada apa yang dilakukan media kepada kita. Kita ingin tahu bukan apa kita membaca surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa. Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977:359), ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Ada beberapa efek komunikasi massa yang mempengaruhi masyarakat secara umum, mulai dengan efek kehadiran media massa secara fisik, kemudian meluas keefek pesan media massa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati: yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Efek Kehadiran Media Massa

(39)

mempengaruhi bukan apa yang disampaikan media, tetapi jenis media komunikasi yang kita pergunakan-interpersonal, media cetak, atau televisi. Teori McLuhan, disebut teori perpanjangan alat indra (sense extension theory), menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indra

manusia: telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. McLuhan menulis ”Secara operasional dan praktis”, medium adalah pesan. Ini berarti bahwa akibat-akibat personal dan sosial dari media yakni karena perpanjangan diri kita timbul karena skala baru yang dimasukkan pada kehidupan kita oleh perluasan diri kita atau oleh teknologi baru. Media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Steven H. Chaffee menyebut lima hal:

1) Efek ekonomis

Kehadiran surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, memberi pekerjaan pada wartawan, ahli rancang grafis, pengedar, pengecer, pencari iklan, dan sebagainya. Televisi disamping menyedot energi listrik dapat member nafkah para juru kamera, juru rias, pangarah acara, dan belasan profesi lainnya.

2) Efek sosial

(40)

televisi meningkatkan status sosial pemilinya. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptakan hubungan “patron-client” yang baru.

3) Efek pada penjadwalan kegiatan

Televisi telah mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film. Reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya televisi: beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.

4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu

Sering terjadi orang juga mengunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak misalnya kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya.

5) Efek pada perasaan orang terhadap media.

(41)

b. Efek Kognitif Komunikasi Massa

Wilbur Schramm (1977: 13) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternative dalam situasi. Informasi yang diperoleh telah menstruktur atau mengorganisasikan realitas. Realitas itu sekarang tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Gambaran tersebut lazim disebut citra (image), yang menurut Roberts (1977) “representing the totality of all information about the world any individual has processed,

organized, and stored” (menunjukkan keseluruhan informasi tetang dunia

ini yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan individu). Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita.

(42)

c. Efek Afektif Komunikasi Massa

Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, Joseph Klapper mengemukakan penelitiannya mengenai pengaruh media massa terhadap pembentukan dan perubahan sikap masyarakat, yaitu:

1) Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti predisposisi, proses selektif, keanggotaan kelompok (factor personal). 2) Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi

memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).

3) Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

4) Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial. 5) Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang

masalah- masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Charles K. Atkin (1981: 299-328) meninjau berbagai literatur tentang komunikasi massa dan sosialisai politik, lalu menyimpulkan, “This diverse collection of findings suggests that the mass media significantly influence

som affective orientation, although the impact is not as great as for

(43)

bahwa media massa secara berarti mempengaruhi orientasi afektif, walaupun dampaknya tidak sebesar pada orientasi kognitif).

d. Efek Behavioral Komunikasi Massa

1) Efek Prososial Behavioral

Salah satu perilaku proporsial memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan seperti ini biasanya diperoleh dari saluran-saluran interpersonal: orang tua, atasan, pelatih, atau guru. Pada dunia modern, sebagian dari tugas mendidik telah juga dilakukan media massa. Buku, majalah, dan surat kabar sudah kita ketahui mengajarkan kepada pembacanya sebagai keterampilan. Tetapi yang sering diragukan orang adalah pengaruh prososial behavioral media elektronis seperti radio, televisi, atau film.

Teori yang dapat menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan

lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteritik diri kita.

2) Agresi sebagai Efek Komunikasi Massa

(44)

belajar bahasa Indonesia yang baik setelah mengamatinya dalam televisi. Wanita juga meniru potongan rambut “Lady Di” yang disiarkan dalam media massa.

5. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. Televisi juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata televisi merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh (http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi).

Televisi saat ini merupakan suatu bentuk budaya pop akhir abad ke-20. Tidak diragukan lagi bahwa televisi merupakan aktivitas waktu luang paling populer di dunia. Banyak tayangan yang diberikan media televisi terhadap masyarakat, antara lain: sinetron, iklan, infotainment, dan musik. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Iklan

(45)

b. Sinetron

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya, sutradara terkenal asal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta).

c. Infotainment

Infotainment adalah salah satu jenis penggelembungan bahasa yang kemudian menjadi istilah populer untuk berita ringan yang menghibur atau informasi hiburan. Merupakan kependekan dari istilah Inggris information-entertainment. Infotainment di Indonesia identik dengan acara televisi yang menyajikan berita selebritis dan memiliki ciri khas penyampaian yang unik.

d. Musik

(46)

B. Gaya Hidup Anak Muda

Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa juga disebut modernitas, maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk mengambarkan tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup membantu memahami (yakni menjelaskan tapi bukan berarti membenarkan) apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

(47)

Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Misalnya seorang yang hidupnya dan lingkungannya dibesarkan dilingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau setidaknya menganggap bahwa judi itu tidak jelek.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :

1. Perhatian (Attention), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamat (kemampuan indera, minat, persepsi, penguatan sebelumnya).

2. Penyimpanan atau proses mengingat (Retention), mencakup kode pengkodean simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik.

3. Reproduksi motorik (Reproduction), mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.

4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri (Motivation).

(48)

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara mengkodekan perilaku yang ditiru kedalam kata-kata, tanda atau gambar dari pada hanya observasi sederhana (hanya melihat saja). Sebagai contoh: belajar gerakan tari dari instruktur membutuhkan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan langsung ditirukan oleh siswa pada saat itu juga. Kemudian proses meniru akan lebih terbantu jika gerakan tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar atau instruksi yang ditulis dalam buku panduan.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

(49)

Gaya hidup tentunya sangat berkaitan dengan konsumsi, karena konsumsi adalah bagian dari gaya hidup. Menurut Widiarto (2004:41), konsumsi adalah suatu kegiatan manusia untuk mengurangi nilai kegunaan barang dan jasa, baik dilakukan secara sekaligus maupun berangsur-angsur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsumsi menurut Winardi (1992:127) adalah penggunaan akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Imam Chourmain dan Prihatin (1994:60) berpendapat bahwa konsumsi adalah setiap perbuatan yang menurunkan nilai atau daya guna dari suatu benda ekonomi yakni barang dan jasa.

Tujuan konsumsi adalah untuk memperoleh tingkat kepuasan dan mencapai tingkat kemakmuran konsumen, yang berarti bahwa konsumen dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan secara layak dan benar. Dalam masyarakat biasanya akan muncul pola konsumtif, yaitu perilaku yang boros yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka gaya hidup anak muda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: gaya hidup konsumtif dan gaya hidup sederhana. Dua gaya hidup anak muda tersebut masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Gaya hidup konsumtif

(50)

berlebihan atau boros dan lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan yang lebih penting.

Dengan adanya pola konsumtif di dalam masyarakat tentunya akan memberikan dampak sosial bagi masyarakat tersebut. Menurut Soedjatmoko, Haryanto (2008: 51-83), dampak tersebut dapat dilihat memalui lima ranah tematis kehidupan sosial, yaitu ruang dan tempat, teknologi, mode atau fashion, musik pop, dan olahraga. Lima ranah tersebut masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengonsumsi ruang dan tempat

Konsumsi ruang dan tenpat adalah tempat hiburan yang sering dikunjungi sebagai tempat pelepas lelah. Kebudayaan kontemporer telah mengalami ”deteritorialisasi”, yakni, bahwa dengan perkembangan komunikasi massa

dan jaringan hiburan, yang berdasar pada kota metropolitan dan yang menyebarkan budaya konsumen, yang muncul ialah homogenitas budaya yang meliputi pelbagai ruang dan tempat. Salah satu bentuk dari budaya ruang dan tempat ini adalah pusat perbelanjaan (Mall).

Pusat perbelanjaan, dapat dikatakan merupakan surga bagi konsumerisme (a temple of consmerism) di mana, secara sadar, pengalaman berbelanja

(51)

masa sekarang lebih berpengaruh secara sosial. Konsumerisme telah memaksakan suatu perilaku sosial yang dikendalikan oleh para pengembang dari pada para konsumen itu sendiri. Mall tampak memenuhi seluruh pemuasan langsung konsumerisme, tetapi pada saat yang sama menyembunyikan keharusan sosial yang tersembunyi. Mall selain sebagai tempat perbelanjaan, mall juga berfungsi sebagai tempat tongkrongan anak muda jaman sekarang.

b. Mengonsumsi teknologi

Perkembangan teknologi telah membawa akibat yang signifikan bagi bentuk konsumsi masyarakat Indonesia. Teknologi informasi dan komunikasi hadir sebagai komponen pokok budaya konsumsi rumah tangga. Dalam arti tertentu, dampak teknologi pada masyarakat kontemporer, dan secara spesifik bagi para konsumen, mampu memenuhi standar ”jerat-jerat” konsumerisme yang mempesona sekaligus tak terelakan. Ada transformasi kehidupan sosial yang radikal (hal yang prinsip) sebagai dampak berbagai kemajuan sains dan teknologi.

(52)

teoritis yang semula sebagai prasyarat inovasi dan kebijaksanaan (policy) kepada kenyataan bahwa pengetahuan teoritis muncul sebagai prinsip dasar bagi masyarakat pasca industri. Singkat kata, teknologi perlu dikaitkan dengan revolusi budaya sebagai refrensi konteks sosial dan politis. Teknologi telah berperan dalam membuat konsumen yang jinak (pacfication of the consumer).

c. Mengonsumsi mode (fashion)

Mode merupakan pola konsumsi yang mana di jadikan sebagai sebuah cara hidup, selain itu mode mencirikan pengalaman hidup sosial. Salah satu ciri alam modern belakangan ini adalah dengan perubahan tanpa henti, dan mode merupakan salah satu akibat perubahan tanpa henti tersebut.

Lebih jauh, mode memiliki fungsi sebagai penolong yang memastikan bahwa masyarakat mengadaptasikan kehidupan modern yang kompleks. Sebagai produk pembeda kelas, mode tidak hanya mengidentifikasi individu sebagai anggota kelas partikular (kelompok sendiri), melainkan juga membuktikan bahwa mode bukanlah anggota kelompok alternatif. Dengan demikian, mode dapat dikatakan sebagai produk kebutuhan sosial. Dalam konteks ini, uang berperan penting di dalam analisisnya.

(53)

terkait dengan pemaknaan budaya yang dibentuk oleh kelompok elite sosial maupun pandangan pemimpin tertentu, seperti para tokoh terkenal populer (pop stars). Tentu saja, konsumen yang memiliki pengaruh kurang akan

mengimitasi pekmanaan tersebut. Akhirnya, ketiga, sistem mode yang secara radikal membentuk kembali pemaknaan kultural di dalam benda-benda.

Industri mode tampak secara terus menerus mengabadikan sitem baru yang bergantung pada harapan memperoleh trend mode yang baru. Mode, secara tidak diragukan, merupakan produk perusahaan kapitalis dan sekaligus ekspresi kultural perusahaan tersebut. Mode hadir sebagai norma hidup sehari-hari dan melalui busana dapat ditentukan parameter lingkungan hidup seseorang.

d. Mengonsumsi musik pop

Musik populer atau musik pop adalah nama bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan kebanyak bersifat komersial. Musik populer pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1920 di mana rekaman pertama kali dibuat berdasarkan penemuan Thomas Edison, dibedakan dengan Musik Klasik, Musik Jazz, Musik Tradisional, Musik Blues, kemudian juga berkembang ke negara-negara lain sedunia.

(54)

internasional merupakan pemain utama di dalam proses globalisasi. Industrialisasi musik tidak hanya meliputi kejadian pada musik saja namun secara aktual sebagai sebentuk komunikasi dari apa yang ditentukan oleh lagu, penyanyi, dan pelaku. Dengan kata lain, para pelaku tidak begitu saja secara independen menjadi produk dari proses industri. Perkembangan terpenting selanjutnya adalah munculnya video pop yang memiliki kekuasaan lebih pada perusahaan rekaman. Musik yang memiliki nilai tonton baik (good pop television) adalah yang memiliki nilai jual. Terjadilah estetika pop universal pada musik pop.

Lebih lanjut, proses ini menunjukkan pengaruh ideologi konsumerisme sebagai cara hidup. Sebagai akibatnya, konsumsi menawari konsumen sebuah kerangka di mana mereka dapat mengonstruksikan identitas yang secara meluas dipengaruhi oleh media atau advertensi. Seorang konsumen muda, misalnya, haruslah mengonsumsi apa yang dapat diterima sebagai musik oleh kelompoknya.

(55)

dan membeli, melakukan rekaman lokal (home taping), menginterpretasi suara, gerak (dance), dan akhirnya menginterpretasi lagu dan simbol. Dalam hal ini, pemilikan alat pemutar musik secara personal memainkan peran utama di dalam konstruksi bidang suara (soundscape) personal.

e. Mengonsumsi olahraga (sport)

Olahraga merupakan ranah kehidupan sosial kontemporer yang secara mendalam telah diubah oleh dampak konsumerisme sebagai sebuah cara hidup. Adapun proses yang terasosiasi bersama komersialisasi olahraga tampak meningkatkan profil olahraga sebagai pengalihan aktualitas dan tekanan hidup sepanjang hari. Perkembangan yang ada memiliki implikasi- implikasi ideologis bagi dampak konsumerisme yang lebih luas pada kehidupan modern.

Salah satu faktor yang paling berpengaruh di dalam komodifikasi olahraga ialah televisi. Perusahaan-perusahaan televisi menginvestasikan sejumlah uang dalam jumlah amat besar dengan pemahaman bahwa hal ini merupakan cara yang dipastikan akan menarik penonton, dan dengan demikian, membenarkan adanya biaya advertensi yang tinggi.

2. Gaya hidup sederhana

(56)

tindakan berdasarkan pikiran dan pertimbangan yang logis. Dengan demikian dalam mengonsumsi ruang dan tempat, teknologi, mode, musik, dan olahraga dapat sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.

Anak muda merupakan tujuan dari dua gaya hidup ini, ide tentang generasi muda sebagai gaya yang menghasilkan identitas selama suatu fase perkembangan pribadi ketika berbagai isu identitas dan hubungan sosial mengemuka, adalah sangat tidak bisa dipungkiri. Hal tersebut, dalam suatu pengertian, tidak dapat diperdebatkan, bahwa jika hal tersebut tidak merupakan semua hal yang dapat dikatakan tentang budaya generasi muda. Seperti yang dinyatakan oleh Brake.

Identitas sosial dikonstruksi dari jejaring makna dan hubungan sosial yang ada di sekitar kita, dan dari hal ini kita belajar memahami diri kita sendiri termasuk hubungan kita dengan budaya dominan. Brake mendiskripsikan gaya sebagai:

a. Citra: busana, rambut, tata rias b. Sikap: perilaku nonverbal c. Dialek: bahasa yang digunakan

(57)

Tempat budaya-budaya generasi muda dengan suatu budaya materi yang lebih umum adalah rumit. Generasi muda diundang untuk mengonsumsi, generasi muda adalah pasar, generasi muda diubah menjadi komoditas itu sendiri. Kebutuhan untuk mengonsumsi ditemukan, dipuaskan oleh konsumsi. Pada pihak lain, generasi bukan merupakan korban budaya komoditas ketika generasi muda tersebut menemukan berbagai gaya dan dalam beberapa kasus menolak konsumerisme dan materialisme. Garrath berujar tentang generasi muda, kita mengadakan kontak dengan komersialisai mereka, bukan pembentukan mereka (Burton 2008:156-157).

C. Kerangka Berfikir

1. Hubungan antara tayangan iklan di televisi dengan gaya hidup anak

muda.

(58)

2. Hubungan antara tayangan sinetron di televisi dengan gaya hidup anak

muda.

Tayangan sinetron merupakan serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sedangkan gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Dalam sinetron terdapat konsumsi ruang dan tempat, mode/fashion, musik pop, teknologi dan olahraga yang menjadi bagian dari gaya hidup. Ada dugaan bahwa ketika mahasiswa melihat tayangan sinetron di televisi akan berhubungan dengan gaya hidupnya.

3. Hubungan antara tayangan infotainment di televisi dengan gaya hidup

anak muda.

(59)

4. Hubungan antara tayangan musik di televisi dengan gaya hidup anak

muda.

Tayangan musik merupakan tayangan suara dan gambar (video klip) yang ada di televisi. Sedangkan gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Dalam tayangan musik terdapat konsumsi ruang dan tempat, mode/fashion, musik pop, teknologi dan olahraga. yang menjadi bagian dari gaya hidup. Ada dugaan bahwa ketika mahasiswa melihat tayangan musik di televisi akan berhubungan dengan gaya hidupnya.

5. Hubungan antara tayangan iklan, sinetron, infotainment, dan musik di

televisi secara bersama-sama dengan gaya hidup anak muda.

(60)

Kerangka pemikiran ini, secarta sistematis dapat dilihat sebagai berikut:

D. Hipotesis

1. Ada hubungan yang signifikan antara iklan di televisi dengan gaya hidup anak muda.

2. Ada hubungan yang signifikan antara sinetron di televisi dengan gaya hidup anak muda.

3. Ada hubungan yang signifikan antara infotainment di televisi dengan gaya hidup anak muda.

4. Ada hubungan yang signifikan antara musik di televisi dengan gaya hidup anak muda.

5. Ada hubungan yang signifikan antara iklan, sinetron, infotainment, dan musik secara bersama-sama dengan gaya hidup anak muda.

Iklan (X1)

Sinetron (X2)

Infotainment (X3)

Musik (X4)

Gaya

Hidup

(61)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Penelitian eksplanatif betujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti hubungannya adalah iklan, sinetron, infotainment, musik, dan gaya hidup.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dengan alasan sebagai berikut:

a. Universitas Sanata Dharma sebagai salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang mempunyai visi dan misi yang berkaitan dengan IPTEK dan nilai-nilai kemanusian, sehingga penelitian ini penting untuk mengetahui apa ada hubungan yang signifikan antara IPTEK (media televisi) dengan nilai-nilai kemanusiaan yang berhubungan dengan gaya hidup.

(62)

unggulan adalah Fakultas Keguruam dan Ilmu Pendidikan atau sering di singkat FKIP USD. Fakultas Keguruam dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma mendidik mahasiswanya agar menjadi calon tenaga pendidik (guru) yang bermutu, tentunya mengharapakan para mahasiswa untuk tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan khususnya mengenai gaya hidup tertentu karena adanya media massa yakni televisi. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui apakah media massa televisi memberi sumbangan terhadap gaya hidup mahasiswa FKIP USD.

c. Mahasiswa FKIP angkatan 2010 di ambil sebagai sampel, dengan alasan bahwa dalam tahap perkembangan kedewasaan seseorang, secara umum mereka masih mempunyai kecenderungan labil dan mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Apalagi mereka baru mengenal dunia kampus sehingga mudah saja gaya hidup tertentu dapat merubah perilaku mereka. d. Letak Universitas Sanata Dharma yang berada di tengah kota Yogyakarta

sehingga cukup strategis dan mudah dijangkau

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(63)

angkatan 2010, yang meliputi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia & Daerah, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika, Pendidikan Biologi dan Pendidikan Agama Katolik.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tayangan iklan, sinetron, infotainment, dan musik. Sedangkan objek gaya hidup adalah ruang dan tempat (tempat hiburan), teknologi dan informasi, mode/fashion, musik pop, dan olahraga.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

(64)

Tabel III. 1

Populasi Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma

Angkatan 2010

No. Nama Program Studi Jumlah

Mahasiswa

1. Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK)

63

2. Bimbingan dan Konseling (BK) 87

3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) 255

4. Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) 189

5. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID)

93

6. Pendidikan Akuntansi (P.AK) 90

7. Pendidikan Ekonomi (PE) 39

8. Pendidikan Sejarah (P.Sej) 46

9. Pendidikan Matematika (P.Mat) 92

10. Pendidikan Fisika (P.Fis) 56

11. Pendidikan Biologi (P.Bio) 55

Jumlah 1065

2. Sampel

(65)

Krejcie dan Morgan membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel. Jumlah sampel dari populasi dapat diketahui dengan mengunakan rumus Krejcie dan Morgan, sebagai berikut:

Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi X2 = nilai Chi kuadrat P = proporsi populasi d = galat pendugaan

Keterangan :

a. Asumsi tingkat keandalan 95%, karena menggunakan nilai X2 = 3,841

yang artinya memakai α = 0,05 pada derajat bebas 1.

b. Asumsi keragaman populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P=0,5.

c. Asumsi nilai galat pendugaan 5% (d=0,05).

(66)

atau sekitar 282 orang yang akan menjadi sampel.

Berhubung dalam penelitian ini populasi seluruh FKIP Universitas Sanata Dharma tersebar menjadi 11 Program Studi, maka distribusi sampel yang diambil di setiap Program Studi adalah sebagai berikut:

Table III. 2

Populasi dan Sampel Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Angkatan 2010

No. Nama

Program

Studi

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah sampel

(jumlah mahasiswa*282)/1065

1 IPPAK 63 (63*282)/1065 = 16.68 = 17

2 BK 87 (87*282)/1065 = 23.04 = 23

3 PGSD 255 (255*282)/1065 = 67.52 = 67

4 PBI 189 (189*282)/1065 = 50.05 = 50

(67)

6 P.AK 90 (90*282)/1065 = 23.83 = 24

7 PE 39 (39*282)/1065 = 10.33 = 10

8 P.Sej 46 (46*282)/1065 = 12.18 = 12

9 P.Mat 92 (92*282)/1065 = 24.36 = 24

10 P.Fis 56 (56*282)/1065 = 14.83 = 15

11 P.Bio 55 (55*282)/1065 = 14.56 = 15

Jumlah 1065 282

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di mana semua individu dalam

populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Iklan

(68)

4. Musik 5. Gaya Hidup

Tabel III. 3

Intrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Hubungan antara Tayangan

Televisi dengan Gaya Hidup Anak Muda

Variabel

Penelitian

Indikator Data yang akan dicari

Jenis tayangan televisi (iklan, sinetron, infotainment, dan musik) 1. Iklan 2. Sinetron 3. Infotainment 4. Musik

- Frekuensi anak muda untuk menonton iklan, sinetron, infotainment, dan musik

Gaya hidup anak

muda

1. Ruang dan tempat (tempat hiburan)

- Frekuensi pergi ke tempat tongkrongan tersebut

- Pemanfaatannya

2. Komputer/ laptop/ notebook

- Frekuensi pengunaan komputer dan laptop

- Pemanfaatan komputer dan laptop

3. HP/telepon seluler/ BlackBerry

- Merek HP/ telepon seluler / BlackBerry yang digunakan

- Frekuensi pengunaan HP/telepon seluler/ BlackBerry

(69)

4. Internet - Frekuensi pengunaan internet - Pemanfaatan internet

5. Pakaian - Pemanfaatan pakaian

6. Musik Populer - Frekuensi mendengarkan musik tersebut

7. Olahraga - Frekuensi berolahraga

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner (Angket)

(70)

Tabel III. 4

Kisi-kisi Intrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Hubungan antara

Tayangan Televisi dengan Gaya Hidup Anak Muda

No. Data yang akan dicari Jumlah item No. Item kuesioner

Positif Negatif

1. Identitas Responden 5 A 1,2,3,4,5 2. Frekuensi anak muda

menonton tayangan iklan

1 B

1 3. Frekuensi anak muda

menonton tayangan sinetron

1 2

4. Frekuensi anak muda menonton tayangan infotainment

1 3

5. Frekuensi anak muda menonton tayangan musik

1 4

6. Frekuensi dan pemanfaatan tempat tongkrongan

5 C

1,3,4,5 2

7. Frekuensi dan pemanfaatan komputer/laptob

4 6,7,8,9

8. Frekuensi dan pemanfaatan internet

7 10,11,12,13,14 ,15,16

9. Frekuensi dan pemanfaatan HP

4 17,18,19,20

(71)

BlackBerry®

11. Frekuensi dan pemanfaatan pakaian

9 26,29, 32,33 34

27,28, 30,31

12. Frekuensi dan pemanfaatan musik

2 35,36

13. Frekuensi dan pemanfaatan olahraga

4 37,38,39, 40

(72)

Penilaian atas jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden diukur dengan tingkat 1 s.d 5, tingkat jawabannya adalah sebagai berikut:

Tabel III. 5

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Kriteria Jawaban Skor

Positif Negatif

Selalu ( SL ) 5 1

Sering ( SR ) 4 2

Jarang (J) 2 4

Tidak Pernah ( TP ) 1 5

2. Observasi Terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sitematis, tentang apa yang akan diamati, di mana tempatnya. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman yang digunakan untuk melakukan observasi adalah angket tertutup.

3. Dokumentasi

(73)

induk mahasiswa, program studi, dan asal daerah. Identitas responden digunakan agar penelitian ini lebih kredibel/dapat dipercaya

G. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment yaitu sebagai berikut:

Di mana:

r = Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y y = Skor total item

x = Skor item

n = Jumlah responden

(74)

negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan. Apabila koefisien korelasi (r) merupakan bilangan positif, disebut korelasi positif. Korelasi positif menunjukkan hubungan sejajar atau searah.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka tingkat validitas kesioner telah diuji dan hasilnya adalah sebagai berikut, untuk proses perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS for Windows versi 16. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini jumlah sampel (n) adalah 30 responden dan besarnya df dapat dihitung 30 – 2 = 28, dengan df = 28 dan alpha = 0.05 didapat r tabel = 0.3061 (lihat r tabel pada df = 28 dengan dua sisi).

1) Tayangan Televisi

(75)

Tabel III. 6

Rangkuman Uji Validitas Untuk Tayangan Televisi

Mahasiswa FKIP

Butir Pernyataan No.

Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1. 0.3061 0.426 Valid

2. 0.3061 0.584 Valid

3. 0.3061 0.761 Valid

4. 0.3061 0.642 Valid

2) Gaya Hidup Anak Muda

Butir pernyataan dari variabel tayangan televisi yang berjumlah 40 butir pernyataan diperoleh 40 butir valid dan tidak ada yang gugur, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur yang tepat untuk tayangan televisi. Berikut ini tabel validitas untuk tayangan televisi dan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel III. 7

Rangkuman Uji Validitas Untuk Gaya Hidup

Mahasiswa FKIP

Butir Pernyataan No.

Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1. 0.3061 0.511 Valid

2. 0.3061 0.440 Valid

(76)

4. 0.3061 0.536 Valid

5. 0.3061 0.399 Valid

6. 0.3061 0.588 Valid

7. 0.3061 0.448 Valid

8. 0.3061 0.568 Valid

9. 0.3061 0.464 Valid

10. 0.3061 0.487 Valid

11. 0.3061 0.323 Valid

12. 0.3061 0.331 Valid

13. 0.3061 0.687 Valid

14. 0.3061 0.761 Valid

15. 0.3061 0.445 Valid

16. 0.3061 0.570 Valid

17. 0.3061 0.340 Valid

18. 0.3061 0.486 Valid

19. 0.3061 0.504 Valid

20. 0.3061 0.538 Valid

21. 0.3061 0.700 Valid

22. 0.3061 0.700 Valid

23. 0.3061 0.700 Valid

24. 0.3061 0.654 Valid

25. 0.3061 0.702 Valid

26. 0.3061 0.712 Valid

27. 0.3061 0.482 Valid

28. 0.3061 0.439 Valid

29. 0.3061 0.435 Valid

(77)

31. 0.3061 0.360 Valid

32. 0.3061 0.516 Valid

33. 0.3061 0.594 Valid

34. 0.3061 0.332 Valid

35. 0.3061 0.699 Valid

36. 0.3061 0.483 Valid

37. 0.3061 0.615 Valid

38. 0.3061 0.482 Valid

39. 0.3061 0.679 Valid

40. 0.3061 0.320 Valid

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur digunakan berulangkali. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert (1 sampai 5) adalah cronbach alpa (α) atau di simbolkan dengan rtt dengan rumus sebagai berikut:

Di mana:

rtt /α = Realibilitas instrumen k = Jumlah item

∑s2i = Jumlah varians skor total

Gambar

Tabel III. 1
Table III. 2
Tabel III. 3
Tabel III. 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat hal tersebut, dimana penggunaan mobile social network telah menyentuh hampir semua individu, maka penggunaannya dapat digunakan sebagai sistem

Dari hasil penelitian (Ayu lia, 2014) diketahui bahwa anak yang terinfeksi Nematoda Usus pada Sekolah Dasar Inpres Noelbaki sebesar 8% dengan jumlah sampel penelitian

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka putusan Mahkamah Syar'iyah Simpang Tiga Redelong tersebut tidak dapat dipertahankan

Hasil analisis perlakuan perbedaan kedalaman tanam dan volume penyiraman air pada biji sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench.) terhadap persentase perkecambahan dan laju

tebang memuat kayu sampai kembali ke Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) dan membongkar kayu di TPn tersebut. Setiap lintasan forwarder diberi tanda dengan telah melintas 1 kali , 2

ANALISIS TENTANG TINDAKAN HAKIM DALAM MENGKONSTATIR PERISTIWA PADA PEMERIKSAAN SENGKETA PERCERAIAN YANG DIPUTUS VERSTEK (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI.. CIREBON

Hasil : pemahaman konsep dan keterampilan inkuiri sains siswa yang dibelajarkan menggunakan guided-Inquiry laboratory activities lebih baik dari verification

Menurut Hakim (2002) keyakinan diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan