• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Metode Penilaian Kinerja Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Metode Penilaian Kinerja Keuangan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, mengakibatkan berkembangnya pula usaha yang dilakukan oleh para pengusaha.

Ketatnya persaingan dalam dunia usaha saat ini, membuat perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan prestasi perusahaan yang dilihat dari kinerja keuangannya. Oleh karena itu, perusahaan harus mengambil langkah-langkah baru untuk tercapainya tujuan perusahaan. Di samping demi tercapainya tujuan, perusahaan harus mampu mengatur posisi keuangannya. Sitohang (2013) menyebutkan bahwa posisi keuangan dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan perusahaan melalui kinerja keuangan.

Laporan keuangan sangat penting dilakukan, karena dapat digunakan untuk menilai posisi keuangan perusahaan (Islami, 2014). Laporan keuangan juga memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak, yang akan berdampak pada profitabilitas jangka panjang perusahaan (Saraswathi, 2016). Laporan keuangan yang baik harus ditunjukkan oleh semua perusahaan, termasuk didalamnnya perusahaan asuransi. Laporan keuangan yang baik dari suatu perusahaan asuransi juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen untuk memilih asuransi yang tepat sebagai alat untuk meminimalisir risiko-risiko yang terkait dengan asuransi. Laporan keuangan ini pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi dari waktu ke waktu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi tentang data keuangan yang terjadi pada suatu perusahaan baik internal maupun eksternal (Widyastuti, 2017).

Laporan keuangan masih perlu dianalisis untuk dapat digunakan sesuai dengan maksud pemakaian laporan keuangan tersebut, maka dari itu diperlukan cara untuk menganalisis. Ada beberapa cara untuk menganalisis laporan keuangan, salah satunya adalah analisis common size.

Analisis common size dilakukan melalui penyederhanaan angka - angka yang ada dalam laporan

keuangan. Analisis Common Size ini dilakukan untuk melihat kinerja keuangan, baik dari neraca

maupun dari laporan laba rugi (Aminah, 2016). Keunggulan dari analisis common size adalah,

laporan keuangan yang dikonversikan menjadi bentuk persentase yang menunjukkan proporsi

masing-masing pos terhadap totalnya sehingga lebih mudah untuk dipahami. Teknik ini juga

menerapkan pola penyederhanaan angka-angka untuk melihat struktur keuangan perusahaan.

(2)

2

Semua komponen atau item dalam persentase komponen dihitung dari jumlah totalnya, namun untuk lebih meningkatkan kualitas data, maka masing – masing item atau komponen tersebut tidak hanya dihitung persentase dari jumlah totalnya, tetapi juga dihitung dengan menggunakan analisis rasio terhadap laporan keuangan perusahaan (Rundengan, 2013). Selain itu, dapat pula mengadakan interpretasi terhadap laporan keuangan perusahaan. Interpretasi tersebut bermanfaat bagi penganalisa maupun perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, apabila terjadi kekurangefektifan dalam pengelolaan struktur keuangan perusahaan, maka perusahaan akan segera mengetahui dan dapat segera mengambil kebijakan dalam upaya mengatasinya. Untuk menilai efektif atau tidaknya pengelolaan struktur keuangan perusahaan, perlu dilakukan penelitian. Salah satu penelitian yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan analisis common size.

Penelitian dengan menggunakan analisis common size sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aminah (2016). Penelitian tersebut dilakukan untuk menilai kinerja keuangan PT KAI. Hasil penelitian menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik kecuali pada hasil analisis trend rasio kas dan rasio lancar yang menunjukkan kondisi kurang baik. Kondisi ini terjadi karena aktivitas perusahaan yang berdampak pada peningkatan utang usaha dan pengadaan suku cadang dengan menggunakan dana dari KMK (Kredit Modal Kerja).

Innayanti (2014) melakukan penelitian tentang penilaian kinerja keuangan perusahaan

telekomunikasi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2010

menggunakan analisis common size dan rasio profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia selama tahun

2007-2010 seluruhnya menunjukkan kinerja yang baik kecuali pada PT. Mobile-8. Kondisi ini

ditunjukkan dengan tingkat prosentase hutang perusahaan tersebut terlalu tinggi mencerminkan

beban yang ditanggung terlalu berat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hampir seluruh

kekayaan yang dimiliki oleh PT. Mobile-8 berasal dari hutang. Berdasarkan hasil analisis laporan

laba rugi, semua perusahaan yang diteliti menunjukkan kinerja yang baik kecuali pada PT

Mobile-8. Kondisi ini menunjukkan selama periode 2007-2010 rata-rata mengalami kerugian.

(3)

3

Kondisi ini dikarenakan beban yang ditanggung oleh perusahaan tersebut sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis melalui rasio profitabilitas,juga memperlihatkan bahwa hanya pada PT Mobile-8 yang memiliki kondisi kinerja keuangan kurang bagus. Hasil ini ditunjukkan dengan tingkat profitabilitas perusahaan baik ditinjau melalui net profit margin, return on asset maupun

return on equity menunjukkan tingkat rasio yang negative. Kondisi ini mencerminkan

perusahaan tidak mampu menghasilkan laba bersihnya selama periode tersebut bahkan cenderung mengalami kerugian

Adapaun Ekasatya (2007) melakukan penelitian tentang analisis laporan keuangan tahunan perusahaan menggunakan analisis common size pada kelompok perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta dari periode 2003-2006. Terdapat tiga perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta yaitu PT. Alfa Retailindo Tbk., PT. Hero Supermarket Tbk., PT. Matahari Putra Prima Tbk. Penelitian ini menggunakan analisis common size dengan menyederhanakan nilai dalam laporan keuangan ke dalam persen dari item-item laporan keuangan perusahaan. Dari perbandingan ini dapat ditentukan perusahaan mana yang lebih baik dan lebih stabil dibanding lainnya. Secara keseluruhan dapat disimpulkan selama jangka waktu empat tahun kinerja perusahaan perdagangan eceran dapat kembali membaik setelah sebelumnya sempat mengalami krisis.

Kinerja terbaik dimiliki PT. Matahari Putra Prima Tbk., dan kinerja terburuk adalah pada PT.

Hero Supermarket Tbk.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Prihastuti (2017), penelitian tersebut meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2016.

Penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat enam perusahaan otomotif yang mengalokasikan dana aktiva berasal dari utang (liabilitas) sehingga menimbulkan beban, tingkat solvabilitas keenam perusahaan tersebut juga semakin menurun. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa tujuh perusahaan otomotif lainnya mengalokasikan dana berasal dari modal sendiri sehingga menguatkan posisi keuangan perusahaan. Penelitian tersebut menyarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan pada jenis perusahaan yang berbeda.

Beberapa penelitian dengan analisis common size yang dipaparkan sebelumnya, hanya

meneliti kinerja keuangan pada PT. KAI, perusahaan telekomunikasi, perusahaan pedagang

(4)

4

eceran, dan perusahaan otomotif. Namun, belum ada penelitian kinerja keuangan dengan menggunakan analisis common size pada perusahaan sub sektor asuransi. Sesuai dengan penelitian yang disarankan oleh Prihastuti (2017) untuk melakukan penelitian pada jenis perusahaan yang berbeda, maka analisis common size untuk menilai kinerja keuangan perusahaan pada sub sektor asuransi di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2016 akan dilakukan pada penelitian ini. Objek penelitian ini adalah perusahaan jasa, sektor keuangan, sub sektor asuransi yang terdaftar sebagai perusahaan publik (emiten) di PT. Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan fenomena perkembangan asuransi yang disampaikan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian kinerja keuangan perusahaan asuransi pada periode 2014 – 2016 dengan menggunakan metode common size. Adapun analisis common size dipilih sebagai metode untuk analisis laporan keuangan pada penelitian ini karena analisis common size dapat membantu pembacaan data laporan keuangan menjadi relatif lebih mudah dan dapat memberikan informasi persentase investasi masing-masing item dalam laporan keuangan. Jika membandingkan dalam beberapa periode akan terlihat kenaikan atau penurunan sehingga dapat melihat gambaran kondisi perusahaan dalam beberapa periode dan keterkaitan antara item yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan pada sub sektor asuransi di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2014 – 2016 menggunakan common size.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian referensi dalam penelitian

selanjutnya tentang kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis common size. Dan

secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi

perusahaan asuransi yang diteliti agar dapat meningkatkan kinerjanya. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi investor untuk memilih perusahaan asuransi yang

tepat dalam menginvestasikan modalnya dalam bentuk pembelian saham pada perusahaan

asuransi terkait. Penelitian ini juga diharapakn dapat memberikan masukan kepada konsumen

asuransi, sehingga konsumen dapat memilih perusahaan asuransi yang tepat sebagai perusahaan

penanggung risiko bagi konsumen itu sendiri.

(5)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Keuangan

Menurut Sucipto (2003), kinerja keuangan dapat mengukur keberhasilan dalam menghasilkan laba dengan pengukuran tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya (IAI, 2007) .

Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir (2012) adalah : a. Mengetahui tingkat likuiditas.

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas.

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat rentabilitas.

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d. Mengetahui tingkat stabilitas.

Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, dan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.

Metode Penilaian Kinerja Keuangan

Terdapat delapan jenis analisis penilaian kinerja keuangan (Jumingan, 2006), yaitu:

a. Perbandingan Laporan Keuangan.

Teknik analisis dengan membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih. Yang dilihat adalah perubahan dari periode tersebut, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).

b. Tren (Tendensi Posisi).

Teknik analisis untuk mengetahui tren keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

c. Persentase per-Komponen (Common Size).

(6)

6

Dilihat dari persentase investasi pada masing-masing item dalam laporan keuangan. Masing- masing item atau komponen tersebut tidak hanya dihitung persentase dari jumlah totalnya, tetapi juga dihitung dengan menggunakan analisis rasio terhadap laporan keuangan perusahaan (Rundengan, 2013).

d. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja.

Teknik analisis dengan melihat besarnya sumber dana dan penggunaan modal kerja melalui perbandingan lebih dari satu periode.

e. Sumber dan Penggunaan Kas.

Teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

f. Rasio Keuangan.

Teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

g. Perubahan Laba Kotor.

Teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba, dan h. Break Even.

Teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-

unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan

(Sumarso, 2002).

Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Manfaat analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa,

b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berbeda dibalik laporan keuangan,

c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan,

(7)

7

d. Dapat melihat hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan.

Analisis Common Size

Menurut Kasmir (2012), analisis persentase per komponen merupakan teknik analisis laporan keuangan dengan menganalisis komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan, baik laporan pada neraca maupun laba rugi. Salah satu teknik analisis yang bisa digunakan adalah analisis common size. Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap item dalam laporan laba rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba – rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca) (Hanafi, 2009).

PT. Bursa Efek Indonesia mengakomodasi pencatatan emiten sektor keuangan agar perusahaan menjadi kompetitif dengan standar kredibilitas tingkat dunia termasuk di dalamnnya emiten sub sektor asuransi. Referensi catatan informasi keuangan sub sektor asuransi diperlukan untuk menggambarkan kinerja perusahaan sub sektor asuransi. Kinerja keuangan diperlukan oleh investor dan pemilik perusahaan untuk mengetahui gambaran dan peforma bisnis, sehingga melalui metode pendekatan common size dari neraca keuangan dan laporan laba rugi masing – masing perusahaan, dapat dilihat kenaikan, stabilitas maupun penurunan kinerja perusahaan.

Penelitian pada sub sektor asuransi ini dipilih karena asuransi saat ini telah menjadi hal yang umum dan wajib dimiliki oleh masyarakat, termasuk kebutuhan dunia usaha yang memilih asuransi untuk mengatasi risiko kerugian tidak terduga yang timbul dari proses usaha. Dapat dikatakan, asuransi menjamin keberlangsungan usaha. Berdasarkan laporan dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) pada tahun 2013, kinerja perusahaan asuransi secara umum meningkat. Premi Bruto pada tahun 2013 tercatat ± 46,8 Triliun rupiah (tumbuh 20,1%

dibanding tahun sebelumnya). Terdapat juga informasi yang diperoleh dari Otoritas Jasa

Keuangan, diketahui bahwa perkembangan asuransi di Indonesia memliki peran yang signifikan

dalam proses pembangunan nasional. Hal tersebut dilihat dari kontribusi perusahaan asuransi

dalam memupuk dana jangka panjang dalam jumlah yang besar, yang kemudian digunakan

sebagai dana dalam pembangunan yang dilakukan oelh pemerintah. Di lain sisi, pertumbuhan

yang terjadi pada premi asuransi hingga bulan September 2015 juga mengalami peningkatan

yang cukup memuaskan, yakni sebesar 17,1%. Angka tersebut meningkat 11,9% jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

(8)

8

Berdasarakan uraian latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka penelitian kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2014 – 2016 menimbulkan rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah penelitian tersebut adalah : bagaimana kinerja keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2014 – 2016? Rumusan masalah tersebut ditujukan untuk menganalisis kinerja keuangan sub sektor asuransi di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2014 – 2016.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah rancangan penelitian dengan mengkaji satu unit objek penelitian secara intensif yaitu institusi perusahaan asuransi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian ini adalah Emiten Sektor Keuangan Sub Sektor Asuransi di PT.

Bursa Efek Indonesia. Untuk mengukur kinerja keuangan objek penelitian digunakan data sekunder yaitu Laporan Keuangan Perusahaan berupa neraca dan laporan laba rugi pada periode 2015 hingga 2016.

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dan seterusnya (Djarwanto, 1996). Sampel penelitian ini diambil berdasarkan data perusahaan asuransi yang tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2016.

Tabel 1 Sampel Penelitian

No. Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO

1. ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk 6 Juli 1989

2. AHAP Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 14 September 1990 3. AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk 23 Desember 2005

4. ASBI Asuransi Bintang Tbk 29 November 1989

(9)

9

5. ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk 15 Desember 1989

6. ASJT Asuransi Jaya Tania Tbk 23 Desember 2003

7. ASMI Asuransi Mitra Maparya Tbk 16 Januari 2014

8. ASRM Asuransi Ramayana Tbk 19 Maret 1990

9. LPGI Lippo General Insurance Tbk 6 September 2005

10. PNIN Panin Insurance Tbk 20 September 1983

Sumber: Indonesia Stock Exchange 2017 (diolah)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut berupa laporan keuangan emiten sub sektor asuransi yang tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2016.

Teknik analisis menggunakan common size analysis, yang membandingkan setiap komponen yang dinilai penting dalam common size/awam/umum (Yanti, 2015). Langkah analisis yang akan dilakukan adalah melalui perbandingan indikator kinerja keuangan, yaitu sebagai berikut :

1. Nyatakan terlebih dahulu total aktiva, total kewajiban (utang ditambah modal sendiri), dan total penjualan neto menjadi 100 %.

2. Membandingkan setiap komponen aset dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah : Persentase terhadap aset =

x 100 %

3. Membandingkan setiap komponen investasi dengan total investasi. Rumus yang digunakan adalah :

Persentase terhadap investasi =

x 100 %

4. Membandingkan setiap komponen kewajiban dengan total kewajiban. Rumus yang digunakan adalah :

Persentase terhadap kewajiban =

x 100 %

5. Membandingkan setiap komponen pada laporan laba rugi (pendapatan dan beban) dengan total penjualan. Rumus yang digunakan adalah :

Persentase penjualan =

x 100 %

(10)

10

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan metode common size sebagai teknik analisis yang akan digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, dengan objek penelitian adalah perusahaan asuransi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia, dimana laporan keuangan yang akan dianalisis adalah laporan tahunan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016. Berikut disajikan hasil analisis laporan keuangan menggunakan common size dari perusahaan asuransi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia :

a. Aset

Aset merupakan semua sumber ekonomi atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas yang diharapkan dapat memberikan manfaat usaha di masa depan. Semua sumber daya yang dimaksud bias dalam bentuk benda ataupun hak kuasa yang dipeoleh di masa lalu yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat di kemudian hari. Berikut disajikan perbandingan aset dari perusahaan asuransi yang diteliti :

Tabel 2 Common Size Ditinjau Dari Perbandingan Rasio Aset Terhadap Total Aset : Perusahaan

Asuransi Tahun

Pos Aktiva

Lancar

Aktiva Tidak Lancar

Total Aktiva Asuransi Bina

Dana Arta Tbk.

2014 96% 4% 100%

2015 97% 3% 100%

2016 89% 11% 100%

Asuransi Harta Aman Pratama

Tbk.

2014 94% 6% 100%

2015 59% 14% 100%

2016 73% 27% 100%

Asuransi Multi Artha Guna

Tbk.

2014 81% 19% 100%

2015 85% 15% 100%

2016 45% 55% 100%

Asuransi Bintang Tbk.

2014 71% 29% 100%

2015 75% 25% 100%

2016 71% 29% 100%

Asuransi Dayin Mitra Tbk.

2014 44% 56% 100%

2015 70% 30% 100%

(11)

11

2016 97% 3% 100%

Asuransi Jaya Tania Tbk.

2014 78% 22% 100%

2015 81% 19% 100%

2016 83% 17% 100%

Asuransi Mitra Maparya Tbk.

2014 88% 12% 100%

2015 90% 10% 100%

2016 89% 11% 100%

Asuransi Ramayana Tbk.

2014 78% 22% 100%

2015 85% 15% 100%

2016 84% 16% 100%

Perusahaan

Asuransi Tahun

Pos Aktiva

Lancar

Aktiva Tidak Lancar

Total Aktiva Lippo General

Insurance Tbk.

2014 76% 24% 100%

2015 75% 25% 100%

2016 76% 24% 100%

Panin Insurance Tbk.

2014 54% 46% 100%

2015 52% 48% 100%

2016 44% 56% 100%

Dari tabel hasil perhitungan persentase tersebut dapat dilihat bahwa 96 % aset dari Asuransi Bina Dana Arta tahun 2014 berasal dari aset lancar perusahaan, sementara pada tahun 2015 naik menjadi 97% dan 2016 mengalami penurunan menjadi 89 %. Hal ini menunjukkan bahwa Asuransi Bina Dana Arta mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan.

Selanjutnya, 94% aset dari Asuransi Harta Aman Pratama tahun 2014 berasal dari aset lancar

perusahaan, sementara pada tahun tahun 2015 dan 2016 mengalami penurunan menjadi 59 % dan

73%, hal ini menunjukkan bahwa Asuransi Harta Aman Pratama mampu memenuhi kewajiban

jangka pendek perusahaan. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa 81 % dan 85 % aset dari

Asuransi Multi Artha Guna tahun 2014 dan 2015 berasal dari aset lancar perusahaan, sementara

pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 45 %. Hal ini menunjukkan bahwa Asuransi

Multi Artha Guna mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan pada tahun 2014 dan

2015. Di lain pihak, 71% aset dari Asuransi Bintang tahun 2014 berasal dari aset lancar

(12)

12

perusahaan, sementara pada tahun 2015 dan 2016 adalah 75% dan 71%, hal ini menunjukkan bahwa Asuransi Bintang mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan.

Untuk Asuransi Dayin Mitra, aset lancar yang dimiliki sejak tahun 2014 – 2016 terus meningkat yaitu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Asuransi Dayin Mitra mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Hanya pada tahun 2014 Asuransi Dayin Mitra hanya memiliki 44 % aset lancar, artinya perusahaan mengalami sedikit kesulitan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Sementara itu, Asuransi Jaya Tania memiliki asset lancar yang terus meningkat dari tahun 2014 hingga 2016 yaitu 78%, 81%, dan 83%. Hal ini berarti bahwa Asuransi Jaya Tania tidak mengalami kendala untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Untuk Asuransi Mitra Maparya, dapat dilihat bahwa asset lancar yang dimiliki untuk tahun 2014 hingga 2016 tetap stabil. Hal ini berarti bahwa Asuransi Mitra Maparya mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan selama tiga tahun tersebut. Sementara Asuransi Ramayana memiliki aset lancar yang lebih besar dari aset tidak lancar pada tahun 2014 hingga 2016, hal ini berarti Asuransi Ramayana mampu memenuhi kewajiban jangka pendek pendek perusahaan pada ketiga tahun tersebut.

Lippo General Insurance, perusahaan memiliki aset lancar yang lebih besar dari aset tidak lancar sejak tahun 2014 hingga 2016, artinya perusahaan mampu memenuhi setiap kewajiban jangka pendek yang ada. Untuk Panin Insurance, perusahaan memiliki aset lancar yang lebih besar dari aset tidak lancar pada tahun 2014 dan 2015, artinya perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan pada kedua tahun tersebut. Panin Insurance hanya memiliki sedikit kesulitan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tahun 2016 karena aset lancar lebih kecil dari aset tidak lancar.

Berikut disajikan rangkuman dari banyaknya perusahaan yang memiliki asset lancar lebih besar dari asset tidak lancar ataupun sebaliknya.

Tabel 3 Rangkuman Rasio Aset Berdasarkan Jumlah Perusahaan

Keterangan Tahun

2014 2015 2016 Aset Lancar > Aset Tidak Lancar 9 10 8

(13)

13

Aset Lancar < Aset Tidak Lancaar 1 0 2

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 ada dua perushaan asuransi yang memiliki aset lancar lebih kecil dari aset tidak lancar yaitu Asuransi Dayin Mitra. Pada tahun 2016, Asuransi Multi Artha Guna, Indomobil Multi Jasa, dan Panin Insurance memiliki aset lancar yang lebih kecil dari aset tidak lancar.

b. Investasi

Investasi merupakan suatu aktifitas menempatkan aset dengan harapan keuntungan di masa depan. Investasi berguna bagi pelaku usaha untuk mengatur asetnya agar dapat bernilai lebih di masa yang akan dating. Berikut disajikan perbandingan investasi perusahaan asuransi yang diteliti :

Tabel 4 Common Size Ditinjau Dari Perbandingan Investasi Terhadap Total Investasi

Perusahaan Asuransi Tahun

Pos Investasi Jangka

Pendek

Investasi Jangka Panjang

Total Investasi

Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

2014 84% 16% 100%

2015 85% 15% 100%

2016 92% 8% 100%

Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.

2014 97% 3% 100%

2015 98% 2% 100%

2016 97% 3% 100%

Asuransi Multi Artha Guna Tbk.

2014 41% 59% 100%

2015 51% 49% 100%

2016 87% 13% 100%

Asuransi Bintang Tbk.

2014 18% 82% 100%

2015 23% 77% 100%

2016 30% 70% 100%

(14)

14 Perusahaan Asuransi Tahun

Pos Investasi Jangka

Pendek

Investasi Jangka Panjang

Total Investasi

Asuransi Dayin Mitra Tbk.

2014 74% 26% 100%

2015 70% 30% 100%

2016 69% 31% 100%

Asuransi Jaya Tania Tbk.

2014 98% 2% 100%

2015 97% 3% 100%

2016 100% 0% 100%

Asuransi Mitra Maparya Tbk.

2014 61% 39% 100%

2015 74% 26% 100%

2016 65% 35% 100%

Asuransi Ramayana Tbk.

2014 96% 4% 100%

2015 95% 5% 100%

2016 98% 2% 100%

Lippo General Insurance Tbk.

2014 94% 6% 100%

2015 85% 15% 100%

2016 93% 7% 100%

Panin Insurance Tbk.

2014 31% 69% 100%

2015 36% 64% 100%

2016 30% 70% 100%

Pada tahun 2014 hingga tahun 2016, Asuransi Bina Dana Arta dan Asuransi Harta Aman Pratama memiliki pesentase investasi jangka pendek yang jauh lebih besar dari investasi jangka panjang, artinya kedua perusahaan tersebut memiliki tambahan laba tahunan yang cukup besar.

Asuransi Multi Artha Guna memiliki persentase investasi jangka pendek yang lebih kecil dari

investasi jangka panjang pada tahun 2014, namun pada tahun 2015 dan tahun 2016 Asuransi

Multi Artha Guna memiliki investasi jangka pendek yang lebih besar dari investasi jangka

panjang. Asuransi Bintang memiliki persentase investasi jangka pendek yang lebih kecil dari

investasi jangka panjang pada tahun 2014 hingga tahun 2016, artinya perusahaan berfokus pada

hasil investasi jangka panjang daripada hasil investasi jangka pendek.

(15)

15

Pada tahun 2014 hingga tahun 2016, Asuransi Dayin Mitra, Asuransi Jaya Tania, Asuransi Mitra Maparya, Asuransi Ramayana dan Lippo General Insurance memiiki persentase investasi jangka pendek yang lebih besar dari investasi jangka panjang, artinya kelima perusahaan tersebut dapat memperoleh hasil investasi tertentu selama tahun 2014 hingga tahun 2016. Panin insurance memiliki persentasi investasi jangka pendek yang lebih kecil dari investasi jangka panjang perusahaan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, artinya perusahaan hanya menghasilkan sedikit dari total investasi yang dimiliki perusahaan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016.

Berikut disajikan rangkuman dari perbandingan investasi berdasarkan jumlah perusahaan.

Tabel 5 Perbandingan Investasi Berdasarkan Jumlah Perusahaan

Keterangan Tahun

2014 2015 2016 Investasi Jangka Pendek > Investasi Jangka Panjang 7 8 8 Investasi Jangka Pendek < Investasi Jangka Panjang 3 2 2

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 terdapat empat perusahaan asuransi, yaitu Asuransi Multi Artha Guna, Asuransi Bintang dan Panin Insurance yang memiliki investasi jangka pendek yang lebih kecil dari investasi jangka panjang. Sementara Asuransi Bintang dan Panin Insurance juga memiliki investasi jangka pendek yang lebih kecil dari investasi jangka panjang selama tahun 2015 hingga tahun 2016. Sedangkan di tahun 2014 terdapat tujuh perusahaan yang memiliki investasi jangka pendek lebih besar dari pada investasi jangka panjang, dan pada tahun 2015-2016 perusahaan yang memiliki investasi jangka pendek lebih besar dari investasi jangka panjang berubah menjadi delapan perusahaan dikarenakan Asuransi Multi Artha Guna yang pada tahun 2014 memiliki investasi jangka pendek lebih kecil dari investasi jangka panjang berubah pada tahun 2015-2016.

c. Kewajiban

Kewajiban merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan perusahaan

untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun memenuhi kesepakatan tertentu. Berikut disajikan

rasio kewajiban dari perusahaan asuransi yang diteliti.

(16)

16

Tabel 6 Common Size Ditinjau Dari Perbandingan Rasio Kewajiban Terhadap Total Kewajiban

Perusahaan Asuransi Tahun

Pos

Utang (Liabilitas) Modal (Ekuitas) Total Pasiva

Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

2014 55% 45% 100%

2015 57% 43% 100%

2016 56% 44% 100%

Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.

2014 66% 34% 100%

2015 60% 40% 100%

2016 57% 43% 100%

Asuransi Multi Artha Guna Tbk.

2014 46% 54% 100%

2015 43% 57% 100%

2016 49% 51% 100%

Asuransi Bintang Tbk.

2014 69% 31% 100%

2015 67% 33% 100%

2016 67% 33% 100%

Asuransi Dayin Mitra Tbk.

2014 89% 11% 100%

2015 82% 18% 100%

2016 74% 26% 100%

Asuransi Jaya Tania Tbk.

2014 42% 58% 100%

2015 57% 43% 100%

2016 57% 43% 100%

Asuransi Mitra Maparya Tbk.

2014 61% 39% 100%

2015 61% 39% 100%

2016 56% 44% 100%

Asuransi Ramayana Tbk.

2014 84% 16% 100%

2015 81% 19% 100%

2016 78% 22% 100%

Perusahaan Asuransi Tahun

Pos

Utang (Liabilitas) Modal (Ekuitas) Total Pasiva

Lippo General Insurance Tbk.

2014 40% 60% 100%

2015 43% 57% 100%

2016 48% 52% 100%

Panin Insurance Tbk. 2014 27% 73% 100%

(17)

17

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hutang Asuransi Bina Dana Arta lebih besar dari ekuitas di tahun 2014 hingga 2016, artinya perusahaan membiayai operasional perusahaan lebih banyak menggunakan hutang. Begitupun dengan hutang Asuransi Harta Aman Pratama juga lebih besar dari ekuitas di tahun 2014 hingga 2016, artinya perusahaan membiayai operasional perusahaan lebih banyak menggunakan hutang. Di sisi lain, hutang Asuransi Multi Artha Guna lebih kecil dari ekuitas di tahun 2014 hingga 2016, artinya perusahaan membiayai operasional perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri. Sementara hutang Asuransi Bintang dan Asuransi Dayin Mitra lebih besar dari ekuitas di tahun 2014 hingga 2016, artinya perusahaan membiayai operasional perusahaan lebih banyak menggunakan hutang.

Pada tahun 2014, hutang Asuransi Jaya Tania lebih kecil dari ekuitas, artinya perusahaan membiayai segala bentuk operasional perusahaan tahun 2014 menggunakan modal sendiri.

Namun tidak demikian untuk tahun 2015 dan 2016 karena hutang lebih besar dari ekuitas pada kedua tahun tersebut. Hutang Asuransi Mitra Maparya, Asuransi Ramayana, dan Indomobil Multi Jasa lebih besar dari ekuitas sejak tahun 2014 hingga 2016, artinya operasional perusahaan lebih banyak dibiayai dengan hutang. Hutang yang dimiliki oleh Lippo General Insurance dan Panin juga lebih kecil dari ekuitas untuk tahun 2014 hingga 2016, artinya perusahaan menjalankan segala operasional perusahaan dengan menggunakan modal sendiri.

Berikut disajikan rangkuman kewajiban berdasarkan jumlah perusahaan.

Tabel 7 Perbandingan Kewajiban Berdasarkan Jumlah Perusahaan

Keterangan Tahun

2014 2015 2016 Liabilitas > Ekuitas 6 7 6 Liabilitas < Ekuitas 4 3 4

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 terdapat empat perusahaan yaitu Asuransi Multi Artha Guna, Asuransi Jaya Tania, Lippo General Insurance, dan Panin Insurance memiliki hutang yang lebih kecil dari modal perusahaan. Begitupun dengan Asuransi Multi

2015 23% 77% 100%

2016 17% 83% 100%

(18)

18

Artha Guna, Lippo General Insurance, dan Panin Insurance memiliki modal yang lebih besar dari hutang pada tahun 2015 hingga tahun 2016.

d. Penjualan

Penjualan merupakan usaha untuk mengembangkan rencana pemasaran agar dapat memeperoleh laba. Dalam proses penjualan, perusahaan dapat menjual barang ataupun jasa kepada orang lain dengan harga tertentu. Berikut disajikan hasil penjualan berdasarkan laporan laba rugi perusahaan asuransi yang diteliti.

Tabel 8 Common Size Ditinjau Dari Laporan Laba Rugi

Perusahaan Asuransi Tahun

Pos Penjualan

Bersih

Beban Pokok Pendapatan

Laba Kotor

Laba Bersih

Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

2014 100% 30 6% 5.18

2015 100% 41 10% 9.98

2016 100% 42 7% 6.51

Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.

2014 100% 15 8% 6.71

2015 100% 18 4% 2.6

2016 100% 23 4% 2.79

Asuransi Multi Artha Guna Tbk.

2014 100% 69 31% 27.78

2015 100% 72 28% 25.49

2016 100% 81 18% 18.15

Perusahaan Asuransi Tahun

Pos Penjualan

Bersih

Beban Pokok Pendapatan

Laba Kotor

Laba Bersih

Asuransi Bintang Tbk.

2014 100% 37 6% 4.35

2015 100% 30 10% 9.51

2016 100% 33 6% 4.63

Asuransi Dayin Mitra Tbk.

2014 100% 75 24% 20.11

2015 100% 71 27% 21.63

2016 100% 76 23% 20

Asuransi Jaya Tania Tbk.

2014 100% 29 9% 8.7

2015 100% 30 10% 8.43

2016 100% 32 14% 12,09

(19)

19

Asuransi Mitra Maparya

Tbk.

2014 100% 23 9% 8.67

2015 100% 26 4% 3.6

2016 100% 29 16% 15.48

Asuransi Ramayana Tbk.

2014 100% 71 29% 25.12

2015 100% 75 25% 20.53

2016 100% 80 23% 18.88

Lippo General Insurance Tbk.

2014 100% 41 59% 56.2

2015 100% 59 41% 34.04

2016 100% 91 9% 8.38

Panin Insurance Tbk.

2014 100% 87 32% 31.73

2015 100% 88 25% 24.2

2016 100% 78 45% 46.28

Pada tahun 2014, dengan beban pokok pendapatan 30%, Asuransi Bina Dana Arta menghasilkan laba bersih sebesar 5,18%. Tahun 2015 bebab pokok pendapatan meningkat 41%, diringi meningkatnya laba bersih sebesar 9,98%. Sementara tahun 2016, beban pokok penjualan meningkat 42%, namun berdampak pada penurunan laba bersih menjadi 6,51%. Pada tahun 2014 hingga 2016, dengan beban pokok pendapatan yang terus meningkat yaitu 15%, 18%, dan 21%, Asuransi Harta Aman Pratama menghasilkan laba bersih yang cenderung menurun yaitu 6,71%, 2,6%, dan 2,79%. Pada tahun 2014 hingga 2016, dengan beban pokok pendapatan yang terus meningkat, Asuransi Multi Artha Guna menghasilkan laba bersih yang terus menurun pula.

Asuransi Bintang yang terus menjaga kestabilan beban pokok pendapatan juga mengalami kestabilan laba bersih. Tampak pada tahun 2015 dimana bebab pokok pendapatan yang turun berdampak pada kenaikan laba bersih perusahaan.

Asuransi Dayin Mitra menjaga kestabilan beban pokok pendapatan selama tahun 2014

hingga 2016, hal tersebut juga ikut menjaga kestabilan laba bersih perusahaan. Asuransi Jaya

Tania dan Asuransi Mitra Maparya terus mengalami kenaikan beban pokok pendapatan sejak

tahun 2014 hingga 2016, namun diiringi kenaikan laba bersih perusahaan. Hanya pada tahun

2015 Asuransi Mitra Maparya mengalami penurunan laba bersih perusahaan. Asuransi

Ramayana, Indomobil Muti Jasa dan Lippo General Insurance terus mengalami peningkatan

beban pokok pendapatan sejak tahun 2014 hingga 2016, hal itu berdampak pada terus

menurunnya laba bersih perusahaan pada ketiga tahun tersebut. Sementara Panin Insurance

(20)

20

mengalami penurunan beban pokok pendapatan sejak 2014 hingga 2016 yang berdampak pada peningkatan laba bersih perusahaan.

Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa Asuransi Jaya Tania bisa dikatakan sebagai perusahaan terbaik karena sepanjang tahun 2014 hingga tahun 2016, Asuransi Jaya Tania memiliki asset lancar yang lebih besar dari asset tidak lancar, artinya perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Selain itu, Asuransi Jaya Tania juga memiliki investasi jangka pendek yang sangat besar dibanding investasi jangka panjang, artinya pemasukan untuk setiap tahun lebih besar dengan adanya investasi jangka pendek. Selain itu, Asuransi Jaya Tania juga memiliki ekuitas yang lebih besar dari liabilitas, artinya perusahaan membiayai segala operasional dengan modal sendiri. Laba bersih yang diperoleh juga cukup besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang lain.

Untuk rata-rata industri, dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 9 Common Size Ditinjau dari Rata-rata Industri

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

AVERAGE

Aktiva Aset Lancar 55 61 63

Aset Tidak Lancar 45 39 37

Pasiva Utang (Liabilitas) 28 35 37

Modal (Ekuitas) 72 65 58

Investasi Jangka Pendek 40 44 43

Jangka Panjang 60 56 57

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 65 67 62

Laba Kotor 27 19 22

Laba Bersih 27.209972 18.32201941 21.547401

Dari table tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan asuransi mempunyai asset

lancar yang lebih besar dari asset tidak lancar sepanjang tahun 2014 hingga tahun 2016. Rata-

rata perusahaan asuransi juga menggunakan modal sendiri untuk membiayai operasional

perusahaan, serta investasi jangka panjang yang lebih besar dari investasi jangka pendek

sepanjang tahun 2014 hingga tahun 2016.

(21)

21

PENUTUP

Kesimpulan

Dari sebelas perusahaan asuransi yang diteliti, pada tahun 2014 hanya Asuransi Dayin Mitra yang memiliki aset lancar lebih kecil dari aset tidak lancar. Sementara pada tahun 2016, Asuransi Multi Artha Guna dan Panin Insurance memiliki aset lancar yang lebih kecil dari aset tidak lancar. Pada tahun 2014, Asuransi Multi Artha Guna memiliki investasi yang lebih kecil dari investasi jangka panjang. Sementara Asuransi Bintang dan Panin Insurance memiliki investasi jangka pendek yang lebih kecil dari investassi jangka panjang selama tahun 2014 hingga tahun 2016. Pada tahun 2014, Asuransi Jaya Tania memiliki hutang yang lebih kecil dari modal perusahaan. Begitupun dengan Asuransi Multi Artha Guna, Lippo General Insurance, dan Panin Insurance memiliki modal yang lebih besar dari hutang pada tahun 2014 hingga tahun 2016.

Saran

Riset ini hanya melakukan deskripsi atas common size, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menghubungkan dengan kinerja perusahaan. Disarankan untuk perusahaan asuransi yang diteliti agar dapat memperbaiki kinerja perusahaan, ataupun meningkatkan kinerja perusahaan.

Sedangkan saran untuk pengguna asuransi agar lebih teliti dalam menilai asuransi yang akan

digunakan supaya berdampak baik bagi pribadi maupun perusahaan terkait.

(22)

22

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2016). Analisis Common Size Statement Untuk Menilai Kinerja Perusahaan. Jurnal

Ilmu dan Riset Manajemen.

Djarwanto. (1996). Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian: Liberty.

Ekasatya, T. (2007). Menilai Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Analisis Common Size (Survei pada kelompok perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar di BEJ ).

Widyatama Repository.

Hanafi, H. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Harahap, S. S. (2004). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

IAI, I. A. I. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Innayanti, N. (2014). Common Size Statement, Perbandingan, dan Rasio Profitabilitas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 3.

Islami, D. R. N. (2014). Penilaian Kinerja Keuangan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal Ilmu

& Riset Manajemen.

Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prihastuti, A. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Common Size Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016. e-journal

Jurusan Pendidikan Ekonomi, 10.

Rundengan, F. D. P. (2013). Pengujian Arbitrage Pricing Theory (APT). Jurnal Riset Akuntansi

Going Concern FEB UNSRAT.

Saraswathi, I. A. A. (2016). Pengaruh Risiko Bisnis dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap

Kinerja Perusahaan. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 1729-1756.

(23)

23

Sitohang, S. (2013). Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Ukur Menilai Kinerja Perusahaan.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen

Sucipto. (2003). Penilaian Kinerja Keuangan. Medan: USU.

Sumarso. (2002). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Widyastuti, P. (2017). Pencatatan Laporan Keuangan Berbasis Standar Akuntansi. Journal for

Business and Entrepreneur.

Yanti. (2015). Analisis Laporan Keuangan Departemen Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera

1912. Jurnal Akuntansi Keuangan, 2.

(24)

24

Lampiran - Lampiran

1. Asuransi Bina Dana Arta

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ABDA

Aktiva Aktiva Lancar 2,496,192 2,755,010 2,575,841 Aktiva Tidak Lancar 317,647 91,749 107,185 Pasiva Utang (Liabilitas) 1,582,165 1,625,206 1,467,619

Modal (Ekuitas) 1,232,197 1,222,401 1,216,478 Investasi Jangka Pendek 1,395,424 1,053,218 995,833

Jangka Panjang 114,544 190,621 183,693 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 1,119,441 1,098,961 992,349 Laba Kotor 197,206 278,976 188,726 Laba Bersih 173,481 268,565 172,277

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ABDA

Total Aktiva 2,813,839 2,846,759 2,683,026 Total Pasiva 2,814,362 2,847,607 2,683,026 Total Investasi 1,509,968 1,243,839 1,179,526 Total Penjualan 2,663,118 2,690,544 3,323,397

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

ABDA

Aktiva Aset Lancar 89 97 96

Aset Tidak Lancar 11 3 4

Pasiva Utang (Liabilitas) 56 57 55

Modal (Ekuitas) 44 43 45

Investasi Jangka Pendek 92 85 84

Jangka Panjang 8 15 16

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 42 41 30

Laba Kotor 7 10 6

Laba Bersih 6.514206 9.98181 5.183762

(25)

25 2. Asuransi Harta Aman Pratama

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

AHAP

Aktiva Aktiva Lancar 322,311 277,624 345,008 Aktiva Tidak Lancar 121,682 190,967 20,636 Pasiva Utang (Liabilitas) 251,365 282,598 242,771

Modal (Ekuitas) 192,628 185,992 122,872 Investasi Jangka Pendek 35,124 30,140 31,347

Jangka Panjang 1,175 594 998

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 66,885 57,716 50,009

Laba Kotor 10,867 11,112 24,983

Laba Bersih 8197 8140 22,202

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

AHAP

Total Aktiva 443,993 468,591 365,644 Total Pasiva 443,993 468,591 365,644 Total Investasi 36,299 30,734 32,345 Total Penjualan 293,196 313,000 330,529

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

AHAP

Aktiva Aset Lancar 73 59 94

Aset Tidak Lancar 27 41 6

Pasiva Utang (Liabilitas) 57 60 66

Modal (Ekuitas) 43 40 34

Investasi Jangka Pendek 97 98 97

Jangka Panjang 3 2 3

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 23 18 15

Laba Kotor 4 4 8

Laba Bersih 2.795741 2.600639 6.717111

(26)

26 3. Asuransi Multi Artha Guna

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

AMAG

Aktiva Aktiva Lancar 1,539 2,243 2,009,400 Aktiva Tidak Lancar 1,896 384 480,988 Pasiva Utang (Liabilitas) 1,672 1,119 1,137,891

Modal (Ekuitas) 1,763 1,508 1,352,496 Investasi Jangka Pendek 1,074 1,006 744

Jangka Panjang 160 973 1,086

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 609 545 506,519

Laba Kotor 138 211 222,549

Laba Bersih 136 193 202,574

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

AMAG

Total Aktiva 3,435 2,627 2,490,388 Total Pasiva 3,435 2,627 2,490,388 Total Investasi 1,234 1,979 1,830

Total Penjualan 749 757 729,069

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

AMAG

Aktiva Aset Lancar 45 85 81

Aset Tidak Lancar 55 15 19

Pasiva Utang (Liabilitas) 49 43 46

Modal (Ekuitas) 51 57 54

Investasi Jangka Pendek 87 51 41

Jangka Panjang 13 49 59

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 81 72 69

Laba Kotor 18 28 31

Laba Bersih 18.15754 25.49538 27.7853

(27)

27 4. Asuransi Bintang

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASBI

Aktiva Aktiva Lancar 375,390 371,269 310,791 Aktiva Tidak Lancar 150,508 122,733 129,091 Pasiva Utang (Liabilitas) 352,247 333,297 302,864 Modal (Ekuitas) 173,651 160,705 137,017 Investasi Jangka Pendek 65,100 53,509 33,487

Jangka Panjang 150,606 176,885 154,653 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 109,292 89,464 83,150

Laba Kotor 18,730 30,471 14,090

Laba Bersih 15,304 28,199 9,841

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASBI

Total Aktiva 525,898 494,002 439,882 Total Pasiva 525,898 494,002 439,882 Total Investasi 215,706 230,394 188,140 Total Penjualan 330,295 296,238 226,074

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

ASBI

Aktiva Aset Lancar 71 75 71

Aset Tidak Lancar 29 25 29

Pasiva Utang (Liabilitas) 67 67 69

Modal (Ekuitas) 33 33 31

Investasi Jangka Pendek 30 23 18

Jangka Panjang 70 77 82

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 33 30 37

Laba Kotor 6 10 6

Laba Bersih 4.633434 9.519035 4.352999

(28)

28 5. Asuransi Dayin Mitra

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASDM

Aktiva Aktiva Lancar 1,027,515 1,033,881 558,545 Aktiva Tidak Lancar 36,341 450,799 707,543 Pasiva Utang (Liabilitas) 791,619 1,217,828 1,129,827

Modal (Ekuitas) 272,236 246,505 215,461 Investasi Jangka Pendek 224,444 195,476 213,416 Jangka Panjang 99,454 85,089 76,297 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 148,051 146,177 139,485

Laba Kotor 44,585 55,688 44,668

Laba Bersih 39050 44273 37,575

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASDM

Total Aktiva 1,063,856 1,484,680 1,266,088 Total Pasiva 1,063,856 1,484,680 1,266,088 Total Investasi 323,898 280,565 289,713 Total Penjualan 195,247 204,660 186,767

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

ASDM

Aktiva Aset Lancar 97 70 44

Aset Tidak Lancar 3 30 56

Pasiva Utang (Liabilitas) 74 82 89

Modal (Ekuitas) 26 18 11

Investasi Jangka Pendek 69 70 74

Jangka Panjang 31 30 26

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 76 71 75

Laba Kotor 23 27 24

Laba Bersih 20.000307 21.63246 20.11865

6. Asuransi Jaya Tania

(29)

29

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASJT

Aktiva Aktiva Lancar 353,168 315,998 246,822 Aktiva Tidak Lancar 73,881 74,085 68,569 Pasiva Utang (Liabilitas) 243,519 223,866 162,581

Modal (Ekuitas) 183,530 166,216 152,810 Investasi Jangka Pendek 185,528 144,390 142,349

Jangka Panjang 0 3,764 3,156

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 62,284 63,868 58,485

Laba Kotor 28,242 22,086 18,087

Laba Bersih 23,701 17,813 17,649

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASJT

Total Aktiva 427,049 390,083 315,391 Total Pasiva 427,049 390,083 390,083 Total Investasi 185,528 148,154 145,505 Total Penjualan 195,990 211,075 202,652

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

ASJT

Aktiva Aset Lancar 83 81 78

Aset Tidak Lancar 17 19 22

Pasiva Utang (Liabilitas) 57 57 42

Modal (Ekuitas) 43 43 58

Investasi Jangka Pendek 100 97 98

Jangka Panjang 0 3 2

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 32 30 29

Laba Kotor 14 10 9

Laba Bersih 12.09296 8.43918 8.709018

(30)

30 7. Asuransi Mitra Maparya

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASMI

Aktiva Aktiva Lancar 552,550 492,653 451,697 Aktiva Tidak Lancar 65,101 57,436 63,834 Pasiva Utang (Liabilitas) 348,018 333,838 313,675

Modal (Ekuitas) 269,632 225,241 241,055 Investasi Jangka Pendek 233,566 257,833 174,404 Jangka Panjang 126,129 89,343 110,085 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 77,394 65,443 63,903

Laba Kotor 44,418 9,451 24,936

Laba Bersih 41755 9,171 24,275

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASMI

Total Aktiva 617,651 550,089 515,531 Total Pasiva 617,651 550,089 515,531 Total Investasi 359,695 347,176 284,489 Total Penjualan 269,603 254,322 279,955

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

ASMI

Aktiva Aset Lancar 89 90 88

Aset Tidak Lancar 11 10 12

Pasiva Utang (Liabilitas) 56 61 61

Modal (Ekuitas) 44 39 39

Investasi Jangka Pendek 65 74 61

Jangka Panjang 35 26 39

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 29 26 23

Laba Kotor 16 4 9

Laba Bersih 15.48759 3.606058 8.671036

(31)

31 8. Asuransi Ramayana

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASRM

Aktiva Aktiva Lancar 1,211,144 1,210,552 1,075,301 Aktiva Tidak Lancar 223,510 211,512 310,320 Pasiva Utang (Liabilitas) 1,124,163 1,147,680 1,157,540

Modal (Ekuitas) 310,491 274,413 229,080 Investasi Jangka Pendek 420,340 379,106 397,585 Jangka Panjang 10,362 19,732 17,709 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 266,973 234,164 165,832

Laba Kotor 77,829 77,085 68,427

Laba Bersih 63,150 63,903 58,402

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

ASRM

Total Aktiva 1,434,654 1,422,064 1,385,621 Total Pasiva 1,434,654 1,422,064 1,385,621 Total Investasi 430,702 398,838 415,294 Total Penjualan 334,335 311,249 232,479

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

ASRM

Aktiva Aset Lancar 84 85 78

Aset Tidak Lancar 16 15 22

Pasiva Utang (Liabilitas) 78 81 84

Modal (Ekuitas) 22 19 16

Investasi Jangka Pendek 98 95 96

Jangka Panjang 2 5 4

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 80 75 71

Laba Kotor 23 25 29

Laba Bersih 18.88824 20.53115 25.12141

(32)

32 9. Lippo General Insurance

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

LPGI

Aktiva Aktiva Lancar 1,750,292 1,679,466 1,672,714 Aktiva Tidak Lancar 550,666 549,264 516,531 Pasiva Utang (Liabilitas) 1,114,898 953,005 866,552 Modal (Ekuitas) 1,186,059 1,275,724 1,322,693 Investasi Jangka Pendek 1,244,837 712,296 1,393,532 Jangka Panjang 96,824 122,783 86,766 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 905,899 134,672 93,189

Laba Kotor 85,931 93,423 134,528

Laba Bersih 83,158 77,658 127,987

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

LPGI

Total Aktiva 2,300,958 2,228,730 2,189,245 Total Pasiva 2,300,958 2,228,730 2,189,245 Total Investasi 1,341,661 835,079 1,480,298 Total Penjualan 991,830 228,095 227,717

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

LPGI

Aktiva Aset Lancar 76 75 76

Aset Tidak Lancar 24 25 24

Pasiva Utang (Liabilitas) 48 43 40

Modal (Ekuitas) 52 57 60

Investasi Jangka Pendek 93 85 94

Jangka Panjang 7 15 6

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 91 59 41

Laba Kotor 9 41 59

Laba Bersih 8.3843 34.04634 56.20441

(33)

33 10. Panin Insurance

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

PNIN

Aktiva Aktiva Lancar 12,005,746 12,067,239 12,262,972 Aktiva Tidak Lancar 15,128,265 11,030,382 10,277,206 Pasiva Utang (Liabilitas) 4,581,633 5,335,076 6,025,834

Modal (Ekuitas) 22,537,137 17,748,458 16,502,598 Investasi Jangka Pendek 6,131,554 5,777,812 4,289,706

Jangka Panjang 14,460,048 10,456,264 9,728,369 Penjualan

Beban Pokok Penjualan 4,036,254 4,607,256 4,834,805 Laba Kotor 2,310,936 1,287,030 1,790,269 Laba Bersih 2,395,155 1,268,496 1,756,080

Dalam Jutaan Rupiah 2016 2015 2014

PNIN

Total Aktiva 27,134,011 23,097,621 22,540,178 Total Pasiva 27,134,011 23,097,621 22,540,178 Total Investasi 20,591,602 16,234,076 14,018,075 Total Penjualan 5,174,332 5,240,137 5,533,542

Dalam Persentase ( % ) 2016 2015 2014

PNIN

Aktiva Aset Lancar 44 52 54

Aset Tidak Lancar 56 48 46

Pasiva Utang (Liabilitas) 17 23 27

Modal (Ekuitas) 83 77 73

Investasi Jangka Pendek 30 36 31

Jangka Panjang 70 64 69

Penjualan

Beban Pokok Penjualan 78 88 87

Laba Kotor 45 25 32

Laba Bersih 46.2891635 24.207306 31.735189

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian Pembetulan

Semakin besar tarif hotel yang dibayarkan maka semakin besar pajak hotel yang dikenakan terhadap konsumen tersebut, tarif yang dibayarkan oleh customer/pengunjung

Siswa menyimak penjelasan guru tentang pentingnya kasih sayang dalam keluarga dan rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa berupa keluarga yang bahagia.. Siswa

JUDUL : FAKTOR ‘EPIGENETIK’ PICU KANKER MEDIA : KEDAULATAN RAKYAT. TANGGAL : 17

[r]

Sementara pada kelompok lainnya terjadi penurunan indeks yaitu pada kelompok bahan makanan turun -0,28 persen; kelompok sandang turun sebesar -0,04 persen;

JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTERISASI AKUNTANSI TAHUN AJARAN 2015/2016. Lampiran Surat Tugas Nomor :

Sindrom metabolik berhubungan signifikan dengan riwayat adanya keluarga yang mengalami penyakit degeneratif (risiko meningkat 3.75 kali pada individu dari keluarga