• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam beberapa dekade belakangan ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena bagi dunia bisnis. Dampak globalisasi terlihat jelas dengan adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara.

Perbedaan standar akuntansi pada masing-masing negara telah menyebabkan timbulnya masalah dalam hal pemahaman informasi bagi penggunainformasi itu sendiri. Hal tersebut menyiratkan bahwa dibutuhkannya penyeragaman standar akuntansi dan penggunaan standar akuntansi yang berlaku secara global. Untuk memenuhi kebutuhan akan keseragaman ini kemudian dilakukan denganmembentuk International Standard Committee (IASC) pada tahun 1973.

Pada tahun 2001, IASC melakukan restrukturisasi kelembagaan dengan dibentuknya IASC Foundation (IASCF) yang membawahi International Standard Board (IASB) yang kemudian mengeluarkan International Financial Reporting Standars (IFRS).

Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan G20 Forum, pada November 2008 yang berbunyi “IFRS telah digunakan di banyak negara,termasuk Uni Eropa, Hong Kong, Australia, Malaysia, Pakistan, negara-

(2)

negara GCC, Rusia, Afrika Selatan, Singapura, dan Turki. Sejak Agustus 2008, lebih dari113 negara di seluruh dunia, termasuk seluruh Eropa, saat ini menggunakanIFRS sebagai standar pelaporan keuangan”. IFRS ini sendiri sudah digunakan lebih dari 150 negara di dunia, termasukIndonesia (Choi dkk, 2010).

Di Indonesia, konvergensi IFRS diterapkan penuh pada 1 Januari 2012.

Penerapan ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan agar daya informasi laporan keungan dapat terus meningkat sehingga laporan keungan dapat semakin mudah dipahami. Warsono (2011) kemudian mendefinisikan konvergensi sebagai sebuah keadaan, di mana standar nasional dan IFRS yang berasal dari satu titik awal yang berbeda menuju kepada satu standar yang memiliki karakteristik umum yang dimiliki oleh kedua standar tersebut.

Baskerville (2010) dalam Dwikatresna (2014) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standarisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.

Namun akibat konvergensi IFRS tersebut terdapat atribut dari kualitas laporan keuangan yang tidak digunakan lagi, yaitu prinsip konservatisme. FASB Statement of Concept No. 2 mendefinisikan konservatisme sebagai reaksi hati-hati

(3)

(prudent reaction) menghadapi ketidakpastian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup dipertimbangkan. Konsep konservatisme atau pesimisme mengharuskan beban diakui segera dan pendapatan diakui setelah ada kepastian realisasi, sedangkan aset bersih cenderung dinilai dibawah harga pertukaran atau harga pasar sekarang daripada harga perolehan (Hendriksen dan Van Breda, 2000).Penman dan Zhang (2002) serta Wolk dan Tearney (2000) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi tidak saja berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi, tetapi juga estimasi yang seringkali diterapkan berkaitan dengan akuntansi akrual.

Piots et al. (2010) membuktikan adanya perubahan konservatisme setelah adanya adopsi IFRS. Namun beberapa penelitian kontras dengan fenomena di atas. Beberapa penelitian tersebut diantaranya Zhang (2011) dan Gassen dan Sellhorn (2006) yang membuktikan bahwa konservatisme akuntansi meningkat setelah adanya adopsi IFRS di New Zealand dan Jerman. Di Indonesia, penelitian serupa dilakukan oleh Wardhani (2009). Namun penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa konvergensi GAAP lokal dengan IFRS pada suatu negara akan berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

IFRS merupakan wujud adanya penolakan dan kritik terhadap prinsip konservatisme akuntansi karena prinsip fair value lebih menekankan pada relevansi. Hellman (2007) menyatakan bahwa kebutuhan konservatisme sering

(4)

dikaitkan dengan keandalan pelaporan dari peristiwa masa lalu. Namun, tujuan dari standar akuntansi modern adalah mengutamakan orientasi masa depan, bertujuan untuk membantu para investor dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengambilan keputusan mereka.Sedangkan mengenai standar akuntansi, konservatisme telah atau mungkin masih menjadi salah satu prinsip akuntansi yang paling berpengaruh dalam akuntansi konvensional. Akan tetapi, prinsip konservatisme ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi resiko perusahaan. Pendapat ini didukung oleh Monahan (1999) dalam Dwiputranto (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konservatisme maka nilai buku yang dilaporkan akan semakin bias.

Namun dilain pihak, Lafond dan Watts (2008) berpendapat bahwa laporan keuangan yang menerapkan prinsip konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan serta mengurangi deadweight loss (biaya agensi) yang muncul sebagai akibat dari asimetri informasi. Haniati dan Fitriany (2010) menjelaskan semakin tinggi konservatisme akan menyebabkan tingkat asimetri informasi yang semakin rendah. Prinsip fair value IFRS meminimalisir atau mengurangi prinsip konservatisme yang telah terbukti dapat meminimalisir asimetri informasi dalam laporan keuangan.

Di sisi lain, terdapat beberapa penelitian sudah memberikan bukti empiris bahwa telah terjadi penurunan asimetri informasi (dengan proksi bid-ask spread)

(5)

setelah adopsi IFRS (Healy et al., 1999, Leuz dan Verrecchia, 2000, Daske et al., 2008 dan Armstrong et al., 2010). Penyebabnya adalah bahwa peningkatan disclosure dapat menurunkan persentase bid-ask spread (Healy et al., 1999).

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan di mana pihak manajemen memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak eksternal perusahaan. Ketika pihak internal perusahaan memiliki infromasi kinerja perusahaan yang buruk, kemungkinan pihak internal perusahaan tidak bersedia memberikan informasi yang buruk tentang perusahaan, dan lebih memilih untuk memberikan informasi yang baik (Cheng dkk, 2010). Faramita, (2011) berpendapat bahwa para manajer membuat sebuah prediksi yang akurat karena memiliki lebih banyak informasi seperti mengumpulkan informasi yang lengkap di pasar modal, kebanyakan investor hanya memiliki sedikit informasi mengenai perusahaan dibandingkan manajer, di sisi lain manajer dapat membuat sebuah prediksi yang tidak akurat seperti ketika perusahaan sedang mengalami kerugian, manajer sering menyembunyikan informasi tersebut dengan memanipulasi laporan keuangan, sehingga akan terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor. Manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan terhadap investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan.Sinyal yang diberikan dapat berupa laporan keuangan.Berdasarkan hal tersebut, konvergensi IFRS yang mulai diterapkan di Indonesia disinyalir dapat mengakibatkan asimetri informasi (Novianto 2014). Asimetri informasi

(6)

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah manipulasi laporan keuangan adalah dengan memilih prinsip akuntansi konservatif.

Beberapa tahun belakangan ini merupakan tahun yang berat bagi dunia perbankan di Indonesia dalam menghadapi fraud. Berbagai kasus fraud telah menghiasi dunia perbankan Indonesia dengan nilai kerugian yang sangat besar.

Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Jika sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang ditimbulkan akan meluas mempengaruhi nasabah dan lembaga-lembaga yang menyimpan dananya atau menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak ikutan secara domestik maupun pasar internasional. Karena pentingnya peran bank dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur secara baik dan benar, terutama dalam hal standar Akuntansinya.Diharapkan dengan adanya standar yang berlaku secara internasional, maka kualitas laporan keuangannya menjadi lebih meningkat. Semakin baik laporan keuangan di suatu perusahaan perbankan maka asimetri informasinya akan semakin kecil, karena infomasi yang dimiliki oleh perusahaan lebih dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan dengan semakin tinggiasimetri informasi maka semakin buruk laporan keuangannya, karena informasi yang dimiliki oleh perusahaan tidak dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

(7)

Haniati dan Fitriany (2010) menjelaskan bahwa konservatisme berpengaruh negatif dan signifikan terhadap asimetri informasi. Dimana, semakin tinggi konservatisme akan menyebabkan tingkat asimetri informasi yang semakin rendah.. Penelitian ini mendukung penelitian Lafond dan Watts (2006) yang menjelaskan bahwa laporan keuangan konservatisme dapat mencegah asimetri informasi dengan cara membatasi manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan.

Sebaliknya ada pula hasil penelitian yang membuktikan bahwa konservatisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap asimetri informasi.Penelitian tersebut menunjukkan hasil tidak ada perbedaan asimetri informasi yang signifikan setelah adopsi IFRS (Leuz, 2003, dalam Latif, 2012).

Penyebabnya adalah bahwa standar bukanlah faktor utama yang mempengaruhi asimetri informasi (Hung dan Subramanyam (2007) dalam Latif, 2012).

Berdasarkan penjelasan diatas, yaitu terdapat perbedaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh konvergensi IFRS dan konservatisme terhadap asimetri informasi, sehingga penulis termotivasi untuk melakukan pengujian ulang. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu sampel yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang ada di Indonesia pada tahun 2009-2011 (sebelum penerapan IFRS) dan 2012-2014 (sesudah penerapan IFRS), di mana penelitian ini menggunakan periode

(8)

pengujian yang lebih panjang, sehingga penelitian ini lebih relevan dan andal, dengan menambahkan konvergensi IFRS sebagai variabel independen.

Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian dengan judul

“PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KONSERVATISME TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (studi empiris Pada Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2009-2014)”.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa penjelasan sebelumnya, maka rumusan masalah dalampenelitianini adalah sebagai berikut:

1. Apakah konvergensi IFRS berpengaruh terhadap Asimetri Informasi pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI?

2. Apakah konservatisme berpengaruh terhadap asimetri informasi pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai:

a. Untuk menguji apakah konvergensi IFRS menyebabkan menurunnya nilai asimetri informasi pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.

(9)

b. Untuk menguji apakah konservatisme berpengaruh terhadap asimetri informasi pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.

2. Kontribusi Penelitian a. Kontribusi Praktik

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan keputusan terkait dengan arus informasi laporan keuangan terhadap atribut kualitas pelaporan keuangan khususnya konservatisme sehingga ikut berkontribusi dalam peningkatan kualitas pelaporan keuangan untuk meminimalisir asimetri informasi.

b. Kontribusi Akademik

Pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah maupun memperkaya teori mengenai asimetri informasi serta pengaruhnya terhadap perusahaan. Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya di bidang akuntansi keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seberapa tinggi penerapan aspek jurnalisme damai dalam mengemas berita konflik Papua di Kompas.com

• Aerasi & agitasi merupakan hal yg penting dlm memproduksi sel-sel khamir dan bakteri. • u/ pertumbuhan secara aerobik, suplai oksigen merupakan faktor terpenting

Mampu melakukan perhitungan 2 sederhana untuk kinetika reaksi homogen pada sistem reaktor alir tangki ideal dan pipa ideal, dengan menggabungkannya dengan konsep

7) Terlaksananya Tes mutasi PNS yang masuk ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah 7) 250 orang 8) Terlaksananya Pemberkasan Pensiun PNS 8) 6 kegiatan 9) Terlaksanannya koordinasi

Secara umum manfaat penelitian ini adalah dalam rangka pengembangan ilmu pangan terutama dalam bidang mikrobiologi pangan, dan secara khusus penelitian ini dilaksanakan

Dari Kegiatan konstruksi maupun pertambangan dapat mengakibatkan gangguan akibat kerja pada operator alat berat yaitu low back pain akibat getaran seluruh tubuh

(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Unit Pengembangan Usaha dan Kerja Sama berkoordinasi dengan Seksi Kesehatan Pelaut dan Tenaga

Promosi merupakan suatu kegiatan penting untuk terus menarik wisatawan agar mau menginap dan membeli setiap produk yang ditawarkan, dalam melakukan suatu kegiatan promosi