• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Ajar Mata Kuliah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bahan Ajar Mata Kuliah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Bahan Ajar Mata Kuliah

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

disampaikan oleh :

Irawan Harahap, S.H., S.E., M.Kn., CLA

Advokat Mediator Bersertifikat – Advokat Auditor Hukum, Konsultan HKI

 Advokat, NIA Peradi : 07.11063

 Mediator, No. Anggota Pusat Mediasi Nasional : 521/PMN/XXXIII/2011

 Auditor Hukum, No. Anggota Asosiasi Auditor Hukum Indonesia : B.0013.2013

 Konsultan Hak Kekayaan Intelektual, No. Urut Konsultan : 772-2014

Fakultas

Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Hukum Universitas Lancang Kuning

(2)

• ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN

SENGKETA, PRIYATNA ABDURRASYID, BANI, 2002

• ARBITRASE, M. YAHYA HARAHAP, SINAR GRAFIKA

• ADR & ARBITRASE, SUYUD MARGONO, GHALIA INDONESIA

• ARBITRASE dalam PERSPEKTIF ISLAM dan HUKUM ARBITRASE dalam PERSPEKTIF ISLAM dan HUKUM POSITIF, A. RACHMAD ROSYADI, CITRA ADITYA

BAKTI, 2002

• ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR

PENGADILAN, JONI EMIRZON, GRAMEDIA

(3)

• MENYIKAP DAN MENEROPONG UU 30/ 1999 ARBITRASE DAN JALUR PENYELESAIAN

ALTERNATIF, HAMID SHAHAB, DJAMBATAN

• PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR PENGADILAN, RACHMDAI USMAN, CITRA ADITYA BAKTI

• ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA,

• ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA, GUNAWAN WIDJAJA, RAJAWALI PERS

• Perma No. 2 tahun 2003

• Perma No. 1 tahun 2008

• Perma No. 1 tahun 2016

(4)

Pengertian Sengketa

“ Suatu situasi di mana ada pihak yang merasa

dirugikan oleh pihak lain. Pihak yang merasa

dirugikan menyampaikan ketidakpuasan ini

kepada pihak kedua dan apabila pihak kedua

kepada pihak kedua dan apabila pihak kedua

tidak menanggapi dan memuaskan pihak

pertama, serta menunjukkan perbedaan

pendapat”, yang dapat diawali adanya kontrak

maupun tidak diawali kontrak.

(5)

Pilihan Sikap terhadap adanya sengketa

1. Lumping it (menerima atau tidak menuntut, tidak mempermasalahkan)

2. Avoidance (menghindar)

3. Coercion (memaksa dengan menggunakan kekuatan pihak tertentu, misalnya jasa penagihan hutang)

pihak tertentu, misalnya jasa penagihan hutang) 4. Negotiation (negosiasi/ musyawarah)

5. Mediation (mediasi/ musyawarah yang dibantu oleh mediator)

6. Arbitration (arbitrase/ menyerahkan kepada pihak ketiga sebagai pemutus masalah)

7. Adjudication (menggunakan jalur hukum)

(6)

Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)

adalah lembaga penyelesaian sengketa atau

beda pendapat melalui prosedur yang

disepakati para pihak, yakni penyelesaian di

luar pengadilan dengan cara konsultasi,

luar pengadilan dengan cara konsultasi,

negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian

ahli (Pasal 1 angka 10 UU. No. 30 tahun 1999)

(7)

Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)

Konsultasi adalah tindakan yang bersifat personal antara satu pihak tertentu yang disebut dengan Klien dan pihak lain yang merupakan Konsultan yang memberikan pendapatnya kepada Klien tersebut untuk memenuhi keperluan kliennya tersebut.

Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkan kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah mendengar para pihak mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan) membuat usulan-usulan untuk suatu penyelesaian namun keputusan tersebut tidak mengikat. konsiliator mempunyai kewenangan yang aktif.

(8)

Negosiasi,adalah bentuk APS yang paling “simpel’ karena tidak melibatkan orang ketiga atau pihak ketiga. Tetapi pada saat para pihak tidak mampu berkomunikasi dengan baik, maka dapat dipastikan negosiasi akan menemukan jalan buntu (dead lock), tidak tertutup kemungkinan jika dipaksakan justru akan menimbulkan konflik dan sengketa baru yang jauh lebih kompleks, terutama bila para pihak menganggap pihak lawannya sebagai musuh.

Penilaian ahli atau pendapat ahli adalah suatu keterangan yang dimintakan oleh para pihak yang sedang bersengketa kepada seorang ahli tertentu yang dianggap lebih memahami tentang suatu materi sengjeta yang terjadi.

Pada sistem pengambilan keputusan ajudikasi (pengadilan dan arbitrase), pihak pemenang akan mengambil segalanya (winner takes all). Tetapi di dalam sistem APS, penyelesaian diusahakan sebisa mungkin dilakukan secara kooperatif (co-operative solution) sehinga penyelesaian secara kooperatif di istilahkan sebagai win-win soluton”, dimana semua pihak merasa sama-sama menang

(9)

Kritik terhadap lembaga pengadilan adalah:

1. Tuntutan Dunia Bisnis 2. Waktu

3. Biaya mahal

4. Prosedur yang ketat 5. Lawyer oriented

5. Lawyer oriented

6. Ungkapan mengenai citra pengadilan 7. Win – lose situation

8. Kurangnya kemampuan hakim 9. Hubungan putus

10. Memicu konflik baru

(10)

Pengertian Negosiasi

Negosiasi adalah proses komunikasi di mana dua pihak, masing – masing dengan tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, berua a untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak tersebut mengenai masalah yang sama (George tersebut mengenai masalah yang sama (George M. Hartman, 1997)

Negosiasi adalah proses bekerja untuk mencapai

suatu perjanjian dengan pihak lain (Gary

Goodpaster, 1993).

(11)

Kelebihan penyelesaian sengketa melalui negosiasi

Pihak-pihak yang bersengketa sendiri yang

akan menyelesaikan sengketa tersebut. Pihak

– pihak yang bersengketa adalah pihak yang

paling tahu mengenai masalah yang menjadi

paling tahu mengenai masalah yang menjadi

sengketa dan bagaimana cara penyelesaian

sengketa yang di inginkan. Dengan demikian,

pihak yang bersengketa dapat mengontrol

jalannya proses penyelesaian sengketa ke arah

penyelesaian sengketa yang diharapkan.

(12)

Keuntungan Negosiasi

• Menciptakan pengertian yang lebih baik mengenai pandangan pihak lawan

• Memungkinkan penyelesaian masalah secara bersama sama (joint problem solving)

bersama sama (joint problem solving)

• Mengupayakan solusi terbaik yang dapat

dipercayai, diterima dan dijalankan kedua

belah pihak

(13)

Kelemahan Negosiasi

• Tidak dapat berjalan dengan baik tanpa kemauan dan itikad baik para pihak untuk bernegosiasi dan melakukan konsesi

• Tidak akan efektif apabila tidak dilakukan oleh

• Tidak akan efektif apabila tidak dilakukan oleh pihak –pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan

• Sulit berjalan baik apabila para pihak berada dalam situasi datau posisi yang tidak

seimbang atau berat sebelah

(14)

Sebagai penutup sesi I ini, kami sampaikan beberapa hal yang juga harus mampu dilakukan seorang

negosiator:

1. Merencanakan 1. Merencanakan

2. Bertindak dengan penuh integritas

3. Berpikir jernih walau dibawah tekanan 4. Menggunakan penilaian yang baik

5. Mendengarkan

6. Mempunyai empati

7. Komunikasi

(15)

MEDIASI

SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

(16)

Pengertian Mediasi

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 1 Perma No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan)

Menurut John W Head, mediasi adalah suatu prosedur penengahan Menurut John W Head, mediasi adalah suatu prosedur penengahan di mana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi antar para pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di tangan para pihak sendiri.

(17)

• Menurut Chrispher W Moore, mediasi adalah sebuah intervensi terhadap proses negosiasi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga memiliki kewenangan terbatas atau sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, yang membantu para pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian sengketa yang diterima kedua belah mencapai penyelesaian sengketa yang diterima kedua belah pihak.

• Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa

alternatif di luar pengadilan sudah lama dipakai dalam

berbagai kasus-kasus bisnis, lingkungan hidupm perburuhan,

pertanahan, perumahan, sengketa konsumen, dan

sebagainya yang merupakan perwujudan tuntutan

masyarakat atas penyelesaian sengketa yang cepat, efektif

dan efisien.

(18)

Dasar Hukum Mediasi

Pilihan penyelesaian sengketa melalui Mediasi di atur/ tersebar dalam beberapa aturan hukum, antara lain :

UU. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

UU. No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

UU. Paten

UU. Merek

UU. Merek

UU. Rahasia Dagang

UU. Desain Industri

UU. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

PP No. 54/2000 tentang lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan

Khusus mediasi di selenggarakan di pengadilan, semua perkara perdata wajib mediasi, kecuali diatur berbeda

(19)

Karakteristik Mediasi

• Perpanjangan atau pengembangan proses negosiasi yang dibantu oleh pihak ketiga

• Intervensi dari pihak ketiga (mediator) yang imparsial dan dapat diterima oleh kedua belah pihak melalui perundingan

• Pihak ketiga (mediator) tidak berwenang untuk

• Pihak ketiga (mediator) tidak berwenang untuk membuat keputusan

• Pihak ketiga (mediator) membantu para pihak untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima para pihak

• Proses bersifat rahasia dan keberadaan mediator

disetujui oleh para pihak

(20)

KEUNTUNGAN MEDIASI

• Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan baik. Hal ini sangat baik bagi

hubungan bisnis karena pada dasarnya bertumpu pada good relationship dan mutual trust

• Lebih murah dan cepat

• Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang

• Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul tidak sampai diketahui oleh pihak luar, penting untuk menjaga reputasi pengusaha karena umumnya tabu untuk terlibat sengketa

• Hasil-hasil memuaskan semua pihak

• Kesepakatan-kesepakatan lebih komrehensif

• Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan

(21)

Jenis Mediasi

A. Mediasi yang dilaksanakan di luar Pengadilan

B. Mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan 1. MEDIASI AWAL LITIGASI

1. MEDIASI AWAL LITIGASI 2. MEDIASI DALAM LITIGASI

3. MEDIASI DALAM TINGKAT BANDING, KASASI DAN

PENINJAUAN KEMBALI

(22)

Mediator

• adalah Pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

memaksakan sebuah penyelesaian.

• Sebagai pihak yang netral, mediator merancang

dan memimpin diskusi serta bertindak sebagai

penengah untuk memfasilitasi kemajuan ke arah

penyelesaian.

(23)

Di samping itu mediator harus memenuhi syarat yaitu:

• disetujui oleh pihak yang bersengketa

• tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa

• tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu

• tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa

• tidak mempunyai kepentingan finansial atau

kepentingan lain terhadap kesepakatan para pihak

• tidak memiliki kepentingan terhadap proses

perundingan maupun hasilnya

(24)

Fungsi Mediator

• Sebagai katalisator (mendorong suasana yang kondusif).

• Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja, dan kendala usaha para pihak).

• Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan

merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang lain).

• Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).

• Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).

• Sebagai penyandang berita jelek (para pihak dapat emosional).

• Sebagai agen realitas (terus terang dijelaskan bahwa sasarannya tidak mungkin dicapai melalui suatu proses perundingan).

• Sebagai kambing hitam (pihak yang dipersalahkan)

(25)

Iktikad Baik Menempuh Mediasi

• Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh Mediasi dengan iktikad baik.

• Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan tidak beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan:

tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan sah;

dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan sah;

menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan sah;

ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan Mediasi tanpa alasan sah;

menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak menanggapi Resume Perkara pihak lain; dan/atau

tidak menandatangani konsep Kesepakatan Perdamaian yang telah disepakati tanpa alasan sah.

(26)

Biaya Mediasi dan Biaya Jasa Mediator

• Jasa Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan tidak dikenakan biaya.

• Biaya jasa Mediator nonhakim dan bukan

Pegawai Pengadilan ditanggung bersama atau

Pegawai Pengadilan ditanggung bersama atau

berdasarkan kesepakatan Para Pihak.

(27)

Tempat Penyelenggaraan Mediasi

• Mediasi diselenggarakan di ruang Mediasi Pengadilan atau di tempat lain di luar Pengadilan yang disepakati oleh Para Pihak.

• Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan dilarang menyelenggarakan Mediasi di luar Pengadilan.

• Mediator non hakim dan bukan Pegawai Pengadilan

• Mediator non hakim dan bukan Pegawai Pengadilan yang dipilih atau ditunjuk bersama-sama dengan

Mediator Hakim atau Pegawai Pengadilan dalam satu perkara wajib menyelenggarakan Mediasi bertempat di Pengadilan.

• Penggunaan ruang Mediasi Pengadilan untuk Mediasi

tidak dikenakan biaya. Bagian Kedelapan

(28)

MEDIATOR

Sertifikasi Mediator dan Akreditasi Lembaga

• Setiap Mediator wajib memiliki Sertifikat Mediator yang diperoleh setelah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam pelatihan sertifikasi Mediator yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung.

akreditasi dari Mahkamah Agung.

• Berdasarkan surat keputusan ketua Pengadilan, Hakim tidak bersertifikat dapat menjalankan fungsi Mediator dalam hal tidak ada atau terdapat keterbatasan jumlah Mediator bersertifikat.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara

sertifikasi Mediator dan pemberian akreditasi lembaga

sertifikasi Mediator ditetapkan dengan Keputusan Ketua

Mahkamah Agung.

(29)

Tahapan Tugas Mediator

alam menjalankan fungsinya, Mediator bertugas:

1. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk saling memperkenalkan diri;

2. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;

3. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan 3. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan

tidak mengambil keputusan;

4. membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;

5. menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus);

6. menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;

7. mengisi formulir jadwal mediasi.

(30)

memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan permasalahan dan usulan perdamaian;

menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan skala proritas;

memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:

menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;

mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak; dan

bekerja sama mencapai penyelesaian;

bekerja sama mencapai penyelesaian;

membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan Perdamaian;

menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat dilaksanakannya Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara;

menyatakan salah satu atau Para Pihak tidak beriktikad baik dan menyampaikan kepada Hakim Pemeriksa Perkara;

tugas lain dalam menjalankan fungsinya

(31)

TAHAPAN PRAMEDIASI

Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara

• Pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh Para Pihak, Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para Pihak untuk menempuh Mediasi.

• ehadiran Para Pihak berdasarkan panggilan yang sah dan patut.

• Pemanggilan pihak yang tidak hadir pada sidang pertama dapat dilakukan pemanggilan satu kali lagi sesuai dengan praktik hukum Pemanggilan pihak yang tidak hadir pada sidang pertama dapat dilakukan pemanggilan satu kali lagi sesuai dengan praktik hukum acara.

• Dalam hal para pihak lebih dari satu, Mediasi tetap diselenggarakan setelah pemanggilan dilakukan secara sah dan patut walaupun tidak seluruh pihak hadir.

• Ketidakhadiran pihak turut tergugat yang kepentingannya tidak signifikan tidak menghalangi pelaksanaan Mediasi.

• Hakim Pemeriksa Perkara wajib menjelaskan Prosedur Mediasi kepada Para Pihak.

(32)

Penjelasan meliputi:

– pengertian dan manfaat Mediasi;

– kewajiban Para Pihak untuk menghadiri langsung pertemuan Mediasi berikut akibat hukum atas

perilaku tidak beriktikad baik dalam proses Mediasi;

perilaku tidak beriktikad baik dalam proses Mediasi;

– biaya yang mungkin timbul akibat penggunaan

Mediator nonhakim dan bukan Pegawai Pengadilan;

– pilihan menindaklanjuti Kesepakatan Perdamaian melalui Akta Perdamaian atau pencabutan gugatan;

dan

– kewajiban Para Pihak untuk menandatangani formulir

penjelasan Mediasi.

(33)

• Hakim Pemeriksa Perkara menyerahkan formulir penjelasan Mediasi kepada Para

Pihak yang memuat pernyataan bahwa Para Pihak:

Pihak:

– memperoleh penjelasan prosedur Mediasi secara lengkap dari Hakim Pemeriksa Perkara;

– memahami dengan baik prosedur Mediasi; dan

– bersedia menempuh Mediasi dengan iktikad baik.

(34)

• Formulir penjelasan Mediasi ditandatangani oleh Para Pihak dan/atau kuasa hukum segera setelah memperoleh penjelasan dari Hakim Pemeriksa Perkara dan merupakan satu kesatuan yang

menjadi bagian tidak terpisahkan dengan berkas menjadi bagian tidak terpisahkan dengan berkas perkara.

• Keterangan mengenai penjelasan oleh Hakim Pemeriksa Perkara dan penandatanganan

formulir penjelasan Mediasi wajib dimuat dalam

berita acara sidang.

(35)

Kewajiban Kuasa Hukum

• Kuasa hukum wajib membantu Para Pihak melaksanakan hak dan kewajibannya dalam proses Mediasi.

• Kewajiban kuasa hukum di antaranya meliputi:

a. menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara kepada Para Pihak;

b. mendorong Para Pihak berperan langsung secara aktif b. mendorong Para Pihak berperan langsung secara aktif

dalam proses Mediasi;

c. membantu Para Pihak mengidentifikasi kebutuhan,

kepentingan dan usulan penyelesaian sengketa selama proses Mediasi;

d. membantu Para Pihak merumuskan rencana dan usulan

Kesepakatan Perdamaian dalam hal Para Pihak mencapai

kesepakatan;

(36)

e. menjelaskan kepada Para Pihak terkait kewajiban kuasa hukum.

Dalam hal Para Pihak berhalangan hadir berdasarkan alasan sah, kuasa hukum dapat mewakili Para Pihak untuk melakukan Mediasi dengan menunjukkan surat alasan sah, kuasa hukum dapat mewakili Para Pihak untuk melakukan Mediasi dengan menunjukkan surat kuasa khusus yang memuat kewenangan kuasa hukum untuk mengambil keputusan.

Kuasa hukum yang bertindak mewakili Para Pihakwajib

berpartisipasi dalam proses Mediasi dengan iktikad

baik dan dengan cara yang tidak berlawanan dengan

pihak lain atau kuasa hukumnya.

(37)

Hak Para Pihak Memilih Mediator

• Para Pihak berhak memilih seorang atau lebih

Mediator yang tercatat dalam Daftar Mediator di Pengadilan.

• Jika dalam proses Mediasi terdapat lebih dari

• Jika dalam proses Mediasi terdapat lebih dari

satu orang Mediator, pembagian tugas Mediator ditentukan dan disepakati oleh para Mediator.

• Ketentuan lebih lanjut tentang Daftar Mediator

diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung.

(38)

Batas Waktu Pemilihan Mediator

• Setelah memberikan penjelasan mengenai kewajiban melakukan, Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para Pihak pada hari itu juga, atau paling lama 2 (dua) hari berikutnya untuk berunding guna memilih Mediator termasuk biaya yang mungkin timbul akibat pilihan penggunaan Mediator nonhakim dan bukan Pegawai penggunaan Mediator nonhakim dan bukan Pegawai Pengadilan.

• Para Pihak segera menyampaikan Mediator pilihan mereka kepada Hakim Pemeriksa Perkara.

• Apabila Para Pihak tidak dapat bersepakat memilih,

ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara segera

menunjuk Mediator Hakim atau Pegawai Pengadilan.

(39)

• Jika pada Pengadilan yang sama tidak terdapat Hakim bukan pemeriksa perkara dan Pegawai Pengadilan yang bersertifikat, ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menunjuk salah satu Hakim Pemeriksa Perkara untuk menjalankan fungsi Mediator dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat.

• Jika Para Pihak telah memilih atau ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menunjuk Mediator, ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan Mediasi dan Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan Mediasi dan menunjuk Mediator.

• Hakim Pemeriksa Perkara memberitahukan penetapan kepada Mediator melalui panitera pengganti.

• Hakim Pemeriksa Perkara wajib menunda proses

persidangan untuk memberikan kesempatan kepada

Para Pihak menempuh Mediasi.

(40)

Pemanggilan Para Pihak

• Mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan

Mediasi, setelah menerima penetapan penunjukan sebagai Mediator.

• Dalam hal Mediasi dilakukan di gedung Pengadilan, Mediator atas kuasa Hakim Pemeriksa Perkara melalui Panitera melakukan pemanggilan Para Pihak dengan Panitera melakukan pemanggilan Para Pihak dengan

bantuan juru sita atau juru sita pengganti untuk menghadiri pertemuan Mediasi.

• Kuasa adalah demi hukum tanpa perlu dibuat surat kuasa, sehingga tanpa ada instrumen tersendiri dari Hakim

Pemeriksa Perkara, juru sita atau juru sita pengganti wajib

melaksanakan perintah Mediator Hakim maupun nonhakim

untuk melakukan panggilan.

(41)

Akibat Hukum Pihak Tidak Beriktikad Baik

• Apabila penggugat dinyatakan tidak beriktikad baik dalam proses, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara.

• Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik dikenai pula kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.

• Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak beriktikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai rekomendasi pengenaan kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai rekomendasi pengenaan Biaya Mediasi dan perhitungan besarannya dalam laporan

ketidakberhasilan atau tidak dapat dilaksanakannya Mediasi.

• Berdasarkan laporan Mediator, Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan putusan yang merupakan putusan akhir yang

menyatakan gugatan tidak dapat diterima disertai penghukuman pembayaran Biaya Mediasi dan biaya perkara.

• Biaya Mediasi sebagai penghukuman kepada penggugat dapat

diambil dari panjar biaya perkara atau pembayaran tersendiri oleh penggugat dan diserahkan kepada tergugat melalui kepaniteraan Pengadilan.

(42)

• Tergugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik, dikenai kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.

• Mediator menyampaikan laporan tergugat tidak

beriktikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai rekomendasi pengenaan Biaya Mediasi dan perhitungan besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak dapat dilaksanakannya Mediasi.

• Berdasarkan laporan Mediator, sebelum melanjutkan pemeriksaan, Hakim Pemeriksa Perkara dalam

pemeriksaan, Hakim Pemeriksa Perkara dalam persidangan yang ditetapkan berikutnya wajib

mengeluarkan penetapan yang menyatakan tergugat tidak beriktikad baik dan menghukum tergugat untuk membayar Biaya Mediasi.

• Biaya Mediasi merupakan bagian dari biaya perkara yang

wajib disebutkan dalam amar putusan akhir.

(43)

• Dalam hal tergugat dimenangkan dalam putusan, amar putusan menyatakan Biaya Mediasi dibebankan kepada tergugat, sedangkan biaya perkara tetap dibebankan kepada penggugat sebagai pihak yang kalah.

• Dalam perkara perceraian di lingkungan peradilan agama, tergugat dihukum membayar Biaya Mediasi, sedangkan biaya perkara dibebankan kepada

penggugat.

• Pembayaran Biaya Mediasi oleh tergugat yang akan

• Pembayaran Biaya Mediasi oleh tergugat yang akan diserahkan kepada penggugat melalui kepaniteraan Pengadilan mengikuti pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

• Dalam hal Para Pihak secara bersama-sama dinyatakan tidak beriktikad baik oleh Mediator, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara

tanpa penghukuman Biaya Mediasi.

(44)

TAHAPAN PROSES MEDIASI

Penyerahan Resume Perkara dan Jangka Waktu Proses Mediasi

• Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari terhitung sejak

penetapan, Para Pihak dapat menyerahkan Resume Perkara kepada pihak lain dan Mediator.

• Proses Mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari

• Proses Mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi.

• Atas dasar kesepakatan Para Pihak, jangka waktu Mediasi dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak berakhir jangka waktu.

• Mediator atas permintaan Para Pihak mengajukan

permohonan perpanjangan jangka waktu Mediasi kepada

Hakim Pemeriksa Perkara disertai dengan alasannya.

(45)

Ruang Lingkup Materi Pertemuan Mediasi

• Materi perundingan dalam Mediasi tidak terbatas pada posita dan petitum gugatan.

• Dalam hal Mediasi mencapai kesepakatan atas permasalahan di luar posita dan petitum

permasalahan di luar posita dan petitum gugatan, penggugat mengubah gugatan

dengan memasukkan kesepakatan tersebut di

dalam gugatan.

(46)

Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat

• Atas persetujuan Para Pihak dan/atau kuasa hukum, Mediator dapat menghadirkan

seorang atau lebih ahli, tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat.

tokoh agama, atau tokoh adat.

• Para Pihak harus terlebih dahulu mencapai kesepakatan tentang kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari penjelasan dan/atau

penilaian ahli dan/atau tokoh masyarakat

(47)

Mediasi Mencapai Kesepakatan

• Jika Mediasi berhasil mencapai kesepakatan, Para Pihak dengan bantuan Mediator wajib merumuskan kesepakatan secara tertulis dalam Kesepakatan Perdamaian yang ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator.

• Dalam membantu merumuskan Kesepakatan Perdamaian, Mediator wajib memastikan Kesepakatan Perdamaian tidak memuat

ketentuan yang:

ketentuan yang:

bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan;

merugikan pihak ketiga; atau tidak dapat dilaksanakan.

• Dalam proses Mediasi yang diwakili oleh kuasa hukum,

penandatanganan Kesepakatan Perdamaian hanya dapat dilakukan apabila terdapat pernyataan Para Pihak secara tertulis yang

memuat persetujuan atas kesepakatan yang dicapai.

(48)

• Para Pihak melalui Mediator dapat mengajukan Kesepakatan Perdamaian kepada Hakim Pemeriksa Perkara agar dikuatkan dalam Akta Perdamaian.

• Jika Para Pihak tidak menghendaki Kesepakatan Perdamaian dikuatkan dalam Akta Perdamaian, Kesepakatan Perdamaian wajib memuat pencabutan gugatan.

• Mediator wajib melaporkan secara tertulis keberhasilan Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara dengan melampirkan Kesepakatan Perdamaian.

• Setelah menerima Kesepakatan Perdamaian, Hakim

• Setelah menerima Kesepakatan Perdamaian, Hakim Pemeriksa Perkara segera mempelajari dan menelitinya dalam waktu paling lama 2 (dua) hari.

• Dalam hal Kesepakatan Perdamaian diminta dikuatkan

dalam Akta Perdamaian belum memenuhi ketentuan, Hakim

Pemeriksa Perkara wajib mengembalikan Kesepakatan

Perdamaian kepada Mediator dan Para Pihak disertai

petunjuk tentang hal yang harus diperbaiki.

(49)

• Setelah mengadakan pertemuan dengan Para Pihak, Mediator wajib mengajukan kembali

Kesepakatan Perdamaian yang telah diperbaiki kepada Hakim Pemeriksa Perkara paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan petunjuk perbaikan.

• Paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima

Kesepakatan Perdamaian yang telah memenuhi ketentuan, Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan Kesepakatan Perdamaian yang telah memenuhi ketentuan, Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan penetapan hari sidang untuk membacakan Akta Perdamaian.

• Kesepakatan Perdamaian yang dikuatkan dengan Akta Perdamaian tunduk pada ketentuan

keterbukaan informasi di Pengadilan.

(50)

Kesepakatan Perdamaian Sebagian

• Dalam hal proses Mediasi mencapai kesepakatan antara penggugat dan sebagian pihak tergugat, penggugat

mengubah gugatan dengan tidak lagi mengajukan pihak tergugat yang tidak mencapai kesepakatan sebagai pihak lawan.

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian antara dibuat dan

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian antara dibuat dan ditandatangani oleh penggugat dengan sebagian pihak tergugat yang mencapai kesepakatan dan Mediator.

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian dapat dikuatkan dengan Akta Perdamaian sepanjang tidak menyangkut aset, harta kekayaan dan/atau kepentingan pihak yang tidak mencapai kesepakatan dan memenuhi ketentuan.

• Penggugat dapat mengajukan kembali gugatan terhadap pihak yang tidak mencapai Kesepakatan Perdamaian

Sebagian.

(51)

• Dalam hal penggugat lebih dari satu pihak dan sebagian penggugat mencapai kesepakatan dengan sebagian atau seluruh pihak

tergugat, tetapi sebagian penggugat yang tidak mencapai

kesepakatan tidak bersedia mengubah gugatan, Mediasi dinyatakan tidak berhasil.

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian antara pihak tidak dapat

dilakukan pada perdamaian sukarela tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya hukum banding, kasasi, atau peninjauan kembali.

• Dalam hal Para Pihak mencapai kesepakatan atas sebagian dari seluruh objek perkara atau tuntutan hukum, Mediator

seluruh objek perkara atau tuntutan hukum, Mediator

menyampaikan Kesepakatan Perdamaian Sebagian tersebut kepada Hakim Pemeriksa Perkara sebagai lampiran laporan Mediator.

• Hakim Pemeriksa Perkara melanjutkan pemeriksaan terhadap objek perkara atau tuntutan hukum yang belum berhasil disepakati oleh Para Pihak.

• Dalam hal Mediasi mencapai kesepakatan sebagian atas objek perkara atau tuntutan hukum, Hakim Pemeriksa Perkara wajib memuat Kesepakatan Perdamaian Sebagian tersebut dalam pertimbangan dan amar putusan.

(52)

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian berlaku pada perdamaian sukarela tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya hukum banding, kasasi, atau peninjauan kembali.

• Untuk Mediasi perkara perceraian dalam lingkungan peradilan agama yang tuntutan perceraian dikumulasikan dengan tuntutan lainnya, jika Para Pihak tidak mencapai kesepakatan untuk hidup rukun kembali, Mediasi dilanjutkan dengan tuntutan lainnya.

• Dalam hal Para Pihak mencapai kesepakatan atas tuntutan lainnya, kesepakatan dituangkan dalam Kesepakatan Perdamaian Sebagian dengan memuat klausula keterkaitannya dengan perkara perceraian.

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya hanya dapat dilaksanakan jika putusan Hakim Pemeriksa Perkara yang mengabulkan

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya hanya dapat dilaksanakan jika putusan Hakim Pemeriksa Perkara yang mengabulkan gugatan perceraian telah berkekuatan hukum tetap.

• Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya tidak berlaku jika Hakim Pemeriksa Perkara menolak gugatan atau Para Pihak

bersedia rukun kembali selama proses pemeriksaan perkara.

(53)

Mediasi Tidak Berhasil atau Tidak dapat Dilaksanakan

Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil mencapai kesepakatan dan memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal:

Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal:

– Para Pihak tidak menghasilkan kesepakatan sampai batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari berikut; atau

– Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad

(54)

Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak dapat dilaksanakan dan memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara,

dalam hal:

a. melibatkan aset, harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang:

• tidak diikutsertakan dalam surat gugatan sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak menjadi salah satu pihak dalam proses Mediasi;

dalam proses Mediasi;

• diikutsertakan sebagai pihak dalam surat gugatan dalam hal pihak berperkara lebih dari satu subjek hukum, tetapi tidak hadir di persidangan sehingga tidak menjadi pihak dalam proses Mediasi; atau

• diikutsertakan sebagai pihak dalam surat gugatan dalam

hal pihak berperkara lebih dari satu subjek hukum dan

hadir di persidangan, tetapi tidak pernah hadir dalam

proses Mediasi.

(55)

b. melibatkan wewenang kementerian/lembaga/instansi di tingkat pusat/daerah dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang tidak menjadi pihak berperkara, kecuali pihak berperkara yang terkait dengan pihak- pihak tersebut telah memperoleh persetujuan tertulis dari kementerian/lembaga/instansi dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah untuk mengambil

keputusan dalam proses Mediasi.

keputusan dalam proses Mediasi.

c. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik

Setelah menerima pemberitahuan, Hakim Pemeriksa Perkara segera menerbitkan penetapan untuk

melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan

ketentuan hukum acara yang berlaku.

(56)

PERDAMAIAN SUKARELA

• Perdamaian Sukarela pada Tahap Pemeriksaan Perkara

• Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, Hakim Pemeriksa Perkara tetap berupaya mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan.

• Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat mengajukan permohonan kepada Hakim Pemeriksa Perkara untuk melakukan perdamaian pada tahap pemeriksaan perkara.

pada tahap pemeriksaan perkara.

• Setelah menerima permohonan Para Pihak untuk melakukan perdamaian, ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara dengan penetapan segera menunjuk salah seorang Hakim Pemeriksa

Perkara untuk menjalankan fungsi Mediator dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat.

• Hakim Pemeriksa Perkara wajib menunda persidangan paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak penetapan

(57)

Perdamaian Sukarela pada Tingkat Upaya Hukum Banding, Kasasi, atau Peninjauan

Kembali

Sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali, Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat menempuh upaya perdamaian:

Jika dikehendaki, Para Pihak melalui ketua Pengadilan mengajukan

Kesepakatan Perdamaian secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara tingkat banding,

kasasi, atau peninjauan kembali untuk diputus dengan Akta Perdamaian sepanjang memenuhi ketentuan.

kasasi, atau peninjauan kembali untuk diputus dengan Akta Perdamaian sepanjang memenuhi ketentuan.

Kesepakatan Perdamaian wajib memuat ketentuan yang mengesampingkan putusan yang telah ada.

Akta Perdamaian ditandatangani oleh Hakim Pemeriksa Perkara tingkat banding, kasasi, atau peninjauan kembali dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya Kesepakatan Perdamaian.

Apabila berkas perkara banding, kasasi, atau peninjauan kembali belum dikirimkan, berkas perkara dan Kesepakatan Perdamaian dikirimkan bersama-sama ke Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.

(58)

KETERPISAHAN MEDIASI DARI LITIGASI

Terhitung sejak penetapan perintah

melakukan Mediasi dan penunjukan Mediator,

jangka waktu proses Mediasi tidak termasuk

jangka waktu penyelesaian perkara

jangka waktu penyelesaian perkara

sebagaimana ditentukan dalam kebijakan

Mahkamah Agung mengenai penyelesaian

perkara di Pengadilan tingkat pertama dan

tingkat banding pada 4 (empat) lingkungan

peradilan.

(59)

• Terhadap Putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima serta penetapan penghukuman Biaya Mediasi sebagaimana tidak dapat dilakukan upaya hukum.

• Jika Para Pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan Para Pihak dalam proses Mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan perkara.

Catatan Mediator wajib dimusnahkan dengan

• Catatan Mediator wajib dimusnahkan dengan berakhirnya proses Mediasi.

• Mediator tidak dapat menjadi saksi dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan.

• Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban

pidana maupun perdata atas isi Kesepakatan

Perdamaian hasil Mediasi.

(60)

PERDAMAIAN DI LUAR PENGADILAN

• Para Pihak dengan atau tanpa bantuan Mediator

bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar Pengadilan dengan Kesepakatan Perdamaian dapat

mengajukan Kesepakatan Perdamaian kepada Pengadilan yang berwenang untuk memperoleh Akta Perdamaian dengan cara mengajukan gugatan.

dengan cara mengajukan gugatan.

• Pengajuan gugatan atas perdamaian diluar pengadilan harus dilampiri dengan Kesepakatan Perdamaian dan

dokumen sebagai alat bukti yang menunjukkan hubungan hukum Para Pihak dengan objek sengketa.

• Hakim Pemeriksa Perkara di hadapan Para Pihak hanya

akan menguatkan Kesepakatan Perdamaian menjadi Akta

Perdamaian, jika Kesepakatan

(61)

• Akta Perdamaian atas gugatan untuk menguatkan Kesepakatan Perdamaian diucapkan oleh Hakim Pemeriksa Perkara dalam sidang yang terbuka untuk umum paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.

• Salinan Akta Perdamaian wajib disampaikan kepada Para Pihak pada hari yang sama dengan pengucapan Akta Perdamaian.

pengucapan Akta Perdamaian.

• Dalam hal Kesepakatan Perdamaian diajukan

untuk dikuatkan dalam bentuk Akta Perdamaian

tidak memenuhi ketentuan, Hakim Pemeriksa

Perkara wajib memberikan petunjuk kepada Para

Pihak tentang hal yang harus diperbaiki.

(62)

• Dengan tetap memperhatikan tenggang waktu penyelesaian pengajuan Akta Perdamaian, Para Pihak wajib segera memperbaiki dan menyampaikan kembali Kesepakatan Perdamaian yang telah diperbaiki kepada Hakim Pemeriksa Perkara.

• Pada saat Peraturan Mahkamah Agung No. 1

Tahun 2016 mulai berlaku, Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Lc (28,78 mm) lebih kecil dari pada nilai Lm (38,7 mm) menunjukkan udang yang banyak tertangkap belum mengalami matang gonad, dimana hal ini juga sejalan dengan hasil

Berdasarkan wawancara mendalam dengan kepala bidang konservasi tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam merawat benda cagar budaya di Museum Sang Nila

a. Faktor horisontal: dipengaruhi oleh letak lintang geografis, jenis tanah, tingkat kelembaban dan curah hujannya. Di daerah iklim tropis flora dan fauna tersebar dalam jumlah

7.2 Mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada dimasyarakat bsetempat dalam kaitannya dengan budaya nasional 7.3 Mengidentifikasi berbagai alternatif

Rancangan isi dari media pembelajaran interaktif sejarah Indonesia memuat menu- menu yang akan ditampilkan dan sesuai dengan rancangan yang sudah di buat.Adapun

Diduga bahwa strategi bauran pemasaran ( Marketing Mix ) yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Tertulis yang

Puji syukur yang teramat dalam saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq – Nya sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing