• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Televisi - Pengaruh Durasi Menonton Televisi Terhadap Prestasi Akademik Siswa-Siswi Kelas 2 Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Televisi - Pengaruh Durasi Menonton Televisi Terhadap Prestasi Akademik Siswa-Siswi Kelas 2 Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Televisi

2.1.1. Defenisi Televisi

Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia, televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar disebut juga sebagai pesawat penerima gambar siaran televisi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012).

2.1.2. Fungsi Televisi

Fungsi televisi di masyarakat tidak terlihat lagi sebagai sarana pendidikan dan juga tidak seharusnya menjadi sarana promosi perdagangan. Adapun fungsi televisi adalah: (Hoffman dalam Viora, 2010).

1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia, bisa juga disebut sebagai fungsi informasi, namun istilah ini tidak digunakan karena dikhawatirkan menimbulkan salah paham seakan-akan televisi adalah sarana penerangan bagi pengusaha kepada masyarakat. Fungsi televisi sebenarnya adalah mengamati kejadian yang terjadi dalam masyarakat kemudian melaporkan sesuai dengan kenyataan yang ditemuka n.

2. Menghubungkan satu dengan yang lain, televisi dapat menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan pengawasan yang lain secara lebih gampang daripada dengan dokumen tertulis. Dengan demikian televisi dapat berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat dan dapat membuka mata permisa.

3. Menyalurkan kebudayaan, sebenarnya fungsi ini dapat disebutkan sebagai fungsi pendidikan. Namun istilah “pendidikan” tidak digunakan dalam kebudayaan audiovisual.

(2)

bukan sesuatu hiburan semata tanpa ada sesuatu yang dapat diambil pelajaran dari satu program.

5. Pengarahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat, televisi harus proaktif dalam memberi motivasi.

2.1.3. Pengaruh Siaran Televisi terhadap Anak 1. Pengaruh positif terhadap siaran televisi

Tayangan televisi memiliki pengaruh positif kepada penonton seperti:(a) pencerdasan anak bangsa, (b) menimbulkan kepuasan akan kesenangan dari hiburan, (c) menjadi sahabat disaat merasa kesepian, (d) terciptanya suasana keakraban dalam keluarga, (e) anak dapat meniru dan mencontoh sifat-sifat yang baik dari tokoh yang ada di dalam film, (f) dapat meningkatkan profesionalisme (Yusiatie dalam Yonathan & Sufren,2012).

Televisi memang mempunyai manfaat dan unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun manfaat tersebut tergantung pada acara yang di siarkan televisi. Adapun ketiga manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (Wahiddien, 2008).

1. Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif diantaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya.

2. Manfaat yang bersifat afektif adalah yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya.

3. Manfaat yang bersifat psikomotor yaitu yang berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif.

Televisi mempunyai peran positif dalam perkembangan anak dan bagi guru di sekolah, sebagai berikut : (Ruslan, 2007).

(3)

b. Televisi dapat membangkitkan perhatian anak dan guru dapat lebih memperdalam beberapa bagian kurikulum.

c. Televisi membantu guru untuk membuat siswa belajar yang menyenangkan.

d. Siaran film atau sandiwara dalam televisi dapat menyentuh emosi seperti sedih dan marah, dan siswa dapat berlatih untuk mencobanya dengan teman sekelas, orang tua atau guru.

e. Televisi merupakan agen sosialisasi paling baik. 2. Pengaruh negatif terhadap siaran televisi

Tidak hanya pengaruh positif, pengaruh negatif pun ada pada televisi, yaitu: (a) mengikis nilai-nilai budaya karena produk impor, (b) pola hidup konsumtif, (c) anak menjadi agresif, (d) televisi menjadi ibu kedua bagi anak-anak (Yusiatie dalam Yonathan & Sufren, 2012).

Jika dikaji lebih jauh, dampak negatif dari menyaksikan televisi secara berlebihan yaitu :

a. Mengganggu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan verbal membaca maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.

b. Meningkatkan tindak kekerasan, tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

c. Berperilaku konsumtif karena rayuan iklan.

d. Mengurangi kreativitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis.

e. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) karena kurang beraktivitas dan berolahraga.

f. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkeraman dengan anggota keluarga tergantikan dengan menyaksikan televisi, yang cenderung berdiam diri karena asyik dengan jalan pikiran masing-masing.

(4)

anak dan keinginan untuk mencoba adegan di televisi semakin menjerumuskan anak (Majid dalam Anes, 2010).

2.1.4. Waktu Menonton Televisi

Meskipun Children’s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir

minggu, namun banyak anak yang menonton televisi hampir 16 menit/jam.

Setiap anak menghabiskan total 6 jam sehari untuk menonton televisi,

bermain video game, mendengarkan musik atau membaca majalah, namun

sebagian besar orangtua tidak menanggapi hal ini dengan serius (AAP, 2006). Masih dijumpai pertambahan waktu menonton televisi dari waktu yang telah direkomendasikan oleh AAP dan masih dijumpai anak kurang dari 2 tahun yang menonton televisi. Menonton televisi pada usia dini ini berhubungan dengan gangguan memusatkan perhatian pada usia 7 tahun. Sehingga tidak dianjurkan menonton televisi pada anak usia dini. Dalam hal ini diperlukan langkah preventif untuk menghindari pengaruh negatif televisi terhadap anak (Jordan AB et al 2006).

Durasi menonton dalam studi ini terbagi menjadi 2 grup, yaitu menonton televisi ringan dan menonton televisi berat. Menonton televisi ringan ialah responden yang menonton TV selama kurang dari 2 jam sedangkan menonton televisi berat ialah responden yang menonton TV selama lebih dari 4 jam. Pembagian grup tersebut didasari oleh teori (Gerbner 1980 dalam Marissa, 2007), namun Gerbner tidak mengkategorisasikan responden yang menonton TV selama 3 jam. Untuk alasan operasional, studi ini menempatkan responden yang menonton TV selama 3 jam pada grup menonton televisi berat, hal ini dilandasi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang menemukan bahwa menonton televisi berat memiliki rata-rata jumlah menonton perharinya 3 jam (HetsroniTukachinsky, 2006).

American Academy of Pediatric (2003) telah merekomendasikan tentang

panduan menonton televisi pada anak, antara lain:

(5)

2. Dokter anak sebaiknya mengajukan pertanyaan tentang program televisi yang ditonton oleh pasiennya secara rutin dan memberikan nasihat kepada orangtua, meliputi hal di bawah ini:

- Berhati-hati memilih program televisi yang akan ditonton anak. - Mendiskusikan tentang program televisi yang ditonton.

- Mengajarkan kemampuan dari program yang ditonton. - Membatasi waktu menonton televisi.

- Memilih peranan tokoh televisi dengan selektif.

- Menyediakan aktivitas yang lain selain menonton televisi. - Tidak menempatkan televisi di ruang tidur anak.

- Menghindari penggunaan televisi oleh pengasuh anak.

3. Dokter anak harus mendorong orangtua untuk menghindari anaknya yang berusia di bawah 2 tahun untuk tidak menonton televisi. Hal ini disebabkan usia di bawah 2 tahun merupakan masa awal pertumbuhan otak.

4. Waktu menonton televisi, video serta tidak meletakkan televisi di kamar tidur anak.

5. Dokter anak sebaiknya waspada dan memberikan edukasi pada orangtua, anak, remaja, guru, tentang pengaruh negatif televisi. Namun perlu juga diberi tahu manfaat dari televisi terhadap pendidikan anak.

6. Dokter anak harus bekerjasama dengan orangtua, guru, pihak sekolah dan masyarakat untuk mempromosikan televisi sebagai media edukasi.

7. Dokter anak sebaiknya melibatkan anak dengan kegiatan umum di lingkungannya serta mendorong stasiun televisi untuk menambah program pendidikan di televisi.

8. Dokter anak sebaiknya mendorong pemerintah untuk memerintahkan dan mendanai stasiun televisi dalam membuat program pendidikan dan mendemonstrasikan program televisi ini di sekolah.

(6)

2.1.5. Televisi di Kamar Anak

Anak-anak di Amerika serikat tumbuh bersama media komunikasi dalam lingkungan mereka dan rata-rata mempunyai televisi di kamar mereka karena media dan teknologi sebenarnya dapat menjadi media bermain bagi anak (Vandewater et al 2007).

Namun dengan adanya televisi di kamar anak dapat memperbesar frekuensi anak menonton televisi, dilaporkan anak remaja yang di kamarnya ada televisi lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi (Barr-Anderson et al 2008). Anak yang mempunyai televisi di kamar juga cenderung menonton televisi lebih dari 5 jam sehari dibandingkan anak yang tidak mempunyai televisi di kamarnya (Certain LK et al 2003).

Adanya televisi di kamar anak juga membuat anak mempunyai sikap bermalas-malasan dan cenderung makan saat menonton televisi sehingga meningkatkan risiko overweight. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan edukasi pada orang tua untuk membatasi lamanya menonton televisi dan tidak menempatkan televisi di kamar anak (Dennison BA et al 2003).

Memindahkan televisi dari ruang anak merupakan langkah pertama untuk mengurangi waktu menonton televisi serta mengurangi perilaku buruk yang berhubungan dengan sering menonton televisi ( Barr-Anderson et al 2008).

2.1.6. Keuntungan Media Televisi

Dalam beberapa dekade, AAP telah merekomendasikan keunggulan media massa untuk anak dan remaja, salah satunya adalah televisi. Adapun keunggulan televisi adalah televisi dapat menyediakan program pendidikan untuk anak usia sekolah, menambah kreativitas dan pengetahuan anak. Namun selain televisi mempunyai keunggulan, televisi juga mempunyai pengaruh negatif bagi anak dan remaja (Thakkar et al 2006).

(7)

prasekolah, memperbaiki perilaku dan menambah imajinasi (Thakkar et al 2006). 2.1.7. Peran Keluarga atau Orang tua dalam Mengawasi anak Menyaksikan

Televisi

Kecemasan orang tua terhadap dampak menonton televisi bagi anak memang sangat beralasan, mengingat bahwa banyak penelitian menunjukkan televisi memang memiliki banyak pengaruh negatif maupun positif. Yang dikhawatirkan dari kalangan orang tua adalah anak yang belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas, karena media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak (Sulastowo, 2006).

Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak ada yang memberitahu anak akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah satu, anak mungkin tidak tahu. Disinilah tugas orang tua untuk selalu memberi pengertian kepada anak, secara konsisten. Kebingungan anak karena standar ganda yang diterapkan orang tua juga bisa teratasi kalau orang tua memberi penjelasan kepada anak (Veloso, 2008).

Sedangkan menurut Sulastowo (2008), kalaupun tidak sempat mendampingi anak, orangtua sebaiknya menyeleksi program televisi mana yang benar-benar cocok untuk anak. Sebelum anak diizinkan untuk menonton program televisi tertentu, orangtua sudah mengetahui program tersebut cocok atau tidak untuk anak, jadi orang tua sudah terlebih dahulu menonton program tersebut dan melakukan evaluasi (Sulastowo,2006).

2.2. Prestasi Akademik

2.2.1. Pengertian Prestasi Akademik

(8)

2.2.2. Ukuran Prestasi

Menurut Azwar (2005) prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator berupa:

a. Nilai rapor

Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui prestasi belajar siswa. Siswa yang nilai rapor baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang nilai nya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.

b. Indeks Prestasi Akademik

Indeks prestasi akademik adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau symbol. Indeks prestasi dapat digunakan sebagai tolak ukur prestasi belajar seseorang setelah menjalani proses belajar.

c. Angka Kelulusan

Angka kelulusan adalah suatu hasil yang diperoleh selama melaksanakan suatu pendidikan dalam institusi tertentu, dan hasil ini juga menjadi indikator penting prestasi belajar.

d. Predikat Kelulusan

Predikat kelulusan merupakan status yang disandang oleh seseorang dalam menyelesaikan suatu pendidikan yang ditentukan oleh besarnya indeks prestasi yang dimiliki.

e. Waktuh Tempuh Pendidikan

Waktuh tempuh pendidikan seseorang dalam menyelesaikan studinya salah satu ukuran prestasi, yang melesaikan studinya lebih awal menandakan prestasinya baik, sebaliknya waktu tempuh pendidikan yang melebihi waktu normal menandakan prestasi yang kurang baik.

2.2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik individu. Menurut Rola (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi akademik yaitu :

a. Pengaruh Keluarga dan Kebudayaan

(9)

pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan prestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu daerah seperti cerita rakyat, sering mengandung tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat.

b. Peranan Konsep Diri

Konsep diri merupakan bagaimana individu berpikir tentang dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam tingkah lakunya.

c. Pengaruh dari Peran Jenis Kelamin

Prestasi akademik yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak wanita yang belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara pria. Pada wanita terdapat kecenderungan takut akan kesuksesan, yang artinya pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep tersebut masih diperdebatkan.

d. Pengakuan dan Prestasi

Individu akan berusaha bekerja keras jika dirinya merasa diperdulikan oleh orang lain. Dimana prestasi sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, keluarga dan dukungan lingkungan tempat dimana individu berada. Individu yang diberi dorongan untuk berprestasi akan lebih realistis dalam mencapai tujuannya.

Sedangkan dilain pihak Soemanto (2006) menyatakan faktor yang mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu adalah :

a. Konsep Diri

Pikiran atau persepsi individu tentang dirinya sendiri, merupakan faktor yang penting mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu.

b. Locus of control

Dimana individu merasa melihat hubungan antara tingkah laku dan akibatnya, apakah dapat menerima tangung jawab atau tidak atas tindakannya. Locus of control mempunyai dua dimensi, yakni dimensi eksternal dan dimensi

(10)

perbuatan berada diluar diri pelaku. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab segala perbuatan berada pada diri sipelaku. Individu yang memiliki locus of control eksternal memiliki kegelisahan, kecurigaan dan rasa permusuhan. Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal suka bekerja sendiri dan efektif.

c. Kecemasan Yang Dialami

Kecemasan merupakan gambaran emosional yang dikaitkan dengan ketakutan. Dimana dalam proses belajar mengajar, individu memiliki derajat dan jenis kegelisahan yang berbeda.

d. Motivasi Hasil Belajar

Jika motivasi individu untuk berhasil lebih kuat dari pada motivasi untuktidak gagal, maka individu akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Sebaliknya, jika motivasi individu untuk tidak gagal lebih kuat, individu akan mencari soal yang lebih mudah atau lebih sukar.

Menurut Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan (2009) menulis bahwa informasi kelas pada transkrip sekolah tinggi dapat bervariasi dan dilaporkan dalam bentuk huruf, angka, atau simbol lainnya. Untuk tujuan penelitian ini, siswa diminta numerik atau standar kelas mereka secara keseluruhan, berdasarkan tabel di bawah ini:

Number Grade Conversion

Numeric Grade Standard Grade Grade Point Average

90-100 A 4.0

80-89 B 3.0

70-79 C 2.0

60-69 D 1.0

Less than 60 F 0.0

(11)

2.2.4. Pengaruh Televisi Terhadap Prestasi Akademik

Selain mempunyai keuntungan, menonton televisi juga mempunyai pengaruh negatif terhadap aktivitas fisik seperti perilaku merokok, perilaku agresif, tingkah laku, pengguna alkohol dan obat terlarang, hubungan seksual bebas, pola makan yang salah, obesitas, serta penurunan prestasi akademik terutama apabila ada televisi di kamar anak (Dworak et al 2007).

Telah ditemukan prestasi akademik yang jelek pada anak usia sekolah yang menonton televisi lebih dari 2 jam sehari yang diikuti dari umur 0 sampai 35 bulan. Hasil yang didapatkan adalah 17% mempunyai prestasi akademik yang jelek jika mulai menonton televisi usia 0 sampai 11 bulan, 48% jika mulai menonton televisi usia 12 sampai 23 bulan dan 41% jika mulai menonton televisi usia 24 sampai 35 bulan (Certain LK et al 2003).

Menonton televisi dapat menurunkan prestasi akademik anak usia sekolah. Hal ini disebabkan karena:

a. Mengurangi semangat belajar karena bahasa televisi yang sederhana dan memikat sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar (Barr-Anderson et al 2008).

b. Penelitian lain pada anak sekolah menengah juga dijumpai prestasi akademik jelek yang berhubungan dengan bertambahnya waktu menonton televisi (Sharif I & Sargent JD, 2006).

c. Pada penelitian lain menonton televisi pada masa kanak-kanak (usia 3 sampai 5 tahun) juga berhubungan dengan masalah memusatkan perhatian pada masa remaja (12 sampai 15 tahun) disebabkan konsentrasi berkurang, tidak perhatian dengan ucapan guru kelas, pikiran mudah terpecah saat ingin berkonsentrasi (Landhuis CE et al 2007).

d. Menonton televisi dapat mengganggu pola tidur yang akhirnya dapat menurunkan kemampuan memori verbal anak (Dworak M et al 2007).

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Praktik GCG yang diukur dengan bobot skor berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Tahun 2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

pen'am-ilan .eputusan0 misalnya .eputusan tentan' siapa yan' a.an tin''al -ersamanya pada saat suatu tinda.an .edo.teran tertentu dila.sana.an8 %roses dalam mendapat.an persetu(uan

5 Penebel Beras Merah. Beras Ketan Hitam. Telur Ayam Ras 6 Pupuan Gula Aren.. pertanian di wilayah sekitarnya. Melihat uraian sebelumnya dari potensi masing-masing

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986: 98) yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat

Oleh karena itu, proses berpikir kreatif modifikatif dalam pengajuan soal matematika adalah proses berpikir yang dimulai dari pencarian ide yang bersumber dari informasi

Maka keadilan akan bersemai dalam jiwa seseorang, jika dia telah berhasil mengelola ketiga kekuatan di atas. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang

Untuk membuat kurva profil dosis beberapa luas lapangan standar tidak bisa menggunakan metode interpolasi linier karena kurva yang diperoleh tidak sesuai (Gambar