12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang didasarkan pada tema-tema yang kontektual dengan lingkungan sekitar peserta didik. Menurut Kemnedikbud (2013:197) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.
Adapun menurut Thobroni (2016:17), mengartikan pembelajaran tematik ialah pembelajaran yang mengggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, agar bisa memberikan pengalaman bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik. Dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilaksanakan sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas Pendidikan. Disamping itu pembelajaran tematik akan membuat peserta didik lebih berpartisipasi aktif dalam belajar, sehingga hasil belajarnya akan meningkat.
Lebih lanjut lagi dalam lampiran permendiknas No.67 (2013:132)
“pembelajaran tematik ialah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke dalam tema”.
Pengintegrasian tersebut meliputi integrasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi diatas tentang pembelajaran tematik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam bentuk tema dan saling berkaitan dengan disesuaikan keadaan lingkungan peserta didik. Pada pelaksanaannya mengintegrasikan
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dari peserta didik, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna.
b. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki sejumlah tujuan dalam kegiatan belajar mengajar di SD/MI. Sukayati (Prastowo, 2013:140) mengemukakan beberapa hal tersebut sebagai berikut.
Tujuan pembelajaran tematik meliputi (a) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari menjadi lebih bermakna, (b) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi, (c) Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-nilai luhur kehidupan, (d) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (e) Meningkatkan gairah dalam belajar, dan (f) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat kebutuhan para peserta didik.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah memudahkan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti peserta didik menjadi lebih semangat dalam mempelajari materi pembelajaran, dan materi yang dipelajarinya lebih berkesan karena disesuaikan dengan minat kebutuhan dan lingkungannya, sehingga peserta didik akan merasakan manfaat serta makna dalam belajar.
c. Prinsip Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2011:58) prinsip-prinsip pembelajaran tematik secara umum terbagi menjadi 4 (empat) prinsip, meliputi :
1. Prinsip penggalian tema
Prinsip penggalian dapat dibilang prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan berkaitan akan menjadi target dalam pembelajaran.
Maka, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan pada saat melakukan penggalian tema, meliputi :
a. Tema tidak terlalu luas, tetapi mudah digunakan untuk memadukan berbagai mata pelajaran.
b. Tema harus bermakna, sebagai bekal peserta didik untuk pembelajaran berikutnya.
c. Tema disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak.
d. Tema dikembangkan untuk mewadahi minat anak.
e. Tema dipilih harus mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi saat pembelajaran.
f. Pemilihan tema berdasarkan kurikulum yang berlaku.
g. Pemilihan tema berdasarkan kesiapan sumber belajar.
2. Prinsip pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal jika guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator saat proses pembelajaran. Menurut Tristanto (2011:58), ada beberapa hal yang harus guru lakukan dalam pengelolaan pembelajaran, meliputi :
a. Guru tidak hanya menjadi single actor yang mendominasi dalam pembelajaran.
b. Pemberian tanggung jawab baik secara individu maupun kelompok dalam setiap tugas harus jelas.
c. Guru perlu mengakomodasir ide-ide yang terkadang tidak terpikirkan dalam perencanaan.
3. Prinsip evaluasi
Evaluasi dalam setiap kegiatan sangatlah penting, untuk mengetahui hasil dari kegiatan tersebut. Untuk itu, dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran tematik diperlukanlah beberapa langkah-langkah yang positif, antara lain :
a. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengevaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak peserta didik untuk mengevaluasi hasil belajarnya sesuai dengan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
4. Prinsip reaksi
Dalam prinsip ini, guru dituntut harus bereaksi terhadap aksi peserta didik dalam semua peristiwa saat pembelajaran dan membuat peristiwa tersebut menjadi utuh dan bermakna. Untuk
itu, guru harus mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran untuk ketercapainya tujuan-tujuan pembelajaran secara tuntas.
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2011:163) karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut :
1. Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center), dan guru memiliki peran sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Memberikan pengalaman baru
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Melalui pengalaman ini peserta didik diharapkan dapat memahami hal yang nyata hingga hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Pada mata pelajaran tematik pemisahannya tidak begitu jelas.
Dikarenakan fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Di dalam pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Sehingga peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang bersifat luwes (fleksibel). Dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya sesuai dengan kehidupan serta keadaan lingkungan peserta didik berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sesuai dengan bakat dan minat serta kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambal bermain dan menyenangkan Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006:6), pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Pengalaman dan kegiatan pembelajaran saling berhubungan dengan perkembangan dan kebutuhan anak SD.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik.
3. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan untuk peserta didik sehingga hasil belajarnya meningkat dan dapat bertahan lama.
4. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik.
5. Meyajikan pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang sering ditemui oleh peserta didik di lingkungannya.
6. Mengembangkan keterampilan sosial yang meliputi kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik pada kenyataannya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Trianto (2011:158) kelebihan dari pembelajaran tematik, meliputi :
1. Memberikan pengalaman dan kegiatan pembelajaran yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
2. Menyenangkan karena kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebuuhan peserta didik.
3. Kegiatan belajar akan menjadi lebih berkesan, bermakna dan hasil belajar bertahan lama.
4. Keterampilan berfikir peserta didik akan lebih berkembang saat pembelajaran tematik.
5. Kegian belajar peserta didik dikemas secara praktis dan sesuai dengan lingkungan peserta didik.
6. Keterampilan sosial peserta didik akan lebih berkembang secara optimal.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga memiliki kelemahan dalam pembelajaran. Menurut Udin Saud dkk kelemahan- kelemahannya meliputi :
1. Dilihat dari aspek guru, pembelajaran tematik menuntut guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatif, kepercayaan diri, serta berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.
2. Dilihat dari siswa, pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kratifitasnya.
3. Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik memerlukan bahan ajar bacaan atau sumber informasi yang berguna dan dapat menunjang, memperkaya serta mempermudah pengembangan pengetahuan yang diperlukan.
4. Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
5. Dilihat dari sistem penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan sistem penilaian pengukuran yang terpadu.
6. Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung mengakibatkan penghilangan salah satu atau lebih mata pelajaran.
f. Materi Pembelajaran yang dimuat pada Media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman)
Pada pemebelajaran kelas IV Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 2 Indahnya Keragaman Budaya Negeriku terdapat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik.
Pengembangan media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) ini mengambil 1 pembelajaran dengan mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, dan PPKn. Dengan Kompetensi Dasar 3.2 dan 4.2 IPS, 3.4 dan 4.4 PPKn, serta 3.7 dan 4.7 Bahasa Indonesia. Adapun indikator yang digunakan dikembangkan sendiri sesuai dengan kompetensi dasar yang telah diterapkan. Berikut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar :
Tabel 2.1 Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Inti (KI) :
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3.
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, dan membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpai dirumah dan disekolah.
4.
Menyajikan pengetahuan factual dalam Bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam berkarya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi Dasar (KD):
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubunganya dengan karakteristik ruang.
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks.
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
2.4 Memanpilkan sikap kerjasama dalam berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terkait persatuan dan kesatuan.
4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan Indonesia, serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
Tabel 2.3 Indikator
Mata Pelajaran Indikator
IPS 3.2.1 Menjelaskan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi Jawa timur.
(C2)
4.2.1 Mempresentasikan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi Jawa timur (P2)
4.2.2 Memposisikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerahnya (P3)
Bhs. Indonesia 3.7.1 Menemukan gagasan pokok yang terdapat pada teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur (C3)
4.7.1 Menceritakan kembali dari teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur dalam tulisan dengan bahasa sendiri (P5)
PPKn 3.4.1 Mengkategorikan cara melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari. (C6)
4.4.1 Membacakan tindakan untuk melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari. (C6)
Tabel 2.4 Indikator Pengembangan Media
Tema 7 Subtema 2 Pembelajaraan 4 Kelas IV Sekolah Dasar
KD dan Indikator Tahap Kegiatan
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
Siswa melakukan tanya jawab bersama guru pada kegiatan apersepsi.
3.2.1 Menjelaskan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi Jawa Timur (C2)
2. Guru memberikan motivasi belajar dan menyampaikan tujuan pembelajaran Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 4 kepada siswa
Siswa mendengarkan penjelasan tujuan pembelajaran secara seksama.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen
Siswa berhitung secara acak.
di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubunganya dengan karakteristik ruang.
4.2.1 Mempresentasikan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur (P2)
4. Setiap ketua kelompok bermain kocok dadu untuk memperoleh rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerahnya berdasarkan angka yang didapatkan
Perwakilan kelompok maju untuk bermain kocok dadu untuk memperoleh rumah beserta pakaian adat.
4.2.2 Memposisikan rumah adat dan pakaian adat diprovinsi jawa timur sesuai daerahnya (P3)
5. Setiap kelompok mengamati rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang sudah didapatkan
Siswa mengamati rumah beserta pakaian adat yang didapat.
Bhs. Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks.
6. Setelah mengamati, setiap kelompok menjelaskan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi Jawa timur sesuai daerah yang sudah didapatkan
Siswa diskusi untuk menjelaskan keunikan rumah beserta pakaian adat yang didapat.
3.7.1 Menemukan gagasan pokok yang terdapat pada teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur (C3)
7. Setiap kelompok
mempresentasikan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang sudah didapatkan didepan kelas
Presentasi terkait keunikan rumah dan pakaian adat yang didapat.
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teksnonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.
8. Setelah mempresentasikan, perwakilan kelompok memposisikan rumah adat dan pakaian adat pada peta timbul pulau Jawa timur yang ada di media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) sesuai dengan daerahnya.
Memposisikan rumah beserta pakaian adat yang didapat pada peta timbul sesuai daerahnya.
4.7.1 Menceritakan kembali dari teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur dalam tulisan dengan bahasa sendiri (P5)
9. Perwakilan kelompok bermain
kocok dadu untuk
mendapatkan teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi Jawa timur sesuai daerah berdasarkan angka yang didapatkan.
Perwakilan kelompok maju untuk bermain kocok dadu untuk mengambil teks nonfiksi.
PPKn
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku, bagsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terkait persatuan dan kesatuan.
10. Setiap kelompok membaca teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakai adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang didapat.
Membaca teks yang sudah didapat.
3.4.1 Mengkategorikan cara melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari. (C6)
11. Setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan gagasan pokok yang terdapat pada teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakai adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang didapat.
Diskusi menentukan gagasan pokok dari teks yang didapat.
4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku, bangsa, sosial, dan
12. Setiap kelompok menceritakan kembali tentang teks cerita
Bercerita secara tertulis dengan Bahasa sendiri
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan Indonesia, serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
keunikan rumah adat dan pakai adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang didapat secara tertulis dengan menggunakan bahasa sendiri.
terkait teks yang didapat.
4.4.1 Membacakan tindakan untuk melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari- hari. (C6)
13. Setiap perwakilan kelompok menggambil gambar yang diberikan oleh guru
Perwakilan kelompok maju mengambil gambar.
14. Setiap kelompok mengamati gambar, untuk menentukan cara melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari kemudian ditempelkan pada tabel pelestarian rumah dan pakaian adat yang terdapat di media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
Menempel gambar pelestarian rumah dan pakaian adat pada table pelestarian.
15. Perwakilan kelompok membacakan tindakan untuk melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari.
Presentasi terkai tindakan pelestarian rumah dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pembelajaran Tematik Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 4 Kelas IV Sekolah Dasar
Keragaman yang terdapat di Provinsi Jawa Timur sangatlah beragam, salah satunya yaitu rumah adat dan pakaian adat. Di jawa timur memiliki banyak keragaman rumah adat dan pakaian adat sesuai dengan suku daerahnya. Suku yang mendiami provinsi jawa timur terdapat 4 suku yang meliputi suku jawa, suku madura, suku tengger dan suku osing. Untuk mengetahui lebih lanjut.
Ayo, lakukan kegiatan berikut :
Hai teman-teman, apakah kalian tahu keragaman apa
saja yang terdapat pada provinsi Jawa Timur?
1.
Suku Jawa
2.
Suku Madura Rumah Adat: Joglo Situbondo
Rumah Adat Joglo Situbondo pada umumnya terbuat dari kayu jati murni. Bagian atapnya berbentuk tajug, yaitu seperti piramida namun seperti gunung.
Kebanyakakan rumah ada Joglo Situbondo memiliki dua bagian ruangan yang masing-masing memiliki kegunaan dan manfaat tertentu. Bagian pertama yaitu bagian depan. Bagian depan dari rumah Joglo Situbondo biasa juga disebut dengan Pendopo. Bagian belakang dari rumah Joglo Situbondo terdiri atas ruangan yang digunakan sebagai dapur dan kamar tidur. Kamar-kamar yang tersedia terdiri atas beberapa bagian, yaitu kamar kanan, kamar tengah, dan kamar kiri.
https://seringjalan.com/rumah-adat-joglo 1
Rumah Adat : Taneya Lanjhang
Taneyan Lanjhang dapat diartikan sebagai halaman yang panjang. Secara istilah, Taneyan Lanjhang adalah halaman depan rumah orang Madura yang cukup panjang. Taneyan Lanjhang memiliki komponen di antaranya rumah induk atau rumah utama, langgar, kandang, dapur, serta pekarangan (taneyan).Taneyan Lanjhang termasuk ke dalam salah satu pemukiman etnis Madura yang sangat dijaga sekali oleh setiap penghuni yang ada di dalamnya. Rumah yang satu dengan rumah lainnya berjarak lumayan dekat, biasanya hanya dibatasi oleh pekarangan. Lokasinya sangat dekat dengan tanah pertanian, mata air, atau sungai. Rumah adat Madura ini hanya memiliki satu pintu masuk yang terletak di depan rumah. Hal ini bertujuan agar pemilik rumah dapat mengontrol aktivitas keluar masuk anggota keluarga. Pintu ini dihiasi dengan ukiran khas Madura, dengan warna hijau dan merah yang merupakan simbol kesetiaan dan perjuangan.
Rumah induk ini ditandai dengan dua jengger ayam yang menghiasi atap rumah adat Madura dengan posisi berhadapan seperti nisan.Hiasan ini dimaksudkan agar pemilik rumah mengingat kematian yang pasti akan dialami oleh setiap makhluk hidup.
https://www.rumah.com/panduan-properti/r 1 Pakaian Adat :
- Laki-Laki : Jawi Jangkep
Beskap memiliki kancing yang terletak di kanan dan kiri atau hanya dibagian depan saja. Untuk bawahan, Jawi Jangkep menggunakan kain jarik panjang yang dililit dari pinggang hingga mata kaki.
Keris diselipkan di belakang sebagai makna bahwa manusia harus mampu menolak godaan setan atau godaan jahat. Jawi Jangkep dilengkapi dengan Blangkon atau penutup kepala yang terbuat dari kain dan sendal selop atau sendak bertutup.
- Perempuan : Kebaya
Kebaya ini biasanya dipadukan dengan kain batik, songket, dan sarung. Kebaya Jawa Tengah ini
Pakaian Adat : - Laki-laki : Pesa’an
Pakaian adat Pesa’an ini terdiri dari 2 busana, yaitu baju luar dan baju dalam. Baju luar berupa jas tutup polos berwarna hitam. Sedangkan, baju dalam berupa kaos bergaris merah-putih atau merah-hitam.
Dengan dipadukan celana gombrang yang disebut dengan gomboran. Celana ini merupakan celana berwarna hitam yang memiliki panjang tanggung antara lutut dan mata kaki atau panjang hingga mata kaki. Pakaian ini dilengkapi dengan aksesoris- aksesoris yang menjadi pelengkap. Pada bagian paling atas yaitu penutup kepala yang disebut Odheng.
memiliki ciri khas tersendiri, biasanya berwarna hitam dan keemasan. Kebaya ini dipadukan dengan jarit bercorak batik khas Jawa.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/0 1
- Perempuan : Kebaya Rancongan
Kebaya ini memiliki model yang sangat sederhana dan mengikuti bentuk tubuh. Sarung batik bermotif lasem, storjan atau tebiruan adalah sarung yang dipasangkan untuk menjadi bawahan dari kebaya rancongan ini.
https://www.yuksinau.id/pakaian-adat/jaw 1 3.
Suku Tengger
4.
Suku Osing Rumah Adat : Tengger
Rumah Adat Tengger adalah rumah adat yang dibangun oleh suku Tengger yang berada di daerah lereng Gunung Bromo dusun Cemoro Lawang desa Ngadisari kecamatan Sukapura. Rumah adat orang Tengger merupakan rumah adat adat yang struktur dan kontruksinya dari kayu. Rumah adat Tengger memiliki desain bentuk yang di sesuaikan dengan keadaan alam sekitar dehingga mampu beradaptasi dan menjadi hunian yang nyaman untuk tinggal. Ciri utama bentuk rumah adat Tengger tidak bertingkat bukan rumah panggung dan hanya memiliki dua jendela saja.
https://disporaparbud.probolinggokab.go. 1
Rumah Adat : Rumah Osing
Rumah Osing adalah adalah rumah adat suku
Osing yang berada di Desa
Kemiren, Banyuwangi. Daerah tersebut juga sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Rumah Osing tidak boleh dibangun menghadap gunung dan harus menghadap jalan. Tidak ada ritual khusus untuk mendirika rumah Osing. Namun, setelah selesai mendirikan rumah Osing, masyarakat di Bayuwangi biasanya melakukan selamatan. Rumah Osing tidak memiliki jendela, sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan kurang.
Pola ruang dalam sejajar, mulai dari pintu masuk depan yang berada ditengah dan membagi sisi rumah secara simetris. Bagian dalam rumah, terdiri dari bale, jrumah, dan pawon. Pada bagian Bale, masih bisa dijangkau oleh tamu luar dan untuk pencahayaan cukup terang. Pada bagian jrumah atau inti rumah, hanya bisa diakses oleh penghuni dan kerabat karena sifatnya pribadi. Pencahayaan di ruangan ini gelap. Pada bagian pawon atau dapur, pencahayaan bisa masuk pada pintu belakang sehingga cukup terang. Selain untuk memasak, dapur juga memiliki fungsi untuk mempersiapkan acara selamatan penduduk. Pada zaman dahulu, masyarakat suku Osing sering menyimpan lumbung padi di depan rumah, karena sering terjadi pencurian di zaman sekarang lumbung padi tersebut dipindahkan ke pawon. Bagian luar rumah[2] terdiri atas, halaman depan, amper, ampok dan halaman samping. Amper atau ampiran berfungsi untuk menerima tamu atau biasa disebut teras rumah. Ampok adalah ruang tambahan yang ada di samping serambi rumah, Mempunyai fungsi sebagai ruang transisi dari luar dan dalam rumah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Osin 1 Pakaian Adat :
- Laki-laki : Sarung Pria
Pakaian Adat : - Laki-laki : Thulik
Cara memakai sarung oleh pria suku Tengger adalah dengan memasukkan sarung dari kepala dan dijadikan pakaian bagian atas dengan cara diselempangkan. Biasanya penggunaan sarung ini dilengkapi dengan topi yang disebut Udheng. Warna sarung yang sering dipakai pria Tengger adalah biru, hijau, ungu atauun merah.Tujuan dari penggunaan sarung bagi pria adalah sebagai pelindung diri dari cuaca dingin dan panas, apalagi bagi warga yang bekerja di kebun atau ladang. Makanya penggunaan sarung sudah jadi bagian dari fashion masyarakat.
Bahkan para warga yang sudah terkontaminasi budaya modern masih berupaya mempertahankan tradisi sarung ini sebagai identitas diri.
- Perempuan : Sarung Wanita
Penggunaan sarung pada wanita dengan mengikat di bagian leher dan sisanya menjuntai ke bagian punggung. Untuk wanita yang masih perawan sarung diselempangkan pada sisi kiri badan dari bagian pundak. Sedangkan untuk yang sudah berkeluarga diikat pada bagian dada tengah, artinya adalah ketulusan dalam menjaga hati dan keluarga.
Penggunaan sarung pada wanita selain untuk melindungi diri dari cuaca juga sebagai alat untuk menggendong bayi pada bagian punggung. Biasanya warna sarung yang sering dipakai oleh wanita lebih lembut dari warna sarung pria. Contohnya coklat, krem, hijau muda, biru muda, dan merah muda.
https://umbelen.com/pendidikan/suku/suku 1
Pakaian untuk laki-laki Suku osingy disebut dengan thulik. Baju ini berlengan panjang. Celana panjang dengan potongan hingga mata kaki. Ikat kepala dengan bentuk tongkosan dengan sampatan maling, sampatan jejeg, warna dan motif khas Banyuwangi ( Gajah Uling, Paras Gempal, Moto Pitik )
- Perempuan : Jebeng
Untuk pakaian khusus suku osing untuk acara- acara resmi biasanya menggunakan pakaian yang disebut pakaian jebeng thulik. Pakaian jebeng menggunakan kebaya lengan panjang dengan bordir tanpa menggunakan kutu baru. Jadi terkesan sederhana tapi elegan ditambah dengan sanggul khas Banyuwangian.
https://travelwisataindonesia.com/fakta- 1
Keragaman rumah adat dan pakaian adat yang ada di provinsi jawa timur sangatlah beragam dan memiliki keunikan masing-masing sesuai dengan suku daerahnya. Seperti yang ada di suku madura. Suku madura memiliki pakaian adat yang sangat unik. Untuk mengetahui lebih lanjut,
Pawai budaya sangatlah menarik bagi warga Madura. Pawai ini selalu menampilkan keberagaman budaya Indonesia salah satunya budaya jawa. Udin dan teman-teman tidak pernah bosan menanti rombongan pawai lewat. Tahun ini mereka datang ke alun-alun untuk melihat pawai tersebut. Kakek Nusa pun terlihat sabar menanti. Terdengar suara gendang yang menandakan rombongan pawai semakin dekat.
Dibarisan terdepan terlihat rombongan dari Jawa Timur. Rombongan laki- laki terlihat menggunakan baju setelan hitam, dalaman kaos garis-garis marah putih, dan menggunakan udeng (ikat kepala) bermotif batik dengan warna merah.
Sedangkan rombongan perempuan mengenakan baju kebayak rencongan. Baju tersebut terdiri atasan garis marah putih, setelan hitam berlengan panjang serta ikat kepala bercorak batik dengan warna merah.
Temukanlah gagasan pokok pada teks diatas!
Untuk memahami sebuah isi bacaan, kita harus tahu dulu inti bacaannya melalui gagasan pokok. Gagasan pokok ialah gagasan yang menjadi dasar atau tumpuan yang dikembangkan untuk pemikiran selanjutnya. Gagasan pokok bisa ditemukan dalam kalimat utama sebuah paragraf dan sebuah paragraf yang baik hanya memiliki satu gagasan pokok saja. Kalimat utama biasanya terletak pada bagian awal atau bagian akhir. Kalimat utama yang terletak pada bagian akhir paragraf biasanya diikuti dengan kata-kata, seperti oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, dan dengan demikian.
Gagasan Pokok = Gagasan Utama = Pikiran Utama = Pokok Pikiran = Ide Pokok Ciri-ciri kalimat utama :
1. Bersifat lebih umum dari kalimat lainnya
2. Biasanya terletak di awal atau di akhir paragraph 3. Dapat berdiri sendiri jika kalimat lain dihilangkan Cara menemukan gagasan pokok :
1. Membaca dengan cermat seluruh paragraph 2. Mencermati kalimat pertama hingga akhir
3. Ide pokok biasanya terletak di awal, akhir, atau awal dan akhir paragraph 4. Memberikan tanda pada ide pokok di setiap paragraph
5. Memberikan tanda pada informasi penting dalam tiap paragraf
Nah, Apakah kalian sudah paham mengenai gagasan pokok ?
Setelah kalian membaca teks tersebut, kira-kira apa yang dapat kalian simpulkan?
Jadi, Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan budaya Seperti yang ada di provinsi Jawa timur, begitu banyak budaya yang berbeda- beda didalamnya, namun tetap dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keragaman tersebut merupkan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita wajib mensyukurinya dan kita lestarikan. Berikut adalah beberapa tindakan cara melestarikan budaya dalam kehidupan sehari-hari : Upaya untuk melestarikan rumah adat adalah :
1. Menjaga, merawat, dan tidak merusak rumah adat yang ada.
2. Membangun rumah layaknya seperti rumah adat daerahnya.
3. Membuat kerajinan rumah adat khas daerah Upaya untuk melestarikan Pakaian adat adalah : 1. Menggunakan pakaian adat di acara karnaval 2. Menggunakan pakaian adat ketika upacara adat 3. Menggunakan pakaian adat di upacara hari pahlawan
4. Ikut serta dalam kegiatan fashion show menggunakan pakaian adat
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikenal sebagai sumber belajar selain guru yang mampu menularkan atau menghubungkan pesan ajar yang diadakan secara terarah dan terstruktur oleh pendidik (Muhadhi, 2011:5). Sedangkan yang dikatakan Heinich (dalam Arsyad, 2011:4) menyatakan bahwa media adalah alat perantara sebagai pengantar informasi antara sumber dan penerima.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu baik berupa bahan ataupun alat yang dapat membantu guru untuk mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan mudah.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangatlah erat kaitannya dengan interaksi guru dan peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga, media pembelajaran memiliki berbagai fungsi dan manfaat dalam pembelajaran. Menurut Suprihatiningrum (2013) menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki enam fungsi utama yang meliputi : 1. Fungsi atensi, dapat menarik perhatian peserta didik dengan
merancang media tersebut dengan sesuatu yang menarik.
2. Fungsi motivasi, menumbuhkan rasa motivasi peserta didik untuk lebih giat dalam belajar.
3. Fungsi afeksi, menumuhkan kesadaran emosi dan sikap peserta didik terhadap materi pembelajaran dan oraang lain.
4. Fungsi kompensatori, mengakomodasi peserta didik yang lemah dalam menerima dan memahami materi pembelajaran yang disajikan secara verbal.
5. Fungsi psikomotorik, mengakomodasi peserta didik untuk melakukan kegiatan secara motorik.
6. Fungsi evaluasi, mampu menilai hasil belajar peserta didik dalam merespon pembelajaran.
Selain memiliki fungsi, media pembelajaran juga memiliki berbagai manfaat dalam pembelajaran. Menurut Aqib (2013), secara umum media pembelajaran memiliki manfaat, antara lain :
1. Menyeragamkan penyampaian materi.
2. Pembelajaran lebih jelas dan lebih menarik.
3. Proses pembelajaran lebih berinteraksi.
4. Efisiensi waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan hasil belajar peserta didik.
6. Pembelajaran dapat dilakukan kapan dan dimana saja.
7. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi pembelajaran.
8. Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa fungsi dan manfaat media pembelajaran yaitu unutuk memudahkan guru dalam pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar pada diri peserta didik dengan memakai segala sumber belajar yang lebih efektif dan efisien. Media yang ditampilkan diharapkan bisa membuat peserta didik tertarik terhadap materi yang diajarkan sehingga membuat pembelajaran tidak membosankan.
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Menurut Gerlach & Erly (dalam arsyad, 2013:15) mengemukakan tiga ciri-ciri media pembelajaran, yaitu :
1. Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, meyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Artinya suatu objek yang telah diambil gambarnya dengan kamera atau video dengan mudah dapat diproduksi kapan saja saat diperlukan.
2. Ciri manipulatif, media dapat mentransformasi suatu objek, kejadian atau peristiwa. Kejadian yang dapat terjadi berhari-hari dapat disajikan kepada peserta didik dalam waktu satu sampai dua menit dengan Teknik pengambilan gambar.
3. Ciri distributif, kemampuan media dalam mentransformasikan suatu objek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan serta disajikan kepada sejumlah peserta didik yang stimulus pengalaman relatif sama mengenai kejadian tersebut.
d. Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa jenis. Menurut Hamdani (2011) jenis-jenis media pembelajaran meliputi :
1. Media visual
Media visual ialah media yang memiliki beberapa unsur yang berupa garis, bentuk warna, dan tekstur dalam konteksnya. Media ini dapat menampilkan isi materi sesuai dengan kenyataan. Media ini juga terbagi menjadi dua bentuk yaitu media visual gambar
diam, dan media visual gambar gerak. Jenis media inilah yang sering digunakan guru untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran.
2. Media audio
Media audio ialah media yang hanya bisa didengar, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa untuk mempelajari bahan ajar. Penggunaan media ini umumnya digunakan pada saat materi pelajaran mendengarkan.
3. Media audio visual
Media audio visual ialah media kombinasi dari audio dan visual. Media ini akan menyajikan penyajian yang lengkap dan optimal dalam pembelajaran. Media ini juga dapat mempermudah peserta didik untuk belajar dan guru bisa menjadi fasilitator belajar saja.
Adapun jenis-jenis media pembelajaran menurut Haryono (2014:51) terbagi menjadi dua jenis:
1. Media yang dibuat (by design), yaitu media dan sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk menyuguhkan fasilitas belajar yang sistematis dan bersifat formal.
2. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk kebutuhan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan, dan difungsikan untuk keperluan pembelajaran.
Dari penjelasan diatas, media pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti merupakan jenis media visual, yang dapat dilihat oleh indera penglihatan, dan sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Media visual yang dikembangkan berupa gambar atau benda diam dan dapat dimainkan.
e. Pengertian Media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) Media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) merupakan media pembelajaran yang ditujukan untuk kelas IV SD. Media UPIN
AMAN (Rumah Pintar Keragaman) merupakan media berbentuk miniatur rumah Joglo Situbondo. Media ini terbuat dari bahan utama kayu jati, karena kayu jati memiliki sifat yang tahan lama, kuat, dan tidak mudah lapuk. Sehingga media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) ini bisa bertahan lama dan perawatannya pun mudah.
Selain itu, triplex dan cat kayu merupakan bahan pendukung untuk membuat dinding dan mewarnai media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) agar terlihat lebih menarik. Ukuran dari media ini memiliki panjang 60 cm, lebar 35 cm dan tinggi 50 cm dengan harapan dapat terlihat jelas didalam kelas.
Media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) memiliki 2 bentuk yang menyerupai bangun ruang, seperti pada atap rumah media berbentuk limas segi empat dan pada bagian rumah media memiliki berbentuk kubus yang memiliki 5 sisi kubus. Setiap sisi atau kotak kubus dapat dibuka satu persatu dan dilengkapi dengan perlengkapan media pembelajaran.
Media pembelajaran UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) digunakan untuk satu pembelajaran dengan mencangkup tiga mata pelajaran yaitu : IPS, Bahasa Indonesia, dan PPKn. Selain itu, media ini juga dapat digunakan sebagai media terpisah untuk permata pelajaran. Dikarenakan pada setiap sisi atau kotak kubus media tersebut, memuat materi satu mata pelajaran. Seperti pada sisi kubus pertama terdapat Keragaman Rumah Adat dan Pakaian Adat Pulau Jawa, sisi ke-dua dan tiga terdapat Peta Timbul Pulau Jawa, sisi ke- empat terdapat Kantong Teks Nonfiksi, dan sisi ke-lima terdapat Papan Pelestarian Rumah & Pakaian Adat.
Media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) sendiri memiliki beberapa topik pengembangan dari keragaman di Pulau Jawa yaitu, miniatur rumah adat pulau Jawa beserta boneka Pakaian Adat dengan dilengkapi keterangan nama dan daerah asal, mengetahui keunikan rumah beserta pakaian adat dan mampu mencocokkannya
sesuai dengan daerah asal, serta menyebutkan tindakan pelestarian rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari.
f. Langkah-langkah Pengembangan Media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman)
Media pembelajaran UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) dibuat untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi, dan tata cara penggunaannya pun mudah dengan harapan informasi yang diterima peserta didik tersampaikan dengan baik. Berikut ini langkah- langkah penggunaan media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman), meliputi :
1. Guru menyiapkan media pembelajaran UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
2. Guru memberikan motivasi belajar dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3. Guru membacakan buku panduan penggunaan media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
4. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secar heterogen.
6. Setiap ketua kelompok bermain kocok dadu untuk memperoleh rumah adat dan pakaian adat di Provinsi Jawa Timur sesuai daerahnya berdasarkan angka yang didapatkan.
7. Setiap kelompok mengamati rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang sudah didapatkan.
8. Setelah mengamati, setiap kelompok menjelaskan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang sudah didapatkan.
9. Setiap kelompok mempresentasikan keunikan dari rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang sudah didapatkan didepan kelas.
10. Setelah mempresentasikan, perwakilan kelompok memposisikan rumah adat dan pakaian adat pada peta timbul pulau Jawa timur
yang ada di media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) sesuai dengan daerahnya.
11. Perwakilan kelompok bermain kocok dadu untuk mendapatkan teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakaian adat di provinsi jawa timur sesuai daerah berdasarkan angka yang didapatkan.
12. Setiap kelompok membaca teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakai adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang didapat.
13. Setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan gagasan pokok yang terdapat pada teks cerita tentang keunikan rumah adat dan pakai adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang didapat.
14. Setiap kelompok menceritakan kembali tentang teks cerita keunikan rumah adat dan pakai adat di provinsi jawa timur sesuai daerah yang didapat secara tertulis dengan menggunakan bahasa sendiri.
15. Setiap perwakilan kelompok menggambil gambar yang diberikan oleh guru.
16. Setiap kelompok mengamati gambar, untuk menentukan cara melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari kemudian ditempelkan pada tabel pelestarian rumah dan pakaian adat yang terdapat di media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
17. Perwakilan kelompok membacakan tindakan untuk melestarikan rumah adat dan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap pengembangan media pembelajaran untuk pembelajaran tematik. Ada beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pengembangan media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman).
Tabel 2.5 Kajian Penelitian yang Relevan
No. Pengarang Persamaan Perbedaan
1. Pengembangan media RUPIN dalam kegiatan pembelajaran Tema Indahnya Kebersamaan Kelas IV di SD Muhammadiyah 08 Dau Malang
(Hardini, Erdianti Intan : 2018)
1. Media pembelajaran berupa miniatur rumah Adat
2. Media diperuntukkan untuk kelas IV SD 3. Materi pada media
pembelajaran di sesuaikan dengan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran tematik yang memuat beberapa mata pelajaran
1. Media pembelajaran berupa miniatur rumah adat Riau yaitu rumah Lontik sedangkan peneliti membuat media berbentuk rumah adat Joglo Situbondo.
2. Tema yang digunakan yaitu tema Indahnya Kebersamaan sedangkan peneliti menggunakan
tema “Indahnya
Keragaman di Negeriku”.
3. Menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg and Gall sedangkan peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE.
2. Pengembangan Media Pembelajaran RUPIN (Rumah Pintar) Kelas IV Tema 6 Subtema 1 Semester 2
(Fadillah : 2020)
1. Media pembelajaran berupa miniatur rumah.
2. Media diperuntukkan kelas IV SD.
1. Media pembelajaran berupa miniatur rumah modern sedangkan peneliti membuat media berbentuk miniatur rumah adat Joglo Situbondo.
2. Tema yang digunakan cita-citaku, sedangkan peneliti menggunakan
tema “Indahnya
Keragaman di Negeriku”.
3. Menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg and Gall sedangkan peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE.
3. Developing spatial mathematical skills trough 3D tools : augmented reality, virtual environments and 3D printing
(Linda Medina Herrera , Jaime Castro Pérez, dan Saúl Juárez Ordóñez : 2019)
1. Bentuk media tiga dimensi yang dapat dilihat dan diraba
1. Media diperuntukkan mata pelajaran matematika 2. Media dapat digunakan
secara daring dan luring
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan diatas, dapat ditemukan keunggulan dari pengembangan media yang dibuat oleh peneliti. Keunggulan dari pengembangan media yang dibuat oleh peneliti dibandingkan dengan
penelitian relevan sebelumnya yaitu (1) Media dikembangkan secara konkret sesuai perkembangan peserta didik, terbukti dari adanya miniatur rumah adat dan boneka pakaian adat Provinsi jawa timur, (2) Mempermudah guru dalam menyampaikan materi, terbukti adanya langkah-langkah media dikembangkan secara inovatif, (3) Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi dalam pembelajaran, (4) Dapat digunakan sebagai media permata pelajara, (5) Mengatasi keterbatasan ruangan (Haryono, 2015:50).
Instrumen Penelitian :
1. Pedoman Observasi 2. Pedoman Wawancara 3. Angket
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Kondisi Ideal :
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan guru dan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran tematik membutuhkan media pembelajaran yang bervariasi dan tidak monoton, agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Menurut Piaget, di usia 7-11 tahun anak akan mengalami tahap operasional konkret., dimana peserta didik akan belajar hal-hal nyata yang dapat didengar, dilihat dan diotak-atik peserta didk.
Kondisi Lapangan :
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas IV SDN Balongmacekan menunjukkan bahwa : 1. Dalam pembelajaran tematik, media yang dibuat
dan digunakan oleh guru berupa media gambar dan lingkungan peserta didik.
2. Media dibuat dengan sederhana dan kualitas media hanya satu kali pakai
3. Media hanya diperuntukkan untuk satu mata pelajaran saja tidak menggunakan media yang dapat diperuntukkan beberapa mata pelajaran (Tematik)
Analisis Kebutuhan :
Diperlukannya media pembelajaran tematik yang berbentuk 3 Dimensi dan tahan lama dengan langkah-langkah penggunaan media yang inovatif serta dapat memudahkan guru dalam mengaitkan/mengintegrasikan pembelajaran
tematik sehingga dapat menjadikan pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa.
Tindak Lanjut :
Pengembangan media UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) Pada Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 4 Kelas IV SDN Balongmacekan
Metode Penelitian :
ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluations)
Teknik
Pengumpulan Data :
1. Observasi 2. Wawancara 3. Angket 4. Tes
5. Dokumentasi
Teknik Analisis Data :
1. Kualitatif 2. Kuantitatif
Hasil Yang Diharapkan :
Media Pembelajaran UPIN AMAN (Rumah Pintar Keragaman) pada peserta didik Kelas IV Sekolah Dasar yang efektif.