A. Profil Guru
1. Pengertian Profil Guru
Definisi kata profil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:
421) adalah pandangan, gambaran sketsa, biografi, grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal khusus. Sehingga memprofilkan guru merupakan suatu usaha bagaimana menggambarkan karakteristik seorang guru, yakni mengungkapkan bagaimana guru tersebut mulai dari cara penampilan, berperilaku, bertutur khususnya dalam peranannya sebagai seorang guru disekolah.
Sosok guru yang ideal yang diharapkan tersebut adalah seorang ilmuan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Peka terhadap masalah, karena kepekaan seperti ini merupakan penggerak kreatifitas. Bagi ilmuan yang lebih adalah memikirkan pertanyaaan untuk satu jawaban dari pada menjawab yang sudah ada. 2) Bekerja tanpa pamrih, dalam dunia ilmu sikap tanpa pamrih biasanya diberikan makna objektif, cinta kebenaran dan kritis. 3) Bersikap bijaksana, kebijaksana mengandung makna adanya hubungan timbal balik antara pengenalan dan tindakan antara pengertian etis yang sesuai. 4) Tanggung jawab, seorang ilmuan berkewajiban mencari, menemukan, dan memanfaatkan ilmu bagi kebutuhan hidup umat manusia, sekaligus juga harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi selanjutnya, (Mulyasa, 2008: 95).
2. Pengertian Guru
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Menurut Djamarah (2002: 34) Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memilki kepribadian yang paripurna. Dengan
11
kelimuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.
Setiap guru memiliki kepribadian yang sesuai dengan latar belakang mereka sebelum menjadi guru. Kepribadian dan pandangan guru serta latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru adalah manusia yang memilki karakter sendiri-sendiri. Perbedaan karakter ini akan menyebabkan situasi belajar yang diciptakan setiap guru bervariasi, (Faturrohman, 2010: 43).
Guru merupakan sebuah kata yang banyak digunakan untuk menyebutkan seseorang yang dijadikan panutan. Sosok guru menyiratkan pengaruh yang luar biasa terhadap siswa-siswanya, sehingga baik tidaknya seorang siswa sangat ditentukan oleh guru. Menurut Malik (1998) dalam Mujtahid (2011: 33), guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik, dan membimbing. Jika ketiga sifat itu tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai seorang guru.
Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati profesi yang berperan penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu sosok guru yang dibutuhkan adalah seseorang yang mampu membantu siswa membangun pengetahuan sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi kearah proses pendidikan yang direncanakan dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat, (Mujtahid, 2011:34).
3. Peranan Guru
Guru memegang peranan yang sangat penting terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa.
Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat Indonesia yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Guru yang professional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, (Rusman, 2012: 58).
Menurut Nanang (2010: 108) guru sebagai pemegang otonomi kelas atau reformasi kelas dapat melaksanakan peranannya sebagai berikut :
1) Guru sebagai Pendidik, dalam arti guru memiliki kewajiban untuk melakukan reformasi kelas sehingga diberi otonom untuk melakukan inovasi dan perubahan di lingkungan kelasnya.
2) Guru sebagai Pengajar, dalam arti guru menyampaikan bahan
pelajaran dan peserta didik menerimanya serta menjadi fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran.
3) Guru sebagai Pemimpin, dalam arti guru memiliki kelebihan jika
dibanding dengan kemampuan peserta didiknya dan mampu menciptakan atmosfir kelas yang ilmiah dan menyenangkan.
4) Guru sebagai Supervisor, dalam arti guru dalam menjalankan tugasnya merupakan sosok pribadi yang professional, yang siap berkooperatif untuk membantu mitra kerjanya dalam meningkatkan kompetensinya.
5) Guru sebagai Administrator, dalam arti guru bertanggungjawab
dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan menentukan tindak lanjut kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.
Sedangkan peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru dijelaskan dalam Rusman, (2012: 59) yaitu:
1) Guru melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa, dalam arti
guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya.
2) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dalam arti guru mampu merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran yang baik menyangkut dengan materi pembelajaran maupun kondisi
psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
3) Guru melaksanakan proses pembelajaran, dalam arti guru mampu
mengatur waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran, memberikan dorongan motivasi kepada siswa agar tumbuh semangat untuk belajar, melaksanakan diskusi dalam kelas, mengamati siswa dalam berbagai kegiatan baik bersifat formal maupun di dalam kegiatan ekstrakurikuler, memberikan informasi lisan maupun tertulis, dan dapat menggunakan alat peraga atau media pendidikan.
4) Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah, dalan arti guru adalah
sebagai wakil masyarakat dalam lingkungan sekolah, penilai kegiatan pendidikan dan pemimpin generasi muda.
5) Guru dapat mengembangkan potensi anak, dalam arti guru sebagai
demonstrator yaitu guru dapat menguasai bahan atau materi pembelajaran, guru sebagai pengelola kelas yaitu guru hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, dan guru sebagai mediator yaitu dimana guru dapat memanfaatkan, menggunakan, menerapkan dan memilih media pendidikan sesuai dengan materi yang diajarkan.
Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilaian hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik. Karena yang demikian ialah ciri khas dan tanggung jawab yang ada pada diri seorang guru. Dengan keahlian tersebut, dapat dikatakan bahwa guru merupakan seseorang yang sangat berpengaruh dalam kesusksesan peserta didik di sekolah.
4. Kriteria Guru yang Berkualitas
Tilaar dalam Mulyana (2010: 3) menyatakan bahwa guru yang professional abad 21 memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki keprbadian yang matang dan berkembang.
b. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat.
c. Menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat dan potensi peserta didik.
d. Pengembangan profesi yang berkesinambungan.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Menurut Mulyasa, (2008: 54) Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak lemas dan berani mengemukakan pendapat. Sebagai fasilitator, tugas guru yang paling utama ialah “to facilitate of learning” (memberi kemudahan belajar), bukan hanya menceramahi atau mengajar.
Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (peserta didik) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Oleh karena itu, tugas dan tanggungjawab guru yang paling utama ialah bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik agar tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar.
Selain sebagai fasilitator, tugas guru lainnya ialah sebagai pemacu artinya guru mampu melipatgandakan potensi peserta didik dan mengembangkan sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan dating. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam hal ini tanggungjawab guru yaitu perlu
memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Tanggungjawab guru menurut Mulyasa, (2008: 18) dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini:
1. Tanggungjawab moral, artinya bahwa setiap guru harus mampu menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Tanggungjawab dalam bidang pendidikan di Sekolah, artinya bahwa setiap guru harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif.
3. Tanggungjawab dalam bidang kemasyarakatan, artinya bahwa guru harus turut serta mensukseskan pembangunan, mengabdi dan melayani masyarakat.
4. Tanggungjawab dalam bidang keilmuan, artinya guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasinya dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
B. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru 1. Kompetensi Guru
Menurut Syah dalam Agus, (2000: 203) kompetensi adalah kemampuan kecakapan, kewajiban berewenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Sedangkan menurut Mujtahid, (201: 96) kompetensi adalah salah satu ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional guru, sesuai bidang tugas dan jenjang pendidikannya.
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan system pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Istilah kompetensi guru dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, (Mulyasa, 2008: 25).
Kompetensi guru merujuk pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas- tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme, (Mulyasa, 2008: 25).
Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan mengajar tertentu, tetapi penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling beratutan dalam bentuk perilaku nyata. Menurut Mulyasa, (2008: 75) dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3), guru sebagai arsitek perubahan perilaku peserta didik dan sekaligus sebagai modal panutan para peserta didik dituntut memiliki kompetensi yang paripurna, seperti berikut ini:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat.
2. Kompetensi Pedagogik Guru
Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru, (Rusman, 2012: 53).
Guru profesional harus memiliki ke-empat kompetensi yang dapat mendukung tugasnya dalam dunia pendidikan. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah kompetensi pedagogik. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Hamalik (2011: 119), bahwa setiap guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendukung dalam spesialisasinya.
Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat penting disamping keterampilan-keterampilan lainnya. Oleh sebab dia berkewajiban
menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan dan lain-lain kepada muridnya.
Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru diserahkan pada guru itu sendiri. Jika guru itu mau mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas, karena ia senantiasa mencari peluang untuk meningkatkan kualitasnya sendiri. Idealnya pemerintah ataupun lembaga pendidikan yang menanganinya dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan kemampuan baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Dukungan tersebut akan meningkatkan kemampuan pedagogik guru.
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum berdasarkan tingkat satuan pendidikannya masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Disamping itu, guru harus mampu menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajarannya yaitu menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang relevan dan menarik perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal, (Rusman, 2012: 54).
Meskipun demikian, kecanggihan teknologi pembelajaran bukan satu-satunya syarat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, karena bagaimanapun canggihnya teknologi tetap saja tidak bisa diteladani sehingga hanya efektif dan efisien untuk menyajikan materi yang bersifat pengetahuan. Jika dihadapkan kepada aspek kemanusiaan, maka kecanggihan teknologi pembelajaran akan nampak kekurangannya.
Bagaimanapun mendidik peserta didikn adalah mengembangkan potensi kemanusiaannya sehingga mampu berbuat sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, (Mulyasa, 2008: 107).
Guru harus mampu mengoptimalkan peserta didik mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan guru juga harus mampu
melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga dapat dinyatakan bahwa kriteria kompetensi pedagodik meliputi (1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu; (4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;
dan (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; dan (9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran, (Rusman, 2012: 55).
Salah satu komponen kompetensi pedagogik pada diri seorang guru ialah pemanfaatan teknologi pembelajaran. Abad 21 ini merupakan abad pengetahuan sekaligus merupakan abad informasi dan teknologi, karena pengetahuan, informasi, dan teknologi menguasai abad ini sehingga disebut juga era globalisasi. Canggihnya penggunaan pengetahuan, informasi, dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan hubungan global. Dalam abad ini, berlangsungnya persaingan hidup yang sangat ketat, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila dalam abad ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet sehingga guru mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik, (Mulyasa, 2008:106).
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik.
Perkembangan sumber-sumber belajar ini memungkinkan peserta didik belajar tanpa batas, tidak hanya di ruang kelas tetapi bisa di laboratorium, perpustakaan, rumah, dan di tempat-tempat lainnya. Meskipun demikian, kecanggihan teknologi pembelajaran bukan satu-satunya syarat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, karena bagaimanapun canggihnya teknologi tetap saja tidak bisa diteladani sehingga hanya efektif dan efisien untuk menyajikan materi yang bersifat pengetahuan, (Mulyasa, 2008:107).
Perubahan prinsip belajar berbasis komputer memberikan dampak pada profesionalisme guru, sehingga harus menambah pemahaman dan kompetensi baru untuk memfasilitasi pembelajaran. Dengan sistem pembelajaran berbasis komputer, belajar tidak terbatas pada empat dinding kelas tetapi dapat menjelajahi dunia lain terutama melalui internet. Dengan demikian, penguasaan guru terhadap standar kompetensi dalam bidang teknologi pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu indikator standar dan sertifikasi kompetensi guru, (Mulyasa, 2008:107).
Indikator guru dalam pemanfaatan media pendidikan dijelaskan dalam Rusman (2012: 77), bahwa kemampuan menggunakan media pendidikan tidak hanya sebatas menggunakan tetapi bagaimana memanfaatkan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
Begitu pula dalam perencanaan bahwa seorang guru perlu menyiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP guna mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang dimiliki.
Selain komponen perencanaan, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memaksimalkan proses pelaksanaan dimana indikator pelaksanaan dalam penelitian ini dikerucutkan pada pelaksanaan dalam pemanfaatan media teknologi informasi. Indikator pelaksanaan dalam
pemanfaatan media teknologi informasi dijelaskan dalam Rusman (2012:
54), bahwa guru harus mampu menerapkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang relevan dan dapat menarik perhatian siswa, serta dapat menguasai materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.
Adapun indikator guru menurut Didi Supriadie dan Deni Darmawan (2012: 67), terdapat empat dimensi kompetensi guru sebagai
“learning agent” dimana disebut sebagai kompetensi utama atau kompetensi inti yang harus dimiliki dan diimplementasikan secara terintegrasi oleh guru sebagai pemangku jabatan profesi. Dimensi- dimensi tersebut terperinci dikembangkan menjadi kompetensi guru pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini untuk kompetensi pedagogik khususnya ialah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Dimensi Kompetensi Pedagogik Guru Kompetensi Pedagogik
No Kompetensin Inti Kompetensi Guru 1. Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral sosial, kultural, emosional, dan intelektual
1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial, moral, dan latar
belakang sosial budaya.
Mengidentifikasi potensi peserta didik
dalam berbagai bidang pengembangan. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam berbagai bidang pengembangan.
Mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam berbagai bidang pengembangan.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip bermain sambil belajar yang mendidik yang terkait dengan
mendidik bidang pengembangan.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, model, dan teknik bermain sambil belajar yang bersifat holistik, autentik dan bermakna.
3. Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang pengembangan yang diampu
3.1NMemahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3.2 Menentukan tujuan kegiatan pengembangan yang mendidik
3.3 Menentukan kegiatan bermain sambil belajar sesuai dengan tujuan pengembangan
3.4 Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik
3.5 Menyusun perencanaan semester, mingguan, dan harian dalam berbagai kegiatan.
3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian
4. Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan yang mendidik
4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan kegiatan pengembangan yang mendidik
4.2 Mengembangkan komponen- komponen rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan
4.3 Menyusun rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkap, baik untuk kegiatan dalam kelas maupun di luar kelas
4.4 Menerapkan kegaitan bermain yang bersifat holistik, autentik dan
bermakna
4.5 Menciptakan suasana bermain yang menyenangkan, inklusif, dan demokratis
4.6 Memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan pendekatan
5. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan
kegiatan pengembangan yang mendidik.
5.1nMemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan
5.2 Kualitas penguasaan dan penjelasan materi melalui pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi 5.3nMemanfaatkan fasilitas penunjang
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
5.4 Memanfaatkan media TI di dalam dan di luar kelas
6. Memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki
6.1nMenyediakan berbagai kegiatan bermain untuk mendorong peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal termasuk kreativitas
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi peserta didik yang efektif, emaptik, dan santun baik secara lisan maupun tulisan
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang
terbangun.
8. Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses serta hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi kepentingan dan evaluasi
9.1NMenggunakan informasi hasil penilaian pembelajaran untuk menentukan ketuntasan belajar
9.2 Menggunakan hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan
9.3NMemanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
10 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
10.1NMelakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan
10.2 Memanfaakan hasil refleksi untuk perbaikan
10.3 Melakukan penilaian tidakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
C. Pemanfaatan Media Teknologi Informasi 1. Definisi Media Teknologi Informasi
Hal lain yang harus dimonitor dalam pelaksanaan pembelajaran adalah penggunaan media yang digunakan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini penting karena sangat heterogen, ada siswa yang tipenya auditif, visual dan kinestetik. Keheterogenan siswa ini dapat dijembatani bila guru menggunakan multimedia dan berbagai sumber belajar. Hasil riset BAVA (British Audio Visual Aids) memaparkan bahwa hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media hanya terserap 13% dari keseluruhan materi yang telah diberikan. Dalam komponen kurikulum, maka kedudukan media ini bisa sejajar dengan metode, karena yang dipakai dalam suatu proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang bisa diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi. Oleh karena itu, kedudukan media dalam suatu pembelajaran sangat penting, walaupun sampai saat ini media mungkin tidak begitu dipahami secara spesifik terutama dari sudut pandang klasifikasi, (Rusman, 2012: 124).
Menurut Bambang, (2010: 73) teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan dan mengunakan data secara bermakna. Dunia pendidikan saat ini mulai mengintegrasikan teknologi pada berbagai aspek termasuk dalam pembelajaran. Kebijakan pendidikan diarahkan untuk memanfatkan teknologi informasi sehingga mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat menghadapi tantangan global. Dengan memanfatkan perkembangan teknologi informasi, pendidikan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang tingal diberbagai tempat, di kota, desa, bahkan di daerah terpencil atau pedalaman. Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang dari peserta didik tersebut. Sekolah
diharapkan mampu menciptakan output yang optimal yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di dunia global.
Teknologi informasi dikatakan sebagai media pembelajaran karena merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan. Dengan demikian posisi media teknologi informasi selalu berada diantara komunikator dan komunikan, antara sumber pesan dan penerima pesan dengan tujuan dapat mengurangi kesalah pahaman antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar karena terkadang pesan yang disampaikan oleh guru kepada siswa seringkali tidak ditangkap oleh siswa sebagaimana apa yang dimaksud oleh guru, inilah sebabnya diperlukan media atau sesuatu yang dapat membantu kesalah pahaman antara guru dan siswa, (Sugeng dan Faridah, 2010: 117).
Media dalam sekolah tidak hanya berupa media elektronik, tetapi diperlukan pula pengadaan sarana penunjang seperti tempat ibadah, kebun percontohan, koperasi, perbengkelan, studi mini, dan lai-lain agar siswa dapat belajar melalui miniature kehidupan yang sesungguhnya.
Disamping sarana tersebut, diperlukan pula prasarana pembelajaran yaitu berupa media pembelajaran. Produk-produk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi ini dapat berupa media cetak maupun elektronika. Media cetak meliputi surat kabar, majalah, buku, brosur, poster dan sebagainya, sedangkan media elektronika meliputi komputer multimedia, TV, radio, internet (e-learning), multimedia interaktif berbasis komputer dan sebagainya. Melalui internet dapat diperoleh jutaan informasi aktual yang ditampilkan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa, (Rusman, 2012: 123).
2. Fungsi Media Teknologi Informasi dalam Pendidikan
Berdasarkan tentang sejarah Teknologi Pembelajaran, Saettler dalam Hamzah berpendapat bahwa teknologi sebagai upaya yang lebih
berpusat pada peningkatan keterampilan dan organisasi kerja dibandingkan dengan mesin dan peralatan. Teknologi modern digambarkan sebagai sistematisasi pengetahuan praktis dalam peningkatan produktivitas. Demikian pula Russel menjelaskan bahwa Teknologi pembelajaran sebagai penerapan pengetahuan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar dan mengajar, (Hamzah dan Nina, 2011: 21).
Adapun fungsi media dalam pembelajaran dijelaskan oleh Sugeng dan Faridah (2010: 118), adalah sebagai berikut:
1) Membuat konkret konsep yang abstrak, artinya dengan adanya media, materi-materi yang bersifat abstrak dapat dijadikan lebih konkret sehingga penerima pesan (siswa) menjadi jelas akan apa yang disampaikan oleh guru.
2) Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, artinya dalam suatu pelajaran contohnya dalam pelajaran kimia ketika guru akan menjelaskan tentang proses nuklir atau letusan bom maka tidak mungkin dicontohkan kepada siswa secara langsung, juga proses tersebut sulit untuk dicari. Maka dalam menjelaskan proses tersebut, media akan dapat menjadi jembatan yang dapat memperjelas materi tersebut.
3) Menampilkan objek yang terlalu besar, sama dengan fungsi di atas contohnya dalam pelajaran geografi maka tidak mungkin seorang guru ketika akan menjelaskan bumi lalu membawa bumi dihadapan siswa-siswanya tetapi dengan adanya media maka guru dapat menampilkan gambar mengenai bumi secara detail.
4) Menampilkan objek yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang, contohnya dalam bidang biologi seperti virus, bakteri, dll. Maka dengan adanya media seperti mikroskop benda tersebut dapat terlihat.
5) Membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media yang menarik akan dapat menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan akan
membangkitkan semangat belajar siswa serta keingintahuan siswa akan terpacu dengan adanya media yang menarik.
6) Memungkinkan siswa langsung berinteraksi dengan lingkungan, contohnya dalam pelajaran biologi maka siswa akan dapat diajak secara langsung mencari berbagai jenis hewan dan tumbuhan.
Dengan demikian siswa akan tahu secara langsung bagaimana bentuk dan struktur tumbuhan ataupun hewan yang dipelajarinya.
Dari berbagai fungsi tersebut, terlihat jelas bahwa keberadaan media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat memperjelas apa yang dikemukakan oleh guru, sehingga tidak tejadi kesalah pahaman pada siswa. Apa yang disampaikan oleh guru, akan diterima dengan baik oleh siswa, karena kesalah pahaman disebabkan oleh terlalu abstraknya penjelasan yang disampaikan oleh guru. Itulah sebabnya media pembelajaran seringkali memiliki cara kerja yang bertujuan untuk mengubah penjelasan guru yang abstrak menjadi sebuah penjelasan konkret yang dapat dipahami siswa, (Sugeng dan Faridah, 2010: 120).
3. Kedudukan Media Teknologi Informasi dalam Pendidikan
Sudah selayaknya lembaga-lembaga pendidikan yang ada segera memperkenalkan dan memulai penggunaan Teknologi Informasi sebagai basis pembelajaran yang lebih mutakhir. Hal ini penting, mengingat penggunaan Teknologi Informasi merupakan salah satu faktor penting yang memungkinkan kecepetan transformasi ilmu pengetahuan kepada para peserta didik, generasi bangsa ini secara lebih luas. Dalam konteks yang lebih spesifik dapat dikatakan bahwa kebijakan penyelenggara pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat harus mampu memberikan akses pemahaman dan penguasaan teknologi mutakhir yang luas kepada para peserta didik, (Darmawan, 2011: 4).
Program pembangunan pendidikan yang terpadu, terarah dan berbasis teknologi paling tidak akan memberikan multiple effect terhadap hampir semua sisi pembangunan pendidikan sehingga Teknologi
Informasi berfungsi untuk memperkecil kesenjangan penguasaan eknologi mutakhir, khususnya dalam dunia pendidikan. Pembangunan pendidikan berbasis teknologi setidaknya memberikan dua keuntungan.
Pertama, sebagai pendorong komunitas pendidikan termasuk guru untuk lebih apresiatif dan proaktif dalam memaksimalisasi potensi pendidikan.
Kedua, memberikan kesempatan luas kepada siswa dalam memanfaatkan setiap potensi yang ada, sehingga dapat diperoleh dari sumber-sumber yang tidak terbatas, (Darmawan, 2011: 5).
Adapun kedudukan Teknologi Informasi dalam pendidikan, dijelaskan oleh Deni Darmawan (20011: 5) yaitu:
a. Mempermudah kerja sama antara pakar dan peserta didik ataupun mahasiswa, menghilangkan batasan ruang, waktu, dan jarak.
b. Sharing informastion, sehingga hasil penelitian dapat digunakan bersama-sama dan mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Virtual University, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak.
D. Materi Pencemaran Lingkungan
1. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan bahan pencemar disebut dengan polutan, sifat polutan yakni merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup, hal ini dapat terjadi jika terdapat pada kondisi: jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada
waktu yang tidak tepat dan berada pada tempat yang tidak tepat, (Syamsuri, 2007: 34).
Pencemaran lingkungan adalah masuknya substansi-substansi berbahaya ke dalam lingkungan sehingga kualitas lingkungan menjadi berkurang atau fungsinya tidak sesuai dengan peruntukannya. Sehingga tatanan lingkungan yang dulu berubah karena adanya pencemaran lingkungan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran yang dilakukan oleh manusia, yaitu akibat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan perkembangan teknologi. Faktor- faktor tersebut menyebabkan kebutuhan penduduk juga meningkat, contohnya semakin banyak pengguna kendaraan pribadi sehingga menimbulkan polusi udara, (Syamsuri, 2007: 34).
2. Jenis-jenis Pencemaran a. Pencemaran Darat
Pencemaran darat adalah semua keadaan dimana polutan masuk ke dalam lingkungan tanah sehingga menurunkan kualitas tanah tersebut.
Dimana Polutan bisa berupa zat-zat bahan pencemar baik berupa zat
kimia, debu, panas, suara, radiasi, dan mikroorganisme, (Syamsuri, 2007:
35).
Banyak hal yang bisa menjadi penyebab pencemaran tanah, seperti terjadinya kebocoran limbah kimia dan polutan-polutan yang dihasilkan oleh proses industri, penggunaan pestisida, masuknya air tercemar kedalam lapisan sub-permukaan, merembesnya minyak, zat kimia, atau limbah beradiasi kedalam tanah, sampah, dan lainnya. Zat-zat yang masuk ke dalam tanah tersebut sangat berbahaya, karena cenderung
Gambar 2.1 Pencemaran darat Sumber: www.hickerphoto.com
untuk mengendap dan berubah menjadi zat beracun di tanah, yang tentu saja berdampak langsung terhadap kehidupan manusia secara langsung, karena pencemaran tanah mampu membuat pencemaran terhadap air dan udara disekitarnya, (Syamsuri, 2007: 35).
b. Pencemaran Air Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Cottam dalam Syamsuri (2007: 36)
mengemukakan bahwa pencemaran air adalah bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang mempengaruhi kondisi perairan sehingga mengurangi atau merusak daya guna perairan.
Danau, sungai, lautan dan air tanah merupakan bagian terpenting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air, juga mengalirkan sedimen dan polutan. Polutan merupakan zat asing yang masuk ke dalam lingkungan itu sendiri sehingga lingkungan tidak dapat berfungsi dengan maksimal.
Berbagai macam fungsi lingkungan sangat membantu kehidupan manusia salah satunya ialah pemanfaatan air dalam kehidupan.
Pemanfaatan terbesar dalam pencemaran air ialah danau, sungai, lautan serta air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Maka sudah seharusnya sebagai manusia menjaga kebersihan lingkungan air, karena air merupakan kebutuhan utama untuk keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.
Gambar 2.2 Pencemaran air Sumber:
airkumalaysia.blogspot.com
c. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum
serta menurunkan kualitas lingkungan, (Syamsuri, 2007: 36).
Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas dan seimbang. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi. Adapun beberapa jenis bahan yang dapat mencemari udara yakni Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon dioksida (CO2), Ozon (O3), Benda Partikulat (PM), Timah (Pb) dan HydroCarbon (HC), (Syamsuri, 2007: 37).
Gambar 2.3 Pencemaran Udara Sumber: airkumalaysia.blogspot.com