• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau gagasan hanya dapat berlangsung jikalau ada struktur sosial yang mendasarinya. Dari segi teologis perlu juga partisipasi jemaat. Dalam tradisi Kristiani, beriman berarti berpartisipasi pada perjanjian yang diadakan Allah dalam Kristus dengan manusia. Dengan manusia sebagai individu, namun sebagai individu yang berelasi dengan orang lain.1

Sebagai individu yang berelasi dengan orang lain dapat dilihat dalam kehidupan gereja karena salah satu aktivitas umat Kristen adalah kehidupan bergerejanya, yaitu dalam mengikuti kebaktian minggu di gereja. Selain itu juga ada kegiatan lainnya yang dilakukan dalam kelompok-kelompok yaitu sarasehan (bagi jemaat dewasa) dan persekutuan (bagi jemaat pemuda dan remaja). Kegiatan sarasehan maupun persekutuan di kalangan umat Kristen dilaksanakan dengan bentuk yang hampir sama dengan sarasehan yang lainnya yaitu dilaksanakan setiap satu minggu sekali. Demikian juga halnya di dukuh Krajan desa Jomboran Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten, yang dilaksanakan setiap hari Kamis, sedangkan pelaksanaan persekutuan setiap hari Sabtu. Krajan Jomboran merupakan wilayah (Blok) III dari Gereja Kristen Jawa Gumulan. Wilayah ini terdiri dari 3 kelompok kecil yaitu Krajan Barat, Krajan Timur dan Kalikuning. Yang menarik dari Desa Krajan ini adalah terdapatnya satu kampung yang sebagian besar adalah Umat Kristen, yaitu di Krajan Barat.

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di atas, kehadiran dan keterlibatan umat sangat penting.

Seringkali umat hanya hadir dalam kegiatan-kegiatan gereja tanpa terlibat apa-apa. Tanpa terlibat apa-apa dimaksudkan umat hanya menjadi umat yang pasif dalam setiap kegiatan.

Keterlibatan tidak diharuskan menjadi pengurus dalam kehidupan gereja, melainkan dimulai dari keterlibatan-keterlibatan hal kecil yaitu dengan mengajak umat yang lainnya hadir dalam kegiatan, ikut serta berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan gerejawi.

1 Jan Hendriks, dan F. Heselaars Hartono S.J. (ed.), Jemaat Vital & Menarik, Yogyakarta: Kanisius, 2002, hal 20.

(2)

Dalam kegiatan gereja, keterlibatan umat sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan jemaat dalam kehidupan gereja. Keterlibatan ini dapat kita lihat dalam penelitian agama kategori ketiga yaitu tentang “keagamaan” (religiositas), menurut Glock dan Stark (sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok) yaitu ada lima keterlibatan:

1. Keterlibatan ritual (Ritual involvement)

Yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Contoh: apakah mereka pergi ke gereja secara teratur setiap minggu.

2. Keterlibatan ideologis (Ideological involvement)

yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing.

3. Keterlibatan intelektual (Intelectual involvement)

Yaitu keterlibatan yang menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktifitasnya di dalam menambah pengetahuan agama. Misalnya, apakah dia menghadiri sekolah minggu, membaca Kitab Suci, membaca buku-buku agama.

4. Keterlibatan pengalaman (Experiential involvement)

Yaitu keterlibatan yang menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakular yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah dia pernah merasa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan.

5. Keterlibatan secara konsekuen (Consequential involvement)

Yaitu tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya.

Misalnya bermain judi, berzinah adalah perbuatan yang dilarang agama. Apakah dia setuju atau tidak dengan perbuatan begitu, dan apakah dia mengerjakan atau tidak pekerjaan tersebut. contoh lainnya, apakah dia menyumbangkan sebagian hartanya untuk kegiatan agama.2

Persoalan dalam konsep keterlibatan ini tampak di gereja. Keterlibatan umat dalam bergereja sering dilihat sebagai keikutsertaan jemaat dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Pemahaman bahwa dengan keterlibatan umat akan kegiatan gereja seperti jabatan gerejawi, kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan atau keikutsertaan umat dalam acara-acara gerejawi merupakan bentuk keterlibatan umat. Hal ini berarti keterlibatan dipersempit hanya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan gereja. Kenyataan seperti ini menempatkan anggota jemaat sebagai subyek

2 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metodologi Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1995, hlm.126-127.

(3)

dari kegiatan-kegiatan gereja bukan sebagai subyek yang ikut membantu merumuskan kebijakan gereja untuk pembangunan jemaat.

Dalam kehidupan gereja dan dalam Teologi Praktis, istilah pembangunan Jemaat merupakan pengertian yang isinya padat. Isi itu berasal dari harapan-harapan jemaat. Umat Kristen dewasa ini ditantang serta diancam oleh proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti modernisasi dan sekularisasi. Umat Kristen ditantang untuk berpartisipasi kreatif dalam perkembangan zaman, tetapi umat merasakan pula efek-efek negatifnya. Pembangunan jemaat menawarkan bermacam-macam usaha yang diharapkan dapat menangani proses tersebut dengan tepat. Pembangunan jemaat ingin menyediakan program yang menginspirasikan harapan. Tujuan sentral yang digambarkan dalam penjelasan tentang pembangunan Jemaat disebut vitalisasi karena fokus dari itu terdapat pada kehidupan: kehidupan yang baru, pemancaran terang yang baru, dan daya tarik yang baru. Pembangunan jemaat mau ikut membangun gereja di mana orang dengan semangat baru mau berdiam dan bekerja.3

Suatu hal yang menarik bagi penyusun akan perkampungan Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah adalah keutuhannya sebagai masyarakat Kristen dengan aktivitas dalam kehidupan gerejanya. Sehingga menarik untuk diketahui keterlibatannya dalam kehidupan gereja dalam konsep pembangunan jemaat dan bagaimana religiositas umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah?

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan sebuah pertanyaan yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penyusunan skripsi ini yaitu “Bagaimana religiositas umat Kristen yang dinampakkan dalam kehidupan berjemaat dalam konteks dukuh Krajan desa Jomboran kecamatan Klaten Tengah?”

3. BATASAN MASALAH

Penyusun menyadari bahwa permasalahan religiositas begitu luas, oleh karenanya penyusun akan membatasi permasalahan dengan penekanan pada keterlibatan umat Kristen dalam kehidupan bergerejanya dengan mengambil subyek adalah umat Kristen di desa Krajan Jomboran, Klaten Tengah. Penyusun dalam hal ini melihat persoalan religiositas dan

3 Rob van Kessel, dan Ferd. Heselaars Hartono S.J. (ed.), 6 Tempayan Air Pokok-pokok Pembangunan Jemaat, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hal 1.

(4)

hubungannya dengan pola pembangunan jemaat. Melalui batasan permasalahan ini maka skripsi ini diberi judul:

RELIGIOSITAS UMAT KRISTEN (DI KRAJAN JOMBORAN KLATEN TENGAH)

4. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Melihat realitas saat ini, ternyata sangat penting peranan religiositas terhadap keberadaan gereja. Umat Kristen merupakan potensi yang sangat besar terhadap keberlangsungan gereja.

Jika umat Kristen hanya menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab gereja terhadap rohaniwan maka gereja tidak akan dapat berfungsi sebagai alat untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. Kenyataan empiris di Krajan Jomboran memperlihatkan adanya keterlibatan- keterlibatan umat Kristen dalam mengambil bagian kecil dalam pelaksanaan kegiatan gereja di wilayah pelayanan di Krajan Jomboran Klaten Tengah. Dalam mendorong keterlibatan umat Kristen maka perlu ada usaha perubahan dari situasi awal yang kurang diinginkan menuju situasi akhir yang dikehendaki, melalui serangkaian tindakan atau intervensi secara sistematis dan terarah pada tujuan (perubahan). Rangkaian tindakan ini disebut sebagai proses pembangunan jemaat. Dengan demikian pembangunan jemaat dapat mendorong keterlibatan umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah untuk menampilkan gereja sebagai kenyataan sosial yang dinamis dan institutional.

5. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui religiositas umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten tengah dalam keterlibatannya pada kehidupan gereja yang kemudian digunakan penyusun untuk memberikan usulan konsep pembangunan jemaat bagi umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah.

6. MANFAAT PENULISAN

Besar harapan penyusun bahwa skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa saja. Tidak terbatas bagi umat Kristen di Krajan Jomboran tetapi juga umat Kristen di manapun berada sebagai tubuh Kristus sehingga kita bersama-sama bisa ikut mengambil bagian dalam proses pembangunan jemaat dalam keterlibatan pelayanan di gereja.

(5)

7. METODE PENULISAN Pendekatan penelitian

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif.4 Bodgan dan Biklen memaparkan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif, antara lain adalah mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dan perisetnya.

Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih memperhatikan proses (dari suatu fenomena sosial) ketimbang hasil atau produk (fenomena itu) semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. Serta “Makna” (bagaimana subjek yang diteliti memberi makna hidupnya dan pergumulannya) merupakan soal esensi untuk ancangan kualitatif5. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri.6 Dan sesuai dengan karakteristiknya, disain penelitian kualitatif biasanya sederhana, simpel dan sewaktu- waktu dapat berubah (simple, emergent, evoluting dan developing).7 Sebab rancangan penelitian kualitatif akan berkembang dengan sendirinya setelah peneliti memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang latar, subyek dan sumber data-data lainnya melalui pemeriksaan secara langsung.

Pemeriksaan secara langsung ini dapat dikatakan sebagai observasi-partisipatif. Observasi adalah penyusun melakukan pengamatan langsung pada lapangan yang akan diteliti yaitu umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah. Sedangkan partisipatif atau partisipatoris merupakan dua kata yang sering digunakan dalam pembangunan.8 Partisipatif di sini adalah partisipatif penyusun dalam kegiatan – kegiatan gereja (Kebaktian Minggu, Sarasehan, PA Pemuda dan Remaja) ketika penyusun melakukan penelitian. Hal ini dipakai penyusun dalam pengamatan dan memperoleh data secara empiris di Krajan Jomboran, Klaten Tengah.

Pengamatan ini dilakukan sambil ikut serta dalam situasi yang diamati. Observasi, wawancara dan partisipatif dalam pengumpulan data dilakukan selama satu bulan yaitu di bulan Juni 2008.

4 Andreas Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif , Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004, hlm. 62.

Penelitian Kualitatif biasa disebut juga sebagai penelitian narulis, dimana pendekatan ini berasal dari seseorang yang menganggap dirinya naturalis yang menyelidiki fakta-fakta alami yang muncul di padang rumput, ladang, kolam, pantai.

5 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, p. 122

6 ________________________, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, p. 9

7 ________________________, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, p. 120

8 Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya – Upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan; penerjemah: Matheos Nalle – ed. 1, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999, hlm64.

(6)

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara formal, wawancara informal dan membagikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada informan (umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah). Wawancara formal (wawancara pendeta dan majelis gereja setempat yang melayani umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah yaitu GKJ Gumulan) dilakukan dengan harapan peneliti dapat menggali secara langsung dari informan mengenai pelayanannya pada umat Kristen di Krajan Jomboran, Klaten Tengah. Sedangkan wawancara informal dilakukan dengan harapan antara peneliti dan informan (umat Kristen di Krajan Jomboran Klaten Tengah) dapat terjadi sikap saling terbuka.

Penyusun memilih cara wawancara karena salah satu sifat wawancara adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari perilaku subyek yang diteliti.9 Dengan wawancara ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan dari responden yang mewakili penghayatan atas pengalamannya. Sedangkan angket / kuesioner dilakukan untuk mempermudah efisiensi waktu pengumpulan data.

Dengan fakta dan data yang ada, kemudian akan diuraikan pokok-pokok pembahasan yang disertai dengan analisis, dan dalam proses ini penyusun akan dibantu dengan literatur-literatur.

8. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini mengguraikan latar belakang permasalahan yang mengguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan juga sistematika penulisan.

Bab II : RELIGIOSITAS DAN PEMBANGUNAN JEMAAT

Bab ini akan menguraikan pengertian dan definisi religiositas. Untuk memberikan wawasan ini akan dikemukakan dan dibahas persoalan religiositas dari kaca mata etimologis, selanjutnya akan dilihat hubungan antara religiositas dengan agama karena hal tersebut mempunyai beberapa persamaan. Hal ini disusun untuk lebih mengerti batasan – batasan atau wilayah kerja masing-masing. Untuk mempertajam wawasan batasan religiositas, akan dilihat kaitannya dengan pembangunan jemaat.

Pada bagian akhir dari bab ini akan diberi kesimpulan.

9 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Rosdakarya, 2003, hlm 172

(7)

Bab III : KETERLIBATAN UMAT KRISTEN YANG MENUNJUKKAN RELIGIOSITAS DI KRAJAN JOMBORAN KLATEN TENGAH

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai Kebaktian Minggu GKJ Gumulan blok III, sarasehan, PA/Persekutuan Remaja dan Pemuda, hasil wawancara dengan pendeta dan majelis beserta dengan analisanya, kemudian diambil suatu kesimpulan.

Bab IV : REFLEKSI TEOLOGIS

Bab ini akan menguraikan tentang refleksi teologis dari hasil analisa dalam Bab III dengan dilandasi dasar teori pembangunan jemaat dalam bab II dan religiositas umat Kristen dalam keterlibatannya pada kegiatan pelayanan dan aktivitas gereja.

Bab V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penulisan dan saran dari penyusun untuk gereja dan umat Kristen.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak

Data yang diperoleh membuktikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS SD Negeri Dukuh 02 yang berjumlah 31 (kelas eksperimen) dengan penggunaan

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Mayoritas warga kampung nelayan pesisir Muara Angke memiliki keberanian menjadi wirausahawan karena tekanan ekonomi yang mendesak. Selain itu, mereka memiliki minat

Key ​ ​berbentuk​ ​hardcode​ ​di​ ​aplikasi​ ​sehingga​ ​dengan​ ​mudah​ ​di​ ​lihat​ ​menggunakan tehnik ​ ​reverse​

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Hasil Analisa Vitamin C terhadap Media Fermentasi Pembuatan Selulosa Bakteri dengan Penambahan 0,5 g Vitamin C ( Asam Askorbat) pada suhu berbeda.. Kadar asam askorbat pada