• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis Resto Dahar Melayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis Resto Dahar Melayu."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis Resto Dahar Melayu.

Rencana bisnis ini, menggunakan konsep specialty resto khas Sumatera Selatan.

Pada bagian latar belakang menjelaskan mengenai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perusahaan serta rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Pada sub-bagian lingkungan eksternal dijelaskan mengenai faktor dari luar perusahaan yang perusahaan menjelaskan faktor-faktor dalam perusahaan terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi berdirinya suatu perusahaan.

1.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal

Setiap manusia memiliki kebutuhan hidupnya masing-masing. Salah satunya adalah kebutuhan akan makanan dan minuman untuk bertahan hidup.

Makanam dan minuman merupakan kebutuhan primer, tidak ada orang yang dapat berhenti untuk tidak makan. Karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya, Ekawatinigsih (2008). Sejalan dengan perkembangan teknologi, ekonomi, sosial yang ada maka kebutuhan pangan berbeda-beda. Makin tinggi status ekonomi seseorang, makin tinggi pula status makanan yang diperlukan terutama dalam hal mutu, jenis, dan pelayanan.

(2)

2 Perkotaan dengan beragam pusat perbelanjaan dan tempat makan telah menjadi arena pertarungan, tidak saja bagi produsen dalam mendapatkan konsumen, akan tetapi juga bagi konsumen dalam menunjukkan status dan kelas sosialnya melalui jenis makanan dan tempat makan. Konsumen disajikan berbagai pilihan tempat dan jenis makanan yang sesuai dengan selera. Di Indonesia jumlah penduduk cenderung berpusat pada daerah perkotaan, salah satunya adalah kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2012, menurut sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS tercatat 3.524.762 jiwa yang memiliki luas wilayah 3.185,80 km2 dengan kepadatan penduduk 17.024 jiwa per km2. Adapun pertumbuhan jumlah penduduk di Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Jumlah penduduk D.I. Yogyakarta tahun 2007-2012 TAHUN JUMLAH PENDUDUK

2007 3.359.404

2008 3.393.003

2009 3.426.637

2010 3.457.491

2011 3.487.325

2012 3.524.762

Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2013

Pertumbuhan penduduk Yogyakarta yang semakin bertambah tiap tahunnya dan semakin pesatnya kemajuan dari berbagai aspek di era globalisasi seperti saat ini menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dalam hal (life style). Masyarakat terus didorong untuk merubah gaya hidup dengan cepat, seperti

(3)

3 halnya tingkat konsumsi, mode berpakaian, prilaku sosial, pergaulan sosial dan hasrat untuk terus mengikuti produk-produk baru yang diproduksi secara cepat.

Begitu juga halnya, proses konsumsi lebih didorong oleh logika hasrat (desire) dan keinginan (want) daripada logika kebutuhan (need) yang sebenarnya didasarkan pada kalkulasi empirik atas kebutuhan hidup sehari-hari, Zamroni (2007).

Konsumsi dikemukakan juga oleh Lee (1993) dalam artikel Marwani.

Konsumsi memperlihatkan bahwa tidak hanya semata-mata merupakan tindakan yang wajar untuk memenuhi kebutuhan seseorang, akan tetapi lebih dari itu, konsumsi digunakan sebagai alat komunikasi kepada orang lain untuk menunjukkan identitas, posisi sosial maupun gaya hidupnya. Pola perilaku konsumsi pada masyarakat juga diakibatkan tidak tersedianya waktu yang banyak dan memiliki kesibukan di luar rumah seperti halnya masyarakat yang tinggal di daerah Yogyakarta. Oleh sebab itu, menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi makanan di luar rumah. Untuk mendukung adanya perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi diperlukannya sebuah rumah makan atau restoran.

Pada tahun 2012, berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku provinsi D. I. Yogyakarta yang dikeluarkan oleh BPS D. I. Yogyakarta. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Andil terbesar berasal dari sektor jasa-jasa sebesar 20,23 persen. Kemudian sektor perdagangan, Hotel dan Restoran. Adapun dalam perinciannya dapat dilihat pada Grafik 1.1.

(4)

4 Restoran dalam hal ini merupakan subsektor yang pertumbuhannya kedua tertinggi bersamaan dengan perdagangan dan hotel.

Saat ini, perkembangan restoran mengalami peningkatan hampir disetiap daerah di Indonesia, salah satunya adalah D. I. Yogyakarta. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan restoran dan rumah makan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan demikian semakin banyaknya restoran yang ada di D. I.

Yogyakarta maka persaingan pasa subsektor rertoran menjadi lebih tinggi maka dibutuhkannya diferensiasi pada setiap restoran yang ada. Dengan adanya diferensiasi akan lebih mudah sebuah restoran untuk bertahan.

Grafik 1.1

Distribusi Presentase PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku di D. I. Yogyakarta (persen)

Sumber: : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2013

20,23%

20,09%

14,65%

13,35%

10,85%

10,30%

8,60%

1,28% 0,67% Sektor Jasa-jasa

Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran

Sektor Pertanian

Sektor Industri Pengelolahan

Sektor Bangunan

Sektor Keuangan, real estat dan jasa perusahaan

Sektor Pengangkutan dan komunikasi

Sektor Listrik, gas dan air bersih

Sektor Sektor Pertambagan dan Penggalian

(5)

5 Tabel 1.2

Jumlah Restoran dan Rumah Makan di D. I. Yogyakarta tahun 2007-2012

URAIAN TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Restoran 77 4 76 49 56 59

Rumah Makan 407 503 524 783 585 650

Sumber: : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2013

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai predikat yakni sebagai:

kota pendidikan, kota budaya serta merupakan bagian dari salah satu tujuan wisata terutama sebagai wisata belanja di pulau Jawa. Salah satu kegiatan bisnis yang berbasis ekonomi kerakyatan adalah dijajakannya makanan sebagai pemenuhan kebutuhan makan.

Kegiatan wisata kuliner di Indonesia sudah mengalami perkembangan, khususnya di daerah kawasan Yogyakarta. Dan terdapat peningkatan pada pemukiman, pasar, fasilitas kota, dan kawasan industri yang mulai bertambah di kota Yogyakarta pada usaha dan fasilitas terutama wisata kuliner sendiri dapat dijumpai dan terkonsentrasi di sepanjang jalan utama seperti Jalan Kaliurang, Jalan Babarsari, dan kawasan UGM.

Berdasarkan observasi penulis di lapangan terdapat beberapa kawasan kuliner lain juga yang menawarkan makanan khas Yogyakarta yang dikenal dengan gudeg yogya, Super Sambal (SS), Dapur Sambal, Lombok Ijo, Iga Bakar, dan terdapat juga restoran yang mengusung tema dari berbagai daerah di Indonesia yang disebut juga Specialty Restorant. Jenis restoran ini menurut Marsum (2005:11) yang berasal dari daerah atau negara tempat makanan tersebut

(6)

6 berasal seperti, makanan khas daerah Sulawesi (Coto Makasar), khas Kalimantan (Soto Banjar), rumah makan Sederhana (khas Padang) dan khas Aceh (Bungong Jeumpa). Selain itu, Didapatkan informasi mengenai restoran di Yogyakarta yang terdaftar pada website Jogja Bagus yang menyajikan masakan yang berbahan dasar Iga dan Ikan Patin yang terlihat pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa terdapat beberapa pesaing yang sama menggunakan bahan dasar Iga dan Ikan sebagai menu utamanya.

Tabel 1.3 Resto atau Rumah Makan Iga dan Ikan Patin

IGA SAPI IKAN PATIN

Iga Bakar Jakal (Jl. Kaliurang KM 5.5)

Kedai Mama Nining (Jl. Kliurang KM 9.7) Iga Bakar si Bangor

(Jl. Sorogenen 27 Umbulharjo)

Pondok Pepes Nusantara (Koto Baru)

iGoya Resto

(Jl. Gejayan No. 26A)

Iwak Jogja

(Jl. Kabupaten Sleman) Iga Sapi Bali

(Jl. Umbul Permai Sleman) Kedai Sapi

(Ngadinegara Yogyakarta)

Sumber: www.jogjabagus.com

Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukkan bahwa restoran yang menyajikan masakan dengan bahan dasar Iga Sapi diolah dengan cara dibakar dan di sate pada daging iga tersebut dengan olahan tersebut menunjukkan bahwa olahan Pindang Tulang Iga Sapi khas Sumatera Selatan belum ada di daerah Yogyakarta. Hal ini, diperkuat oleh hasil wawancara dengan Ibu Nur pemilik Rumah Makan Sri Cokro, Sri Cokro Merupakan rumah makan yang pernah menyajikan masakan pindang tulang iga pada tahun 2011-2013 yang menyatakan bahwa saat ini, belum ada

(7)

7 secara khusus restoran yang menyajikan masakan dengan menggunakan resep khas Sumatera Selatan yaitu pindang tulang iga sapi.

Ikan patin, begitujuga halnya dengan pindang ikan patin belum terdapat restoran secara khusus yang menyajikan masakan seperti ini, meskipun ada beberapa restoran yang menyajikan ikan patin sebagai salah satu menunya seperti pepes ikan patin yang di sajikan oleh Kedai Mama Nining dan Rumah makan Muara Kapuas pun menyajikan Pindang ikan Patin sebagai salah satu menu pada restoran tersebut. Oleh karena itu, dengan melihat adanya potensi pasar yang terdapat di daerah Yogyakarta maka besar peluang untuk mendirikan restoran secara khusus dengan masakan khas Sumatera Selatan untuk dapat meramaikan kuliner yang ada di D. I. Yogyakarta.

Adapun dengan kegiatan kuliner yang ada di Yogyakarta, maka hal ini, menjadi peluang usaha dalam mendirikan sebuah restoran baru. Meskipun harus bersaing pada industri makanan lainnya. Ini merupakan tantangan bagi peneliti untuk mendirikan usaha Resto Dahar Melayu yang bergerak pada makanan tradisional khas Sumatera Selatan. Harapan besar dengan kehadirannya makanan tradisional ini dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup dan keinginan masyarakat untuk berwisata kuliner hidangan khas Indonesia yang dikemas lebih nyaman di sebuah pusat gaya hidup.

1.1.2 Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal perusahaan menitikberatkan kepada faktor-faktor dari internal perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap bisnis yang dijalankan.

(8)

8 Lingkungan internal fokus kepada kekuatan (strength) yang dimiliki perusahaan secara internal, serta kelemahannya (weaknees). Pada bisnis restoran makanan khas Sumatara Selatan akan diberi nama Resto Dahar Melayu merupakan rencana bisnis yang memberikan pengalaman yang berbeda dari restoran lainnya. Konsep yang akan ditawarkan adalah suasana restoran yang memberikan nuansa melayu dan mengenalkan aneka masakan khas Sumatera Selatan sebagai menu utama pindang Ikan Patin dan tulang Iga Sapi dengan mengkombinasikan aneka sambal ala Sumatera Selatan

Adapun lokasi berdirinya bisnis Resto Dahar Melayu ini, bertempat di daerah D. I. Yogyakarta yang mana daerah ini memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dan terkenal dengan tempat wisata kuliner. Kota Yogyakarta memiliki berbagai jenis etnis antar suku dan budaya, maka selera makanpun merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan lokasi dan tempat makan, Hamdani (2010). Oleh karena itu daerah Sleman dengan alamat Jalan Cebongan Gesikan Sidoarum Godean Sleman menjadi lokasi berdirinya Resto Dahar Melayu. Daerah ini merupakan daerah yang masih bernuansa pedesaan, namun keberadaan lokasi ini berada diantara tempat-tempat wisata kuliner lainnya. Oleh karena itu, tempat strategis suatu usaha, menjadikan peluang bagi perusahan untuk berdiri.

Kekuatan yang dimiliki restoran makanan khas Sumatera Selatan yang akan diberi nama Resto Dahar Melayu ini adalah kemudahan dalam memperoleh bahan baku utamanya seperti ikan dan daging, kemampuan di bidang networking dan kemampuan dalam mendistribusikan produk yang akan menjadi kekuatan internal perusahaan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh penulis dalam

(9)

9 memulai dan melaksanakan bisnis ini antara lain keterbatasan modal dikarenakan butuh modal besar dalam memulai bisnis Resto Dahar Melayu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan, dapat dilihat bahwa terdapat peluang bisnis pada industri pangan khususnya pada makanan tradisional yang menggunakan iga dan ikan sebagai bahan utamanya. Melihat adanya peluang bisnis maka diperlukannya perencanaan bisnis yang nyata dan dapat memberikan keuntungan sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari rencana bisnis ini adalah:

a. Merancang bisnis baru Resto Dahar Melayu

b. Merancang strategi bisnis untuk mengembangkan bisnis Resto Dahar Melayu

1.4 Manfaat Penelitian

Dilakukan penelitian melalui rencana bisnis akan memperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Entreprenuer, dapat menjadikan acuan dalam menjalankan usaha dibidang Resto Dahar Melayu

b. Akademisi, dapat memberikan gambaran rencana bisnis kepada industri kuliner.

(10)

10 1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bab yang terdiri dari Latar Belakang, Landasan Teori, Metode Penelitian, Rencana dan Strategi, dan Rencana Aksi.

Bab I Latar Belakang

Menjelaskan latar belakang dibuatnya penelitian bisnis Resto Dahar Melayu, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian serta sistematika penulisan

Bab II Kerangka Teori

Membahas beberapa kajian literatur yang terkait, seperti teori mengenai restoran, Sumatera Seltan dan makanan khas daerah, rencana bisnis, rencana fungsional, analisis kelayakan bisnis, model bisnis kanvas, dan Empathy Map.

Bab III Metode Penelitian

Menjelaskan metode penelitian yang terdiri dari level analisis, sumber data dan metode analisis data.

Bab IV Rencana dan Strategi

Menjelaskan gambaran umum bisnis resto, analsis empathy map, model bisnis Resto Dahar Melayu, rencana fungsional dan analisis kelayakan bisnis

Bab V Rencana Aksi

Menguraikan perencanaan waktu dan pengukuran kinerja dari rencana bisnis yang akan dijalankan.

Gambar

Tabel 1.3 Resto atau Rumah Makan Iga dan Ikan Patin

Referensi

Dokumen terkait

Jika acara Baralek Kawin memakai adat, maka pakaian pengantin laki-laki dan perempuan adalah pakaian adat yang sudah disepakati oleh ninik mamak dan sesuai dengan norma

udara antara kelembaban 60% dengan kelembaban 70% terhadap besarnya arus bocor dan tegangan flashover yang terjadi pada keempat tipe sirip isolator (Compact

Lokasi kawasan wisata telaga sarangan Kabupaten Magetan berada pada kawasan pegunungan yang dikelilingi sebuah telaga, yaitu Telaga Sarangan yang mempunyai

Deskripsi dari jawaban responden menjelaskan bahwa dari tiga indikator nilai pelanggan terdapat satu indikator yang dominan yaitu responden dalam melakukan pembelian produk

Dari ketiga elemen metode utama tersebut, dijabarkan oleh Rasulullah ke dalam beberapa cara yang lebih aplikatif, di ataranya adalah sebagai berikut: Pertama;

Kemudian diikuti dengan membaca M buah bilangan bulat berbeda terpisah baris baru pada sebuah baris, yang masing-masing berupa salah satu bilangan antara 1 hingga 100 yang

Kebutuhan sistem informasi tersebut terkait erat dengan integrasi pembelian, produksi, penjualan, dan penyajian laporan keuangan yang bisa digunakan sebagai acuan

[r]