Kandungan klorofil total (C) dalam g/l : C = Ca + Cb
C = 0.0202 A645 + 0.00802 A663
Kandungan klorofil total (C) dalam mg/l : C = 20.2 A645 + 8.02 A663
Keterangan :
Ca = kandungan klorofil a (g/l) Cb = kandungan klorofil b (g/l) C = kandungan klorofil total (mg/l)
An = absorban yang diukur pada panjang gelombang n
Untuk data kandungan klorofil tidak dianalisis statistik, karena hanya satu sampel (satu ulangan).
Jumlah dan diameter xilem
Akar sekunder disayat membujur dengan menggunakan pisau silet setipis mungkin, hasil sayatan langsung diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi safranin encer 0.1% sebagai zat pewarna, kemudian ditetesi gliserin dan ditutup dengan kaca penutup. Jumlah xilem dihitung menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x. Diameter xilem ditentukan dengan menghitung grid pada mikrometer okuler, selanjutnya dikonversikan ke dalam milimeter (mm).
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, keduanya menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (Mattjik & Sumertajaya 2000) masing-masing terdiri dari tiga faktor.
Pada percobaan 1, faktor pertama perlakuan cendawan endofit (E0: tidak diberi endofit dan E1: diberi endofit), faktor kedua ialah pemupukan yang terdiri atas dua taraf yaitu kompos (N1) dan NPK (N2), dan faktor ketiga ialah penyiraman terdiri atas P1: penyiraman satu minggu sekali dan P2: penyiraman dua minggu sekali. Pada percobaan 2, faktor pertama perlakuan hydrogel yaitu H0: tidak diberi hydrogel dan H1: diberi hydrogel, sedangkan faktor kedua dan ketiga sama dengan percobaan 1. Masing-masing percobaan terdiri atas 8 perlakuan kombinasi, setiap kombinasi dibuat 5 ulangan. Kedua percobaan tersebut yaitu:
Percobaan 1
Pengaruh cendawan endofit (tidak diberi endofit dan diberi endofit), pemupukan (kompos dan NPK) dan penyiraman (satu minggu dan dua minggu) terhadap pertumbuhan jarak pagar. Terdiri atas 8 perlakuan kombinasi, yaitu:
E0N1P1: tanpa endofit + kompos + penyiraman satu minggu sekali
E0N1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali E0N2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman
satu minggu sekali
E0N2P2: tanpa endofit + NPK + penyiraman dua minggu sekali
E1N1P1: endofit + kompos + penyiraman satu minggu sekali
E1N1P2: endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali
E1N2P1: endofit + NPK + penyiraman satu minggu sekali
E1N2P2: endofit + NPK + penyiraman dua minggu sekali
Percobaan 2
Pengaruh hydrogel (tidak diberi hydrogel dan diberi hydrogel), pemupukan (kompos dan NPK) dan penyiraman (satu minggu dan dua minggu) terhadap pertumbuhan jarak pagar.
Terdiri atas 8 perlakuan kombinasi, yaitu:
H0N1P1: tanpa hydrogel + kompos + penyiraman satu minggu sekali H0N1P2: tanpa hydrogel + kompos +
penyiraman dua minggu sekali
H0N2P1: tanpa hydrogel + NPK + penyiraman satu minggu sekali
H0N2P2: tanpa hydrogel + NPK + penyiraman dua minggu sekali
H1N1P1: hydrogel + kompos + penyiraman satu minggu sekali
H1N1P2: hydrogel + kompos + penyiraman dua minggu sekali
H1N2P1: hydrogel + NPK + penyiraman satu minggu sekali
H1N2P2: hydrogel + NPK + penyiraman dua minggu sekali
Pengujian pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA).
Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan analisis LSD (List Significant Difference).
HASIL
Tinggi Tanaman
Pada percobaan 1 pemberian cendawan endofit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 1). Kecuali pada perlakuan endofit dengan penambahan pupuk kompos dan penyiraman dua minggu sekali (E1N1P2) dan perlakuan endofit dengan penambahan pupuk NPK dan penyiraman seminggu sekali (E1N2P1) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (tidak diberi endofit) (Gambar 2). Pemberian cendawan endofit secara umum memberikan pengaruh yang
nyata pada tinggi tanaman. Penggunaan pupuk kompos dan NPK tidak memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman, demikian pula dengan faktor penyiraman.
0 20 40 60 80
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Tinggi tanaman (cm)
Tidak diberi endofit Diberi endofit
Gambar 2 Pengaruh pemberian cendawan endofit terhadap tinggi tanaman dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman seminggu sekali), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua minggu sekali), N2P1 (NPK dengan penyiraman seminggu sekali), N2P2 (NPK dengan penyiraman dua minggu sekali).
Pada percobaan 2 pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 2).
Pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Gambar 3). Dengan demikian pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan pemberian kompos.
0 20 40 60 80 100
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Tinggi tanaman (cm)
Tidak diberi hydrogel Diberi hydrogel
Gambar 3 Pengaruh pemberian hydrogel terhadap tinggi tanaman dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman seminggu sekali), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua minggu sekali), N2P1 (NPK dengan penyiraman seminggu sekali), N2P2 (NPK dengan penyiraman dua minggu sekali).
Jumlah Daun
Pada percobaan 1 pemberian cendawan endofit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Lampiran 1). Pemberian cendawan endofit berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun pada tanaman yang diberi kompos dengan penyiraman dua minggu sekali (E1N1P2) (Gambar 4). Sedangkan pemupukan dan penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
0 5 10 15
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Jumlah daun (helai)
Tidak diberi endofit Diberi endofit
Gambar 4 Pengaruh pemberian cendawan endofit terhadap jumlah daun dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman seminggu sekali), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua minggu sekali), N2P1 (NPK dengan penyiraman seminggu sekali), N2P2 (NPK dengan penyiraman dua minggu sekali).
Pada percobaan 2 pemberian hydrogel tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Lampiran 2). Pemberian hydrogel tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada semua perlakuan (Gambar 5).
0 5 10 15
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Jumlah daun (helai)
Tidak diberi hydrogel Diberi hydrogel
Gambar 5 Pengaruh pemberian hydrogel terhadap jumlah daun dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman seminggu sekali), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua minggu sekali), N2P1 (NPK dengan penyiraman seminggu sekali), N2P2 (NPK dengan penyiraman dua minggu sekali).
Pemupukan dan penyiraman pada percobaan 2 berpengaruh pada tanaman yang diberi pupuk kompos, sedangkan tanaman yang diberi pupuk NPK tidak terlihat berbeda nyata antara tanaman yang mengalami cekaman ringan (penyiraman seminggu sekali) dan cekaman berat (penyiraman dua minggu sekali).
Bobot Basah Tajuk dan Akar
Pada percobaan 1 pemberian cendawan endofit berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk (Lampiran 1). pemberian cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar pada tanaman yang diberi pupuk kompos dengan penyiraman dua minggu sekali, serta tanaman yang diberi pupuk NPK dengan penyiraman seminggu dan dua minggu sekali (Gambar 6a dan 6b). Sedangkan pemberian cendawan endofit dan pupuk kompos dengan penyiraman seminggu sekali memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah tajuk (Gambar 6a). Pada percobaan 1 pemupukan dan penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah tajuk pada tanaman yang diberi cendawan endofit dan pupuk kompos (E1N1P1 dan E1N1P2) dengan selang penyiraman yang berbeda (cekaman ringan dan cekaman berat).
Pada percobaan 2 pemberian hydrogel juga pemupukan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar. Selain itu, hydrogel dan penyiraman berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar (Lampiran 2).
Pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk NPK dan penyiraman seminggu sekali (H1N2P1) berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar (Gambar 6c dan 6d).
Selain itu, hydrogel dengan pemberian kompos dan penyiraman seminggu sekali (H1N1P1) memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah akar. Faktor pemupukan dan penyiraman pada percobaan 2 berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar, dimana tanaman yang diberi pupuk NPK mengalami penurunan bobot basah tajuk dan akar ketika diberi perlakuan cekaman berat (penyiraman dua minggu sekali), sedangkan tanaman yang diberi pupuk kompos tidak terlihat berbeda nyata antara tanaman yang mengalami cekaman ringan (penyiraman seminggu sekali) dan cekaman berat (penyiraman dua minggu sekali) (Gambar 6c dan 6d).
0 50 100 150
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot basah tajuk (g)
Tidak diberi endof it Diberi endof it
(a) bobot basah tajuk pada perlakuan cendawan endofit dan tanpa cendawan endofit.
0 5 10 15 20 25
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot basah akar (g)
Tidak diberi endofit Diberi endofit
(b) bobot basah akar pada perlakuan cendawan endofit dan tanpa cendawan endofit.
0 50 100 150
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot basah tajuk (g)
Tidak diberi hydrogel Diberi hydrogel
(c) bobot basah tajuk pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel.
0 5 10 15 20 25 30
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot basah akar (g)
Tidak diberi hydrogel Diberi hydrogel
(d) bobot basah akar pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel.
Gambar 6 Pengaruh pemberian cendawan endofit dan hydrogel terhadap bobot basah tajuk dan akar pada kedua percobaan.
Bobot Kering Tajuk dan Akar
Pada percobaan 1 pemberian cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar (Lampiran 1).
Pemberian cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan akar pada tanaman yang diberi pupuk kompos dengan penyiraman seminggu dan dua minggu sekali, serta tanaman yang diberi pupuk NPK dengan penyiraman dua minggu sekali (Gambar 7a dan 7b). Sedangkan pada pemberian endofit dan pupuk NPK dengan penyiraman seminggu sekali berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar
(Gambar 7a dan 7b). Pemupukan dan penyiraman pada percobaan 1 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar tanaman.
Walaupun demikian interaksi antara pemberian endofit dengan NPK cenderung meningkatkan bobot kering tajuk dan akar.
Pada percobaan 2 pemberian hydrogel berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar (Lampiran 2). Pemberian hydrogel dengan penambahan pupuk NPK dan penyiraman seminggu sekali berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar (Gambar 7c dan 7d). Pemupukan dan penyiraman pada percobaan 2 juga berpengaruh terhadap bobot kering tajuk dan akar, dimana tanaman yang diberi pupuk NPK mengalami penurunan bobot kering tajuk dan akar ketika diberi cekaman berat (penyiraman dua minggu sekali), sedangkan tanaman yang diberi pupuk kompos tidak berbeda nyata antara tanaman yang mengalami cekaman ringan (Penyiraman seminggu sekali) dan cekaman berat (penyiraman dua minggu sekali).
0 5 10 15 20
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot kering tajuk (g)
Tidak diberi endofit Diberi endofit
(a) bobot kering tajuk pada perlakuan cendawan endofit dan tanpa cendawan endofit.
0 1 2 3 4 5
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot kering akar (g)
Tidak diberi endofit Diberi endofit
(b) bobot kering akar pada perlakuan cendawan endofit dan tanpa cendawan endofit.
0 5 10 15 20
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot kering tajuk (g)
Tidak diberi hydrogel Diberi hydrogel
(c) bobot kering tajuk pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel.
0 1 2 3 4 5 6
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Bobot kering akar (g)
Tidak diberi hydrogel Diberi hydrogel
(d) berat kering akar pada perlakuan hydrogel dan tanpa hydrogel.
Gambar 7 Pengaruh pemberian cendawan endofit dan hydrogel terhadap bobot kering tajuk dan akar pada kedua percobaan.
Kandungan Klorofil
Berdasarkan hasil analisis kandungan klorofil, pemberian endofit dengan penambahan pupuk kompos dan penyiraman 7 hari (E1N1P1) memiliki kandungan klorofil paling tinggi yaitu 85.84 mg/l dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 8).
65 70 75 80 85 90
N1P1 N1P2 N2P1 N2P2
Kandungan klorofil daun (mg/l)
Tanpa endofit, tanpa hydrogel endofit hydrogel
Gambar 8 Kandungan klorofil pada kedua percobaan (pemberian cendawan endofit dan hydrogel) dengan berbagai perlakuan yaitu N1P1 (kompos dengan penyiraman seminggu sekali), N1P2 (kompos dengan penyiraman dua minggu sekali), N2P1 (NPK dengan penyiraman seminggu sekali), N2P2 (NPK dengan penyiraman dua minggu sekali).
Selain itu terdapat perbedaan pada ketebalan daun yaitu daun yang mendapat perlakuan cendawan endofit, baik pada media kompos maupun NPK cenderung lebih tebal dan lebih berwarna hijau jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya (hydrogel, tanpa cendawan endofit dan tanpa hydrogel) (Gambar 9).
A
B
Gambar 9 Jarak pagar pada media yang diberi pupuk kompos (A) dan NPK (B) dengan penyiraman seminggu sekali : a. Tanpa endofit, tanpa hydrogel, b. Cendawan endofit, dan c. Hydrogel.
Jumlah dan Diameter Xilem
Pada percobaan 1 pemberian cendawan endofit berpengaruh nyata terhadap jumlah xilem (Lampiran 1). Pemberian cendawan endofit berpengaruh nyata terhadap jumlah xilem, tetapi pemberian endofit tidak berpengaruh nyata terhadap diameter xilem dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi cendawan endofit) (Gambar 10a dan 10b).
0 10 20 30 40 50 60
Kontrol Cendawan endofit
Jumlah xilem
(a) Jumlah xilem pada kontrol dan yang diberi cendawan endofit.
0.030 0.035 0.040 0.045 0.050
ameter xilem (mm)
Kontrol Cendawan endofit
Di
(b) Diameter xilem pada kontrol dan yang diberi cendawan endofit.
Gambar 10 Pengaruh pemberian cendawan endofit terhadap jumlah dan diameter xilem akar sekunder.
Demikian pula pada percobaan 2 pemberian hydrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah xilem (Lampiran 2).
Pemberian hydrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah xilem, tetapi pemberian hydrogel tidak berpengaruh nyata terhadap diameter xilem dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi hydrogel) (Gambar 11a dan 11b).
0 10 20 30 40 50 60
Kontrol Hydrogel
Jumlah xilem
a) Jumlah xilem pada kontrol dan perlakuan hydrogel.
0.030 0.035 0.040 0.045 0.050
Kontrol Hydrogel
Diameter xilem (mm)
(b) Diameter xilem pada control dan perlakuan hydrogel.
Gambar 11 Pengaruh pemberian hydrogel terhadap jumlah dan diameter xilem akar sekunder.
a b c
a b c
Hasil sayatan melintang pada akar sekunder jarak pagar disajikan pada Gambar 12.
A
B
Gambar 12 Sayatan akar sekunder jarak pagar (10 x 40) yang disiram seminggu sekali (A) dan dua minggu sekali (B) pada media NPK : a. Tanpa endofit, tanpa hydrogel, b. endofit, dan c. hydrogel.
PEMBAHASAN
Simbiosis mutualisma cendawan endofit dengan tanaman memberikan beberapa keuntungan. Menurut Moore-Landecker (1996) ada tiga potensi yang berrmanfaat untuk tanaman yang diinfeksi oleh cendawan endofit, yaitu: (1) meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, (2) tanaman lebih toleran terhadap kekeringan dan (3) menghasilkan toksin yang melindungi tanaman dari patogen.
Selain itu, dengan adanya cendawan endofit tanaman dapat memperoleh unsur hara dari tanah terutama fosfat dan tanaman juga dibantu dalam penyerapan air. Endofit juga berfungsi sebagai pengendali hayati hama dan penyakit tanaman serta mampu mendekomposisi bahan organik (Saeed et al.
2002, Zareen et al. 2001, Rubini et al. 2005).
Hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian cendawan endofit pada jarak pagar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman dengan adanya peningkatan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi cendawan endofit) (Gambar 2, 4, 6a, 6b, 7a dan 7b). Selain itu, pemberian
endofit memberikan pengaruh pada kandungan klorofil daun, yaitu daun yang mendapat perlakuan cendawan endofit, baik pada media kompos maupun NPK cenderung lebih tebal dan lebih berwarna hijau jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya (hydrogel dan kontrol/ tidak diberi endofit).
Walaupun pada percobaan ini tidak begitu nampak berbeda jika dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi endofit), namun menurut Zulfitri (2007) daun jarak pagar yang diinokulasi dengan cendawan endofit memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi endofit).
a b c
a b c
Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan, pemberian endofit juga membantu tanaman mengatasi cekaman kekeringan hal ini terlihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk dan akar, serta bobot kering tajuk dan akar yang tidak berbeda nyata antara penyiraman seminggu dan dua minggu sekali.
Hydrogel adalah polimer yang dapat menyerap air. Pemberian hydrogel pada media tanam bertujuan untuk membantu tanaman lebih toleran terhadap kekeringan. Pada umumnya campuran antara hydrogel dan tanah digunakan untuk memperlambat kekeringan pada tanaman atau untuk pengaturan pemupukan (Fagly 2006). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, pemberian hydrogel pada media tanam memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol terhadap tinggi tanaman, bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar (Gambar 3, 6c, 6d, 7c dan 7d ).
Pemberian pupuk kompos dan NPK pada media tanam terutama unsur N mempengaruhi pertumbuhan vegetatif terutama tinggi tanaman. Unsur nitrogen merupakan unsur utama yang mendukung pertumbuhan tinggi tanaman (Leiwkabessi 1980). Jika dibandingkan pemberian kompos pada penelitian ini pupuk NPK lebih terlihat pengaruhnya pada tanaman. Hal ini diduga karena tanaman lebih mudah menyerap pupuk NPK dibandingkan dengan pupuk kompos.
Menurut Hsieh dan Hsieh (1990) komposisi pupuk organik dengan pupuk anorganik mempengaruhi proses dekomposisi N- organik. Jika hanya diberi pupuk anorganik proses dekomposisi berlangsung cepat, sedangkan apabila hanya diberi pupuk organik, proses dekomposisi berlangsung lambat. Tetapi bila diberi kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik maka proses dekomposisi berlangsung tidak secepat apabila hanya diberi pupuk anorganik dan