ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION
MAKING (MCDM)
Ema Dwi Saputri 1) dan Putu Artama Wiguna 2) 1,2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia
e-mail: emasaputri84@gmail.com
ABSTRAK
Pemilihan alternatif merupakan bagian dari perencanaan proyek yang bertujuan untuk memperoleh alternatif proyek yang terbaik. Secara praktikal, kriteria yang biasa digunakan dalam proses pemilihan alternatif adalah biaya kapital, PI, ROR, dan NPV.
Aspek kualitatif seperti operation flexibility belum diperhitungkan dengan seksama. Hal tersebut berakibat pada kurang tepatnya pengambilan keputusan. Maka, sangat diperlukan sebuah studi tentang metode pengambilan keputusan multikriteria dengan mempertimbangkan baik faktor kuantitatif maupun kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multi Criteria Decision Making (MCDM). Kombinasi AHP dan Goal Programming diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan pemilihan alternatif proyek. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan alternatif proyek adalah kriteria finansial dan teknikal. Kriteria finansial meliputi biaya kapital, biaya operasional, PI, dan NPV. Sedangkan kriteria teknikal meliputi kemudahan operasi, kemudahan perawatan, kemudahan konstruksi, kehandalan, dan fleksibilitas. Responden merupakan pegawai PT X yang bertugas mengelola fasilitas produksi di wilayah operasi SLN. Berdasar hasil pengolahan data, diperoleh kesimpulan bahwa subkriteria NPV memiliki bobot tertinggi yaitu sebesar 0,32 serta alternatif terbaik adalah Alternatif-10 (membangun fasilitas injeksi di kedua stasiun pengumpul tanpa pipa koneksi dengan sistem kontrol pompa berupa control valve). Alternatif tersebut memiliki bobot tertinggi sebesar 0,246 dan nilai fungsi objektif paling minimum sebesar 4,51.
Kata kunci: Pemilihan, Alternatif Proyek, MCDM, AHP, Goal Programming
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Dalam pelaksaan sebuah proyek, fase perencanaan merupakan fase yang sangat penting. Kesalahan pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif proyek akan sangat berdampak besar pada perusahaan.
Salah satu kegiatan yang ada yang fase perencaan proyek adalah pemilihan alternatif proyek. Secara praktikal, kriteria yang biasa digunakan dalam proses pemilihan alternatif adalah biaya kapital, PI, ROR, dan NPV. Aspek kualitatif seperti operation flexibility belum diperhitungkan dengan seksama. Hal tersebut berakibat pada kurang tepatnya pengambilan keputusan. Maka, sangat diperlukan sebuah studi tentang metode pengambilan keputusan multikriteria dengan mempertimbangkan baik faktor kuantitatif maupun kualitatif.
Studi kasus yang digunakan adalah proyek manajemen air di PT X yang berlokasi pada stasiun pengumpul Puncak dan Pemburu. Proyek manajemen air ini merupakan bagian dari proyek besar di PT X untuk mengelola air yang dihasilkan dari proses produksi minyak di seluruh area operasi dalam rangka melindungi lingkungan sekitar tempat perusahaan beroperasi.
Eshlaghy & Homayonfar (2011) melakukan studi literatur terhadap metode MCDM dan aplikasinya. Menurut Eshlaghy & Homayonfar (2011), multiple criteria decision making (MCDM) merupakan bagian penting dari ilmu pengambilan keputusan moderen, terutama dalam mendukung para pembuat keputusan dalam menghadapi pengambilan keputusan atau altinernatif dengan banyak kriteria.
Menurut Li (2007) dan Utomo (2009), teknik MCDM diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu Multi-Attribute Decision Making (MADM) dan Multi-Objective Decision Making (MODM). MCDM melibatkan pengambilan keputusan dengan beberapa kriteria yang kadang saling bertentangan.
Model penyelesaian yang akan digunakan adalah kombinasi AHP dan Goal Programming. Agha (2011), dalam penelitiannya menyampaikan bahwa kombinasi AHP dan Goal Programming mempunyai keunggulan dalam memecahkan permasalahan pengambilan keputusan multi kriteria. AHP dapat dipakai untuk menentukan pembobotan baik kriteria maupun alternatif. Setelah itu model Goal Programming akan digunakan untuk melakukan optimasi berdasar alokasi sumber daya yang ada.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan kriteria-kriteria yang berpengaruh dalam pemilihan alternatif untuk proyek manajemen air di stasiun pengumpul Puncak dan Pemburu.
2. Menentukan alternatif paling optimal untuk proyek manajemen air di stasiun pengumpul Puncak dan Pemburu dengan mempertimbangkan kriteria baik kuantitatif maupun kualitatif.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dapat membantu PT X dalam hal pengambilan keputusan investasi untuk masa-masa yang akan datang.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dalam aplikasi nyata yaitu pemilihan alternatif untuk proyek manajemen air di stasiun pengumpul Puncak dan Pemburu.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan studi eksplorasi dan deskriptif yang bermaksud menelaah fenomena proses pemilihan alternatif dilakukan pada sebuah proyek dengan metode studi kasus sehingga diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai referensi untuk menangani kasus yang sejenis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Goal Programming (GP) dengan tujuan untuk mendapatkan alternatif terbaik untuk proyek. Obyek dari penelitian ini adalah pegawai PT X yang bertugas untuk mengelola area operasi SLN. Teknik pengambilan sampel akan menggunakan non-probability sampling dengan metode purposive sampling.
Berikut ini merupkan tahapan yang dilakukan dalam penelitian:
1. Identifikasi permasalahan dan studi literatur.
2. Identifikasi tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif.
3. Pengumpulan data primer dan sekunder.
4. Pembuatan hirarki pemilihan alternatif proyek.
5. Perhitungan bobot kriteria, subkriteria dan alternatif menggunakan AHP.
6. Integrasi hasil yang diperoleh dari AHP ke model GP.
Hirarki Pemilihan Alternatif Proyek
Mengacu pada Saaty (1988), masalah pemilihan alternatif proyek terlebih dahulu didekomposisikan kedalam sebuah model hirarki AHP. Berikut ini merupakan hirarki pemilihan alternatif proyek yang tersusun dari tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif.
Gambar 1 Hirarki Keputusan Pemilihan Alternatif Proyek Pembuatan Model GP
Setelah mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria dan alternatif dengan menggunakan AHP, tahap selanjutnya adalah pembuatan model menggunakan GP.
Bobot masing-masing subkriteria (kj) dan bobot masing-masing alternatif (Wi) akan dijadikan input dalam fungsi objektif seperti yang terlihat pada persamaan 3.1 sampai dengan persamaan 3.19. Berikut ini merupakan langkah-langkah pembuatan model menggunakan GP mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Swasti dan Ciptomulyono (2011).
1. Penentuan variabel keputusan Xi = Variabel alternatif proyek ke i i = Alternatif proyek
= 1, 2, 3, … , 8 Xi ≥ 0
2. Objektif dan Sasaran
Tabel 1 Fungsi Objektif dan Sasaran
No Objektif Fungsi Objektif Sasaran
1. Meminimalkan biaya kapital ∑ A X n 0 (1) Min 2. Meminimalkan biaya operasi ∑ B X n 0 (2) Min
3. Memaksimalkan PI ∑ C X n (3) Min
4. Memaksimalkan NPV ∑ D X n (4) Min
5. Memaksimalkan kemudahan
operasi ∑ E X n (5) Min
No Objektif Fungsi Objektif Sasaran 6. Memaksimalkan kemudahan
perawatan
∑ F X n (6) Min
7. Memaksimalkan kemudahan konstruksi
∑ G X n (7) Min
8. Memaksimalkan kehandalan ∑ H X n (8) Min
9. Memaksimalkan fleksibilitas ∑ L X n (9) Min
10. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek dengan bobot tertinggi
∑ W X n 1 (10) Min
11. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria biaya kapital
∑ W k X n M (11)
Dengan:
W k M
Min
12. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria biaya operasi
∑ W k X n p M (12) Dengan:
W k M
Min
13. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria PI
∑ W k X n M (13)
Dengan:
W k M
Min
14. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria NPV
∑ W k X n M (14)
Dengan:
W k M
Min
15. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria kemudahan operasi
∑ W k X n M (15)
Dengan:
W k M
Min
16. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria kemudahan perawatan
∑ W k X n M (16)
Dengan:
W k M
Min
17. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria kemudahan konstruksi
∑ W k X n M (17)
Dengan:
W k M
Min
18. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria kehandalan
∑ W k X n M (18)
Dengan:
W k M
Min
19. Memaksimalkan terpilihnya alternatif proyek i dengan nilai bobot tertinggi untuk kriteria fleksibilitas
∑ W k X n p M (19) Dengan:
W k M
Min
3. Batasan
Batasan dari pemilihan alternatif proyek ini adalah:
a. Biaya kapital kurang dari US$ 20 MM b. PI ≥ 1,2
c. Pemilihan hanya 1 alternatif proyek dari 8 alternatif proyek Tabel 2Fungsi Batasan
No. Diskripsi Fungsi Batasan
1. Biaya kapital kurang dari US$ 20 MM ∑ A X 20,000,000 (20) 2. PI ≥ 1,2 ∑ D X 1.2 (21) 3. Pemilihan hanya 1 alternatif proyek
dari 9 alternatif proyek ∑ X 1 (22) 4. Tujuan
Fungsi tujuan dari persamaan-persamaan diatas adalah meminimalkan penyimpangan dari variabel masing-masing kriteria dikalikan bobot masing-masing kriteria. Bobot masing-masing kriteria diperoleh dari AHP.
(23) HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Bobot Kriteria, Subkriteria dan Alternatif Menggunakan AHP
AHP digunakan untuk menghitung bobot masing-masing kriteria, subkriteria, dan alternatif. Bobot kriteria, subkriteria dan alternatif diperoleh dengan menggunakan pairwise comparison dengan bantuan perangkat lunak Expert Choice. Berikut ini adalah hasil pembobotan tersebut:
Tabel 3 Bobot Kriteria
No Kriteria Bobot Rangking
1. Finansial 0,67 1
2. Teknikal 0,33 2
Tabel 4 Bobot Global Subkriteria
No Subkriteria Bobot (kj) Rangking
1. Biaya Kapital 0.12 4
2. Biaya Operasional 0.03 7
3. PI 0.20 2
4. NPV 0.32 1
5. Kemudahan Operasi 0.04 6
6. Kemudahan Perawatan 0.03 8
7. Kemudahan Konstruksi 0.01 9
8. Kehandalan 0.15 3
9. Fleksibilitas 0.10 5
Tabel 5 Bobot Global Alternatif
No. Alternatif Bobot (Wi) Rangking
1 Alternatif - 1 0.051 8
2 Alternatif - 2 0.146 3
3 Alternatif - 3 0.025 9
4 Alternatif - 4 0.088 4
5 Alternatif - 5 0.022 10
6 Alternatif - 6 0.075 5
7 Alternatif - 7 0.062 6
8 Alternatif - 8 0.226 2
9 Alternatif - 9 0.057 7
10 Alternatif - 10 0.246 1
Penyelesaian Model untuk Pemilihan Alternatif Proyek
Dengan menggunakan perangkat lunak LINDO 6.1, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Penyelesaian Model GP untuk Pemilihan Alternatif Proyek
No. Alternatif Variabel
Keputusan Nilai 1 Alternatif - 1 X1 0 2 Alternatif - 2 X2 0 3 Alternatif - 3 X3 0 4 Alternatif - 4 X4 0 5 Alternatif - 5 X5 0 6 Alternatif - 6 X6 0 7 Alternatif - 7 X7 0 8 Alternatif - 8 X8 0 9 Alternatif - 9 X9 0 10 Alternatif - 10 X10 1
Berdasar hasil penelitian, diperoleh bobot kriteria tertinggi adalah kriteria finansial yaitu sebesar 0,67. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria finansial dianggap lebih penting dalam memutuskan pemilihan alternatif proyek. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah memastikan kestabilan dan kelancaran finansial perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agha (2011), kriteria finansial menjadi kriteria yang paling penting dalam pemilihan alternatif proyek.
Untuk level subkriteria, bobot tertinggi diperoleh oleh subkriteria NPV sebasar 0,32. Hal ini disebabkan oleh tipe proyek yang ditinjau. Proyek manajemen air merupakan proyek lingkungan, sehingga pihak pengambil keputusan memutuskan bahwa NPV menjadi subkriteria finasial yang paling penting dalam melakukan pemilihan alternatif proyek. Untuk proyek-proyek yang menghasilkan revenue, maka kriteria PI akan menjadi kriteria yang paling penting. Sedangkan subkriteria kemudahan konstruksi, memiliki bobot yang paling rendah yaitu 0,01 karena konstruksi hanya
berlangsung sekali yaitu pada saat proyek berlangsung. Hal inilah yang menyebabkan kriteria kemudahan konstruksi menjadi kurang begitu penting.
Berdasarkan hasil AHP dan GP, disimpulkan bahwa Alternatif-10 (membangun fasilitas injeksi di kedua stasiun pengumpul tanpa pipa koneksi dengan sistem kontrol pompa berupa control valve) merupakan alternatif terbaik untuk proyek manajemen air di stasiun pengumpul Puncak dan Pemburu dengan mempertimbangkan semua kriteria yang telah ditentukan. Hal ini ditandai dengan perolehan bobot prioritas tertinggi yaitu 0,246 dan tingkat ketercapaian goal terbanyak yaitu 8.
Gambar 2 Grafik Pencapaian Goal Tiap Alternatif
Analisa Sensitivitas
Jika dilakukan analisa sensitivitas dengan merubah-rubah bobot kriteria, maka pada suatu saat ketika bobot kriteria finansial dan teknikal dianggap sama penting, Alternatif-8 (membangun fasilitas injeksi di kedua stasiun pengumpul dengan pipa koneksi dan sistem kontrol pompa berupa control valve) akan menjadi alternatif terpilih karena alternatif tersebut memiliki biaya kapital yang paling rendah kedua setelah Alternatif-10 serta memiliki tingkat fleksibilitas yang paling tinggi akibat pemasangan pipa koneksi antara sistem pipa Puncak dan Pemburu.
Tabel 7 Analisa Sensitivitas AHP & GP Skenario Bobot Prioritas Kriteria Alternatif
Terpilih Finansial Teknikal
1 0.67 0.33 Alternatif - 10 2 0.70 0.30 Alternatif - 10 3 0.80 0.20 Alternatif - 10 4 0.90 0.10 Alternatif - 10 5 0.60 0.40 Alternatif - 10
6 0.50 0.50 Alternatif - 8 7 0.40 0.60 Alternatif - 8 8 0.30 0.70 Alternatif - 8
KESIMPULAN
Berdasar hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kriteria-kriteria yang berpengaruh pada pemilihan alternatif proyek manajemen air di stasiun pengumpul Puncak dan Pemburu adalah kriteria finansial dan kriteria teknikal. Urutan subkriteria dari yang paling berpengaruh adalah NPV, PI, kehandalan, biaya kapital, fleksibilitas, kemudahan operasi, biaya operasional, kemudahan perawatan, dan kemudahan konstruksi.
2. Alternatif yang terbaik menurut hasil penelitian adalah Alternatif–10 (membangun fasilitas injeksi di kedua stasiun pengumpul tanpa pipa koneksi dengan sistem kontrol pompa berupa control valve) karena memperoleh bobot tertinggi yaitu 0.246 dan nilai fungsi tujuan paling minimum yaitu 4,51. Selain itu, alternatif tersebut juga memiliki tingkat ketercapaian goal terbanyak yaitu 8.
3. Berdasar analisa sensitivitas, dengan merubah bobot kriteria teknikal dan finansial menjadi sama penting, maka alternatif yang terpilih menjadi Alternatif-8 (membangun fasilitas injeksi di kedua stasiun pengumpul dengan pipa koneksi dan sistem kontrol pompa berupa control valve).
DAFTAR PUSTAKA
Agha, S.R. (2011), "A Multi-Stakeholder Industrial Projects Selection: An Analytic Hierarchy Process and Zero-One-Goal Programming Approach", International Conference on Computers & Industrial Engineering, California.
Eshlaghy, A. T. dan Homayonfar, M. (2011), "MCDM Methodologies and Applications: A Literature Review from 1999 to 2009" Research Journal of Internatıonal Studıes , hal. 86-137.
Li, Y. (2007), "An Intelligent, Knowledge-based Multiple Criteria Decision Making Advisor for Systems Design", Ph.D Dissertation, Georgia Institute of Technology.
Saaty, T.L. (1988), Multicriteria Decision Making The Analytic Hierarchy Process, Eta Services, USA.
Swasti, H.K. dan Ciptomulyono, U. (2011), "Optimasi Multiobjektif Untuk Pemilihan Program Promosi Dengan Pendekatan Integrasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Linear Goal Programming (LGP) Penyelenggara Jasa Kursus Bahasa Perancis (Studi Kasus Centre Cultural et de Cooperation Linguistique (CCCL)", Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII, Program Studi MMT- ITS, Surabaya, hal. A-32-1 - 10.
Utomo, C. (2009), "Development of A Negotiation Support Model for Value Management in Construction", Ph.D Dissertation, Universiti Teknologi Petronas.