• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA JANUARI 2023 SKRIPSI RATU KALINYAMAT: KEBERDAYAAN PEREMPUAN NUSANTARA ABAD XVI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA JANUARI 2023 SKRIPSI RATU KALINYAMAT: KEBERDAYAAN PEREMPUAN NUSANTARA ABAD XVI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

RATU KALINYAMAT: KEBERDAYAAN PEREMPUAN NUSANTARA ABAD XVI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

ZIDAH ALFI RIZQILLAH NIM. U20184018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

JANUARI 2023

(2)

ii

RATU KALINYAMAT: KEBERDAYAAN PEREMPUAN NUSANTARA ABAD XVI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

ZIDAH ALFI RIZQILLAH NIM. U20184018

Disetujui Pembimbing

Muhammad Arif Mustaqim, S.Sos, M.Sosio NUP. 201603138

(3)

iii

RATU KALINYAMAT: KEBERDAYAAN PEREMPUAN NUSANTARA ABAD XVI

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Hari: Rabu Tanggal: 4 Januari 2023

Ketua Sekretaris

Dr. Akhiyat, S.Ag., M.Pd Mawardi Purbo Sanjoyo, M.A NIP. 197112172000031001 NIP. 199005282018011001

Anggota:

1. Dr. Win Usuluddin, M.Hum ( )

2. Muhammad Arif Mustaqim, S.Sos., M.Sosio ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Prof. Dr. M. Khusna Amal, S. Ag., M, Si NIP: 197212081998031001

(4)

iv

MOTTO











































“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha mengenal.”

(Q.S Al-Hujurat 49:13).1

1 Q.S. Al-Hujurat (49): 13.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya Ini Saya Persembahkan

Kepada almamater saya Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Universitas Islam Kiai Haji Achmad Siddiq

Jember, serta para akademisi dan praktisi sejarah di Indonesia.

(6)

vi

ABSTRAK

Zidah Alfi Rizqillah. 2022. Ratu Kalinyamat: Keberdayaan Perempuan Nusantara Abad XVI (1549-1579 M)

Perempuan kerapkali dikonstruksikan sebagai “konco wingking” yang mana pembagian perannya selalu berada di ruang domestik. Namun periode tertentu dalam sejarah seringkali menghadirkan perempuan sebagai aktor utamanya. Kehadiran Ratu Kalinyamat dalam panggung sejarah Nusantara membuktikan bahwa perempuan pada nyatanya mampu untuk mengambil peran dalam masyarakat yang seringkali hanya diisi oleh kaum laik-laki.

Fokus dalam penelitian ini ada dua yakni: (1) Apa peran kepemimpinan Ratu Kalinyamat dalam pemerintahan di Jepara abad XVI? (2) Bagaimana Ratu Kalinyamat menjadi representasi perempuan berdaya abad XVI?

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang biografi dari sosok Ratu Kalinyamat yang berkuasa dari tahun 1549 hingga 1579.

Juga untuk menjelaskan kehadiran Ratu Kalinyamat menjadi bentuk dari representasi perempuan berdaya pada abad XVI.

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah (wanita) dengan menggunakan prespektif gender. Sumber utama penelitian ini adalah arsip/dokumen para pelancong Portugis dan hasil penelitian tim penggiat sejarah Ratu Kalinyamat.

Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan analisis penelitian menggunakan metode interpretasi. Sedangkan teori yang digunakan untuk membantu melakukan analisis adalah teori milik Ann Oakley yakni teori nurture.

Mengacu pada diskursus gender mengenai pengaruh konstruksi sosial terhadap terciptanya atribut maskulin dan feminin, yang nantinya juga memengaruhi pembagian peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Ratu Kalinyamat merupakan puteri Sultan Trenggana, sekaligus cucu Raden Patah. Ratu Kalinyamat memiliki kepribadian yang tegas dan pemberani, terbukti ia mampu menyelesaikan kemelut yang terjadi di dalam internal Kerajaan Demak.

Diangkatnya menjadi ratu di Kerajaan Kalinyamat (Jepara) mampu membawa pada puncak kejayaan, hingga namanya diabadikan oleh pelancong Portugis.

Kata Kunci: Ratu Kalinyamat, Keberdayaan, Perempuan

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt, karena dengan limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nyalah, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Sebagai tanda rasa syukur penulis, semua pengalaman selama proses penulisan skripsi akan penulis jadikan sebagai refleksi atas diri penulis untuk kemudian akan penulis implementasikan dalam bentuk sikap dan perilaku konstruktif dan produktif untuk kebaikan dan perbaikan semua warga bangsa.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis sadari karena bantuan dan peran berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Prof. Dr. H.

Babun Suharto, SE., MM atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Sarjana.

2. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si dan seluruh jajaran Dekanat yang lain atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam pada Program Sarjana Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

3. Ketua Jurusan Studi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Dr. Win Usuluddin, M.Hum atas segala bimbingan serta arahan selama proses perkuliahan.

(8)

viii

4. Koordinator Program Studi Sejarah Peradaban Islam Dr. Akhiyat, S.Ag., M.Pd atas bimbingan, motivasi serta diskusi-diskusi yang menarik dan membangun selama proses perkuliahan.

5. Dosen Pembimbing Muhammad Arif Mustaqim, S.Sos., M.Sosio. yang selalu memberikan motivasi dan meyakinkan penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tanpa bimbingan, saran, bantuan, dan motivasi beliau penulisan skripsi ini tidak akan selesai.

6. Seluruh dosen di Program Studi Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang dengan sukarela mentransfer, membagi teori-teori dan ilmu-ilmu serta pengalamannya selama proses perkuliahan.

7. Seluruh pegawai dan karyawan di lingkungan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember atas informasi-informasi yang diberikan yang sangat membantu penulis mulai dari awal kuliah sampai bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kepada kedua orang tua saya atas jerih payah dan do‟anya selama ini.

Beliaulah yang selama ini telah membimbing, mendidik, dan mengajari saya untuk tetap sabar, bekerja keras serta mensyukuri setiap berkah yang didapat.

9. Keluarga besar Bani Abu Bakar dan Bani Cholil yang senantiasa memberikan dukungan serta saran agar menjadi pribadi yang lebih baik.

10. Teman-teman Program Studi Sejarah Peradaban Islam angkatan 2018, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(9)

ix

11. Para mutual di Twitter yang senantiasa membagikan meme dan video-video lucu sangat membantu dan menghibur penulis dikala sedih ataupun lelah.

Akhirnya semoga segala amal baik yang telah dilakukan mendapat balasan yang sebaik mungkin dari Allah SWT. Atas segala kekurangan serta kekhilafan yang ada, sepenuh hati penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Jember, 29 November 2022

Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Studi Terdahulu ... 7

G. Kerangka Konseptual ... 15

H. Metode Penelitian ... 18

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II SEJARAH KERAJAAN KALINYAMAT ... 22

A. Latar Belakang Historis ... 22

1. Demak Bintoro Berdiri ... 22

2. Kalinyamat Vasal Demak ... 25

(11)

xi

3. Peralihan dari Vasal ke Otonom ... 30

B. Masa Kejayaan Kerajaan Kalinyamat ... 32

C. Masa Kemunduran Kerajaan Kalinyamat ... 34

BAB III PERAN KEPEMIMPINAN KALINYAMAT ... 39

A. Genealogi Ratu Kalinyamat ... 39

B. Gaya Kepemimpinan ... 42

C. Kontribusi dan Peranan dalam Sejarah Nusantara ... 45

BAB IV RATU KALINYAMAT: REPRESENTASI PEREMPUAN BERDAYA ABAD XVI ... 54

A. Perempuan Jawa dan Belenggu Patriarki ... 54

B. Hadirnya Kembali Pemimpin Perempuan ... 57

1. Tapa Wuda dan Sumpah Ratu Kalinyamat... 57

2. Penobatan Menjadi Ratu ... 61

C. Ketokohan Ratu Kalinyamat ... 62

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ...

Lampiran

(12)

1 A. Konteks Penelitian

Perempuan dalam tradisi Jawa seringkali dikonstruksikan sebagai

“konco wingking”2 hal ini telah tercipta secara turun temurun dan dalam kurun waktu yang lama. Pembagian peran yang didapat oleh perempuan pun selalu berada di ruang domestik atau hanya sekadar menjadi teman bagi suaminya (laki-laki). Tradisi konco wingking menempatkan perempuan hanya pada urusan belakang, biasa disebut dengan 3M yakni macak (berdandan), masak, dan manak (melahirkan).3 Bahkan sosok perempuan yang kita kenal sebagai pejuang emansipasi wanita, R.A. Kartini pun tidak luput dari cengkraman budaya patriarkial ini. Meski surat-suratnya telah menginspirasi banyak perempuan hingga saat ini, namun pada hakikatnya ia tidak berhasil untuk mempertahankan idealismenya sendiri.

Perempuan pada periode tertentu dalam sejarah, selalu menghadirkan peristiwa yang menunjukkan bahwa mampu berperan menjadi aktor utamanya. Menilik kembali ke belakang, jauh sebelum Kartini lahir Kota Jepara telah memiliki sosok perempuan hebat yang pemikirannya telah melampaui zamannya. Perempuan tersebut adalah Ratu Kalinyamat yang

2 Konco Wingking dalam bahasa Jawa berarti teman di belakang. Merujuk pada peran perempuan yang selalu ditempatkan pada ruang domestik, dan fungsinya menemani laki-laki (suami).

3 M. Faiz Maulana, Konco Wingking dari Waktu ke Waktu, (Yogyakarta: Diva Pers, 2021), 1.

(13)

merupakan putri ketiga Sultan Trenggana dengan Ratu Pembayun.4 Kehadirannya saat itu menunjukkan situasi yang bertolak belakang dengan tradisi dan gambaran perempuan pada umumnya. Sosoknya mulai mencuat ke permukaan panggung sejarah sejak terjadinya konflik internal di dalam Kerajaan Demak. Bahkan ada yang menyebut jika popularitasnya melebihi sang kakak sekaligus raja ke-4 Demak, Sunan Prawata.5 Berkat kecerdasannya sejak masih muda, ia telah mendapat kepercayaan menjabat sebagai Adipati Jepara yang wilayahnya meliputi Jepara, Pati, Kudus, Rembang dan Blora.6

Jepara dalam catatan Tome Pires digambarkan sebagai suatu daerah yang memiliki teluk dan pelabuhan indah. Pelabuhan Jepara biasanya menjadi tempat berlabuh kapal-kapal besar yang berlalu lalang melalui jalur antara Jawa dan Maluku.7 Banyak para pedagang Islam yang berasal dari Arab, China dan India berdatangan ke Kota Jepara. Selain tujuan mereka untuk berdagang, juga dalam misi penyebaran agama Islam. Pada titik ini dapat ditegaskan bahwa Jepara memiliki andil yang besar terhadap penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Tentu saja kemajuan Jepara tidak dapat terlepas dari sosok pemimpin di dalamnya.

Perjalanan Ratu Kalinyamat hingga akhirnya menjadi pemimpin tidaklah mulus, karena telah melewati segala macam ujian dalam hidupnya.

4 Sri Wintala A., Melacak Gerakan Perlawanan dan Laku Spiritualitas Ratu Kalinyamat, (Yogyakarta: Araska, 2020), 43.

5 Sunan menjadi gelar yang lazim diperuntukkan bagi orang-orang di Jawa. Namun awal mula pemakaian gelar susuhunan, sunan, sinuhun dan kasunan belum dapat dipastikan. Gelar-gelar ini terdapat dari naskah-naskah yang tidak berasal dari kalangan Islam.

6 Bambang S., Ratu Kalinyamat Sejarah atau Mitos?, (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2019), i.

7 AB. Lapian, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara pada Abad ke-16 dan 17, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2008), 75.

(14)

Ketika masih muda, Ratu Kalinyamat telah dihadapkan dengan kemelut dalam Kerajaan Demak akibat perebutan tahta dan kekuasaan. Hingga pada peristiwa terbunuhnya Sunan Prawata di tangan Arya Penangsang yang menjadi pucak konflik di dalam keluarga kerajaan. Karena kematian sang kakak, Ratu Kalinyamat bersama suaminya Sultan Hadirin meminta pertanggung jawaban kepada Sunan Kudus selaku guru dan penasihat dari Arya Penangsang. Sunan Kudus menjelaskan jika pembunuhan tersebut merupakan hal yang wajar terjadi. Pembalasan dendam atas terbunuhnya Raden Kikin (Ayah Arya Penangsang) di tangan Surayata, atas suruhan Sunan Prawata. Namun ujian Ratu Kalinyamat tidak hanya sampai di situ saja, ketika ia dan suaminya kembali menuju Jepara mereka dihadang oleh pasukan Arya Penangsang dan berakibat kematian Sultan Hadiri di Desa Prambatan.8

Pergolakan batin yang dialami Ratu Kalinyamat mampu membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan pemberani. Pandangannya mengenai realita buruk yang ada di dalam Kerajaan Demak sebagai sesuatu yang harus dilawan. Perlawanan yang dilakukan Ratu Kalinyamat bukan dengan kekuatan fisik namun dengan pemberontakan nurani kewanitaannya, yang disimbolkan dengan tapa wuda sinjang rikma (bertapa telanjang dengan berbalutkan rambut).9 Dimana subtansi dari tapa brata yang dilakukan Ratu Kalinyamat adalah untuk mendapatkan keadilan dari Tuhan atas kematian Sultan Hadiri dan Sunan Prawata. Hingga pada akhirnya Arya Penangsang terbunuh dan Ratu Kalinyamat menghentikan pertapaannya.

8 Sri Wintala A., Melacak Gerakan Perlawanan, 57.

9 Sri Wintala A., Ratu Kalinyamat: Tapa Wuda Asinjang Rikma, (Yogyakarta: Araska, 2012), 7.

(15)

Pada tahun 1549 akhirnya Ratu Kalinyamat dinobatkan sebagai pemimpin Jepara menggantikan mendiang suaminya. Selama masa kepemimpinannya, Ratu Kalinyamat telah banyak menerapkan kebijakan dipelbagai sektor seperti ekonomi, politik hingga pertahanan. Tidak mengherankan jika namanya diabadikan dalam salah satu tulisan pelancong Portugis saat itu. Tulisan Diego de Cauto yang berjudul Da Asia menyebut Ratu Kalinyamat sebagai “Rainha de Japara Senhora Poderosa e rice, de Kranige Dame” (ratu Jepara seorang perempuan kaya dan mempunyai kekuasaan besar, seorang perempuan pemberani).10 Hal ini karena saat Ratu Kalinyamat memimpin, telah terjadi dua kali penyerangan terhadap Portugis yang kala itu berada di Malaka. Meskipun kedua serangannya mengalami kegagalan, namun Ratu Kalinyamat telah membuktikan sebagai sosok pemimpin perempuan yang gagah berani.

Sosok Ratu Kalinyamat yang tangguh dan pemberani serta pantang menyerah inilah yang menarik perhatian peneliti untuk membuat kajian lebih mendalam. Ratu Kalinyamat mampu bangkit dari segala keterpurukan yang menimpa, hingga pada akhirnya menjadi pemimpin besar. Peneliti melihat fenomena ini sebagai bukti bahwa pada abad XVI M telah ada perempuan Nusantara yang berdaya, yang sosoknya pantas disebut sebagai pahlawan bangsa. Dengan kata lain, pembahasan mengenai Ratu Kalinyamat sebagai perempuan berdaya dirasa perlu dikaji lebih dalam lagi guna menambah

10 Diego de Cauto, Da Asia (Lisboa: Na Regia Officina Typografica 1778), 252.

(16)

khazanah keilmuan, serta agar rekonstruksi sejarah tidak lagi bersifat androsentris.11

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang nantinya akan menjadi fokus penelitian, sebagai berikut:

1. Apa peran kepemimpinan Ratu Kalinyamat dalam pemerintahan di Jepara Abad XVI?

2. Bagaimana Ratu Kalinyamat menjadi representasi perempuan berdaya pada abad XVI?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk menuliskan ulang sejarah mengenai peranan dan kontribusi besar yang telah dilakukan oleh Ratu Kalinyamat.

Sekaligus memberikan kacamata baru untuk melihat Ratu Kalinyamat melalui sudut pandang yang berbeda, yakni sebagai representasi seorang perempuan Jawa yang berdaya dan mampu mendobrak tradisi yang telah ada. Dalam hal ini, batasan spasial yang digunakan oleh peneliti tentunya berada di Jepara.

Tempat yang menjadi wilayah kekuasaan Ratu Kalinyamat.

Seperti yang kita tahu sejarah selalu berkaitan dengan waktu (temporal), karena membahas mengenai peristiwa yang terjadi di masa

11 Sejarah yang bersifat androsentris merupakan sejarah yang berpusat pada kaum laki-laki. Lihat pada Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), 115.

(17)

lampau. Maka dalam hal ini peneliti menentukan batasan temporal agar fokus penelitian tidak menyebar. Dimulai pada tahun 1549 hingga 1579 M. Tahun 1549 M sebagai titik awal periodesasi karena pada tahun ini Ratu Kalinyamat diangkat menjadi pemimpin di Kerajaan Kalinyamat, menggantikan suaminya Sultan Hadiri yang telah gugur. Sedangkan tahun 1579 M adalah tahun meninggalnya Ratu Kalinyamat sekaligus akhir dari masa kepemimpinannya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan peran kepemimpinan Ratu Kalinyamat.

2. Untuk mendeskripsikan Ratu Kalinyamat sebagai representasi perempuan berdaya pada abad XVI.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah literatur dan khazanah keilmuan tentang sejarah Nusantara, khususnya pada pembahasan mengenai keberdayaan perempuan pada Abad XVI M yakni sosok Ratu Kalinyamat.

b. Memberikan dasar pengetahuan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk dijadikan bahan kajian, serta sumber rujukan bagi yang ingin meneliti lebih lanjut tentang sejarah Ratu Kalinyamat.

(18)

c. Menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

2. Manfaat Kritis a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengalaman secara langsung, dan pemahaman yang lebih mendalam terkait sejarah Ratu Kalinyamat.

b. Bagi Lembaga

Menambah wawasan dan khazanah keilmuan bagi khalayak pembaca karya ilmiah ini, khususnya kalangan akademik di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Shiddiq.

F. Studi Terdahulu

1. Penelitian yang ditulis Muhammad Nur, berjudul Conflict Resolution of Ratu Kalinyamat. Penelitian ini mengulas mengenai resolusi konflik yang dilakukan oleh ratu kalinyamat, pasca pergolakan internal di dalam Kerajaan Demak yang mengakibatkan terbunuhnya Sunan Prawat (kakak) dan Sultan Hadiri (suami). Ratu kalinyamat mengalah pada masalah dengan melakukan pertapaan di Gunung Danureja. Ketika masyarakat Jawa mendapat masalah yang tidak dapat diselesaikan, maka mereka akan menghindar dan pergi dari tempat (masalah). Ratu Kalinyamat yang ikhlas meninggalkan gemerlap kehidupan istana dan bertapa memohon keadilan pada Tuhan YME. Hingga pada akhirnya mendapat jawaban dengan terbunuhnya Arya Penangsang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis resolusi konflik modern terhadap konflik yang dialami

(19)

oleh Ratu Kalinyamat.12 Dalam resolusi konflik modern dijelaskan bahwa terdapat etika dalam mencari resolusi, seperti yang dilakukan Ratu Kalinyamat menghadap Sunan Kudus ketika meminta pertanggungjawaban (negosiasi). Setelah itu adalah menghindari masalah, dengam melakukan pertapaan. Terakhir adalah dengan melawan masalah, hal ini dilakukan Ratu Kalinyamat dengan membuat sayembara bagi siapapun yang berhasil membalaskan dendamnya kepada Arya Penangsang. Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada ruang lingkup penelitian. Sedangkan jenis, metode, dan fokus penelitian berbeda.

2. Penelitian karya Lailatul Qomariyah yang berjudul Peranan Kerajaan Kalinyamat dalam Pengembangan Islam Di Jepara. Skripsi ini berfokus pada pembahasan mengenai Islam di Jepara, mulai sejarah masuknya hingga lahirnya Kerajaan Kalinyamat. Islam mulai masuk di Jepara melalui perdagangan tahun 1470. Selain para pedagang, Walisongo juga memiliki peran yang penting dalam dakwah Islam. Pada awalnya tahun 1527 Kerajaan Kalinyamat hanya kerajaan kecil bagian dari Kerajaan Demak. Namun selain konflik internal dan terbunuhnya Sunan Prawata, Ratu Kalinyamat mendeklarasikan Kerajaan Kalinyamat yang otonom.

Sebelum ia dilantik menjadi ratu, ia melakukan pertapaan demi mendapat keadilan atas Arya Penangsang. Kehadiran Masjid Mantingan menjadi bukri bahwa Kerajaan Kalinyamat berperan dalam pengembangan agama

12 Muhammad Nur, Conflict Resolution of Ratu Kalinyamat, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2014), 6.

(20)

Islam.13 Selain itu kesenian juga menjadi strategi dalam mengembangkan Islam di Jepara, dapat dilihat dari ukiran-ukiran yang ada di Masjid Mantingan. Ruang lingkup dan metode penelitian menjadi kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan landasan teori.

3. Penelitian yang berjudul Strategi Kepemimpinan Ratu Kalinyamat di Jepara Jawa Tengah Tahun 1549-1579 M, ditulis oleh Eni Juwariyah.

Skripsi ini berfokus pada strategi yang dilakukan oleh ratu kalinyamat dalam memimpin Jepara. Tahap pertama yang dilakukan adalah mempersatukan keluaraga dan menstabilkan wilayah Jepara. Kedua, mengembangkan jaringan kekuasaan melalui komunikasi. Ketiga, penentuan jabatan berdasarkan kepercayaan. Terakhir adalah dengan memaksimalkan potensi melalui sikap percaya diri dan pantang menyerah.

Adapun persamaan yang terdapat dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode penelitian (metode historis). Sedangkan fokus penelitian dan landasan teori berbeda. Pada penelitian ini berfokus pada strategi yang dilakukan Ratu Kalinyamat dalam pelbagai bidang meliputi politik, ekonomi, seni budaya, dan pendidikan keagamaan. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan perilaku sosio-politik dengan konsep perilaku untuk memahami sikap dan tindakan Ratu Kalinyamat.14

13 Lailatul Qomariyah, Peranan Kerajaan Kalinyamat dalam Pengembangan Islam di Jepara, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2016), 70.

14 Eni Juwariyah, Strategi Kepemimpinan Ratu Kalinyamat di Jepara Jawa Tengah Tahun 1549- 1579 M, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017), 7.

(21)

4. Penelitian yang berjudul Ratu Kalinyamat: Ratu Jepara yang Pemberani ditulis oleh Chusnul Hayati. Fokus penelitian ini membahas mengenai riwayat hidup Ratu Kalinyamat hingga perannya bagi Kota Jepara, meliputi bidang ekonomi, politik dan hubungan internasional. Di bawah pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara semakin berkembang sebagai bandar perdagangan dan pelayaran. Popularitasnya sebagai kepala pemerintahan tidak hanya dikenal di kawasan Nusantara bagian barat saja, namun timur seperti Maluku, karena keberaniannya melawan kekuatan asing (Portugis).15 Tidak berlebihan jika Ratu Kalinyamat disebut sebagai tokoh pemimpin keluarga Kerajaan Demak dan kepala pemerintahan yang tekuat dari dinasti. Hanya Jeparalah yang mampu mempertahankan eksistensi dan peranan Demak sebagai kerajaan yang bercorak maritim di pantai utara Jawa pada abad ke 16. Aktivitas dan peranan Ratu Kalinyamat memberikan suatu bukti bahwa tidaklah benar jika wanita (bangsawan) Jawa sangat dibelenggu oleh kungkungan foedalisme. Dalam hal ini persamaan yang terdapat dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada objek penelitiannya.

5. Penelitian yang ditulis Nur Said berjudul Spritiualisme Ratu Kalinyamat:

Kontroversi Tapa Wuda Sinjang Rambut Kanjeng Ratu di Jepara Jawa Tengah. Penelitian ini menguraikan posisi ratu kalinyamat di tengah jejak Kerajaan Demak hingga kekuasaan Jepara.16 Laku spiritual yang dilakukan

15 Chusnul Hayati, “Ratu Kalinyamat: Ratu Jepara yang Pemberani”, dalam http://eprints.undip.ac.id/3238/ (2010), 13.

16 Nur Said, “Spiritualisme Ratu Kalinyamat: Kontroversi Tapa Wuda Sinjang Rambut Kanjeng Ratu di Jepara Jawa Tengah”, dalam el-Harakah, Vol. 15, No. 2 (2014), 107.

(22)

oleh Ratu Kalinyamat, yakni tapa wuda sinjang rambut telah melahirkan multi-makna spirtitual di masyarakat. Meskipun sebagian memaknai sebagai gairah seksual, namun kalangan sufistik memiliki pandangan yang berbeda. Mereka memaknainya sebagai perilaku simbolik yang bermakna meninggalkan segala macam kekuasaan duniawi, baik material dan jabatan. Telanjang di sini diartikan sebagai bentuk pengosongan diri yang kemudian diisi dengan pertaubatan dan bertaqarub kepada Allah SWT.

Spiritualisme yang dilakukan ratu kalinyamat telah menentang tradisi Jawa pada umumnya yang patriarkial. Adapun perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada fokus penelitian dan landasan teori yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teori society as sacred (dimensi spiritual yang sakral) milik Emile Durkheim. Sedangkan yang menjadi persamaan adalah metode yang digunakan (penelitian historis).

6. Penelitian yang ditulis oleh Anas Sofiana, berjudul Ratu Kalinyamat Penguasa Wanita Jepara 1549-1579. Dalam penelitian ini menyoroti tentang bagaimana wanita mampu berperan dalam pemerintahan dan perpolitikan. Di mana hal ini telah terjadi sejak zaman Hindu Budha hingga Islam, khusunya kehadiran Ratu Kalinyamat sebagai wanita yang mampu menjadi penguasa Jepara pada abad ke 16 M.17 Penelitian ini memiliki fokus mengenai (1) latar belakang Ratu Kalinyamat menjadi pemimpin Jepara, (2) bagaimana Ratu Kalinyamat membangun Jepara pasca runtuhnya Demak, dan (3) kondisi Jepara di bawah kekuasaan Ratu

17 Anas Sofiana, “Ratu Kalinyamat Penguasa Wanita Jepara Tahun 2549-1579”, dalam AVATARA, Vol. 5, No. 3 (2017), 1068.

(23)

Kalinyamat. Ratu Kalinyamat merupakan anak Sultan Trenggana yang berhasil mengatasi konflik internal dalam Kerajaan Demak. Dikarenakan genealoginya yang kuat, Ratu Kalinyamat dinobatkan menjadi pemimpin Jepara. Ratu Kalinyamat memiliki sikap yang tegas dan pemberani dalam mengambil keputusan, dan berhasil memulihkan Jepara dengan menerapkan sistem commenda dalam perdangan laut. Selain itu, berkat Ratu Kalinyamat Jepara memiliki pelabuhan yang ramai dan armada laut yang kuat. Maka tidak mengherankan ketika Ratu Kalinyamat mampu melakukan serangan kepada Portugis di Malaka sebanyak dua kali. Karena pemerintahannya yang bercorak Islam, Ratu Kalinyamat membangun sebuah Masjid yang dinamai Masjid Mantingan. Adapun perasamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah objek dan pengunaan metode penelitian, sedangkan landasan teori yang digunakan berbeda.

7. Penelitian yang berjudul Kekuatan Tokoh Perempuan dalam Novel Ratu Kalinyamat Karya Murtadho Hadi, ditulis oleh Sugiarti dan Hidayah.

Penelitian ini mengulas tentang kekuasaan tokoh ratu kalinyamat melalui pengambaran sang pengarang. Sebagai seorang perempuan, ratu kalinyamat mampu menunjukkan kekuatannya di tengah budaya Jawa yang serat akan dominasi peran laki-laki atau biasa disebut dengan budaya patriarki.18 Pada novel ini, selain sejarah Kerajaan Demak, Jepara hingga Mataram, juga mengangkat tentang sosok ratu kalinyamat. Ia digambarkan sebagai sosok perempuan yang memiliki kekuatan, baik fisik maupun

18 Sugiarti & Hidayah, “Kekuatan Tokoh Perempuan dalam Novel Ratu Kalinyamat Karya Murtadho Hadi”, dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol. 19, No. 1 (2019), 20.

(24)

nonfisik. Nonfisik di sini adalah kekuatan untuk memendam ego dan kekuatan menjadi pemimpin pasca kematian sang kakak dan suami. Hal ini membuktikan bahwa sejak zaman dahulu telah ada perempuan yang mampu mendobrak tatanan kerajaan, yang selama ini merugikan kaum perempuan. Terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni fokus pembahasan yang melihat dari sudut pandang gender (isu patriarki) dalam masyarakat Jawa. Sedangkan jenis penelitian dan landasan teori yang digunakan berbeda.

8. Penelitian yang ditulis Suyekti K. Rejeki, berjudul Peranan Ratu Kalinyamat dalam Perkembangan Kota Jepara. Pada penelitian ini, pembahasan berfokus pada peranan ratu kalinyamat yang tidak dapat terpisahkan dengan perkembangan Kota Jepara. Keberhasilannya memimpin dapat dilihat dari luas wilayah kekuasaannya yang mencapai daerah Banten dan utara Jawa Barat, hal ini dipaparkan dalam naskah Banten dan Cirebon.19 Ratu Kalinyamat berhasil memulihkan kembali perdagangan di Jepara dengan mengutamakan konsolidasi ekonomi. Di bidang keagamaan, Ratu Kalinyamat juga memiliki peran penting dalam proses penyebaran agama Islam yang dipadukan melalui seni budaya.

Peggunaan metode dan ruang lingkup penelitian menjadi persamaan, namun dalam fokus penelitian berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan.

19 Suyekti K. Rejeki, “Peranan Ratu Kalinyamat dalam Perkembangan Kota Jepara”, dalam Sosio e-Kons, Vol. 11, No. 2 (2019), 178.

(25)

9. Penelitian yang berjudul Ratu Kalinyamat: Sulthanah Pertama “de Kranige Dame’ di Jawa dan Strategi-Strategi Kekuasaannya, ditulis oleh Imas Emilia. Artikel ini membahas mengenai sosok ratu kalinyamat dan strategi yang dilakukannya sehingga mampu menjadikan Jepara sebagai poros maritime pada abad ke-16. Sebagai seorang Sulthanah, Ratu Kalinyamat berhasil mengoptimalkan diri menjadi penguasa Kerajaan Maritim di Jawa. Bahkan sosoknya mampu menjadi figur seorang pemimpin yang baik. Meskipun mengalami kegagalan dalam melawan Portugis, Ratu Kalinyamat telah menunjukkan dirinya sebagai pemimpin perempuan yang berani dalam menghadapi permasalahan negara.20 Ia juga telah menginspirasi wanita-wanita Indonesia untuk terus mengoptimalkan kemampuan dalam beraktifitas. Ratu kalinyamat telah berjuang dalam mempertahankan kedaulatan negara, membela rakyat dengan memainkan peran dipelbagai sektor seperti ekonomi, politik dan militer.

10. Penelitian yang berjudul Giving Room for Those Who are Forgotten:

Reading The Figure of Queen Kalinyamat and Dewi Rengganis In Indonesia Novels, ditulis oleh Wiyatmi dalam jurnal Litera. Penelitian ini merupakan sebuah kajian terhadap novel yang di dalamnya adalah tokoh- tokoh perempuan, yakni Ratu Kalinyamat dan Dewi Rengganis (cantik itu luka). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempresentasikan peran kedua tokoh dalam masyarakat. Kajian terhadap kedua novel tersebut dapat

20 Imas Emilia, Ratu Kalinyamat: Sulthanah Pertama “de Kranige Dame” di Jawa dan Strategi- Strategi Kekuasaannya, Artikel Disajikan Dalam Seminar Nasional dan FGD Nasional

“Menghidupkan Kembali Gagasan Ratu Kalinyamat Sebagai Pahlawan Nasional” 13 April 2019 di Hotel Santika

(26)

disimpulkan bahwa para karakter perempuan itu telah menjadi subjek yang tidak hanya memiliki kekuasaan atas otonomi mereka sendiri, namun juga menggunakan kekuatan yang mereka miliki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulisan novel dapat dipahami sebagai upaya untuk menafsirkan dan mendekonstruksikan peran dan posisi sosok perempuan, terutama Ratu Kalinyamat, Dewi Rengganis dan Dayang Sumbi. Ketiga tokoh tersebut yang mana cenderung terlupakan dalam wacana sejarah yang didominasi oleh kekuatan patriarki. Penelitian terdahulu ini menggunakan metode deskriptif kualitatif21 dan memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan.

G. Kerangka Konseptual 1. Teori Gender

Dikarenakan pembahasan berfokus pada sosok Ratu Kalinyamat sebagai representasi perempuan berdaya pada Abad XVI M, maka peneliti menggunakan pendekatan gender. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kuntowijoyo, sejak 1985 pasca Konferensi PBB ketiga di Nairobi dan Konferensi PBB keempat di Beijing, mulailah muncul istilah baru yakni gender. Hal ini rupanya menambah satu lagi perespektif dalam penelitian sejarah, muncul prespektif gender dalam topik sejarah wanita.22

21 Wiyatmi, “Giving Room From Those Who are Forgotten: Reading The Figure of Queen Kalinyamat and Dewi Rengganis in Indonesia Novels”, dalam Litera, Vol. 20, No. 2 (2021), 289.

22 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, Ed. II, 2003), 128-129.

(27)

Kata gender yang telah diketahui hari ini berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Maka tidak heran jika gender seringkali dianggap sama dengan sex, namun sebenarnya kedua hal ini berbeda.

Secara terminologi gender didefinisikan sebagai pembedaan antara laki- laki (maskulin) dan perempuan (feminim) yang dilihat dari konstruksi budaya.23 Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan klasifikasi manusia yang didasarkan pada pendefinisian dari ciri-ciri fisik biologis dan yang bersifat sosial budaya24 kemudian Ann Oakley merupakan orang yang berjasa dalam mengembangkan istilah ini. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang meliputi perbedaan organ (seks) dan juga hormon tidak menjadi perdebatan, namun persoalan „apakah dari perbedaan tersebut memiliki pengaruh dalam pembentukan sifat?‟ hal ini yang belum menemukan titik temu. Alhasil dari perbedaan tersebut kemudian memunculkan konsep nature dan nurture.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori nurture yang dikemukakan oleh Ann Oakley. Nurture hadir sebagai sanggahan atas teori nature (yang menyatakan bahwa perbedaan sifat antar gender tidak lepas atau bahkan ditentukan oleh perbedaan biologis (sex). Secara sederhananya menurut teori nature perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu bersifat kodrati (alami). Sedangkan Oakley berpandangan bahwa gender merupakan perbedaan perilaku (behavioral differences)

23 Elaine Showalter, Speaking of Gender, (New York&London: Routledge, 1989), 3.

24 Syaribulan & Nurdin, “Geneologi Gender pada Perempuan Pembuat Ikan Kering”, dalam Equilibrum, Vol. 3, No. 1 (2015) 98.

(28)

antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial. Nurture secara etimologi berarti pemeliharaan, perawatan dan akumulasi dari faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi kebiasaan. Dalam kajian gender, nurture diartikan sebagai teori yang menyatakan bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminis ditentukan oleh konstruk sosial dan pengaruh faktor budaya, bukan bologis.25 Disebut nurture adalah karena dipengaruhi oleh faktor sosial budaya sehingga pada akhirnya menciptakan atribut dan streotip gender, yang terjadi berulang dan turun temurun. Perbedaan konstruk sosial di dalam masyarakatlah yang membentuk relativitas tolak ukur atribut maskulin dan feminism antar budaya.

Alasan penggunaan teori nurture adalah karena berdasarkan fakta yang didapatkan, bahwa kehadiran Ratu Kalinyamat dalam sejarah Nusantara menyatakan argumen bahwa perempuan mampu memainkan peran penting dalam pemerintahan. Seperti yang kita ketahui di mana posisi ini biasanya didominasi oleh kaum laki-laki. Menilik kembali pada tradisi Jawa, perempuan seringkali dianggap sebagai “konco wingking”

yang selalu ditempatkan di ruang domestik. Sedangkan Ratu Kalinyamat mampu mempresentasikan dirinya sebagai perempuan yang tidak dibatasi oleh tradisi. Hal ini selaras dengan pendapat dari teori nurture bahwa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh konstruksi sosial budaya di masyarakat, bukan faktor biologis semata.

25 Ricard A. Lippa, Gender, Nature and Nurture, (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc.

Ed. II, 2005) 187-188

(29)

H. Metode Penelitian

1. Pemilihan topik pembahasan

Tahap pertama peneliti melakukan pemilihan tema dan topik penelitian. Skripsi yang berjudul “Ratu Kalinyamat: Keberdayaan Perempuan Nusantara Abad XVI” merupakan kajian sejarah wanita. Topik ini dipilih karena peneliti tertarik unruk membahas mengenai sejarah Ratu Kalinyamat dengan memakai prespektif gender untuk menyoroti peran perempuan dalam sejarah Nusantara sekaligus menjadi distingsi dari penelitian sebelumnya. Alasan pemilihan objek (Ratu Kalinyamat) sendiri adalah karena cukup banyak masyarakat yang belum atau bahkan tidak mengetahui bahwa Jepara tidak hanya memiliki Kartini sebagai tokoh utamanya. Namun terdapat Ratu Kalinyamat sosok perempuan hebat pada masanya, yang berperan penting dalam poros maritim Nusantara.

2. Heuristik (Pengumpulan Data)

Heuristik merupakan proses pengumpulan sumber-sumber sejarah.

Dalam hal ini peneliti membaginya menjadi 2 jenis sumber, yakni:

a. Sumber Primer

Sumber primer yakni sumber-sumber sezaman dengan pelaku sejarah, dapat berupa sumber lisan ataupun tertulis. Di sini peneliti menggunakan sumber tertulis (arsip) yang ada ketika masa Ratu Kalinyamat memerintah Jepara. Setidaknya terdapat 3 sumber sejarah, di mana semuanya merupakan catatan pelancong Portugis, yakni:

1. “Peregrinacao” karya Fernao Mendes Pinto (1614);

(30)

2. “Da Asia” karya Diego de Couto (1778-1788); dan

3. “The Suma Oriental of Oriental of Tome Pires” karya Armando Cortesao (1967).

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang digunakan peneliti merupakan sumber-sumber pendukung (tidak sezaman) dan berjenis sumber tertulis, seperti buku, jurnal dan artikel yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber merupakan tahap kedua dalam penelitian sejarah. Fungsi dilakukannya kritik sumber adalah guna memverifikasi data agar memperoleh keaslian sumber. Dalam hal ini verifikasi terbagi menjadi 2 macam: kritik ekstern dan kritik intern26

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern dilakukan untuk menguji keabsahan (autentikasi) sumber yang diperoleh. Apabila sumber berupa sumber tertulis maka dilakukan dengan menguji jenis kertas, tinta, bahasa yang digunakan hingga kalimatnya.

b. Kritik Intern

Kritik intern dilakukan untuk menguji kredibilitas dan reabilitas sumber-sumber yang diperoleh. Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan crosscheck dengan memandingkan sumber satu

26 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, 77.

(31)

dengan yang lain, serta mencari tahu tentang seluk beluk sumber yang didapatkan oleh peneliti.

4. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan analisis sejarah. Penafsiran terhadap data dilakukan dengan 2 cara, yakni: analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan) data yang bersangkutan.

Berdasarkan hal ini peneliti melakukan analisis dengan memahami sumber yang telah diperoleh untuk melakukan penyatuan data terkait dengan pokok permasalahan. Untuk menganalisa mengenai keberdayaan Ratu Kalinyamat, peneliti menggunakan pendekatan sejarah gender. Dipadukan dengan konsep keberdayaan dan perempuan, serta menggunakan prespektif teori gender (nurture).

5. Historiografi

Tahap ini peneliti memaparkan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan dalam suatu karya tulis. Dalam hal ini peneliti merekonstruksikan masa lampau dengan menjelaskan apa yang telah ditermukan dalam proses penelitian, disertai dengan bukti-bukti argumentatif dan fakta yang akurat. Pada tahap historiografi peneliti menekankan aspek multidimensional sehingga mampu memberikan analisa secara mendalam.

(32)

I. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang masalah; fokus penelitian; ruang lingkup penelitian; tujuan penelitian; manfaat penelitian; studi terdahulu; kerangka konseptual; metode penelitian; dan sistematika pembahasan.

BAB II SEJARAH KERAJAAN KALINYAMAT: Dalam bab kedua, peneliti menjelaskan tentang sejarah Kerajaan Kalinyamat yang meliputi pembahasan 1) Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalinyamat; 2) Masa Kejayaan Kerajaan Kalinyamat; dan 3) Masa kemunduran Kerajaan Kalinyamat.

BAB III BIOGRAFI RATU KALINYAMAT: Dalam bab ketiga, peneliti mendeskripsikan biografi dari Ratu Kalinyamat yang menyangkut mengenai 1) Genealogi Sang Ratu; 2) Gaya Kepemimpinan; dan 3) Peranan dalam Sejarah Nusantara.

BAB IV RATU KALINYAMAT: REPRESENTASI PEREMPUAN BERDAYA ABAD XVI: Dalam bab keempat, peneliti mendeskripsikan bagaimana hadirnya Ratu Kalinyamat mampu menjadi representasi perempuan berdaya. Adapun pembahasannya meliputi 1) Perempuan Jawa dan Belenggu Patriarki; 2) Hadirnya Kembali Pemimpin Perempuan; dan 3) Kehadiran Ratu Kalinyamat dalam Prespektif Ann Oakley.

BAB V PENUTUP: Dalam bab terakhir berisi suatu kesimpulan dari pelbagai persoalan yang menjadi rumusan masalah. Dan juga beberapa saran dari peneliti bagi pembaca atau peneliti-peneliti selanjutnya.

(33)

22 A. Latar Belakang Historis

1. Demak Bintoro Berdiri

Pasca kemangkatan patih amengku bumi Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan sedikit demi sedikit. Masa-masa kegemilangannya perlahan pudar, karena sang raja Hayam Wuruk yakin bahwa tidak seorang pun yang mampu menggantikan kedudukan Gajah Mada dalam pelbagai aspek. Tahun 1389 Prabu Hayam Wuruk mangkat dan Kerajaan Majapahit semakin mengalami kemunduran, serta terjadi sengketa di dalam internal kerajaan. Akibatnya wilayah Majapahit terbagi menjadi 2 bagian, sebelah Timur dipimpin oleh Bhre Wirabhumi putera yang lahir dari selir prabu Hayam Wuruk namun ingin menjadi nomor satu dan menduduki takhta. Sedangkan bagian Barat diperintah oleh Wikramawadhana, suami Kusumawardhani dan menantu sang prabu.

Namun sengketa tersebut menimbulkan perpecahan dan melahirkan perang antara bagian timur dan barat yang dikenal Paregreg (1404-1406).27 Apabila ditinjau dari segi politik dan ekonomi perang Paregreg membawa kehancuran Majapahit. Kekuasaan0Majapahit telah0terpecah, dan pecahan itu saling0berhantaman, meremuk kewibawaan Majapahit di daerah jajahan ataupun pusat.

27 M. Chawari, “Pengaruh Islam Sebagai Salah Satu Penyebab Mundurnya Kerajaan Majapahit”, Berkala Arkeologi, Vol. 13, No. 2 (1993), 19.

(34)

Raja Wikramawardhana menikahi putri China dan sejak pemerintahannya kerjasama antara Majapahit dan Tiongkok secara resmi berlangsung. Pernikahan dengan putri China terlihat sepele (bentuk hubungan kerja sama pada umumnya), namun pada hakikatnya pernikahan tersebut menghasilkan bibit yang nantinya akan merongrong Kerajaan Majapahit. Pembentukan masyarakat Islam Tionghoa yang kemudian berkembang dan berubah menjadi masyarakat Islam Jawa terutama di kota-kota pelabuhan, hakikatnya merupakan legalisasi dualisme dalam kehidupan keagamaan. Raja Majapahit mengizinkan masuknya agama Islam dalam masyarakat Hindu-Jawa, yang artinya dengan masuknya Islam tentu saja akan menimbulkan ketegangan dalam kehidupan masyarakat Hindu-Jawa. Hal ini tentu saja akan melemahkan kekuasaan raja karena pertentangan agama juga terjadi diantara orang Majapahit sendiri. Inilah yang diinginkan oleh masyarakat Tionghoa, meruntuhkan negara nasional Hindu-Jawa dan menggantinya dengan negara Islam yang dipimpin orang Tionghoa/peranakan. Inilah yang menjadi tujuan sebenarnya dari pembangunan masyarakat Islam Tionghoa yang kemudia diputar ke arah pembentukan masayarakat Islam Jawa di kota-kota pelabuhan.

Justru orang Tionghoa peranakan yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan raja Majapahit, disanjung untuk dijadikan alat melumpuhkan Kerajaan Majapahit. Dalam hal ini, Jin Bun alias Raden Patah memegang peranan penting. Pada0tahun 1478 Bong0Swi0Hoo alias

(35)

Sunan Ampel0wafat. Sunan Ampel selalu menasehati Raden Patah agar tidak sekali-kali menggunakan kekerasan terhadap raja Majapahit, karena raja Majapahit tidak pernah sekalipun menganggu persebaran agama Islam. Namun, alih-alih melawat ke Ngampel, Raden Patah justru melakukan penyerangan ke dalam keraton Majapahit secara mendadak.

Raja Majapahit yang sama sekali tidak menduga bahwa akan ada serangan serta tidak adanya persiapan apapun membuat Majapahit menyerah tanpa perlawanan ketika Raden Patah berhasil menawan Raja Kertabhumi.

Kota0Majapahit0tidak mengalami kerusakan apapun seolah tidak pernah terjadi penyerbuan. Kerajaan Majapahit yang telah retak dari dalam, rapuh ekonomi dan budi pekertinya, telah hilang semangatnya, secara mendadak diserang dan mendapat tekanan dari luar tidak sanggup memberi perlawanan. Setelah berdiri kurang lebih 184 tahun berhasil ditakklukkan oleh seorang pemuda tanpa perlawanan ataupun pertumpahan darah. Raja Kertabhumi menjadi tawanan di Demak namun tetap diperlakukan dengan hormat mengingat ia merupakan ayah Raden Patah, kemudian Girindawardhana (menantu Kertabhumi) diangkat menjadi raja bawahan Demak. Sebagai daerah bawahan Demak, Majapahit bertahan selama 49 tahun sebelum akhirnya diserang oleh tentara Demak karena melakukan kerjasama dengan Portugis pada tahun 1527.28

28 Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, (Yogyakarta: LkiS, 2013), 191-192.

(36)

2. Kalinyamat Vasal Demak

Keruntuhan Majapahit menjadi faktor pendorong daerah-daerah0di pantai0utara0Jawa0Tengah menjadi negara yang merdeka. Selain karena faktor politik yang terjadi dalam internal kerajaan, keruntuhan Majapahit tidak dapat dilepaskan dari proses islamisasi. Adanya peranan agama Islam mendorong0terjadinya proses penaklukkan Kerajaan Majapahit oleh Kerajaan Demak. Keruntuhan Majapahit dipandang sebagai akhir periode Hindu-Budha dalam sejarah Nusantara, dan awal dari berkembangnya kerajaan Islam di Jawa. Disintegrasi kerajaan jajahan mengakibatkan suatu pengulangan0kekuasaan yang kemudian mengalami proses integrasi di bawah kekuasaan yang baru. Setelah keruntuhan Majapahit, maka berdirilah Tuban,0Gresik,0Panarukan,0Demak,0Pati,0Juwana,0Jepara, dan Kudus. DemakOkemudianOberhasilOmengkonsolidasikan kekuasaannya sepanjang pantai Jawa dari wilayah Banten hingga Gresik.29

Demak muncul pada pertengahan akhir abad ke XV letaknya berada di pedalaman daerah yang subur, namun sebelah utara Demak terbentang daerah rawa yang luas dan seringkali dilanda banjir. Demak menjadi kerajaan0Islam0pertama yang berada di pulau Jawa atau yang ketiga di Nusantara. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah yang merupakan anak dari Prabhu Brawijaya V (Prabhu Brawijaya Kertabumi)

29 Chusnul Hayati, dkk., Peranan Ratu Kalinyamat di Jepara pada Abad XVI, (Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, 2000), 3.

(37)

dari seorang istri keturunan China yang beragama Islam. Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak pada 1478 M.30

Pada awal abad ke XVI Demak merupakan kerajaan Islam terkuat yang memegang hegemoni di antara kota-kota pantai utara Jawa. Meski secara praktis kota-kota itu masih tetap berdiri sendiri. Menurut Tome Pires, pada waktu0Demak di0bawah kekuasaan Raden Patah daerah pantai utara Jawa Barat terutama Cirebon telah berada di bawah kekuasannya.

Raden Patah pintar dalam menarik hati para penghuni baru dan memperluas wilayahnya. Pati Unus kemudian menggantikan Raden Patah pada tahun 1507 M dalam memimpin Demak. Pati Unus berambisi besar untuk menjadi raja yang berkuasa, maka0selama 5 tahun masa pemerintahannya Pati UnusOberusahaOmelengkapi aramada laut dengan bantuan dari Palembang. Armada ini0terdiri0atas kurang lebih seratus buah kapal, dengan berat kapal yang paling kecil tidak0kurang dari dua ratus ton. Hal ini tentunya menjadi sebuah0perlengkapan0armada0yang paling0besar.31

Selain sebagai pusat kekuasaan sekaligus pusat penyebaran agama Islam, Demak juga memegangOperanan penting dalam bidang perdagangan. Bahan pangan merupakan komoditi perdagangan yang dijalankan dengan Malaka, seperti beras. Namun ketika Malaka dikuasai Portugis tahun 1511 M, membuat hubungan keduanya mulai terganggu.

BagiODemak, Malaka merupakan pasar berasOdanOrempah-rempah.

30 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), 64.

31 Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires and The Book of Fransisco Rodrigues, (Acta Universitatis Conimbrigensis, 1994), 187-188.

(38)

Karenanya keberadaan Portugis di Malaka0sangat0mengganggu0aktivitas perdagangan dan pelayaran para pedagang muslim, termasuk Demak.

Terlebih lagi karena0ekspansi Portugis selain didorong0motivasi untuk ekonomis komersial juga didorong oleh0misi0religius yakni meneruskan Perang Salib untuk melawan orang-orang0Islam.

Berawal dari kondisi inilah yang mendorong Pati Unus untuk melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Cerita tentang keberaniannya diabadikan dalam tulisan pelancong Portugis dalam buku Da Asia (1553). Kendati penyerangannya mengalami kekalahan telak, namun Pati Unus tetap merasa bangga dan meletakkanOkapal-kapal perangnya di Jepara dengan maksud0agar dapat menunjukkan kebanggaan terhadap kapal tersebut. Pati Unus merasa bahwa dirinya telah banyak mendapatkan kemuliaan. Pati Unus memerintah hingga tahun 1521 dan meninggal pada usia yang masih0muda. Karena tidak memiliki keturunan, setelah kemangkatan Pati Unus, Demak mengalami pergolakan akibat perebutan tahta kekuasaan.

Perebutan kekuasaan yang terjadi antar keluarga kerajaan menyangkut Pangeran Sekar Seda Lepen (Raden Kikin) dengan Pangeran Trenggana. Jika dilihat dari segi usia, Raden Kikin lebihOtua sehingga merasa lebih pantas menjadi penerus. Di sisi lain, Pangeran Trenggana merasa lebih berhak karena dirinya lahir dari permaisuri sedangkan Raden Kikin dari selir Raden Patah. Hal ini selaras dengan adat kerajaan yang mengharuskan pewaris merupakan putra yang lahir dari permaisuri.

(39)

Kematian Raden Kikin menjadi sebuah simpulan, karena tidak adanya lagi pesaing kuat maka Pangeran Trenggana dinobatkan menjadi raja Demak pada tahun 1521 M dan bergelar sultan untuk pertama kalinya.

Pada masa pemerintahannya, Demak mangalami ekspansi wilayah kekuasaan, seperti keberhasilan dalam menundukkan Sunda Kelapa, Pajajaran dan Pasundan (1528-1540). Juga beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Tuban0(1527), Madiun (1529),)0Blora (1530) dan Surabaya (1531). Selain itu Sultan Trenggana juga berhasil menakklukkan Majapahit di Daha pada tahun 1527 yang mendapat dukungan dari Portugis. Menurut catatan sejarah yang ditemukan, Kerajaan Kalinyamat berdiri bersamaan dengan penakklukkan Majapahit oleh Sultan Trenggana (1527).

Kota pelabuhan Jepara yang dianggap aman sebagai tempat berlindungnya kapal-kapal, sehingga membuat Jepara juga berfungsi sebagai pusat perdagangan dan pelayaran Kerajaan Demak.32 Ketika masa pemerintahan Sultan Trenggana, dalam sumber Portugis disebutkan bahwa sebelum Demak melakukan ekspedisi militer terhadap Pasuruhan, Sultan Trenggana mengutus Ratu Kalinyamat untuk pergi ke Banten. Atas nama Sultan Demak, Ratu Kalinyamat menjemput dan memerintahkan Bupati Banten yang juga merupakan vasal Kerajaan Demak, agar ikut bergabung dengan armada Demak. Menurut laporan Mendez Pinto pada saat itu pelabuhan Jepara telah menyiapkan sekitar seribu tujuh ratus kapal perang

32 Agustinus Supriyono, “Tinjauan Historis Jepara Sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan”, dalam Jurnal Paramita, Vol. 23, No. 1 (2013), 31.

(40)

dengan delapan ratus ribu prajurit, di samping pasukan tambahan dari Banten yang terdiri dari empat puluh kapal perang dan tujuh ribu prajurit.

Berdasarkan catatan sejarah mengenai persiapan Sultan Trenggana dalam ekspedisi penaklukkan Pasuruhan, terdapat dua hal penting.

Pertama, selain menjadi pelabuhan dagang, pelabuhan Jepara juga merupakan pangkalan militer yang jauh lebih besar dibanding pelabuhan di Demak. Jumlah armada perang yang sangat besar menunjukkan bahwa pelabahan Jepara telah diberi fasilitas yang maju sebagai pelabuhan militer. Kedua, Ratu Kalinyamat saat itu merupakan salah satu panglima perang armada laut dari Kerajaan Demak.

Ketika Sultan Trenggana gugur dalam penyerangan ke Pasuruhan (1548) ternyata raja belum menetapkan calon penggantinya. Oleh karena itu para pembesar kerajaan segera berkumpul untuk membahas pemilihan raja baru. Untuk tugas ini diserahkan kepada delapan bupati, akan tetapi hingga tujuh hari berlalu belum terjadi kesepakatan, sehingga membuat Kerajaan Demak mengalami kekacauan seperti yang digambarkan oleh Mendez Pinto diakibatkan kekosongan jabatan Sultan.33 Pada akhirnya para pembesar kerajaan termasuk bupati daerah taklukan berkumpul di Kerajaan Kalinyamat (Jepara) guna melakukan perundingan unruk menetapkan raja baru.34 Hal ini karena kondisi Kota Demak yang sedang tidak stabil dan terdapat kekacauan di mana-mana. Pemilihan Kota Jepara

33 Fernão Mendez Pinto, Peregrinacao e Outras Obras, (Lisboa: Na Typographia Rollandiana, 1829), 48-51.

34 P. J. Veth, Java, Geographisch, Etnologisch, Historisch, (Haarlem: De Erven F. Bohn, 1878), 248.

(41)

sebagai tempat perundingan menunjukkan bahwa Jepara lebih mampu mengendalikan dan menjaga stabilitas politik serta keamanan. Semua itu tentu saja didukung dengan adanya kesiap siagaan para prajurit yang solid.

Mulanya Kerajaan Kalinyamat merupakan vasal (daerah bagian) dari Kerajaan Demak. Awal berdirinya, Kerajaan Kalinyamat dipimpin oleh seorang ratu yakni Ratu Kalinyamat putri ketiga Sultan Trenggana.

Namun setelah Ratu Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadliri, kerajaan di bawah pemerintahan suaminya.35 Terkait dengan kedudukan politik dan pemerintahan, Pangeran Hadliri termasuk ke dalam jajaran dewan mahkota karena merupakan anggota dari kedelapan raja merdeka.

Kedelapan raja merdeka ini memiliki hak untuk memilih raja baru, maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan dan pengaruh Pangeran Hadliri terbilang cukup kuat karena seorang menantu raja.

3. Peralihan dari Vasal ke Otonom

Sepeninggal Sultan Trenggana, sebagai anak tertua Sunan Prawata akhirnya berhasil menduduki tahta Kerajaan Demak. Selain itu karena daerah Kalinyamat yang tidak begitu luas, maka pasca pengangkatan Sunan Prawata menjadi raja terjadi penggabungan wilayah antara daerah Kalinyamat dan Prawata. Pangeran Hadliri kemudian mendapatkan bumi Pati, Jepara, Juwana, dan Rembang. Adanya penggabungan dua wilayah ini membuktikan bahwa Sultan dan pemimpin Kalinyamat memiliki hubungan yang dekat. Namun masa pemerintahan Sunan Prawata terbilang

35 Sri Wintala A., Melacak Gerakan Perlawanan dan Laku Spiritualitas Ratu Kalinyamat, (Yogyakarta: Araska, 2020), 33.

(42)

cukup singkat, karena Sunan Prawat berhasil terbunuh di tangan Arya Penangsang. Perlu diketahui jika sebelumnya Sunan Prawata pernah memerintahkan Surayata untuk membunuh Raden Kikin. Raden Kikin merupakan ayah dari Arya Penangsang sekaligus saingan kuat Sultan Trnggana. Surayata sebagai abdi setia Sunan Prawata melaksanakan perintahnya dan membunuh Raden Kikin sepulang dari Masjid Agung Demak sewaktu melintasi jembatan. Setelah terbunuh jasadnya dibuang ke sungai, karena peristiwa tersebut maka Raden Kikin dikenal dengan nama Pangeran Sekar Sedo Lepen.36

Mengetahui kebenaran tersebut, Arya Penangsang merasa dirinya lebih berhak untuk0menduduki tahta Kerajaan Demak dibanding Sunan Prawata. Dengan0dukungan dari sang guru yakni Sunan Kudus, Arya Penangsang memerintahkan Rangkud untuk membunuh Sunan Prawata di kediamannya. Kematian Sunan Prawata menjadi puncak konflik internal di dalam Kerajaan Demak. Setelah berhasil membunuh0Sunan Prawata, Arya Penangsang juga membunuh Sultan Hadliri suami Ratu Kalinyamat.

Selain Sunan Prawata, kehadiran Sultan Hadliri dianggap sebagai saingan kuat0dalam0perebutan0tahta di Kerajaan Demak.

Kematian Sunan Prawata dan Sultan Hadliri membuat duka Ratu Kalinyamat semakin mendalam. Ratu Kalinyamat memutuskan untuk melakukan tapa brata yang berawal di Gelang0Mantingan lalu ke Desa Danarasa dan berakhir di0Gunung Danuraja. Ratu Kalinyamat bersumpah

36 Nama pangeran Sekar Seda ing Lepen memiliki arti “bunga yang gugur di sungai” hal ini dikarenakan Raden Kikin terbunuh di pinggir sungai ketika ia dalam perjalanan pulang setelah menunaikan shalat shubuh.

(43)

tidak akan meninggalkan pertapaannya sebelum Arya Penangsang mati dan barangsiapa yang berhasil membunuh Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat akan menyerahkan semua miliknya. Hingga pada akhirnya setelah meminta bantuan Adipati Hadiwijaya,37 Arya Penangsang mati terbunuh dan Ratu Kalinyamat mengakhiri tapa brata. Pada tahun 1549 Ratu Kalinyamat naik tahta menjadi pemimpin Kerajaan Kalinyamat menggantikan suaminya dan mendapatkan hak otonom atas Kerajaan Kalinyamat dari Adipati Hadiwijaya (yang menobatkan diri menjadi raja di Pajang). Dengan ini Kerajaan Kalinyamat tidak lagi menjadi vasal (bagian) dari Kerajaan Demak.

B. Masa Kejayaan Kerajaan Kalinyamat

Daerah Kalinyamat terletak kira-kira 18 km dari Jepara masuk ke pedalaman dan berada di tepi jalan ke Kudus. Pada abad ke-16 menjadi tempat bagi raja-raja kota pelabuhan. Menurut cerita, yang mendirikan tempat tersebut merupakan seorang China yang menjadi terdampar di tepi pantai.

Setelah sampai di Jung Mara (Jepara), seorang China tersebut dibantu oleh Sunan Kudus dan berguru padanya. Tidak0lama mendirikan sebuah pedukuhan di tepi jalan antara Kudus dan Jepara. Pedukuhan tersebut semakin berkembang dan maju, hingga pada akhirnya bersedia tunduk di bawah0kekuasaan Sultan Trenggana dan mendapatkan salah seorang putrinya.

37 Adipati Hadiwijaya merupakan suami dari Putri Mas Cempaka. Dengan demikian ia merupakan menantu dari Sultan Trenggana sekaligus adik ipar dari Ratu Kalinyamat.

(44)

Seorang China ini bernama Win-Tang, banyak yang menyebut bahwa cerita ini adalah asal usul Sultan Hadliri.

Sebagaimana kerajaan-kerajaan di Jawa sebelum ataupun sesudahnya, Kerajaan Kalinyamat juga mengalami masa-masa kejayaan. Setelah kematian Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat mengakhiri masa tapa bratanya sekaligus dinobatkan sebagai pemimpin baru KerajaanOKalinyamat. Penobatan ini ditandai0dengan0sengkalan yang berbunyi Tru0Karya Titaning Bumi38 yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 atau 12 Rabiul Awal. Sepanjang memimpin Jepara, Ratu Kalinyamat telah membawa Jepara pada puncak kejayaan. Pada saat itu tidak hanya bidang ekonomi saja yang diperhatikan oleh Ratu Kalinyamat, juga di bidang politik, pertahanan dan hubungan internasional.

Jepara yang letaknya strategis membuka banyak peluang bagi Ratu Kalinyamat untuk menerapkan pelbagai kebijakan demi memajukan Jepara.

Dalam membangun kembali perekonomian Jepara yang sebelumnya pada masa0pemerintahan Pati Unus Jepara0nyaris0hancur akibat kekalahan perang di laut Malaka. Akan tetapi perdagangan lautnya tetap berjalan seperti biasa seolah tidak terpengaruh.39 Kegiatan ekonomi semakin terbengkalai ketika terjadi pergolakan antaraOAryaOPenangsang dengan keturunanOSultan Trenggana. Apabila Sultan Pajang sibuk untuk melakukan konsolidasi wilayah maka Ratu Kalinyamat memusatkan perhatiannya kepada perdagangan dan

38 Agustinus S., “Tinjauan Historis Jepara Sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan”, dalam Paramita, Vol. 23, No. 1, 2013, 33.

39 H.J. De Graaf, Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati, (Jakarta: Grafiti Pers, 1985), 25.

(45)

pelayaran. Selain karena kota Jepara pada masa Kerajaan Demak telah menjadi kota pelabuhan, juga semasa kepimpinan Ratu Kalinyamat armada laut Jepara berkembang menjadi kuat. Hal ini dibuktikan ketika Kerajaan Kalinyamat mengirim lima belas ribu prajurit dalam tiga ratus0kapal yang diantaranya delapan puluh kapal berukuran0besar.

Kemashuran nama Ratu0Kalinyamat karena kepemimpinannya sampai ke seluruh penjuru Nusantara, berdasar pada laporan Portugis bahwa terdapat hubungan0antara Ambon dan Jepara. Pemimpin0persekutuan0Hitu di Ambon0meminta bantuan kepada Jepara untuk menyerang Portugis agar segera pergi dari Ambon. Setelah berhasil mengusir Portugis dari Ambon, maka Hitu menjadi wilayah protektorat Kerajaan Kalinyamat pada tahun 1566. Kerajaan Kalinyamat juga melakukan kerjasama dengan kerajaan lain, sepertiOCirebon,OTuban,OJohor dan Baten. Kedua hal tersebut membawa dampak yang baik bagi perkembangan Jepara, dengan menerapkan sistem perekonomian yang berfokus pada perdagangan di pesisir pantai.40 Kegiatan ekspor juga menjadi program peningkatan perekonomian dengan menjadikan Jepara sebagai pengekspor komoditiOberasO(terbesar di Jawa), gula,Okayu, kelapa dan pelbagai jenis tanaman0palawija.

C. Masa Kemunduran Kerajaan Kalinyamat

Ketidakhadiran seorang keturunan, membuat kemenakan sekaligus anak angkat Ratu Kalinyamat yang bernama Pangeran Arya Jepara dinobatkan

40 Anas Sofiana, “Ratu Kalinyamat Penguasa Wanita Jepara”, 1037.

(46)

sebagai pemimpin setelah kemangkatannya. Dalam catatan sejarah Banten disebutkan bahwa Sultan MaulanaOHasanuddin RajaOBanten (1552-1570) merupakan ayah kandung Arya Jepara dari hasil perkawinan Sultan Maulana dengan putri Demak, yakni pangeran Ratu.41

Meski tidak dapat dibandingkan dengan kharisma Ratu Kalinyamat, namun pangeran Arya Jepara sedikit banyak masih memiliki pengaruh, seperti halnya pada0tahun 1593 ia telah memerintah untuk menduduki Pulau Bawean di Laut Jawa dengan armadanya. Pada dasawarsa terakhir abad XVI kekuasaan Raja Jepara di laut masih dihormati. Pada tahun 1598 Arya Jepara menimbulkan kesan pada orang Belanda seakan-akan memiliki kekuasaan yang0luar0biasa.42

Arya Jepara ingin melakukan penaklukkan untuk merebut Banten dari saudaranya yakni Maulana Muhammad saat memimpin Kerajaan Kalinyamat.

Akan tetapi rencana tersebut gagal setelah seorang panglima perang yang bernama Demang Laksamana gugur di medan perang. Akibat pasukannya dipukul mundur dan akhirnya gagal untuk menaklukan Banten, Arya Jepara kembali dan mengubur niatnya.

Selama masa kepemimpinan Arya Jepara di Kalinyamat, pada tahun 1586 telah terjadi perebutan tahta di dalam Kerajaan Pajang. Pergolakan tersebut antara Arya Pangiri (menantu dari Sultan Hadiwijaya yang menjadi pemimpin Pajang) dengan Pangeran Benawa (anak dari Sultan Hadiwijaya yang menjadi adipati Jipang). Pada akhirnya perebutan tersebut dimenangkan

41 Hosein Djajaningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1983), 128.

42 H. J. De Graaf, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, 132.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember adalah berbasis Islam Nusantara. Islam Nusantara mempunyai karakter yang dibangun dengan infrastruktur budaya. Islam yang ramah,

1. M., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah mendedikasikan apa yang dimiliki untuk memberikan fasilitas dalam menuntut

Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Pada Transaksi Digital Resource Game ( Studi Kasus Jual Beli Resource “Rise Of Kingdom” Oleh TM STORE Di Desa Rogojampi Kecamatan

Peningkatan kesejahteraan fakir miskin dewasa ini terus digalakkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan berbagai strategi dan pendekatan. Hal ini dilandasi oleh

Dalam sebuah pemberdayaan, tentunya akan menghadapi hambatan atau tantangan tersendiri. Untuk membentuk profesional dan komitmen bersama dalam hal kebaikan juga bukan merupakan

Pertunjukan tari Cucuk lampah pada acara pernikahan adat jawa diharapkan dapat mewujudkan sebuah penyampaian sarana komunikasi satu arah dari penari kepada penonton,

Tujuan penelitian ini: 1) mendeskripsikan perencanaan pendistribusian dana zakat produktif di BAZNAS Kabupaten Banyuwangi. 2) mendeskripsikan pengorganisasian

Adapun 3 tehnik yang dipakai dalam terapi ABA yaitu : instruksi, prompt (bantuan atau arahan). 2) Faktor penghambat penerapan terapi Applied Behavior Analysis (ABA) dalam