• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI BIJI NANGKA TERKATIVASI HCL DIMODIFIKASI DENGAN Ca-ALGINAT SEBAGAI ADSORBEN METILEN BLUE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "POTENSI BIJI NANGKA TERKATIVASI HCL DIMODIFIKASI DENGAN Ca-ALGINAT SEBAGAI ADSORBEN METILEN BLUE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 POTENSI BIJI NANGKA TERKATIVASI HCL DIMODIFIKASI DENGAN Ca-ALGINAT SEBAGAI ADSORBEN METILEN BLUE

Aris Sahat Martuah Purba1*, Itnawita2

1Mahasiswa Program S1 Kimia

2Dosen Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

*aris.sahatmartuahpurba@student.unri.ac.id ABSTRACT

This study aims to determine the surface area of the best jackfruit seed powder through activation with various concentrations of HCl (0.1 M, 0.2 M, 0.3 M and 0.4 M) and analyze the optimal adsorption efficiency of adsorbents that have been modified with Ca- alginate on the parameters of adsorbent mass and contact time in absorbing methylene blue. The modified adsorbent before and after contact was analyzed using SEM and FTIR instruments. Determination of the surface area was carried out by measuring with UV- Vis spectrophotometer and obtained the best surface area of HCl activated adsorbent at a concentration of 0.3 M with a surface area obtained of 8.3359 m 2 .g-1, then the adsorbent modified with Ca-alginate is activated adsorbent of 0.3 M HCl. From the modified adsorbent activated with Ca-alginate, the optimum dose of modification occurs at a mass of 3 g with an adsorption efficiency of 74.78% and time optimum contact occurred at 90 minutes with adsorption efficiency of 78.63%. From the results of the study, it can be concluded that the adsorbent of jackfruit seeds activated by HCl modified with Ca- alginate has the potential to adsorb methylene blue.

Keywords: adsorbent, adsorption, methylene blue, jackfruit seed.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan luas permukaan bubuk biji nangka terbaik melalui aktivasi dengan variasi konsentrasi HCl (0,1 M, 0,2 M, 0,3 M dan 0,4 M) dan menganalisis efisiensi adsorpsi optimal adsorben yang sudah dimodifikasi dengan Ca- alginat pada parameter massa adsorben dan waktu kontak dalam menjerap metilen biru.

Adsorben termodifikasi sebelum dan sesudah dikontakkan dianalisis menggunakan instrumen SEM dan FTIR. Penentuan luas permukaan dilakukan melalui pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh luas permukaan terbaik adsorben teraktivasi HCl pada konsentrasi 0,3 M dengan luas permukaan yang didapatkan sebesar 8,2279 m2.g-1, selanjutnya adsorben yang dimodifikasi dengan Ca-alginat adalah adsorben teraktivasi HCl 0,3 M. Dari hasil modifikasi adsorben teraktivasi dengan Ca- alginat diperoleh dosis optimum modifikasi terjadi pada massa 3 g dengan efisiensi adsorpsinya sebesar 74,78% dan waktu kontak optimum terjadi pada 90 menit dengan efisiensi adsorpsinya sebesar 78,63%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

(2)

2 adsorben biji nangka teraktivasi HCl dimodifikasi dengan Ca-alginat berpotensi dalam menjerap metilen blue.

Kata kunci: adsorben, adsorpsi, biji buah nangka. Metilen blue PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang banyak ditumbuhi oleh beraneka ragam jenis tanaman salah satunya tumbuhan nangka. Menurut Badan Statistik 2018 total produksi nangka di Provinsi Riau sebesar 23.789 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi buah nangka di Indonesia khususnya di Provinsi Riau sangat tinggi.

Produksi buah nangka yang terus meningkat tidak disertai dengan pengolahan limbah yang dihasilkan khususnya pada limbah biji nangka. Selama ini biji Nangka hanya dimanfaatkan sekitar 10% pada sektor pangan saja, sisanya terbuang sebagai limbah (Nurhayati et al., 2019). Biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat 36,7 g (Astawan, 2007).

Melihat dari kandungan karbohidrat, biji nangka memiliki gugus fungsi hidroksil (OH) yang tinggi sehingga dapat dimafaatkan sebagai biosorben, seperti penelitian yang dilakukan oleh Linda Kooh et al., (2016) memanfaatkan biji nangka dalam menjerap zat warna rhodamin B dengan fisiensi sebesar 17,6%, Kooh et al., (2018) melanjutkan penelitian memanfaatkan biji nangka sebagai adsorben untuk menjerap zat warna malachite green sebesar 33%.

Metilen blue memiliki rumus molekul C16H18N3SCl merupakan zat warna sintetik yang bersifat kationik dan termasuk salah satu kelompok zat warna thiazine yang banyak digunakan dalam industri. Dalam penggunaanya metilen blue hanya 5% yang terikat pada produk sisanya terbuang sebagai limbah zat pewarna (Gurses et., 2015). Senyawa

metilen biru memiliki struktur benzene yang sulit untuk diuraikan, bersifat karsigonik , toksik, dan mutagenik (alfina et al., 2015), sehingga berbahaya bagi makhluk hidup yang dapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan kesulitan bernafas. Terdapat beberapa metode yang dapat mengurangi limbah metilen biru salah satunya dengan menggunakan metode adsorpsi seperti yang telah dilakukan oleh Ilmi et al., (2017) yaitu Optimasi biosorben dari karbon aktif eceng gondok yang teraktivasi HCl dalam meningkatkan kualitas air. Adanya aktivator HCl mampu meningkatkan luas permukaan adsorben.

Dewasa ini juga berkembang metode modifikasi adsorben dengan materi lain untuk mendapatkan efesiensi penjerapan yang lebih baik, salah satunya adalah dengan menggunakan Ca alginat. Alginat merupakan anionik polisakarida yang terdiri dari residu β-1-4 D- manuronat (M) dan α-L-guluronat (G).

Alginat merupakan polisakarid a alam yang umumnya terdapat dalam dinding sel dari semua spesies alga coklat (phaeophyceae), bersifat tidak toksik, dapat terdegradasi dan biokompatibel (Verma et al, 2013). Keuntungan adsorben termodifikasi dengan Ca- alginat adalah dapat meningkatkan performa adsorben pada proses penjerapan secara dinamis kekuatan mekanik), stabilitas, rigiditas, ukuran dan karakteristik porositas, (Zulfadhyl et al,

(3)

3 2001). Seperti penelitian yang telah

dilakukan oleh Lestari et al., (2019) yaitu memodifikasi adsorben bubuk biji durian dengan Ca-alginat untuk penjerapan metilen biru dengan efisiensi penjerapan yang diperoleh sebesar 99,5%. Pada penelitian Ulfandri (2021) menggunakan biji nangka teraktivasi HNO3 dimodifikasi dengan Ca-alginat sebagai adsorben metilen biru dalam larutan dengan efisiensi penjerapan sebesar 97,18%.

Berdasarkan penelitian diatas, maka penelitian ini ingin mengetahui efesiensi penjerapan dengan menggunakan bubuk biji nangka teraktivasi HCl yang dimodifikasi dengan Ca alginat untuk penjerapan metilen biru dengan parameter massa adsorben dan waktu kontak.

METODE PENELITIAN a. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan 100 mesh dan 200 mesh, neraca analitik (Kern ABS 220-4), magnetic stirrer, sentrifuse, pH meter, lumpang dan alu, pisau, desikator, hotplate, ICP-OES (Agilent 5100), SEM- EDX (Ametax Edax), Spektrofotometer FTIR (IR Prestige-21 Spectrophotometer, Shimadzu), dan seperangkat alat gelas lainnya sesuai prosedur kerja. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nij buah nangka, akuades (H2O), aqua demineralized (aqua DM), metilen blue, Ca-alginat dan kertas saring whattman 42.

b. Preparasi dan aktivasi biji nangka

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian biji buah nangka matang. Biji buah nangka dicuci dengan air keran kemudian dipotong- potong menjadi ukuran yang lebih kecil.

Cangkang buah nipah yang telah dipotong dibilas dengan akuades, lalu dijemur dibawah sinar matahari selama lebih kurang 7 hari hingga kering. Biji nangka kering digiling sampai halus menggunakan lumping dan alu lalu diayak menggunakan ayakan 100 mesh dan 200 mesh, bubuk biji nangka yang tertahan pada ayakan 200 mesh sebanyak 30 g direndam dengan HCl 300 ml pada variasi konsentrasi (0,1 M, 0,2 M, 0,3 M dan 0,4 M) selama ± 2 jam diberi kode (A1, A2, A3 dan A4). Selanjutnya sampel disaring dengan kertas saring whattman 42 lalu dibilas dengan akua DM pH 6-7 sampai pH bilasan sama dengan pH akua DM

c. Penentuan luas permukaan bubuk biji nangka

Beaker gelas disiapkan 5 buah yang dimasukkan sampel sebanyak 0,1 g dengan kode A1, A2, A3, A4 dan O kemudian dikontakkan dengan metilen biru 10 ppm dan diaduk dengan kecepatan 200 rpm selama 15 menit.

Selanjutnya campuran disentrifugasi untuk memisahkan adsorben dengan filtratnya, lalu filtratnya dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui absorbansi yang akan digunakan dalam penentuan luas permukaaan terbaik (Semua perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan)

(4)

4 d. Modifikasi adsorben

Sampel bubuk biji nangka dengan luas permukaan terbaik yaitu teraktivasi HCl 0,3 M, dimodfikasi dengan Ca- alginat. Modifikasi biomassa dilakukan dengan melarutkan sodium alginat sebanyak 10 g (Na-alginat) dalam akua DM sebanyak 500 ml didalam gelas beaker, lalu dipanaskan pada suhu 55°C kemudian didinginkan pada suhu ruang.

Bubuk biji nangka teraktivasi HCl sebanyak 10 g ditambahkan kedalam larutan sodium alginate, kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirrer.

Selanjutnya campuran dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam larutan CaCl2 0,2 M dalam 500 ml. Campuran dibiarkan selama 24 jam untuk menyempurnakan proses modifikasi dan dikering anginkan selama satu hari lalu disimpan didalam desikator.

e. Karakterisasi adsorben

Karakterisasi adsorben dilakukan untuk menganalisis gugus fungsi, morfologi dan komposisi kimia pada permukaan adsorben. Penentuan gugus fungsi biji nangka tanpa aktivasi, teraktivasi HCl dan termodifikasi sesudah penjerapan metilen blue dilakukan menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) merk IR Prestige Fourier Transform Infrared Spectrophotometer Shimadzu di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Sedangkan analisis morfologi dan komposisi kimia adsorben termodifikasi sebelum dan sesudah adsorpsi menggunakan SEM-EDX

dilakukan di Institut Teknologi Sepeulu Nopember (ITS), Semarang.

f. Adsorpsi metilen blue 1. Pengaruh variasi dosis

Sebanyak masing-masing 1 g, 2 g, 3g dan 4 g adsorben termodifikasi dikontakkan kedalam 25 m larutan metilen blue 10 ppm didalam gelas beaker 100 ml. Kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 200 rpm selama 60 menit. Lalu disentrifugasi untuk memisahkan filtrat dengan adsorben dan dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis (semua perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan)

2. Variasi waktu kontak

Sebanyak 25 ml larutan metilen blue 10 ppm di masukkan kedalam 4 buah gelas beaker 100 ml. Lalu adsorben biji nangka dosis optimum ditambahkan kedalam gelas beaker berisi larutan metilen blue. Campuran diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan 200 rpm dengan variasi waktu kontak yang digunakan yaitu 30, 60, 90 dan 120 menit Setelah dikontakkan campuran disentrifugasi untuk memisahkan filtrat dengan adsorben, lalu dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

Efisiensi Adsorben termodifikasi ditentukan dengan menggunakan rumus:

(%) = (C₀ − Cₑ)

C₀ × 100%

Keterangan:

C₀ = Konsentrasi awal (mg/L) Ce = Konsentrasi akhir (mg/L)

(5)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan luas permukaan

Aktivasi biji nangka menggunakan HCl diharapkan mampu memodifikasi permukaan adsorben karna HCl mampu melarutkan senyawa organik dan anorganik serta bersifat sebagai reduktor kuat dengan nilai potensial reduksi sebesar

Cl2(g) + 2e ↔2Cl- Eº = 1,36 Volt Kemampuan HCl sebagai aktivator dapat dilihat dari perubahan luas permukaan adsorben yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 1. Pengaruh konsentrasi activator terhadap luas permukaan

Konsentrasi aktivator (M)

Nilai rata-rata luas permukan (m2/g) 0 M 8,0382 ± 0.1912b 0,1 M 8,1446 ± 0,2943b 0,2 M 8,1480 ± 0,4195b 0,3 M 8,3359 ± 0,2163b 0,40 M 6,5138 ± 0,0896a

Terlihat bahwa aktivasi dengan HCl mampu memodifikasi permukaan adosrben dimana terjadinya sedikit kenaikan daya penjerapan atau sedikit perubahan luas permukaan adsorben. Hal ini menunjukkan kemampuan HCl sebagai aktivator dapat melarutkan pengotor, HCl juga dapat menghidrolisis senyawa organik menyebabkan sisi aktif lebih adsorben bertambah banyak dan pori-pori pada lebih terbuka sehingga luas permukaan pori meningkat dan bertambahnya daya jerap terhadap metilen biru. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilmi et al., (2017) dimana HCl sebagai activator

dapat meningkatkan luas permukaan adsorben dari biomasa eceng gondong.

Jika dilihat hubungan konsentrasi HCl dengan luas permukaan dari konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M tidak memperlihatkan perubahan luas permukaan yang besar, luas permukaan optimum didapat dengan menggunakan konsentrasi HCl 0,3 M dengan luas permukaan sebesar 8,33 m2/g.

Namun pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 0,4 M, terjadi penurunan luas permukaan dan daya jerap adsorben.

Konsentrasi HCl yang tinggi akan dapat merusak pori dan menurunkan daya jerap adsorben, selain itu penggunaan aktivator HCl yang tinggi mengakibatkan molekul adsorben cenderung berada pada kondisi asam, sehingga memiliki lebih banyak muatan parsial positif (ion H+) yang mengakibatkan interaksi situs aktif adsorben dengan metilen biru yang juga memiliki muatan parsial positif mengalami tolakan elektrostatik,dengan kata lain tidak terjadi interaksi dipol- dipol pada situs aktif adsorben dan molekul zat warna metilen blue sehingga adsorpsi cenderung rendah

B. Modifikasi adsorben bubuk biji nangka menggunakan Ca-alginat a. Pengaruh dosis adsorben

Pembentukan modifikasi adsorben antara biji nangka dengan Ca-alginat menunjukkan kemampuan penjerapan yang lebih baik. Untuk mengetahui kemampuan suatu adsorben dalam menjerap metilen biru dapat diketahui dari uji pengaruh massa adsorben dalam penjerapan metilen biru. Pada penelitian

(6)

6 ini variasi massa yang digunakan adalah

1 g, 2 g, 3 g, 4 g, dan 5 g untuk menjerap 10 ppm metilen biru (25 ml). Hal ini bisa dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh dosis adsorben terhadap efisiensi adsorpsi Nilai rata-

rata dosis adsorben

(g)

Nilai rata-rata efisiensi adsorpsi (%)

1,0001 59,92

2,0003 67,24

3,0002 74,78

4,0002 63,49

5,0002 58,32

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan efisiensi seiring bertambahnya massa adsorben dalam penjerapan metilen blue. Kemampuan penjerapan optimal diperoleh pada massa adsorben 3g dengan efisiensi sebesar 74,78%. Peningkatan efisiensi adsorpsi terjadinya karena adanya modifikasi permukaan, selain itu penambahan massa adsorben menyebabkan bertambahnya sisi aktif dan jumlah pori pada permukaan adsorben sehingga bidang kontak atau ruang adsorben semakin bertambah untuk menjerap metilen blue.

Penurunan aktivitas disebabkan adanya partikel yang menghalangi adsorben untuk berinteraksi dengan metilen biru, modifikasi adsorben dengan metode penjebakkan menyebabkan penghambatan proses penjerapan dan pada kondisi tertentu persentase adsorpsi akan mengalami penurunan karena terjadinya kejenuhan adsorben. Hal ini

bisa dilihat pada variasi massa yang lebih tinggi 4 g dan 5 g terjadi penurunan efisiensi adsorpsi menjadi 63,49% dan 58,32%. Hal ini terjadi dikarenakan adanya proses tumpang tindih selama proses adsorpsi sehingga terjadi kepadatan partikel adsorben yang menyebabkan sisi akif pada permukaan adsorben berkurang sehingga luas permukaan adsorben semakin kecil, selain itu pengadukan dengan pada kecepatan dan waktu tertentu juga sangat mungkin menyebabkan terjadinya desorpsi, karena kecepatan pengadukan mempengaruhi proses adsorpsi.

b. Pengaruh waktu kontak

Waktu kontak sangat mempengaruhi untuk mengetahui dan menentukan kemampuan suatu adsorben dalam proses adsorpsi. Penelitian ini menggunakan variasi waktu kontak yaitu 30, 60, 90 dan 120 menit dengan massa adsorben optimum sebesar 3g dalam menentukan waktu kontak optimum. Hasil pengaruh waktu kontak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh waktu kontak terhadap efisiensi adsorpsi metilen blue

Waktu kontak (s) Nilai rata-rata

efisiensi adsorpsi (%)

30 50,18

60 6,10

90 78,63

120 Blanko optimum

67,87 67,65

Ket : Blanko optimum (biji nangka tanpa aktivasi dimodifikasi dengan Ca- alginat)

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan hasil efisiensi adsorpsi masing-masing dari variasi waktu kontak, yang mana

(7)

7 menunjukkan kenaikan efisiensi adsorpsi

karena adsorben masih mampu menjerap adsorbat dalam larutan seiring bertambah lamanya waktu kontak dan menandakan proses adsorpsi belum mencapai titik optimum dikarenakan sisi aktif pada permukaan adsorben belum jenuh, yang mana gugus aktif pada adsorben masih banyak yang belum menjerap metilen biru tersebut, sehingga akan terjadi proses adsorpsi sampai tercapai titik optimum.

Pada penelitian ini waktu kontak optimum yang didapatkan pada waktu 90 menit dengan efisiensi sebesar 78,63%

lebih besar dari kondisi optimum biji nangka tanpa aktivasi yang termodifikasi Ca-alginat dengan efisiensi sebesar 67,56%.

C. Analisis gugus fungsi adsorben Pada penelitian ini untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung di dalam adsorben tersebut maka dilakukan analisis menggunakan instrumen FTIR.

Hasil FTIR dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Spektrum FTIR bubuk biji nangka sebelum dan sesudah aktivasi

Keterangan :

: Biji nangka blanko (tanpa aktivasi) : Biji nangka teraktivasi optimum

Gambar 2. Spektrum FTIR adsorben termodifikas Ca-algnat sesudah penjerepan kondisi optimum

Hasil FTIR pada Gambar 1.

menunjukkan bahwa adsorben biji nangka non aktivasi dan teraktivasi HCl kualitas terbaik sama-sama memiliki gugus fungsi –OH, C-H, C=O karbonil, C-OH . Pada bilangan gelombang 3310 cm-1 dan 3429 cm-1 yang menunjukkan adanya ikatan –OH, bilangan gelombang, 2936 cm-1, 2892 cm-1 dan 2934 cm-1, 2894 cm-1 mengindikasikan ikatan C-H, sbilangan gelombang 1647 cm-1 dan 1637 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ikatan C=O karbonil dan pada bilangan gelombang 1076 cm-1 dan 1078 cm-1 mengindikasikan adanya ikatan C-OH.

Berdasarkan Gambar 2, adsorben termmodifikasi alginate dapat dilihat adanya beberapa gugus fungsi yaitu pada bilangan gelombang 3284 cm-1 mengindikasikan adanya ikatan OH, bilangan gelombang 2932 cm-1 dan 2902 cm-1 adanya ikatan C-H, bilangan gelombang 1637 cm-1 adanya ikatan C=O karbonil, bilangan gelombang 1076 cm-1 dan 1017 cm-1 mengindikasikan masing- masing adanya ikatan C-OH dan C-O-C glikosidik sedangkan pada panjang bilangan gelombang 861 cm-1 menandakan adanya ikatan manuronat

(8)

8 ysng merupakan ciri khas dari alginate,

hal ini menunjukkan bahwa adsorben sudah termodifikasi dengan Ca-alginat.

Hasil ini bisa dibandingkan dengan penelelitian yang telah dlakukan Ulfandri (2021) yaitu terdapat ikatan manuronat pada bilangan gelombang 843 cm-1 dan pada bilangan gelombang 3154 cm-1, 1636 cm-1, 1058 cm-1 dan 1034 cm-1 yang menandakan masing-masing dari ikatan gugus OH, C=O, C-OH dan C-O-C glikosidik.

D. Analisis morfologi dan kandungan unsur adsorben termodifikasi Analisis morfologi dan kandungan unsur adsorben termodifikasi Ca-alginat sebelum dan sesudah dikontakkan dengan metilen blue dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dilengkapi dengan EDS (Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy). Hasil SEM dapat dilihat pada Gambar 3 dan EDX pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil SEM pada gambar (a) menunjukkan bahwa pori-pori pada permukaan masih terlihat jelas.

Sedangkan pada gambar (b) menunjukan pada pori-pori pada permukaan sudah tertutupi dan ada partikel yang menempel pada permukaan mengindikasikan adanya suatu zat yang terjerap oleh adsorben. Hal ini juga didukung dari hasil

EDX yang disajikan pada Tabel 4.

Sampel Hasil analisi unsur ( weight %)

C N O Na S Cl Ca

Sebelum dikontakkan

15, 38

3,9 4

41, 67

12,5 3,5 7

11, 05

11, 89

Sesudah dikontakkan

22, 35

6,1 8

55, 94

3,06 7,1 6

3,0 4

2,27

Berdasarkan Tabel 4, hasil EDX juga menunjukkan bahwa terjadinya perbedaan antara kandungan unsur-unsur adsorben termodifikasi sebelum dan sesudah adsorpsi. Unsur C naik dari 15,38% menjadi 22,35% , O naik dari 41,67% menjadi 55,149%, N naik dari 3,94% menjadi 6,18% dan S 3,57%

menjadi 7,16%, hal ini membuktikan telah terjadinya proses adsorpsi dan kenaikan kandungan unsur N dan S mengindikasikan bahwa metilen biru telah terjerap oleh adsorben termodifikasi Ca-alginat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biji nangka teraktivasi terbaik didapatkan pada konsentrasi activator HCl 0,3 M dengan luas permukaan sebesar 8,33 m2/g. Dosis adsorben optimum yang diperoleh dalam menjerap metilen blue yaitu pada dosis adsorben sebanyak 3 g, dengan efisiensi adsorpsi 74,78%. Serta waktu kontak optimum terjadi pada waktu kontak selama 90 menit, dengan efisiensi adsorpsi sebesar 78,63%.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 2007. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai.

a b

Gambar 3. Morfologi permuka a n a dsorben termodifika si Ca -a lgina t sebelum (a ) da n setela h a dsorpsi (b)

(9)

9 Surakarta.

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia.

Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Ilmi, M.M., Naimatul, K., Trisna, B.F., Ekos, S. 2017. Ooptimasi penggunaan biosorbent berbasis biomassa :Pengaruh konsentrasi activator terhadap luas permukaan karbon aktif berbahan eceng gondok (Eichornia crossipes) untuk meningkatkan kualitas air.

Jurnal Teknik Mesin. Vol 06.

Kooh, MRR., Dahri, MK., dan Lim, LBL.

(2016) Jackfruit seed as a sustainable adsorbent for the removal of Rhodamine B dye. J Environ Biotechnol Res 4:7-16 Kooh, M.R.R., Dahril, M.K., Lim, L.B.L.

2018. Jackfruit seed as low-cost adsorbent for removal of malachite green: artificial neural network and random forest approaches. Environmental Earth Science (2018):77-434

Lestari, i., Yesicah, N.T,. Farid, F. 2019.

Amobilisasi biji diruian (Durrio zibethinus) dalam Ca-alginat sebagai adsorben zat warna metilen biru.Chempublish Journal. 4(1):19-29.

Nurhayati., Imam,M dan Darmawati.

(2019). Pengaruh penambahan maltodekstrin pada komposisi minuman serbuk instan hasil olahan biji nangka (arthocarpus heterophyllus lamk.) sebagai rancangan lembar kerja 44 peserta didik (lkpd) materi bioteknologi kelas xii sma. JOM FKIP – UR., 6, 1-14.

Ufandri, D. 2021. Potensi biji nangka teraktivasi HNO3 yang dimodifikasi dengan Ca-alginat sebagai adsorben metilen biru.

Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru.

Verma, Y., Pandey, P.K., Choubey, S., Pandey, M., dan Chandrasekhar, K. (2008). Biosorptive Removal of Cadmium from Contaminated Groundwater and Industrial Effluents. Journal of Bioresource Technology, 99(10): 4420–3327.

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai perbedaan adversity quotient pada mahasiswa yang mengikuti Objective Structured Clinical Skills (OSCE) berdasarkan motivasi

Berdasarkan model genangan banjir rob yang ditunjukkan pada Gambar 14, hampir seluruh kelurahan di Kecamatan Semarang Utara terkena dampak dari banjir rob, yang

Aktivitas mental siswa yang terdiri dari aktivitas siswa bertanya sebesar 37,5%, siswa menjawab pertanyaan sebesar 50%, siswa mengemukakan pendapat sebesar 37,5%, siswa

(6) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D4

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN DITJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM.. Nomor & Periode Invoice

Pada tahapan ini adalah tahap permulaan untuk membangun dan mengembangkan aplikasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Bagian ini merupakan kegiatan tentang

Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo dalam mempromosikan obyek wisata khususnya obyek wisata unggulan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan

1) Pendiri organisasi. Budaya organisasi dapat ditelusuri, paling tidak sebagian, para pendiri organisasi. Pendiri-pendiri ini seringkali memiliki kepribadian yang