• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA DENGAN TEAM TEACHING PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENGENALAN LAPANGAN TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA DENGAN TEAM TEACHING PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENGENALAN LAPANGAN TAHUN 2015"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3, No. 2, Maret 2020 ISSN 2614-2155 (online) DOI 10.22460/jpmi.v3i1.p109-122

109

KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA DENGAN TEAM TEACHING PADA PELAKSANAAN

PROGRAM PENGENALAN LAPANGAN

Marchasan Lexbin Elvi Judah Riajanto1

1KIP Siliwangi, Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia

1 marchasanlexbin123@gmail.com

Diterima: 12 Februari, 2020 ; Disetujui: 18 Maret , 2020 Abstract

This study aims to analyze the success of achieving learning goals that students or practice accomplish in carrying out their duties during the implementation of the field recognition program or PPL becomes important, at least by looking at students' hard skills with operational indicators achieved by students after learning, whatever treatment is used including when the team teaching is one alternative that must be used. The method used is a quasi experiment with research samples in MA Lepessa Cililin, it is important to see whether the team teaching that is imposed on students in class X and class XI in this case the subject, is an ideal condition for the achievement of the intended goals. With a test instrument that measures students 'mathematical understanding abilities and questionnaires to find out the tendency of students' attitudes towards mathematics and teachers, also pay attention to the control class, then analyzed by two-difference test and linear regression it can be concluded that learning by team teaching in the implementation of PPL of students in Education study programs mathematics in higher education units can be an alternative treatment, with more attention should be given to the supervisor and teacher tutor to each practitioner.

Keywords:Mathematical Understanding, Field Recognition Program, Team Teaching

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang mahasiswa atau praktikan capai dalam menjalankan tugasnya selama pelaksanaan program pengenalan lapangan atau PPL menjadi penting, setidaknya dengan melihat hard skill siswa dengan indikator yang operasional dicapai siswa paska pembelajaran, apa pun perlakuan yang digunakan termasuk bila team teaching menjadi salah satu alternatif yang harus digunakan. Metode yang digunakan adalah kuasi experimen dengan sampel penelitian di MA Lepessa Cililin, berkepentingan untuk melihat apakah team teaching yang dikenakan pada siswa kelas X dan kelas XI dalam hal ini subjek, merupakan kondisi yang ideal bagi ketercapaian tujuan dimaksud. Dengan instrument tes yang mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa dan angket untuk mengetahui skecenderungan sikap siswa terhadap matematikan dan guru, pula memperhatikan kelas kontrol, kemudin dianalisis dengan uji perbedaan dua rerata dan regresi linear dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan team teaching pada pelaksanaan PPL mahasiswa program studi Pendidikan matematika di satuan pendidikan tingkat lanjutan atas dapat menjadi alternatif perlakuan, dengan perhatian lebih harus diberikan dosen pembimbing dan guru pamong kepada setiap praktikan.

Kata Kunci: Pemahaman Matematis, Program Pengenalan lapangan, Team Teaching

How to cite: Riajanto, M. L. E. J. (2020). Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA dengan Team Teaching pada Pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan. JPMI – Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3 (2), 109-122.

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan program pengenalan lapangan (PPL) merupakan salah satu muatan akademis dengan bobot 4 sks dan wajib bagi setiap Mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) yang saat ini telah berkembang secara kelembagaan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Siliwangi Bandung. Dalam proses pelaksanaan program ini, setiap mahasiswa mengaplikasikan kompetensi akademis yang telah didapat dalam perkuliahan selama enam semester untuk mendapat pengalaman rill menuju pencapaian optimal sebagai individu yang profesional bidang pendidikan sesuai program studi yang dipilihnya.

Sehingga muatan pokok yang dikenakan pada peserta PPL (praktikan) adalah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan bimbingan guru kelas yang juga familiar disebut guru pamong atau dosen luar biasa institusi selama pelaksanaan PPL. Selebihnya berupa muatan tambahan untuk memenuhi tuntutan sebagai calon tenaga profesional kependidikan.

Saat pelaksanaan PPL akan dimulai, ternyata over kapasity. artinya jumlah praktikan dari program studi Pendidikan matematika yang peneliti bimbing 8 orang mahasiswa sementara satuan pendidikan tujuan hanya berkekuatan 4 rombongan belajar atau robel atau kelas yaitu dua robel siswa kelas X dua robel siswa kelas XI, dikecualikan siswa kelas XII. Dengan mengacu pada keputusan pimpinan satuan pendidikan yang konsisten bersedia atau tidak menyatakan keberatan. Maka peneliti yang bertugas sebagai dosen pembimbing lapangan (DPL), pihak sekolah, dan praktikan memutuskan skenario pelaksanaan PPL dengan team teaching bersamaan mengindahkan tujuan, dalam hal ini power math yang harus dicapai siswa.

Atas dasar pemikiran tersebut, selanjutnya praktikan dibagi menjadi 2 kelompok berkekuatan masing-masing 4 orang. Kelompok pertama didistribusikan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas X dengan 3 orang praktikan di satu kelas dan 1 orang praktikan di kelas lainnya, demikian juga untuk kelompok praktikan kedua di kelas XI. Dengan demikian terdapat 2 team teaching yaitu, satu team teaching untuk satu kelas X dan satu team teaching lainnya untuk satu kelas XI. pula seorang praktikan untuk satu kelas X lainnya dan seorang praktikan untuk satu kelas XI lainnya.

Memastikan terjaganya atau ketercapaian tujuan dari proses pelaksanaan PPL dengan team teaching, sejalan (Aliah, Sukmawati, Hidayat, & Rohaeti, 2020)(Aliah, Sukmawati, Hidayat, &

Rohaeti, 2020)(Aliah, Sukmawati, Hidayat, & Rohaeti, 2020)(Aliah, Sukmawati, Hidayat, &

Rohaeti, 2020)(Aliah, Sukmawati, Hidayat, & Rohaeti, 2020) Tirtaharja, Umar, & Sulo (1994) bahwa tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Peneliti memandang penting pencapaian power math paska siswa belajar, sebagai indikator baik dan tidak baiknya pemberlakuan team teaching. Berdasar pada pemikiran akan hal tersebut peneliti sebagai dosen pembimbing lapangan (DPL) menetapkan hal-hal berikut;

(1) disetiap pertemuan anggota team selain seorang praktikan yang bertugas sebagai tutor, harus ada di kelas dan bertugas sebagai pendamping siswa belajar bersamaan sebagai observer pelaksanaan pembelajaran. Hal ini tak berlaku untuk non team, observer lainnya terjadwal yang terdiri dari guru pamong dan atau wakasek kurikulum atau pihak sekolah lainnya selain DPL yang hanya dua kali selama pelaksanaan PPL. (2) perlakuan yang dikenakan harus sama, baik pada kelas yang pembelajarannya dengan tiga orang praktikan atau pada kelas yang pembelajarannya hanya dengan seorang praktikan, setidaknya untuk disatu jenjang. (3) pada subjek, dikenakan tes diakhir program yang mengukur kemampuan pemahaman matematis sesuai materi pembelajaran, dilanjutkan pemberian angket untuk mengetahui kecenderungan sikap siswa.

(3)

Berlandaskan tanggungjawab sebagai DPL untuk menjaga kualitas pelaksanaan PPL dalam hal ini dengan team teaching, peneliti membuat lembar observasi, soal tes, dan non tes (angket).

Lembar observasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembelajaran benar seperti yang direncanakan, dengan observer guru pamong dan pihak sekolah lainnya ditambah DPL di dua kali pertemuan. Soal tes dimaksudkan untuk melihat kemampuan pemahaman matematis siswa bersamaan melihat efisiensi dan efektivitas perlakuan dengan team teaching.

Angket dimaksudkan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dan matematika guna mempertajam kajian. Sehingga kemudian penelitian ini berjudul “Kemampuan Pemahaan Matematis Siswa SMA dengan Team Teaching pada Pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan Tahun 2015”

Sejalan uraian di atas serta merujuk standar kompetensi lulusan pada ujian nasional, dan dalam hal ini diasumsikan siswa lulus dalam ujian nasional bila mencapai skore 4,5 (empat koma lima) untuk interval penilaian 0 (nol) sampai 10 (sepuluh) maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah rataan kemampuan pemahaman matematis siswa yang dikenai pembelajaran team teaching pada pelaksanaan program pengenalan lapangan adalah empat koma lima 2. Bagaimana kecenderungan sikap siswa Kelas X dan Kelas XI yang dikenai

pembelajaran team teaching terhadap pembelajaran dan matematika.

3. Apakah kemampuan pemahaman dan kecenderungan sikap siswa berbeda antara yang dikenai team teaching dan yang tidak.

4. Apakah hubungan sikap siswa dengan kemampuan matematis siswa sama, pada siswa yang belajar dengan seorang guru dan yang belajarnya dengan lebih dari seorang guru.

Penelitian ini dilakukan untuk memastikan terjaganya kualitas pelaksanaan program pengenalan lapangan (PPL) yang dikenakan pada delapan praktikan dari program studi pendidikan matematika, dan menjawab tantangan atas kondisi yang ada. Selebihnya, diharapkan menjadi rujukan pada perencanaan atau pelaksanaan program PPL ke depan.

Bagi peneliti menjadi kondisi yang bermakna memperkaya khasanah keilmuan, demikian pula bagi mahasiswa peserta praktikan.

Sejalan rumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang dikenai pembelajaran team teaching pada pelaksanaan propgram pengenalan lapangan adalah mencapai empat koma lima 2. Kecenderungan sikap siswa kelas X dan Kelas XI yang dikenai pembelajaran team

teaching terhadap pembelajaran dan matematika adalah positif.

3. Kemampuan pemahaman dan kecenderungan sikap siswa terhadap matematika dan pembelajaran tidak berbeda antara yang dikenai team teaching dan yang bukan.

4. Keeratan hubungan antara sikap siswa dengan kemampuan pemahaman matematis siswa sama, pada siswa yang belajar dengan seorang guru dan yang belajar dengan lebih dari seorang guru

Kemampuan pemahaman merupakan salah satu Power math atau kekuatan matematis.

Kemampuajn pemahaman merupakan kemampuan bukan sekedar menghafal rumus ataupun konsep tetapi bagaimana menjalankan prosedur dengan baik. Selain itu kemampuan

(4)

pemahaman akan menjadi dasar untuk tahap yang lebih tinggi lagi seperti kemmapuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah (Aripin, 2015; Aripin, Setiawan, & Hendriana, 2019).

Suryadi (Lexbin & Natalia, 2014) pembelajaran yang menekankan aktivitas pemahaman sangat erat kaitannya dengan pencapaian prestasi tinggi.

Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan nasional yang di amanahkan dalam undang-undang Pendidikan nasional. Amanah undang-undang yang direpresentasikan dalam kurikulum, mengisyaratkan bahwa power math ini harus dicapai siswa paska pembelajaran. Dan kemudian ditindaklanjuti secara sentralistik dalam bentuk, negara mengevaluasi pencapaiannya melalui pelaksanaan ujian nasional yang dikenakan pada setiap siswa disetiap akhir jenjang, yaitu dalam bentuk pelaksanaa ujian nasional yang dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran untuk setiap tingkat satuaj pendidikan, dan instrument ujian nasional khusus untuk matematika tersebut sejatinya mengukur kemampauan pemahaman matematis siswa.

Team teaching dimaknai sebagai pembelajar berjumlah lebih dari satu orang dan masuk ke dalam kelas untuk melaksanakan pembelajaran disatu pertemuan. Seorang sebagai tutor dan lainnya sebagai pendamping siswa belajar yang dalam penelitian ini bersamaan juga sebagai observer. Paska pembelajaran, team berdiskusi yang dalam penelitian ini dipandu guru pamong dan atau DPL tentang pelaksanaan pembelajaran yang baru usai. Bentuk elaborasi atas pemebelajaran yang baru usai terlaksana dalam diskusi ini, focus atau memberi penekanan lebih pada katerlibatan setiap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil diskusi ini, selanjutnya dijadikan rujukan atau landasan dalam menyusun perencanaan pembelajaran berikutnya dan melaksanakan pembelajarannya dipertemuan berikutnya dengan tutor yang berbeda. Artinya, setiap praktikan berkesempatan secara adil sebagai observer sekaligus pendamping siswa belajar juga berkesempatan secara adil sebagai tutor

METODE

Dalam hal ini kuasi eksperimen dengan disain, diadaptasi dari Fraenkel & Wallen (Riajanto, 2010) sebagai berikut:

X O C O

Keterangan: X = treatment group, C = control group, dan o = post tes

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas dengan jumlah siswa 38 dan kelas dengan julah siswa 34, juga siswa kelas XI yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI IPA 30 orang siswa dan kelas XI IPS 42 orang siswa pada satuan pendididkan SMA yaitu SMA Lepessa Cililin Kabupaten Bandung Barat.

Keempat kelas subjek dikenai perlakuan yang sama sejalan dengan pemberlakuan kurikulum tahun 2013 (kurtilas), dalam hal ini menggunakan pendekatan saintifik. Seorang praktikan menjadi guru di kelas X yang jumlah siswanya 38 orang siswa dan tiga orang praktikan menjadi tiem pembelajar di kelas X yang jumlah siswanya 34 orang siswa. Demikian untuk dikelas XI, seorang praktikan menjadi guru di kelas dengan jumlah siswa 30 orang dan kelas ini adalah kelas IPA sementara tiga orang praktikan menjadi tiem pembelajar di kelas yang siswanya berjumlah 42 orang dan kelas ini adalah kelas IPS. Seluruh subjek penelitian ini sebanyak 144 orang siswa, yang merupakan seluruh siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Lepessa saat PPL dilaksanakan.

(5)

Instrument dalam penelitian ini adalah soal tes dan soal non tes. Soal tes dimaksud berupa seperangkat soal tes yang berbentuk uraian yang terdiri dari 5 butir soal yang mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa. Adapun instrument tes yang digunakan merupakan soal ujian nasional atau adaptasi: Untuk kelas X tahun 2006/2007 nomor 1 tahun 2008/2009 nomor 4,5,6 tahun 2009/2010 nomor4 (P 32). Untuk kelas XI tahun 2006/2007 nomor 30 tahun 2007/2008 nomor 39 tahun 2008/2009 nomor 39 tahun 2009/2010 nomor 37 (P 32) atau sesuai materi yang menjadi beban praktikan selama melaksanakan PPL. dan instrument non tes menggunakan instrument non tes yang mengukur kecenderungan sikap siswa terhadap matematika dan guru (Riajanto, 2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Secara deskritif, diperoleh data kemampuan pemahaman matematis dan kecenderungan sikap siswa terhadap pembelajaran dan matematika, kelas X juga kelas XI setelah dikenai perlakuan saintifik oleh seorang guru dan oleh lebih dari seorang guru tersaji berikut.

Rataan kemampuan matematis siswa

Gambar 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas X dengan Seorang Guru

Gambar 2. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas X dengan Banyak Guru

(6)

Histogram di atas memberi informasi, capaian rataan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X yang pembelajarannya oleh seorang guru 5,7, oleh banyak guru 4,58

Gambar 3. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas XI dengan Seorang Guru

Gambar 4. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas XI dengan Banyak Guru Kemampuan pemahaman matematis siswa kelas XI yang pembelajarannya oleh seorang guru 9,27. Sementara capaian rataan kemampuan matematis siswa kelas XI yang pembelajarannya oleh banyak guru 5,24. Rataan kecenderungan sikap siswa terhadap matematika & guru tersaji pada Table 1

(7)

Tabel 1. Rataan Sikap Siswa Kelas X dan Kelas XI

Perlakuan Rataan sikap

Kelas X Kelas XI

Seorang Guru 3,15 3,06

Banyak Guru 3,12 3,12

Tabel 1 memberi informasi capaian rataan sikap siswa kelas X yang pembelajarannya oleh seorang guru 3,15. Sementara capaian rataan sikap siswa kelas X yang pembelajarannya oleh banyak guru 3,12. Kemudian capaian rataan sikap siswa kelas XI yang pembelajarannya oleh seorang guru 3,06. Sementara capaian rataan sikap siswa kelas XI yang pembelajarannya oleh banyak guru 3,12

Kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X berbantuan spss 17 Tabel 2. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas X

Mann-Whitney U 355.500

Wilcoxon W 655.500

Z -1.468

Asymp. Sig. (2-tailed) .142 a. Grouping Variable: Perlakuan

Diketahui bahwa salah satu data tak berdistribusi normal. Dan pada tabel 2 uji Mann Whitney nampak bahwa probability lebih dari signifikansi dibagi dua, dalam hal ini, .142 > 0,05/2.

Berarti menerima Ho.

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelas XI berbantuan spss 17 Tabel 3. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas XI

Mann-Whitney U 37.500

Wilcoxon W 940.500

Z -6.915

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Perlakuan

Karena diketahhui bahwa salah satu kelompok data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji Mann Whitney. Berdasar tabel 3 didapat, probability kurang dari signifikansi dibagi dua atau 0,05/2 > .000 .

Sikap siswa kelas X dan kelas XI yang mendapat perlakuan dalam pembelajarannya dengan seorang guru dan yang mendapat perlakuan dengan banyak guru, berbantuan spss 17

Kecenderungan Sikap Siswa Kelas X Terhadap Matematika & Guru

(8)

Tabel 4. Sikap Siswa Kelas X terhadap Matematika & Guru

Mann-Whitney U 309.000

Wilcoxon W 609.000

Z -.889

Asymp. Sig. (2-tailed) .374

a. Grouping Variable: Perlakuan

Ho : Sikap siswa kelas X yang pembelajarannya dengan seorang guru dan banyak guru sama.

Table 4, memberi informasi bahwa hasil statistik uji menggunakan non parametrik dalam hal ini Mann Whitney, menunjukan probability lebih dari signifikansi dibagi dua. Atau .374 >

0,05/2, yang berarti menerima Ho.

Kecenderungan Sikap Siswa Kelas XI Terhadap Matematika & Guru

Tabel 5. Uji t Sikap siswa kelas XI

t df

Sig.

(2- tailed )

Mean Differ ence

Std.

Error Differen

ce Lower Upper Sikap Siswa

Kelas XI Terhadap Matematika &

Guru

Equal variances

assumed -.899 72 .372 -

.06042 .06720 -.19437 .07353 Equal variances

not assumed -.916 68.687 .363 -

.06042 .06596 -.19201 .07117

Table 5, memberi informasi bahwa statistik uji menggunakan parametrik karena kedua kelompok data berdistribusi normal dan variannya sama, dalam hal ini menggunakan statistic uji t. Dan hasilnya probability lebih dari signifikansi dibagi dua. Atau .372 > 0,05/2,

Keeratan hubungan antara sikap dengan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X dan kelas XI yang pembelajaran dengan seorang guru juga dengan banyak guru.

Pada Siswa Kelas X

(9)

Tabel 6. Correlations Kemampua n

Pemahama n

Matematis Kelas X Dengan Seorang Guru

Sikap Siswa Kelas X Dengan Seorang Guru

Kemampua n

Pemahama n

Matematis Kelas X DenganBan yak Guru

sikap siswa Kelas X Dengan Banyak Guru Kemampuan

Pemahaman Matematis Kelas X Dengan Seorang Guru

Pearson Correlation 1 -.007 .235 .113

Sig. (2-tailed) .970 .270 .599

N 38 30 24 24

Sikap Siswa Kelas X Dengan Seorang Guru

Pearson Correlation -.007 1 .255 -.220

Sig. (2-tailed) .970 .230 .302

N 30 30 24 24

Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas X DenganBanyak Guru

Pearson Correlation .235 .255 1 .214

Sig. (2-tailed) .270 .230 .315

N 24 24 24 24

sikap siswa Kelas X Dengan Banyak Guru

Pearson Correlation .113 -.220 .214 1 Sig. (2-tailed) .599 .302 .315

N 24 24 24 24

Ho: Tidak ada hubungan (korelasi) antara sikap siswa terhadap matematika dan guru dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan seorang guru atau banyak guru.

Table 6 di atas memberi informasi;

Untuk siswa yang mendapat perlakuan dengan seorang guru, korelasi kemampuan pemahaman matematis dengan sikap siswa -.007 dengan probabilitas .970 atau lebih besar dari 0,05/2.

Dalam hal ini Ho diterima.

Untuk siswa yang mendapat perlakuan dengan banyak guru, korelasi kemampuan pemahaman matematis dengan sikap siswa .214 dengan probabilitas .315 atau lebih besar dari 0,05/2. Dalam hal ini Ho diterima.

(10)

Tabel 7. Correlations Kemampua n Math Kelas XI Dengan Seorang Guru

Sikap Siswa Kelas XI Dengan Seorang Guru

Kemampua n Math Kelas XI Dengan Banyak Guru

Sikap siswa Kelas XI Dengan Banyak Guru Kemampuan

Math Kelas XI Dengan

Seorang Guru

Pearson Correlation 1 -.034 -.013 -.026

Sig. (2-tailed) .859 .947 .890

N 30 30 30 30

Sikap Siswa Kelas XI Dengan

Seorang Guru

Pearson Correlation -.034 1 -.173 .082

Sig. (2-tailed) .859 .360 .668

N 30 30 30 30

Kemampuan Math Kelas XI Dengan

Banyak Guru

Pearson Correlation -.013 -.173 1 -.023

Sig. (2-tailed) .947 .360 .885

N 30 30 42 42

Sikap siswa Kelas XI Dengan

Banyak Guru

Pearson Correlation -.026 .082 -.023 1 Sig. (2-tailed) .890 .668 .885

N 30 30 42 43

Ho: Tidak ada hubungan (korelasi) antara sikap siswa terhadap matematika dan guru dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas XI yang mendapat perlakuan dengan seorang guru dan banyak guru.

Table 7 di atas memberi informasi;

Untuk siswa yang mendapat perlakuan dengan seorang guru, korelasi kemampuan pemahaman matematis dengan sikap siswa -.034 dengan probabilitas .859 atau lebih besar dari 0,05/2.

Dalam hal ini Ho diterima.

Untuk siswa yang mendapat perlakuan dengan banyak guru, korelasi kemampuan pemahaman matematis dengan sikap siswa .-023 dengan probabilitas .885 atau lebih besar dari 0,05/2.

Dalam hal ini Ho diterima

Pembahasan

Pembahasan Rataan kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya dengan seorang guru, untuk kelas X 5,71 dan kelas XI 9,27 sedang dengan banyak guru, untuk kelas X 4,58 dan kelas XI 5,24. Temuan ini menunjukan bahwa, rataan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X dan kelas XI yang mendapat perlakuan dengan team teaching lebih besar dari 4,5 (empat koma lima). Rataan kecenderungan sikap siswa kelas X terhadap matematika dan guru;

yang mendapat perlakuan seorang guru 3,15 dan banyak guru 3,12. Sementara pada siswa kelas XI; yang mendapat perlakuan seorang guru 3,06 dan banyak guru 3,12. Temuan ini menunjukan

(11)

bahwa rataan sikap siswa terhadap matematika dan guru kelas X kelas XI adalah positif, baik yang mendapat perlakuan dengan seorang guru maupun banyak guru.

Kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X berbantuan spss 17, hasil analisis dengan uji non parametrik Mann Whitney diperoleh probability .142, dan .142 > 0.05/2. temuan ini bermakna, kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X yang dikenai perlakuan dengan seorang guru dan banyak guru tidak berbeda secara signifikan. Kemampuan pemahaman maatematis siswa kelas XI berbantuan spss 17, hasil analisis dengan uji non parametrik Mann Whitney diperoleh probability .000, dan .000 < 0.05/2. temuan ini bermakna, kemampuan pemahaman matematis siswa kelas XI yang dikenai perlakuan dengan seorang guru dan banyak guru berbeda secara signifikan. Dan hal ini adalah logis karena kedua kelas XI adalah berbeda yaitu satu kelas XI adalah kelas IPA dan satu kelas XI lainnya adalah kelas IPS.

Kecenderungan sikap siswa kelas X berbantuan spss 17, hasil analisis dengan uji non parametrik Mann Whitney diperoleh probability .374, dan .374 > 0.05/2. temuan ini bermakna, kecenderungan sikap siswa kelas X terhadap matematika dan guru yang dikenai perlakuan dengan seorang guru dan banyak guru tidak berbeda secara signifikan. Kecenderungan sikap siswa kelas XI berbantuan spss 17, hasil analisis dengan uji t diperoleh probability .372, dan .372 > 0.05/2. temuan ini bermakna, kecenderungan sikap siswa kelas XI terhadap matematika dan guru baik yang dikenai perlakuan dengan seorang guru juga banyak guru tidak berbeda secara signifikan

Korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X berbantuan spss 17, di dapat hasil uji pearson correlation; Korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan seorang guru -.007. hal ini bermakna bahwa korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan seorang guru sangat lemah atau kurang dari 0,5. Sementara probabilitas .970, yang berarti lebih dari 0,05 dibaagi dua.

Temuan ini bermakna, tidak ada korelasi antara sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan seorang guru. Kejadian tersebut memiliki arti bahwa siswa terlebih dahulu harus mempunyai motivasi dalam belajar matematika hal ini sejalan Syarifah, Nuraidah, Riajanto, & Maya (2018) faktor yang memperngaruhi sikap positif dalam matematika siswa harus yang memiliki sikap kepercayaan diri dalam matematika. minat dan keingintahuan siswa dalam matematika cenderung memiliki ide yang banyak dalam penyelesaian soal dan kegigihan serta ketekunan dalam menyelesaikan segala permasalahan.

Korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan banyak guru .214. hal ini bermakna bahwa korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan banyak guru sangat lemah karena kurang dari 0,5. Sementara probabilitas .315, yang berarti lebih dari 0,05 dibagi dua. Temuan ini bermakna, tidak ada korelasi antara sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas X yang mendapat perlakuan dengan banyak guru. Korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas XI yang mendapat perlakuan dengan seorang guru - .034. hal ini bermakna bahwa korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan matematis pada siswa kelas XI yang mendapat perlakuan dengan seorang guru sangat lemah. Sementara probabilitas .859, yang berarti lebih dari 0,05/2. Temuan ini bermakna, tidak ada korelasi antara sikap dengan kemampuan matematis pada siswa kelas XI yang mendapat perlakuan dengan

(12)

seorang guru. Hal ini sejalan dengan penelitian Aliah, Sukmawati, Hidayat, & Rohaeti (2020) sikap positif dalam matematika akan mempengaruhi kemmapuan kognitifnya.

Korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas XI yang mendapat perlakuan oleh banyak guru -.023 hal ini bermakna bahwa korelasi kecenderungan sikap dengan kemampuan matematis pada siswa kelas XI yang mendapat perlakuan dengan banyak guru sangat lemah karena kurang dari 0,5. Sementara probabilitas .885, yang berarti lebih dari 0,05 dibagu dua. Temuan ini bermakna, tidak ada korelasi antara sikap dengan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas XI yang mendapat perlakuan dengan banyak guru. Berdasarkan hasil penelitian Lexbin (2014) wajar bila pembelajaran matematika belum memperlihatkan dampak positif, yang antara lain menghantar siswa pada kepemilikan kemampuan matematis, sehingga wajar resah dan khawatir termasuk guru bidang studinya yang padahal langsung mengasuh siswa-siswanya mempersiapkan untuk itu dalam waktu yang tak sekejap.

KESIMPULAN

Menjadi solusi pada pelaksanaan program pengenalan lapangan ditingkat sekolah lanjutan atas bila hanya pilihan itu yang ada. Karena; rataan kemampuan pemahaman matematis yang dicapai siswa melampaui syarat minimal kelulusan pada ujian nasional, rataan pencapaian kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan dengan seorang guru tidak berbeda dengan rataan pencapaian kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat perlakuan dengan banyak guru. Bilapun nampak berbeda pada siswa kepasxi seperti yang nampak pada pembahasan di atas, hal itu sesuai fakta bahwa dua kelas xi yang menjadi sampel penelitian ini adalah satu kelas xi ips dan satu kelas lainnya siswa kelas xi ipa.

Tidak adanya perbedaan sikap siswa terhadap matematika dan guru pada siswa kelas x siswa kelas xi yang dikenai pembelajaran dengan seorang guru dan banyak guru, juga tidak adanya keterkaitan antara kecenderungan sikap siswa terhadap matematika dan guru dengan kemampuan matematis, pada siswa kelas x dan siswa kelas xi baik yang pembelajarannya dengan seorang guru juga dengan banyak guru, menguatkan simpulan di atas..

DAFTAR PUSTAKA

Aliah, S. N., Sukmawati, S., Hidayat, W., & Rohaeti, E. E. (2020). ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN DISPOSISI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SPLDV. Jurnal Ilmiah P2M STKIP Siliwangi, 3(2), 91–98.

https://doi.org/10.22460/jpmi.v3i1.p91-98

Aripin, U. (2015). P2M STKIP Siliwangi P2M STKIP Siliwangi. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, 2(1), 128–136. https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.2378-09.2009 Aripin, U., Setiawan, W., & Hendriana, H. (2019). Critical Thinking Profile Of Mathematics

In Integral Materials, 2(2), 97–106.

Lexbin, M. (2014). Pengembangan Pembelajaran Era Post Modern Menuju Ketercapaian Kemampuan Matematis Siswa. Infinity Journal, 3(1), 81.

https://doi.org/10.22460/infinity.v3i1.40

Lexbin, M., & Natalia, S. (2014). Lexbin, M., & Natalia, S. (2014). PENINGKATAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN GEOMETRIS SISWA SMP MELALUI

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN SOFTWARE

(13)

GEOMETER’S SKETCHPAD. Journal of Chemical Information and Modeling, 7(1), 27–

39. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Riajanto, M. L. E. J. (2010). Pencapaian Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan Software Geometer’s Sketchpad. Universitas Pendidikan Indonesia.

Syarifah, F. S. D., Nuraidah, S., Riajanto, M. L. E. J., & Maya, R. (2018). ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MTS NEGERI DI BANDUNG BARAT PADA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 1(4), 547–558. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.219-228

Tirtaharja, Umar, & Sulo, L. (1994). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Proyek Pembinaan &

Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan metode belajar kelompok

Usaha manusia untuk memunculkan terobosan baru di bidang teknologi tentunya sangat mendukung proses kerja yang pada awalnya memerlukan waktu yang relatif lama menjadi dapat

Maka Pemohon sangat mengharapkan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi sebagai benteng terakhir serta sebagai penjaga konstitusi di Republik Indonesia untuk melindungi hak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan

Her thesis, entitled The Influence of Voiced and Voiceless Stop Consonants and Their Place of Articulations on the Length of the Preceding Front Vowel in American

Permasalahan yang diakibatkan oleh gaya hidup biasanya mengalami perkembangan yang cepat seiring dengan perkembangan dari gaya hidup tersebut, begitu juga

Untuk Peserta yang mewakili/dikuasakan membawah Surat Kuasa dari Pimpinan Perusahaan yang namanya tercantum dalam Akta Pendirian atau Akta Perubahan (apabila ada

Prioritas jenis keterampilan yang relevan dengan pasar kerja dan/atau usaha di