• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penggunaan Metode Wafa Dalam Membentuk Anak Usia Dini Dalam Menghafal AL-Qur’an Di RA Insan Mulia, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Penggunaan Metode Wafa Dalam Membentuk Anak Usia Dini Dalam Menghafal AL-Qur’an Di RA Insan Mulia, Yogyakarta."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Metode Wafa Untuk Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Anak Usia Dini di RA Insan Mulia, Yogyakarta.

1A’us Arief Ikhwani Hakim, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Indonesia

2Suyadi, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Indonesia ausariefikhwani@gmail.com 1, suyadi1@uin-suka.ac.id 2

Received: 16 Desember 2022 Reviewed: 19 Desember 2022 Accepted: 22 Januari 2023

Abstract

The purpose of thisresearch is to find out how the application of the Wafa method in RA Insan Mulia Yogyakarta, this research uses a qualitative descriptive method.

Observation, interviews and documentation are used as data collection techniques. The results showed that the Wafa method used used the 5P technique was opening, experiential, teaching, evaluating and closing. With this application, the material that will be memorized in Term 1 is the letters An-Naba, An-Nazi'at and Abasa. Based on research, the Wafa method is quite effective in early childhood, as evidenced by the increasing interest in children's learning in the Qur'an, but there are still children who have not shown improvement.

Keywords: Wafa Method, Early Childhood Education. Memorizing the Qur'an

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Wafa di RA Insan Mulia Yogyakarta, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Observasi, wawancara dan dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Wafa yang digunakan menggunakan teknik 5P yaitu pembukaan, pengalaman, pengajaran, mengevaluasi dan menutup. Dengan adanya aplikasi ini, materi yang akan dihafal pada Term 1 adalah surat-surat An-Naba, An- Nazi'at dan Abasa. Berdasarkan penelitian, metode Wafa cukup efektif pada anak usia dini, terbukti dengan meningkatnya minat belajar anak terhadap Al-Qur'an, namun masih ada anak yang belum menunjukkan peningkatan.

Kata Kunci: Metode Wafa, Pendidikan Anak Usia Dini. Menghafal Al-Qur’an

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting, dengan memberikan pendidikan anak sejak usia dini dan membekali anak pendidikan yang baik, merupakan suatu usaha yang dapat menstimulus segala perkembangan yang terjadi pada anak usia dini. Di dalam pendidikan anak usia dini berbagai macam pembelajaran yang berfokus

(2)

dan mengarah pada perkembangan fisik motorik, kecerdasan, emosional, bahasa, dan perkembangan moral dan agama. Oleh karena itu perkembangan moral dan agama tidak lepas dari pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam memiliki tujuan yang jelas, salah satunya yaitu membentuk karakter yang baik dan mulia dalam diri seorang anak, pedoman dalam menjadikan karakter manusia yang baik dan mulia yaitu berlandaskan kepada Al- Qur'an. Al-Qur'an merupakan suatu pedoman bagi pembentukan karakter setiap muslim, sebagai seorang muslim, ia harus meyakini bahwa belajar dan mengajarkan Al-Qur'an kepada orang lain merupakan sebuah tanggung jawab dan kewajiban karena merupakan perbuatan yang mulia di hadapan Allah SWT. (Manna’ alqatthan, n.d.)

Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah pekerjaan dan usaha sadar yang direncanakan untuk menciptakan susasana belajar yang dapat meningkatkan berbagai potensi yang di fokuskan dalam pengembangan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003) Selaras dengan itu (Nirwana, n.d.) Pendidikan dan agama menjadi bagian yang sangat penting bagi sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan agama Islam adalah memberi pembekalan keterampilan kognitif, efektif dan psikomotorik dalam mengupayakan pembiasaan-pembiasaan nilai ajaran-ajaran islam yang menjadi pedoman setiap muslim, pedoman yang digunakan oleh setiap muslim yaitu Al- Qur'an dan Al-Hadist.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan setiap manusia mengerahkan dan berjuang sebagai upaya memenuhi kebutuhan kehidupannya, oleh sebab itu dampak dari berbagai perkembangan yang dilalui oleh setiap generasi mengakibatkan manusia kehilangan stabilitas batiniyah walaupun kekayaan materi berlimpah, dampak dari hal tersebut terancamnya generasi muda yang banyak timbul berbagai golakan dan kegelisahan rohani yang kurang memahami syari'at agama Islam. (Lina, 2008). Oleh karena itu suatu proses pembelajaran agama Islam sangat dibutuhkan dalam setiap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia, oleh sebab itu segala pendidikan yang dilakukan setiap pendidik ataupun orang tua yang membimbing, membantu, dan mengarahkan anak didik dalam hal pengalaman keagamaan merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi anak didik. (Hanum, 2014) Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan aspek-aspek yang saling berhubungan, oleh karenanya berbagai upaya yang dilakukan dalam pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, serta berbagai keterampilan sangat diperlukan oleh para pendidik.

(Purwati, 2014)

Al-Qur’an adalah sebaik-baiknya petunjuk dalam segala aspek permasalahan yang ada di berbagai kehidupan di dunia, oleh karena itu pembelajaran Al-Qur’an harus diajarkan sejak anak usia dini, seperti pembelajaran membaca serta mengenalkan huruf-huruf hijaiyah dan tajwid, tetapi tidak hanya membaca dan mengenalkan tajwid, anak-anak juga penting dilatih hafalan (Tahfidz), agar melatih anak dalam memperkuat ingatannya, dalam hal ini terdapat berbagai metode yang menarik dalam pengajaran dan hafalan Al-Qur’an. Metode menunjukkan suatu cara atau langkah-langkah untuk menyampaikan suatu gagasan, suatu pemikiran, yang disusun dan direncanakan secara sistematis dan berdasarkan teori, konsep, dan prinsip-prinsip tertentu dari disiplin ilmu yang terkait (Abuddin Nata, 2014). Dalam

(3)

pembelajaran dan hafalan Al-Qur’an, metode yang digunakan untuk belajar dan hafalan Al- Qur'an harus sederhana dan mudah serta menyenangkan. Setiap pembelajaran dan hafalan Al- Qur'an membutuhkan metode yang tepat, agar pembelajaran dan hafalan tidak terkesan membosankan dan menjemukan. Meskipun banyak metode pembelajaran dan hafalan Al- Qur'an, namun tidak semua metode tersebut dapat diterapkan pada berbagai jenis pembelajaran dan hafalan. (Ummah, 2017)

Namun disisi lain tidak sedikit orang tua yang memilih dan memberikan pendidikan kepada anaknya hanya berfokus kepada sekolah umum yang menerapkan beberapa metode menarik namun tidak berlandaskan agama Islam, sedangkan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam setiap perkembangan agama pada anak-anak, dari permasalahan tersebut penerapan metode yang menarik serta memudahkan dalam pengajaran dan hafalan Al-Qur’an pada pendidikan anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penerapannya, dalam hal ini metode yang sangat tepat untuk pembelajaran hafalan Al-Qur’an yaitu menggunakan metode Wafa, Metode Wafa merupakan salah satu metode yang tepat untuk di terapkan dalam hafalan di pendidikan anak usia dini.

Metode Wafa merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran hafalan Al-Qur’an dengan mengaktifkan pembelajaran otak kanan. Artinya, otak kiri tetap dipakai akan tetapi ditambah memanfaatkan pembelajaran dari keunggulan otak kanan.

Metode Wafa juga bersifat konfeherensif and integrative dengan metodologi yang dikemas dengan menarik dan menyenangkan. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang penggunaan metode Wafa dalam pembelajaran Al-Qur’an seperti yang dilakukan oleh Rini yaitu efektifitas metode Wafa dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an (BTQ) di Madrasah Ibtidaiyah yang berjalan dengan cukup baik dengan melihat pedoman buku metode Wafa, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, seperti tempat penelitian, objek penelitian dan pembahasan penelitian, penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, hasil dari penelitian tersebut dalam pembelajaran Al-Qur’an, berkembang cukup baik sesuai dengan pedoman buku metode Wafa, namun belum semua terlaksana secara maksimal karena beberapa guru tidak mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pihak pengembang metode Wafa. (Nurul Hikmi Rini, 2018)

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Utami yang berjudul Implementasi Metode Wafa Dalam Meningkatkan Minat Belajar Al-Qur’an Anak Usia Dini.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa metode Wafa mampu memberikan pembelajaran dengan baik, dibuktikan pada pencapaian ketentuan pada kurikulum Wafa yang sudah menempuh buku tilawah wafa jilid dua dari lima tingkatan jilid dan guru sudah menerapkan 5P yang sesuai dengan kurikulum metode Wafa dengan langkah yakni, pembukaan, pengalaman, pengajaran, penilaian, dan penutupan. (Utami. 2022)

Penelitian yang dilakukan Siti Rohmaturrosyidah yang berjudul Pembelajaran Al- Qur’an Metode Wafa dengan optimalisasi Otak Kiri dan Otak Kanan, dalam penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), dari hasil penelitian tersebut, pengoptimalan kinerja otak tidak hanya memprioritaskan salah satu otak saja, memprioritaskan salah satu otak saja akan cenderung kurang seimbangnya perkembangan pada otak untuk mencapai suatu tujuan perkembangan, oleh karena itu penggunaan metode Wafa sebagai metode pembelajaran yang memiliki system pembelajaran Al-Qur’an yang komprehensif dan menyenangkan, penggunaan strategi pembelajaran TANDUR yang

(4)

menjadikan proses lebih menyenangkan dan mudah, serta penggunaan lagu dan gerak tubuh dalam pembelajarannya, dirasa sangat efektif dan nilai tambah dalam pembelajaran di pendidikan anak usia dini. (Rohmaturrosyidah. 2017)

Dari berbagai penelitian terdahulu terdapat perbedaan dan kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Rini yang berfokus pada keefektifan metode Wafa di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan Tri Utami berfokus pada minat belajar anak usia dini dalam pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode Wafa, dan Rohmaturrosyidah yang berfokus pada pengoptimalan otak kanan dan otak kiri, dari penelitian terdahulu mempunya kesamaan yang membahas tentang penerapan metode wafa dalam dunia pendidikan.

Dalam metode pembelajaran dan hafalan Wafa, guru memainkan peran penting dalam memberi pembelajaran kepada anak-anak seperti mengucapkan huruf hijaiyah sesuai dengan catatan yang tepat. Jadi anak-anak bisa mencerna setiap pengucapan dengan baik yang diucapkan oleh guru. Guru harus mengerti faktor yang mendukung keterampilan para peserta, agar belajar lebih efisien untuk memaksimalkan potensi siswa. Pola pikir yang perlu dibangun oleh setiap guru adalah semua anak memiliki kesempatan untuk sukses. Potensi- potensi yang perlu dipahami guru yaitu bagaimana mengoptimalkan peran otak anak, oleh karena itu ketika guru menyerap informasi dan harus memahami dan mengetahui gaya belajar siswanya. Kategori/kecenderungan gaya belajar peserta dapat dikelola dengan beberapa aturan dan dapat diterapkan pada siswa yang berbeda. Namun demikian, dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan diri pada metode Wafa saja. Bagaimana metode Wafa dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an pada anak usia dini, bagaimana keefektifan metode Wafa sebagai suatu metode menghafal Al-Qur’an pada pendidikan anak usia dini di RA Insan Mulia, Yogyakarta.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif menurut jenisnya penelitian fenomenologi, penelitian kualitatif ini adalah penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena apa adanya misalnya, tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007) Penelitian ini dilakukan dengan penelitian lapangan field research dimana untuk memperoleh data yang akurat dan objektif peneliti datang langsung ke lokasi. Dalam hal ini peneliti melakukan sebuah peneliti yang membahas tentang penggunaan metode wafa dalam membentuk anak usia dini dalam menghafal Al-Qur’an di RA Insan Mulia, Yogyakarta

Sementara itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal- hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara. Dokumentasi yang dilakukan adalah untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada ditempat penelitian ataupun yang berada di luar tempat penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut (sugiyono, 2013).

(5)

Adapun hasil analisis data disajikan secara deskriptif. Dimaksud dengan penyajian secara deskriptif, yaitu hasil analisis data dipaparkan secara jelas dan rinci dengan menggunakan terminologi yang bersifat teknis.

Hasil Dan Pembahasan Pendidikan Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan suatu kelompok dalam rentang 0-8 tahun, pada pertumbuhan dan perkembanganya perlu diarahkan dan dibina sedemikian mungkin agar tercapainya perkembangan yang di harapkan, anak usia dini merupakan masa ke emasan (Golden Age) masa emas hanya terjadi satu kali dalam setiap kehidupan yang dialami oleh manusia, oleh sebab itu perkembangan agama moral, fisik motorik kognitif, bahasa, social- emosiomal dan perkembangan seni, harus diasah sedini mungkin. (Priyanto, 2014)

Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya, besarannya rasa ingin tahu yang dimiliki disetiap anak usia dini dengan segala sesuatu yang ada di lingkungan dan di sekelilingya, meskipun dalam perkembangannya terdapat banyak kesamaan, tetapi setiap anak mempunyai keunikan tersendiri, kesukaan dalam hal membayangkan sesuatu pada anak usia dini dan keterampilan dalam setiap perkembangannya, serta fantasi dan imajinasi yang terdapat dari setiap anak usia dini sangat penting untuk berbagai perkembangannya (Amini, 2014)

Perkembangan dalam anak usia dini harus dibina sebaik mungkin, karena itu pendidikan anak usia dini sangat penting dilakukan dalam pembinaan setiap perkembangan yang dimiliki oleh anak usia dini, salah satu perkembangan yang penting bagi anak usia dini ialah perkembangan agama Islam. (Jasuri, 2015) Fungsi dari pemebelajaran agama islam untuk mengenalkan anak usia dini kepada Allah Swt, agar senantiasa mengingat penciptanya, membina dan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah Swt, agar menjadi manusia yang bahagian dunia dan akhirat.

Pembelajaran iman dan taqwa selalu berpedoman dengan Al-Qur’an, oleh sebab itu pendidikan Al-Qur’an sangat penting dalam pendidikan anak usia dini, berbagai metode pembelajaran Al-Qur’an di pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya dalam membiasakan anak usia dini memahami berbagai kandungan dalam Al-Qur’an, tidak hanya memahami kandungan dalam Al-Qur’an anak usia dini juga harus dibiasakan dalam pembelajaran dan menghafal, Oleh karna itu penggunaan metode Wafa dalam pendidikan anak usia dini yang mengandalkan otak kanan sangat cocok dalam pembelajaran dan hafalan anak usia dini. Dalam hal pembelajaran dan hafalan, tentu sangat butuh penggunaan metode, berbagai metode dapat guru terapkan didalam kelas saat pembelajaran dan hafalan, salah satu metode dalam pembelajaran dan hafalan Al-Qur’an yaitu menggunakan metode Wafa.

Metode Wafa

Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sistem untuk memudahkan berbagai pelaksanaan pembelajaran, metode adalah suatu cara kerja yang sistematis untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi terlaksananya suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan tertentu. (Kemendikbud, 1995) Sedangkan menurut

(6)

(Sani, 2013) model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang terbentuk dalam model prosedural yang dikembangkan secara sistematis berdasarkan teori dan digunakan dalam mengatur proses belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran Adanya langkah-langkah dalam pembelajaran yang menjadi ciri utama dari metode pembelajaran.

Metode Wafa adalah sistem dan metode pembelajaran dan hafalan Al-Qur'an yang sangat tepat untuk semua umat Islam. Sistem ini karena Wafa berada dibawah naungan sebuah konsultan yang memfokuskan kiprahnya pada pendidikan Al-Qur'an dengan yayasan Syafa'atul Qur'an Indonesia (YAQIN) masyarakat luas akhirnya mengetahui pengajaran metode tersebut dalam metode Wafa Al-Qur'an. Dengan yang bercirikan pengunaan fungsi otak kanan yang menyajikan pembelajaran secara menarik dan sistematis, dengan mengutamakan kenyamanan siswa. (Pangastuti, 2017)

Salah satu metode pembelajaran yang populer dan praktis yang peneliti anggap berhasil dalam pembelajaran Al-Qur’an yaitu metode Wafa, metode yang dibentuk oleh Yayasan Syafa’atul Qur’an (YAQIN) Surabaya, menghadirkan Wafa Belajar Al-Qur’an metode otak kanan sebagai sistem dan metode hafalan Al-Qur’an yang komprehensif, mudah dan menyenangkan, konsep pembelajaran Al-Qur’an yang komprehensif memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam berinteraksi dan memahami Al-Qur’an sebagaimana sahabat Rasulullah yang mampu membaca, memahami, mempraktekkan dan menghafal Al- Qur’an. Interaksi tersebut dihadirkan kedalam kurikulum pendidikan Al-Qur’an dengan konsep 5T, yakni: Tilawah, Tahfidz, Tarjamah, Tafhim dan Tafsir (Shobikhul, 2019).

Adapun hasil dari observasi yang penulis lakukan di RA Insan Mulia, berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama delapan hari mulai dari 12 oktober sampai tanggal 19 oktober 2022 di RA Insan Mulia, dalam pembelajaran dan hafalannya para guru di RA Insan Mulia menerapkan tilawaah dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an, yang dimulai dari jam pertama yaitu pukul 08.00-08.45 WIB, dalam hal ini penerapan metode 5P yang digunakan pada setiap hafalan dan pembelajaran yaitu (pembukaan, pengalaman, pengajaran, penilaian, penutupan). Tidak hanya itu disetiap sebelum masuk sekolah guru membiasakan diri dalam menerapkan karakter yang baik sejak anak usia dini, para guru selalu menunggu mereka untuk berjabat tangan dan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan do’a pagi bersama sebelum memulai segala kegiatan dimulai, kegiatan tilawaah tahfidz dimulai dari anak berbaris dihalaman depan kelas, berhadapan dengan guru satu persatu, kemudian guru menerapkan pembelajaran metode Wafa menggunakan buku peraga dan buku tilawaah.

Pembukaan, pembelajaran dimulai dengan guru mempersiapkan dan melakukan situasi pendidikan di halaman depan kelas, bernyanyi bersama untuk meningkatkan semangat anak-anak sebelum belajar. Kemudian guru mengajak anak-anak untuk bermain bersama, Selanjutnya guru mengajak anak-anak untuk berdoa, ketika kami melakukan doa pembukaan untuk belajar bersama menggunakan metode Wafa, pada saat observasi lapangan kami menemukan beberapa anak yang masih lalai untuk mengikuti kegiatan pembelajaran hafalan Al-Qur’an, setelah itu guru akan melakukan murojaah hafalan Al-Qur’an yang sudah diajarkan pada hari sebelumnya dan dibarengi dengan tambahan materi beberapa ayat untuk mengenalkan materi-materi hafalan Al-Qur’an.

(7)

Pengalaman, dari segi pengalaman terdapat pada pengobservasian hari ke tiga yaitu guru melakukan pembelajaran menggunakan video pembelajaran, dengan cara menonton bersama-sama dan guru melakukan pembelajaran dengan Nasydid atau bercerita untuk mengenalkan konsep materi baru, dalam upaya menumbuhkan pengalaman kepada anak- anak, penyampaiannya yang dilakukan guru yang bertema wudhu, sholat, dan berpuasa, terlihat anak begitu antusias menyaksikan pembelajaran menggunakan video.

Pengajaran, pada tahap pengajaran guru melakukan materi pembelajaran secara bertahap, guru menggunakan buku peraga dan buku penghubung wali yang sudah disimpan didepan anak-anak, pengajaran dimulai dengan guru terlebih dahulu membacakan ayat Al- Qur’an menggunakan nada yang menarik, kemudian diikuti oleh anak, setelah itu anak menyebutkan sendiri tanpa diikuti oleh guru, dalam strategi pembelajaran dan hafalan guru menggunakan strategi satu persatu ayat yang dibacakan guru kemudian diikuti oleh anak.

Penilaian, dalam hal penilaian di RA Insan Mulia menggunakan penilaian dengan cara klasik dan privat, penilaian klasikal yang dimaksudkan dengan memperhatikan anak ketika diberikan materi hafalan Al-Qur’an, setelah anak maju satu persatu kemudian anak mengulangi apa materi yang diberikan oleh guru, kemudian anak diminta untuk membaca isi dari buku peraga, yang nantinya guru memberikan paraf kepada setiap siswa dibuku harian yang dinamakan buku penghubung wali, agar nantinya orang tua dapat juga melihat dan mengetahui segala perkembangan anak.

Sementara itu pada penutupan, diakhir pembelajaran guru mengakhiri dengan mengulang materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian guru mengajak anak bernyanyi dan mulai masuk ke kelas meminta anak merapihkan ssemua buku yang mereka gunakan, kemudian guru memuji setiap anak dengan semangat karena telah mengikuti pembelajaran.

Menghafal Al-Qur’an

Menghafal dalam Bahasa arab didapat dari kata Hafiza-Yahfazu-Hifzun yang berartikan memelihara, menjaga dan menghafal, bentuk idafah yang menggabungkan hafalan dan Al-Qur’an yang diartikan dan dikenal dengan penghafal Al-Qur’an, didalam bahasa praktisnya, menghafal Al-Qur’an ialah membaca dengan lisan secara terus menerus dan melatih agar menimbulkan suatu ingatan dalam otak dan pikiran, yang menjadikan suatu amalan dalam kehidupan sehari-hari. (Muhtaromah, 2015)

Al-Qur’an merupakan suatu pedoman utama setiap umat muslim dalam menjalakan roda kehidupannya, setiap umat muslim senantiasa mencari syafaat dan kemuliaan dalam Al- Qur’an, agar setiap umat islam mendapat syafaat dan kemuliaan didalam Al-Qur’an manusia harus senantiasa membaca, menghafalkan dan mengamalkan Al-Qur’an, oleh karena itu setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya selalu belajar Al-Qur’an agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Oleh sebab itu di RA Insan Mulia menerapkan hafalan-hafalan surat-surat Al-Qur’an agar anak dapat membiasakan, mengetahui dan mengenal Al-Qur’an lebih dalam, agar kemudian dapat mengamalkan ajaran-ajaran Allah Swt, dalam menghafal Al-Qur’an mempunyai beberapa prinsip mudah dalam menghafalnya yaitu.

(8)

1. Dimulai dengan yang paling mudah dan membiasakan anak dalam membaca bacaan yang mudah dan surat-surat yang pendek yang tidak terlalu panjang agar anak tidak mudah frustasi dan bosan dalam menghafal Al-Qur’an.

2. Yang susah dipermudah, dakam pembelajaran tentu setiap anak mempunyai kemampuan dan kondisi yang berdeda-beda, ada kalanya yang dianggap guru mudah tetapi murid tersebut lebih cepat ketika menghafalnya, oleh sebab itu cara mencontohkan dan membacakan setiap pendidik harus mengutamakan pemahaman dan kemampuan disetiap anak.

3. Yang lebih susah dibuat menyenangkan, dalam hal ini lebih diutamakan pengkondisian dengan cara kenyamanan dalam belajar, agar anak belajar dengan gembira dan menyenangkan.

4. Fokus pada proses dan usaha anak, pada saat belajar yang dilihat adalah prosesnya bukan hasilnya, bagaimana proses anak dalam pembelajaran Al-Qur’an.

5. Setiap hari bersama Al-Qur’an, agar anak lebih mudah dan lebih cepat dalam menghafalkan Al-Qur’an pendidik harus membiasakan anak dalam menghafalkan Al- Qur’an setiap hari, dan menguunakan media metode yang beragam dan berbeda-beda agar anak tidak cepat bosan dalam menjalankan pembelajaran Al-Qur’an. (Masliyah, 2021)

Berdasarkan hasil wawancara oleh salah satu guru di RA Insan Mulia menyatakan bahwa metode merupakan model pembelajaran yang meyenangkan sebagaimana yang dinyatakan oleh salah satu guru yaitu Ibu Sumarsih S.Pd.

“Pembelajaran anak-anak ini dilakukan dengan klasikal dan privat, jadi guru bernasydid atau bernyanyi tentang Wafa, memberikan bahan pembelajaran dan perlengkapan seperti buku peraga dan alat peraga. Penerapan Tahfidz dilakukan menggunakan metode 5P, Tahfidz dilakukan pada saat pagi hari sebelum melakukan pembeljaran materi lainnya, dalam pembelajaran disini mempunyai kelebihan Mas, yaitu dari segi nada dan ketukan dari setiap ayatnya. ” (Sumarsih, 2022.)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah RA Insan Mulia Yogyakarta, yang bernama Suharti S.Pd menyatakan bahwa metode pembelajaran menggunakan wafa sangat efektif dalam pembelajaran Al-Qur’an.

“Saya memakai metode wafa, metode ini kami terapkan karena dirasa sangat efektiv Mas, ya bukan berarti metode lain tidak baik atau kurang efektiv ya Mas, tetapi metode ini lebih mudah dan menyenangkan bagi anak-anak, anak-anak dapat lebih cepat memahami, karena dalam pembelajarannya para guru menerapkan pembelajaran sambal bernyanyi, bermain dan bercerita, oleh karenanya belajar Al- Qur’an lebih menyenangkan. ” (Suharti, 2022)

Dari hasil observasi di RA Insan Mulia Yogyakarta, selama kurang lebih 8 kali kunjungan observasi dari tanggal 12 oktober hingga 19 oktober, dalam hal penerapan di kelas A menunjukan hasil yang berbeda dari setiap anaknya, dalam pembelajaran tahfidz dan tilawah. Hampir sebagian dari kelas A dapat menguasai halaman 15 sampai 20 dalam buku pembelajaran Tilawah, di kelas A sendiri terdapat kurang lebih 22 anak yang sudah lancar dalam pembelajaran tilawaah, namun masih terdapat sepuluh anak yang baru memperlancar

(9)

tilawaah dari halaman satu sampai lima, dan masih ada beberapa anak yang belum mulai sama sekali pembelajaran tilawah, berbeda dari kelas A, kelas B sudah menunjukan kelancaran dari setiap anak-anaknya, dari hasil observasi yang dilakukan di kelas B yaitu, dari 26 anak dikelas hampir 20 anak sudah lancar dalam tilawah, sebagian anak tersebut sudah mampu dan lancar, rata-rata di kelas B sendiri sudah sampai halaman 25 sampai 28 halaman ini menunjukan bahwa penggunaan metode Wafa dalam pembelajaran anak usia dini di RA Insan Mulia menunjukan hasil yang baik,

Dalam kriteria penilaian terdapat beberapa evaluasi hasil belajar yang terbagi menjadi 4 bagian yang meliputi materi pokok, yaitu kelancaran, fashohah, tajwid, suara dan lagu.

Kemudian materi penunjang yang berisikan hafalan surat pendek, hafalan bacaan sholat, praktek sholat hafalan do’a harian, adab-adab harian, menulis huruf harian dan aqidah Islamiyah, kemudian akhlak santri yang meliputi, kebersihan dan kerapihan, kedisiplinan, akhlak kepada ustadzah, akhlak kepada teman, akhlak ketika belajar, kemudian ditutup dari hasil kehadiran dan nasihat-nasihat guru dan orang tua.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru yaitu Ibu Susi Setiana Susanti S.Pd di RA Insan Mulia mengenai penilaian dan hasil belajar bahwa hasil dari tilawah dan tahfidz selalu mengalami peningkatan.

“Penerapan tilawaah yang manggunakan nada wafa dsetiap kegiatan, do’a bersama dan murojaah di setiap minggunya, yang membuat anak menjadi semakin menarik dan semangat dalam pembelajaran, yang membuat grafik penilaian semakin meningkat dari-hari kehari. “ (Susanti, 2022)

Materi yang diterapkan pada RA Insan Mulia yaitu, pertama menerapkan hafalan surat-surat pendek di Al-Qur’an Juz 30, kemudian pembiasaan hafalan bacaan sholat, praktek sholat hafalan doa harian, namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tidak sedikit anak-anak di RA Insan Mulia masih belum mahir dalam menghafal materi-materi tersebut.

Dikarenakan belum bisa membaca-bacaan dalam Bahasa Arab, walaupun dari hasil observasi terlihat sangat sulit bagi anak usia dini, dan guru sangat kesulitan dalam menerapkan materi- materi tersebut dikarenakan metode wafa sangat merepotkan dalam hal pengucapan, tetapi masih banyak anak yang sudah mahir dalam pembelajaran hafalan-hafalan tersebut, dikarenakan peran guru yang selalu semangat dalam melakukan pemberian materi dan pembelajaran-pembelajaran di RA Insan Mulia.

Sementara itu metode Wafa yang digunakan dalam hafalan Al-Qur’an pada RA Insan Mulia dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah pada anak-anak yang dilakukan menggunakan metode 5P (pembukaan, pengalaman, pengajaran, penilaian, dan penutupan) (Wafa, 2014). Tilawah dalam metode wafa ini menggunakan nada dan ketukan dalam setiap hurufnya. Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu buku peraga dan buku penghubung wali.

Belajar Al-Qur’an membutuhkan usaha yang tidak mudah, harus selalu dibiasakan sejak anak usia dini, sehingga diperlukan metode yang tepat untuk belajar Al-Qur'an karena masih banyak anak yang terkesan bosan dalam belajar Al-Qur'an, ada beberapa metode untuk menanamkan pembelajaran Al-Qur'an, namun tidak semua metode dapat diterapkan pada

(10)

pembelajaran di anak usia dini. (Ummah, 2017.) Ada tiga kemuliaan yang terkandung dalam pembelajaran Al-Qur'an, yaitu membaca Al-Quran yang merupakan warisan dari tugas nabi, membaca Al-Qur,an sambil mengajar, dan memperdalam makna Al-Qur’an (Wathoni, 2020).

Berikut peneliti paparkan hasil dokumentasi dari kegiatan penerapan metode wafa dalam menghafal Al-Qur’an pada pendidikan anak usia dini di RA Insan Mulia Yogyakarta, seperti pembelajaran tahfidz di dalam kelas, di halaman sekolah, di tempat bermain di dalam area sekolah, kegiatan tersebut dapat diterima dengan baik oleh anak-anak dan terlihat mereka menikmati kegiatan pembelajaran menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan metode Wafa.

Figure 1 Pembelajaran Tahfidz menggunakan metode Wafa

Penerapan Tahfidz dalam metode Wafa di RA Insan Mulia dapat dilaksanakan dengan cukup baik karena terdapat peningkatan pada setiap fasenya. bukan hanya itu saja penerapan metode wafa dalam menghafal Al-Qur’an pada RA Insan Mulia menciptakan rasa senang dan antusias anak dalam menerima pengetahuan yang baru.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan mengenai metode wafa dalam pembelajaran Al-Qur’an di RA Insan Mulia Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Wafa menggunakan metode 5P (Pembukaan, pengalaman, pembelajaran, penilaian, dan penutupan). Adapun Faktor pendukung penerapan metode Wafa dalam menghafal Al- Qur’an pada anak usia dini yaitu, antusias dan semangat anak, sebagian besar guru sudah bersertifikasi metode Wafa, fasilitas belajar yang memadai, pembelajaran dilakukan tidak hanya didalam kelas namun di halaman sekolah dan taman bermain sekolah sembari diselipkan mengahafal juz 30 dengan gerakan, dukungan dari orang tua, serta motivasi dan dorongan dari guru. Bukan hanya itu saja, didapati pula hasil peningkatan pengetahuan dan hafalan anak-anak dalam pembajaran Al Qur’an walaupun masih terdapat anak yang belum

(11)

mengalami peningkat dalam pembelajaran Al-Qur’an ataupun menghafal Al-Qur’an, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia anak yang terlalu dini, pelafalan huruf Hijaiyah yang belum jelas dan beberapa faktor lainnya.

Daftar Pustaka

Artikel

Amini, M. (2014). Hakikat Anak Usia Dini. Pustaka.Ut.Ac.Id, 1–43.

Hanum, A. (2014). Perencanaan Pembelajaran, (Vol. 9). Kopertais.

Indonesia, D. P. dan K. R. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jasuri. (2015). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA DINI. Jurnal Madaniyah, 16–31.

LINA, E. K. (2008). KORELASI ANTARA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN MELALUI METODE WAFA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI QUR’AN HADIS DI MI NURUL HUDA GROGOL. 1–12.

Manna’ alQatthan. (n.d.). Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an,. ( Mu’assasah al-Risalah).

Masliyah. (2021). https://alix.sch.id/tk-islam/cara-mudah-menghafal-al-quran-untuk-anak-usia-dini/.

Moleong. (2007). Definisi Penelitian Kualitatif.

MUHTAROMAH, S. (2015). Pengaruh Metode Quantum Memory Terhadap Kemampuan Menghafal Al- Qur’an. 19.

NIRWANA, L. (n.d.). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AL QUR’AN METODE WAFA DI GRIYA AL QUR’AN AL FURQON KABUPATEN PONOROGO. Repository.

Nurul Hikmi Rini. (2018). Efektifitas Metode Wafa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) di Miftahul Huda Bandung,. Pendidikan Agama Islam UNISBA, (Journal,.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.12467

Pangastuti, R. (2017). Pembelajaran Al-Quran Anak Usia Dini melalui Metode ‘“Wafa.”’ Annual Conference on Islamic Early Childhood Education (ACIECE), 2, 109–122. http://conference.uin-

suka.ac.id/index.php/aciece/article/view/58

Priyanto, A. (2014). Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Bermain.

Journal.Uny.Ac.Id, 02.

Purwati, Z. M. dan E. (2014). Micro Teaching. Kopertais IV Press.

Rohmaturrosyidah, S., Dan, R., & Solihah, I. (2017). Pembelajaran Al-Qur’an Metode “Wafa”: Sebuah Inovasi Metode Pembelajaran Al-Qur’an dengan Optimalisasi Otak Kiri dan Otak Kanan. Aciece, 2(kajian al- qur’an), 149–158. http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/conference/index.php/aciece/aciece2 Sani, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. PT. Bumi Aksara.

Shobikhul. (2019). Buku Pintar Guru Al-Qur’an. Surabaya: Yayasan Syafa’atul Qur’an, Kualita Media Tama.

Sugiyono. (2013). Metode Kualitatif.

Suharti. (2022). Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah.

Sumarsih. (n.d.). Hasil Wawancara Dengan Guru RA Insan Mulia Yogyakarta.

Susanti, S. S. (2022). Wawancara Guru RA Insan Mulia.

Tahun, U.-U. R. I. N. 20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional.

Ummah, S. S. dan A. W. (2017). Metode-Metode Praktis dan Efektif dalam Mengajar Al-Quran bagi Anak Usia Dini. Yogyakarta: State Islamic University Sunan Kalijaga.

Utami, T. R. I., Pendidikan, J., Anak, I., Dini, U., Tarbiyah, F., & Ilmu, D. A. N. (2022). Belajar Al- Qur ’ an Anak Usia Dini Di Tkit Robbani. http://etheses.iainponorogo.ac.id/20122/1/205180055_TRI

(12)

UTAMI_PIAUD.pdf

Wathoni, L. M. N. (2020). Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Sanabil, 176-177.

Buku

Wafa, T. (2014). Buku Pintar Guru Wafa. Surabaya: YAQIN.

Amini, M. (2014). Hakikat Anak Usia Dini. Pustaka.Ut.Ac.Id, 1–43.

Hanum, A. (2014). Perencanaan Pembelajaran, (Vol. 9). Kopertais.

Indonesia, D. P. dan K. R. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M. . (2014). Perspektif Islam tentang strategi pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan Teknologi Jaringan Komputer dewasa ini sangat pesat hal ini memerlukan sebuah penanganan jaringan dengan kinerja yang sangat baik, melalui jurnal ini

Pengenalpastian kawasan yang hendak dimajukan sahaja tidak memadai kerana perancangan pembangunan seharusnya mengambilkira bukan hanya persekitaran fizikal dan manusia di

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan dalam penulisan buku ini, yaitu bahwa

Sedangkan dari sisi manufacturers, brand merupakan hal penting, disebabkan karena menjadi identifikasi untuk menyederhanakan handling atau tracing, perlindungan hak cipta,

Menghitung total cadangan karbon hutan didasarkan pada kandungan biomasa dan bahan organik pada lima sumber karbon (carbon pools) yaitu biomasa atas permukaan tanah,

Freddy Harris&Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi , (Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010), hlm. Beberapa pakar dan ilmuwan hukum

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Verial (2016) yang mengemukakan bahwa Good Corporate Governance yang diukur dengan proporsi dewan

Adapun teknik channel coding yang digunakan yaitu Polar Code dan Repetition Code sebagai error correction dan error detection dengan coding rate R=1/2, serta dilakuan