DAFTAR ISI
hal
LEMBAR PENGESAHAN………..
LEMBAR BERITA ACARA ………...
LEMBAR HAK CIPTA ………
LEMBAR PERNYATAAN ……….
LEMBAR KATA MUTIARA ………
ABSTRAK ……….
KATA PENGANTAR ………..
UCAPAN TERIMA KASIH ………
DAFTAR ISI ………..
DAFTAR TABEL ………..
DAFTAR GAMBAR ……….
BAB I : PENDAHULUAN ………...
1.1Latar Belakang ……….
1.2Rumusan Masalah ……….
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ………
1.3.1 Tujuan Penelitian ………
1.3.2 Manfaat Penelitian ………..
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ………..
2.1 Tinjauan Pustaka ……….
2.1.2.1 Pengertian Umum Pendapatan ………... 2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
………
BAB III : METODE PENELITIAN ………
3.1 Objek Penelitian ………..
3.2 Metode Penelitian ………
3.3 Populasi dan Sampel ………..
3.3.1 Populasi ………..
3.3.2 Sampel ………
3.4 Operasional Variabel ………..
3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….
3.6 Teknik Analisis Data ………..
3.6.1 Menghitung Koefisien Regresi ………... 3.6.2 Menghitung Koefisien Determinasi ………... 3.6.3 Pengujian Hipotesis ……… 3.6.3.1 Uji Statistik F (Uji Signifinkasi Simultan) ……
4.1.6.1 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan
(Uji F) ...……… 4.1.6.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Persial
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Perkembangan Pendapatan Usaha Pada Produsen
Pakaian Jadi di Cigondewah ……..……….. Tabel 1.2 : Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen
Pakaian Jadi di Cigondewah ……..………..
Tabel 3.1 : Operasional Variabel ………
Tabel 3.2 : Uji Statistik Durbin-Watson d ………. Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……. Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………. Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .
Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ……… Tabel 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Usaha …… Tabel 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Jual ………... Tabel 4.7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Mesin
Produksi ………
Tabel 4.8 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendapatan …………. Tabel 4.9 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Elastisitas Biaya ……. Tabel 4.10 : Skala Perilaku Kewirausahaan ………. Tabel 4.11 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Desire
for Responsibility……….
Tabel 4.12 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
Preference for Moderate Risk………. Tabel 4.13 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
Confidence in Their Ability to Success ……… Tabel 4.14 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
Desire for Immediate Feedback……….. Tabel 4.15 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
High Level of Energy …..……….
Tabel 4.16 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
Future Orientation ………... Tabel 4.17 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
Skill at Organizing………..
Tabel 4.18 : Hasil Angket Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal
Value of Achievment Over Money………
Tabel 4.19 : Uji Validitas Perilaku Kewirausahaan ……….
Tabel 4.20 : Uji Reliabilitas ……….
Tabel 4.21 : Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ………..
Tabel 4.22 : Hasil Uji t ……….
Tabel 4.23 : Hasil Uji Multikolinearitas ……….. Tabel 4.24 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ………...
Tabel 4.25 : Pengujian Autokorelasi ………
118
120
122
124
125
127
129
131
132
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian
Jadi di Cigondewah ……….. Gambar 2.1 : Tiga Kondisi Keseimbangan Jangka Pendek Pasar
Monopolistik ………..
Gambar 2.2 : Keseimbangan Jangka Panjang Pasar Monopolistik ……. Gambar 2.3 : Dampak Skala Usaha Terhadap Pendapatan Produsen
Pakaian Jadi di Cigondewah ……….. Gambar 2.4 : Dampak Perilaku Kewirausahaan Terhadap Pendapatan
Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah ………..
Gambar 2.5 : Kerangka Pemikiran ………..
Gambar 3.1 : Grafik Statistik Durbin-Watson ………. Gambar 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ….. Gambar 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………. Gambar 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ……….
Gambar 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha …… Gambar 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Usaha … Gambar 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Jual ………. Gambar 4.7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Mesin
Produksi ………
Gambar 4.8 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendapatan ………. Gambar 4.9 : Klasifikasi Responden Berdasarkan Elastisitas Biaya …. Gambar 4.10 : Uji Normalitas Jarque-Berra ………. Gambar 4.11 : Uji Statistik Durbin-Watson d ………...
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia terus berupaya untuk
bangkit dan memperbaharui perekonomian masyarakat. Pasca dilanda krisis
ekonomi pada tahun 1997, kondisi perekonomian Indonesia mulai menurun dan
penurunan itu ternyata merambah pada berbagai sektor di mulai dari segi
ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan dan lainnya. Perjuangan Indonesia
untuk memperbaiki tatanan negara ternyata dihadapkan pada berbagai
permasalahan sehingga menghambat jalannya pembangunan. Bahkan di usianya
yang lebih dari 66 tahun kemerdekaan, ternyata Indonesia masih belum bisa
menciptakan kesejahteraan yang merata bagi rakyatnya.
Pemerintah melakukan perbaikan di berbagai bidang sebagai upaya
penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian, sebagai bentuk awal dari
penataan kembali kondisi negara. Sehingga permasalahan yang menjadi sorotan di
Indonesia adalah mengenai permasalahan ekonomi, jika kondisi ekonomi
Indonesia mengalami perubahan yang cukup baik, maka akan diikuti oleh
membaiknya kondisi sektor-sektor lain.
Salah satu sektor yang membaik dalam perubahan ekonomi Idonesia
adalah sektor industri yang terbagi menjadi 14 golongan, dimulai dari industri
makanan, industri pengolahan, sampai pada industri daur ulang, semuanya
Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan contoh pembangunan di Indonesia, karena
di Jawa Barat ini merupakan salah satu pusat industri yang cukup banyak di
temukan. Industri di Jawa Barat semuanya terkonsentrasi di kota-kota besar
seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.
Adapun kota yang memiliki industri cukup banyak adalah di Kota
Bandung. Sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat, di Kota Bandung Industri yang
bisa di jumpai misalnya, industri tekstil, industri pakaian jadi, industri makanan,
industri pengolahan, industri kulit dan barang dari kulit serta industri lainnya yang
dalam satu sektor industri itu memiliki banyak produsen yang terbagi menjadi
produsen skala kecil, produsen skala menengah dan produsen skala besar. Dari
sekian jenis industri yang ada, Kota Bandung Khususnya di Cigondewah lebih
dikenal dengan industri tekstilnya dan juga industri pakaian jadi misalnya baju,
celana, sprei, gorden, dan sebagainya, yang dikelola oleh beberapa produsen dan
banyak diminati oleh masyarakat sebagai konsumennya.
Semakin tingginya kebutuhan di masyarakat akan bahan pakaian jadi ini
ternyata memunculkan produsen-produsen baru di lingkungan industri pakaian
jadi di Cigondewah. Dengan munculnya produsen baru, maka secara langsung dan
tidak langsung ternyata memberikan dampak yang cukup baik bagi masyarakat,
seperti halnya adalah dengan peningkatan jumlah produsen maka terjadi
penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat, dimana tingginya angka pengangguran
dapat di tekan dengan adanya lapangan usaha baru. Selain itu bertambahnya
produsen yang membuka usaha ini maka penerimaan pajak bagi negara akan
bertambah besar.
Namun keadaan ekonomi yang kurang baik membawa pengaruh pula pada
sektor industri pakaian jadi di Cigondewah ini. Sebelum terjadinya krisis ekonomi
yang melanda Indonesia, dalam sebulan mampu memproduksi pakaian jadi dalam
berbagai jenis model pakaian jadi sampai rata-rata ± 5.000-10.000 potong/ bulan
sesuai dengan permintaan pasar ditambah dari order yang diberikan oleh
perusahaan tekstil besar, namun saat ini rata-rata 1000 potong/ bulan kain saja
belum tentu terjual habis dalam sebulan, dan kebanyakan para pengusaha hanya
memproduksi sesuai dengan pesanan konsumen seadanya saja atau bekerja sama
dengan industri-industri yang lebih besar.
Tidak stabilnya kondisi ekonomi Indonesia yang mengakibatkan harga
bahan baku menjadi tidak menentu dan semakin banyaknya pesaing-pesaing yang
lebih kuat dimana perilaku kewirausahaan yang kurang baik dalam penanganan
usahanya sendiri dan didorong pula oleh masalah permodalan dan lain sebagainya.
Maka bisnis pakaian menjadi lesu yang berimbas pada penurunan pendapatan
usaha para pengusaha kain di cigondewah. Satu persatu produsen rontok dan
terancam gulung tikar. Seiring dengan itu, jumlah produsen pakaian jadi di
Cigondewah berangsur menurun.
Dengan pengurangan kapasitas produksi setiap perusahaan hingga
beberapa produsen tidak mampu bersaing terutama untuk produsen skala kecil dan
gunakan dalam proses produksi pakaian jadi karena industri lokal Indonesia
dibebani ekonomi biaya tinggi. Biaya produksi setiap tahunnya mengalami
peningkatan, dan perbandingan antara biaya produksi dengan kenaikan output
dinilai tidak proporsional, karena kenaikan biaya produksi jauh lebih besar dari
peningkatan output produksi dan tidak sebanding dengan modal dan perilaku
kewirausahaan yang dimiliki oleh para pengusaha pakaian Cigondewah, sehingga
akan mempengaruhi skala hasil usahanya dan mengakibatkan pendapatan para
pengusaha semakin berkurang.
Bachtiar Hasan (2003;19) mengemukakan masalah yang dihadapi industri
kecil merupakan masalah klasik sebagai berikut :
1. Masalah kurangnya keterampilan dan jangkauan menggunakan
kesempatan yang meliputi kewiraswastaan, pengelolaan usaha dan
organisasi.
2. Masalah kurangnya pengetahuan pemasaran dan sempitnya daerah
pemasaran
3. Langkanya modal
4. Masalah teknis dan teknologi, yang meliputi dan pengetahuan produksi,
kualitas, pengembangan dan peragaman produk.
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh penulis, didapatkan
pendapatan yang diperoleh dari bulan Juli sampai dengan Desember 2011. Berikut
Tabel 1.1
Perkembangan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah Kec. Bandung Kulon
Periode Juli-Desember 2011 (Dalam Rupiah)
Sumber: Pra Penelitian dari 10 Responden
Berdasarkan tabel 1.1 di atas yang di ambil dari data perkembangan
pendapatan usaha para produsen kain di Cigondewah, bahwa para produsen
memiliki pendapatan yang fluktuatif menurun, pendapatan rata-rata Juli 2011
sejumlah Rp. 338.500.000,- dan pendapatan rata-rata Desember 2011 sejumlah
Rp. 168.100.000,-, atau dalam 6 bulan terjadi penurunan sebesar kurang lebih 21.4
%. Hal tersebut disebabkan besarnya jumlah konsumen lebih memilih pasar
dengan harga barang yang lebih murah dengan kualitas yang mampu bersaing
dengan keberagaman jenis barang, dengan lokasi yang lebih strategis daripada
Cigondewah, dan ada juga dari produsen yang mengatakan bahwa faktor modal
yang tidak bisa di manage dengan baik, sehingga tidak bisa mempertahankan
omset yang ada sebelumnya. Adapun pertumbuhan pendapatan produsen pakaian
jadi di Cigondewah dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
No
Nama Pengusaha/
Toko
PENDAPATAN
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
1 Ibu Yuli 38,000,000 44,000,000 21,000,000 11,900,000 22,900,000 20,000,000 2 Bpk. Gun gun 33,000,000 45,000,000 29,500,000 32,500,000 22,500,000 10,000,000 3 Ardila 30,000,000 41,050,000 23,500,000 22,100,000 12,100,000 11,500,000 4 Lotus Textile 45,900,000 55,000,000 47,500,000 24,000,000 23,500,000 18,700,000 5 Rizki Mandiri 40,000,000 50,000,000 23,000,000 23,000,000 23,500,000 22,500,000 6 Vina Textile 27,000,000 49,500,000 33,250,000 12,500,000 22,000,000 21,900,000 7 Mustofa Jaya 30,600,000 45,000,000 34,500,000 34,500,000 23,980,000 20,000,000 8 Hikmah Putra 26,000,000 51,580,000 23,000,000 42,500,000 22,200,000 15,000,000 9 Rizki Ilahi 38,000,000 45,890,000 24,050,000 34,000,000 23,500,000 15,500,000 10 Sb. Sandang 30,000,000 35,000,000 24,500,000 33,500,000 22,500,000 13,000,000
Tabel 1.2
Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah
September 283,800,000 -38.6 %
Oktober 270,500,000 -4.7%
Nopember 218,680,000 -19.2%
Desember 168,100,000 -23.1%
Sumber: Pra Penelitian dari 10 Responden Data diolah
Gambar 1.1
Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pada Produsen Pakaian Jadi di Cigondewah
Periode Juli-Desember 2011
Dilihat dari data rata-rata frekuensi pendapatan usaha di atas terlihat antara
bulan Agustus dan September tahun 2011 terjadi penurunan pendapatan sampai
dengan -38.6 %, sedangkan pada bulan selanjutnya sampai dengan bulan
Desember 2011 frekuensi pendapatan pengusaha kain di cigondewah terus terjadi
penurunan dengan rata-rata frekuensi pendapatan dalam bulan Oktober sampai
Juli Agust Sept Okto Nop Des
dengan bulan Desember sebesar -15.7 % hal ini menunjukkan frekuensi
pendapatan yang terus menerus berfluktuatif menurun dari bulan Juli sampai
dengan bulan Desember tahun 2011.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang telah diuraikan dalam
judul: PENGARUH SKALA USAHA DAN PERILAKU
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHA PRUDUSEN PAKAIAN JADI.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pada produsen pakaian jadi di
Cigondewah Kecamatan Bandung Kulon. Dengan adanya penurunan jumlah
pendapatan usaha pakaian jadi di Cigondewah maka dari itu penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran skala usaha, perilaku kewirausahaan, dan
pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah?
2. Bagaimana pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usaha produsen
pakaian jadi di Cigondewah?
3. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk melihat gambaran perubahan skala usaha, perilaku
kewirausahaan, dan pendapatan usaha produsen pakaian jadi di
Cigondewah.
2. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usaha
produsen pakaian jadi di Cigondewah.
3. Untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap
pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan untuk memberikan
sumbangan pemikiran mengenai pendapatan pada usaha pada
produsen pakaian jadi di Cigondewah
2) Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usaha pada produsen pakaian jadi
di Cigondewah
3) Sebagai bahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi
berbagai pihak, diantaranya bagi para produsen pakaian jadi di
4) Sebagai bahan kajian dan pengembangan lebih lanjut
khususnya tentang pengaruh skala usaha dan perilaku
kewirausahaan terhadap pendapatan usaha pada produsen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Adapun
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel bebas dan
satu variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas diantaranya skala usaha (X1)
dan perilaku kewirausahaan (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah
pendapatan (Y). Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha/produsen
pakaian jadi yang ada di Cigondewah.
3.2 Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang dilakukan atau yang diambil oleh peneliti
untuk mengkaji masalah-masalah yang dihadapi.
”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”Suharsimi Arikunto (2002:136)
”Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.”
Untuk itu peneliti harus memilih salah satu metode penelitian yang sesuai
agar masalah yang ada dapat dipecahkan dengan tepat. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatory atau
penjelasan. ”Metode survey eksplanatory yaitu suatu metode penelitian yang
pengumpulan data yang pokok dan menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.” (Masri Singarimbun, 1995:5)
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Suharsimi
Arikunto (2003: 130-131) mengemukakan bahwa ”Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian atau totalitas kelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai,
benda-benda atau peristiwa yang menjadi sumber data untuk suatu penelitian.”
Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 51) ”Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Berdasarkan definisi tersebut, dan berdasarkan masalah yang hendak
diteliti maka yang menjadi ukuran populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
produsen pakaian jadi di Cigondewah yang berjumlah 125 produsen pakaian jadi
yang tersebar di daerah Cigondewah, data ini didapat dari hasil survey secara acak
yang dilakukan oleh penulis. Sebanyak 26 produsen tercatat sebagai produsen
skala besar dan 99 produsen skala kecil menengah dilihat dari besaran pendapatan
yang didapatkannya secara objektif. Penulis memilih sumber penelitian pakaian
jadi di Cigondewah karena besaran pengusaha yang mengalami penurunan
pendapatan hampir seluruh responden yang didapat dari hasil survey pra
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 117) “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 56) “Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.” Karena penelitian ini tidak mungkin dilakukan pada semua produsen,
mengingat jumlah populasinya yang cukup besar, dan juga tidak semua data dan
informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan
cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.
Masih diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 112), untuk sekedar
ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua,
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih
tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti
Selain itu, kriteria pengambilan sampel harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu sampel yang diambil harus dapat memberikan gambaran yang bisa dipercaya
mengenai populasi secara keseluruhan, dapat menentukan presisi yaitu tingkat
ketetapan yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari catatan
sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dapat memberikan hasil yang maksimal
dengan resiko biaya minimal.
Mengacu pada pendapat para ahli di atas dan karena keterbatasan akan
waktu dan biaya yang dimiliki penulis, maka teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional random sampling
seperti yang dikatakan Kartono (Skripsi Noria Mardiyani, 2010 : 67) yang
dimaksud proportional random sampling, yaitu sampel yang terdiri atas sub
sampel yang besarnya sesuai dengan sub populasi yang diambil secara random
atau acak dengan pengambilan sampel secara proporsional.
. Dalam penentuan jumlah sampel produsen pakaian di Cigondewah,
dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus slovin sebagai
berikut:
� = � 1 +� 2
(Riduwan, 2004: 65)
Keterangan:
n = Ukuran sampel keseluruhan
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
Dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel pengusaha tekstil
Cigondewah sebagai berikut:
�= �
1 +� 2 =
125 1 + 125 (0.05)2
Dari perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah
95 produsen pakaian jadi di Cigondewah
3.4 Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel dilakukan untuk menghindari kekeliruan dalam
penafsiran masalah sehingga harus diberi batasan secara operasional.
Operasionalisasi variabel yang akan di teliti di kelompokkan ke dalam tiga konsep
yaitu, konsep teoritis, konsep empiris dan konsep analisis. Konsep teoritis yaitu
mendefinisikan konstruk dengan konstruk lain. Kemudian konsep empiris adalah
mendefinisikan konstruk atau variabel penelitian menurut dimensi dan atau
indikator yang dapat diukur secara empiris, serta konsep analitis adalah
menguraikan dari mana data diperoleh dan bagaimana format alat pengumpulan
data akan disusun. (Kusnendi, 2005: 60). Adapun bentuk operasionalisasinya pada
tabel :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala
Value of achievement over money
- Penghitung an
manajemen usaha
Menilai uang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir
- Kegiatan sosial - Investasi
lanjutan
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara dan alat yang dipakai dalam
memperoleh informasi atau keterangan mengenai objek penelitian. Berdasarkan
jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Adapu cara Pengumpulan data dalam penelitian ini sesuai yang
dikemukakan Suryana (2000: 20)adalah sebagai berikut :
a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan pertanyaan
secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden
tentang objek penelitian.
b. Observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek
(benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan yang diteliti.
c. Angket atau kuisioner yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan
pertanyaan secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada
Agar data yang kita perlukan sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka
ada beberapa prosedur dalam pengambilan data diantaranya:
a. Pengurusan surat izin penelitian pada pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Penyusunan dan penyeleksian responden.
c. Penyusunan pertanyaan berupa perilaku kewirausahaan, skala usaha,
dan pendapatan.
d. Menyebarkan angket pada setiap responden
e. Mentabulasi data angket dan menganalisis hasil angket.
f. Melaporkan hasil penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Menghitung Koefisien Regresi
Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara
variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat yaitu hubungan antara skala usaha (X1),
dan perilaku kewirausahaan (X2) terhadap pendapatan (Y) serta untuk menguji
kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
a. Hubungan antara variabel X dengan Y:
Y = β0+ β1X1+ β2X2 + ε
Keterangan: Y = Pendapatan X1 = Skala Usaha
X2 = Perilaku Kewirausahaan
β0 = Konstanta
βi = Koefisien regresi
Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimated), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan t tidak boleh bias.
b. Menentukan nilai koefisien regresi β0, β1, dan β2 dengan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least Squere).
c. Melakukan pengujian regresi linear berganda, meliputi uji koefisien regresi,
serta uji asumsi.
3.6.2 Menghitung Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan
suatu garis regresi. Menurut Damodar Gujarati (1998: 98) dijelaskan bahwa
Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat
kemampuan menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dari
fungsi tersebut. Untuk mencari rumus R2 digunakan rumus:
2
dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
2) Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan rumusan masalah bahwa pengujian hipotesis terbagi
menjadi uji statistik secara simultan dan uji statistik secara parsial.
3.6.3.1Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji F hitung bertujuan untuk menghitung pengaruh bersama variabel bebas
secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah
(Damodar Gujarati, 1998: 116)
Keterangan: R = nilai koefisien korelasi ganda
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah sampel
Untuk melakukan uji signifikansi simultan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan F hitung
dengan F tabel.
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.
Ha : Terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.
Jika probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak. Jika probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima.
Sedangkan uji signifikansi simultan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel,:
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.
Ha : Terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.
Jika Fhitung > Ftabel 0,05 maka H0 ditolak.
Jika F hitung < F tabel 0,05 maka H0 diterima
2
2 /
(1 ) / 1 R k F
R n k
3.6.3.2Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variable X secara individu mampu menjelaskan variable Y. Uji t statistic ini
menggunakan rumus :
= � 1 − �1 (� 1)
(Damodar Gujarati, 1998: 116)
Hipotesis dalam penelitian ini secara statistic dapat dirumuskan sebagai
berikut :
- Ho : β ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh antara variable X terhadap
variable Y
- Ha : β > 0 artinya tidak ada pengaruh positif antara variable X terhadap
variable Y Kaidah keputusan :
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah menerima Ho jika
t hitung < t table dan menolak Ho jika t hitung > t table. dalam pengujian hipotesis
melalui uji t tingkat kesalahan yang digunakan peneliti adalah 5 % atau 0,05 pada
taraf signifikasi 95 %.
3.6.4 Uji Normalitas
Dengan diadakannya uji normalitas, maka dapat diketahui sifat distribusi
dari data penelitian. Dengan demikian dapat diketahui normal tidaknya sebaran
data yang bersangkutan. Uji normalitas adalah pengujian yang ditujukan untuk
mengetahui sifat distribusi data penelitian. Untuk mendeteksi normal tidaknya
parameter dalam model (jumlah variabel independen ditambah konstanta).
Program Eviews, secara langsung menghitung nilai koefisien Jarque Bera.
Selanjutnya nilai JBhitung = χ2hitung dibandingkan dengan χ2tabel. Jika JBhitung > χ2tabel
maka H0 yang menyatakan residual berdistribusi normal ditolak, begitupun
sebaliknya, Jika JBhitung < χ2tabel maka H1 diterima berarti residual berdistribusi
normal diterima.
3.6.5 Uji Asumsi Klasik 3.6.5.1Multikolinieritas
Multikolinearitas merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya
hubungan antara variabel- variabel bebas Xi dan hubungan yang terjadi cukup
besar. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro
(2004: 98) bahwa uji multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan liner yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Ini
suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena in economics,
everything depends on everything else.
Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengetahui
Multikolinearitas diantaranya adalah :
Dalam menguji multikolinearitas di dalam model lebih tepat dilakukan
dengan Uji Klien melalui regresi masing-masing variabel independen terhadap
regresi parsial. Regresi ini disebut auxiliary regression. Maka model yang
digunakan yaitu: X1= f(X2, X3,X4); X2 = f(X1, X3,X4). Kemudian nilai R2
masing-masing regresi parsial dibandingkan dengan nilai R2 model estimasi awal,
apabila R2 regresiparsial> R2 estimasiterjadi multikolinearitas.
Setiap koefisien determinasi (R²) dari regresi auxiliary ini kita gunakan
untuk menghitung distribusi F dan kemudian digunakan untuk mengevalusi
apakah model tersebut mengandung multikolinearitas atau tidak. Adapun formula
untuk menghitung nilai F hitung sebagai berikut :
��= �
2�1�2… � / −2
1− �2�1�2. .� / � − + 1
Sedangkan nilai F kritis dari distribusi F didasarkan pada derajat
kebebasan n-k+1. Keputusan ada tidaknya unsure multikolinearitas adalah jika
�ℎ� �� > � � � maka disimpulkan model mengandung multikolinearitas. Dan
sebaliknya, jika �ℎ� �� < � � � maka disimpulkan model tidak mengandung
multikonlinearitas.
3.6.5.2Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi regresi linier adalah adanya homoskedastis, yakni
seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.
Pada penelitian ini penulis akan mendeteksi heteroskedastis dengan menggunakan
metode grafik Scatterplot dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika grafik mengikuti pola tertentu berarti pada model tersebut terjadi
- Jika pada grafik plot tidak mengikuti aturan atau pola tertentu maka pada
model tersebut tidak terjadi heteroskedastis.
Konsekuensi dari adanya heteroskedatisitas antara lain adalah menjadi
tidak efisiennya estimator OLS. Hal ini mengakibatkan varian tidak lagi
minimum, sehingga dapat menyesatkan kesimpulan terutama bila digunakan
untuk meramalkan.
Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model
yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi
lainnya artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat
perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam
spesifikasi model.
Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan Uji White (White
Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melakukan White Test, yaitu : = 1−6 � �2
(�2−1
Dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel
bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan
χ2
hitung dan χ2tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa
terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2
hitung < χ2tabel maka
hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode
White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan apakah data terkena
heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan
nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares < α, berarti Ho ditolak
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan
Software Eviews. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White
Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan
variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
3.6.5.3Autokorelasi
Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara
variabel- variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi.
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.
Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi
antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression.
Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan
model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.
Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:
- Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bias dan varian
tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan
tidak efisien.
- Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi
terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.
- Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai
variabel terikat dari variabel bebas tertentu.
- Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui
beberapa cara di bawah ini:
1. Metode Uji Langrange Multilier (LM) atau Uji Breusch Godfrey
Yaitu dengan membandingkan nilai χ2tabel dengan χ2hitung. Rumus untuk
mencari χ2
hitung sebagai berikut :
χ2
= (n-1)R2
Dengan pedoman : bila nilai χ2
hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ2tabel
maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai χ2
hitung lebih besar
dibandingkan dengan nilai χ2
tabel maka ditemukan adanya autokorelasi.
2. Uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan Uji
DW menurunkan nilai kritis batas bawah ( �) dan batas atas ( �) sehingga
jika nilai d hitung terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya
autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.2 di bawah
ini :
Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin-Watson d
Nilai Statistik d Hasil
0 < d < �
� ≤ d ≤ � �≤ d ≤ 4 - � 4 - �≤ d ≤ 4 - �
4 - � ≤ d ≤ 4
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan
Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi ( + / - ) Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan
Dibawah ini daerah-daerah penerimaan uji statistik Durbin Watson :
Gambar 3.1 : Grafik Statistik Durbin-Watson
Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah
bahwa setiap program computer untuk regresi selalu member informasi statistic d,
adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut :
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai
residualnya.
2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi
3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variable independen tertentu
tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai � dan � di statistic Durbin
Watson
4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel 3.3 diatas.
Untuk lebih memudahkan menentukan autokorelasi dapat juga digunakan
gambar 3.1
Dengan pedoman : bila nilai � 2ℎ� �� < � 2 maka tidak autokorelasi.
� �
Autokorelasi
(+) Ragu-ragu
Tdk ada Autokorelasi
Ragu-ragu
Autokorelasi (-)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka pada bagian ini penulis ingin mengemukakan beberapa
kesimpulan mengenai pengaruh skala usaha dan perilaku kewirausahaan terhadap
pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah Kecamatan Bandung
Kulon Kota Bandung. Adapun kesimpulan yang penulis ingin sampaikan
diantaranya, sebagai berikut :
1. Kondisi skala hasil usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah berada
pada kondisi decreasing return to scale atau skala hasil yang menurun,
dimana peningkatan semua input dengan jumlah yang sama menyebabkan
peningkatan total output yang kurang proporsional. Hal ini terjadi karena
jumlah elastisitas biaya yang lebih dari satu (εc>1). Sedangkan kondisi
perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh produsen pakaian jadi di
Cigondewah masuk dalam kategori yang baik, oleh karena itu para
produsen berhasil merangsang konsumen melakukan pembelian ulang
yang berarti penjualan meningkat dan pendapatan otomatis meningkat
pula. Dan yang terakhir pendapatan yang dimiliki oleh produsen pakaian
jadi di Cigondewah masih masuk dalam skala kecil dimana dari hasil data
yang diperoleh lebih besar jumlah pendapatan produsen pakaian jadi yang
2. Skala usaha berpengaruh secara signifikan dengan arah yang positif
terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Ini
berarti semakin proporsional elastisitas biaya yang dikeluarkan maka akan
semakin meningkat skala usaha yang akhirnya akan menambah jumlah
pendapatan yang diperoleh produsen pakaian jadi di Cigondewah.
3. Perilaku kewirausahaan berpengaruh secara signifikan dengan arah yang
positif terhadap pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah.
Ini berarti jika perilaku kewirausahaan yang dimiliki meningkat maka akan
menjadikan pendapatan produsen pakaian jadi di Cigondewah semakin
besar.
3.2 Saran
Dalam menghadapi permasalahan jumlah pendapatan yang dimiliki oleh
para produsen pakaian jadi di Cigondewah, maka penulis merekomendasikan
beberapa saran, sebagai berikut :
1. Untuk masalah skala usaha yang menurun kepada para pengusaha agar
lebih mampu meningkatkan input produksinya secara proporsional dalam
menjalankan usahanya, demi peningkatan skala usahanya yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan para produsen pakaian jadi di
Cigondewah tersebut. Hal tersebut bisa dilakukan bila semua produsen
pakaian jadi di Cigondewah mau berusaha mencari cara untuk
- Melakukan spesialisasi tenaga kerja yang akan menambah
keterampilan/ skill mereka, sehingga produktifitasnya akan
meningkat.
- Penambahan tenaga ahli dalam proses produksi
- Melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak sehingga
produsen dikenakan potongan harga yang dapat menekan biaya
pengeluaran.
- Proses distribusi produk yang dilakukan secara optimal dengan cara
pengkoordinasian barang yang akan dikirimkan ke pasar secara
meluas
- Penambahan mesin produksi, atau dengan meremajakan mesin yang
sudah tidak laik pakai lagi.
- Memungkinkan barang sampingan, yaitu memaksimisasikan barang
residu hasil produksi, misalnya : sisa potongan kain akan lebih
bermanfaat dan bernilai bila dijadikan bahan kain pel, keset, dan lain
sebagainya.
Dari hal tersebut diatas dapat juga ditambahkan dengan mengikuti
seminar-seminar usaha mikro yang diadakan oleh instansi terkait, dimana
Proses interaksi dengan dunia luar diyakini akan menambah khasanah
keilmuan seorang pengusaha untuk menggapai kesuksesan.
2. Dari perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh produsen pakaian jadi di
Cigondewah sudah cukup baik namun hal tersebut perlu lebih
pengusaha mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi sebab dengan perilaku
kewirausahaan tersebut seseorang akan berpikir bagaimana untuk
mengembangkan usahanya lebih besar, adapun cara-cara bagaimana
meningkatkan jiwa kewirausahaan, yaitu :
- Meningkatkan keinovasian dari produk yang dihasilkannya, sehingga
menjadikan barang produksinya menjadi berbeda dan lebih berkualitas.
- Meningkatkan daya berpikir cerdas/ kreatif dengan kemampuan melihat
sesuatu yang lama menjadi baru.
- Selalu terbuka terhadap pengalaman, dan memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi dalam memecahkan persoalan
- Meningkatkan kemampuan manajerial dalam perusahaanya, yang
meliputi : perencanaan, koordinasi, menjaga kelancaran usaha, dan
mengawasi dan mengevaluasi usaha
- Meningkatkan sikap kepemimpinan, dengan jalan usaha memotivasi
tenaga kerja, melaksanakan dan mengrahkan tujuan usaha dengan baik
Dari hal tersebut diatas dapat juga ditambahkan dengan mengikuti
seminar-seminar usaha mikro yang diadakan oleh instansi terkait, dimana
Proses interaksi dengan dunia luar diyakini akan menambah khasanah
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar Hasan. 2003. Manajemen Industri. Bandung: Ramadhan Citra Grafika.
Damodar Gujarati .1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga
Eeng Ahman & Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro.
Laboratorium Ekonomi dan Koperasi. Bandung
Fair and Case. 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta. PT Prehallindo
Kusnendi. 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS &
LISREL 8. Bandung : Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS Universitas
Pendidikan Indonesia.
Masri Singarimbun. 1995. metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Indonesia
Miftah Thoha. 2005. Prilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Miller, Roger leroy dan Roger E. Meiners.1993. Teori Ekonomi Mikro
Intermediate. edisi ketiga. PT Raja Grafindo Persada.
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Cetakan ke enam. Ghalia Indonesia
Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan
Usaha Kecil. Jakarta : PT RINEKA CIPTA
Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta. PT Rineka
Cipta
Papas, James L. 1995. Ekonomi Manajerial Jilid I. Jakarta :Binarupa Aksara
Pyndick, Robert S & Rubinfeld, Daniel L. 2007. Mikro Ekonomi, edisi 6. Jakarta:
PT. Indeks
Riduwan. 2004. Statistika. Bandung: Alfabeta
Sadono Sukirno. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Bima Grafika. Jakarta.
Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. 1999. Mikro Ekonomi. Edisi
Keempatbelas. Jakarta: Erlangga
Sudjana 1997. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Statistik.
Jakarta: Rineka Cipta
Suryadi Prawirosentono 2002. Pengantar Bisnis Modern. Studi Kasus Indonesia
dan Analisis Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara
Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta : Salemba Empat
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Salemba Empat.
Swastha Basu dan Irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi II, Get.
VHI. Liberty Yogyakarta.
Tati Suhartati Joesron. 2002. Teori Ekonomi Mikro.Jakarta: PT Salemba Empat
T. Sunaryo. 2001. Ekonomi Manjerial. Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Jakarta :
Erlangga
UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM)
Vincent Gaspersz. 2001. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Wing Wahyu Winarno. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
SKRIPSI :
Depi Gustianti. 2006. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Skala Usaha
dan Laba Pada Industri Kecil Dodol Garut”. Skripsi FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia
Mira Yuni Safitri Purwani. 2008. “Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Pakaian Dewasa
di Mall Metro Trade Centre Kota Bandung”. Skripsi FPIPS. Universitas Pendidikan Ekonomi.
Noria Mardiyani. 2010. “Analisis Pengaruh Harga Bahan Baku, Upah Tenaga
Kerja, dan Penggunaan Teknologi Terhadap Skala Hasil Produksi Pada
Produsen Sepatu di Kota Bandung”. Skripsi FPEB. Universitas
Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan
Romdiah Rizqi Rahayu. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Usaha Sentra Bunga Wastukencana Kota Bandung”. Skripsi