• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Pendekatan Pembelajaran Dan Kemampuan Motorik Terhadap Pengembangan Self Esteem Melalui Kegiatan Olahraga Permainan Pada Siswa Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Program Pendekatan Pembelajaran Dan Kemampuan Motorik Terhadap Pengembangan Self Esteem Melalui Kegiatan Olahraga Permainan Pada Siswa Sekolah Dasar."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Uhamisastra:

PENGARUH PROGRAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP PENGEMBANGAN SELF ESTEEM MELALUI KEGIATAN OLAHRAGA PERMAINAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Tidak berkembanngnya domain afektif pada dunia pendidikan nampak muncul ke permukaan. Hal ini dicirikan oleh adanya siswa sekolah dasar berusaha bunuh diri gara-gara terlambat diberi uang oleh orang tuanya. Seorang siswa mogok makan karena nilai matematikanya rendah. Ada juga siswa yang tiba-tiba sakit untuk menghindar dari pelajaran pendidikan jasmani. Siswa sering merasa takut berpartisipasi dalam setiap kegiatan aktivitas pendidikan jasmani, takut berenang, siswa perempuan takut kukunya patah, rambutnya tidak cemerlang, kulit wajah menjadi hitam, atau sakit bila terkena bola voli. Alasan-alasan seperti ini berdampak melemahkan self-esteem siswa.

Untuk mengatasi isu tersebut, sebuah eksperimen dengan desain “nonequivalent comparison control group” telah dilaksanakan dengan menerapkan dua bentuk pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam variasi kemampuan motorik tinggi dan rendah untuk pengembangan self esteem siswa. 80 orang siswa kelas V Sekolah Dasar di Kota Bandung. Satu alat ukur self

esteem (Kathleen Haywood, 1985) digunakan yang terdiri dari kompetensi

sekolah, kompetensi berolahraga, penerimaan sosial, penampilan fisikal, tata perilaku, dan harga diri. Instrumen pengukuran ini telah memiliki derajat validitas dan reliabitasnya yang bisa diandalkan.

(2)

ii

ABSTRACT

Uhamisastra (2010):

THE INFLUENCE OF COOPERATIVE AND COMPETITIVE LEARNING APPROACHES AND AND MOTOR ABILITY ON SELF ESTEEM

DEVELOPMENT THROUGH SPORT GAME ACTIVITIES IN ELEMANTARY STUDENTS

The undevelopment of affective domain in education is coming rise. It was signed by trying suicede of elementary student that was caused by he wasn’t given some money by his parents. A student refuse to eat just caused he got a low mathematic’s grade. There is also student get sick suddenly to hide from physical education lesson. The students is afraid to take a participation in physical education activities, they afraid to swim, the girl student afraid that their hair become underlayer, their nail will broken down, their face skin will dark colour, or their hand will pain just caused playing volley ball game. All these reasoning will made lowest student’s self esteem.

To resolve this issue, an experiment design was conducted by using “nonequivalent comparison group design,” by implementing cometitive and cooperative learning approaches as students in the experimental group. The subject consists of 80 fifth grade Elementary School students in Bandung. There is one self esteem test consisted of scholastic competence, athletic competence, social acceptance, physical appearance, behavior conduct and self worth, which have also been develop by Kathleen Haywood. This instrument has been tested for both its validity and reliability.

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang, telah melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan disertasi ini yang berjudul “PENGARUH

PENDEKATAN BELAJAR KOOPERATIF DAN BELAJAR KOMPETITIF

SERTA KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP PENGEMBANGAN

SELF-ESTEEM MELALUI KEGIATAN OLAHRAGA PERMAINAN PADA SISWA

SEKOLAH DASAR”. Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar Doktor dalam ilmu Pendidikan Olahraga.

Self-esteem dapat dibelajarkan melalui aktivitas jasmani atau olahraga

permainan dengan berbasis pada pengalaman berhasil siswa. Self-esteem sangat

dibutuhkan siswa untuk berhasil dalam kehidupan yang penuh tantangan dan

perubahan seketika seperti sekarang ini. Karena itu, pendidikan jasmani

memiliki peran strategis dalam mengembangkan siswa untuk memiliki tingkatan

self-esteem yang lebih baik. Kontribusi ini terjadi melalui proses belajar sosial

dan perlibatan emosional yang menggugah pada penampilan kompetensi

skolastik, kompetensi berolahraga, penerimaan sosial, tata perilaku, dan harga

diri siswa.

Berbagai faktor (seperti: sikap emosi, keceriaan atau kesenangan) diakui

juga terkait dengan belajar aktivitas jasmani, tetapi belajar gerak yang

(4)

iv

pada kompetensi fisikal, serta penerimaan dan identifikasi fisikal, berpengaruh

pada self-esteem siswa.

Namun demikian, kenyataan di masyarakat menunjukkan bahwa belajar

aktivitas jasmani, terutama dalam pendidikan jasmani di sekolah, masih

dianggap sebagai matapelajaran yang asal dilakukan, bahkan ditanggapi sebagai

kegiatan pembelajaran asal “keluar keringat” dan “hura-hura”, atau memupuk

curahan kesenangan belaka.

Untuk mengatasi pendapat yang keliru tersebut dilakukan penelitian

dengan menggunakan metode penelitian eksperimen pembelajaran kooperatif

dan pembelajaran kompetitif dalam variasi keterampilan motorik tinggi dan

rendah terhadap self-esteem siswa kelas V Sekolah Dasar di Kota Bandung.

Sejumlah 80 orang siswa kelas V dijadikan subyek penelitian untuk

membandingkan pengaruh pembelajaran kooperatif dan kompetitif terhadap

pengembangan self-esteem siswa.

Uraian lengkap pelaksanaan dan hasil penelitian yang dilakukan

dituangkan dalam bentuk Disertasi ini, dengan susunan penyajian sebagai

berikut. Bab I berisikan pendahuluan yang mendeskripsikan alasan-alasan

mengapa penelitian ini dilakukan, yaitu meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, pertanyaan penelitian, identifikasi variabel, tujuan, manfaat,

asumsi dan hipotesis, sekilas cara penelitian dilakukan, lokasi dan sampel

penelitian, sampai pada deskripsi penting dari istilah-istilah yang terkait dengan

(5)

v

Bab II tentang landasan teoritis. Suatu tinjauan komprehensif mulai dari

pemaknaan pendidikan jasmani, landasan filosofis pendidikan jasmani, teori

belajar sosial dan dilengkapi dengan beberapa hasil penelitian terkait terdahulu.

Bab III berkenaan dengan prosedur penelitian. Pada bagian ini dikaji

tentang metode penelitian, desain penelitian, variabel penelitian yang dipilih,

sampel dan populasi, program perlakuan eksperimen, instrumen penelitian, uji

coba penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV membahas mengenai pengolahan dan analisis data. Bagian ini

merupakan pembuktian secara statistik terhadap hipotesis yang dirumuskan,

yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Mengakhiri bagian ini

dibahas pula diskusi penemuan berdasarkan landasan teori yang diajukan dan

meliputi kesejajaran hasil penelitian dengan landasan teori seperti diuraikan

pada Bab II Disertasi ini.

Bab V berkaitan dengan kesimpulan akhir, implikasi, dan rekomendasi.

Bagian ini meliputi interrelasi pendekatan pembelajaran, yang dipilih dengan

variabel yang diajukan. Beberapa implikasi penting juga dirumuskan terutama

manfaat bagi penyiapan tenaga guru pendidikan jasmani, muatan kurikulum, dan

inovasi pendidikan jasmani di masa yang akan datang. Selain itu, rekomendasi

juga dirumuskan berkaitan dengan pegangan atau panduan penting dalam

pelaksanaan pembelajaran self esteem dalam pendidikan jasmani.

Penulis sadari sepenuh hati yaitu dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa

disertasi ini belumlah sempurna. Masih terdapat kelemahan dan kekurangan.

(6)

vi

penulis harapkan. Namun demikian terbersit secercah harapan dari hasil

penelitian ini, kiranya dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi para

pendidik pada umumnya dan bagi para guru Pendidikan Jasmani khususnya di

seluruh Indonesia. Semoga.

Bandung, Januari 2010

(7)

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Tiada daya dan upaya selain izin Alloh Yang Maha Mengatur. Puji dan

syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga proses studi dan penulisan disertasi ini dapat

diselesaikan. Untuk bantuan dan dorongan dari para pembimbing, serta bantuan

dari berbagai pihak yang telah memungkinkan disertasi ini dapat diwujudkan,

penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya.

Pernyataan terimakasih pertama-tama penulis sampaikan kepada Rektor

Universitas Pendidikan Indonesia Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata,

M.Pd. yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan dalam menempuh

program Pascasarjana S-3. Kedua, Bapak Prof. Dr. H. Rusli Lutan sebagai

Promotor. Beliau telah menyadarkan penulis dari kepedihan hidup akibat dari

ketidak berhasilan Studi S-3 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta.

Kata Beliau sepuluh tahun yang lalu “Sudahlah Ham, utang materi dapat dibayar

dengan mencicil, tapi utang psikologis harus Uham bayar secara tunai”. Beliau

juga berucap untuk membuka Program Studi S-3 Pedagogi Olahraga di

Bandung. Penulis bersama lima orang teman, berjumlah enam orang merupakan

angkatan pertama untuk Program Studi S-3 Pendidikan Olahraga di Pascasarjana

UPI, tiga orang teman seangkatan sudah lulus sembilan bulan yang lalu.

Kata-kata Prof. Rusli bahwa utang materi dapat dicicil dibuktikan oleh Beliau saat

(8)

viii

blok grant kepada penulis dan teman-teman. Pada waktu itu kedudukan beliau

sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan

Nasional di Jakarta. Selama kuliah dan bimbingan penyusunan disertasi beliau

selalu menyampaikan bahan- bahan baru baik berupa buku maupun jurnal

Internasional. Ketiga, kepada Bapak Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja sebagai

ko promotor. Beliau selalu memberikan rasa nyaman dalam bimbingan, beliau

dengan ke khasannya sebagai pembimbing selalu menggunakan kata “Akang

dan Ayi” sehingga suasana bimbingan menjadi hangat dan akrab.

Pertanyaan-pertanyaan Beliau sangat filosofis sehingga merupakan bahan kajian dan

pembuka wawasan bagi penulis dalam penyusunan disertasi. Kempat, kepada

Prof. Danu Hoedaya, Ph.D. sebagai anggota promotor dengan penuh ikhlas

membimbing dan memberikan koreksi draf disertasi yang penulis susun. Beliau

sangat memberikan keleluasaan waktu untuk proses bimbingan. Semua amal

sholih yang telah beliau-beliau berikan kepada penulis semoga mendapat

imbalan yang berlipat ganda dari Alloh Yang Maha Pengasih. Ucapan

terimakasih juga kami sampaikan kepada para staf pengajar Program Doktoral

Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

sehingga penulis memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas.

Terimakasih kami sampaikan pula kepada Prof. Furqon, Ph.D. sebagai

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah

memberikan dorongan dalam menyelesaikan studi. Terimakasih kepada Dr. dr.

(9)

ix

Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah memberikan

dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr.H.Amung Ma’mun,

mantan Dekan FPOK-UPI yang sekarang menjabat Kepala Dinas Olahraga dan

Pemuda Provinsi Jawa Barat, yang telah memberikan dorongan moral dan

membantu pembiayaan kuliah.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Drs.Sucipto,M.Kes.

sebagai Ketua, dan Drs Yunyun Yudiana sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

Olahraga FPOK-UPI. Yang telah banyak memfasilitasi kelancaran kuliah. Tak

lupa, ucapan terimakasih kepada teman-teman seangkatan, yaitu

Dr.Kardjono,M.Sc., Dr.Bambang Abdul Jabbar,M.Pd., Dr.Berliana,M.Pd.,

Dra.Surdiniati Ugelta, M.Kes., dan Drs.Carsiwan, M.Pd. atas semua bantuan dan

dorongan yang diberikan.

Akhirnya rasa terimakasih yang tulus kami haturkan kepada seluruh

keluarga, istri tercinta, dan anak-anakku tersayang, atas pengertian, dorongan,

dan kesabaran yang diberikan sehingga memungkinkan studi pada program ini

dapat diselesaikan.

Sebagai harapan, kami sampaikan kepada seluruh penyandang profesi

terkait pendidikan jasmani, semoga hasil penelitan ini memberikan manfaat bagi

pengembangan pendidikan jasmani di tanah air.

(10)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Pertanyaan Penelitian ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 19

E. Variabel Penelitian ... 19

F. Konstelasi Penelitian ... 21

G. Manfaat Penelitian ... 22

H. Asumsi ... 24

I. Hipotesis ... 27

J. Pembatasan Penelitian ... 27

K. Definisi Operasional ... 28

(11)

xi

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Pengantar ... 32

B. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 41

C. Pengertian Kompetisi dan Kooperasi ... 50

D. Kompetisi Sebagai Suatu Proses ... 53

E. Apakah Kompetisi Itu Baik atau Buruk?... 59

F. Filsafat Olahraga Kooperatif ... 61

G. Model Pembelajaran ... 65

H. Keterkaitan Pembelajaran Kooperatif dengan Self-esteem ... 73

I. Keterkaitan Pembelajaran Kompetitif dengan Self-esteem ... 78

J. Pengertian Self-esteem ... 84

K. Pengertian Kemampuan Motorik ... 93

L. Pembelajaran Afektif dalam Pendidikan Jasmani ... 101

M. Pengertian Emosi ... 102

N. Pandangan tentang Persepsi Motorik ... 104

O. Teori Kognitif Sosial dalam Self-esteem ... 116

P. Mastery Learning, Belajar Berhasil dan Self-esteem... 120

Q. Pemahaman Hubungan Aktivitas Jasmani dengan Self-esteem .... 122

R. Beberapa Penelitian Terkait ... 125

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 131

(12)

xii

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 142

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 145

E. Teknik Pengumpulan Data ... 146

F. Instrumen Penelitian ... 147

G. Prosedur Eksperimen ... 156

H. Bahan Eksperimen ... 161

I. Teknik Analisis Data ... 176

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 178

B. Pembahasan... 188

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 200

B. Implikasi ... 201

C. Rekomendasi ... 205

DAFTAR PUSTAKA ... 207

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keputusan Pembimbing Disertasi ... 211

Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian ...

Lampiran 3. Surat Bukti Penelitian ...

Lampiran 4. Angket Atensi Kinestetik ...

(13)

xiii

Lampiran 6. Data Atensi Kinestetik ...

Lampiran 7. Data Keterampilan Berpikir Kritis ...

Lampiran 8. Panduan Program Perlakuan ...

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Usulan Jenis dan Nomor Kompetensi untuk Anak-Anak ... 72

3.1 Pengelompokan Sampel Eksperimen ... 145

3.2. Kisi Kisi Pengaruh model Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Self-esteem ... 150

3.3. Butir Pernyataan yang Valid pada setiap Dimensi Variabel Hasil Uji Coba Ke-I ... 154

3.4. Butir Pernyataan yang Valid pada setiap Dimensi Variabel Hasil Uji Coba Ke-II ...155

3.5. Hasil Penghitungan Reliabilitas Angket Self Esteem ... ... 156

3.6. Tahap dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 159

3.7. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 160

3.8. Inti Pembelajaran Kooperatif dalam Pengembangan Self Esteem melalui Kegiatan Olahraga Permainan ... 167

3.9. Contoh Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Pembelajaran Kooperatif dalam Pengembangan Self Esteem ... 168

3.10. Inti Pengajaran Kompetitif dalam Pengembangan Self Esteem melalui Kegiatan Olahraga Permainan ... 171

3.11. Contoh Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Pembelajaran Kompetitif dalam Pengembangan Self Esteem ... 172

(15)

xv

4.2. Beda Skor Self Esteem Siswa ... 179

4.3. Hasil Uji Normalitas Data Seluruh Kelompok...181

4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Bartlett... 182

4.5. Ringkasan Hasil Uji Kesamaan dua Varians ... 183

4.6. RingkasanPenghitungan Rata-rata dan Standar Deviasi Seluruh Kelompok Perlakuan ... 183

4.7. Rangkuman Hasil Penghitungan ANAVA 2 x 2 pada Taraf Nyata α = 0,005 ... 184

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Proses Kompetitif ... 54

2.2. Hierarki Perkembangan Self Esteem ... 88

2.3. Proses Persepsi Motorik ... 107

2.4. Aplikasi Reciprocal Determinan Bandura dalam Pembentukan Self Esteem ... 119

2.5. Model Self-esteem dan Aktivitas Jasmani ... 124

3.1. Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 x 2 ... 132

3.2. Desain Penelitian ... 141

4.1. Interaksi Pembelajaran dan Kompetitif dengan Kemampuan Motorik Tinggi dan Rendah ... 186

4.2. Proses Perkembangan Self Esteem melalui Aktivitas Jasmani Berbasis Pendidikan Berhasil ... 191

4.3. Pendidikan Berhasil dalam Pendidikan Jasmani ... 194

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia sudah enam puluh lima tahun merdeka.

Ditinjau dari sisi waktu sudah cukup dewasa jika dibandingkan dengan usia

seorang manusia, namun sampai sekarang negara ini masih tetap menyandang

sebutan negara berkembang. Di bidang pendidikan pun masih terdapat beberapa

permasalahan, seperti munculnya pro dan kontra terhadap Ujian Negara, sering

terjadinya pergantian kurikulum pada waktu yang tidak semestinya, berita di

media massa tentang siswa Sekolah Dasar berusaha bunuh diri, dan peristiwa

tawuran antar pelajar. Kejadian-kejadian tersebut merupakan permasalahan dalam

pendidikan.

Begitu juga dalam pendidikan jasmani yang mengalami beberapa

perubahan, mulai dari istilah gerak badan, pendidikan jasmani, pendidikan

olahraga dan kesehatan, dengan muatan kurikulum dan pelaksanaan yang tidak

konsisten. Pada era tahun 2000 muncul lagi istilah Pendidikan Jasmani Olahraga

dan Kesehatan. Masalah kritis dalam konteks Pendidikan Jasmani dewasa ini ialah

peningkatan mutu untuk penyelenggaraannya yang dihubungkan dengan

pencapaian tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain, peningkatan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan jasmani terkait dengan terwujudnya perubahan

perilaku yang sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan jasmani itu sendiri, yakni

(18)

pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom (1976:30) yaitu ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Para pengembang kurikulum pendidikan di Indonesia,

termasuk kurikulum pendidikan jasmani juga merujuk ke taksonomi tersebut

(Puskur, 2004).

Ungkapan yang mendudukkan pendidikan jasmani sebagai pendidikan

bersifat menyeluruh untuk mencapai keselarasan antara jasmani dan rohani pernah

dituangkan dalam Undang Undang Republik Indonesia tahun 1950 No. 4 Bab IV

tentang pendidikan jasmani sebagai berikut: “Pendidikan jasmani yang menuju

kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan

merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang

sehat dan kuat lahir batin, diberikan kepada segala jenis sekolah” (Tilaar, 1995:

658).

Dalam ungkapan yang berbeda, tentang telaah pendidikan bersesuaian

dengan konsep manusia sempurna, yaitu memiliki ciri-ciri seperti dijelaskan oleh

Ahmad Tafsir ( 2005:46) yang meliputi (1) jasmaninya sehat serta kuat, termasuk

berketerampilan; (2) akalnya cerdas dan pandai; dan (3) hatinya (Qolbunya)

penuh iman kepada Alloh. Sejalan dengan pemikiran tersebut, sesungguhnya

pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan pada umumnya.

Istilah pendidikan secara umum dapat dipahami sama dengan istilah tarbiyah

dengan makna yang mendalam dan cakupan tujuan yang bersifat menyeluruh

pula. Dedeng Rosidin, (2003:36) menjelaskan bahwa tarbiyah itu meliputi: tiga

macam yakni (1) tarbiyatu al-ajsm (pendidikan fisik-jasmani), (2) tarbiyatu al-aql

(19)

kejiwaan). Selanjutnya, karena esensi pendidikan menyeluruh yang amat

mendasar, meskipun merujuk ke dokumen lama yang masih relevan yaitu Undang

Undang Pendidikan Tahun 1950, Tilaar (1995:670) mensitir kembali isi

undang-undang tersebut yang bunyinya sebagai berikut:

Pertumbuhan jiwa dan raga harus mendapat tuntunan yang menuju kearah keselarasan, agar tidak timbul penyebelahan kearah intelektualisme atau kearah perkuatan badan saja. Perkataan keselarasan menjadi pedoman pula untuk menjaga agar pendidikan jasmani tidak mengasingkan diri dari pendidikan keseluruhan (totaal

opvoeding).

Proses pengajaran dalam pendidikan jasmani pada dasarnya melibatkan

tiga ranah atau domain yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor

secara menyeluruh. Proses belajar gerak yang dijabarkan dalam asas-asas didaktik

dan metodik melibatkan ketiga domain tersebut secara serempak dan saling terkait

(Rusli Lutan, 1988). Proses belajar gerak selalu diawali melalui penguasaan

konsep gerak dalam tataran domain kognitif dalam bentuk pemahaman terhadap

informasi yang disampaikan. Proses seleksi dan persepsi terhadap informasi pada

hakikatnya merupakan proses kognitif. Namun demikian ternyata aspek emosi

(ranah afektif) dengan aspek pengetahuan (ranah koginitif) itu saling berkaitan

(Malina, dalam Rusli Lutan: 2004: 91-92). Interelasi ketiga ranah dapat pula

ditelusuri dari landasan filosofis, paham monoisme/holism, yakni tentang

kesatuan jiwa dan badan yang melumat secara utuh (Kretchmar, 2005:108)

sebagai lawan dari dualisme dalam inti ajaran Descartes (1960; dalam Kretchmar,

(20)

Bukti-bukti secara empirik diperlukan untuk menunjukkan pengaruh

program pendidikan jasmani dalam rangka membina ketiga ranah tersebut.

Sungguh merupakan sebuah cita-cita yang dianggap muluk manakala tidak digali

bukti-bukti ilmiah tentang manfaat yang diperoleh dari pendidikan jasmani

sedangkan yang berkembang justru mitos dan bahkan juga miskonsepsi, atau

ketidak percayaan dan keraguan terhadap pendidikan jasmani yang dipandang

tidak mengandung nilai-nilai pendidikan. Bahkan ada juga kritik yakni dalam

pendidikan jasmani itu tidak berlangsung proses ajar (Crum, 2004) sebagai akibat

dari proses pengajaran yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah pedagogik.

Akibatnya, status pendididikan jasmani menjadi rendah dalam kurikulum

(Dokumen Deklarasi Berlin, 1999; dalam Rusli Lutan, 2004:106-107).

Kenyataan yang ada, “nasib” Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang ada

di sekolah-sekolah sering dimarginalkan. Hal ini dapat dilihat dari kurang

diperhatikannya sarana pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Berdasarkan

pengamatan penulis menurut sebaiknya, alangkah baiknya apabila setiap sekolah

sekurang-kurangnya dapat menyediakan lahan kosong seluas 500 meter untuk

ruang gerak murid. Masih berdasarkan pengamatan penulis selama menjadi guru

pendidikan jasmani ruang gerak siswa di lapangan minimal memerlukan area

seluas 2 x 2 meter persegi. Di sekolah-sekolah daerah perkotaan maupun

luar-perkotaan ruang yang tersedia untuk siswa bergerak secara leluasa di dalam

pelajaran pendidikan jasmani sudah amat terbatas. Di suatu lokasi sekolah dasar

ada empat sampai lima buah sekolah dasar ( SD Babakansari I, II, III, IV, dan

(21)

Bandung. Sedangkan lahan kosong hanya halaman sekolah yang tidak terlalu luas,

yang digunakan untuk upacara. Padahal setiap siswa membutuhkan ruang kosong

sebesar 4 sampai 6 m2 (Tisna Sopandi, 1983: 30). Berdasarkan pernyataan

Sopandi, jika setiap sekolah memiliki jumlah siswa 300 orang maka sekolah

tersebut harus menyediakan lapangan atau tanah kosong untuk siswa bergerak

bebas seluas 300 x 6 m2 atau sekitar 1800m2. Bahkan menurut Soemitra (1992:

122), setiap sekolah harus memiliki halaman sekolah dan lapangan untuk

melakukan berbagai jenis permainan. Keberadaan Sekolah seperti yang

dipaparkan tersebut, menurut Rusli Lutan (2004:69) fenomena ini sebagai bentuk

“krisis global pendidikan jasmani” yang mengarah pada bentuk “keterlantaran

pendidikan jasmani.”

Ada indikasi di Indonesia terjadi mispersepsi dari orangtua, pendidik, dan

pembuat kebijakan, yang tidak memandang pendidikan jasmani sebagai sebuah

“academic subject”. Bukti ini juga diperkuat oleh pernyataan Rusli Lutan

(2004:70) ketika melihat praktik pendidikan jasmani di sekolah-sekolah yang

tidak menunjukkan adanya proses ajar. Kesan rendah diri pun muncul di kalangan

pemangku profesi pendidikan jasmani yang mengarah pada status rendah dan

penghargaan rendah dari kalangan pendidik itu sendiri.

Giriwijoyo (2006:77) mencontohkan, bahwa pada masa-masa menjelang

ujian akhir sesuatu jenjang pendidikan maka Pendidikan Jasmani dan Olahraga

dihapuskan dengan alasan agar para siswa dalam belajarnya mampu menghadapi

ujian akhir dan “tidak terganggu karena pendidikan jasmani.” Artinya, mata

(22)

sebagai mata pelajaran yang sangat bermanfaat dan setara dengan mata pelajaran

yang lain, tetapi bahkan masih dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang

“mengganggu” kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan.

Di tengah berbagai kritik terhadap pendidikan jasmani, dijumpai pula

bukti-bukti empirik hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan jasmani yang

dikelola dengan baik. Dari dokumen konferensi puncak di Berlin (1999) tentang

krisis pendidikan jasmani, para pakar membeberkan beberapa aspek meliputi (1)

pendidikan jasmani dari perspektif fisik, (2) dampak psikologis dan keuntungan

sosial dari keterlibatan dalam olahraga dan aktivitas jasmani implikasi terhadap

pendidikan jasmani, (3) pendidikan jasmani dalam perspektif kesehatan dan

sejahtera paripurna (well-being) dan, (4) perspektif nilai ekonomi pendidikan

jasmani dan masalah gizi.

Keterkaitan pendidikan jasmani dengan domain fisik, psikologis, dan

sosial menunjukkan bahwa aktivitas jasmani menjadi faktor penting dalam

mengatur atau mengendalikan berat badan, kegemukan (obesitas), dan membina

daya tahan umum (cardio vascular). Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas

jasmani menunjukkan adanya hasil psikologis yang positif, dan meningkatkan

self-esteem bagi anak-anak muda (Gruber, 1985). Selain itu juga ada bukti

mengenai hubungan positif antara aktivitas jasmani dan kemajuan kemampuan

kognitif (Dirjen Olahraga Depdiknas, 2003:124-127).

Pendidikan jasmani juga memberikan sokongan terhadap perkembangan

afektif misalnya sikap, nilai, dan minat para peserta didik. Pada pengembangan

(23)

didik dalam menerima sikap, perilaku, dan nilai yang mempengaruhi kepercayaan

diri mereka. Banyak hal keterlibatan afektif dalam pendidikan jasmani berawal

dari perasaan pribadi dan pengalaman subjektif siswa yang berasal dari

respon-respon gerak mereka. Lebih lanjut, muncul pula perasaan personal, yang

menghasilkan kesenangan, kepuasan, harga diri, dan keriangan dalam gerak

dengan orang lain. (Allen, 1982; dalam Rink, 1985).

Pada masa kini berdasarkan pengamatan di lapangan, ketunaan ranah

afektif dalam dunia pendidikan sangat menurun. Hal ini dapat dilihat pada media

cetak dan elektronik. Antara lain, ada berita siswa Sekolah Dasar berusaha bunuh

diri gara-gara terlambat diberi uang oleh orang tuanya. Seorang siswa mogok

makan karena nilai matematikanya rendah. Ada juga siswa yang tiba-tiba demam

pada hari yang ada pelajaran pendidikan jasmani. Berbagai peristiwa tersebut

membuktikan anak-anak seperti itu memiliki self-esteem yang rendah. Self-esteem

yang rendah dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan diri, dan bila hilang

kepercayaan diri dapat menimbulkan hilangnya harga diri dan bahkan berdampak

pada hilangnya kebermaknaan diri, bahkan bisa terjadi aksi bunuh diri.

Pada peristiwa pengajaran pendidikan jasmani di sekolah, sering pula

ditemukan alasan-alasan siswa untuk menghindar dari pembelajaran pendidikan

jasmani. Sebagai contoh, seringkali siswa berdalih sakit, sedang mengalami

menstruasi bagi siswa putri sehingga tidak mampu melakukan tugas gerak yang

dibebankan kepadanya, takut tenggelam di kedalaman air, siswa perempuan takut

kukunya patah, rambutnya tidak cemerlang, kulit wajah menjadi hitam, atau sakit

(24)

gagal dalam melakukan suatu tugas gerak. Alasan-alasan seperti ini menimbulkan

dampak negatif pada diri siswa, sehingga bisa melemahkan self-esteem siswa.

Keadaan rendahnya self-esteem para siswa dalam pengajaran pendidikan

jasmani dapat menimbulkan dampak lebih lanjut, yaitu dapat menimbulkan

rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia, sehingga bisa berdampak

pada sikap dan mentalitas bangsa yang rendah. Dikhawatirkan bahwa sumber

daya manusia Indonesia menjadi sangat lemah, tidak berdaya, serta tidak mampu

bersaing dengan bangsa lain. Dampak lain juga akan menimbulkan rendahnya

kualitas kepribadian warga negara, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan

permasalahan identitas bangsa.

Pembinaan untuk meningkatkan self-esteem melalui jalur pendidikan

dan pembinaan diri perlu dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan,

sehingga setiap peserta didik tidak hanya mempersiapkan diri untuk memperoleh

pekerjaan pada masa yang akan datang, tapi justru harus memiliki pengalaman

sukses memecahkan masalah dan tantangan keseharian yang dihadapinya

(Asmawi Zainul, 2008:5). Salah satu cara pembinaan diri bagi peserta didik di

sekolah, yaitu melalui pendidikan jasmani yang terprogram berdasarkan

kurikulum dan garis-garis besar program pengajaran. Para guru di sekolah dalam

proses belajar mengajar pendidikan jasmani menggunakan: berbagai metode di

antaranya metode bagian (part method), dan metode keseluruhan (whole method).

Disamping menggunakan metode mengajar, juga para guru menggunakan gaya

mengajar, diantaranya: gaya mengajar bentuk tugas, gaya mengajar bentuk

(25)

pendidikan jasmani menggunakan pula, pendekatan pembelajaran (learning

approach), diantaranya: pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative

learning), dan pendekatan pembelajaran kompetitif (competitive learning).

Satu upaya yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani ketika ingin

mengembangkan self-esteem para siswanya adalah memperbaharui cara cara

pedagogik, didaktik, metodik, model mengajar serta gaya dan pendekatan kepada

siswa, yang mampu menyebabkan siswa berhasil dalam setiap melakukan tugas

gerak keterampilan yang dituntun oleh gurunya. Konsep ini sangat berdekatan

dengan istilah developmentally appropriate practice (DAP). Ini berarti guru perlu

memilih jenis pendekatan pembelajaran keterampilan yang menjamin

keberhasilan penampilan keterampilan siswa, yang akan menimbulkan

kepercayaan pada diri siswa, dan pada gilirannya akan menumbuhkan self-esteem

pada diri siswa.

Proses pedagogik yang dimaksud sangat bergantung kepada pemilihan

model mengajar, metode mengajar, dan pendekatan pembelajaran. Dalam konteks

ini, guru pendidikan jasmani perlu menetapkan pendekatan yang dianggap mampu

mengembangkan self-esteem para siswa. Pemilihan metode yang dipadankan

dengan materi yang dianggap sesuai atau cocok bagi para siswa, disertai dengan

upaya-upaya memelihara lingkungan pengajaran yang positif dan kondusif akan

mengantarkan pada perolehan nilai-nilai afektif dan sifat psikologis. Dengan

demikian, konsep Develomentally Appropriate Practice akan menjadi rujukan

utama dalam pengembangan self-esteem melalui jalur pendidikan jasmani. Sesuai

(26)

dicarikan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan atmosfir

kehidupan anak-anak di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Pentingnya pengembangan self-esteem pada diri siswa perlu menjadi

perhatian para pendidik, terutama dalam upaya mengangkat kepercayaan diri

siswa sehingga bisa berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia

Indonesia. Pengembangan self-esteem pada diri siswa melalui pembelajaran

aktivitas jasmani bisa dilakukan dengan merancang dan mengorganisasikan

keberhasilan tugas yang dilakukan oleh siswa. Keberhasilan pelaksanaan tugas

gerak ini sangat bergantung pada pemilihan tugas ajar dengan memperhatikan

tingkat kesulitan gerak, kompetensi siswa, dan cara-cara didaktik serta metodik

pengajaran guru pendidikan jasmani. Kejelasan tugas gerak, tahapan tugas gerak,

dan cakrawala gerak yang perlu dibelajarkan kepada siswa perlu diperhatikan oleh

guru pendidikan jasmani (Crum, 2006).

Pengajaran guru pendidikan jasmani dalam pengembangan self-esteem

melalui pengorganisasian aktivitas belajar gerak terkait dengan pendekatan

pembelajaran kooperatif dan kompetitif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) adalah sebuah strategi mengajar yang lebih menekankan kepada belajar

bersama sehingga semua siswa berkontribusi dalam menyelesaikan suatu tugas

ajar (Metzler, 2000:221). Awalnya disebut Student Team Learning disingkat STL

(Slavin; 1977) dan diubah menjadi Cooperative Learning (Slavin, 1983; Metzler,

(27)

kepada tim, (2) tanggung jawab perorangan, dan (3) semua punya kesempatan

untuk berhasil.

Ada juga yang sekarang sedang marak dipergunakan dalam proses belajar

mengajar pendidikan jasmani yaitu pendekatan pembelajaran (learning approach)

dengan pendekatan kompetitif (competitive learning). Pembelajaran kompetitif

adalah suatu pendekatan pengajaran pendidikan jasmani yang menekankan pada

pengembangan keterampilan, kemampuan memprediksi situasi, berhati-hati dalam

bertindak, dan taat terhadap aturan (Werner, 1979:6-7). Olahraga kompetitif

merupakan bagian integral dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah,

dengan harapan akan tertanam nilai-nilai kompetitif pada siswa, hingga siswa di

kemudian hari siap mengarungi kehidupan di masyarakat.

Siswa Sekolah Dasar harus dipersiapkan untuk belajar ke tingkat di atasnya,

oleh karena itu perlu dibekali dengan berbagai pengalaman berkompetitif di

sekolah dan di lingkungan tempat tinggalnya. Betapa pentingnya hidup

berkompetisi dalam menghadapi era globalisasi, karena berkompetisi bukan hanya

dengan teman atau saudara sebangsa dan setanah air, tetapi berkompetisi pula

dengan bangsa lain yang datang ke negara Indonesia. Begitu juga menurut

perintah agama, “berlomba-lombalah dalam kebajikan dan jangan saling

tolong-menolong dalam kenistaan”.

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang pertama, proses

pendidikannya merupakan fondasi bagi para siswa dalam menempuh jenjang

pendidikan di atasnya. Oleh karena itu waktunya cukup lama dari kelas satu

(28)

dapat ditulisi sekehendak penulisnya. Hal ini merupakan pekerjaan besar dan

berat bagi guru yang mengajar di sekolah dasar. Guru di sekolah dasar merupakan

model bagi siswanya. Siswa sekolah dasar kelas awal yaitu kelas satu, dua, dan

tiga lebih erat memegang kata-kata gurunya dari pada orang yang lebih tua

lainnya. Penanaman segala aspek kehidupan harus menjadi landasan bagi siswa

untuk menghadapi kehidupan selanjutnya. Mata pelajaran pendidikan jasmani

merupakan media yang tepat untuk mengembangkan dan membina kepribadian

siswa secara menyeluruh. Konsep pendidikan jasmani sebagai pendidikan

menyeluruh, dinyatakan pula oleh Hoedaya (2009:20) bahwa guru pendidikan

jasmani bukan seseorang yang hanya mendalami hal-hal teknis semata dan

berurusan dengan obyek-obyek belaka, dalam hal ini obyek hidup (siswa), akan

tetapi guru terutama harus menjadi pendidik yang bertanggung-jawab terhadap

pembentukan keseluruhan pribadi siswanya.

Mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terdiri atas cabang

permainan dan olahraga. Usia siswa sekolah dasar dapat dikatakan usia bermain,

karena suasana pembelajaran pendidikan jasmani harus menimbulkan keceriaan

bagi siswa. Siswa harus diberi kesempatan bereksplorasi dan bergerak bebas,

karena melalui kecabangan permainan siswa diharapkan dapat mengembangkan

kemampuan pengetahuannya, mengembangkan kemampuan berolahraga, dan

mengembangkan pribadinya secara utuh. Lebih lanjut, Hoedaya (2009:24)

(29)

... ciri khas aktivitas siswa di dalam praktek belajar-mengajar pendidikan jasmani adalah kebebasan berekspresi, bereksplorasi, dan bereksperimen dalam kegiatan pembelajaran yang kaya unsur resolusi konfliknya. Di bawah pengawasan dan bimbingan sang guru, kebebasan yang diberikan pada siswa serta hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman-pengalamannya akan mampu mendewasakan siswa dalam menghadapi dan mengatasi banyak persoalan hidup.

Siswa diharapkan mampu menerima kehidupan sosial, siswa mampu

menampilkan dirinya. Di samping itu juga mampu bertingkah laku yang

bermakna, serta mampu mengenal dan mengembangkan kepatutan atau

kebermaknaan dirinya baik untuk diri sendiri, untuk orang lain, maupun untuk

lingkungan hidupnya. Siswa sekolah dasar adalah anak masa kini dan manusia

masa yang akan datang. Siswa sekolah dasar sebagai agen perubahan harus

dibekali dengan pribadi yang terpuji dan akhlak yang baik, yaitu ahlaqul karimah.

Melalui pendidikan jasmani dan diperkenalkannya pendekatan

pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif, siswa sekolah

dasar memahami arti dan makna baik dari kedua pendekatan pembelajaran

tersebut. Pada pendekatan kompetitif siswa bukan mengejar kemenangan tanpa

menghiraukan etika, aturan, dan tatakrama. Kemenangan bukan segala-galanya,

tetapi siswa harus paham bagaimana bersikap kalau dia menang, dan bagaimana

pula bersikap bila dia kalah. Meraih kemenangan atau menerima kekalahan dalam

suatu kompetisi harus diterima dengan bersikap wajar.

Proses belajar-mengajar pendidikan jasmani sama dengan proses belajar

mengajar mata pelajaran lainnya. Dalam pelajaran pendidikan jasmani sebagian

besar penekanan pembelajaran dititik beratkan kepada ranah psikomotor. Siswa

(30)

demikian bukan berarti ranah kognitif dan ranah afektif diabaikan. Vannier dalam

Gallahue (1978:335-336) menyatakan bahwa pendidikan di sekolah dasar dibagi

menjadi dua bagian yaitu: (1) usia bermain pada kelompok kelas bawah (kelas 1 –

2 – 3) dan (2) usia pengembangan keterampilan motorik pada kelompok kelas atas

(kelas 4 – 5 – 6). Pada masa-masa ini aktivitas jasmani dalam bentuk permainan

merupakan aktivitas yang paling diminati oleh siswa sekolah dasar.

Seiring dengan maju dan berkembangnya ilmu dan teknologi, begitu juga

dalam dunia pendidikan jasmani tumbuh subur tentang teknik dan strategi

pembelajaran dengan adanya berbagai metode mengajar, model pembelajaran,

gaya mengajar, dan pendekatan pembelajaran. Hal ini semua untuk meningkatkan

hasil belajar agar dapat mencapai tujuan belajar dan mendidik secara maksimal.

Secara khusus dalam penelitian ini ingin mengungkapkan, apakah ada pengaruh

yang signifikan pendekatan pembelajaran kooperatif dan kompetitif antara siswa

yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan rendah dalam mengembangkan

dan meningkatkan self esteem melalui olahraga permainan? Hal ini diterapkan

dalam proses pendidikan jasmani pada siswa Sekolah Dasar. Terutama untuk

pengembangan self-esteem siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, masalah

mendasar yang perlu mendapat perhatian dan harus dicari pemecahannya adalah

pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang bagaimana yang sesuai untuk

siswa sekolah dasar dalam mengembangkan self-esteem mereka. Untuk itu perlu

dicoba dan diteliti, pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai

(31)

Pendekatan pembelajaran yang sesuai tersebut dilandasi konsep dan

teori-teori belajar pendidikan jasmani, dan dapat menjelaskan bagaimana proses

pembelajaran pendidikan jasmani untuk meningkatkan self-esteem. Untuk itu

perlu dicobakan beberapa pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani. Perlu di

jelaskan kembali, bahwa dalam penelitian ini ada dua pendekatan pembelajaran

(learning approach) yaitu pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) dan pendekatan pembelajaran kompetitif (competitive learning).

Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah “suatu proses sosial manakala

penampilan dievaluasi dan dihargai dalam konteks penampilan kolektif dari suatu

kelompok orang yang bekerja sama yang dicirikan oleh keterlibatan mutual dari

satu atau lebih partisipan” (Coackley, 2000).

Satu lagi pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan pembelajaran kompetitif. Pendekatan kompetitif adalah suatu

pendekatan pengajaran pendidikan jasmani yang menekankan pada

pengembangan keterampilan, kemampuan memprediksi situasi, berhati-hati dalam

bertindak, dan taat terhadap aturan (Werner, 1979:6-7). Pendekatan pembelajaran

kompetitif menimbulkan persaingan antar siswa yang berkompetisi, sehingga

ketika siswa berhasil dalam kompetisi itu diduga menumbuhkan kepercayaan diri,

dan pada gilirannya akan menumbuhkan self-esteem. Karena itu, dalam konteks

ini, olahraga kompetitif perlu juga diberikan di sekolah, karena olahraga

kompetitif merupakan bagian integral dari pembelajaran pendidikan jasmani di

sekolah, dengan harapan akan tertanam pada diri siswa nilai-nilai kompetitif,

(32)

Pengembangan self-esteem siswa melalui pembelajaran kooperatif dan

kompetetif juga terkait dengan tingkat motorik siswa. Tingkat motorik yang

dimaksud berupa kemampuan motorik yang terbagi ke dalam kemampuan

motorik tinggi dan kemampuan motorik rendah. Pengelompokan ini didasarkan

pada jenis pengukuran kemampuan daya tahan, keseimbangan, kekuatan,

koordinasi, dan kelincahan bergerak. Selain itu, interaksi siswa yang terjadi dalam

pendidikan jasmani dalam bentuk saling ketergantungan diantara siswa juga

diprediksi mempengaruhi self-esteem siswa.

Penetapan pendekatan pembelajaran kooperatif dan kompetitif, yang

divariasikan dengan kemampuan motorik tinggi dan rendah diduga memiliki

keterkaitan dengan kepercayaan diri siswa. Pendidikan jasmani adalah untuk

semua siswa, artinya semua siswa yang sedang mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani harus melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru. Tugas gerak

yang diberikan oleh guru semua siswa harus merasakan pengalaman berhasil,

jangan sampai siswa selalu gagal dalam melakukan tugas gerak tersebut. Setiap

siswa mengalami keberhasilan dalam melakukan tugas gerak dalam proses

pendidikan jasmani. Peristiwa keberhasilan dalam melakukan tugas gerak

selanjutnya penulis mengistilahkan “pendidikan berhasil”. Pendidikan berhasil ini

diterapkan dalam situasi pendekatan pembelajaran kooperatif dan kompetitif

yang saling berinteraksi dengan kepercayaan diri, hingga diharapkan akan

menumbuhkan self-esteem siswa.

Pendekatan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kompetitif, dan

(33)

dasar dalam meningkatkan self-esteem perlu diuji melalui penelitian ilmiah.

Masalah ini relevan dengan kebutuhan pengembangan dan pembinaan self-esteem

siswa sekolah dasar di Indonesia saat ini, dan sebagai bentuk upaya meminimalisir

krisis akhlak di kalangan pelajar. Dengan demikian maka penelitian ini

difokuskan pada pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kompetitif dalam

pendidikan jasmani dan kemampuan motorik terhadap self-esteem siswa sekolah

dasar di Kota Bandung.

C. Pertanyaan Penelitian

Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa melalui trial and

error, eksplorasi, dan penemuan. Sedangkan belajar kemampuan motorik dan

keterampilan motorik adalah suatu proses aktif, dipengaruhi oleh faktor tugas

gerak, siswa, dan lingkungan (Gallahue dan Ozmun, 1998:324). Agar mudah

dipahami tentang belajar kemampuan dan keterampilan motorik, perlu diajukan

suatu konsep belajar afektif, dalam hal ini berkaitan dengan self-esteem. Konsep

belajar afektif adalah perhatian yang berkaitan dengan sikap, emosi, dan penilaian

respons dari pelajar. Objek domain afektif langsung ke arah perasaan, minat, dan

apresiasi (Krathwohl, 1964: dalam Jewett, 1995:130). Metzler (2000:39)

menggambarkan lima kategori untuk objek dalam domain afektif, yaitu: (1)

Receiving, (2) Responding, (3) Valuing, (4) Organizing, dan (5) Characterizing.

Proses pengajaran pendidikan jasmani dapat diarahkan untuk

pengembangan dan peningkatan individu siswa secara organik, neuromuskuler,

(34)

tersebut beberapa pertanyaan awal dapat dikemukakan, seperti: bagaimana bentuk

programnya? Bagaimana penerapan kaidah didaktik-metodiknya? Apakah jenis

pendekatan pengajaran dapat mempengaruhi kualitas kepribadian siswa? Isu kritis

yang ingin diangkat melalui penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendekatan

pengajaran pendidikan jasmani berupa pendekatan pembelajaran kooperatif dan

pendekatan pembelajaran kompetitif terhadap self-esteem peserta didik di sekolah

dasar? Apakah variabel atributif kemampuan motorik tinggi dan rendah turut serta

menentukan pengembangan self-esteem?

Pertanyaan khusus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan self-esteem yang signifikan diantara siswa yang

dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan

pembelajaran kompetitif?

2. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran

dengan kemampuan motorik terhadap self-esteem siswa?

3. Apakah terdapat perbedaan self-esteem yang signifikan diantara siswa yang

dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan

pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik tinggi?

4. Apakah terdapat perbedaan self-esteem yang signifikan diantara siswa yang

dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan

(35)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh

pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri dari pendekatan

pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif terhadap

self-esteem, pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan kemampuan

motorik rendah.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Ingin mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari penerapan pendekatan

pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif pada

siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan motorik rendah

terhadap ( dalam hal ) self-esteem siswa sekolah dasar.

2) Ingin mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan motorik.

3) Ingin mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif bagi

siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi terhadap self-esteem.

4) Ingin mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif bagi

siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah terhadap self esteem.

5) Ingin mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kompetitif bagi

siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi terhadap self-esteem.

E. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(36)

a. Pendekatan pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran manakala tujuan

pengajaran dicapai secara kelompok dan mencirikan kerjasama diantara

anggota kelompok siswa (Auweele, 1999: 381).

b. Pendekatan model belajar kompetitif yaitu: pembelajaran manakala tujuan

pengajaran dicapai oleh individu atau kelompok siswa dan mencegah

pencapaian tujuan pengajaran oleh individu atau kelompok siswa lain

(Auweele, 1999: 381).

2. Variabel atribut terdiri dari:

a. Kemampuan motorik tinggi yaitu: tingkat kemampuan motorik tinggi

dalam hal kemampuan daya tahan, kekuatan, keseimbangan, kecepatan,

dan koordinasi gerak siswa berdasar hasil tes sebesar 27% kelompok atas.

b. Kemampuan motorik rendah yaitu: tingkat kemampuan motorik rendah

dalam hal kemampuan daya tahan, kekuatan, keseimbangan, kecepatan,

dan koordinasi gerak siswa berdasar hasil tes sebesar 27% kelompok

bawah.

3. Variabel terikat terdiri dari : Self-esteem. Ada enam komponen self-esteem

yang dikaji, yaitu (1) Scholastic competence, (2) Athletic competence, (3)

Social Acceptance, (4) Physical appearance, (5) Behavioral conduct, dan (6)

Self-worth. Self-Esteem mempengaruhi partisipasi berolahraga dan penguasaan

keterampilan, self-esteem juga dipengaruhi oleh komunikasi verbal dan

non-verbal dan interaksi sosial (Haywood, 1993:315). Dalam kegiatan olahraga

dan aktivitas jasmani, Theodorakou dan Zervas (2003:94), yang

(37)

Children-SPPC. Begitu juga (Hater, 1985) sama dengan Haywood untuk

mengukur self-esteem anak-anak dibagi kedalam enam domain, yaitu

scholastic competence, social acceptance, athletic competence, physial

appearence, behavioral conduct, dan general self-worth. Dengan demikian

penetapan enam domain di atas didasarkan pada relevansi domain dengan

kegiatan olahraga dan aktivitas jasmani serta skala pengukuran self-esteem

bagi anak-anak sekolah dasar.

F. Konstelasi Penelitian

Pendekatan pembelajaran (A)

Kemampuan motorik (B)

Pendekatan model belajar kooperatif

(A1)

Pendekatan model belajar kompetitif

(A2)

Tinggi (B1) (A1,B1) (A2,B1)

Rendah (B2) (A1,B2) (A2,B2)

Keterangan: A = Pendekatan Pembelajaran

A1 = Pendekatan belajar kooperatif

A2 = Pendekatan Kompetitif

B = Kemampuan Motorik

B1 = Kemampuan Motorik Tinggi

(38)

1. Tujuan Umum :

Menunjukkan bukti pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran kompetitif dengan variasi kemampuan motorik tinggi dan rendah

dalam pengembangan self-esteem siswa sekolah dasar.

2. Tujuan Khusus :

a) Mengetahui secara keseluruhan perbedaan hasil belajar pendidikan

jasmani berupa self-esteem siswa melalui pendekatan pembelajaran kooperatif

dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran

kompetitif.

b) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran kooperatif dan

kompetitif dengan kemampuan motorik tinggi dan rendah dalam pengembangan

self-esteem siswa.

c) Mengetahui perbedaan self-esteem antarasiswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan

menggunakan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik tinggi.

d) Mengetahui perbedaan self-esteem antarasiswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan

menggunakan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemapuan motorik rendah.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Para penyusun kurikulum. Setelah ditemukan satu model pembelajaran

(39)

pengembangan dan peningkatan mutu kurikulum pendidikan jasmani di

Indonesia, khususnya siswa di Sekolah Dasar. Dalam kenyataan bahwa

self-esteem berhubungan erat dengan motivasi akademik siswa. Karena

itu, self-esteem dapat jadi pemicu keberhasilan siswa, Reasoner,

Robert.W, (2008:5).

2. Para guru pendidikan jasmani di jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada

khususnya, dan guru pendidikan jasmani pada jenjang pendidikan

selanjutnya. Guru pendidikan jasmani hendaknya dalam proses belajar

mengajar pendidikan jasmani membina self-esteem siswa. Sebagaimana

dijelaskan oleh Bridges, Kaci.A dkk.(2007:13) bahwa keterlibatan dalam

aktivitas jasmani medmiliki pengaruh positif trehadap peningkatan mood

dan self-esteem.

3. Para supervisor pendidikan jasmani diharapkan memahami tugas dan

kewajibannya, yaitu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan jasmani

di sekolah-sekolah. Hasil dari penelitian ini dapat ditularkan kepada

guru-guru pendidikan jasmani di setiap jenjang pendidikan. Di samping itu para

supervisor dapat meyakinkan kepada para kepala sekolah bahwa

pendidikan jasmani berkontribusi positif dalam membina kemampuan

mempersepsi dan membina self-esteem bagi para siswa di Sekolah Dasar.

Seperti dinyatakan oleh Lane (2008:174) bahwa self-esteem

mempengaruhi persepsi-diri fisikal, yang kemudian akan membentuk

(40)

H. Asumsi

Pendidikan jasmani terkait dengan pendidikan karakter, yang berhubungan

pula dengan self-esteem siswa. Aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani yang

teratur menunjukkan ada hubungan kuat dengan peningkatan self-esteem (Gould,

2004:391). Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan jasmani melalui pendekatan

kompetitif menumbuhkan self-esteem siswa, pendekatan kooperatif lebih

menumbuhkan upaya-upaya untuk meraih keberhasilan dan kepercayaan diri

siswa, sehingga kurang dapat menumbuhkan self-esteem siswa dari pada siswa

yang sering terlibat dalam kegiatan kompetitif aktivitas jasmani

(Gould,2004:116).

Pembelajaran yang menekankan pada belajar secara kooperatif dicirikan

oleh adanya kegiatan saling berbagi, baik itu peran, tugas, fungsi, maupun posisi,

dan menekankan pada upaya bersama untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai

(Wall & Murray, 1994:272). Sebagai contoh pada jenis olahraga kelompok, siswa

anggota suatu tim harus mampu bekerjasama, berkoordinasi, dan berbagi peran

dalam upaya mendapatkan tujuan bersama, yaitu mengalahkan regu lawan. Akan

tetapi pada olahraga kompetisi satu orang atau lebih siswa bersaing dengan satu

orang atau lebih anggota regu lawannya. Situasi seperti ini dapat diaktifkan ketika

siswa harus bekerjasama dalam kelompok, tetapi pada saat yang sama siswa juga

harus berkompetisi dengan regu lawannya. Pada jenis olahraga permainan,

keunggulan kooperatif dibandingkan dengan kompetitif terletak pada cara

memperoleh keberhasilan tugas gerak. Meski orientasi pada keberhasilan lebih

(41)

negatif karena terlalu mengutamakan kemenangan, tetapi pentingnya kooperatif

mampu mengantarkan tim meraih keberhasilan (Wall & Murray, 1994: 328-329).

Dengan demikian, pada olahraga kompetitif memicu siswa untuk meraih

keberhasilan, tetapi pada olahraga permainan kelompok kooperatif diperlukan dan

bergantung pada penampilan setiap anggota kelompok.

Keunggulan pembelajaran kooperatif dibanding pembelajaran kompetitif

dalam menumbuhkan self-esteem siswa sangat bergantung pada berbagai faktor

Lafont dan Winnykamen (dalam Auweele, 1999:383) menyatakan bahwa

keunggulan itu bergantung pada tipe tugas gerak, dan secara khusus pada saling

kebergantungan sesama siswa dalam kelompok dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Kebergantungan itu muncul dipengaruhi oleh upaya siswa, gugahan

kerjasama siswa, dan sikap mentalitas siswa dalam belajar aktivitas jasmani. Pada

umumnya situasi pengajaran pendidikan jasmani sangat dipengaruhi oleh jenis

cabang olahraga yang diberikan kepada siswa.

Grineski (1996:9) berpendapat bahwa kompetisi, secara umum, berkaitan

erat dengan pembentukan karakter dan pengembangan self-esteem dan self-

confidence pesertanya. Pembelajaran kompetitif menekankan pada upaya

kebersaingan siswa dalam meraih tujuan. Unjuk kemampuan diri siswa dapat

dianggap sebagai pemicu utama dalam meraih keberhasilan. Sebaliknya dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan sangat bergantung kepada kontribusi setiap

siswa dalam kelompok dan jalinan kerjasama antara siswa dalam kelompok,

sehingga dapat diduga keberhasilan meraih tujuan bersama sangat bergantung

(42)

upaya-upaya dalam kelompok dalam meraih tujuan, bukan pada keuntungan

keberhasilan bagi setiap siswa dalam kelompok.

Pandangan senada bahwa self-esteem terbentuk akibat dari interaksi sosial

dan aktivitas jasmani, datang dari Gruber (1985; dalam Payne & Issacs, 1995:42).

Hasil meta-analisis kuantitatifnya menunjukkan 27 dari 84 artikel terdapat

pengaruh aktivitas jasmani terhadap self-esteem siswa. Dari kelompok itu 66%

siswa menunjukkan skor self-esteem yang luar biasa. Gruber selanjutnya

menyimpulkan bahwa keterlibatan dalam permainan atau aktivitas jasmani dalam

pendidikan jasmani dapat meningkatkan self-esteem siswa. Ini dimungkinkan

terjadi karena peristiwa fisiologis, terbentuknya hormon endorphin atau

monamine (dari peristiwa neurotransmitter), pada gilirannya akan mempengaruhi

kondisi dan keadaan semangat siswa.

Cheatumn dan Hammond (2000:46) menegaskan bahwa keberhasilan

dalam tugas gerak menumbuhkembangkan self-esteem. Aktivitas jasmani yang

baik membantu perasaan siswa, terutama ketika berhasil menampilkan tugas

geraknya. Dalam situasi pembelajaran pendidikan jasmani, penting dipahami guru

pendidikan jasmani untuk menciptakan berbagai tugas gerak yang diprediksi akan

berhasil ditampilkan siswa. Keberhasilan dalam tugas gerak juga akan

menumbuhkan perasaan dan emosi “senang” dan perubahan kondisi “mood” yang

(43)

I. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Secara keseluruhan terdapat perbedaan hasil belajar berupa self-esteem

siswa yang dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan

pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan olahraga

permainan melalui pendekatan pembelajaran kompetitif.

H2 : Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran kooperatif-kompetitif

dan kemampuan motorik dalam hal pengembangan self-esteem siswa.

H3 : Terdapat perbedaan hasil belajar olahraga permainan berupa self-esteem

siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan

pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik tinggi.

H4 : Terdapat perbedaan hasil belajar olahraga permainan berupa self-esteem

siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan

pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik rendah.

J. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada pengaruh pendekatan pembelajaran pendidikan

jasmani, yang berupa pendekatan model belajar kooperatif, dan pendekatan model

belajar kompetitif terhadap self-esteem. Penelitian ini sebagai variabel atributnya

menggunakan kemampuan motorik tinggi dan motorik rendah. Penetapan

(44)

kemampuan motorik mempengaruhi keberhasilan penampilan gerak atau

keterampilan dasar. Kemampuan motorik tinggi akan memudahkan belajar gerak

siswa, sedangkan kemampuan motorik rendah akan menghambat belajar gerak

siswa. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa Sekolah Dasar kelas lima putra

dan putri. Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Perindustrian Angkatan Darat, jalan

Papanggungan, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung.

K. Defenisi Operasional

Dalam upaya untuk lebih memahami penelitian ini, beberapa istilah perlu

dijabarkan secara operasional sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini adalah pendekatan

pembelajaran praktek pendidikan jasmani. Ada dua pendekatan yang

digunakan yaitu pendekatan model belajar kooperatif dan pendekatan model

belajar kompetitif. Pendekatan belajar kooperatif ialah seperangkat cara

mengajar yang membagi atribut-atribut kunci, dan yang paling penting siswa

belajar secara kelompok dan merupakan kelompok belajar untuk

menyelesaikan tugas ajar dalam satu waktu dan seluruh siswa harus

berkontribusi terhadap hasil belajar tersebut. (Metzler, 2000:221).

2. Pendekatan belajar kompetitif dalam penelitian ini dimaksudkan: unjuk

keberanian atau kemampuan sesuai dengan aturan yang berlaku (Siedentop,

1990). Definisi lainnya menyatakan bahwa pendekatan kompetitif adalah

upaya bersama untuk mengetahui kehebatan melalui berbagai tantangan

(45)

3. Kemampuan motorik dasar yang dimaksudkan adalah: gerak seseorang yang

dibawa sejak lahir dan tidak melalui latihan terlebih dahulu (Gallahue, 1991).

Kemampuan motorik adalah kapasitas penampilan seseorang dalam

melakukan tugas gerak (Wall & Murray:1994:20).

4. Self-esteem dalam penelitian ini adalah penghargaan diri yang terdiri dari enam

komponen yaitu: (1) Scholastic Competence atau kemampuan intelektual, (2)

Social acceptance atau penerimaan sosial, (3) Athletic competence atau

kemampuan berolahraga, (4) Physical appearance atau penampilan fisik, (5)

Behavioral Conduct atau tuntunan perilaku, (6) Global self-worth atau

kebermaknaan diri.(Theodorakou & Zervas, 2003).

L. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen untuk mengetahui dampak perbedaan perlakuan model pengajaran

pada dua kelompok yang berbeda. Kelompok pertama, sejumlah 40 orang siswa

putra dan putri kelas 5 sekolah dasar dikenakan pengajaran olahraga permainan

dengan menggunakan pendekatan kooperatif. Program perlakuan berisikan

pengajaran teknik dan keterampilan berolahraga permainan, termasuk dalam

bentuk kooperatif, kerjasama, saling berbagi peran, saling berbagi tugas, saling

berbagi fungsi dalam meraih tujuan bersama yang diinginkan. Kelompok kedua,

sejumlah 40 orang siswa putra dan putri kelas 5 sekolah dasar juga mengalami

pembelajaran olahraga permainan, tetapi diterapkan melalui pendekatan

(46)

individual, bi-dual, maupun olahraga permainan kelompok. Satu buah angket

mengenai self-esteem siswa diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah

perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan prosedur statistik

multivariat 2 x 2 untuk melihat letak perbedaan varian variabel secara

bersama-sama dan secara tersendiri sesuai variabel yang diamati. Selain perbedaan antar

kelompok, data juga dianalisis secara inter-relasional untuk melihat tingkat

interaksi diantara variabel yang diamati. Kemudian, hasil analisis ditafsirkan

untuk bisa menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Atas dasar penafsiran

ini pula dirumuskan implikasi dan rekomendasi yang diperlukan sehubungan

dengan dampak pengajaran terhadap self-esteem siswa. Hasil penelitian sangat

diperlukan untuk menunjukkan kontribusi belajar aktivitas jasmani pada

pencapaian tujuan pendidikan, terutama dalam hal perkembangan emosi

self-esteem siswa.

1. Waktu dan tempat penelitian:

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2008 sampai dengan tanggal

4 Nopember 2008. Tempat penelitian di Sekolah Dasar Negeri Perindustrian

Angkatan Darat, Jl. Papanggungan, Kota Bandung.

2. Populasi dan sampel penelitian dan lokasi penelitian

Populasi penelitian ialah siswa Sekolah Dasar Negeri Perindustrian

Angkatan Darat Kota Bandung. Kelas V, Sedangkan sampel diambil secara

(47)

3. Desain Penelitian:

R

Keterangan:

R = Pemilihan sampel secara random

XA = Penerapan pendekatan belajar kooperatif

XB = Penerapan pendekatan belajar kompetitif

O = Pengukuran self-esteem

4. Alat pengumpul data:

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani alat pengumpul data ada dua

yaitu; tes kemampuan gerak dasar yang disusun oleh Kirkendall, Gruber, dan

Johnson (1980:320-327). Alat pengumpul data self-esteem yaitu kuesioner

(angket) yang disusun oleh peneliti dengan diuji terlebih dahulu validitas dan

reliabilitasnya. Alat pengolah data, menggunakan statistik Analisis Varians dan

Uji Lanjut dari Duncant.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik ANAVA 2 x 2. Sebuah

analisis dua arah untuk dua variabel atributif, untuk melihat keberbedaan dua

valiabel bebas atas dua variabel atribut terhadap variabel terikat secara bersamaan.

Selain itu juga dilihat interaksi variabel terhadap variabel terikatnya.

XA

(48)

131

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu

(quasi experiment). Penelitian metode eksperimen merupakan metode penelitian

yang dapat dengan benar menguji hipotesis mengenai hubungan-hubungan

sebab-akibat (L R.Gay:1981: 2007). Sekelompok siswa dipilih secara random, untuk

kemudian dikelompokkan berdasarkan kemampuan motorik tinggi dan rendah.

Masing-masing kelompok dibagi lagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok

satu (A1) mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif, dan kelompok dua (A2)

Gambar

Tabel 2.1. Usulan Jenis dan Nomor Kompetensi untuk Anak-Anak ..........................
Gambar    2.1. Proses Kompetitif .....................................................................................
Gambar 3.1.  Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 X 2.
Gambar 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Penetapan Kadar Nitrit pada Daging Sapi Segar dan Olahan yang Beredar di Kota Medan secara Spektrofotometri Sinar Tampak.. Medan: Fakultas

Pekerja yang berumur 37 tahun dan ke bawah dikehenclaki mengikuti suatu kursus. Berdasarkan ogifyang dilukis di l4(c), nyatakan bilangan pekeria yang

Data atau Variabel yang di gunakan adalah perkiraan pendapatan dari asset yang baru pada Rental Heru Playstation untuk tahun 2008 ke depan yang berjalan di Jl.Swatantra IV

[r]

Temuan Tentang Motivasi Kerja, Pendidikan dan Pelatihan di SMP Negeri Se-Kabupaten Karawang dan Kontribusinya Terhadap Kinerja Manajerial Kepala

Sehingga, untuk lebih meningkatkan kinerja manajerial kepala sekolah di. SMPN Kabupaten Karawang maka perlu diadakan Pendidikan dan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah penyesuaian perkawinan pada pasangan beda agama cukup baik, hal ini didukung oleh karakteristik-karakteristik penyesuaian