• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN IKLAN DUNLOP “DRIVING TO THE FUTURE” ( Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan Ban Dunlop Di Media Cetak).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN IKLAN DUNLOP “DRIVING TO THE FUTURE” ( Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan Ban Dunlop Di Media Cetak)."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

KUNTO PUTRANUSA NPM. 0643010004

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 12 November 2010

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 196309071991032001

Tim Penguji : 1. Ketua

Juwito, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361 2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370 069 400 351 3. Anggota

Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 196309071991032001

Mengetahui, DEKAN

(2)

menyelesaikan Skripsi ini dengan judul. Pemaknaan Iklan Ban Dunlop “Driving

To The Future” Studi Semiotika Terhadap Iklan Ban Dunlop “ Driving To The

Future” Di Media Cetak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini, tidak

akan berjalan dengan lancar dan terwujud apabila tanpa adanya dukungan dan

bantuan dari Ibu Dra. Diana Amalia, Msi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk dan bimbinganya sehingga dapat terselesaikanya sekripsi

ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional Jawa Timur. Dan juga sebagai Paman dari Keluarga Besar

Paguyuban : R. Prawiro Hardjo.

2. Ibu Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasioanal “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, Sos M.si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Syaifudin Zhuhri, S.Sos, Msi. sebagai Sekertaris Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(3)

memberikan dukungan moril, materiel dan spiritual hingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

7. Kepada Kakak dan Adikku yang telah memberikan dukungan dan

semangatnya.

8. Sahabatku, Vriski ucok, Okim, Ronald, Dimas, Risky, Dicky, Aripin

Marselino, Danang, Yusran dan rekan - rekan semuanya yang tidak bisa

disebut satu persatu. Yang turut memberikan dukungan dan motivasi hingga

dapat terselesaikanya Skripsi ini. Dalam menyusun Skripsi ini, penulis

menyadari banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun dalam segi

penyusunanya. Untuk itu, penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Besar harapan penulis

agar Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Akhir kata, penulis mengucapkan

terimakasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi

kita semua, Amin.

Surabaya, 18 November 2010

(4)

DAFTAR ISI... iii

KATA PENGANTAR... VI ABSTRAKSI... IX BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 12

2.2 Iklan Media Cetak... 12

2.3 Makna Warna... 17

2.4 Balita... 21

2.5 Masa Depan... 22

2.4 Tipografi... 22

(5)

2.2.4 Kerangka Berfikir... 36

2.2.5 Iklan Dunlop “Driving To The Future” versi balita merangkak... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 40

3.2 Korpus... 41

3.3 Unit Analisis... 42

3.4 Ikon... 43

3.5 Indeks...43

3.6 Simbol... 44

3.7 Penempatan Ikon Indeks dan Simbol... 44

3.8 Teknik Pengumpulan Data... 46

3.9 Teknik Analisis Data... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 48

4.2 Penyajian Data... 51

(6)

4.5 Analisis Iklan Dunlop “Driving To The Future”... 63

4.5.1 Ikon... 63

4.5.2 Indeks... 65

4.5.3 Simbol... 69

4.5.4 Makna Keseluruhan Iklan Dunlop “Driving To The Future Dalam Model Triangel Of Meaning Pierce... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.2 Kesimpulan... 76

5.3 Saran... 78

(7)

peneliti terhadap gambar iklan yang menjadi obyek iklan ban dunlop. Gambar balita menjadi objek yang sangat menarik dalam iklan ini, hal ini dikarenakan pada umumnya iklan ban mobil umumnya digambarkan oleh ikon seseorang yang telah berusia dewasa.

Tujuan dari peneliti ini adalah mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan ikan melalui media cetak. Kedalam sistem komunikasi berupa ikon, indeks dan simbol.

Iklan Dunlop Driving To The Future akan diteliti dengan menggunakan pendekatan

studi semiotik, yaitu teori semiotik menurut Charles S. Pierce. Berdasarkan teori semiotik Pierce maka iklan Dunlop Driving To The Future tersebut akan diteliti berdasarkan pengelompokan tanda Pierce. Teks yang dipaparkan oleh iklan Ban Dunlop menimbulkan maksud yang berbeda bagi konsumen dengan gambar iklan yang ada, Ikon,Index dan Simbol.

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap iklan Ban Dunlop maka penulis memaknai ikon Ban Dunlop adalah gambar balita, veleg, rumput, awan putih dan langit biru. Indeks tersebut adalah Tulisan people always ride on tyers. Thats why we bring the comfort and trusted innovation. Love Of dunlop bring trust and motivate challenge. Dunlop “Driving To The Future”. Sedangkan Simbol dalam iklan adalah tanda panah ke arah kanan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada iklan Ban Dunlop dapat di ambil kesimpulan bahwa iklan ini ingin menyampaikan pesan kepada khalayak luas yaitu jika ingin memberikan kepercayaan dan kenyamanan terbaik dalam berkendara maka khalayak sebaiknya menggunakan Ban Dunlop yang mempunyai slogan atau jargon “Driving To The Future” menuju masa depan. Ban tersebut menjamin keselamatan pada para konsumennya karena masa depan setiap orang bisa panjang apabila berkendara di jalan raya dengan aman dan nyaman dengan mempergunakan Ban Dunlop dalam setiap mobilitas dan aktivitas kegiatan sehari – hari.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Kehidupan manusia terdapat banyak fenomena Komunikasi dan

Sosial didalamnya. Pada fenomena – fenomena tersebut tedapat berbagai macam

permasalahan yang dapat diangkat untuk menjadi sebuah penelitian. Dalam hal

ini, penulis meneliti sebuah permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam

masyarakat yang tertuang dalam sebuah pemaknaan iklan ban dunlop dengan

slogan “Driving To The” Future dimedia cetak. Iklan Ban Dunlop dengan Slogan

menuju untuk masa depan, terasa sangat menarik untuk diteliti, fokus dalam

penelitian ini adalah menyangkut gambar, tanda, atau symbol, dan tulisan yang

digunakan untuk menyampaikan pesan yang dalam iklan Ban Dunlop serta

penggambaran seorang balita dengan merangkak diatas roda ban dunlop.

Melihat pesan yang ditampilkan peneliti melihat sosok balita yang

terpampang melalui penggambaran iklan nonverbal yang ditampilkanya pada ikan

ini, balita didalam iklan ini sebagai obyek yang di gambarkan dengan sedemikian

rupa melalui phose gerak – geriknya yang terdapat dalam gambar iklan balita

yang merangkak diatas roda mengarah ke arah kanan sesuai dengan sloganya Ban

Dunlop, menuju untuk masa depan. Dari penyampaian pesan atau informasi

kepada masyarakat melalui iklan dimedia cetak, ada beberapa para advertiser,

pengiklan menggunakan balita sebagai citra (image) yang ditonjolkan dalam

(9)

gambar juga mempengaruhi makna pesan iklan. Sehingga informasi atau pesan

iklan yang di tawarkan melui media cetak tentang produk tersebut menjadi tidak

jelas dan ambigu oleh kuatnya pencitraan produk, hal ini menyebabkan jalinan

alur cerita iklan seakan – akan mengena, meski sama sekali tidak ada keterkaitan.

Oleh karena itu dari berbagai macam iklan yang muncul dimedia massa,

khususnya di sebuah media cetak iklan Ban Dunlop dengan Slogan menuju untuk

masa depan, terasa sangat menarik untuk diteliti, fokus dalam penelitian ini adalah

menyangkut gambar, tanda, atau symbol, dan tulisan yang digunakan untuk

menyampaikan pesan yang dalam iklan Ban Dunlop serta penggambaran seorang

balita dengan merangkak diatas roda Ban Dunlop. Iklan yang baik juga harus

memperhatikan masalah etika dalam penyajiannya, baik etika beriklan, maupun

etika bisnis. Etika beriklan secara sehat mencakup tiga aspek penting yaitu etis,

estetis dan artistik. Dari aspek etis, bahwa iklan yang disajikan baik pesan melalui

gambar maupun narasi harus memperlihatkan etika dan norma – norma sosial

yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Dari aspek etis bahwa iklan tersebut sedikit mungkin menumbuhkan

apresiasi masyarakat terhadap nilai – nilai keindahan, sedangkan dari aspek

artistik, bahwa iklan yang disajikan sebaliknya menerjemahkan unsur pesan atau

informasi yang ingin disampaikan oleh produsen dan pengiklan sehingga

membentuk kesan yang positif, sedangkan etika bisnis dalam berikalan bahwa

materi atau pesan yang disampaikan harus mengandung unsur informasi yang

jelas, akurat, aktual dan lengkap sesuai dengan kenyataan dari produk atau jasa

(10)

format – format yang mengandung unsur anak balita dengan bentuk tubuhnya,

bahkan ada pula yang sampai mengandalkan unsur perilaku yang aneh dengan

gerak – geriknya, bahkan ada pula yang sampai mengandalkan unsur perilaku

yang menyimpang sebagai dasar produknya, hal ini agar membuat produk

iklannya menarik dilihat dan dibaca oleh para pembaca surat kabar.

Akibat berorentasi pada prinsip ekonomi tanpa mempedulikan dampak

penyajian muatan iklan tersebut pada khalayaknya. Sebagaimana yang dikatakan

Assegaf, jika semakin besar media massa menjadi media ekonomi, maka orientasi

ke masyarakat semakin berkurang. Media massa akan cenderung mengekspose

selera rendah yang sifatnya sensasional (Assegaf, 1994 : 28). Komunikasi massa

(mass comunication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik

menggunakan media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) atau menggunakan

media elektronik (radio,televisi dan internet) yang dikelola oleh suatu lembaga

atau orang yang dilembagakan. Yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar dibanyak tempat, anonim dan hetrogen (Mulyana, 2003 : 75).

Didalam menyampaikan informasi, media mempunyai cara pengemasan

yang beragam yang disesuaikan dengan khalayaknya, orientasi internal dari media

itu sendiri dan banyak faktor – faktor kepentingan yang lain. Kegiatan

komunikasi massa yang dilakukan secara rutin dan konstan bukan hanya bersifat

normatif, yaitu agar orang tahu dan mengerti, tetapi juga mengandung unsur

persuasi agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman, keyakinan atau

(11)

Melalui media massa seperti majalah, tabloid, surat kabar, televisi dan radio

juga menyajikan berbagai macam informasi. Informasi tidak mengalami secara

harifah. Kenyataan informasi sendiri tidak bergerak yang sesungguhnya terlihat

adalah penyampaian suatu pesan, interpretasi penyampaian dan penciptaan

penyampaian pesan itu sendiri. Salah satu usaha produsen untuk mengenalkan

produknya kepada masyarakat adalah dengan beriklan, karena iklan memiliki arti

penting bagi sebuah produk sehingga dapat menunjang keberhasilan peningkatan

penjualan produk barang atau jasa. Kehidupan dunia moderen saat ini sangat

tergantung pada iklan. Tanpa iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat

menjual barangnya, sedangkan disisi lain para pembeli tidak memiliki informasi

mengenai produk – produk barang dan jasa yang terseedia dipasar.

Salah satu usaha produsen untuk mengenalkan produknya kepada

masyarakat adalah beriklan di media massa, karena iklan memiliki arti penting

bagi sebuah produk sehingga dapat menunjang keberhasilan peningkatan

penjualan sebuah produk barang atau jasa. Tanpa iklan para produsen dan

distributor tidak akan dapat menjual produknya. Selain itu iklan berfungsi juga

sebagai pengenalan suatu produk kemasyarakat luas agar lebih mengenali produk

barang dan jasa yang diiklankan. Kehidupan modern saat ini sangat bergantung

pada iklan. Tanpa iklan, para produsen dan distributor mengalami kesulitan

dalam menjual suatu merek baru yang sama sekali belum pernah diiklankan,

sedangkan disisi lain para pembeli tidak memiliki informasi mengenai produk –

produk barang dan jasa yang tersedia dipasar. Jika itu tidak terjaadi, maka dunia

(12)

Menurut (Sunartono 2002 : 12) ditinjau dari perspektif komunikasi, iklan

dianggap sebagai tehnik penyampaian pesan yang efektif dalam penjualan produk.

Oleh karenanya dalam aktifitas perpindahan informasi tentang suatu produk yang

diiklankan kepada khalayak tentunya harus mengandung daya tarik sehingga

mampu mengubah pesan khalayaknya (Liliweri, 1992 : 33). Iklan tidak hanya

menggunakan bahasa sebagai alatnya tetapi juga menggunakan alat komunikasi

lainya seperti : gambar, warna dan bunyi. Istilah iklan sendiri berasal dari bahasa

inggris yaitu advertising yang menunjukan suatu proses atau kegiatan komunikasi

yang melibatkan pihak – pihak sponsor (pemasang iklan atau advertiser) media

massa atau agen periklanan (biro iklan). Ciri utama dari kegiatan tersebut adalah

kegiatan pembayaran yang dilakukan para pemasang iklan melalui perantara biro

iklan atau langsung pada media massa yang bersangkutan berhubungan atas iklan

dimuatnya atau disiarkanya penawaran barang atau jasa yang dihasilkan oleh

pemasang iklan tersebut (Aker dalam Rendra, 2007 : 7).

Periklanan adalah suatu sarana media komunikasi massa dalam penyebaran

informasi dari produsen ke konsumen. Periklanan digunakan sebagai salah satu

andalan untuk mencapai tujuan pemasaran barang atau jasa, baik untuk jangka

panjang maupun jangka pendek. Iklan merk (brand awarnes), citra merek (brand

image), citra perusahaan (corporate image) untuk membujuk khalayak konsumen

untuk tertarik dan membeli produk yang ditawarkan, memberikan informasi dan

sebagainya. Pada prinsipnya iklan merupakan salah satu tehnik penyanpaian

informasi komuniksi massa dengan membayar space kolom atau durasi waktu

(13)

ditawarkan oleh pemasang iklan. Dengan adanya iklan tersebut produsen

mengharapkan suatu produk dapat memberikan nilai yang lebih untuk menjamin

ketertarikan pada para konsumen untuk membeli produk yang diiklankan.

Iklan merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk memenuhi

kebutuhan pemasang iklan dan di design semenarik mungkin untuk mencapai

beberapa tujuan, yakni membuat pangsa pasar sasaran yang dituju menyadari

(aware) akan suatu merek dagang, memfasilitasi pemahaman konsumen tentang

berbagai atribut dan manfaat merek yang dipromosikan melalui iklan

dibandingkan dengan merek lain, meningkatkan sikap – sikap dan mempengaruhi

niatan untuk membeli, menarik sasaran agar mencoba produk baru, dan

mendorong perilaku konsumen untuk membeli ulang (Shimp 2003 : 189). Prinsip

pertama didunia periklanan adalah sebuah iklan harus mampu bertahan dan

nampak lebih menonjol dibandingkan dengan iklan lain. Untuk merealisasikan

prinsip itu, para pemasang iklan kemudian mempergunakan berbagai alat media

(Shuterland, 2004 : 134).

Iklan adalah proses penyampaian pesan kepada sebagian atau seluruh

khalayak mengenai penawaran suatu produk atau jasa dengan menggunakan

media massa. Menurut (Wibowo 2003 : 6) dilingkungan bisnis ikalan difungsikan

sebagai perangsang dan sekaligus pembentuk perilaku konsumen atau dengan kata

lain, fungsi dan tujuan pengiklan adalah : menarik perhatian masyarakat sebagai

calon konsumen, menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri

(14)

Tekadang sebuah iklan senantiasa mudah diingat oleh para konsumen dari

tanda – tandanya, seperti gambar, warna yang menarik atau tulisan yang unik lain

dari pada iklan produk yang lain. Pada akhirnya jika seseorang mengingat tanda –

tanda atau ciri yang khas dari suatu iklan mereka akan terdorong untuk mengingat

dan mengidentifikasikan hal – hal yang penting lainya yang tertera dalam iklan

tersebut (Jefkins, 1995 : 16). Untuk tujuan pemasaran pengiklan memanfatkan

kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang akan dipasarkan

dengan perantara media massa, sehingga iklan dapat menjadikan realitas baru dari

produk komoditas yang di promosikan melalui media massa. Bahasa (Language)

dan tanda (sign) merupakan instrumennya. Namun iklan tidak hanya

menggunakan media sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainya seperti

gambar, warna, dan bunyi. Pada dasarnya lambang verbal adalah bahasa yang kita

kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan

khusus meniru wujud atas bentuk realitas.

Pembagian iklan berdasarkan media yang digunakan dibedakan menjadi

dua, dalam bentuk iklan media cetak dan iklan media elektronik. Iklan dimedia

cetak akan lebih mudah diingat oleh para pembaca dan sesuai dengan kelebihan

media cetak surat kabar pesan informasi yang disampaikan terdokumentasi

dengan baik, berbeda dengan media elektronik, informasi yang disampaikan

selintas begitu saja. Iklan cetak dibuat dan dipasang dengan menggunakan teknik

cetak dan mencetak dengan teknologi sederhana maupun dengan teknologi yang

moderen. Berbagai teknik mencetak yang ada misalnya dengan cara letterpress,

(15)

digunakan dalam teknik cetak tersebut sangat beragam mulai dari kertas, pelat

metal, kulit, plastik, kaca, kain dan sebagainya.

Iklan yang dibuat dalam iklan cetak ini, akhirnya popular dalam iklan di

media cetak. Diantaranya bentuk iklan media cetak yaitu : iklan cetak surat kabar,

iklan cetak majalah, tabloid, iklan cetak baliho, iklan cetak poster, iklan leaflet,

iklan spanduk, flayer, kemasan produk, stiker, dan lain sebagainya. Ban Dunlop

adalah roda kendaraan bermotor yang mengklaim bahwa produknya sebagai

“Driving To The Future” (menuju untuk masa depan) hal itu dapat tercermin dari

penggambaran iklan ban dunlop dengan mengedepankan balita merangkak diatas

roda dengan posisi badan mengarah ke arah kanan yang mempunyai makna

menghadap kemasa yang akan datang, dan simbol pada iklan Ban Dunlop berupa

tanda panah ke arah kanan yang juga mempunyai makna, tanda panah ke kanan

juga mempunyai maksud menuju ke masa yang akan datang atau masa depan.

Dengan background/latar belakang langit cerah berwarna biru serta awan

putih. Ban dunlop ini juga mempunyai kelebihan mampu berjalan disegala medan

jalan yang rata, terjal ataupun licin pada saat cuaca musim hujan. Sementara

produk ban lainya berlomba lomba untuk mengiklankan segala kelebihan dan

kekuatan yang dimiliki oleh produknya. Misalnya Ban Swalow dengan slogan

awet, tahan lama dan tidak mudah gundul. Dengan pemilihan slogan tersebut akan

menjadi Brand Awarenes yaitu pengetahuan bagi khalayak, pengetahuan bahwa

Ban Dunlop dengan slogan “menuju untuk masa depan”, kemudian muncul brand

(16)

sebaliknya untuk menuju masa depan adalah slogan dari Ban Dunlop. Ini

merupakan sebuah iklan yang menampilkan model balita sebagai obyeknya.

Namun bisa dikatakan antara produk iklan ban dengan balita tidak terdapat

hubungan yang tidak erat, bahkan balita tidak pernah memperhatikan ban

kendaraan yang karena belum cukup umur dan tidak mengerti tentang kegunaan

ban kendaraan bermotor. Akan tetapi pada iklan ban dunlop ini justru

menggunakan modelnya seorang balita dalam menyampaikan pesanya. Dalam

penyajian pesan terdapat didalam iklan tersebut dapat menimbulkan

penggambaran yang berbeda – beda bagi para pembaca dan para konsumen

pengguna prodak ban dunlop, sehingga tidak jelas dan menimbulkan maksut yang

berbeda dengan gambar iklan di media cetak, sehingga peneliti mengunakan

metode kualitatif dengan pendekatan semiotika untuk mencari makna balita yang

terkandung dalam iklan ban dunlop Driving To The Future.

Melihat pesan yang ditampilkan peneliti melihat sosok balita yang

terpampang melalui penggambaran iklan nonverbal yang ditampilkanya pada

ikan ini, balita didalam iklan ini sebagai obyek yang di gambarkan dengan

sedemikian rupa melalui phose gerak – geriknya yang terdapat dalam gambar

iklan balita diatas roda, yang merangkak diatas roda mengarah ke arah kanan

sesuai dengan sloganya ban dunlop, menuju untuk masa depan. Dari penyampaian

pesan atau informasi kepada masyarakat melalui iklan dimedia cetak, ada

beberapa para advertiser, pengiklan menggunakan balita sebagai citra (image)

(17)

informasi atau pesan iklan yang di tawarkan melui media cetak tentang produk

tersebut menjadi tidak jelas dan ambigu oleh kuatnya pencitraan produk, hal ini

menyebabkan jalinan alur cerita iklan seakan – akan mengena, meski sama sekali

tidak ada keterkaitan.

Oleh karena itu dari berbagai macam iklan yang muncul dimedia massa,

khususnya di sebuah media cetak iklan ban dunlop dengan slogan menuju untuk

masa depan, terasa sangat menarik untuk diteliti, fokus dalam penelitian ini adalah

menyangkut gambar, tanda, atau symbol, dan tulisan yang digunakan untuk

menyampaikan pesan yang dalam iklan ban dunlop serta penggambaran seorang

balita dengan merangkak diatas roda ban dunlop.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian

ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana Pemaknaan Iklan Ban Dunlop Versi

Balita Merangkak Di Media Cetak Dengan Slogan “Driving To The Future”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Pemaknaan Iklan

Ban Dunlop dimedia cetak ke dalam sistem komunikasi berupa tanda dan

(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan Teoritis : Dapat menambah refrensi bagi mahasiswa Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya FISIP Jurusan Ilmu

Komunikasi mengenai studi Semiotik Visual gambar pada iklan dimedia cetak.

Kegunaan Praktis : Masyarakat luas dapat memahami dengan benar

tentang makna yang terkandung didalam (pesan) Iklan Ban Dunlop “Driving to

the future” melalui penggambaranya. Terutama yang berkaitan dengan konsep

gambar, dan menggapa gambar balita digunakan sebagai objek dalam iklan

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.2 Iklan Media Cetak

Media cetak merupakan salah satu sarana penyebaran informasi dan iklan,

yang dalam hal ini adalah pihak advertising untuk mengiklankan produk barang

atau jasa kepada konsumen dalam bentuk iklan media cetak. Dalam buku

“Komunikasi Periklanan Cetak”, Dedi Sudiana periklanan didevinisikan sebagai

sarana komunikasi diantara produsen dan konsumen. Tujuan akhir dari

periklanana untuk menciptakan respon perilaku dipasaran. Perilaku tersebut dapat

berupa pembelian pertama terhadap suatu merek, kunjungan ke tempat etalase

pedagang eceran atau grosir, dan melanjutkan tindakan pembelian merek tersebut.

Jika periklanan tanpa respon perilaku akhir maka perikanan hanya merupakan

hiburan baik dan buruk.

Dari definisi iklan media cetak dapat diketahui bahwa tujuan penampilan

iklan dimedia cetak adalah untuk membawa pesan yang ingin disampaikan oleh

pihak produsen melalui penggambaran dari isi pesan produsen tersebut melalui

pengambaran dari isi pesan produsen tersebut pada para pembaca media massa

cetak. Media massa cetak dalam hal ini berupa surat kabar menampilkan iklan

(20)

media massa yang mampu mengkomunikasikan pesan pada khalayak dalam

jangkauan yang sangat luas. Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi

massa mempunyai efek untuk mempengaruhi para pembaca dan memberikan

pengetahuan dan wawasan bagi pembaca media massa.

Pengaruh iklan yang ditampilkan media masa cetak terhadap pembacanya

mampu memberikan pengetahuan tambahan maupun pengetahuan yang bersifat

baru, dimana iklan yang ditampilkan pada media massa cetak dibuat sangat

semenarik mungkin untuk merebut perhatian pembacanya.

Berikut ini akan diulas beberapa kelebihan yang dimiliki oleh media massa

cetak delam memuat sebuah iklan :

 Kemampuan untuk menyajikan materi pesan dengan rinci

Waktu yang tidak terbatas (timelines)

Flexibel (Shimp, 2003 : 515)

 Jangkauan khalayak lebih luas

Selain memiliki kelebihan tentunya media cetak juga memiliki kelemahan

kelemahan dibandingkan dengan media lainya :

 Bukan media yang selektif

 Komposisi pembaca bisa berubah (Shimp, 2003 :515)

(21)

Dari penjelasan mengenai kelebihan media massa cetak, dapat diamati

bahwasanya, iklan yang ditampiklan pada media massa cetak akan menimbulkan

daya ingatan yang kuat pada pembacanya sehingga isi pesaan yang disampaikan

melalui media cetak tidak mudah dilupakan begitu saja karena melalui proses

membaca. Dengan demikian daya ingatan khalayak pembaca relatif lebih baik

dibandingkan dengan khalayak sasaran media lainya seperti radio dalam

menyampaikan suatu pesan iklanya. Disamping kelebihan terapat pula

kekurangan – kekurangan media massa cetak, yang tentunya kelebihan dan

kekurangan tersebut, menjadi pertimbangan tersendiri bagi pihak pengiklan

sebelum menjatuhkan pilihan untuk untuk menggunakan media apa, iklan tersebut

akan ditransmisikan dan diinformasikan pada khalayaknya.

Hampir setiap orang melakukan kegiatan komunikasi, persepsi, dan proses

informasi termasuk terhadap informasi pesan iklan. Dengan kemampuan

memantau lingkungan, manusia dapat memilih dan menetapkan yang baik dan

yang buruk, memahami sebab akibat serta mampu mengendalikan atau

mempengaruhi lingkungan demi peningkatan taraf hidupnya (Mulyana, 2003 :

48). Iklan oleh Lavidge dan Gary Steiner yang dikutip oleh Jhon S. Wright dalam

bukunya “Advertising”. Dikemukakan bahwa, pesan yang telah disampaikan

kepada pembaca, saat itu juga komunikasi periklanan secara tidak langsung

membentuk perilaku membaca sesuai yang di harapkan dan pembentukan perilaku

merupakan efek atau akibat penyampaian pesan dalam bentuk komunikasi

(22)

Iklan juga memiliki fungsi, seperti yang dikatakan oleh Alo Liliweri (1998)

yaitu :

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi iklan yang diharapkan untuk membantu pemasaran atau menjual

produk. Iklan digunakan untuk mempengaruhi khalayak untuk membeli dan

mengkonsumsi produk.

2. Fungsi Komunikasi

Iklan sebenarnya merupakan sebentuk pesan dari komunikator kepada

komunikan (khalayak).

3. Fungsi Pendidikan

Iklan merupakan alat membantu mendidik khalayak mengenai sesuatu, agar

mengetahui dan mampu melakukan sesuatu. Mendidik dalam hal ini dimaksud

agar khalayak siap menerima produk yang dihasilkan produsen.

4. Fungsi Ekonomi

Iklan mampu menjadi penggerak ekonomi agar kegiatan ekonomi dapat tetap

berjalan bahkan dapat melakukan ekspansi.

5. Fungsi Sosial

Iklan mampu menghasilkan dampak sosial psikologis yang cukup besar. Iklan

membawa berbagai pengaruh dalam masyarakat, misalnya muncul budaya

(23)

Pemahaman terhadap tujuan serta fungsi dari periklanan, tentunya akan

lebih memudahkan pihak produsen beserta biro iklan dalam menciptakan iklan

yang kreatif dan inovatif, memiliki daya tarik serta pesan yang ingin disampaikan

mengena kepada khalayak sasaranya yang hetrogen dan anonim. Pesan dari

sebuah iklan merujuk pada isi maupun penggarapanya sebagai suatu totalitas yang

akan mengalami proses persepsi khalayak. Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam pembuatan sebuah iklan adalah :

Membuat pasar sasaran menyadari (aware) akan sesuatu merek baru.

 Memfasilitasi pemahaman konsumen tentang beragam berbagai atribut dan

merek yang diiklankan dibandingkan dengan merek – merek pesaing.

 Meningkatkan sikap – sikap dan mempengaruhi niat konsumen untuk membeli.

 Menarik sasaran untuk mencoba produk baru.

 Mendorong perilaku pembelian ulang (Shimp 2003 : 369).

Penggarapan pesan dapat digambarkan dalam pengertian pendekatan kreatif.

Albert C. Book dan Norman D. Cary (1970) mengatakan bahwa ada tiga bentuk

pendekatan kreatif : (1) dogmatif, (2) memaparkan alasan/reason why, dan (3)

emosional. Dalam pendekatan dogmatif, sumber mengajukan suatu proporsi

langsung misalnya contoh : “Yamaha semakin didepan”. Pendekatan reason why

membubuhkan fakta dan argumentasi, mengapa produk atau jasa yang ditawarkan

itu perlu dibeli. Pendekatan emosional tepat untuk produk yang memiliki potensi

(24)

membangkitkan selera (fear appeals) bila tidak menggunakan produk yang

ditawarkan, misalnya dalam iklan susu penambah berat badan dan minuman

supelmen kesehatan (Sudiana, 1986 : 34) Untuk Iklan Ban Dunlop yang selalu

memberikan inovasi terhadap kenyamanan dan kepercayaan menuju untuk masa

depan, maka ia memaknai pendekatan dengan slogannya tersebut dengan “Driving

To The Future”.

2.3 Makna Warna

Pada teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki

makna yang majemuk. Setiap kata - kata seperti : Merah, kuning, hitam dan putih

memiliki makna (Konotatif) yang berlainan. Dalam Rogets Thesaurus, seperti

yang dikutip Dedi Mulyana (2003 : 260 – 261), terdapat kira – kira 12 Sinonim

untuk kata hitam, dan beberapa kepercayaan warna – warna hitam dan abu – abu

memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak bisa dipisahkan dari hal –

hal yang buruk dan negatif, misal daftar hitam, dunia hitam, kambing hitam, ilmu

hitam, sedangkan terdapat 134 sinonim untuk kata putih, dan semua artinya

positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang

menyenagkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti :

Murni, bersih, suci, dan inosen. Jadi kata hitam umumya berkonotasi negatif,

sedangkan kata putih berkonotasi positif (Sobur, 2001 : 25). Warna mampu

memberi pemaknan tentang suatu hal, misalnya warna merah, merah bisa berarti

(25)

kata merah itu sendiri, namun dibeberapa bahasa kata merah digunakan pada saat

bersamaan menjadi merah darah, karena merah dapat diartikan sebagai hasrat

kuat dalam hubunganya dengan iklan, kebenaran atau kejayaan, namun tak jarang

pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam, tergantung dari

situasi dan kondisi.

Kuning bisa diartikan sebagai optimis, filosofi dalam budaya barat.

kebagsawanan, transformasi, kekasaran, kehangatan. Warna oranye yang berarti

energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan suatu produk tidak mahal,

menurut budaya barat (Mulyana, 2003 : 376). Warna menurut Hoed dan Benny

Hoedoro 1992. Dalam bukunya “Periklanan” memiliki beberapa makna dalam

menunjang kegiatan periklanan menggunakan media cetak, karena perpaduan dan

kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri

dibenak khalayak, diantaranya adalah warna:

1. Merah merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan cinta, nafsu,

agresi, bahaya, kekuatan, kemauan keras dan penuh semangat. Sering juga

diapresiasikan untuk menunjukan emosi atau debar jantung.

2. Merah muda memiliki asosiasi yang kuat dengan cinta, keberanian dan

kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang

penting dalam kebuadayaan dibumi.

3. Warna Kuning bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi.

Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses. Kuning adalah

(26)

menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikan

metabolisme.

4. Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme,

perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan,

persahabatan, kesehatan, pikiran dan pengetahuan, daya tahan,

kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal

kecil, murah, ketertarikan, independen.

5. Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna

bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan,

keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal,

kebangkitan, muda, stabil, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan,

rujukan, cinta, ketenangan, harapan, ketergantungan, persahabatan. Warna

hijau melambangkan elastisitas keinginan cenderung pasif, bertahan,

mandiri, prosesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari

warna ini antara lain teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras

kepala, dan berpendirian tetap.

6. Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi,

kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan,

perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan dinamis, air, laut, kreatifitas,

cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan

dari dalam, kesedihan , kesetabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide,

(27)

serta kasih sayang, kalem, ketenangan, menenangkan, namun juga bisa

dingin dan depresi. Sebagai efek menenagkan, warna biru dapat membuat

orang lebih konsentrasi.

7. Putih melambangkan positif, kepenatan, ketidak bersalah, steril, kematian,

kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan,

keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan,

keamanan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral, dan flexibel.

8. Abu – abu melambangkan intelektual, masa depan seperti warna melenium,

kesederhanaan, kesedihan, keamanan, rehabilitas, kepandaian, tenang, dan

serius, kesederhanaan, kedewasaan, konserfatif, praktis, kesedihan, bosan,

profesional, kualitas, diam dan tenang.

9. Cokelat melambangkan stabilitas, bobot, kestabilan, keanggunan, depresi

dan penuaan.

10. Hitam melambangkan power, kecangihan, kematian, misteri, ketakutan,

kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif,

mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam,

kemarahan, harga diri, dan ketangguhan.

Dalam iklan Dunlop “Driving To The Future” versi balita merangkak di

media cetak, perpaduan warna – warna seperti biru, putih, kuning, menjadi

latar/bacground iklan, warna merah dan hitam menjadi logo atau lambang

(28)

Asosiasi warna dan model tulisan seperti yang sudah dijelaskan diatas,

mempunyai maksut dan tujuan yang akan dibahas lebih mendalam pada bab

selanjutnya. Warna Hitam dan Putih pada gambar iklan Dunlop yang terdapat di

dalam media cetak : Warna hitam pada tulisan Dunlop “Driving To The Future”

yang terdapat pada iklan media cetak menunjukkan ketangguhan, power dan

kecangihan dari sebuah Ban Dunlop terhadap slogannya yaitu : menuju untuk

masa depan. Warna putih pada tulisan People always ride on tyers thats’s why we

bring the comfort and trusted innovation. Memberikan kesan kedamaian,

pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan Yang tercermin dalam

slogan Menuju Untuk masa Depan.

2.4 Balita

Balita pada usia 12 bulan pada umumnya akan lebih banyak belajar

berjalan dan menantang gaya grafitasi bumi meski langkahnya belum stabil dan

banyak merangkak, untuk pertama kalinya dan bangkit dengan bertumpu dengan

menggunakan tangan dan lutut kaki. (Aulia Fadli, 2001 : 14 – 15). Pelajaran

mengenai kordinasi terus berlanjut, dimana tungkai kaki depan kanan hanya

dilakukan bersamaan dengan tunggkai belakang kaki kiri. Balita akan

menggunakan otak pikiranya ketahap yang lebih tinggi untuk berpindah tempat

dengan pola gerakan yang seimbang. Pada usia tersebut balita cenderung senang

memegang alat tulis dan mencoret-coret kertas atau dinding dan ia menggunakan

(29)

2.5 Masa Depan

Untuk membangun masa depan yang baik, selain harus memahami diri

sendiri dan lingkunganya, setiap orang perlu memahami berbagai kemungkinan

lapangan kerja dimasa depan, dalam meraih cita – cita setiap orang akan

menjumpai hambatan yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya sendiri.

Untuk itu setiap orang harus mampu mengatasi dengan segenap kemampuan yang

ada agar cita – citanya dapat terwujud. Setelah memahami berbagai kemungkinan

dan hambatan yang ada, setiap individu harus memutuskan. Yakni memilih dari

sekian banyak alternatif yang sesuai dengan kemampuanya bakat dan minat serta

disesuaikan dengan lapangan pekerjaan dimasa depan (Nuryasa : 70 - 71).

Dengan demikian perjuanganya didalam membangun masa depan yang baik.

Langkah yang telah di rencanakan hendaknya di laksanakan dengan sebaik –

baiknya.

2.6 Tipografi

Tipografi adalah bentuk pemilihan huruf besar dan kecil dan tehnik

penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat sesuai dengan karakter pesan (sosial

atau komersial) yang ingin disampaian, perkembangan tipografi saat ini banyak

sekali dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Tipografi didefinisikan

sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf

cetak. Oleh karena itu, menyusun meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga

(30)

tampilan yang dikehendaki. Huruf yang akan dicetakkan pada suatu media

tertentu, baik menggunakan mesin cetak offset, mesin cetak desktop, cetak sablon

pada body pesawat terbang, bordir pada kostum pemain sepak bola, maupun

publikasi di halaman website.

Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayagkan, ribuan bahkan jutaan

jumlah huruf menyebabkan desainer advertiser harus cermat dalam memilih

tipografi yang tepat untuk karyanya. Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau

kalimat bukan saja bisa berarti suatu makna yang mengacu kepada sebuah objek

ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra

ataupun kesan secara visual. Hal itu dikarenakan terdapatnya nilai fungsional dan

nilai estetika dalam suatu huruf. Pemilihan jenis huruf disesuakan dengan citra

yang ingin diungkapkan. ( Kusrianto, 2007 : 190 ). Huruf yang telah disusun

secara tipografis merupakan elemen dasar dalam membentuk sebuah tampilan

desain komunikasi visual diyakini dapat memberikan inspirasi untuk membuat

sebuah komposisi yang menarik. Sedangkan bentuk – bentuk tipografi sendiri

dapat dipergunakan secara terpisah dan dapat pula dikomposisikan dengan materi

lain seperti ilustrasi hand drawing ataupun image foto. Perkembangan tipografi

saat ini mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan (hand

drawn) hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat

penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat

dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya. Berikut ini beberapa jenis

huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain

(31)

1. Huruf Roman Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang

berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan

ketipisan yang kontras pada garis – garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan

adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminim.

2. Huruf Egyptian Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang

berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir

sama. Kesan yang ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.

3. Huruf Sans Serif Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis

ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf

yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini

adalah modern, kontemporer dan efisien.

4. Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas

atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya

adalah sifast pribadi dan akrab.

5. Huruf Miscellaneous Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari

bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis

dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental. 

http://de-kill.blogspot.com/2009/01/makna-dari-fontjenis-huruf-tipografi.html

Seorang desainer komunikasi visual harus mampu memilih dan

memainkan huruf – huruf tertentu dalam melakukan aktifitas perancangan. Ia

harus menjadikan rangkaian huruf kata atau kalimat tidak sekedar bisa dibaca dan

(32)

harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih

melancarkan pembaca dan memahami makna pesan sosial atau komersial yang

disampaikan melalui komunikasi visual berupa iklan.

Dengan demikian kebearadaan tipografi dalam rancangan karya desain iklan

cetak sangat penting. Sebab melalui perencanaan dan pemilihan tipografi yang

tepat baik untuk ukuran, warna, dan bentuk diyakini mampu menguatkan isi pesan

iklan tersebut.

2.7 Peranan Iklan Dalam Kajian Semiotika

Iklan dalam kajian semiotika dapat dikaji melalui sistem tanda dalam iklan.

Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik lambang verbal

maupun lambang non verbal yang berupa ikon. Iklan juga menggunakan tiruan

indeks didalam semua media. Pada dasarnya, lambang yang digunakan dalam

iklan terdiri atas dua jenis, yaitu lambang verbal dan lambang lambang non

verbal. Lambang verbal biasanya lebih dikenal sebagai bahasa kita sehari – hari,

sedangkan lambang non verbalnya adalah bentuk warna – warna yang disajikan

dalam sebuah penggambaran iklan, yang tidak secara khusus meniru bentuk

apapun rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna yang serupa atau

mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar benda orang atau binatang. Ikon

disini digunakan sebagai lambang (Sobur, 2006 : 116).

Kajian sistem tanda dalam iklan menyangkut objek. Objek iklan ada yang

(33)

dalam meneleah iklan adalah penafsiran kelompok sasaran dalam proses

interpretan. Jadi sebuah kata seperti “cakap” meski pada dasarnya mengacu pada

laki - laki berkulit putih, berwajah maco, bertubuh atletis, berpenampilan yang

rapi ditafsirkan sebagai cermin laki – laki yang peduli dengan dirinya sendiri itu

pasti mempunyai uang yang banyak dan seterusnya.

Sebuah tanda dalam iklan itu akan pernah berfungsi secara toleransi. Tanda

berfungsi dalam hubunganya dengan tanda lain. Untuk menyusun tanda – tanda

dalam iklan perlu perangkat untuk menghubungkan antara tanda tersebut.

Pemaknaan merupakan salah satu perangkat yang merupakan salah satu asosiasi

dari tanda yang merupakan kategori – kategori yang didefinisikan dimana untuk

memahami tiap – tiap tanda tersebut, diperlukan pemahaman dengan hubungan

struktural antara tanda tersebut dengan memaknainya.

Hal – hal ini selalu terjadi dalam sebuah iklan dalam proses pemaknaanya

yang disebut semiosis (Hoed dalam Sobur, 2006 : 117). Banyak sekali hal – hal

yang perlu diperhatikan dalam menganalisa sebuah iklan seperti penanda, petanda,

gambar dan simbol.

2.2.1 Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode untuk megkaji tanda. Tanda –

tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan

direalitas kehidupan yang nyata ini, ditengah – tengah manusia disekeliling kita.

Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak

(34)

Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan

mengkomunikasikan (to comunicate). Memaknai berarti bahwa obyek – obyek itu

hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning)

ialah hubungan dengan suatu obyek atau ide dan suatu tanda. (Bhartes, dalam

Sobur 2004 : 67).

Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas

berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk – bentuk nonverbal, teori

yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan

bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada

semiotika. Dengan tanda – tanda kita mencari keteraturan ditengah – tengah dunia

ini, setidaknya agar kita punya pegangan. Apa yang dikerjakan oleh semiotika

adalah mengajarkan bagaimana menguraikan aturan – aturan tersebut dan

membawanya dalam pada sebuah kesadaran. (Pines dalam Sobur, 2004 – 34).

Dengan Semiotika kita akan berurusan dengan tanda. Semiotika seperti kata

(Lechte dalam Wulandari 1998 : 11) adalah suatu disiplin yang menyadari semua

bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs tanda – tanda yang

berdasarkan pada sign system (code) tanda – tanda (Segers, dalam sobur 2004 :

38). Yang pelu digaris bawahi dari berbagai definisi diatas adalah bahwa para ahli

melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan

dengan tanda. Begitulah semiotika berusaha menjelaskan esensi, ciri – ciri, dan

(35)

Tokoh dan pakar ahli dalam ilmu semiotika adalah Ferdinand de Saussure,

seorang ahli linguistik asal negara Swiss dan Chares Sanders Pierce, seorang ahli

filsafat dari Amerika. Berdasarkan obyeknya Pierce membagi tanda atas ikon

(icon), indeks index) dan symbol (symbol). Iklon adalah tanda yang berhubungan

antara tanda dan obyek acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta.

Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah tanda yang

mengacu langsung pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai

tanda adanya api. Tanda pula dapat mengacu ke denotatum melalui konvesional

yang bisa disebut simbol. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan

alamiah antara penanda dan petandanya. Simbol tidak harus mempunyai

kesamaan, kemiripan atau hubungan dengan objeknya (Sobur, 2004 : 14).

Beberapa Pengertian dalam semiotika Charles Pierce :

1. Model analisis Charles Pierce

Semiotik berangkat dari elemen utama yang disebut Pierce teori segitiga maka

(Triangle meaning) :

Tanda : adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca

indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk/mempresentasikan hal

lain diluar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek

(36)

Pengguna tanda (interpretan) : Adalah konsep pemikiran dari orang yang

menggunakan tanda dan menurunkanya ke suatu makna tertentu atau makna

yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda.

Hubungan tanda, objek dan interpretan :

Sign

Interpretant object

Gb.2.1 Hubungan tanda, Objek dan interpretan Charles Pierce

2.2.2 Model Semiotika Charles Pierce

Semiotik untuk studi media massa tak hanya terbatas sebagai kerangka teori

namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004 : 83). Bagi Pierce

tanda “Is someting which stands to somebody for something in some respect or

capacity”. Kita misalnya dapat menjadi teori segitiga makna (triangel meaning)

menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah

sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi,

(37)

terdapat pada sebuah triadik, yakni ground, object, dan interpretant. (Sobur,

2004:41).

Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang

obyek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen itu berinteraksi dalam

benak seseorang, makna munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh

tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah

tanda ketika tanda digunakan orang pada waktu berkomunikasi. (Bharthes, dalam

Wulandari 1998 : 23).

Charles Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga

kategori yaitu : Ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara

penanda dan petandanya yang bersifat alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah

hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan misalnya

potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Contoh

paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada

denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang

bisa saja disebut simbol jadi Simbol tanda yang menunjukan hubungan alamiah

antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau

semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat. (Sobur,

(38)

Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut ini

: (Fiske dalam sobur, 2001 : 85).

Sign (Kode)

[image:38.595.224.386.195.333.2]

Object Interpretant

Gambar 2.3

Sumber (Jhon Fiske dalam sobur, 2001 : 115)

Charles Pierce membagia atara tanda dan acuannya tersebut menjadi tigat

kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan

dalam sebuah model segitiga berikut :

Ikon

Simbol Indeks

Gambar 2.3 Model Kategori Tanda oleh Pierce

[image:38.595.223.375.521.654.2]
(39)

2.2.3 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makana (meaning) Memang merupakan kata dan

istilah membingungkan. Dalam bukunya The Meaning Of Meaning, (Ogden dan

Richards dalam wulamdari 1998 :27) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22

batasan mengenai makna. Bentuk makana diperhitungkan sebagai istilah sebab

bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang

linguistik (Pateda, dalam Sobur 2004 : 257). Dalam penjelasan Umberto Eco

(Buddiman, 1997 :7), makna dari sebuah wahana tanda (Sign – vehicle) adalah

satu kultural yang diperagakan oleh wahana – wahana tanda yang lainya serta

dengan begitu, secara sematik mempertunjukan pula ketidak tergantungannya

pada wahana tanda sebelumnya.

Makna, sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 : 248),

merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat

dan para ahli teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun yang silam. Semenjak Plato

mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas” para

pemikir besar telah sering menggunakan konsep itu dengan penafsiran yang

sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke

respon yang dikeluarkan dari Skinner. Tetapi menurut (Jerold Katz dalam

Budiman 1997 :27), setiap usaha memberikan jawaban yang langsung telah gagal.

Beberapa, seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang

(40)

Dari mana datangnya makna. Makna ada dalam diri manusia, Menurut

Devito, makna tidak terletak pada kata – kata untuk mendekati makna yang ingin

kita komunikasikan. Tetapi kata – kata ini secara sempurna dan lengkap

menggambarkan makna yang dimaksutkan. Demikian pula, makna yang didapat

pendengar dari pesan – pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin

kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk

memproduksi, dibenak pendengar, apa yang ada dalam benak kita. Reproduksi ini

adalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah. (Devito, 1997 : 123 - 124). Ada

tiga hal yang dijelaskan para filosof dan linguis sehubungan dengan usaha

menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu yakni : (1) menjelaskan makna secara

alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah dan (3) menjelaskan makna

dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004 :258).

Agar dapat mengungkapkan makna, perlu dibedakan beberapa pengertian

antara (1) Terjemah dan translation,(2) tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan

(4) pemaknaan atau meaning. Menurut Muhadjir (dalam Wulandari 1998 :36),

terjemah merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama

dengan media yang berbeda : Media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu

dengan media yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran

tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya agar

dapat dikemukakan konsep atau gagasan yang lebih jelas.

Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk

(41)

Pemaknaaan lebih menuntut pada kemampuan integratif manusia :

indrawinya, daya pikirnya, dan akal budinya. Materi disajikan, seperti

ekstrapolasi dilihat tidak lebih dari tanda – tanda atau indikator bagi sesuatu yang

lebih jauh. Hanya saja eksploitasi terbatas dalam arti empirik logik, sedangkan

pemaknaan dapat menjangkau yang etnik ataupun transedental. Lebih konkrit lagi

Dan Nimmo dalam Mulyana (2003 : 79 – 80) menjelaskan dalam kegiatan

simbolik bahwa orang mengintrepretasikan obyek dengan cara yang bermakna,

dan dengan demikian membentuk citra mental tentang objek – objek itu. (Bungin,

dalam Wulandari 1998 :33).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna.

Model konsep makna (Jhonson dalam Devito 1997 : 123 – 125) sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata – kata melainkan

pada manusia. Kita menggunakan kata – kata untuk mendekati makna yang

kita komunikasika tetapi kata – kata itu tidak secara sempurna dan lengkap

menggambarkan makna yang kita maksutkan. Komunikasi adalah proses yang

kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dibenak kita

dan proses ini adalah proses parsial, yang bisa saja salah.

2. Makna berubah. Kata – kata relatif statis, banyak dari kata – kata yang kita

gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata – kata ini dan

(42)

3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu

pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana mempunyai kaitan

dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan berlebih akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan

bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang

akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan dengan acuan yang diamati.

Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan

konsep – konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang

spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada saat tertentu, jumlah kata dalam satu

bahasa terbatas, karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartkan secara berbeda oleh dua

orang yang sedang berkomunikasi.

6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari

suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian

saja dari makna – makna ini yang benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna

tersebut yang tinggal dalam benak kita. Karena pemaknaanya yang sebenarnya

mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetapi tidak pernah

(43)

2.2.4 Kerangka Berfikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda – beda dalam

memaknai suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan adanya pengalaman

(Field Of Experience) dan pengetahuan (Frame Of Refrence) yang berbeda – beda

pada individu tersebut. Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang

yang ada dalam objek, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Pada penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan atau menginterpretasikan

dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan. Iklan tersebut akan dianalisis

menggunakan metode semiotik Pierce. Sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil

dari interpretasi data mengenai penggambaran iklan Dunlop “Driving To The

Future”. Hal ini dilakukan karena dalam ilustrasi iklan Dunlop “Driving To The

Future” terangkum berbagai makna dan tanda. Maka digunakan icon, index dan

symbol untuk mengklasifikasikan sebuah tanda secara spesifik.

Yang diutamakan disini adalah peristiwa yang melatar belakangi pembuatan

ilustrasi iklan Dunlop “Driving To The Future”. Sebagai signifikan dalam

pembuatan makna. Realitas sosial tersebut dipaparkan secara eksplisit dalam

pemilihan icon yaitu balita merangkak diatas roda yang sudah terpasangkan

dengan veleg ban beralaskan rumput hijau, warna biru dan putih menjadi latar

belakang dari gambar iklan secara keseluruhan, warna – warna lainya pada iklan,

kata – kata yang terdapat dalam iklan Dunlop “Driving To The Future”. Pierce

menggunakan tanda istilah (singn) yang merupakan representasi dari sesuatu

(44)

2.2.5 Iklan Dunlop “Driving To The Future”( Versi Balita Merangkak)

Iklan Dunlop “Driving To The Future” (Versi Balita Merangkak) di media

cetak sangat menarik perhatian. Dengan menampilkan gambar Balita merangkak

di atas roda mobil dengan bertuliskan slogan “Driving To The Future” ada

keterkaitan dengan icon, indeks, symbol pada iklan tersebut dengan slogan atau

jargon yang di buat oleh Ban Dunlop berupa slogan “Driving To The Future”

Roda merupakan ujung tombak kendaraan dalam menjelajah. Berhadapan

langsung dengan kondisi jalan yang rata, terjal dan ekstrim. Bagaimanapun, roda

merupakan penggerak penting mobil yang patut mendapat perhatian khusus agar

pengendara selamat dalam mengemudi dijalan, karena sesuai dengan slogan ban

Dunlop menuju untuk masa depan, maka dalam menciptakan produk ban dunlop

menginovasi dan memberikan kenyamanan dalam setiap produk ban yang dibuat,

agar slogan yang di gunakan tidak hanya isapan jempol belaka dan benar – benar

teruji dan terbukti secara nyata sehingga pengguna dan konsumen ban Dunlop

mempunyai masa depan yang panjang karena selamat dalam berkendara di segala

medan jalan yang rata maupun terjal. Simbol pada iklan ban dunlop berupa tanda

panah ke arah kanan mempunyai arti makna bahwa tanda panah kearah kanan

mempunyai ketentuan atau kaidah berupa masa yang akan datang atau masa

depan. Indeks tersebut untuk mempertegas bahwa slogan Dunlop adalah menuju

masa depan, karena dalam menunju masa depan, dalam berkendara perlu adanya

kenyamanan, keamanan dalam berkendara sehingga Dunlop mengedepankan

(45)

sebagai sebagai penyempurnaan dari produk ban dunlop dari masa ke masa

sehingga menghasilkan produk ban yang lebih sempurna dan berkualitas baik.

Saat ini berbagai jenis produk ban kendaraan bermunculan mengingat para

produsen roda semakin berlomba untuk memproduksi roda yang memiliki kualitas

baik dan berteknologi tinggi agar dapat beradaptasi dengan kondisi jalan yang

rusak dan seganas apapun. Selain itu, konstruksi roda juga telah didesain untuk

menahan beban secara seimbang sehingga pada saat ketika kendaraan dipacu

dengan kecepatan yang tinggi serta dijalan yang licin, kendaraan tetap nyaman,

aman dan tidak slip.

Hal ini tentu saja memberi kabar yang baik bagi konsumen dan pengguna

ban karena menjadi lebih bebas memilih dan menentukan ban model apa yang

diinginkan dan sesuai dengan standar nasional Indonesia .www.dunlop.ac.id

(46)

Iklan Dunlop “Driving To The Future” Versi balita

merangkak

diatas roda di media cetak 

Hasil  pemaknaan  iklan  Dunlop Driving To The Future. Versi balita merangkak diatas roda di media cetak 

 

Indeks:Semua 

tulisan yang 

ada pada iklan 

tersebut 

Simbol : Logo 

Brand Dunlop  

berupa  tanda 

panahke arah 

kanan. 

 

Ikon : Balita 

baju warna 

merah dan 

celana pendek 

warna coklat, 

roda warna 

hitam Veleg 

warna 

crome,rumput 

hijau, awan 

putih dan langit 

biru  Analisis 

Semiotika 

Charles S. 

[image:46.595.137.495.130.636.2]

Pierce 

Gambar 2.4 Bagan Kerangka berpikir penelitian tentang pemaknaan Iklan Dunlop

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan

analisis semiotik, untuk menginterpretasikan penggambaran atau pencitraan balita

merangkak diatas roda pada media cetak. Dalam hal ini iklan yang dijadikan

sebagai objek penelitian adalah iklan Ban Dunlop “Driving To The Future”.

Alasan digunakanya metode deskriptif kualitatif beberapa faktor pertimbangan

yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila

dalam penelitian ini kenyataan ganda, kedua metode deskriptif kualitatif

menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, dan

yang ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri

dengan banyak pengaruh terhadap pola – pola nilai yang dihadapi. (Moleong,

2002 : 5).

Selain itu pada dasarnya pendekatan semiotik bersifat kualitatif interpretatif

yaitu : suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai

objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan

teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Budiman, 1997 : 46).

Untuk menginterpretasikan pencitraan balita merangkak pada media cetak.

(48)

diketahui sistem tanda dan gambar yang terdapat pada iklan yang akan dijadikan

korpus atau sampel penelitian ini. Seperti yang menjadi tujuan dari pembuatan

iklan, bahwa iklan juga memberikan pengaruh kepada para konsumen. Maka iklan

Dunlop “Driving To The Future” juga memberikan sensasi bahwa setiap anak

balita yang pemberani dengan bermain dan berkreasi dengan menjat, merangkak

dan mencoba berdiri disatu roda mempunyai jiwa yang petualangan. Kelak setelah

dewasa ia dapat mengendalikan diri untuk menuju masa depannya.

3.2 Korpus

Dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu batasan masalah yang disebut

Korpus. Korpus adalah Sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada

perkembanganya oleh analisis kesemenaan. Korpus harus cukup luas untuk

memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsurnya akan memelihara

sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat

sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun taraf waktu

sinkroni. (Kurniawan dalam Wulandari 1998 : 40).

Korpus merupakan sample terbatas pada penelitian kualitatif yang bersifat

sehomogen. Tetapi sebagai analisa, korpus bersifat terbuka pada konteks yang

beraneka ragam, sehingga memungkinkan memahami berbagai aspek dari sebuah

teks pesan. Korpus bertujuan khusus digunakan untuk analisa semiotik dan analisa

wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya

(49)

3.3 Unit Analisis

Unit analisis pada penelitian ini adalah tanda – tanda berupa gambar, tulisan

dan warna yang menjadi latar belakang dalam iklan Dunlop “Driving To The

Future”, dimana menggunakan balita sebagai model iklan, kemudian

diinterpretasikan dengan metode penelitian Charles Sanders Pierce yang terdiri

atas ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Yang kemudian

diinterpretasikan dengan menggunakan segitiga dari Pierce. Tanda – tanda yang

berupa gambar yang ada dalam iklan Ban Dunlop dengan slogan “Driving To The

Future” adalah :

1. Bahasa Penampilan

a. Appereance yaitu petunjuk seperti rambut, kulit, bentuk posisi tubuh

b. Ekspresi wajah dari model ikon

c. Kontak mata yaitu terjadi melalui model dengan kamera dan kepada

khalayak

d. Prosemik atau kedekatan jarak suatu objek dengan objek yang lain :

- Bagaimana jarak dan ukuran tubuh dalam iklan

- Posisi tubuh yaitu cara berpose model

2. Komposisi yaitu warna yang dominan yang terdapat dalam iklan

3. Bahasa atau teks yaitu back ground atau latar belakang didalam (indoor) atau

(50)

3.4 Ikon (icon)

Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek acuan yang bersifat

kemiripan. (Sobur, 2001 :41). Dengan kata lain suatu tanda memiliki ciri – ciri

sama dengan apa yang dimaksutkan. Apabila pada iklan Dunlop “Driving To The

Future” ditujukan dengan :

 Balita berpakaian kaos oblong merah dan celana pendek warna coklat

dengan phose photo menyamping ke arah kanan merangkak diatas ban

mobil.

 Roda mobil warna hitam dan veleg mobil warna putih.

 Rumput hijau, langit biru dan awan putih.

3.5 Indeks (Index)

Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang

mengisyaratkan petandanya (Sobur, 2004 :42), atau juga tanda sebagai bukti. Pada

ilustrasi iklan Dunlop “Driving To The Future” ditunjukan dengan tulisan –

tulisan yang terdapat dalam iklan tersebut diantaranya adalah :

1. People always ride on tyers.

2. Thats’s why we bring the comfort and trusted innovation.

3. Dunlop “Driving To The Future”.

(51)

3.6 Simbol (Symbol)

Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda

dengan petanda, bersifat abriter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi

perjanjian masyarakat. (Sobur, 2004 : 42). Pada ilustrasi iklan Dunlop “Driving

To The Future” ditujukan dengan :

1. Logo Ban Dunlop berupa segitiga tanda panah yang menunjuk ke arah

kanan

3.7 Penempatan Ikon, Indeks dan Simbol

Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks dan simbol tergantung dari

kebutuhan dan sudut pandang khalayak (Point Of Interst) yang memaknainya.

Sehingga penempatan tanda – tanda dalam iklan Dunlop “Driving To The

Future”, seperti yang sudah penulis berikan contohnya diatas, yang mana sebagai

ikon, mana sebagai indeks dan mana sebagai simbol tersebut hanya sebatas

subyektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak, karena hal ini

dikembalikan lagi kepada sudut pandang khalayak yang memaknai iklan Dunlop

“Driving To The Future” sesuai dengan kebutuhan masing – masing.

Sebagai contoh bila seseorang menganggap tulisan People always ride on

tyers.Thats’s why we bring the comfort and trusted innovation. sebagai unsur

yang paling kuat, dan menjadi daya tarik pertama seseorang melihat iklan Dunlop

(52)

sebagai ikon. Namun bila seseorang melihat gambar balita merangkak diatas roda

mobil dalam iklan ban dunlop memaknai sebagai daya tarik pertama dalam iklan

Dunlop “Driving To The Future”, karena mengetahui ban dunlop merupakan

perusahaan yang terbesar ditingkat Benua Asia khususnya di Negara Jepang yang

mempunyai potensi Sumber Daya Manusia yang handal, pandai dalam membuat

suatu inovasi dan teknologi yang muthakir dan ingin menghubung – hubungkan

makna menuju masa depan, untuk sumber daya manusianya dibalik iklan tersebut,

dengan mengangkat balita sebagai ilustrasi dalam iklan tersebut, maka yang akan

terjadi adalah hubungan sebab akibat. Sehingga dikatakan bahwa gambar balita

dengan diatas roda adalah sebagai ikon.

Begitu juga dengan penempatan simbol, bila seseorang tertarik pertama kali

untuk melihat iklan Dunlop “Driving To The Future” adalah melihat slogan

tulisan Dunlop “Driving To The Future” dan tertarik dengan slogan brand Dunlop,

maka dapat dikatakan tulisan slogan Dunlop “Driving To The Future” dan logo

brand Dunlop adalah sebagai simbol. Hal ini karena orang akan paham secara

alamiah dan berdasarkan perjanjian, bisa dikatakan sebagai Trade Mark dari

brand Dunlop bahwa Dunlop adalah adalah “Driving To The Future” juga

sebaliknya “Dunlop Future To the Driving”, juga menjadi pakem bahwa logo dari

brand Dunlop adalah seperti itu, dan masyarakat telah mengetahui semuanya topik

(53)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap iklan “Driving To The Future” yang

terdapat pada media cetak, yang juga disebut sebagai data primer dalam

penelitian. Sealanjutnya data akan digunakan untuk menganalisa berdasarkan

landasan teori semiotik Pierce, dan data dari peneliti ini kemudian akan

digunakan untuk mengetahui penafsiran makna iklan dunlop “Driving To The

Future” tersebut kedalam sistem tanda komunikasi berupa gambar – gambar,

tulisan dan warna – warna yang menjadi latar belakang yang

Gambar

Gambar 2.3                         Sumber (Jhon Fiske dalam sobur, 2001 : 115)
Gambar 2.4 Bagan Kerangka berpikir penelitian tentang pemaknaan Iklan Dunlop
Gambar balita,baju,celana,roda
Gambar iklan DunlopGambar 4.2  “Driving To The Future” Dalam Elemen Makana Pierce.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan itu diusulkan pemecahan masalah dengan membuat perancangan sistem informasi yang dapat membantu pembukuan, pengolahan data, nota transaksi dan

adalah tampilan permainan berupa latihan soal berdasarkan model dan level yang dipilh pengguna, pada bagian ini pengguna akan memilih jawaban atau permainan dibagi menjadi 2

dengan yang akan peneliti lakukan ialah tentang budaya Jawa yang masih sering dilakukan. Perbedaannya ialah tidak melihat dari sisi hukum Islam, melainkan ajakan untuk kearah

Dalam rangka penelitian yang berjudul “ Studi Korelasi Tingkat Pengetahuan Bidan Praktik Swasta Di Kabupaten Bantul dengan Kelengkapan Partograf dan Kewenangannya Membuka

Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen, Jurnal Bisnis dan Akuntansi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat dengan judul “SISTEM PEMBATAS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM

Yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini, aktivitas penerapan dari nilai-nilai pendidikan karakter oleh warga masyarakat yang telah di ajarkan oleh Saridin

Dalam hal ini Rumah Makan ABGS Kudus, sebagai penyedia makanan dengan misinya yaitu menjadi penyedia makanan khas kota Solo yang memanjakan penikmat kuliner