S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
BAGUS NUR JATI SATRIA NPM : 0342010084
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KONSUMEN DALAM MEMBELI JAKET
KULIT DI KOTA MAGETAN
Nama Mahasiswa : Bagus Nur Jati Satria
NPM : 0342010084
Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh :
PEMBIMBING
Dra. Lia Nirawati, MSi NIP. 030 223 072
DEKAN
dengan terselesaikannya laporan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kualitas
Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Jaket Kulit Di Kota Magetan”
Keberhasilan dalam penuisan laporan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak dan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya suatu bimbingan
dari Ibu Lia Nirawati, Dra, MSi, selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
masukan yang berarti selama penyusunan laporan skripsi ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. selain itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada berbagi pihak yang turut serta mendukung
tersusunya skripsi ini, antara lain:
1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Surabaya.
2. Drs. Sadjudi, SE, MSi, selaku Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jatim Surabaya.
3. Drs. Nurhadi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Administasi Bisnis Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
memberikan dukungan, dorongan, serta doa dan restunya.
6. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainnya laporan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu
Penulis mengharapkan perlu adanya penelitian lanjutan,sehingga kritik dan
saran sangat dibutuhkan demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata,
Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Juni 2010
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR GAMBAR... vi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfat Penelitian... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 7
2.1.1. Pemasaran ... 7
2.1.1.1. Pengertian Pemasaran ... 7
2.1.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 8
2.1.1.3. Konsep Pemasaran ... 9
2.1.1.4. Strategi Pemasaran ………... ... 10
2.1.2. Bauran Pemasaran………... 11
2.1.3. Produk... 13
2.1.3.1. Pengertian Produk ... 13
2.1.3.2. Kualitas Produk ... 14
2.1.4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga……... 20
2.1.4.3. Strategi Penetapan Harga... ... 22
2.1.4.4. Tujuan Penetapan Harga……… …. 22
2.1.5 Keputusan Pembelian Konsumen ... 23
2.1.5.1. Pengertian Keputusan Pembelian... 23
2.1.5.2. Sub Keputusan Pembelian ... 24
2.1.5.3. Proses Keputusan Membeli... 24
2.1.5.4. Jenis-jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian ... 27
2.1.5.5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keputusan membeli... 28
2.1.6. Jenis Perilaku Konsumen... 30
2.2. Kerangka Berpikir... 32
2.3. Hipotesis... 33
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 34
3.1.1.Kualitas dan Harga... 34
3.1.2. Keputusan Membeli/Variabel Terikat ... 36
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 36
3.2.1 Populasi ... 36
3.3.2. Sumber Data ... 38
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.4. Pengujian Kualitas Data ... 39
3.4.1. Validitas ... 39
3.4.2. Reliabilitas ... 40
3.5. Metode Analisis Data ... 41
3.5.1. Regresi Linier Berganda... 41
3.5.2. Uji Hipotesis ... 44
3.5.2.1. Uji F (Secara Simultan)... 44
3.5.2.2. Uji t (Secara Parsial) ... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 50
4.2. Penyajian Data ... 51
4.2.1. Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin .. 51
4.2.2. Klasifikasi Responden Menurut Usia ... 52
4.2.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Produk (X1) ... 52
4.2.4. Distribusi Frekuensi Harga (X2) ... 54
4.2.5. Distribusi Frekuensi Keputusan Membeli (Y) ... 4.3.Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56
4.3.3.2. Uji Asumsi BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) ... 59
4.3.3.3. Regresi Linier Berganda ... 61
4.3.3.4. Pengujian Hipotesis ... 62
4.3.4. Pembahasan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran... 70
HARGA TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI JAKET KULIT DI KOTA MAGETAN.
Penelitian ini dilakukan pada jaket kulit di kota Magetan. Berdasarkan data penjualan jaket kulit di kawasan Selosari Magetan diketahui bahwa terjadi penurunan dalam tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2006-2008. Pada tahun 2006 terjadi penjualan sebanyak 188 potong, selanjutnya pada tahun 2007 terjadi penjualan sebanyak 164 potong, dan terakhir pad tahun 2008 terjadi penjualan sebanyak 146 potong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan menganalisis kualitas produk dan harga pada jaket kulit terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket kulit di kota Magetan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang membeli produk jaket kulit di Jl. Sawo, Selosari, Magetan yang berjumlah 96 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan purpossive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk (X1) dan harga (X2)
terhadap keputusan membeli (Y) dalam membeli jaket kulit di kota Magetan yang akan diuji dengan menggunakan program SPSS 13.0. Dengan tingkat signifikansi 5%, didapatkan persamaan regresi berikut :
Y = 1,626 + 0,396 X1 - 0,565 X2
Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS 13.0 memperlihatkan dengan menggunakan uji F didapatkan bahwa kualitas produk (X1) dan harga (X2) secara simultan berpengaruh terhadap keputusan membeli
(Y) dalam membeli jaket kulit di kota Magetan, sedangkan dengan menggunakan uji t didapatkan bahwa kualitas produk (X1) dan harga (X2) secara parsial
berpengaruh terhadap keputusan membeli (Y) dalam membeli jaket kulit di kota
Magetan. Harga (X2) memberikan pengaruh dominan terhadap keputusan
1.1 Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat atau
terdiri dari dua orang atau lebih yang mana masing - masing orang memiliki
peran dan tugas sendiri. Telah diketahui bahwa sumber daya manusia atau
faktor manusia menentukan kelangsungan hidup daripada suatu perusahaan,
sehingga tidak ada satupun perusahaan yang tidak melibatkan munsia dalam
merealisasikan tujuannya.
Persaingan antar perusahaan besar maupun kecil yang semakin
menjadikan perusahaan untuk berusaha bertahan dan berkembang. Pada
dasarnya semua perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, industri dan
perdagangan memiliki tujuan yang sama dalam menjalankan usahanya yaitu
mendapatkan keuntungan.
Dalam beberapa waktu terakhir ini perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat cepat telah membuat asumsi dasar bahwa
persaingan abad industri telah bergeser menuju pada persaingan abad
informasi. Hubungan komunikasi dan informasi yang semakin canggih telah
menciptakan era informasi yang tidak mengenal batas waktu dan negara.
Oleh karena itu suatu perusahaan untuk meningkatkan daya saing melalui
Hal ini menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup sebuah
perusahaaan yang siap bersaing dalam usaha meningkatkan perusahaan.
Persaingan antar perusahaan yang sangat ketat, membutuhkan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan kinerja secara menyeluruh. Tiap perusahaan
dituntut untuk dapat melaksanakan strateginya dalam menghadapi kompetisi
dan menggunakan sumber daya secara lebih efektif dan efisien, yang
akhirnya visi, misi dan strategi perusahaan dapat tercapai.
Namun bagaimana orang-orang yang terlibat dalam perencanaan
strategis perusahaan, misalnya dewan direktur perusahaan, manajer,
supervisor, dan karyawan berkomunikasi. Hal ini masih menjadi masalah di
negara maju maupun di negara yang sedang berkembang seperti di
Indonesia. Produk akhir (barang atau jasa), rencana strategis, proses-proses
manajemen, tidak dikomunikasikan secara baik kepada pengguna akhir.
Namun sayangnya upaya awal yang menggunakan banyak sumber daya
(waktu, uang, dan energi) itu tidak berdampak bagi orang-orang yang harus
melaksanakan rencana bisnis strategis tersebut. Sebagai konsekuensi
pelaksanaan rencana bisnis strategis yang kurang baik itu, hasil yang
diperoleh organisasi bisnis tersebut tidak memuaskan.
Dalam dunia industri, industri tekstil Indonesia telah mencapai suatu
perkembangan yang luas. Kalau pada beberapa tahun yang lalu hanya
terfokus pada industri tekstil yang berskala besar, maka di era globalisasi ini
tidak hanya terfokus pada industri-industri tekstil yang berskala besar
industri kecil, khususnya industri rumah tangga dan diantaranya adalah
pengrajin jaket kulit.
Produk kulit merupakan salah satu produk tekstil. Produk kulit tak
akan habis oleh zaman. Bahkan, biasanya penggemar kulit sangat fanatik
dan setia menggunakan aksesoris ini. Jaket kulit, misalnya. Barang ini
seperti wajib dimilki para penggemar kulit. Sebagai penghangat tubuh,
sudah banyak jaket yang terbuat dari kain. Tetapi jaket yang terbuat dari
kulit, apalagi kulit itu asli, ini yang masih sedikit.
Para penggemar jaket kulit semakin hari semakin bertambah, hal ini
dapat dilihat dengan adanya perusahaan yang membeli jaket kulit dari para
pengrajin kulit, dan banyaknya konsumen yang membeli produk jaket kulit.
Sejalan dengan semakin berkembangnya zaman dan menigkatnya
kreativitas para pelaku kerajinan kulit, khususnya kulit sapi dalam
menciptakan keragaman komoditas hasil olahan dari bahan kulit. Kualitas
jaket kulit yang diproduksi oleh para pengrajin kulit semakin meningkat.
Bahkan kualitas kulit yang diproduksi tidak kalah dengan negara lain.
Harga jaket kulit bervariasi, tergantung jenis kulit dan kualitasnya.
Misalnya jaket kulit denagn bahan baku kulit sapi, pengrajin menjualnya
dengan harga diantara Rp 400.000,- hingga Rp 600.000,- bahkan lebih.
Kendati demikian sekarang ini, nasib para pengrajin kulit tak sehebat
produknya yang terkenal. Semakin hari omzet penjualan semakin menurun.
masuknya produk-produk kulit dari luar negeri. Terutama jaket kulit bekas
yang dijual dengan harga di bawah standar.
Sebagai contoh adalah kawasan Selosari, Magetan yang merupakan
pusat penjualan jaket kulit di Kota Magetan. Data penjualan jaket kulit pada
tahun 2006, 2007 dan 2008 menunjukkan penurunan. Hal ini dapat dilihat
pada data penjualan, yang menunjukkan tahun 2006 = 188 potong, tahun
2007 = 164 potong, dan tahun 2008 = 146 potong.
Dari data penjualan tersebut menunjukkan terjadi penurunan dalam
tiga tahun terakhir. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan
volume penjualan, yaitu produk, harga, kualitas, dan promosi.
Oleh sebab itu penulis mencoba meniliti seberapa besar pengaruh
kualitas produk dan harga jaket kulit dengan bahan baku kulit sapi terhadap
minat konsumen di kota Magetan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang terjadi maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah kualitas produk dan harga pada jaket kulit secara simultan
berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket kulit
di kota Magetan ?
2. Apakah kualitas produk dan harga pada jaket kulit secara parsial
berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket kulit
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah kualitas produk dan harga pada jaket kulit
secara simultan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
membeli jaket kulit di kota Magetan ?
2. Untuk mengetahui apakah kualitas produk dan harga pada jaket kulit
secara parsial berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
membeli jaket kulit di kota Magetan ?
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan, adapun
manfaat yang diharapkan antara lain :
1. Manfaat teoritis
Memberikan bukti secara empiris mengenai pengaruh kualitas produk
dan harga terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket kulit
dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis
pada pengembangan teori pemasaran.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai solusi
alternatif dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan
permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh kualitas produk
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pemasaran
2.1.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya
dan sasaran dari sebuah organisasi pada berbagai macam kesempatan dan
kebutuhan lingkungan. Pemasaran bersifat universal, sehingga teoritis dan
prakteknya nyaris sama di setiap wilayah. Didalam pemasaran terdapat
sekumpulan konsep, sarana, teori, kebiasaan, prosedur dan pengalaman yang
secara bersamaan tersusun menjadi kerangka pengetahuan yang dapat dipelajari.
Menurut Kotler (1999 :15) mendefinisikan pemasaran suatu proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuai yang
bernilai satu sama lain”.
Dari definisi tersebut terlihat saling keterkaitan dan lengkapnya ruang
lingkup pemasaran. Untuk itu diperlukan kemampuan organisasi dan manajemen
yang handal dalam menerapkan pemasaran. Pemasaran menurut American
Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh Kotler (1999:53) adalah : “Suatu
proses perencanaan dan eksekusi mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga,
promosi hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa untuk melakukan
Berdasarkan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahawa pemasaran
merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan
organisasi mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui suatu
proses perencanaan dengan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi
sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu
memuaskan tujuan pelanggan.
2.1.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran terjadi bila sekurang-kurangnya satu pihak pelaku
pertukaran potensial berpikir tentang sarana-sarana untuk melaksanakan
tanggapan yang diinginkan oleh pihak pertama dari pihak lain. Dalam hal ini
manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta
mendapatkan, menjaga dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan,
penyerahan dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
Menurut Kotler dan Armstrong (1999:13), manajemen pemasaran sebagai
analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang
untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan target pembeli demi mencapai sasaran organisasi.
Sedangkan menurut Kotler (2002:9), manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta
penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen
pemasaran mencakup proses analisis perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
juga mencakup barang, jasa dan gagasan dalam mencapai sasaran organisasi.
2.1.1.3 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kondisi perekonomian yang sering
berubah saat ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
kegiatan pemasaran perusahaan, maka konsep pemasaran yang disusun oleh suatu
perusahaan harus sesuai dengan situasi dan kondisi pasar yang ada atau dengan
kata lain perusahaan harus berorientasi dengan pembeli.
Menurut Kotler (1999:21), menyatakan bahwa kunci untuk mencapai
tujuan organisasi adalah terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara efektif dan efisien
dibandingkan dengan pesaing.
Konsep pemasaran menurut Swastha (2001:10) merupakan sebuah falsafah
bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebagai falsafah bisnis,
konsep pemasaran tersebut telah disusun dengan memasukkan tiga elemen pokok,
yaitu :
a. Orientasi Konsumen
Perusahaan yang ingin mempraktekkan konsumen harus :
1 Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan
2 Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualan.
3 Menentukan produk program pemasaran.
4 Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur dan menilai
tingkah laku dan sikap mereka.
5 Menentukan strategi yang baik dengan menitikberatkan pada mutu yang
tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan
Merupakan tujuan konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh melalui
pemasaran konsumen. Laba merupakan pencerminan dari usaha-usaha
perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen. Untuk itu
perusahaan harus dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa dengan
harga yang layak.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan
Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, maka semua elemen
pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan diintegrasikan. Disamping itu juga
perlu dihindari adanya pertentangan di dalam perusahaan dengan pasar.
2.1.1.4 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan bagian dari kegiatan pemasaran. Oleh
karena itu strategi pemasaran haruslah tepat, efektif dan efisien. Menurut Irawan
(2001:116-120), menyatakan bahwa strategi pemasaran merupakan suatu proses
analisis dari peluang pasar, pemilihan tujuan pengembangan strategi atau
tempat, distribusi, dan promosi serta mengkombinasikan keempat faktor tersebut
sehingga menjadi bauran pemasaran yang baik. Adapun strategi pemasaran itu
adalah sebagai berikut :
1 Menentukan konsumen yang akan dijadikan sebagai sasaran perusahaan
Hanya mengkonsentrasikan pada satu sasaran saja, konsumen yang dituju
harus dapat dilayani dengan menentukan bauran pemasarannya.
2 Menentukan yang diinginkan konsumen
Strategi pemasaran yang baik memerlukan pengetahuan mengenai apa yang
diinginkan oleh konsumen yang menjadi target pasar tersebut.
3 Menentukan bauran pemasaran
Menentukan variabel-variabel yang digunakan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan dan memuaskan keinginan konsumen yaitu harga, produk,
distribusi dan promosi.
2.1.2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Setelah memutuskan strategi pemasaran untuk bersaing secara
keseluruhan, perusahaan harus siap untuk mulai merencanakan rincian dari bauran
pemasaran.
Bauran pemasaran merupakan suatu konsep utama pemasaran modern.
Menurut Kotler (1999:45), menyatakan bahwa marketing mix adalah perangkat
alat perusahaan taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan
Bauran pemasaran (Lamb, Hair, McDaniel, 2001:55), merupakan paduan
antara empat P yaitu produk(product), tempat(place), promosi(promotion) dan
harga(price) untuk mencapai hasil yang optimal.
Marketing mix terdiri dari product, price, promotion dan place menempati
posisi yang sangat vital dalam strategi pemasaran perusahaan dalam strategi
pemasaran perusahaan dalam rangka mencapai konsumen potensialnya.
2.1.3. Produk
2.1.3.1 Pengertian Produk
Produk (Tjiptono, 2001:95) merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dimiliki, digunakan, atau
dikonsumsi dan yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Sebelum
membuat produk yang dapat dilempar ke pasar, beberapa keputusan mengenai
produk harus diperhatikan dengan benar oleh produsen. Keputusan-keputusan
tersebut antara lain mengenai mutu produk, tampilan pilihan yang ditawarkan,
model, nama merk, ukuran, kemasan maupun layanan setelah pembelian.
Keputusan yang dibuat harus memperhatikan keinginan pasar.
2.1.3.2. Kualitas Produk
Pada umumnya perusahaan industri maupun perdagangan dalam
menjalankan aktivitasnya selalu membutuhkan adanya pengawasan kualitas untuk
menunjang kelangsungan hidup usahanya. Karena didalam perkembangan suatu
perusahaan, karena perusahaan yang menghasilkan produk tanpa memperhatikan
kualitas produknya maka akan berarti menghilangkan harapan dan akan
mengalami kesulitan pemasaran atau berakibat buruk terhadap masa depan
perusahaan.
Peranan kualitas menjadi bertambah penting dengan adanya
perkembangan peradaban manusia, dimana terdapat perkembangan keahlian
manusia sehingga terjadilah pemisahan kelompok antara produsen dan konsumen.
Perkembangan keadaan ini mempengaruhi kualitas barang-barang yang langsung
mempengaruhi kebutuhan hidup manusia. Dengan adanya perkembangan
teknologi maka para produsen berusaha untuk menjaga reputasi atau nama
baiknya. Usaha untuk menjaga reputasi ini dapat dilakukan melalui kualitas dari
barang-barang dihasilkanya.
Harsono (2000 : 132 ) yang mengungkapkan bahwa kualitas atau kualitas
merupakan ciri atau sifat yang menggambarkan keadaan suatu produk atau
jasa.pada umumnya kualitas ini dihubungkan dengan penggunaan khusus seperti
misalnya : penjang, warna, berat dan lain-lain.
Feigenbaum (2001 : 7) mengatakan bahwa kualitas produk dan jasa adalah
keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa,
pembikinan dan pemeliharaan yang membuat peoduk dan jasa yang digunakan
memenuhi harapan-harapan pelanggan.
Sedangkan Asauri (2001 : 205) mengatakan bahwa kualitas diartikan
barang / hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang / hasil dimaksudkan
atau dibutuhkan.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa barang-barang yang
diproduksi haruslah dapat memenuhi beberapa tujuan, dan agar supaya
barang-barang tersebut dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan tersrbut, maka barang-barang
tersebut harus mempunyai kualitas yang tertentu. Dalam hal ini pronusen tidak
dapat begitu saja menentukan kualitas yang bagaimana dan yang dibutuhkan
konsumen serta yang akan dihasilkan karena keinginan, kebutuhan dan selera
antara konsumen berbeda beda. Kualitas adalah sesuatu yang diputuskan oleh
pelanggan aau konsumen, buka oleh pemasaran atau manajemen umum. Kualitas
didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, diukur
berdasarkan persyaratan pelenggan tersebut.
2.1.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Kualitas dipengaruhi oleh factor yang akan menentukan bahwa suatu
barang dapat mamenuhi tujuanya. Oleh karena itu, kualitas merupakan tingkatan
pemuasan suatu barang. Assauri (2001 : 206) mengemukakan bahwa tingkat
kualitas ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Fungsi suatu barang
Sutau barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk
apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga
barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi
kepuasan para konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak
selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu kualitas
barang tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan
penggunaan barangyang dapat dicapai. Kualitas yang hendak dicapai
sesuai dengan fungsi apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan,
tahan lamanya, kegunaan, berat, bunyi, mudah tidaknya perawatan dan
kepercayaan.
2. Wujud luar
Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen
dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan barang
tersebut adalah wujud luar barang itu. Kadang-kadang walaupun
barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi
bila wujd luarnya kuno atau kurang dapat dterima maka hal ini dapat
menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau
pembeli, karena dianggap kurang memenuhi syarat-syarat. Factor
wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari
bentuk, tetapi juga dari warna, susunan dan hal-hal lainya.
3. Biaya barang tersebut
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan
kualitas barang tersebut. Hal ini terliuat dari barang-batang yang
mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat mrnunjukan bahwa
kualitas barang tersebut relative lebih baik. Demikian pula sebaliknya.
dapat mrnunjukan bahwa suatu barang tersebut relatif lebih rendah. Ini
terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan kualitas yang baik atas
suatu produk dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Mengenai biaya
barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selmanya biaya
suatu barang dapat menentukan kualitas barang tersebut, karena biaya
yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga se
ring terjadi adanya inefisiensi. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari
barang itu lebih rendah dari pada nilai barang itu, tetapi kadang-kadang
terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih inggi dari pada
nilai yang sebenarnya, karena adanya inefisiensi dalam menghasilkan
barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil terhadap
barang itu.
2.1.3.4. Dimensi Kualitas Produk
Seorang pemasar dalam mengembangkan suatu produk harus menetapkan
derajat kualitas bagi produknya. Karena kualitas produk menunjukan kemampuan
sebuah produk untuk menjalankan fungsinya sebagaimana dikemukakan oleh
Kotler dan Amstrong (2001 : 257) yaitu “produk quality neans the ability of
product to perform its functions”.
Kualitas produk dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu sudut
pandang internal dan eksternal. Karena dari sudut pandang pemasaran kualitas
diukur dengan persepsi pembeli sesuai dengan pernyataan Kotler dan Amstrong
pandang yang digunakan untuk melihat kualitas produk adalah sudut pandang
eksternal. Konsumen menilai baik buruknya kualitas suatu produk berdasarkan
persepsinya. Suatu produk dikatakan berkualitas jika memnuhi keburuhan dan
keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh konsumen dan pengalaman mereka
terhadap produk.
Dalam merencanakan produk yang akan dihasilkan dan dipasarkan ke
konsumen, perencaan produk harus memperhatikan dimensi kualitas produk.
Melalui dimensi atau unsur-unsur tersebut dapat diketahui tingkatan produk mana
yang lebih disukai oleh konsumen. Dengan memperhatikan dimensi kualitas
produk diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Menurut
Kotler dan Amstrong (2001 : 11) spesifikasi dari dimensi kualitas produk yang
relevan dengan pelanggan dapat dikelompokan dalam enam (6) dimensi yaitu :
1. Performance
Hal yangh paling penting bagi pelanggan atau konsumen adalah kualitas
produk yang menggambarkan keadaan sebenarnya atau apakah pelayanan
yang diberikan dengan cara yang benar.
2. Range and type of feature
Selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan, pelanggan sering
kali tertarik pada kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki produk dan
pelayanan.
3. Reability and durability
Keandalan produk dalam penggunaan secara normal dan berapa lama
4. Maintainability and serviceability
Kemudahan dalam pengoperasian produk dankemudahan perbaikan
maupun ketersediaan bahan atau komponen pengganti.
5. Sensori chasacteristicts
Pempilan corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan beberapa factor lainya mu
ngkin menjadi aspek penting dalam kualitas.
6. Ethical profile and image
Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produksi
dan pelayananya.
2.1.4. Harga (price)
Harga mencerminkan jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan
untuk mendapatkan produk. Harga yang ditetapkan tersebut memuat komponen
biaya yang dikeluarkan produsen ketika membuat produk dan margin laba yang
diinginkan oleh produsen tersebut.
2.1.4.1 Pengertian Harga
Menurut Basu Swasta (2000 :193) harga merupakan faktor yang perlu
diperhatikan serta perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga, antara lain
biaya, keuntungan, pesaing serta perubahan keinginan pasar.
Harga yang merupakan salah satu atribut yang paling penting yang
dievaluasi oleh konsumen. Karena dalam situasi tertentu konsumen sangat
lebih tinggi dapat mengeliminasi produk dari pertimbangan konsumen. Akan
tetapi, dalam kasus lainnya harga dapat dipergunakan sebagai indikator pengganti
kualitas produk, dengan hasil bahwa harga yang dipandang lebih tinggi dipandang
positif oleh segmen pasar tertentu.
Secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan harga (Kotler, 2002 : 341-351), yaitu:
1. Faktor lingkungan internal perusahaan
a. Sasaran pemasaran, bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar,
menciptakan kepemimipinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan,
melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
b. Strategi bauran pemasaran, di mana harga merupakan satu-satunya alat
pemasaran yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai sasaran
pemasarannya sehingga harus dikordinasi dengan rancangan produk,
distribusi dan promosi.
c. Biaya, merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu,
setiap perusahaan pasti menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya
( variabel), serta jenis-jenis biaya lainnya.
d. Organisasi, dimana manajemen perlu memutuskan siapa dalam organisasi
yang harus menetapakan harga. Dalam hal ini setiap perusahaan
2. Faktor lingkungan eksternal perusahaan
a. Sifat pasar dan permintaan, dimana setiap perusahaan perlu memahami
sifat dasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar
persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, atau monopoli.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.
b. Persaingan, dalam hal ini yang mempengaruhi keputusan penetapan harga
perusahaan perusahaan adalah biaya dan harga pesaing, serta kemungkinan
reaksi pesaing terhadap perubahan harga perusahaan sendiri.
c. Faktor-faktor lingkungan yang lain, seperti kondisi ekonomi, perdagangan,
pemerintah, dan pertimbangan sosial.
2.1.4.2.Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Harga
Menurut Basu Swastha (2001:241), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi harga meliputi :
a. Keadaan perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku
seperti peperide resisi, misalnya inflasi dan deflasi.
b. Penawaran dan permintaan
Dengan daya permintaan yang sangat besar terhadap suatu barang tertentu
akan mengakibatkan harga barang tersebut meningkat sedangkan apabila
c. Elastisitas permintaan
Dapat juga dikatakan sebagai permintaan pasar. Sifat tidak hanya berpengaruh
terhadap penentuan harga tetapi mempengaruhi volume yang dijual, apabila
terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun dan sebaliknya.
d. Persaingan
Harga jual suatu produk juga dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada
antara lain persaingan murni.
e. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga maksimum, sebab suatu
tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian.
Apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya akan menghasilkan
keuntungan.
f. Tujuan perusahaan
Setiap penetapan harga selalu dikaitkan dengan tujuan perusahaan yang
hendak dicapai antara lain laba maksimum, volume penjualan, penguasaan
pasar dan kembalinya modal yang antara lain laba maksimum, volume
penjualan, penguasaan pasar dan kembalinya modal yang tertanam dalam
jangka waktu tertentu.
g. Pengawasan pemerintah
Pengawasan ini dapat berupa penentuan harga maksimum dan minimum
Deskriminasi harga serta praktek-praktek lain yang mendorong atau menengah
2.1.4.3. Strategi Penetapan Harga
Penetapan harga, merupakan harga produk yang ditetapkan oleh
perusahaan berdasarkan tiga pandangan yang meliputi :
a. Biaya
Penetapan harga yang dilandaskan atas dasar biaya produksinya dan kemudian
ditambah dengan margin keuntungan yang diinginkan.
b. Konsumen
Penetapan harga yang dilandaskan atas dasar konsumen yaitu harga ditetapkan
atas dasar selera konsumen. Apabila selera atau permintaan konsumen
menghendaki harga jual tinggi maka sebaiknya harga jualnya tinggi pula.
c. Persaingan
Penetapan harga antara lain adalah dasar persaingan. Dengan situasi tertentu
perusahaan seringkali menetapkan harga jualnya karena pertimbangan untuk
memenangkan persaingan.
2.1.4.4. Tujuan Penetapan Harga
Dalam strategi penetapan harga, manajer harus terlebih dahulu menetapkan
tujuan penetapan harga. Tujuan tersebut berasal dari perusahaan itu sendiri yang
selalu berusaha menetapkan harga barang dari perusahaan itu sendiri yang selalu
menetapkan harga setepat mungkin. Penentuan harga biasanya dilakukan dengan
mengadakan beberapa perubahan untuk menguji pasarnya, diterima atau tidaknya
oleh pasar. Jika pasar tidak menerima penawaran tersebut berarti harga perlu
Beberapa tujuan perusahaan dalam menetapkan harga produknya menurut
Swastha dan Irawan (2001:242) antara lain :
a. Meningkatkan penjualan
b. Mempertahankan dan memperbaiki market share
c. Stabilitas harga
d. Mencapai target pengembalian
e. Mencapai laba maksimum
2.1.5. Distribusi
Menurut Lupiyoadi (2001:80) berhubungan dengan bagaimana cara
penyampaian produk kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi
berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan
operasi
Distribusi sebuah produk akan intensif ketika produk itu ditempatkan di
banyak toko untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengangkat citra produk
dan memperoleh bantuan dari ritel, perusahaan cenderung mendistribusikan
produknya secara eksklusif dan selektif dibandingkan secara intensif. (Yoo, et al.,
2000)
2.1.6. Promosi
Tjiptono (2002: 219) menjelaskan pendapatnya bahwa promosi merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun
tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan
pernah membelinya.
Advertising adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal
berupa presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa. Tujuan periklanan adalah
tugas komunikasi yang spesifik dan tingkatan pencapaian yang akan diselesaikan
dengan konsumen yang spesifik pada waktu tertentu, karenanya periklanan dapat
mempengaruhi ekuitas merek dalam berbagai cara. Hal ini dapat menciptakan
awareness dari merek dan peningkatan probabilitas bahwa merek dimasukkan ke
dalam bentuk-bentuk yang dapat membangkitkan awareness konsumen.
(Setiawan dan Afiff, 2007)
Kotler (1997: 257) mengemukakan pendapatnya bahwa perusahaan dapat
melakukan periklanan dan kampanye promosi yang digunakan pada pasar atau
mengubahnya untuk pemasaran pada masing-masing daerah, oleh Kotler proses
ini disebut sebagai komunikasi adaptasi. Dalam hal ini perusahaan dapat
mengubah pesannya menjadi empat macam : pertama, menggunakan satu pesan
diman-mana, variasi hanya pada bahasa, nama, dan warna. Kedua, kemungkinan
menggunakan tema global yang sama tetapi berbeda untuk untuk masing-masing
pasar lokal. Ketiga, mengembangkan iklan karena global, dari sini masing-masing
negara memilih yang pantas. Keempat, perusahaan mengijinkan manajer
masing-masing negara untuk menciptakan kreasi iklan yang spesifik di negaranya, dan
tentunya sesuai dengan panduan yang ada.
Masih menurut Kotler (1997: 337) alat-alat promosi yang dapat digunakan
promosi penjualan, dan hubungan masyarakat”. Dan menjelaskan pula bahwa
promosi adalah berhubungan dengan tenaga penjualan (sales), periklanan,
promosi penjualan, dan publisitas”.
Pembagian alat-alat promosi yang serupa juga dikemukakan Tjiptono
(2002) menyebutkan bahwa promosi terdiri dari periklanan, publisitas, promosi
penjualan, dan penjualan personal. Lebih lanjut lagi Tjiptono juga menyebutkan
bahwa bauran promosi terdiri dari: personal selling, mass selling, terdiri atas
periklanan dan publisitas, promosi penjualan, public relations (hubungan
masyarakat) dan direct marketing
Seperti yang telah diketahui bahwa promosi merupakan salah satu unsur
dari bauran pemasaran yang tidak kalah penting peranannya daripada elemen
bauran pemasaran lainnya. Perusahaan menggunakan promosi sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan konsumen dan memberitahukan produk atau jasa
yang ditawarkan.
Promosi menurut William, et al, (1990: 365) promosi adalah elemen dari
bauran pemasaran organisasi yang bertugas untuk memberikan informasi,
membujuk, dan mengingatkan pasaran akan produk organisasi.
Dari definisi – definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada
dasarnya tujuan dari dilakukannya promosi adalah melakukan komunikasi dengan
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha agar
konsumen mau membeli produk yang ditawarkan oleh produsen. Selain itu
melalui promosidapat dibangun kesan terhadap perusahaan atau terhadap produk
bahwa produk tersebut tersedia dipasar, memelihara agar produk yang dikenal
oleh konsumen tetap dikenal oleh masyarakat dan masih banyak fungsi lainnya
yang dapat dikerjakan oleh promosi
2.1.7. Keputusan Pembelian Konsumen 2.1.7.1. Pengertian Keputusan Pembelian
Menurut Sunarto (2003 : 150) keputusan membeli adalah suatu proses
pengambilan keputusan yang di lakukan untuk menetapkan kebutuhan akan
barang dan jasa yang perlu dibeli serta mengidentifikasi, mengevaluasi dan
memilih diantara alternatif merek.
Menurut Nugroho (2003 : 413) keputusan membeli adalah suatu proses
pemilihan diantara dua atau lebih ;alternatif dimana semua aspek perilaku dan
kondisi dilibatkan dalam suatu pengambilan keputusan konsumen, termasuk
pengetahuan, arti kepercayaan, perhatian dan pemahaman akan suatu produk yang
ditawarkan.
Menurut Tjiptono (2001 : 20) proses pengambilan keputusan pembelian
sangat bervariasi. Prose pengambilan keputusan dimana konsumen mengenal
masalahnya kemudian diambil suatu tindakan keputusan mengkonsumsi.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa atribut
produk berupa merek, kemsan dan harga mempunyai hubungan dengan keputusan
membeli. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono (2001 : 103) bahwa atribut
produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen
2.1.7.2. Sub Keputusan Pembelian
Dalam melaksanakan niat pembelian konsumen dapat membuat 5 sub
pembelian, yaitu :
1) Keputusan merek
2) Keputusan pemasok
3) Keputusan kuantitas
4) Keputusan waktu
5) Keputusan metode pembiayaan
2.1.7.3. Proses Keputusan Membeli
Menurut Kotler (2000 : 162) untuk meninjau tahap-tahap yang dilewati
pembeli untuk mencapai keputusan membeli Adapun tahap-tahap dalam proses
keputusan membeli melewati 5 tahap antara lain :
Gambar 2.1
Proses Keputusan Membeli
Tingkah
1) Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli dimulai dari pengenalan kebutuhan, dimana
pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli dapat dipicu
tahap ini, pemasar harus meliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan
atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik mereka dan bagaimana
hal menarik itu membawa konsumen untuk membeli.
2) Pencarian informasi
Tahap dari proses keputusan pembelian yang merangsang
konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, di mana konsumen
mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari
informasi. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber.
Sumber ini termasuk :
1. Sumber pribadi : keluarga , teman, tetangga dan kenalan
2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan
3. Sumber publik : media massa, organisasi, penilaian konsumen
4. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, menggunakan
produk.
3) Evaluasi Alternatif
Tahap dalam proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam
perangkat pilihan.
Setelah konsumen mendapatkan informasi maka konsumen
memilih diantara alternative sehingga konsumen mengolah informasi
Pertama : Perusahaan menganggap bahwa setiap konsumen melihat
produk sebagai kumpulan atribut produk. Seperti mutu.
kemudahan, ukuran. harga dan atribut lainnya.
Kedua : Konsumen akan memberikan tingkat arti penting yang
berbeda antara kebutuhan dan keinginan.
Ketiga : Konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap atribut
produk sehingga membangun citra merek.
Keempat : Harapan akan tercapainya kepuasan produk.
Kelima : Konsumen sampai pada sikap terhadap mempertimbangkan
merek yang berbeda.
4) Keputusan Membeli
Tahap dari proses keputusan pembelian yaitu ketika konsumen
benar-benar membeli produk. Pada umumnya keputusan membeli
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai. Tetapi dua faktor
yang muncul dalam proses keputusan membeli yaitu minat untuk membeli
dan keputusan untuk. membeli. Faktor yang dapat menimbulkan keputusan
membeli yaitu faktor pertama adalah sikap orang lain, dan faktor kedua
adalah faktor situasi yang tidak diharapkan.
5) Tingkah Laku Pasca Pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli yang terakhir merupakan
tingkah laku pasca pembelian yang merupakan suatu tindakan lebih lanjut
2.1.7.4. Jenis-Jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2000 : 160) jenis-jenis tingkah laku keputusan pembelian
antara lain:
a. Tingkah laku membeli yang kompleks
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang
dirasakan diantara merek.
Konsumen yang menjalani tingkah laku membeli yang kompleks
dalam pembelian ini akan melewati proses pembelajaran di mana
mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap dan
selanjutnya membuat pilihan membeli.
b. Tingkah Laku Membeli yang Mengurangi Ketidakcocokan
Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika
konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi
tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek
c. Tingkah Laku Membeli Yang merupakan kebiasaan
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan konsumen yang rendah dan beberapa perbedaan besar merek yang
dirasakan
d. Tingkah Laku Membeli Yang Mencari Variasi
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan
2.1.7.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keputusan Membeli
Menurut Engel, (2000 : 252) keputusan membeli, dimana hal-hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu Keragaman produk yang tersedia, lokasi (jarak),
harga, promosi penjualan, personel, pelayanan dan fasilitas - fasilitas yang
tersedia.
Sedangkan menurut Tjiptono (2004 : 30) keputusan konsumen didalam
mengkonsumsi jasa merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar
untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan sehingga
menjadikan suatu faktor yang mempengaruhi keputusan membeli jasa.
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap keputusan menkonsumsi jasa antara lain
yaitu :
1. Product merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa berupa apa saja baik yang berwujud
fisik atau tidak yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
2. Pricing merupakan keputusan berkenaan dengan penetapan harga. Keputusan
bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategi dan taktis seperti tingkatan
harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga
diantara berbagai kelompok pelanggan. Pada umumnya, aspek-aspek harga ini
mirip dengan yang biasa dijumpai pemasar barang.
3. Promotion Bauran promosi meliputi berbagai metode untuk
Meskipun secara garis besar bauran promosi untuk barang sama dengan jasa,
promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu pada upaya
meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa.
4. Place Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi
para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik
(misalnya keputusan mengenai di mana sebuah hotel atau restoran harus
didirikan), selain itu keputusan mengenai penggunaan perantara untuk
meningkatkan aksebilitas jasa bagi para pelanggan (misalnya apakah akan
menggunakan jasa agen berjalan ataukah harus memasarkan sendiri secara
langsung kepada konsumen. (contohnya delivery system).
5. People Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran
pemasaran jasa Oleh sebab itu Setiap organisasi jasa harus secara jelas
menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam interaksinya
dengan pelanggan. Untuk mencapai standar yang ditetapkan maka perusahaan
jasa harus memiliki karyawan yang memiliki skill dalam melayani pelanggan,
Karena semua itu merupakan keputusan bauran pemasaran jasa yang penting.
6. Physical Evidence, karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan
potensia tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Bukti fisik
ini bisa dalam berbagai bentuk misalnya variasi produk yang ditawarkan,
penampilan staf yang rapi dan sopan, ruangan yang nyaman serta
fasilitas-fasilitas lainnya yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
7. Process. Proses atau operasi merupakan faktor panting bagi konsumen yang
seringkali berperan sebagai pelanggan. Misalnya pelanggan restoran sangat
terpengaruh oleh cara staf melayani mereka dan lamanya menunggu selama
proses produksi atau penyajian makanan.
8. Customer service makna layanan pelanggan yang berbeda atau organisasi jasa.
Dalam sektor jasa layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kualitas total jasa
yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu tanggung jawab atas unsur
bauran pemasaran jasa ini tidak bisa diisolasi hanya pada bagian layanan
pelanggan, tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personel
perusahaan. Manajemen kualitas jasa yang ditawarkan kepada pelanggan
berkaitan erat dengan kebijakan desain produk dan personalia
2.1.8. Jenis Perilaku Konsumen
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantung pada jenis
keputusan pembelian. Terdapat empat jenis perilaku konsumen berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek (Kotler, 2002 :
202-204), yaitu:
1. Perilaku pembelian yang rumit
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bilamana amat
terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan besar
diantara merek. Perilaku pembelian yang rumit itu lazim terjadi bila
2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan
Setelah melakukan pembelian, konsumen munkin mengalami suatu
ketidaknyamanan yang muncul setelah merasakan adanya adanya hal-hal yang
tidak mengenakan dari merek yang dibeli atau mendengar hal-hal yang bagus
mengenai merek yang tidak dibeli. Untuk mengurangi ketidaknyaman seperti
itu, komunikasi purna jual pemasar harus memberikan bukti dan dukungan
umtuk membantu konsumen merasa senang mengenai pilihan mereknya.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan
tudak adanya perbedaan merek yang signifikan. Jika konsumen tetap
mengambil merek yang sama, hal itu karena kebiasaan, bukan kesetiaan
terhadap merek yang kuat.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah
namun perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering
melakukan peralihan merek. Namun, pada kesempatan berikutnya konsumen
mungkin mengambil merek yang kain agar tidak bosan atau sekedar untuk
2.1. Kerangka Berpikir
Produk adalah segala sesuatu , baik menguntungkan atau tidak, yang
diperoleh melalui pertukarandan dapat ditawarkan kepada pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan.
Kualitas produk merupakan kemampuan yang bias dinilai dari suatu merk
dalam menjalankan fungsinya dengan berbagai manfaat dan keunggulan suatu
produk. Maka kualitas merupakan suatu pengertian gabungan dari daya tahan,
keandalan, ketepatan, kemudahan, pemeliharaan dan perbaikan serta segala factor
lainnya.
Harga merupakan salah satu atribut yang paling penting yang dievaluasi
oleh konsumen. Karena dalam situasi tertentu konsumen sangat sensitife terhadap
harga.
Berdasarkan kualitas dan harga di atas yang dapat menentukan keputusan
konsumen dalam membeli jaket kulit yang dipasarkan dan dijual pada kawasan
Selosari, Magetan yang diukur dengan menggunakan dimensi dua variabel yaitu
kualitas dan harga. Yang mana keduanya ini diharapkan akan menunjukkan
keputusan konsumen dalam membeli atau menggunakan jaket kulit yang
dipasarkan atau dijual oleh beberapa toko tersebut. Kemudian hasilnya akan
dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda untuk mengetahui
pengaruh kualitas dan harga terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket
Gambar 2.2 Kerangka berpikir
Kualitas Produk ( X1)
Keputusan Membeli
(Y)
Harga (X2)
2.2. Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalah, landasan teori dan
kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk dan harga produk
secara simultan terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket kulit di
Magetan.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk dan harga produk
secara parsial terhadap keputusan konsumen dalam membeli jaket kulit di
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai,
sedangkan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
3.1.1 Kualitas Produk dan Harga /Variabel Bebas (X)
Kualitas dan harga adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting
oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk melakukan
pembelian, antara lain :
1. Kualitas Produk (X1)
Kualitas produk merupakan kemampuan yang bias dinilai dari suatu merk
dalam menjalankan fungsinya dengan berbagai manfaat dan keunggulan suatu
produk. Maka kualitas merupakan suatu pengertian gabungan dari daya tahan,
keandalan, ketepatan, kemudahan, pemeliharaan dan perbaikan produk.
Indikatornya adalah :
a. Kualitas kulit sesuai dengan harapan konsumen.
b. Kualitas kulit sesuai dengan manfaat konsumen.
d. Keunggulan kualitas kulit.
Cara pengukurannya menggunakan skala likert, dengan penilaian sebagai
berikut :
Sangat tidak setuju = 1
Tidak setuju = 2
Ragu- ragu = 3
Setuju = 4
Sangat setuju = 5
2. Harga (X2)
Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh
barang yang dikehendaki atau untuk membayar suatu jasa. Indikatornya
adalah :
a. Kesesuaian harga dengan kemampuan konsumen.
b. Kesesuaian harga dengan manfaat yang diperoleh konsumen.
c. Potongan harga.
d. Kesesuaian harga dengan kualitas kulit.
Cara pengukurannya menggunakan skala likert, dengan penilaian sebagai
berikut :
Sangat tidak setuju = 1
Tidak setuju = 2
Ragu- ragu = 3
Setuju = 4
3.1.2 Keputusan Membeli/Variabel Terikat (Y)
Keputusan membeli (Y) merupakan tanggapan konsumen terhadap
pengaruh kualitas dan harga produk dalam melakukan keputusan pembelian.
Keputusan membeli adalah suatu proses pengambilan keputusan yang di lakukan
untuk menetapkan kebutuhan akan barang dan jasa yang perlu dibeli serta
mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih diantara alternatif produk.
Indikatornya adalah :
a. Bahan dasar.
b. Minat untuk membeli.
c. Keputusan memilih pengrajin jaket kulit di kota Magetan.
Cara pengukurannya menggunakan skala likert, dengan penilaian sebagai berikut :
Sangat tidak sesuai = 1
Tidak sesuai = 2
Cukup = 3
Sesuai = 4
Sangat sesuai = 5
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu (Riduwan, 2004:55). Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah konsumen yang membeli jaket kulit di kota
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2004:56). Karena jumlah populasinya tidak
diketahui secara pasti maka untuk menentukan sampel yaitu dengan menggunakan
rumus Unknown Populations.
n =
Zα = ukuran tingkat kepercayaan dengan α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95
% berarti Z 1/2.95 % = Z0,475 dalam table ditemukan 1,96)
= standar deviasi (0,25)
e = standart error/kesalahan yang dapat ditoleransi (5 % = 0,05)
n =
Dengan demikian jumlah sampel yang diambil sebanyak 96 responden (di
3.2.3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel secara non probability dengan menggunakan
teknik purposive sampling (Riduwan, 2004 : 63), yaitu teknik sampling yang
digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu
di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
Artinya responden yang dipilih adalah konsumen yang membeli produk jaket
kulit di Jl. Sawo, Selosari, Magetan.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
(Hasan, 2002:82) adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian (dari sumber asli, tanpa melalui
perantara).
3.3.2. Sumber Data
Sumber data penelitian diperoleh dari responden yang berasal tiga tempat
yaitu konsumen yang membeli produk jaket kulit pada toko Praktis, toko Barokah
dan toko Pahala di Jl. Sawo, Selosari, Magetan.
3.3.3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi sebagai
menggunakan kuesioner / angket. Kuesioner (Sugiyono, 2005:135) merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
3.4. Pengujian Kualitas Data
Proses pengambilan data sangat mungkin membutuhkan biaya, waktu dan
tenaga yang besar, padahal data itu dapat menjadi tidak berguna karena kuesioner
yang digunakan tidak memilki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Tanpa
informasi tersebut pembaca menjadi kurang yakin mengenai apakah data yang
dikumpulkan betul-betul menggambarkan fenomena yang ingin diukur. Oleh
karena itu, agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka
informasi yang menyangkut validitas dan reliabilitas alat pengukur haruslah
disampaikan agar data yang diperoleh menjadi valid dan reliabel.
3.4.1. Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur, dalam arti
alat ukur yang digunakan untuk mengukur itu valid. Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui apakah item-item pertanyaan yang tersaji didalam kuesioner
benar-benar mampu mengungkapkan pasti yang akan diteliti dan mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Dalam hal ini koefisien korelasi yang nilai signifikansinya
lebih kecil dari 5% (level of significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut
Untuk menguji validitas instrumen dilakukan dengan cara mengkorelasi
skor jawaban yang diperoleh pada setiap item dengan skor total dari keseluruhan
item instrumen dengan teknik korelasi Product Moment
Rumus validitas menurut Umar (2002:105) adalah :
r =
X = skor total tiap-tiap item
Y = skor total
3.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hal hasil pengukuran relative
konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali. Reliabilitas adalah suatu
nilai yang menunjukkkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala
yang sama. Untuk menguji reliabilitas konsumen yang skornya bukan 0-1, tetapi
merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk
skala 1-3, 1-5 atau 1-7, dan seterusnya dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik dari Cronbach.
Beberapa langkah pokok dalam analisis reliabilitas ini secara teori adalah
a. Menjumlahkan skor pertanyaan nomor genap (x) dengan skor ganjil (y).
b. Mencari koefisien korelasi momen tangkar (produk momen) r xy
antara x dan y.
c. Melakukan koreksi r xx dengan rumusan spearman brown (koeffisien
korelasi genap-gasal
Rumus reliabilitas menurut Umar (2002:120) adalah:
r 11 =
k = banyak butir pertanyaan
2
3.5. Metode Analisis Data 3.5.1. Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dalam hal
ini regresi linier berganda dapat digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh
kualitas dan harga produk yang dipertimbangkan konsumen untuk membeli
produk jaket kulit adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = variable yang akan diramal
a = bilangan konstanta
X1,X2, = kualitas dan harga
b1,b2, = koefisien regresi yang berhubungan dengan masing-masing variable
bebas X1, X2,
Kemudian dilakukan uji asumsi klasik pada model regresi yang diperoleh
untuk mengetahui apakah model yang didapatkan telah memenuhi asumsi klasik
yang ada. Karena dalam analisis regresi linier berganda terdapat beberapa asumsi
yang harus dipenuhi agar persamaan regresi yang dihasilkan akan valid jika
digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen (Santosa P. dan Ashari,
2005 ;231).
Beberapa asumsi klasik tersebut adalah (Sulaiman, 2004: 88-89) :
1. Normalitas
Pengujian terhadap normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi
data. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila data mengikuti
bentuk distribusi normal, yaitu memusat pada nilai rata-rata dan median
(Santosa P dan Ashari, 2005 : 231). Salah satu cara untuk mengetahui bentuk
distribusi data adalah dengan menggunakan plot probabilitas normal (normal
probability plot). Dalam plot ini, masing-masing nilai pengamatan
dipasangkan dengan nilai harapan dari distribusi normal. Adapun dasar
a. Jika titik-titik (data) menyebar disekitar garis diagonal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika titk-titik (data) menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi
tik memenuhi asumsi normalitas.
2. Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti terdapat hubungan (korelasi) di antara beberapa atau
semua variable independent dalam model regresi (Sulaiman, 2004 : 89). suatu
model regresi yang baik mengasumsikan bahwa tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflations Factor) dan
tolerance. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Multikolinieritas dapat dilihat dari Tolerance dan Variance Inflation Factor
(VIF). Batas non multikolinieritas yaitu nilai VIF ≤ 10 dan mempunyai
tolerance > 0,10, hal ini berarti dalam model regresi tidak terdapat
multikolinieritas. (Ghozali, 2002:57-59).
Suatu model regresi dikatakan bebas dari gejala multikolinearitas apabila nilai
VIF < 10 dan tolerance value > 0,10. apabila model regresi terjadi
multikolinearitas maka salah satu cara penenggulangannya adalah dengan
mengeluarkan salah satu dari variable independent yang saling berkorelasi
3. Heterokedastisitas
Salah satu asumsi penting dalam model regresi linier berganda adalah bahwa
varians dan residual dari salah satu pengamatan ke pengamatan yang lain
adalah tetap (Santosa P. dan Ashari , 2005 : 242). Apabila asumsi tersebut
tidak terpenuhi berarti terjadi gejala heteroskedasitas. Salah satu cara untuk
mendeteksi terjadi atau tidaknya heteroskedasitas adalah dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana sumbu X adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu Y adalah residual (Yprediksi - Ysesungguhnya ) yang
telah di-studentized (Santosa S,2000 :210). Adapun dasar pengambilan
keputusan dalah sebagai berikut:
a. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
telah terjadi heteroskedasitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titk menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
c. Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
d. Nilai Probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas
3.5.2. Uji Hipotesis
3.5.2.1.Uji F (Secara Simultan)
Melakukan uji F untuk melihat pengaruh variabel bebas, yaitu
jaket kulit terhadap variabel terikat, yaitu keputusan membeli secara simultan
(bersama-sama).
Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis yang diuji
Ho : β1 = 0 Terdapat pengaruh tidak signifikan secara simultan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
H1 : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antar variabel
bebas dengan variabel terikat.
b. Menentukan level signifikan (α ) sebesar 0,05
c. Menentukan nilai Fhitung
Fhitung =
(Sugiyono, 2007 :219)
Keterangan:
R² = koefisien korelasi berganda
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah anggota sample
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung R² adalah sebagai
Keterangan:
R² = koefisien korelasi berganda
JKR= jumlah kuadrat regresi
JKT= jumlah kuadrat total
Kegunaan dari R² adalah untuk mengukur kesesuaian garis regresi .
dalam hal ini, secara sistematis besarnya nilai R² adalah 0 ≤ R² ≤ 1. Di mana,
jika nilai R² mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat untuk model
regresi dalam menerangkan variansi variabel terikat. Sebaliknya, jika R²
mendekati 0 maka semakin lemah model regresi dalam menerangkan variansi
variabel bebas dan variabel terikat.
Membandingkan nilai Ftabel dengan Fhitung :
1. Bila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel
bebas (X1,X2,) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel
terikat (Y)
2. Bila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima danH1 ditolak, artinya variabel bebas
(X1,X2,) berpengaruh tidak signifikan secara simultan terhadap variabel
terikat (Y)
3.5.2.2 Uji t ( Secara Parsial )
Melakukan uji t untuk menguji tingkat signifikan terhadap pengaruh
variable bebas, yaitu faktor-faktor kualitas dan harga produk yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli pelumas jaket kulit terhadap variabel
Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis yang akan diuji
H0 : β1 = 0 Terdapat pengaruh tidak signifikan secara parsial antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
H0 : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel
bebas dengan variabel terikat.
b. Menentukan level signifikan (α) sebesar 0,05
c. Menentukan nilai thitung
thitung =
2
1 2
r n r
(Sugiyono, 2007 : 215)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi antar variabel
n = jumlah anggota sampel
Membandingkan antara nilai thitung dengan nilai ttabel :
1. Bila -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel
bebas (X1,X2,) berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap
variabel terikat (Y)
2. Bila ttabel < ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya
variabel bebas (X1,X2,) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap