• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS WASTE PADA FREIGHT FORWARDING COMPANY DENGAN METODE VALUE STREAM MAPPING (STUDI KASUS: PT. XYZ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS WASTE PADA FREIGHT FORWARDING COMPANY DENGAN METODE VALUE STREAM MAPPING (STUDI KASUS: PT. XYZ)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WASTE PADA FREIGHT FORWARDING COMPANY DENGAN METODE VALUE STREAM MAPPING

(STUDI KASUS: PT. XYZ)

Khansa Aspi Putri1, Dwi Nurma Heitasari1*

1Logistik Migas, PEM Akamigas, Jalan Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, 58315 Email : [email protected]

ABSTRAK

Freight forwarding company merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa keagenan dan bertindak sebagai perantara antara eksportir dan importir. Dalam rangkaian aktivitas tersebut sering terjadi waste, terutama waste of waiting. PT. XYZ merupakan freight forwarding company yang memiliki salah satu aktivitas berupa ekspor Medium Density Fiberboard (MDF) ke beberapa negara di Timur Tengah. Mereduksi waste pada aktivitas ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan service level perusahaan dengan cara mengklasfikasikan aktivitas sebagai value added maupun non value added activity. Upaya ini dapat dilakukan dengan metode Value Stream Mapping yang merupakan salah satu pendekatan dari Lean Thinking dengan menggunakan fishbone diagram guna menganalisis akar penyebab permasalahan pada current state map. Hasil analisis pada current state map ditindaklanjuti dengan mendesain future state map guna menghasilkan rekomendasi perbaikan untuk mereduksi waste of waiting terutama pada non value added activity. Hasil analisis current state map aktivitas ekspor MDF menunjukkan bahwa pemborosan waktu paling banyak terjadi pada proses shipping MDF dari warehousing service PT.XYZ menuju pelabuhan yaitu sebesar 25,3 jam atau sebesar 22% dari total . Desain future state map mampu mereduksi pemborosan waktu menjadi 8% atau 7,8 jam dari total keseluruhan aktivitas.

Kata Kunci : Ekspor, Waste, value stream mapping

1. PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya waktu, aktivitas ekspor yang ada di Indonesia mengalami peningkatan. Dalam pelaksanaannya, sebagai shipper membutuhkan jasa keagenan guna mengurusi rangkaian kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan udara [2]. Adapun cakupan aktivitasnya berupa penerimaan, penyimpanan, pengepakan, pengukuran, penimbangan, dan biaya-biaya lainnya yang berkenaan dengan pengiriman barang tersebut sampai dan diterima oleh importir.

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang International Freight forwarding service dengan berbagai cakupan aktivitas diantaranya adalah proses shipping MDF dari warehousing service PT.XYZ menuju pelabuhan untuk dilakukan proses muat.

Medium Density Fiberboard (MDF) merupakan salah satu dari jenis papan serat yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerapatannya, dimana pada umumnya dimanfaatkan sebagai material furniture dan perabot rumah tangga. Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2021 : Nilai ekspor tertinggi pada sektor kayu adalah olahan kayu lapis dengan nilai ekspor USD 297,5 juta, yang mana mengalami pertumbuhan sebesar 3,3%

dari tahun sebelumnya [17]. Kegiatan freight forwarding service harus mencapai prinsip

(2)

dari jadwal seharusnya, sehingga menimbulkan waste bagi PT. XYZ sebagai freight forwarding service. Oleh sebab itu, penelitian ini membatasi analisis waste berupa waste of waiting pada proses ekspor. Faktor eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan ekspor ini adalah adanya regulasi terbaru mengenai covid-19 terhadap kegiatan ekspor impor serta negara tujuan yang mengalami konflik menyebabkan sulitnya menemukan kapal angkutan tujuan negara tersebut. Akibat dari penundaan tersebut salah satu aktivitas ekspor yaitu shipping MDF dari warehousing service PT.XYZ menuju pelabuhan mengalami waste of waiting, bila tidak dilakukan perbaikan maka aktivitas ini akan menimbulkan cost tambahan seperti biaya demurrage yang harus di bayarakan.

Proses analisis penyebab waste of waiting menggunakan salah satu perbaikan dari Lean manufacturing yaitu value stream mapping digunakan untuk dapat memetakan aliran kegiatan untuk mengidentifikasi terjadinya pemborosan pada suatu proses [6]. Didukung dengan pengumpulan data bersifat kualitatif dengan teknik snowball sampling. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan area penelitian untuk menjabarkan penyebab yang menjadi prioritas penanganan, sehingga non value added activity dapat di reduce dan diberikan usulan solusi perbaikannya.

Terlebih lagi, pada penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yaitu Rahmat Hidayat, dkk (2014) dengan judul Penerapan Lean manufacturing dengan Metode Value Stream Mapping (VSM) dan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) untuk mengurangi Waste pada Produk Plywood (Studi Kasus Dept. Produksi PT. Kutai Timber Indonesia) [10]. Penelitian lainnya oleh Rahmad Agustian Tambunan, dkk (2018) dengan judul Penerapan Lean Manufacturing menggunakan Value Stream Mapping (VSM) untuk mengidentifikasi waste & performance Improvment, dimana mengidentifikasi adanya waste berupa motion sehingga diberikan usulan solusi perbaikan [3]. Serta penelitian yang dilakukan oleh Miftahkhul Jannah dan Dewi Siswanti (2017) yang berjudul Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Mereduksi Over Production Waste Menggunakan Value Stream Mapping dan Fishbone Diagram [16]. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Waste of waiting pada Freight forwarding service di PT. XYZ”.

2. METODE

Metode penelitian merupakan langkah ilmiah yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun elemen dalam analisis dan interpretasi data yang terkait dengan metode penelitian ini, diantaranya jenis penelitian, teknik pengumpulan data dan pengolahan data, sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Sifat kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari lama waktu aktivitas yang berlangsung selama pelaksanaan dan pemetaan kegiatan menjadi value added dan non value added activity. Sementara sifat kuantitatif ditandai dengan perhitungan presentase aktivitas yang tidak bernilai tambah sebelum dan sesudah di reduce.

Pengukuran lama waktu setiap proses berdasarkan keterlibatan langsung peneliti selama kegiatan berlangsung serta dilakukan wawancara dengan teknik snowball sampling serta didukung dengan dokumentasi.

(3)

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data

B. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data pada penelitian ini menggunakan salah satu pendekatan dari Lean manufacturing, yaitu pemetaan aliran aktivitas dengan metode Value stream mapping. Tahapan-tahapan dalam memetakan alir aktivitas antara lain: (1) mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan kegiatan real di lapangan, (2) mengkategorikan aktivitas ekspor menjadi value added dan non value added activity pada tahap current state map, (3) Mengidentifikasi akar penyebab permasalahan berdasarkan aktivitas mana yang menghasilkan waste of waiting paling besar menggunakan fishbone diagram, (4) Memberikan usulan solusi perbaikan, (5) Pembuatan future state map dari aktivitas yang waste of time nya telah di reduce.

3. PEMBAHASAN

Pada aktivitas ekspor di PT. XYZ, data yang digunakan adalah data waktu yang bersifat primer berdasarkan situasi nyata di lapangan yang didukung dengan teknik snowball sampling dan dokumentasi. Dimana data tersebut telah disetujui dan diseleksi kebenarannya agar dapat diimplementasikan sebagai kajian penelitian

A. Current state map

Salah satu langkah penyelesaian metode VSM adalah current state map, dimana untuk mengetahui rangkaian proses ekspor yang terdapat di PT.XYZ. Langkah ini dilakukan untuk mengkategorikan suatu proses menjadi value added dan non value added activity berdasarkan analisa yang dilakukan selama survey dan observasi lapangan, dokumentasi pribadi, dan catatan yang didukung dengan data perusahaan dan juga wawancara dengan teknik snowball sampling. Pada pelaksanaannya, teknik snowball sampling merupakan suatu teknik yang multitahapa, didasarkan pada analogi bola salju.

Dimulai dengan beberapa orang atau kasus, kemudian meluas berdasarkan hubungan-hubungan terhadap responden [17].

Non value added activity pada proses ekspor akan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu delay (D), idle (I), dan transportation (T). Yang mana pada pengelompokkan ini akan mengklasifikasikan apakah proses yang tidak bernilai tambah tersebut harus dihilangkan ataukah metode nya yang perlu diperbaiki guna mereduce waste of waiting.

Non value added activity ini tentu akan berpengaruh terhadap Key Performance Indicator

Teknik

Data/Dokumen Jenis Data Responden

Pengumpulan Data

Observasi

Waktu setiap kegiatan pada aktivitas shipping MDF dari warehousing service PT. XYZ menuju pelabuhan

Data Primer

Operator warehousing dan Operator Ekspor

impor Snowball sampling

Jenis aktivitas yang menjadi non value added activity, waste yang terjadi pada satu kali proses ekspor, dan penyebab

timbulnya waste

Data Primer

Direktur dan Komisaris, Operator Ekspor impor, warehouse and inventory

spv (Wawancara)

Dokumentasi

Proses trucking service, Layout warehousing, Data ekspor MDF, dan

Data ritase trucking service

Operator warehousing

Sekunder impor

(4)

tabel value added dan non value added activity pada proses ekspor MDF yang mengalami penundaan :

Tabel 2. Pengelompokkan VA dan NVA proses ekspor MD

No Aktivitas VA NVA (Jam)

Keterangan (Jam) D I T

1 Pemberitahuan

0,50 informasi diberitahuan oleh pabrik dengan mssenggunakan L/C

Ekspor

2 Pengumpulan

4

sebelum masuk ke proses selanjutnya, freight forwarder harus melengkapi dokumen seperti Shipping Instruction, packing list serta L/C untuk di ajukan pada instansi terkait

Dokumen

3 Pengajuan PEB 2 dibuat oleh freight forwarder dan diajukan ke bea cukai bahwa akan dilaksanakan proses ekspor 4 Pengajuan PLAB 2

Diajukan ke syahbandar untuk memberitahukan bahwa akan ada kegiatan ekspor di pelabuhan dengan spesifikasi kapal tertera

5 Penerbitan NPE 3 5

NPE diterbitkan oleh bea cukai yang mana bila terlalu lama diterbitkannya maka berdampak pada proses ekspor selanjutnya, yang mana bila NPE tidak diterbitkan maka aktivtas ekspor selanjutnya atau pengurusan dokumen selanjutnya tidak bisa dilaksanakan, oleh sebab itu termasuk dalam kategori NVA idle.

6 Penerbitan

2

Invoice diterbitkan oleh freight forwarding sebagai tagihan yang harus dibayarkan oleh shipper.

Penerbitanya pun menyesuaikan dengan kondisi kegiatan ekspor, bila memungkinkan maka, invoice akan segera di terbitkan sebelum kegiatan ekspor berakhir. Namun, jika kegiatan ekspor memiliki kendala yang tidak dapat diprediksi selama di lapangan, maka invoice akan diterbitkan setelah kegiatan ekspor berakhir.

Invoice

7

Shipment dari

2 20

Shipping dari warehousing menuju pelabuhan menghasilkan non value added berupa delay, hal ini terjadi dikarenakan proses picking dan packing MDF yang ada di trailer terlalu lama karena mengutamakan aspek safety, sistem yang digunakan dalam menerbitkan delivery order dan perhitungan jumlah ritae trucking secara manual,

serta komoditi deffect yang harus diperbaiki dan juga estimasi waktu driver melakukan packing tidak sesuai target. Disamping itu, proses shipping ini juga diakibatkan oleh faktor cuaca yaitu

terjadinya hujan sehingga mengakibatkan

terjadinya NVA berupa delay. Waiting shipping ini sangat berakibat besar bila terjadi penundaan karena dapat berdampak pada loading kapal ekspor tidak sesuai schedule sehingga bila hal tersebut terjadi hal terburuknya maka perusahaan harus membayar demurrage ke shipping agent.

warehousing ke pelabuhan

(5)

8 Loading Kapal 72 0,30

Berdasarkan dengan jumlah muatan ekspor dan trucking service yang digunakan, telah ditetapkan estimasi waktu loading kapal pada kegiatan ekspor.

Namun hal ini terkait dengan shipment dari warehousing menuju pelabuhan yang mengalami penundaan. Oleh sebab itu, bila terjadi hujan maka trucking service harus berhenti dan berada di warehousing maupun pelabuhan berikat untuk mengantri dilakukan muat guna menghindari komoditi dari terkena hujan karena karakteristik MDF yang rentan defect bila terkena air. Proses muat ini termasuk NVA delay karena pada saat loading hanya terdapat 1 unit forklift sebagai material handling dengan estimasi waktu loading selama 3 hari. Hal ini berkaitan dengan shipping dari warehousing menuju pelabuhan bila terjadi pemborosan waktu maka akan menghasilkan demurage bagi perusahaan.

Perbandingan Waktu 87,5 25,3

Total Waktu 112,8

Dari tabel pengelompokkan proses ekspor menjadi value added dan non value added activity berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa proses ekspor MDF mengalami keterlambatan schedule selama ± 4 bulan memerlukan waktu selama 112,8 jam dengan value added activity selama 87,5 jam dan non value added activity selama 25,3 jam.

Non Value Added

22%

Value Added 78%

Gambar 1. Diagram VA dan NVA proses ekspor MDF

Pada diagram perbandingan VA dan NVA proses ekspor MDF, jumlah non value added activity yang ditimbulkan hampir ¼ dari jumlah waktu keseluruhan proses ekspor. Yaitu sebesar 22% dengan kegiatan yang menghasilkan waste of waiting paling banyak adalah shipment MDF dari warehousing service PT. XYZ menuju pelabuhan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi akar penyebab permasalahan terjadinya waste of waiting pada proses ini dengan menggunakan fishbone diagram.

B. Fishbone diagram

Setelah diketahui value added dan non value added activity yang paling besar berdasarkan current state map pada proses ekspor yang mengalami penundaan schedule, maka perlu dilakukan identifikasi akar penyebab permasalahannya dengan bantuan fishbone diagram yang kemudian dapat diberikan usulan solusi perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah dengan dilakukan diskusi langsung bersama atasan dan karyawan terkait di PT.XYZ. penggunaan fishbone diagram dimaksudkan untuk mempermudah kerangka berfikir. Berikut merupakan hasil analisis penyebab waste of

(6)

Gambar 2. Fishbone diagram penyebab waste of waiting pada shipping MDF dari warehousing service PT. XYZ menuju pelabuhan

Dari hasil analisis menggunakan fishbone diagram diatas dapat diketahui bahwa terdapat 6 kategori yang dapat menyebabkan terjadinya waste of waiting pada proses shipping MDF dari warehousing service PT. XYZ menuju pelabuhan adalah sebagai berikut:

1) Machine

Transportasi yang digunakan selama proses dilaksanakan berjumlah 3 unit trailer dimana tidak seimbang dengan demand komoditi sejumlah 4.153 crate. Guna memenuhi target, PT.XYZ harus menyewa angkutan tambahan agar proses muat berlangsung tepat waktu. Material Handling Equipment (MHE) berupa forklift yang digunakan juga hanya 1 unit, dimana waktu guna operasi MHE ini juga diperhatikan sehingga sempat terjadi pemberhentian handling sementara dan mengakibatkan waktu tunggu

2) Methode

Metode yang dilakukan juga bersifat manual diantaranya adalah manual tally dan manual checking MDF keluar dari warehousing service. Manual tally bertugas untuk menerbitkan delivery order (DO) dan surat jalan pada tiap trucking service yang keluar dari warehousing service. Karena dilakukan pencatatan secara manual mengakibatkan banyak trucking service yang harus menunggu dokumen terbit sebelum meninggalkan warehousing service. Sementara itu, Manual checking MDF keluar juga dilakukan oleh pekerja, dimana harus memastikan apakah komoditi mengalami kerusakan atau tidak. Hal ini juga memberikan waktu tunggu cukup lama

3) Material

Akibat hadling operator yang kurang berhati-hati serta kurangnya training yang memadai, kerap kali terjadi kerusakan MDF seperti pallet yang patah karena tidak sesuai ketika garpu pada forklift mengangkat palet. Bisa juga diakibatkan karena palet yang tidak kuat. Bukan hanya itu, cover MDF dan tali simpai sebagai pengikat yang putus juga perlu dilakukan perbaikan, namun dengan alat yang kurang memadai mengakibatkan proses repair menghabiskan waktu yang cukup lama

4) Man

Ketidakseimbangan antara pekerja, jumlah MDF dan juga target waktu ekspor mengakibatkan terjadinya human error. Seperti proses packing yang dilakukan di trailer tidak sesuai dengan estimasi waktu seharusnya, mengakibatkan operator menjadi terburu- buru sehingga menimbulkan kesalahan dan packing pun harus diulang

5) Measurement

Perhitungan stok yang keliru sehingga harus dilakukan beberapa kali pengulangan juga terkait dengan metode yang dilakukan secara manual. Tidak hanya itu rekapan

(7)

jumlah ritase trailer dilakukan diakhir sehingga menimbulkan kekeliruan karena proses telah selesai dilaksanakan

6) Mileu

Faktor eksternal yang tidak dapat diperkirakan adalah cuaca, cuaca yang tidak mendukung seperti hujan berdampak pada waktu shipment tidak bisa dilaksanakan. Hal tersebut berdampak pada kerusaka MDF bila shipment dipaksakan. Tidak hanya itu packing MDF yang kurang rapi oleh driver eksternal juga menghasilkan waktu tunggu yang cukup lama. Sementara itu, minim nya komunikasi antara operator yang ada dipelabuhan dan operator yang ada di warehousing juga menyebabkan terjadinya pemborosan waktu tunggu. Bila hal ini terjadi tentu saja mengakibatkan waktu tunggu pengapalan dan perusahaan diharuskan membayar demurage (biaya tambahan waktu tunggu kapal) selama proses ekspor

C. Usulan Solusi Perbaikan

Setelah menyamakan presepsi analisis dengan fishbone diagram dan hasil kesimpulan dari data yang diperoleh dengan snowball sampling, maka penulis dapat memberikan usulan solusi perbaikan berdasarkan penyebab terjadinya waste of waiting pada proses shipping MDF dari warehousing menuju pelabuhan, antara lain:

1) Pemberian Training kepada operator

Guna meningkatkan kompetensi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang telah dimiliki agar mengurangi terjadinya human error, maka dapat diberikan usulan bagi perusahaan memberikan training secara berkala untuk menambah pengetahuan dan praktik langsung dalam pengorperasian alat dan kegiatan di lapangan. Pentingnya training dan sertifikasi bagi pekerja agar dapat meminimalaisir unsafety condition ketika bekerja terutama saat mengoperasikan alat berat

2) Pembuatan Sistem Terintegrasi

Sistem yang terintegrasi dan tidak bersifat manual sangat dibutuhkan perusahaan dalam mempermudah antar kegiatan agar proses menjadi lebih efektif dan efisien. Seperti adanya pendataan otomatis mengenai jumlah MDF keluar dari warehousing, pembuatan delivery order dan surat jalan angkutan serta dapat langsung dihitung berapa jumlah ritase setip angkutan tanpa harus dilakukan ketika proses ekspor telah selesai dilaksanakan. Hal ini tentu mempermudah dan mengurangi waktu tunggu tanpa harus mendata secara manual

3) P e nin gkat an komunikasi antar sesama operator dan shipper

Komunikasi antar sesama operator baik yang berada di warehousing maupun pelabuhan harus ditingkatkan, agar tidak terjadi selisih mengenai sisa MDF yang berada digudang dan berapa jumlah MDF yang telah dimuat di palka kapal. Selain itu, peningkatan komunikasi antara shipper dan freight forwarding service juga sangat diperlukan terkait perkiraan waktu persiapan ekspor dan dilakukan nya ekspor agar tidak terjadikesalahpahaman antar kedua belah pihak dan tidak ada pihak yang dirugikan

D. Future state map

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab waste dan diberikan usulan solusi perbaikan oleh penulis, maka dilakukanlah tahap akhir dalam analisis value stream mapping ini yaitu pembuatan future state map[6]. Future state map ini dapat dijadikan landasan perbaikan untuk ditetapkan di area kerja nyata

(8)

Analisis future state map dibuat dengan menggunakan aplikasi bernama Visio.

Aplikasi ini merupakan pembuatan chart dan juga mapping salah satunya adalah value stream mapping. Pada future state map berisikan rangkaian proses ekspor yang mana non value added activity berupa waste of waiting nya telah di reduce. Adapun pembuatan future state map berdasarkan usulan solusi perbaikan yang diberikan penulis sebagai berikut :

Gambar 3. Future state map proses Ekspor MDF

Berkenaan dengan future state map yang telah dibuat, maka pengurangan waste of time terhadap non value added activity tersebut dapat dilakukan berdasarkan usulan solusi yang diberikan oleh penulis. Seluruh aktivitas merupakan value added activity karena sangat diperlukan, namun metode pelaksanaannya yang harus diperbaiki karena menghasilkan 25% jam dari total keseluruhan waktu ekspor sebelum di reduce.

Dari hasil analisis menggunakan metode value stream mapping didukung data kualitatif dengan snowball sampling, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekspor MDF yang memberikan waste of waiting paling tinggi terletak pada proses shipping medium density fiberboard dari warehousing menuju pelabuhan. Yang mana, jumlah waktu shipping sebelum dilakukan analisis value stream mappingsebesar 112,8 jam dimana 87,5 jam value added activity dan 25,3 jam non value added activity dengan presentase 22% untuk waste of waiting.

Sementara itu, setelah dilakukannya analisis value stream mapping jumlah non value added activity berkurang menjadi 8% yaitu sebesar 7,8 jam dari total waktu keseluruhan proses ekspor yaitu 95,3 jam. Dengan demikian langkah- langkah yang dilakukan untuk me reduce waste of waiting pada non value added activity untuk proses ekspor dikatakan berhasil berdasarkan data yang diperoleh dan langkah-langkah analisa yang dilakukan untuk menghasilkan usulan solusi perbaikan.

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis waste of waiting pada freight forwarding guna mengetahui aktivitas mana yang merupakan non value added activity, kemudian diberikan usulan solusi perbaikan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Non value added activity yang terdapat pada proses ekspor MDF menghasilkan waste of waiting yang cukup besar yaitu 25% dari hasil keseruhan aktivitas.

Dimana aktivitas yang menghasilkan waste of waiting paling besar adalah proses shipping MDF dari warehousing service menuju pelabuhan. Dengan menggunakan metode

(9)

value stream mapping, menghasilkan jumlah waste of waiting sebesar 25,3 jam dengan presentase 22% yang mana berhasil di reduce dan mengalami penurunan sebesar total 7,8 jam dengan presentase 8%. Penurunan yang cukup signifikan ini tentu telah melewati langkah- langkah analisis pada metode value stream mapping.

Didukung dengan penggunaan fishbone diagram guna mengidentifikasi akar penyebab permasalahan, dapat dirumuskan bahwa faktor penyebab terjadinya waste of waiting pada aktivitas shipping MDF dari warehousing service PT. XYZ menuju pelabuhan yaitu Machine diakibatkan oleh sistem eror dan alat angkutan terbatas. Methode diakibatkan oleh manual tally dan manual checking MDF keluar. Material diakibatkan oleh alat repair yang kurang memadai dan MDF yang mengalami kerusakan. Man diakibatkan oleh operator yang kurang sigap, ketidakseimbangan pekerja (overload), dan human error. Measurement diakibatkan oleh perhitungan stok keliru dan rekap ritase trucking service diakhir proses ekspor. Dan yang terakhir faktor Mileu yang diakibatkan oleh cuaca hujan, minim komunikasi dengan operator di pelabuhan dan packing MDF yang kurang rapi.

Oleh sebab itu, maka usulan solusi perbaikan berdasarkan hasil analisis tersebut adalah pemberian training kepada operator, pembuatan sistem yang terintegrasi serta peningkatan komunikasi antar sesala operator dan shipper. Hal ini bertujuan agar dapat meminimalisir cost tambahan yang muncul serta terjadinya demurrage yang harus dihindari bagi PT. XYZ selaku freight forwarding service.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] [Perpres RI] Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2012. Nomor 26 Tahun

2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Jakarta : Perpres RI

[2] [Kemenhub RI] Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2015.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Jasa Pengurusan Transportasi. Jakarta : Kemenhub RI

[3] Agustian Tambunan Rahmad, dkk. (2018). Penerapan Lean Manufacturing menggunakan Value Stream Mapping (VSM) untuk mengidentifikasi waste &

performance Improvment pada UKM Shoes and Care. Universitas Diponegoro.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/20497/19303

[4] Alyayusa Hanna Zahda (2019). Analisis Efektivitas Procurement Dengan Metode Pemilihan Menggunakan Value stream mapping di PT. Gagas Energi Indonesia [Kertas Kerja Wajib]. Cepu, Blora Jawa Tengah : Program Sarjana Terapan PEM Akamigas [5] Amir M.S. (2013). Ekspor Impor Teori dan Penerapannya. Cetakan kedelapan.

Jakarta Pusat : Lembaga Manajemen PPM.

[6] Anders Nielsen. (2008). Gretting Started With Value stream mapping. British Columbia : Gardiner Nielsen Associates INC.

[7] Anugrah Muhammad, dkk. (2016). Usulan Pengurangan Waste Pada Proses Produksi Menggunakan Waste Assesment Model dan Value stream mapping di PT. X. Institut

Teknologi Nasional, 4(01).

https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/view/1058

[8] Daniel Ivan Subianto (2020). Analisis Proses Ekspor Menggunakan Value stream mapping di PT. Korman Kencana Expressindo [Kertas Kerja Wajib]. Cepu, Blora Jawa tengah : Program Sarjana Terapan PEM Akamigas

[9] Ervita Indriani Setyaningsih. (2009). Peranan Forwarder Dalam Menunjang Aktivitas Ekspor Pada PT. Arindo Jaya Mandiri Semarang. Universitas Sebelas Maret.

https://eprints.uns.ac.id/3424/1/161652608201007391.pdf

(10)

[12] Ir. Henry Ruswoto CpSCM. (2020). Sistem Penyimpanan & Alat Bantu. Cepu, Blora Jawa Tengah : PEM Akamigas

[13] Ir. Henry Ruswoto CpSCM. (2020). Warehouse Operation I. Cepu, Blora Jawa Tengah : PEM Akamigas

[14] Ir. Henry Ruswoto CpSCM. (2020). Warehouse Operation II. Cepu, Blora Jawa Tengah : PEM Akamigas

[15] Johnie Danie. (2011). Sampling Essentials . USA : Howard University

[16] Miftahul Jannah&Dewi Siswanti. (2017). Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Mereduksi Over Production Waste Menggunakan Value Stream Mapping dan Fishbone

Diagram. Sekolah Tinggi Teknik Malang.

https://jurnal.stt.web.id/index.php/Teknik/article/view/77/51

[17] Nurdiani Nina (2014). Teknik Sampling Snowball. Binus University.

https://media.neliti.com/media/publications/165822-ID-teknik-sampling snowball-dalam- penelitia.pdf

[18] Rizka Isditami Syarif (2021). Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia Maret 2021.

Kementerian dalam Negeri.

http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2021/05/NL_APRIL_2021_rev_3 _compressed_(1)(1).pdf

[19] Supply Chain Indonesia. 2020. Data Ekspor Indonesia Edisi Maret 2020.

[20] uyono. (2007). Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta : PPM Manajemen

Gambar

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
tabel value added dan non value added activity pada proses ekspor MDF yang mengalami  penundaan   :
Gambar 1. Diagram VA dan NVA proses ekspor MDF
Gambar 2. Fishbone diagram penyebab waste of waiting pada shipping MDF  dari warehousing service PT
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemborosan yang menjadi perhatian adalah terjadinya waktu menunggu antar proses yang panjang untuk masing-masing komponen yang dapat dilihat pada.. current

Usulan perbaikan dengan mengunakan Process Activity Mapping , telah mereduksi waktu yang termasuk non value adding activity. dimana ada waktu aktivitas delay

Non value added pada future state dapat berkurang dikarenakan adanya perbaikan yang membantu mengurangi waktu menunggu di blending & bulking silo sebanyak 84,71

Ringkasan perbandingan current state value stream mapping dengan future state value stream mapping dari segi waktu yang dibutuhkan dan jumlah aktivitas yang

Kondisi current state mapping proses penyediaan medicines & consumables perusahaan bidang pelayanan jasa kesehatan pada client TEP, terdapat total presentase value

Waktu untuk aktivitas non value added masih terlalu besar, hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan Berdasarkan gambar current state

Berdasarkan perancangan future state mapping yang dibuat, maka diketahui lead time yang didapat adalah sebesar 1.192 detik dengan value added ratio sebesar

Ringkasan perbandingan current state value stream mapping dengan future state value stream mapping dari segi waktu yang dibutuhkan dan jumlah aktivitas yang dilakukan