• Tidak ada hasil yang ditemukan

ULAT KANTONG HAMA POTENSIAL PADA TANAMAN KAKAO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ULAT KANTONG HAMA POTENSIAL PADA TANAMAN KAKAO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ULAT KANTONG HAMA POTENSIAL PADA TANAMAN KAKAO

Oleh: Ir. Evy Taviana PS., M.Si.

(POPT Ahli Muda pada BPTP Pontianak)

Budidaya kakao menghadapi banyak kendala di lapangan, antara lain serangan hama dan penyakit tanaman atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi kakao. Rendahnya produktivitas kakao terutama kakao rakyat karena pada umumnya petani kakao belum banyak menanam benih unggul yang dianjurkan, kebanyakan kakao yang ditanam berasal dari benih asalan sehingga produksinya rendah dan rentan serangan OPT. Rendahnya produktivitas kakao di beberapa sentra produksi kakao juga banyak disebabkan oleh kondisi perawatan dan pemeliharaan kebun. Banyak tanaman yang diusahakan petani kondisinya tidak terawat dan tidak produktif karena pemeliharaan tanaman yang ada kurang maksimal.

Pemupukan seringkali tidak sesuai dengan anjuran pemangkasan dan kebersihan kebun juga jarang diperhatikan sehingga tanaman tidak produktif bahkan mendorong meningkatnya serangan OPT.

Besarnya hasil produksi akan berdampak secara signifikan terhadap pendapatan petani kakao, semakin tinggi produksi kakao maka pendapatan petani kakao meningkat dan juga sebaliknya. Upaya peningkatan produktivitas tanaman kakao dapat dilakukan melalui optimalisasi perawatan kakao dan penanganan pasca panen yang tepat.

Perawatan merupakan kegiatan pemeliharaan semua aspek pertumbuhan tanaman kakao mulai dari periode belum menghasilkan hingga periode tanaman menghasilkan.

Selain itu, perawatan merupakan upaya memastikan tanaman tetap dapat berproduksi secara ekonomis, perawatan yang kurang optimal dapat menurunkan produktivitas tanaman (Asare and David, 2011)

Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2019, produktivitas rata-rata biji kakao di Indonesia hanya mencapai 742 kg per hektar, sedangkan potensi produksinya dapat melebihi 1,5 ton per hektar. Kualitas benih tanaman yang digunakan, serta perawatan tanaman yang kurang maksimal berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan OPT yang selanjutnya berdampak pada produksi dan produktifitas tanaman kakao. OPT merupakan salah satu faktor pembatas produksi dan penyebab ditolaknya produk masuk ke suatu Negara, karena dikhawatirkan akan menjadi hama di Negara tujuan. Selain itu, dalam kaitannya dengan OPT yang terbawa pada produk pertanian yang akan diekspor, akan menjadi hambatan yang sangat berarti dalam perdagangan internasional.

Serangan Hama pada Kakao seperti penggerek buah kakao (Canopomorha cramerella), penggerek batang cabang merah (Zeuzera coffeae) dan pengisap buah (Helopelthis sp), merupakan hama utama pada tanaman kakao dan sudah banyak dikenal. Hama utama (major pest) merupakan spesies hama yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas yang tinggi di suatu daerah dan seringkali mencakup areal yang luas dan

(2)

tanaman kakao juga ditemukan ulat kantong. Keberadaan ulat kantong pada tanaman kakao belum dikategorikan sebagai hama utama, karena belum menyebar secara luas dan belum memberikan dampak kerugian secara ekonomi. Namun keberadaan ulat kantong ini perlu diwaspadai sebagai hama potensial pada tanaman kakao.

Hama potensial (potential pest) merupakan spesies hama yang dalam kondisi normal pada ekosistem pertanian, tidak pemah menyebabkan kerugian berarti. Hama ini kebanyakan adalah organisme-organisme herbivora yang saling berkompetisi dalam mendapatkan inang. Golongan hama ini disebut hama potensial karena kedudukannya dalam rantai makanan, mereka mempunyai potensi untuk berubah menjadi hama yang membahayakan ketika terjadi perubahan kondisi agroekosistem yang mendukung perkembangannya akibat kesalahan pengelolaan oleh manusia atau perubahan iklim (Untung 1993)

Ulat kantong merupakan hama potensial perusak daun, serangan yang berat dapat menyebabkan defoliasi pada tanaman. Ulat kantong termasuk kelompok serangga pemakan tumbuhan (herbivora) yang bersifat polifag (mempunyai banyak tanaman inang dari berbagai jenis tumbuhan). Ulat kantong sering menjadi hama pada pertanaman kelapa sawit, coklat, kina, teh, kopi, dan tanaman palem-paleman (Kalshoven 1981).

Kemampuan berkembang biak ulat kantong sangat tinggi bila lingkungan mendukung, seperti misalnya pada musim kemarau metamorfosis dapat terjadi lebih cepat, pupa akan lebih cepat menjadi imago dan segera melakukan perkawinan yang menghasilkan ratusan bahkan ribuan telur, sehingga dapat terjadi ledakan populasi secara tiba-tiba.

Penyebaran ulat kantong dibantu oleh angin, manusia dan binatang lainnya (Kalshoven, 1981; Borror et al., 1992)

Populasi dan intensitas serangan ulat kantong yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi, karena terganggunya proses fotosintesis yang dapat mempengaruhi proses pembentukan buah. Serangan ulat kantong pada awalnya hanya terlokalisasi pada beberapa tanaman saja. Namun apabila populasi ulat kantong meledak, maka serangannya akan merata pada semua tanaman dalam suatu areal.

Diperlukan tindakan pemantauan yang intensif di daerah yang terserang dan daerah sekitarnya untuk mencegah terjadinya ledakan populasi dan penyebaran ke daerah lain atau komoditas lain.

Pada bulan Januari 2022 telah dilaksanakan pengamatan untuk melakukan inventarisasi jenis-jenis ulat kantong yang menyerang tanaman kakao. Kegiatan ini dilaksanakan di kebun koleksi BPTP Pontianak. Pengamatan dilakukan terhadap 31 tanaman kakao yang terdapat di kebun koleksi yang terletak di halaman BPTP Pontianak. Hasil inventarisasi pada tanaman kakao di kebun koleksi BPTP Pontianak ditemukan 9 jenis ulat kantong, yang menyerang pada daun maupun buah kakao.

Hasil pengamatan ditemukan berbagai variasi bentuk dan ukuran kantong. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kantong, juga berbeda-beda seperti potongan daun atau

(3)

(Lichenes) ataupun sutera yang dikeluarkan oleh larva itu sendiri. Variasi atau perbedaan materi yang digunakan untuk menutup atau membentuk kantong, menghasilkan kantong yang beragam dalam bentuk, ukuran, warna maupun struktur dan taksturnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya ciri khas kantong dari masing-masing ulat kantong walaupun tidak menutup kemungkinan adanya kemiripan kantong antar spesies. Selama pengamatan, ditemukan sembilan jenis ulat kantong di mana masing-masing ulat kantong memiliki ciri khas.

Spesies 1

Gambar 1. Ulat kantong yang ditemukan pada ranting dan permukaan bawah daun, ukuran kantong tinggi 12 mm dan diameter bagian tengah 2 mm

Spesies 2

Gambar 2. Ulat kantong ini memiliki ciri khas, yaitu bentuk kantong seperti pagoda. Panjang kantung 7 mm dan diameter kantong (dasar/anterior =7,2 mm puncak/posterior = 2 mm,). Gejala yang ditimbulkan oleh ulat kantong ini adalah adanya lubang-lubang pada daun yang bentuknya lingkaran simetris

(4)

Spesies 3

Gambar 3. Spesies 3 ini hampir sama dengan spesies 2 namun lebih langsing dan lebih tinggi. Ukuran kantong tinggi 10 mm dan diameter kantong (dasar/anterior = 6 mm puncak/posterior = 2 mm,).

Spesies 4

Gambar 4. Kantong terbuat dari potongan-potongan daun, dengan ukuran dan penataan yang tidak beraturan, ukuran kantong tergantung pada ukuran potongan daun yang dilekatkan. Ukuran kantong bervariasi, yaitu tinggi 18 mm dan lebar 7 mm; tinggi 23 mm lebar 20 mm; dan tinggi 50 mm lebar 20 mm

(5)

Spesies 5

Gambar 5. Ulat kantong berukuran kecil, terdapat di bawah permukaan daun. Ukuran kantong tinggi 15 mm dan diameter bagian tengah 4 mm, berbentuk silindris dan mengecil pada bagian posterior

Spesies 6

Gambar 6. Ulat kantong berukuran kecil, terdapat di bawah permukaan daun. Ukuran kantong tinggi 12 mm dan diameter bagian tengah 3 mm. berbentuk silindris dengan bagian tengah cembung dan mengecil pada bagian anterior dan posterior.

Bagian posterior lebih kecil daripada bagian anterior

(6)

Spesies 7 Kakao

Gambar 7. Ulat kantong berukuran kecil terdapat pada buah dan memakan kulit buah. Ukuran kantong tinggi 15 mm dan diameter bagian tengah 5 mm. berbentuk silindris dengan baian tengah cembung dan mengecil pada bagian anterior dan posterior.

Bagian posterior lebih besar daripada bagian anterior

Spesies 8 Kakao

Gambar 8. Ulat kantong berukuran cukup besar terdapat pada buah kakao. Ukuran tinggi kantong 23 mm dan diameter bagian tengah 5 mm.

(7)

Spesies 9 Kakao

Gambar 9. Ulat kantong berukuran cukup besar dengan ukuran tinggi kantong 23 mm dan diameter bagian tengah 4 mm. terdapat pada permukaan bawah daun kakao

Perubahan lingkungan maupun pergeseran pola bertanam dan lain sebagainya dari suatu daerah pada suatu saat mengakibatkan pergeseran status hama dan penyakit tumbuhan. Guna mengurangi kerusakan tanaman sebelum panen (pra-harvest) maupun sesudah panen (post harvest), maka hama dan penyakit perlu dikendalikan dengan baik.

Upaya monitoring terhadap jasad pengganggu jarang dilakukan oleh petani. Petani lebih banyak menggunakan insektisida dalam pemberantasan hama, sehingga perlindungan tanaman mempunyai sinonim dengan penggunaan pestisida kimia

Perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan produksi tanaman atau produksi pertanian. Dengan demikian, perlindungan tanaman mempunyai peran untuk menjamin kepastian hasil dan memperkecil resiko berproduksi suatu tanaman, karena walaupun langkah-langkah lainnya dari budidaya suatu tanaman sudah dilakukan, seperti penggunaan varietas unggul, cara penanaman, pemupukan, penyiangan, pemanenan dan pasca panen telah dilaksanakan dengan baik, tetapi pengendalian OPT diabaikan, maka apa yang diberikan tidak berarti atau hilang.

Perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan dan dipercepat oleh berbagai aktivitas manusia yang berdampak cukup luas terhadap faktor kehidupan, termasuk pertanian.

Fluktuasi temperatur dan kelembapan udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman.

(8)

Referensi

Asare and David. 2011. Good Agricultural Practices for Sustainable Cocoa Production:

A Guide for Farmer Training. Manual no.1 : Planting, Replanting and Tree Diversification in Cocoa Systems. Forest and Landscape Denmark University of Copenhagen.

Borror, D.J., C.A. Triplehorn, N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Edisi ke 6. Soetiyono P. (penerjemah). Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. Terjemahan dari An Introduction to The Study of Insect. 1083 hal.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia 1019-2020 Kakao. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 74 hal.

Kalshoven, L.E.G. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Van Hoeve.

Jakarta. 701 hal.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.273 hal

Gambar

Gambar  2.  Ulat  kantong  ini  memiliki  ciri  khas,  yaitu  bentuk  kantong  seperti  pagoda
Gambar  4.  Kantong  terbuat dari  potongan-potongan  daun,  dengan  ukuran  dan penataan yang tidak beraturan, ukuran kantong tergantung pada ukuran  potongan daun yang dilekatkan
Gambar  6.  Ulat  kantong  berukuran  kecil,  terdapat  di  bawah  permukaan  daun.  Ukuran  kantong  tinggi  12  mm  dan diameter  bagian  tengah  3  mm
Gambar 7. Ulat kantong berukuran kecil terdapat pada buah dan  memakan  kulit  buah.  Ukuran  kantong  tinggi  15  mm  dan diameter  bagian  tengah  5  mm
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan peran karakter morfologi daun kedelai sebagai faktor pertahanan morfologi tanaman terhadap serangan hama ulat grayak

Gejala serangan hama ulat bawang pada tanaman bawang merah ditandai dengan.. adanya bercak putih transparan pada daun

Berdasarkan penelitian yang diamati, terdapat beberapa jenis serangga yang menjadi hama tanaman jabon, antara lain ulat kantong (Mahasena corbetti), belalang kembara

Berdasarkan penelitian yang diamati, terdapat beberapa jenis serangga yang menjadi hama tanaman jabon, antara lain ulat kantong ( Mahasena corbetti) , belalang kembara (

(2012) serangan ulat api maupun ulat kantung tidak mematikan tanaman, namun tetapi dengan adanya serangan dari hama ini daun pada tanaman kelapa sawit akan mengalami

Ulat (larva) menyerang daun muda dari bibit pakoba pada bagian tepi daun dengan memakannya, hingga tepi daun seperti robek, pada serangan berat menyebabkan daun berlubang dan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat serangan hama ulat kantung terbesar pada afdeling 2 terdapat pada blok B16h dengan persentase sebesar 30% dengan luas serangan

Pengendalian OPT UPDKS UPDKS Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Kerugian yang ditimbulkan berupa penurunan produksi sampai 69% pada tahun pertama setelah serangan dan ± 27% pada tahun