BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberi pertanggung jawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. Suatu rancangan penelitian harus disusun secara sistematis, mengikuti suatu pola tertentu yaitu masalah, tujuan, sumber data. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajaran matematika melalui pendekatan PMR dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran biasa. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Eksperimen adalah metode penelitian yang paling tepat untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara teorema- teorema dan menarik kesimpulan, hubungan sebab akibat itu ialah suatu hal yang penting dalam research. Karena penelitian ini merupakan studi eksperimen maka desain penelitian berbentuk Pre-test Post-test Control Group Design. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
A O X O
A O O
Ket: A = Pemilihan sampel secara acak
O = Tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen maupun kontrol X = Perlakuan pembelajaran matematika dengan Pendekatan PMR
Adapun pembelajaran pendekatan PMR yang dilakukan yaitu pada pokok bahasan pecahan dan agar tujuan penelitian tercapai dengan maksimal, diadakan pelatihan terhadap guru, yaitu melatih guru dengan pendekatan PMR, menjelaskan PMR, karakteristik, prinsip, langkah-langkah pelaksanaannya. Pelatihan dilaksanakan sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran ini, selama lebih kurang 1 minggu. Diharapkan setelah pelatihan guru ini, pembelajaran dapat berlangsung seperti yang diinginkan. Adapun sebagai bukti yang otentik terhadap hasil penelitian, peneliti melakukan recording terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan pendekatan PMR.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini ialah siswa kelas IV MIN I Banda Aceh sebanyak dua kelas. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang mempunyai kualitas kurang baik (sedang).
Menurut Darhim (2004), sekolah yang berasal dari level tinggi (baik) cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik dan baiknya itu bisa terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang dilakukan, demikian juga dengan sekolah yang berasal dari level rendah (kurang), cenderung hasil belajarnya akan kurang baik (jelek) dan kurang (jelek) tersebut bisa terjadi bukan akibat kurang
baiknya pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini sekolah dengan level baik dan level rendah tidak dipilih sebagai subjek penelitian.
Kriteria sekolah sedang berdasarkan ranking sekolah yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Dasar setempat.
Adapun pemilihan kelas IV didasarkan atas pertimbangan bahwa siswa telah memiliki pra syarat yang cukup untuk materi yang menjadi objek penelitian ini. Sedangkan alasan dipilihnya sekolah dengan level sedang dikarenakan pada level ini kemampuan akademik siswa bersifat heterogen, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi terwakili.
Dari sekolah yang berlevel sedang tersebut, sampel diambil dua kelas secara acak, yaitu satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam hal ini ialah kelas yang diberi perlakuan pembelajaran PMR, sedangkan kelas kontrol ialah kelas yang diberi perlakuan pembelajaran biasa, yaitu pengajaran yang biasa guru lakukan.
Ada beberapa alasan pemilihan subjek penelitian, yaitu:
1. Dipilih siswa MIN I Banda Aceh dimaksudkan agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara nyata pada tempat tugas peneliti.
2. Pemilihan kelas IV didasarkan atas pertimbangan bahwa siswa telah memiliki prasyarat yang cukup untuk materi yang menjadi objek penelitian
3. Prestasi pelajaran matematika pada tahun pelajaran 2008/2009 berdasarkan nilai UAN matematika, siswa MIN I Banda Aceh berada pada tingkat sedang pada Kabupaten Kotamadya Banda Aceh, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengujianstrategi pembelajaran yang baru.
MIN I Banda Aceh merupakan salah satu sekolah Negeri yang setingkat dengan SD. Didirikan pada tanggal 1 Agustus 1959 oleh Inspeksi Pendidikan agama Provinsi Islam Aceh. Berkedudukan di Jambo Tape, Jl. Syiah Kuala, No. 9 Kota Banda Aceh. Nomor induk sekolahnya 11.11.71.03.005. Tanah MIN I Banda Aceh ini dulu milik Yayasan SMI/SMIA. Adapun luasnya 80 x 95 m 2.
Sedangkan jumlah siswa untuk kelas IV-1 30 orang dan kelas IV-5 30 orang. Setiap penerimaan siswa baru dalam tiap tahun ajaran, semua siswanya berasal dari tamatan Taman Kanak-kanak. Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi dan sore hari. Semua ruang dalam kondisi baik, terdiri dari 43 ruang, 34 kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kesehatan, 1 ruang LAB computer, 1 gudang dan 2 kamar kecil, dan sisanya ialah ruang kelas untuk proses pembelajaran. Sekolah ini di bawah pimpinan Ibu Marzunita, S. Ag.
C. Variabel Penelitian
Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent variables) dan variabel tidak bebas (dependent variables). Variabel bebasnya adalah pembelajaran melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR) sedangkan variabel tidak bebasnya adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita dan sikap siswa.
D. Waktu dan Tahap Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama lebih kurang 2 bulan, 8 kali pertemuan yang masing-masing 2x35 menit, karena untuk materi pokok pembelajaran pecahan alokasi waktu sebanyak 24 jam pelajaran.
Waktu untuk penelitian yaitu mulai dari tanggal 5 Februari 2009 sampai dengan 4 April 2009. Terdiri dari survei lapangan dan pengurusan izin, training guru mengenai pembelajaran PMR, pretes, pelaksanaan pembelajaran, postes, observasi terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung dan skala sikap.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu tahap persiapan komponen- komponen pembelajaran, tahap pembelajaran (pretes, pembelajaran, postes), tahap pengolahan dan analisis data serta penulisan laporan hasil penelitian.
E. Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga jenis instrumen yaitu soal tes matematika, format observasi selama pembelajaran dan angket tentang sikap siswa.
Adapun setiap jenis instrumen, soal tes matematika, format observasi selama pembelajaran dan angket sikap siswa terlebih dahulu diuji cobakan di luar kelas subjek penelitian. Sekolah yang menjadi tempat uji coba instrumen yaitu SDN Padjajaran.
1. Soal Tes Matematika
Tes sebagai instrumen pengumpul data ialah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes matematika digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Soal disusun dalam bentuk cerita sebanyak 10 butir.
Tes kemampuan menyelesaikan soal cerita ini disusun oleh penulis dengan langkah-langkah pengembangan sebagai berikut:
1. Membuat kisi-kisi soal yang sesuai dengan bahan ajar, kompetensi dasar dan indikator, soal, nomor soal, bobot nilai dan terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa.
2. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi tersebut serta membuat contoh kunci jawaban.
3. Menilai validitas isi soal tes yang berkaitan dengan kesesuaian antara indikator dengan soal tes dan kebenaran kunci jawaban oleh dosen pembimbing, mahasiswa S-2 UPI.
4. Mempertimbangkan keterbacaan soal yang dilakukan oleh mahasiswa S-2, guru bidang studi matematika kelas IV di SD Labschool UPI dan wawancara pada beberapa orang siswa SD, untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut dapat dipahami dengan baik atau tidak.
5. Menguji coba tes dengan subjek siswa kelas V SD Negeri Padjajaran yang selanjutnya data hasil ujicoba tersebut dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal, meliputi: validitas, reliabilitas, indeks kesukaran (IK) dan daya pembeda (DP).
Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis butir-butir soal tes ialah sebagai berikut:
a. Validitas butir soal
Berkaitan dengan pengujian validitas instrument, Arikunto (1995) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004). Untuk menguji validitas konstruksi (construct validity),dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang diukur dengan
berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara dimintai pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrument.
Setelah data di dapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis factor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument dengan rumus Pearson Product Moment.
∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑
−
−
= −
} ) ( .
}.{
) ( .
{
) ).(
( ) (
2 2
2
2 X n Y Y
X n
Y X XY
rhitung n
Dimana:rhitung = koefisien korelasi
∑
Xi = jumlah skor itemKlasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi menurut Suherman dan Sukjaya (1990) adalah sbb:
0,00 < rxy ≤ 0,20 validitas sangat rendah (SR) 0,20 < rxy ≤ 0,40 validitas rendah (RD)
0,40 < rxy ≤ 0,60 validitas sedang (SD) 0,60 < rxy ≤ 0,80 validitas tinggi (TG) 0,80 < rxy ≤ 1,00 validitas sangat tinggi (ST)
∑
Yi = jumlah skor total n = jumlah respondenKemudian untuk mengetahui signifikasi korelasi diuji dengan Uji-t dengan rumus sebagai berikut:
1 2
2
xy
xy r
r N
t −
= −
Keterangan: t = daya pembeda dari Uji-t N = jumlah subjek
rxy = koefisien korelasi untuk taraf nyata α , jika
) 2 2 )(
1 1
(− −
−t n
α < t <
) 2 2 )(
1 1 (− n−
t α , maka hipotesis diterima
(tidak signifikan), dalam hal lainnya ditolak (signifikan).
Untuk lebih jelasnya hasil validitas instrument soal tes matematika disajikan pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Hasil Validitas Instrument Soal Tes Matematika No rXY Interpretasi Validitas
hitung
t ttabel Keputusan
SR RD SD TG ST
1 -0.082 √ 0.420 1.706 Tidak Valid
2 0.447 √ 2.547 1.706 Valid
3 0.437 √ 2.477 1.706 Valid
4 0.589 √ 3.716 1.706 Valid
5 0.644 √ 4.292 1.706 Valid
6 0.633 √ 4.169 1.706 Valid
7 0.437 √ 2.477 1.706 Valid
8 0.604 √ 3.864 1.706 Valid
9 0.579 √ 3.621 1.706 Valid
10 0.661 √ 4.491 1.706 Valid
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh, untuk soal tes matematika, dari 10 soal hanya ada satu soal yang tidak valid, dan hanya 5 butir yang digunakan yaitu butir soal nomor 2,4,6,7 dan 10, soal tersebut dipilih karena memiliki nilai korelasi yang tinggi dan juga mewakili setiap indikator soal.
b. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda- beda.
Untuk menguji reliabilitas alat ukur (instrumen), terlebih dahulu menghitung korelasi product moment dengan rumus:
Selanjutnya menghitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearman Brown
XY XY
r r r
= + 1
2
11
Mencari rtabel apabila diketahui signifikansi untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2).
Kaidah keputusan : Jika r11> rtabel berarti reliabel Jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel
Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang dibuat oleh Guildford dalam Ruseffendi, (1998).
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r Kriteria
Kurang dari 0,20 0,20-0,40 0,40-0,70 0,70-0,90 0,90-1,00
Reliabilitasnya kecil Reliabilitasnya Rendah Reliabilitasnya Sedang Reliabilitasnya Tinggi Reliabilitasnya Sangat tinggi
{ ∑ ∑− ∑
− ∑ }{ ∑ ∑
− ∑ }
= 2 2 2 2
) ( )
(
) )(
(
Y Y
n X X
n
Y X XY
rXY n
Hasil perhitungan dan interpretasi yang berkenaan dengan reliabilitas butir soal dalam penelitian ini dinyatakan pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan dan Interpretasi yang Berkenaan dengan Reliabilitas Butir Soal
No rXY Interpretasi Reliabel
r11 rtabel Keputusan
SR RD SD TG ST
1 -0.082 √ -0.178 0.38
Tidak Reliabel
2 0.447 √ 0.617 0.38 Reliabel
3 0.437 √ 0.608 0.38 Reliabel
4 0.589 √ 0.741 0.38 Reliabel
5 0.644 √ 0.783 0.38 Reliabel
6 0.633 √ 0.775 0.38 Reliabel
7 0.437 √ 0.608 0.38 Reliabel
8 0.604 √ 0.753 0.38 Reliabel
9 0.579 √ 0.733 0.38 Reliabel
10 0.661 √ 0.795 0.38 Reliabel
c. Analisis Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda dari sebuah butir soal menunjukkan kemampuan soal tes tersebut membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah.
Rumus yang digunakan untuk menghitung DP soal uraian, sbb:
A B A
JS JB DP= JB −
Ket: DP = daya pembeda soal
JBA = jumlah skor dari kelompok atas JBB = jumlah skor dari kelompok bawah JSA = jumlah skor maksimum kelompok atas
Klasifikasi besarnya DP hasil perhitungan di interpretasikan berdasarkan klasifikasi sbb:
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi DP
Nilai DP Interpretasi
DP ≤ 0,00 0,00 < DP ≤0,20 0,20 < DP ≤0,40 0,40 < DP ≤0,70 0,70 < DP ≤1,00
Sangat rendah Rendah Sedang Baik Sangat baik
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan daya pembeda hasil uji coba instrumen, akan disajikan pada Tabel 3.6
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Daya Pembeda
No
Indeks Daya Pembeda (%)
Interpretasi Daya Pembeda SR RD SD BK SB
1 0.00 √
2 6.25 √
3 37.50 √
4 21.88 √
5 46.88 √
6 50.00 √
7 18.75 √
8 71.88 √
9 59.38 √
10 43.75 √
d. Analisis Tingkat Kesukaran Tes
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan oleh Karno (1996), sbb:
) (
) (
B A
B A
I I
S TK S
+
= +
Ket: TK = indeks kesukaran
SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal atas
IB = jumlah skor ideal bawah
Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai DP interpretasi
TK≤ 0,00 0,00 < DP ≤0,30 0,30 < DP ≤0,70 0,70 < DP ≤1,00
TK = 1
Soal terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen, akan disajikan pada Tabel 3.8
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen
Dari uraian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen yang terdiri dari 5 butir soal dalam bentuk uraian tersebut dapat digunakan (dipakai) sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.
Adapun soal tes akan diberikan kepada siswa dalam 2 tahap masing- masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahap pertama mengadakan tes awal (pretes) yang diberikan kepada siswa sebelum dimulai kegiatan belajar mengajar.
No
Tingkat Kesukaran
(%)
Interpretasi Tingkat Kesukaran
SSK SK SD MD SMD
1 81.25 √
2 62.5 √
3 51.79 √
4 62.5 √
5 39.29 √
6 73.21 √
7 42.86 √
8 25 √
9 23.21 √
10 30.36 √
Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum diterapkan Pendekatan Matematika Realistik. Kemudian tahap kedua yaitu tes akhir (postes), penulis melakukan tes setelah selesai eksperimen, untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran PMR dan yang tidak menggunakan PMR, dengan maksud untuk mengetahui kemampuan atau pengetahuan siswa selama proses belajar mengajar.
2. Lembar Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan aktifitas dan interaksi antar siswa selama penelitian dilakukan. Observasi ini dilakukan guna mengamati secara langsung sehubungan dengan pengaruh dari pembelajaran PMR yang dilakukan melalui pendekatan soal cerita. Observasi ini berupa catatan peneliti mengenai segala sesuatu yang terjadi pada saat pengamatan berlangsung. Peristiwa atau sesuatu yang dianggap penting dicatat dengan singkat tanpa harus menuruti aturan tertentu. Menurut Akdon (2008), observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Adapun lebih jelasnya, aktivitas yang diamati terdiri dari delapan aspek, yaitu: Respon siswa terhadap masalah kontekstual, kreativitas siswa dalam memecahkan masalah kontekstual, berdiskusi/bertanya antara siswa dengan guru, berdiskusi antara sesama siswa, penggunaan alat bantu belajar, memperhatikan penjelasan teman, memperhatikan saran dan masukan dari guru, berprilaku yang
tidak relevan dengan KBM. Hasil pengamatan dinyatakan pada setiap aspek secara kualitatif dengan kategori:
B (Baik) berarti aktivitas yang diamati sering terjadi
C (Cukup) berarti aktivitas yang diamati kadang-kadang terjadi K (kurang) berarti aktivitas yang diamati jarang terjadi.
Kemudian hasil penelitian didapat dengan mengkonversikan nilai B menjadi 3, C menjadi 2 dan K menjadi 1. Yang kemudian setelah mengobservasi masing-masing pengamat menghitung rata-rata pada setiap aspek yang telah diamati, dan hasil akhirnya dinyatakan dengan persentase terhadap skor maksimum.
3. Skala Sikap
Angket skala sikap adalah lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan tentang cara-cara yang sering dilakukan dalam pelajaran matematika, harapan siswa dalam belajar matematika dan tanggapan terhadap model pembelajaran yang sering diterima. Pertanyaan berhubungan dengan perasaan selama mengikuti pembelajaran, pendapat tentang model pembelajaran yang dilaksanakan, serta pengaruh model pembelajaran yang dilaksanakan terhadap kondisi belajar. Lebih jelasnya, skala sikap ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengungkapkan tanggapan siswa secara umum terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita. Adapun angket ini terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif.
Sedangkan skala sikap yang dipakai pada penelitian ini yaitu model skala Likert, dengan pilihan respon SS (Sangat Setuju), S (setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pilihan jawaban N (Netral) tidak digunakan untuk menghindari jawaban aman (Netral). Penentuan skor skala sikap adalah dengan cara aposteori yaitu berdasarkan distribusi jawaban respoden.
F. Sistem Penskoran
Untuk memperoleh data yang didasarkan hasil penilaian secara objektif, maka diperlukan sistem penskoran yang proposional untuk tiap item soal. Soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita disusun dalam bentuk tes uraian.
Tabel 3.9
Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Reaksi terhadap soal/ masalah Skor
• Menunjukkan pemahaman yang tepat mengenai konsep-konsep dan prinsip masalah dalam matematika; sesuai dalam menggunakan istilah dan notasi matematika; dan melaksanakan algoritma-algoritma dengan benar dan lengkap.
4
• Hampir menunjukkan pemahaman yang tepat terhadap konsep dan prinsip masalah matematika; hampir sesuai dalam menggunakan istilah dan notasi matematika; dan melaksanakan algoritma-algoritma dengan lengkap. Melakukan perhitungan dengan benar tetapi masih ada kesalahan.
3
• Menunjukkan pemahaman dari beberapa konsep dan prinsip masalah
matematika. Melakukan penyelesaian yang salah. 2
• Menunjukkan pemahaman yang sangat terbatas pada konsep dan prinsip matematika; penyalahgunaan atau gagal pada penggunaan istilah matematika. Lebih banyak melakukan penyelesaian yang salah.
1
• Tidak memahami konsep dan prinsip matematika. 0
Sumber: The QCAI General Holistic Scoring Rubric
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Data yang berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa dikumpulkan dengan melalui tes hasil belajar (pretes dan postes)
2. Data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam belajar matematika sebagai akibat pembelajaran matematika realistik, dikumpulkan melalui angket skala sikap.
3. Data yang berkaitan dengan aktifitas siswa selama pembelajaran, dikumpulkan melalui lembar observasi siswa.
H. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.
Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0: µ1 = µ2 H1: µ1≠ µ2
Uji hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata, setelah sebelumnya dilakukan uji Normalitas, uji Homogenitas Varians.
1. Data Hasil Tes
Data hasil tes yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.
b. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g factor (N-Gains) dengan rumus:
g =
e Maks
e Post
S S
S S
Pr Pr
−
− (Hake dalam Meltzer, 2002)
Keterangan:
SPost = Skor Postes SPre = Skor pretes
SMaks = Skor maksimum
d. Menghitung rata-rata skor tes setiap kelas menggunakan rumus:
, .
1 1
∑
∑
=
= =k
i i k
i i i
f f x
x Ruseffendi (1998)
e. Menghitung standar deviasi untuk mengetahui penyebaran kelompok dan menunjukkan tingkat variansi kelompok data menggunakan rumus:
( )
,
1
2
∑
=
= k −
i i
n x
s x Ruseffendi (1998)
f. Menguji normalitas data untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak menggunakan rumus dari Ruseffendi (1998)
Uji Normalitas: =
∑
k −e e o
f f f
1
χ2
dengan χ2= chi-kuadrat
fo = frekuensi dari yang diamati fe = frekuensi yang diharapkan k = banyak kelas
g. Menguji homogenitas varians mengunakan rumus dari Ruseffendi (1998) Uji homogenitas varians: F = 2
2 2
2
k b kecil
besar
s s s
s =
dengan s = variansi terbesar b2
2
s = variansi terkecil k
h. Uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata, setelah data di uji ternyata berdistribusi normal dan homogen dengan menggunakan uji-t. Rumus hipotesisnya adalah:
Ho : µ1 = µ2 → Tidak terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa/ konvensional.
Ha : µ1 ≠ µ2 → Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa/
konvensional.
2. Data Angket Skala Sikap dan Hasil Observasi
Data hasil angket skala sikap siswa dianalisis untuk mengetahui sikap siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang diberikan dan soal-soal yang diberikan. Sedangkan data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan
Studi Kepustakaan
Rancangan Pembelajaran Biasa (Konvesional)
Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Pendekatan PMR
Pelaksanaan Pembelajaran Biasa (konvensional)
Postest
Kesimpulan Analisis Data Pengumpulan Data Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Pendekatan PMR I. Prosedur penelitian
Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data, maka disajikan langkah-langkah atau prosedur penelitian dalam bentuk bagan berikut:
Persiapan dan Jenis Instrument
a. Persiapan Instrument ; silabus, RPP, persiapan bahan ajar berupa LKS, kisi-kisi angket siswa, soal tes.
b. Jenis instrument; Tes, observasi, angket skala sikap.
ujicoba soal, uji coba terbatas, revisi, pengesahan instrument.
Pretest
Temuan
Penentuan subjek penelitian
Observasi dan angket sikap siswa.
Bagan. 1. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini adalah tahap penyusunan proposal yang diawali dengan kegiatan pengkajian teoritis berupa kajian pustaka terhadap pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes yang berbentuk soal cerita, lembar observasi, angket skala sikap. Adapun persiapan instrumennya terdiri dari silabus, RPP, persiapan bahan ajar berupa LKS, kisi-kisi angket siswa, soal tes, juga mempersiapkan buku matematika, dan alat peraga pada aplikasi penelitian. Instrumennya terlebih dahulu harus divalidasi dan diujicobakan terbatas kepada siswa, sebelum akhirnya diterapkan pada subjek penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini diawali dengan pemberian pretes kemampuan menyelesaikan soal cerita pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tujuan untuk melihat kesetaraan kemampuan awal. Setelah pretes dilakukan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR pada kelompok eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelompok kontrol. Pada setiap pembelajaran dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam setiap kelompok. Pendekatan pembelajaran ini akan dilaksanakan di kelas IV selama lebih kurang 8x pertemuan, yaitu yang berkisar antara 2x35 menit untuk 1x pertemuan. Adapun materi pelajarannya ialah menjelaskan arti pecahan dan urutannya, menyederhanakan berbagai bentuk pecahan, menjumlahkan pecahan, mengurangkan pecahan, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.