• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh NURHAYATI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh NURHAYATI NIM"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) POKOK

PEMBAHASAN KONFLIK SOSIAL (Terorisme) PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH LIMBUNG

KAB. GOWA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NURHAYATI NIM 10538 0686 08

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI NOVEMBER 2012

(2)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupannya“. (Qs. Al-Baqarah: 266)

“Jagalah Allah niscaya, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah ketika dalam keadaan longgar, niscaya Dia akan mengenalimu pada saat kamu dalam kesulitan. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu

memohon pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah”

(Al Hadits)

Kupersembahkan kerya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, serta sahabatku tersayang dan dorongan mu menunjang keberhasilanku. Semoga bermanfaat bagi Agama,

Bangsa dan Almamaterku.

vi

(3)

ABSTRAK

Nurhayati, 2012. Peningkatan hasil belajar sosiologi melalui pendekatan pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) pokok pembahasan konflik sosial (terorisme) pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah limbung Kab. Gowa.

Skripsi. Jurusan Pendidikan sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Abd. Salam dan Pembimbing II M. Syukur Hak.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pokok pembahasan konflik sosial (terorisme) pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah limbung Kab. Gowa.

Subjek penelitian adalah murid kelas XI sebanyak 40 orang. Pengumpulan data menggunakan tehnik tes, observasi , dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar sosiologi materi konflik sosial melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siswa kelas XI. Hal ini di tandai dengan peningkatan hasil belajar sosiologi dari segi kuantitatif, yaitu nilai rata-rata 69,7 pada siklus pertama kemudian meningkat menjadi 8,00 pada siklus kedua. Dari segi kualitatif yaitu pada siklus pertama dalam kategori cukup, kemudian meningkat menjadi kategori baik pada siklus kedua. Melalui pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) yakni membimbing, mengarahkan, dan kerjasama dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi konflik sosial. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dan keaktifan murid dalam mengikuti pelajaran, berupa: keaktifan menyimak penjelasan guru, aktif dalam kegiatan tanya jawab, mencatat materi pelajaran, mengerjakan soal-soal dalam LKS, dan peningkatan kemampuan menyelesaikan tugas-tugas lain yang diberikan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan Hasil Belajar Sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa melalui penerapan model Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengalami peningkatan.

Kata Kunci : Perbedaan Individu, karekteristik siswa dan motivasi belajar.

vii

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaykum Wrh Wbr

Alhamdulallahi Robbil „Alamin, segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Pokok Pembahasan Konflik Sosial (Terorisme) Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah Limbung Kab. Gowa” tepat pada waktunya.

Salam dan Salawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan panutan hingga akhir zaman, demikian juga kepada para sahabat dan keluarga Beliau serta orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam ad-diin ini.

Penyusunan skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam rangka menganalisis masalah-masalah seputar pembelajaran di kelas dengan jalan merancang, malaksanakan dan mereflesikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan sebagai salah satu persyaratan dalam melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi dan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan sosiologi, Jurusan Pendidikan, Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Sistematika penulisan proposal ini terdiri dari 3 bab, taitu Bab I Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil Penelitian, Bab II Tinjauan Pustakadan Kerangka Berpikir, Bab III Metode Penelitian yang meliputi Jenis

viii

(5)

Penelitian, Lokasi Penellitian dan Subjek Penelitian, Faktor Yang diteliti, Prosedur Penelitian, Tekhnik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, indikator keberhasilan. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasannya yang meliputi hasil penelitian Siklus I dan Siklus II. Dan Bab V Kesimpulan dan Saran-saran.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terdapat banyak hambatan dan rintangan namun berkat adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.. Tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Salam, M.Si. pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Muh. Syukur Hak, M.M. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd, selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. A. Sukri Samsyuri, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Drs. H. Nursalam, M.Si, selaku ketua jurusan pendidikan sosiologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan Kakanda Muh. Akhir, S.Pd, M.Pd, selaku sekertaris jurusan sosiologi yang telah banyak memberikan sumbansi saran dan ilmu yang bermanfaat selamat penyusunan skripsi ini. Bapak dan Ibu dosen Jurusan sosiologi terkhusus kepada bapak Jasmin, SE, selaku dosen mata

ix

(6)

kuliah penelitian ilmu sosiologi, yang telah banyak memberi masukan dan ilmunya.

6. Rasa terima kasih penulis haturkan kepada orang tua tercinta Ibunda Minari Dg. Baji dan Ayahanda Muh. Yusuf Dg. Se‟re yang tak bosan- bosannya memberi bantuan dan dorongan baik berupa bantuan moril maupun materil yang tak dapat mungkin penulis nilai dengan apapun demi kesuksesan penulis.

7. Spesial untuk kakanda Mukminin, ST yang telah banyak memberikan dukungan dan do‟anya dalam penulisan skripsi ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar khusnya jurusan pendidikan sosiologi yang juga telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis berharap saran-saran, kritik serta tanggapan dari para pembaca yang sifatnya membangun dalam perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik kedepannya. Dan hal ini menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi penulis. Dan terkhir semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat nantinya dalam meningkatkan kuwalitas mutu pendidikan dan pembelajaran sosiologi. Aamiin Wa’alaykumussalam Waranmatullahi Wbr

Makassar, November 2012

Penulis

x

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERSYARATAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PISTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Definisi Hasil Belajar ... 6

2. Sosiologi ... 9

3. Pendekatan Pembelajaran ATI ... 13

4. Konflik sosial (Terorisme) ... 19

ix

(8)

8

B. Kerangka Berpikir ... 28

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneitian ... 30

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 30

C. Waktu Penelitian ... 31

D. Faktor Yang Diteliti ... 31

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Tekhnik Pengumpulan Data ... 37

G. Tekhnik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 39

2. Hasil penelitian Siklus II ... 49

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran-saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

x

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.I. Statistik Skor Hasil Belajar Sosiologi Pada Siklus I ... 41 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes Siklus I

SMA Muhammadiyah Limbung ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes Siklus I

SMA Muhammadiyah Limbung ... 43 Tabel 4.4. Deksripsi Keaktifan Siswa Pada Lembar Observasi Siklus I ... 43 Tabel 4.5. Statistik Skor Hasil Belajar Sosiologi Pada Siklus II

SMA Muhammadiyah Limbung ... 47 Table 4.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes Siklus II

SMA Muhammadiyah Limbung ... 48 Table 4.7. Deksripsi Ketuntasan Belajar Sosiologi Siswa Siklus II

SMA Muhammadiyah Limbung ... 49 Tabel 4.8. Deksripsi Keaktifan Siswa Pada Lembar Observasi Siklus II ... 50

xi

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A ... 73 1. Silabus

2. RPP 3. LKS

Lampiran B ... 120 1. Instrumen Siklus I dan Siklus II

2. Instrumen Kemampuan Awal Siswa 3. Pedoman Penskoran

Lampiran C ... 126 1. Data Hasil Tes Siswa

2. Data Hasil Kuantitatif

3, Data Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siswa

Lampiran D ... 140 1. Daftar Hadir Siswa

2. Data ketuntasan Siswa 3. Lembar Observasi Siswa

Lampiran E ... 147 1. Lembar Pengesahan Judul Skripsi

2. Lembar Surat Penelitian

3. Lembar Surat Keterangan Penelitian

xiii

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia baik di dalam maupun diluar sistem persekolahan dewasa ini, telah mengalami perkembangan dengan pesat sebagai realisasi program pembangunan sejak Repelita pertama sampai masa demokrasi sekarang ini. Hal ini menunjukan bahwa sistem pendidikan tetap menjadi usaha meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Peranan pendidikan sangat penting bagi generasi penerus bangsa sehingga pemerintah secara terus menerus melakukan pembenahan Pendidikan Nasional dan hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 2 tentang sistem pendidikan nasional yang merumuskan secara umum mengenai dasar, dan fungsi pendidikan nasional. Undang-undang No.

20 Tahun 2003 pasal 2 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, sedangkan fungsinya yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam TAP MPR No. II / MPR/ !993 tentang GBHN dipaparkan tujuan Pendidikan Nasional secara lebih luas yaitu :

“ Pendidikan Nasional bertujuan meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.”

1

(12)

Sebagai imlementasi GBHN 1993 sebagaimana yang dikemukakan tersebut diatas, ada tiga hal yang perlu dipedomani yaitu:

1. Pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia.

2. Pendidikan untuk sumber daya manusia yang handal, kreatif dan bertanggung jawab.

3. Pendidikan untuk mendidik manusia-manusia lebih bermoral dan berkepribadian yang luhur.

Berdasarkan uraian diatas maka pendidikan adalah proses untuk mengarahkan manusia untuk menjadi lebih baik dalam artian memanusiakan manusia yang lebih berkepribadian, bermoral, kreartif, mandiri, dan untuk meningkatkatkan kesejahteraan hidup bangsa.

Kualitas pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Salah satu komponen yang berkenan dengan masalah kualitas pendidikan adalah proses belajar mengajar. Dan yang menjadi kekurangan mendasar terletak pada proses belajar adalah kurang mampunya pendidik dalam memilih pendekatan atau tehnik pembelajaran yang sesuai yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Slamento (1991) pencapaian tujuan tujuan pendidikan banntak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa disamping itu siswa yang dihadapi dalam kelas berbeda satu sama lain.

Perbedaan itu tidak tanpak pada penampilan fisik, tingkah laku tetapi juga kemampuan dalam menangkap materi dan melakukan kegiatan pembalajaran.

(13)

Karena itu dalam hal itu peran guru sangat strategis dalam proses pembelajaran dikelas dalam tercapainya tujuan yang diharapkan khususnya dalam mata pelajaran sosiologi.

Dari hasil obresvasi awal yang dilakukan penulis di SMA Muhammadiyah Limbung kelas XI pada mata pelajaran sosiologi masih terdapat siswa yang belum memahami pelajaran dengan baik sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar yang belum memenuhi kreteria ketuntasan minimum (KKM). Hal tersebut disebabkan dari beberapa faktor baik itu internal dari siswa itu sendiri yang kurang tertarik dan kurang motivasi belajarnya ataupun dari penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru. Dan dari faktor eksternal misalnya lingkungan sekolah tersebut kurang mendukung terciptanya proses belajar yang baik.

Selain itu pendekatan yang dilakukan seorang guru tidak memperhatikan kemajemukan potensi dari setiap siswa sehingga terjadi kesenjangan dan ketidakadilan bagi siswa yang kurang dapat menyerap pelajaran dengan baik dan harus disamakan dengan siswa yang lain yang cepat memahami pelajaran yang diberikan. Dan di peroleh kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan proses pembelajaran itu berbeda-beda.

Masih terdapat siswa yang kurang aktif dan belum memahami materi pelajaran dengan baik sehingga peran guru harus mampu melihat perbedaan tersebut dan menerapkan model yang sesuai dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dari beberapa kendala diatas ditimbulkan karena proses belajar yang masih menyamakan perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran yang tidak di

(14)

sesuaikan dengan perbedaan kemampuan siswa dalam menyerap materi.

Untuk mengkomodasi perbedaan individual siswa dalam pembelajaran demi mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar maka pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan salah satu pendekatan yang menekankan pentingnya penyusuaian pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.

Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan suatu model dalam pembelajaran yang dapat melayani perbedaan individual siswa yakni menyusuaikan perlakuan/treatment (model pembelajaran) dengan karakteristik siswa. Dengan mengunakan model pendekatan ATI siswa diharapkan tidak merasa bosan dalam proses belajar karena siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sisologinya.

Dengan memertimbangkan hal tersebut diatas maka penulis bermaksud mengajukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Pokok Pembahasan Konplik Sosial (Terorisme) Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah Limbung Kab. Gowa “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian adalah, Apakah dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada mata pelajaran sosiologi hasil belajar siswa SMA Muhammadiyah kelas XI dapat menunjukkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya?

(15)

C. Tujuan peneletian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa SMA Muhammadiyah melalui model pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) disesuaikan dengan kemampuan setiap siswa.

D. Manfaan Penelitian

Adapun manfaat yang dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat dan motivasi dalam mempelajari sosiologi, karena penerapan model pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran karena disesuaikan dengan tingkat daya serap siswa dalam memahami pelajaran.

b. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan untuk propesionalisme guru dan dapat menjadi salah satu syarat tugas akhir dalam akademik kependidikan.

c. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Juga merupakan upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran.

d. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien dengan menerapkan model pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai usaha sadar menuju kedewasaan. Kebanyakan ahli berbeda dalam mengemukakann pegertian belajar ditinjau dari segi pandan dan redaksinya.namun pada dasarnya memiliki hakikat yang sama.

Belajar bukan merupakan masalah dunia persekolahan, tetapi juga merupakan masalah manusia untuk berhasil dalam hidupnya. Namun keseluruhan dari proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan belajar yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaiman proses belajar yang dialami oleh anak didik sebagai peserta didik.

Untuk memperoleh pengertian belajar yang objektif, perlu dirumuskan secara jelas pengertiannya. Berikut ini dikemukakan pegertian belajar yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

1. Belajar menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology a Realitic Approach (2007) mengemukakan arti belajar dengan kata-kata singkat yaitu Learning is the development of new association as a result of experience belajar itu adalah suatu proses yang bersifat internal jadi belajar menutut Good dan Bropy (2007)

6

(17)

adalah pada prosesnya yang terjadi secara internal dari dalam diri individu dalam usahanya memeperoleh hubungan baru.

2. Trianto (2008) mengemukakan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasi dalam berbagai bentuk seperti berupa pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang sedang belajar.

3. Winkel ( 1996: 53) belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang memberi perubahan baik itu dari segi kognitif, afektif maupun psikomotoriknya sesuai tujuan yang diharapkan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang dicaai oleh seorang siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil prestasi akademik/hasil belajar ini dapat diukur melalui tes prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan pernyataan R.S Word Worth dan D.G Magnis dalam Ambo Enre Abdullah (1987:

6) bahwa hasil belajar adalah kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini adalah tes”. Selanjutnya Syamsu Mappa dalam Jafar Masaka (1984: 32) bahwa “prestasi atau hasil belajar adalah

(18)

hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seseorang murid”.

Hasil belajar merupakan kecakapan yang diperoleh melalui proses belajar. Hasil belajar menurut Dimyati (2002) yaitu hasil suatu interaksi tindak lanjuk dari proses belajar. Dari sisi guru, tindak lanjuk dari mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan dari pengertian diatas dan jika dihubungkan dengan pelajaran sosiologi maka hasil belajar adalah hasil yang di peroleh siswa setelah memperoleh pelajaran sosiologi dan dapat diukur dengan menggunakan stadar penilaian tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasl belajar menurut slamento (2003) yaitu:

1) Faktor internal, adalah faktor yang menyangkut seluruh aspek pribadi siswa baik fisik maupun mental atau psikisnya yang ikut yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.

Faktor internal yang menyangkut jasmani seperti kesehatan, cacat tubuh. Faktor psikologi seperti perhatian, minat, bakat dan motivasi a) Faktor eksternal, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat. Faktor eksternal yang berkaitan dengan keluarga yaitu seperti cara orang tua mendidik, pendapatan orang tua, suasana

(19)

rumah dan latar belakan kebudayaan. Dan faktor sekolah seperti metode mengajar, alat pengajaran, interaksi guru dan siswa, waktu dan standar pelajaran diatas ukuran.

2. Sosiologi

1. Definisi Sosiologi

Menurut August Comte (1798-1857) dalam bukunya yang berjudul “Cours De Philosophie Positive" mengemukan bahwa Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memeliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Menurut Soerjono Soekanto (2007: 21) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan mayarakat”

Menurut Pitirim Sorokim (Soerjon Sukanto, 2006) mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:

a. Hubunagan dan pengaruh timbal balik antar macam gejala-gejala sosial ( misal antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik dan lain.

(20)

b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar gejala sosial dan gejala non sosial (geografis, biologi, dan sebagainya).

c. Ciri-ciri umum gejala-gejala sosial.

Dari rumusan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang membahas fenomena social yang sekarang terjadi dan bagaimana pola-pola hubungan masyarakat. menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan. Seperti kebiasaan, kepercayaan atau agama, tingkah laku, dan kesenian atau kebudayaan masyarakat tersebut.

2. Pokok Bahasan Sosiologi

a) Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut

b) Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain

c) Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia

d) Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

3. Ciri-ciri dan Hakekat Sosiologi

Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

(21)

a) Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).

b) Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

c) Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.

d) Non etis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.

a) Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala- gejala kemasyarakatan.

b) Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.

c) Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan.

d) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah

(22)

bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.

e) Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

f) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.

g) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

4. Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.

a) Objek Material Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

b) Objek Formal Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

c) Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

(23)

d) Objek Agama Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal- hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

5. Tujuan Mempelajari Sosiologi

Dalam lampiran Perdiknas No.22 tahun 2006 hal 545 di uraikan tujuan mempelajari sosiologi disekolah bagi siswa. Diharapkan siswa memiliki kemampuan:

1) Secara kognitif yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep sosiologi, seperti sosialisasi, kelompok-kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sosial sampai dengan terciptanya integrasi sosial.

2) Secara afektifnya yaitu dapat menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepudulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Secara psikomotoriknya yaitu dapat memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) a. Pengertian Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Secara subtansi dan teoritik Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

Di pandang dari sudut pandang pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan sebuah konsep yang berisikan sejumlah strategis pembelajaran yang sedikit banyak efektif digunakan untuk siswa

(24)

tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyusuaian antara belajar dengan perbedaan kemampuan siswa.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diperoleh beberapa makna esensial dari model pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebagai berikut:

1. Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategis pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuanya.

2. Sebagai sebuah kerangka teoritik Aptitude Treatment Interaction (ATI) berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta bilamana perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan siswa.

3. Terdapat hubungan timbale balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang dicapai siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran dikelas atau dengan kata lain, prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung kepada kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas.

Dari rumusan pengertian dan makna esensial yang telah dikemukan diatas, terlihat bahwa secara hakiki Aptitude Treatment Interaction (ATI) bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu pendekatan seseorang dengan memperhatikan ketertarikan antara

(25)

kamampuan seseorang dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan pendekatan pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan Aptitude Treatment Interaction (ATI) beruaya menemukan dan memilih sejumlah metode/cara yang akan dijadikan sebagai perlakuan yang tepat yaitu treatment yang sesuai dengan perbedaan kemampuan siswa kemudian melalui interksi yang bersifat multiplikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan tersebut dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestaasi akademik/hasil belajar. Keberhasilan model pembelajaran ATI mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat kesusuaian antara perlakuan-perlakuan yang telah diimplementasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan siswa. Semakin tinggin optimalisasi yang terjadi pada pencapaian prestasi siswa, maka berarti making tinggi pula tingkat keberhasilan pengembangan ATI dalam pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Agar tingkat keberhasilan pengembangan Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat dicaai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati beberapa prinsip yang dikemukakan Snow (1989) sebagai berikut:

1) Bahwa interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi oleh variable-variabel tugas dan situasi. Karena itu dalam implementasinya pendekatan ATI perlu diperhatikan dan

(26)

diminimlisasikan yang dierkirakan mungkin berasal dari variable- variabel tersebut.

2) Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat stuktur cocok bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah. Sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang stuktur lebih pas untuk siswa yang pandai.

3) Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau sulit menyusuaikan diri (cemas atau minder) cenderung belajar akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar yang sangat terstuktur. Sebaliknya bagi siswa yang ras percaya dirinya tinggi, belajarnya akan lebih baik bila dalam situasi pembelajaran yang agak longgar.

c. Spesifikasi Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan sebuah pendekatan dalam pembalajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyusuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar (Cronbath dan Snow: 1999). Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyusuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa (Snow: 1999).

Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) yang akan dikembangkan dalam pembelajaran sosiologi melalui penelitian research

(27)

and development ini dapat dirancang dengan spisipikasi khusus, terdiri dari empat tahap sebagai berikut:

1) Treatment Awal

Pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan (aptitude ablity) dan sekaligus juga untuk mengetahui potensi kemampuan masing-masing siswa dalam menghadapi informasi/pengetahuan ataupun kemampuan yang baru.

2) Pengelompokan Siswa

Pengelompokan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing siswa didalam kelaas diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Bloom dan Gagne (1997&1982) menyebutkan pengelompokan itu dengan cepat, sedang dan lambat.

3) Memberikan Perlakuan

Berkemapuan tinggi diberikan perlakuan berupa self learning melalui modul. Yang berkemampuan sedang diberikan pembelajaran secara konvensional atau regular teaching sedangkan yang berkemapuan rendah diberikan perlakuan dalam bentuk regular teching tutorial.

(28)

4) Achievement test

Di akhir setiap pelaksanaan uji coba dilakukan dalam penilaian prestasi akademik/hasil belajar setelah diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran kepada masing-masing kelompok yang sesuai dengan kemampuan siswa.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran ATI

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran ATI adalah sebagai berikut:

 Guru memberikan motivasi dan apresepsi

 Berdasarkan nilai treatment awal sebelumnya maka siswa dibagi atas tiga kelompok secara umum.

 Untuk kelompok siswa yang berkemampuan tinggi guru

meminta siswa untuk kerja mandiri, membuat simpulan dan menyelesaikan soal latihan (modul)

 Untuk siswa berkemampuan sedang dan rendah guru

memberikan penjelasan secara konvensional sehingga materi pelajaran dapat lebih cepat dipahami dan dapat menyelesaikan soal yang diberikan.

 Guru mengontrol hasil pelajaran kelompok tinggi jika terdapat

kesulitan maka guru memberikan bimbingan. Dari kelompok sedang atau rendah yang belum jelas materi pelajarannya akan dibimbing oleh temanya dari kelompok tinggi.

 Evaluasi

(29)

4. Konflik Sosial (Terorismme) a) Konflik sosial

1. Definisi konflik sosial

Istilah konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti percekcokan, perselisihan, pertengkaran,. Menurut asal katanya istilah konflik (conflict) berasal dari bahasa Latin confligo, yang berarti bertabrakan, berbenturan, terbentur, bentrokan, bertanding, berjuang, berselisih, atau berperang ( K. Prent, dkk, 1996: 174).

Menurut Leopold von wies bahwa konflik sosial merupakan suatu proses sosial di mana orang perorang atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan acaman dan kekerasan.

Dari uraian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa konflik sosial adalah suatu upaya atau cara yang ditempuh oleh seseorang atau kelompok mencapai tujaunnya baik itu melalui cara kekerasan maupun non kekerasan.

2. Bentuk-bentuk konflik

Konflik sosial dapat terjadi dimana saja dan dialami oleh siapa saja. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan dari masing-masing pihak yang berusaha saling mengusai atau mempertahankan keinginannya. Adapun beberapa bentuk-bentuk konflik sosial menutut Arianto Sutadi (2009) yang sering terjadi di masyarakat yaitu :

(30)

a. Konflik Horisontal

Konflik horizontal adalah konflik antar kelompok masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti idiologi politik, ekonomi, dan faktor primordial.

b. Konflik Vertikal adalah konflik antar pemerintah/penguasa dengan masyarakat.

Beberapa contoh konflik horizontal dan konflik vertical yaitu ; 1) Konflik yang bernuansa separatisme seperti konflik di NAD

dan Maluku

2) Konflik yang bernuansa etnis seperti konflik di KalBar dan Ambon

3) Konflik yang bernuansa idiologis seperti isu faham komunis, faham radikal

4) Konflik bernuasa politik seperti konflik akibat kecurangan pilkada dan pemekaran wilayah

5) Konflik yang bernuansa ekonomi seperti konflik antar preman, konflik antar pedangang

6) Konflik sosial antara lain konflik antar anak sekolah, mahasiwa 7) Konflik isu agama yaitu isu aliran sesat.

3. Faktor penyebab dan cara menyelesaikan konflik sosial a. Faktor-faktor penyebab

1) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

(31)

2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

b. Cara Penyelesaian Konflik

Konflik dalam masyarakat memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan negatifnya. Konflik kadang memberikan sebuah gambaran tentang sebuah sistem yang telah tidak sesuai dengan kemajuan dan perubahan yang ada sehingga konflik terjadi sebagai upaya untuk mengubah system yang telah jauh dan tidak sesuai.

Adapun jika konflik yang terjadi menimbulkan keresahan dan gangguan dalam masyarakat maka perlu mendapat tindak lanjut dalam menyelesaikan konflik tersebut agar tidak berpengaruh pada sistem yang ada.

Menurut Heffelbower, cara penyelesaian konflik dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu :

1) Paksaan/koersi. Dimana cara ini memaksa pihak yang bersengketa untuk berdamai. Bentuk paksaan dapat secara psikologis dan dengan cara fisik dengan mengajukan beberasa syarat. Dianataranya seperti kasus konflik di NAD Aceh dengan GAM.

(32)

2) Arbitrasi. Proses penyelesaian konflik dengan melalui pihak tertentu, yaitu arbitrator. Arbitrator merupakan pihak yang dipilih oleh para pelaku konflik untuk memberikan keputusan dan penyelesaian terhadap sengketa yang terjadi.

3) Mediasi. Cara penyelesaian konflik ini dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki hubungan baik dengan pihak yang berkonflik.

4) Negosiasi. Dimana pihak yang berkonflik bersepakat untuk membuat sebuat ketentuan dan syarat-syarat tertentu dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.

4. Teori-teori konflik

Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial yaitu :

a) Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme,

b) Kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas,

Menurut Karl Marx konplik terjadi karena adanya gologang borjuis dan proletar dimana yang bermodal dan pemilik tanah berada pada kelas yang tinggi sedangkan golongan buruh adalah golongan bawah, sehingga ada ada kesenjangan antara golongan atas dan bawah sehingga memicu terjadinya konflik.

(33)

Selain itu Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan.

c) Ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.

d) Teori Lewis A. Coser

Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Kemudian konflik dibagi menjadi dua yaitu:

1. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang

(34)

dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.

2. Konflik Non-Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib

e) Teori Ralf Dahrendorf

Teori Ralf Dahrendorf dengan teori konpliknya menyatakan bahwa masyarakat selalu berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus dalam masyarakat. Dan keteraturan dalam masyarakat karena adanya tekanan atau aksaan kekuasaan dari golongan yang berkuasa.

Menurut Dahrendorf menyebutkan masyarakat sebagai imperatively coordinated association bahwa kekuasaan selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai. Pertentangan itu terjadi dalam situasi dimana golongan yang berkuasa mempertahankan status- quo, sedangkan yang dikuasai berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan.

(35)

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan behwa konflik sosial merupakan sebuah fakta sosial yang terjadi dalam masyarakat dan tidak akan terlepas dari sisi kehidupan masyarakat itu sendiri. Konflik sosial terjadi karena adanya pihak-pihat yang memiliki kepentingan berbeda dan berusaha saling menguasai atau saling mempengaruhi.

b) Konflik Sosial (Terorisme)

Sudah nyata, sejak Abad Pertengahan, peperangan telah berubah secara dramatis, seperti yang dialami dalam Perang Dunia II dan konflik-konflik yang menyertainya, termasuk munculnya terorisme.

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perorang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta sering kali merupakan warga sipil.

Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi. Dampak dari tindak terorisme ini secara umum dapat mempengaruhi integrasi bangsa dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Sedangkan secara khusus menimbulkan perasangka dan mengurangi tingkat solidaritas antar masyarakat karena adanya kecurigaan terhadap terhadap suatu kelompok tertentu. Dampak lainya timbulnya terorisme dalam sudut sscial adalah adanya pelabelan

(36)

terhadap perilaku tersebut sehingga label-label yang diberikan tersebut menyebar secara luas kepada semua yang memiliki ciri fisik yang sama.

Adapun Penyebab terorisme perlu dikenali karena ini berkait dengan upaya pencegahannya.

1) Kesukuan, nasionalisme/separatisme.

Tindak teror ini terjadi di daerah yang dilanda konflik antar etnis/suku atau pada suatu bangsa yang ingin memerdekan diri. Menebar teror akhirnya digunakan pula sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat perjuangan. Sasarannya jelas, yaitu etnis atau bangsa lain yang sedang diperangi.

2) Kemiskinan, kesenjangan dan globalisasi.

Kemiskinan dan kesenjangan ternyata menjadi masalah sosial yang mampu memantik terorisme. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 macam: kemiskinan natural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan natural bisa dibilang “miskin dari awalnya”. Sedang kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dibuat. Ini terjadi ketika penguasa justru mengeluarkan kebijakan yang malah memiskinkan rakyatnya. Jenis kemiskinan kedua punya potensi lebih tinggi bagi munculnya terorisme.

3) Non Demokrasi

Negara non demokrasi juga disinyalir sebagai tempat tumbuh suburnya terorisme. Di negara demokratis, semua warga negara memiliki kesempatan untuk menyalurkan semua pandangan politiknya. Iklim demokratis menjadikan rakyat

(37)

sebagai representasi kekuasaan tertinggi dalam pengaturan negara. Artinya, rakyat merasa dilibatkan dalam pengelolaan negara.

Hal serupa tentu tidak terjadi di negara non demokratis.

Selain tidak memberikan kesempatan partisipasi masyarakat, penguasa non demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan represif terhadap rakyatnya. Keterkungkungan ini menjadi kultur subur bagi tumbuhnya benih-benih terorisme.

4) Pelanggaran harkat kemanusiaan.

Aksi teror akan muncul jika ada diskriminasi antar etnis atau kelompok dalam masyarakat. Ini terjadi saat ada satu kelompok diperlakukan tidak sama hanya karena warna kulit, agama, atau lainnya.Kelompok yang direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar, diakui, dan diperlakukan sama dengan yang lain. Atmosfer seperti ini lagi-lagi akan mendorong berkembang biaknya teror.

5) Radikalisme agama

Radikalisme agama menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari kadang bersifat tidak nyata. Beda dengan kemiskinan atau perlakuan diskriminatif yang mudah diamati.

Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang dunia para penganutnya.

Dari uraian diatas maka penulis dapat simpulkan bahwa tindakan terorisme itu merupakan pergolakan dan hasil dari sebuah

(38)

sistem yang tidak sesuai dengan paham dan tujuan dari sebahagian kelompok individu dan menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial atau konflik itu sendiri.

Hal tersebut senada dengan teori Ralf Dahrendorf menyatakan bahwa masyarakat selalu berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus dalam masyarakat.

Dan keteraturan dalam masyarakat karena adanya tekanan atau paksaan kekuasaan dari golongan yang berkuasa. Sehingga menimbulkan benih- benih konflik dan secara luas menimbulkan aksi anarkis seperti terorisme.

B. Kerangka Berpikir

Penggunaan model pembelajaran yang kurang relefan dapat berdampak pada hasil pembelajaran sosiologi di kelas yang masih terdapat nilai rendah dan siswa belum tuntas dalam pelajarannya. Sehingga pemilihan model pembelajaran selayaknya harus selalu dipertimbangkan dengan materi yang diajarkan agar mencapai tujuan yang diinginkan.

(39)

Untuk jelasnya kerangka berpikir dapat digambarkan dalam gambar I sebagai berikut:

C. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah jika menggunakan model pendekatan pembelejaran Aptitude Treatment Interction (ATI) maka pembelajaran sosiologi lebih menyenangkan dan hasil belajar siswa lebih meningkat.

SMA MUHAMMADIYAH LIMBUNG

Guru:

Masih menggunakan model yang kompensional.

Siswa:

Hasil belajar belum maksimal.

Menggunakan model pendekatan Aptitude Traetment Interaction (ATI)

Memperhatikan daya serap dan kemampuan siswa

Hasil belajar meningkat

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research) dengan dua silkus dimana disetiap silkusnya terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan (Pleaning), tindakan (Action), pengamatan (Observation), dan reflex (Rerflection) dan selanjutnya keempat rangkaian kegiatan diatas dirangkaikan dalam satu silkus kegiatan dalam penelitian selanjutnya apabila masih ada yang kurang disempurnakan pada (Silkus II).

B. Lokasi Penelitian Dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Limbung, Kec. Bajeng Barat, Kab.Gowa, Sulawesi Selatan. Alamat sekolah di Jalan Pramuka Limbung, bersebrangan dengan SMK YPKK limbung dan SMP Muhammadiyah Limbung. Subyek yang menjadi bahan penelitian yaitu kelas XI semester genab tahun pelajaran 2012/2013.

Kelas XI berjumlah 40 siswa, laki-laki 18 dan perempuan 22 siswa.

Dengan karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan metode bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja. Penerapan model pembelajaran ATI ini sangat cocok untuk siswa karena pelakuan disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga terjadi optimalisasi dari siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat lebih meningkat .

30

(41)

C. Faktor Yang Diteliti

Ada beberapa hal yang menjadi bahan penelitian dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor dari siswa yang diselidiki adalah tingkat kehadiran siswa dalam roses belajar, tingkat daya serapsiswa terhadap bahan ajar,serta perubahan sikap dan kemampuan menyelesaikan soal-soal sosiologi.

2. Dari faktor proses yaitu apakah terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, keaktifan dalam diskusi, dan kemampuan untuk memaparkan jawan.

3. Faktor hasil yaitu melihat hasi belajar siswa setelah melakukan pembelajarn dengan model Pembelajaran ATI ini.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa prosedur yaitu:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi dan Evaluasi 4. Rafleksi

Disetiap penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua silkus dimana setiap silkusnya menerapkan keempat prosedur diatas. Silkus I dan silkus II merupakan satu rangkaian yang dsaling berkaitan dimana silkus II merupakan kelanjutan dari siklus I jika ternyata dalam siklus I masih memerlukan perbaikan maka akan dilanjutkan ke siklus ke II.

Tahap perencanaan berlangsung dengan mempersiapkan bahan-bahan ajar dan instrument yang dibutuhkan dalam pembelajaran di kelas nanti dan

(42)

dalam tahap perencanaan ini di buat model pendekatan ATI yang sesuai dengan keadaan siswa dan materi.

Dalam tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan aktivitas siswa disiklus I. dan di akhir pembelajaran diberikan tes hasil belajar untuk perbaiakan dalam penguasaan materi yang diberikan dan data hasil belajar dikumpul untuk selanjutnya di analisis terhadap hasil yang diperoleh.

Gambaran secara umum tentang penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan di SMA Muhammadiyah Limbung dapat dilihat ada gambar II berikut ini :

Gambar umum desain penelitian (Arikunto, S.dkk, 2007)

Dalam PTK ini terdiri 2 siklus yaitu setiap siklusnya diadakan 4 x pertemuan 3 x pertemuan untuk proses pembelajaraan dan 1 x pertemuan tes siklus I dan siklus II dan siklus II merupakan pelaksaanaan perbaikan dan kekurangan pada siklus I

Permasalahan Baru PERENCANAAN REFLEKSI

SIKLUS I PELAKSANAAN

OBSERVASI

PERENCANAAN REFLEKSI

SIKLUS I PELAKSANAAN

OBSERVASI OBSERVASI

(43)

1. Gambar siklus I

a. Tahap perencanaan tindakan.

1) Telaah kurikulum SMA Muhammadiyah Limbung Kab. Gowa semester genap untuk melihat standar kompotensi dan tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran sosiologi.

2) Menelaah materi pelajaran sosiologi yang akan diajarkan pada semester genap kelas XI IPS SMA.

3) Membuat RPP.

4) Membuat lembar obsevasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas saat pelaksanaan tindakan.

5) Pemilihan pertanyaan yang akan diberikan pada siswa yang sesuai dengan materi pelajaran.

6) Pemilihan anggota kelompok siswa berdasarkan kemampuanya.

7) Membuat alat bantu mengajar diperlukan seperti menyiapkan buku paket dan sumber bacaan lainnya.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan berpedoman pada RPP yang sudah di buat dengan mengembangkan model pembelajaran ATI ataupun gambaran tahap I adalah sebagai berikut;

1. Guru memberikan motivasi dan apresepsi

2. Berdasarkan nilai treatment awal sebelumnya maka siswa di bagi atas tiga kelompok secara umum.

(44)

3. Untuk kelompok siswa yang berkemampuan tinggi guru meminta siswa untuk kerja mandiri, membuat simpulan dan menyelesaikan soal latihan (modul).

4. Untuk siswa berkemampuan sedang dan rendah guru memberikan penjelasan secara konvensional sehingga materi pelajaran dapat lebih cepat dipahami dan dapat menyelesaikan soal yang diberikan.

5. Guru mengontrol hasil pelajaran kelompok tinggi jika terdapat kesulitan maka guru memberikan bimbingan. Dari kelompok sedang atau rendah yang belum jelas materi pelajarannya akan di bimbing oleh temanya dari kelompok tinggi.

c. Tahap pengamatan atau observasi

Selama proses pembelajaran akan diadakan pengamatan sebagai berikut;

1) Mengisi lembar observasi dengan mencatat siswa yang hadir dalam proses pembelajaran.

2) Siswa yang mampu menyelesaikan lembar kerja siswa secara individu.

3) Keaktifan siswa dalam mendiskusikan jawaban atau memecahkan masalah.

4) Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal- soal latihan.

d. Tahap refleksi

Dalam tahap ini yakni memepelajari dan menilai tindakan-tindakan siswa dalam bentuk kelompok dan individu dengan membuat catatan yang berhubungan dengan hal-hal yang dialami siswa selama mengikuti medel

(45)

pembelajaran ATI (ATI yang diberikan selama siklus I) apakah berhasil mencapai tujuan atau belum, kemudian untuk siklus berikutnya (siklus II) diadakan perbaikan-perbaikan bilamana perlu berdasarkan hasil evaluasi.

2. Gambar siklus II

Dari hasil refleksi hal-hal yang sudah baik dipertahankan sedangkan hal yang masih kurang diperbaiki dengan langkah-langkah sebagai berikut ;

a) Memberikan motivasi pada siswa sehingga memiliki hasrat untuk giat lagi belajar.

b) Memberikan perhatian pada siswa untuk di anggap masih memiliki kekurangan dalam hal ini peningkatan dari hasil belajar.

c) Mengkombinasikan setiap metode pembelajaran yang di anggap cocok dengan peningkatan pencampaian kompetensi dasar siswa.

d) Hasil observasi dan evaluasi dianalisis.

e) Mengadakan refleksi akhir dan tindakan yang dilakukan.

f) Membuat kesimpulan.

E. Teknik pengumpulan data 1) Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini atau siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah Limbung pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

2) Jenis data

a) Prestasi belajar sebagai data kuantitatif.

b) Hasil observasi sebagai data kualitatif.

(46)

3) Cara pengambilan data

a) Data mengenai aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang dialami melalui observasi, tantang kehadiran siswa dan kreativitas.

b) Data mengenai presentasi belajar siswa yang di ambil dari hasil tes akhir siklus I dan siklus II.

F. Teknik Analisis Data

Data yang di peroleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif (nilai presentasi atau hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif, sedangkan data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran pandangan atau siakap siswa mengikuti pelajaran perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kuantitatif (Arikunto 2000:131).

Tabel kreteria presentasi pada surat edaran direktorat pendidikan menengah umum No.288/C3/MN/1999 adalah sebagai berikut;

NO NILAI KATEGORI

1 00 - 34 Sangat Rendah

2 35 - 54 Rendah

3 55 - 64 Sedang

4 65 - 84 Tinggi

5 85 - 100 Sangat Tinggi

(47)

G. Induktor Keberhasilan

Yang menjadi inductor keberhasilan dalam PTK ini adalah keaktifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal sosiologi dalam pelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa pada pokok bahasan konflik sosial setelah menerapkan model pembelajaran ATI dari siklus I ke siklus II menunjukkan nilai rata-rata kelas meningkat sesuai dengan kreteria ketuntasan minimal yaitu 65 dan ketuntasan klasikal 80.

(48)

BAB IV

HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas hasil penilitian yang diperoleh sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran ATI adapun analisis adalah tes kemampuan awal, tes siklus 1 dan siklus 2 serta data perubahan sikap aktivitas siswa secara umum yang dikumpulkan melalui pengamatan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang di catat dalam lembar observasi.

A. Hasil penilitian

1. Hasil Belajar Siswa Siklus I A. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian setelah menelaah kurikulum berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adapun standar kompetensi yang dicapai melalui kegiatan pembelajaran adalah melakukan pengolahan dan penyajian data dengan kompetensi dasarnya menentukan rata-rata, median dan modus data tunggal serta penafsirannya. Selanjutnya setelah menetapkan materi ajar, peneliti kemudian membuat rencana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ATI.

Selanjutnya peneliti juga menyiapkan bahan-bahan penunjang untuk kelancaran penelitian, antara lain pedoman absorvasi, alat evaluasi serta referensi penunjang yang relevan untuk penelitian.

39

(49)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 4 kali pertemuan dengan lama adalah 2 jam pelajaran.

Pertemuan I

Pertemuan pertama hari rabu tanggal 5 September 2012 proses pembelajaran di isi dengan pengisian angket uraian tentang materi yang akan dipelajari untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pelajaran untuk kemudian dijadikan pedoman dalam pembagian kelompok tinggi, sedang dan rendah. Di mana kelompok yang dengan kategori tinggi akan diberikan stimulus untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara mandiri, kelompok dengan kategori sedang dan kelompok kategori rendah akan diberikan bimbingan dan stimulus yang dapat dimegerti dan dapat memotivasi siswa belajar dan memahami pelajaran dengan baik. Pemberian stimulus dapat berupa penjelasan yang dimulai dari yang sederhana dan dengan menggunakan contoh-contoh yang objektif dalam masyarakat. Siswa diarahkan untuk menemukan dan menggali kemampuannya dalam berpendapat dan menganalisis sendiri tentang pokok bahasan yang sedang di berikan dikelas.

Kehadiran siswa dalam proses pembelajaran sebanyak 35 siswa.

Keadaan siswa sangat berpariatif dan antusias mengikuti pembelajaran di kelas. Dari hasil tes awal siswa tersebut didapatkan 13 siswa sangat rendah dan 14 siswa yang mendapat nilai rendah sedangkan kelompok sedang sebanyak 4 orang. Dan kelompok tinggi dan sangat tinggi sebanyak 7 dan 2 siswa yang digabung menjadi 1 kelompok.

(50)

Penerapan model pendekatan pembelejaran Aptitude Treatment Interction (ATI) di kelas membutuhkan pengolahan yang baik karena tidak setiap siswa mampu bersosialisasi dengan siswa lainnya dan kurang demokratis akan tetapi model pembelajaran ini memotivasi siswa untuk aktif dan tidak tergantung kepada siswa yang pintar tapi memacu diri untuk bias berkembang dan meraih prestasi yang lebih baik.

Peneliti berusaha untuk menjalin komunikasi dan keakraban dengan siswa agar siswa terbuka dan merasa nyaman mengikuti pelajaran dan kelompok dalam kategori tinggi senantiasa diarahkan untuk membantu kelompok sedang dan rendah jika masih memerlukan tambahan. Hal tersebut agar siswa bisa saling bekerja sama di kelas dan agar siswa pintar bisa tetap aktif dan siswa yang rendan dan sedang dapat bersemangat belajar.

Diakhir setiap pelajaran akan selalu di motivasi untuk belajar dan berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak rendah diri dalam mengemukakan pendapatnya di kelas.

Pertemuan II

Pertemuan kedua hari sabtu tanggal 8 september 2012 membahas pengertian konflik sosial, dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) proses pembelajaran masih dalam tahap penyusuaian. Kehadiran siswa pada pertemuan kedua ini sebanyak 38 siswa dan pembagian kelompok sesuai hasil tes awal masih dalam tahap penyususian karena banyaknya siswa yang merasa tidak percaya diri dan belum terbuka dengan teman yang baru dalam kelompok mereka.

(51)

Berdasarkan hasil tes awal kemampuan siswa maka peretemuan kedua pada proses pembelajaran siswa telah dibagi dalam tiga kelompok kategori yaitu rendah, sedang dan kelompok tinggi. Kelompok tinggi akan diarakan untuk mandiri dan tetap aktif dalam pelajaran dikelas. Dan yang masuk dalam kelompok sedang dan rendah akan senantiasa untuk dibimbing dalam pencapaian yang lebih baik. Kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dari apresipsi berupa pemberian salam, motivasi dan pemberian motivasi belajar. Mengarahkan siswa untuk menyediakan alat- alat pembelajaran yang dibutuhkan kemuadian menjelaskan tujuan pembelajaran beserta indikator pencapaian. Siswa yang berada dalam kelompok tinggi akan di minta untuk mengemukakkan pendapatnya tentang konflik sosial sedangkan yang rendah dan sedang akan diberikan penjelasan dan contoh apa yang di maksud konflik sosial dan perbedaanya dengan kekerasan.

Di setiap pembelajaran siswa diberikan LKS untuk melatih kemampuan kognitif siswa terhadap materi yang telah dijelaskan dan untuk melatih siswa untuk aktif dalam mengemukakan pendapatnya.

Kehadiran siswa dalam pertemuan ini sebanyak 38 orang dengan 32 siswa menyediakan alat dan buku pelajaran dan 10 siswa aktif dalam bertanya tentang pelajaran yang diberikan. Selain itu siswa yang melakukan aktifitas lain di kelas sebanyak 15 orang. Hal ini karena siswa belum terbisa dalam menggunakan model ATI. Selain itu keadaan siswa yang jenuh karena harus berkelompok dengan siswa yang sama kemampuannya menurut mereka itu membutuhkan usaha yang lebih

(52)

dibanding dengan yang jika berkelompok dengan yang lebih pintar dari mereka.

Perkembangan psikologis siswa menjadi sebuah perhatian dalam penerapan model pembelajaran ATI karena setiap siswa dipandang memiliki sisi karakter yang berbeda sehingga kedudukan dalam pembelajaran pun akan berbeda dalam menyerapnya sehingga harus dilakukan pendekatan interen dan berkesinambungan demi pencapaian hasil belajar yang optimal bagi siswa. Walaupun hal tersebut membutuhkan kerja keras dari guru yang bersangkutan tapi pendekatan ini sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pertemuan III

Peretemuan ke tiga pada hari rabu 12 september 2012 membahas teori-teori konflik sosial dengan menggunakan model pembelajaran ATI dengan kehadiran siswa sebanyak 40 siswa. Pembahasan teori-teori konflik menggunakan contoh kasus dan siswa yang tinggi diminta untuk berpikir mandiri dan yang kelompok sedang dan rendah mendapatkan pengarahan dan penjelasan. Sebanyak 10 siswa mengajukan pertanyaan dan hal tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mulai tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan telah mampu bekerja sama dengan kelompoknya masing-masing. Dan siswa yang aktif melalukan pekerjaan lain di kelas menurun dan bagi siswa yang nakal dan kurang tertarik mengikuti pelajaran akan mendapat bimbingan dan teguran. Dan jika teguran tidak mendapatkan perhatian maka siswa akan diarahkan ke guru BK.

(53)

Proses pembelajaran pada pertemuan ke tiga kali ini seperti biasa akan dimulai dari salam, apresepsi, motivasi dan penguatan berupa pengulangan akan materi yang telah berlalu. Dan mengarahkan siswa aktif dalam pelajaran dan senantiasa memantau sejauh mana siswa siap dalam mengikuti pelajaran dengan menobservasi berapa siswa yang menyediakan alat dan buku pelajaran dan sebanyak 35 siswa telah menyediakan buku pelajaran dan siap untuk belajar. Dan disetiap pertemuan siswa akan dijelaskan tentang tujuan pembelajaran dan indikator pencampaian yang akan dicapai dalam pertemuan tersebut.

Siswa akan diarakan untuk bertanya dan kepada kelompok yang rendah dalam pertemuan ini akan diminta untuk maju dan menjelaskan tentang teori-teori konflik sosial agar siswa dapat aktif dan pelajaran dapat terkesan dan tersimpan. Sedangkan untuk kelompok tinggi akan menangggapi dengan setiap pemaparan yang dilakukan oleh kelompok rendah dan sedang.

Pada akhir pertemuan siswa membuat kesimpulan dan mengecek indikator pencapaian yang diharapkan. Menutup pembelajaran di setiap pertemuan dengan salam dan nasehat. Dan untuk belajar pertemuan ketiga ini peneiti mengarahkan siswa untuk memaksimalkan kehadirannya dan mengikuti tes siklus I. Mengecek catatan siswa dan mengajukan pertanyaan seputar pembehasan yang lalu secara acak.

Peneliti membuat instrument yang mudah dan sesuai sehingga tes uraian menjadi pilihan yang tepat untuk siswa dalam mengecek hasil belajar siswa untuk siklus I.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas, maka secara umum masalah pokok yang akan diteliti adalah ”apakah terdapat perbedaan peningkatan

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana peranan sistem Quality Control

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah; apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh penerapan model pem-belajaran kooperatif tipe

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas maka, yang menjadi permasalahan pokok penelitian ini ialah, beberapa hadis yang di ungkapkan

Rumusan masalah yang dapat dikemukakan berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas adalah “Apakah ada hubungan penyelenggaraan makanan sehat seimbang dengan kejadian

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran Problem

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di ataas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran integratif dapat meningkatkan