KRISTEN
A. Persamaan Dan Perbedaan Konsep Pemeliharaan Lingkungan Hidup Dalam Islam dan Kristen
Masalah lingkungan hidup, baik lokal maupun global adalah merupakan tanggung jawab semua manusia tanpa kecuali. Hal ini hendaknya menjadi keprihatinan bersama, sehingga sebagai umat beragama bisa menerapkan ajaran-ajaran agama dengan baik demi kelangsungan hidup manusia.
Pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup dalam agama Islam dan agama Kristen tentu bisa kita dapati persamaan dan perbedaannya. Islam dan Kristen adalah agama yang sama-sama menganut faham monoteis yaitu mempercayai adanya satu Tuhan atau penguasa alam semesta. Kedua agama ini sama-sama memberikan pengajaran tentang kemaslahatan baik di dunia maupun akhirat, sehingga dalam hal pemeliharaan lingkungan hidup pun Islam dan Kristen mempunyai dasar ajaran yang kuat. Persamaan yang ada dalam ajaran-ajaran agama berdasarkan kitab suci yang memberikan petunjuk kepada manusia tentang konsep lingkungan hidup dan peranan manusia tehadap lingkungan hidup, ajaran tentang hubungan manusia dengan lingkungan hidup, serta pola pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.
Al Qur’an dan Injil adalah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-nabinya. Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab penyempurna atau terakhir, sedangkan kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS. Islam dan Kristen dalam pandangan tentang lingkungan hidup memiliki kesamaan yaitu lingkungan yang
meliputi semua species biotik maupun abiotik yang diciptakan oleh Allah SWT.
Islam memberikan penjelasan dalam surat Al Baqarah ayat ,29 yang memberikan pengertian bahwa lingkungan hidup yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk lainnya merupakan ciptaan Allah.
Definisi lingkungan hidup dalam Kristen pun juga demikian, bahwa lingkungan hidup yang meliputi benda biotik dan abiotik yang ada disekeliling kita ini merupakan ciptaan Allah, seperti yang dijelaskan dalam Ayub 41:20
Lingkungan yang diciptakan oleh Allah ini hendaknya di kelola dan dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Pengelolaan lingkungan hidup ini, telah ditetapkan bahwa manusia telah di angkat sebagai khalifah dan penjaga lingkungan serta bertanggungjawab atas semuanya. Tanggung jawab manusia adalah makhluk yang ditugasi untuk memakmurkan bumi, mengelola alam dan melestarikannya. Al Qur’an memberikan isyarat tentang prilaku manusia terhadap alam yaitu ketika Allah berdialog dengan malaikat pada saat Adam diciptakan
Ajaran Kristen dalam kepengurusan lingkungan hidup yang baik adalah mengurusi dan menjaga lingkungan tersebut. Allah telah mempercayakan bumi dan sumber-sumber alamnya untuk di pelihara, dan sebagai umat Allah harus bertindak dengan penuh tanggung jawab terhadap sumber-sumber alam, lihat dalam Injil 1 Korintus 4:2. Hal ini, mewajibkan manusia mengurus dengan baik mengingat manusia sebagai penjaga taman Allah atau lingkungan ini. Penegasan dalam ajaran Kristen bahwa umat manusia adalah penjaga lingkungan. Allah adalah pencipta dan pemilik bumi, tetapi manusia adalah penjaga, lihat dalam Injil kejadian 2:15.
Manusia dengan kekhalifahannya itu ditugaskan untuk menebarkan kasih sayang, bukan hanya kepada manusia saja tetapi pada segenap isi alam, baik benda hidup maupun benda mati.
Islam mengajarkan sikap-sikap dan prilaku dan perlakuan yang bijaksana dalam pengelolaan alam sebagai aktualisasi dan tugas manusia sebagai khalifah, yakni pengelola yang akan ditentukan kwalitasnya pada sikap dan prilakunya terhadap anugerah alam ini.
Agama Kristen juga bepegang bahwa Allah adalah pencipta dan manusia adalah penjaga, pemelihara bumi, dan bukan perusak lingkungan. Kenyataan kontektual tentang pemeliharaan lingkungan hidup tersebut memberikan kesamaan antara agama Islam dan Kristen tentang ajaran kemaslahatan. Kesamaan tersebut bisa kita masukkan kedalam kategori excoterisme, yaitu ajaran-ajaran agama yang memberikan pengajaran kepada manusia tentang kemaslahatan di dunia.
Perbedaan pun akan kesulitan kita temui dalam menganalisis ajaran tentang pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup, namun akan bisa kita temui perbedaan jika kita lihat dari sudut pandang isoterisme, yaitu ajaran-ajaran yang menyangkut tentang teologi (ketuhanan) atau ketauhidan. teologi adalah kenyataan sebagai sandaran informatif dan pegangan hidup.
Islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan oleh Allah yang maha tunggal kepada seluruh umat manusia melalui nabi muhammad sebagai rasulnya. Islam merupakan dinuallah, undang- undang allah yang akan membawa kesejahteran hidup manusia baik di dunia mupun di akhirat. Ajaran-ajaran tentang ketauhidan yang akan menjadi landasan konsep teologi lingkungan Islam. Teologi lingkungan Islam adalah teologi yang obyek materi kajiannya bidang lingkungan dan perumusannya didasarkan pada sumber nilai ajaran agama Islam. Allah menciptakan alam ini meliputi lingkunga di bumi, luar angkasa yaitu matahari, bulan, bintang. Allah telah berfirman dalam surat An Nahl 3-8 yang berbunyi
Artinya “Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha tinggi allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia telah menciptakan manusia dari mani tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.
Dan dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada ( bulu ) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya yang kamu makan. Dan kamu mempeoleh pandangan yang indah pada-Nya ketika kamu membawanya kembali kekandang dan ketika kamu melepaskannya ketempat pengembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu kesuatu negri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya melainkan kesukaran-kesukaran diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar maha pengasih lagi maha penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bighal, dan keledai agar kamu menungganginya dan menjadikannya perhiasan dan Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui.( Q.S An Nahl 3-8 ) Khasanah teologi Islam, teologi lingkungan merupakan bagian integral dari teologi Islam kontemporer. Teologi Islam kontemporer merupakan teologi kreatif. Teologi Islam kontemprer berbeda dengan teologi Islam klasik. Teologi Islam klasik berisi ideologi doktinal
sedangkan teologi Islam komtemporer cenderung berisi revolusi ideologis. Revolusi ideologis dalam teologi Islam kontemporer dijabarkan dalam berbagai disiplin sesuai dengan bidang garapannya. Dalam teologi Islam klasik kurang mengembangkan kajian lingkungan sebab pada masa itu belum menimbulkan masalah dan belum bermasalah.
Lingkungan masih bersahabat dan memiliki daya yang optimum bagi kehidupan manusia dan makhluk lain. Sedangkan pada masa kontemporer ini justru lingkungan sudah menjadi masalah besar bahkan permasalahan ini sudah menjadi masalah yang global, maka Islam menyajikan kelenturan syari’ahnya dengan peraturan hadits sebagai pijakan di samping peraturan dalam Al Qu’an serta fiqh lingkungan yang hal ini merupakan hasil ijtihat para mujtahid lingkungan dalam Islam untuk mendapatkan peraturan-peraturan tersebut. Islam adalah agama Rahmatullah sehinggaperanya sebagai agama penyempurna terlihat lebih kompetabel, yang utuh menyeluruh.
Perbedaan yang terdapat dalam agama Kisten di awali dengan konsep iman tentang trinitas. Konsep ini mengajarkan bahwa, walaupun tuhan itu Esa, namun Tuhan itu tiga. Seperti ajaran terdahulu, landasan dai ajaran tersebut terdapat dalam kitab perjanjian baru. Yesus menjelaskan tentang adanya Tuhan. Tetapi Yesus juga mengatakan
“Tuhan dan Aku adalan satu”. Di samping itu Yesus juga menyebutkan adanya pihak ketiga dalam Ketuhanan tesebut. “Aku akan meminta kepada Bapa dan Ia akan memberimu seorang penghibur yang lain, yaitu Roh kudus, sehingga Ia akan bertemu selama-lamanya, roh kudus yang akan di kirim oleh Bapa atan namaKu akan mengajarimu berbagai hal.
Tugas terakhir yang diberikan para Rosul, Yesus meringkaskan ketiga pribadi Tuhan ini dalam satu pernyataan saja. “ Pergilah kamu ke seluruh muka bumi ini , dan baptislah mereka atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.1 Dasar ajaran inilah yang akan mewarnai teologi lingkungan
1 Huston Smith, Agama-Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 389
dalam Kristen. Teologi lingkungan Kristen, teologi yang obyek kajiannya bidang lingkungan dan perumusannya didasarkan pada sumber nilai ajaran agama Kristen. Kepercayaan terhadap penciptaan sesuatu adalah suatu keharusan. Pengertian Kristiani tentang penciptaan dapat ditemui dalam kitab Kejadian 1:1 “pada awal mula Tuhan menciptakan langit dan bumi”. Pengakuan iman gereja (Credo) juga menegaskan “aku percaya akan Allah, pencipta langit dan bumi”. Istilah penciptaan adalah pengertian teologis yang bermakna religius. Inti teologi lingkungan Kristen adalah percaya bahwa manusia adalah citra Allah. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam kitab Kejadian 1:27 yang menyatakan bahwa “ Allah menciptakan manusia menurut citranya “.
Citra Allah diciptakannya manusia laki-laki dan perempuan adalah sebagai citra Allah, image dei. Manusia sebagai citranya, dipanggil untuk memasuki relasi cinta personal dengan Allah. Arah dan tujuan hidup manusia sepenuhnya merupakan jawaban konkrit terhadap cinta kasih Allah, yaitu dengan cara mencintai Tuhan sepenuhnya. Secara sosial komunal manusia sebagai citra Allah baik laki-laki maupun perempuan diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang mampu memasuki relasi interpersonal. Cinta kasih, keterbukaan, dan keadilan harus diwujudkan oleh manusia dalam kehidupan sosial komunalnya, agar keluhuran martabat manusia sebagai image dei tidak luntur. Pemahaman secara kosmis ekologis, manusia sebagai image dei, adalah percaya bahwa manusia dipanggil oleh Allah untuk ikut serta dalam memelihara keutuhan ciptaan-Nya. Tanpa pemeliharaan ini hidup manusia juga terancam , sebab manusia hakikatnya merupakan bagian integral dari ciptaan itu sendiri. Pemahaman citra Allah ini juga digambarkan sebagai simbol “ibu alam semesta”. Sebagai ibu alam semesta Allah mengungkapkan kasih sayang yang kreatif. Allah memelihara alam semesta dengan penuh kasih dan tulus ikhlas. Sentuhan teologi di sini merupakan hal yang sangat fital dan sulit di campur dengan teologi agama lain dalam sebuah agama, maka terang sekali jika satu agama
dengan agama lain akan kelihatan perbedaannya jika kita lihat dari sudut pandang isoterisme.
B. Relevansi Ajaran Agama Islam Dan Kristen Dalam Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup.
Agama Islam dan Kristen adalah merupakan agama samawi yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada umat manusia berfungsi sebagai pengatur, pembimbing dan petunjuk bagi umat manusia dalam melaksanakan tugas dan peranannya sebagai penguasa bumi ini.
ajarannya bersifat komprehensif untuk menampung segala persoalan dalam semua aspek kehidupan manusia, baik hubungan antara manusia dengan penciptannya, hubungan antara manusia dengan sesamanya maupun hubungan antara manusia dengan alam sebagai tempat hidupnya. Tanpa alam manusia tidak akan bisa hidup. hal ini perlu dicermati bahwa untuk kelestarian hidup, manusia perlu melestarikan alam lingkungannya.
Sesuai dengan fungsi agama baik di dalam ajaran agama Islan dan Kristen memberikan tuntunan bagi umatnya agar bisa hidup secara aman, bahagia, selamat lahir dan batin. Alam semesta yang demikian luasnya semata-mata dibebankan kepada manusia untuk mengurusnya karena memang manusia hanya bisa hidup di atas planet bumi, sehingga apa yang ada di bumi dan disekitarnya serta segenap daya dukung di bumi dipercayakan kepada manusia untuk mengelolanya yang telah terkait manusia sebagai khalifah di bumi.
Begitu pula dalam ajaran Kristen Tuhan telah menyerukan dalam Kejadian 2:15, bahwa manusia sebagai penjaga taman Allah ditugaskan untuk menebarkan kasih sayang , bukan hanya kepada manusia saja tetapi kepada segenap isi alam, baik benda hidup maupun maupun benda mati seperti tanah, air, pohon dan sebagainya”.2 Kedudukan manusia sebagai khalifah adalah terkait dengan kehendak Allah yang
2 Al Kitab Injil Perjanjian Lama, Lembaga Al Kitab Indonesia, Bogor, 1982,
telah menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna. Sesuai firman Allah : “Sesungguhnya telah aku ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya” ( Q.S At tiin:4).
Kesempurnaan disini mencakup fisik dan kwalitas akal pikirnya.
Sejak semula Allah tidak menyerahkan tugas khalifah kepada malaikat apalagi kepada syaitan. Kelebihan akal yang dimiliki manusia ini, diharapkan tidak merusak dan mengganggu keseimbangan alam.
Lingkungan hidup disini adalah tempat dimana makhluk hidup tinggal, lingkungan hidup manusia adalah lingkungan yang ada disekitar manusia baik berupa lingkungan abiotik ( tanah, udara, air , batu dan lain lain ) dan linkungan biotik ( hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain ).
Manusia dalam hidupnya sangat bergantung pada potensi lingkungan hidup. Bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diajarkan oleh agama, diharapkan manusia dapat memanfaatkan fasilitas alam sekitar demi menunjang kehidupannya tanpa merusak keseimbangannya.
Nilai-nilai alam yang universal ini bisa disosialisasikan kepada seluruh umat manusia. 3 Aktualisasi dari ajaran-ajaran agama baik dalam Islam dan Kristen untuk konservasi alam dan lingkungan harus melalui cara yang terorganisir. Manusia sebagai makhluk sosial cenderung untuk hidup berkelompok dan bermasyarakat. Masyarakat yang terkecil adalah keluarga dan masyarakat yang secara lebih luas adalah masyarakat bumi yang terdiri dari berbagai negara yang ada di dunia. Tanggung jawab memelihara alam adalah milik kita semua yaitu manusia yang telah memanfaatkan sumber daya yang ada lingkungan kita.
Merealisasikan ajaran agama baik Islam maupun Kristen dalam kehidupan nyata adalah ujung dari pebelajaran agama. Sekedar faham tanpa direalisasikan tidak akan ada artinya. Pemeliharaan lingkungan memilki makna memanfaatkan potensi alam dengan tetap menjaga keseimbangannya. Tuhan tidak melarang kita mengambil ikan dilaut,
3 Norman L. Geitser, Etika Kristen Pilihan Dan isu, Seminari Al Kitab Asia Tenggara, Malang, 2001, hlm. 338.
menebang pohon dihutan, dan menggali barang tambang. Semua yang ada di alam pada dasarnya adalah milik bersama manusia, tetapi hendaknya semua karunia Tuhan yang banyak ini jangan dihabiskan sendiri dan hanya untuk generasi sesaat.
Tuhan menginginkan agar segala sumber daya kehidupan yang ada di alam bisa dimanfaatkan untuk generasi kegenerasi, untuk seluruh masyarakat dan bukan untuk golongan tertentu. Distribusi hasil alam diusahakan harus bisa dinikmati secara adil dan merata dan dibarengi dengan perlindungan undang-undang dari pemerintah serta di dukung oleh kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat. Tidaklah cukup setiap individu akan pentingnya pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Hal ini dituntut pula dengan adanya suatu sistem yang terpadu dalam melindungi lingkungan hidup dari tangan-tangan manusia yang jail dan serakah.
Memelihara dan melestarikan lingkungan bisa dilihat dari dua sisi berdasarkan kwalitas dan waktunya. Konservasi alam dalam skala yang relativ sempit dan dalam jangka pendek adalah tidak sulit meskipun tidak berarti bisa terwujud seutuhnya, setidaknya bisa dirasakan secara langsung dan dalam jangka waktu yang relatif singkat salah satu contoh dengan adanya gerakan sadar kebersihan dirumah, dikantor, dijalan- jalan, dipasar, dan himbauan membuang sampah pada tempatnya.
Konservasi dalam skala yang lebih luas adalah dibentuknya undang- undang oleh pemerintah tentang pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Lingkup yang lebih luas lagi sebenarnya ada sistem yang mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung bagi setiap negara.
Revolusi industri pada abad ke-18 yang menimbulkan berbagai sosial ekonomi yang sampai sekarang masih terasa.
Proses Untuk melangsungkan produksi dibutuhkan bahan-bahan mentah yang menuntut eksploitasi alam, karena revolusi industri timbul faham marxisme, sejarah manusia digerakkan oleh faktor-faktor produksi
dan ekonomi. Kapitalisme adalah faham yang paling jelas dimana mereka merupakan masyarakat mempunyai modal dan lobi pemerintah yang bisa membeli potensi alam dan mengambil sesukanya dan tidak peduli dengan undang-undang konservasi alam. Undang-undang ini di buat manusia, maka bisa di beli dengan uang, ini adalah kenyataan.
Indonesia misalnya, negara dimana bisa di lihat secara dekat bagaimana hutan yang demikian luasnya di beli dan di kelola sesukanya untuk kepentingan para kapitalis terselubung dari bangsa Indonesia sendiri misalnya hutan di pedalaman Kalimantan, yang dekat di sini misalya, hutan jati di Kendal. Banyak tambang-tambang emas, batu bara, minyak, dan hasil tambang lainnya yang di kontrak oleh para pemilik modal yang menggali tanpa memikirkan generasi yang akan datang yang sama-sama berhak untuk menikmati hasil tambang tersebut bagi kelangsungan hidupnya.
Undang-undang pemeliharaan alam mulai dari tingkat negara samapai antar negara telah banyak yang melakukan penyelewengan.
Diperlukan pendekatan yang multi dimensional dalam memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. karena masyarakat adalah kesatuan sistem yang terdiri dari berbagai aspek, baik aspek agama, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain. Nilai universal yang ada dalam ajaran agama baik dalam Islam maupun Kristen tentang pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup harus di organisir secara baik. Keadilan yang merata baru terwujud dan kedholiman terhadap lingkungan hidup hendaknya lenyap atau setidaknya berkurang dan ini harus diwujudkan mulai dari diri kita masing-masing untuk peduli terhadap lingkungan hidup.
Pengendalian terhadap perusakan dan pencemaran lingkungan hidup di samping ada undang undang negara perlu peraturan yang sangat mendasar yaitu pijakan pada ajaran agama. Relevansi dari ajaran agama dalam pemeliharaan dan pelestarian serta pemanfaatan lingkungan hidup bisa di lihat dari ajaran-ajaran yang di firmankan oleh
Allah. Persepsi Dr. Mujiyono Abdillah dalam bukunya Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al Qur’an menguraikan,
“Ajaran agama dipengaruhi oleh lingkungan, di sisi lain, agama juga berpeluang mempengaruhi lingkungan, sehingga timbul teori tentang agama ramah lingkungan. Agama ramah lingkungan adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya tentang kearifan lingkungan, sehingga timbul nilai-nilai spiritual religius dengan nilai-nilai ekologis”. 4
Nilai spiritual religius ekologis, yang telah tertanam dalam diri manusia yang beragama akan memiliki nilai yang positif terhadap kelangsungan hidup lingkungan hidup. persoalan lingkungan hidup saat ini adalah merupakan persoalan moral, maka solusi yang paling mutakhir adalah harus bergantung pada moralitas manusia, yaitu dengan cara revitalisasi nilai-nilai moral, keadilan, kebaikan, kasih sayang, keramahan, sikap tidak sewenag-wenang, dan seterusnya. Kemurnian akidah yang berdasar pada ajaran agama, syariat agama, serta keseimbangan tuntunan moral, menyodorkan solusi terbaik kepada umat manusia dalam menghadapi berbagai persoalan lingkungan, terutama lewat ajaran-ajarannya yang terdiri dari tuntunan, aturan hukum, serta bimbingan moral. Semua itu di kembangkan secara original dalam suatu siklus yang bersubstansikan iman kepada Tuhan. Rumusan ajaran agama tersebut sangat relevan sekali jika diterapkan oleh manusia untuk memelihara lingkungan hidup, sehingga akan bisa dapati lingkungan yang sehat, masyarakat yang makmur dan subur dengan berbagai tanaman, gemah ripah loh jinawi yang diberkati oleh Tuhan serta jauh dari ancaman mara bahaya seperti pencemaran udara, laut, serta tanah, banjir, longsor, dan lain-lain.
4 Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Pespektif Al Qur’an, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm. 16
C. Konsep Pemeliharaan Lingkungan Hidup Yang Islami
Kajian ini menunjukkan kepada umat manusia bahwa Allah telah menciptakan lingkungan dengan segala elemennya dalam keadaan baik, bersih, seimbang, dan saling melengkapi. Kemudian, campur tangan manusia yang ambisius menyebabkan kerusakan serta ketidakseimbangan, khususnya di zaman sekarang ini. Lebih-lebih dalam beberapa dasawarsa terakhir, dimana persoalan dan ancaman terhadap lingkungan terlihat semakin merajalela.
Manusia dengan segala kesewenang-wenangan dan kebodohannya telah merusak lingkungan. Manusia mencemari lingkungan dari kondisi semula yang bersih, manusia ,menghancurkan pola keseimbangan yang telah ada. Lalu Dzat Yang Maha tinggi menghukum manusia atas perbuatannya yang merusak di atas bumi.
Hukuman tersebut bisa berupa bencana yang diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri, dan bukan Allah yang mengzhalimi manusia, tapi manusialah yang menzhalimi diri manusia itu sendiri. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an’
Artinya: “Itu semua disebabkan perbuatan kedua tangan kamu dahulu.
Dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.” ( Q.S Al-Hajj: 10 )
Allah telah mengajari apa-apa yang belum manusia ketahui. Allah juga menundukan untuk manusia kekuatan alam yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kemudian Allah menyediakan pula modal dasar bagi perkembangan teknologi, elektronika, serta biologi, yang mampu mengantarkan setiap khayalan menjadi kenyataan. Namun manusia belum membalas segala nikmat tersebut dengan ekspresi kesyukuran yang layak. Manusia juga belum memanfaatkannya untuk beramal di jalan yang disukai dan diridhoi Allah. Bahkan sebaliknya,
mereka cenderung menggunakan semua itu di jalan yang di benci oleh Allah. Maka karunia Allah yang semula berupa nikmat di rubah menjadi bencana. Ilmu pengetahuan berikut pengembangannya menjelma sebagai alat untuk menghancurkan, bukan sebagai alat untuk membangun dan berpoduksi.
Pangkal dari semua itu, ialah kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dalam khazanah peradaban Barat yang notabene merupakan pengendali dunia saat ini , tidak tumbuh dari suatu proses yang bersubstansikan iman. Justru tumbuh dari proses yang menjauhi nilai-nilai keimannan.
Perspektif peradaban Barat, ilmu pengetahuan dianggap sebagai antitesa dari iman itu sendiri. Sebab itulah, di Barat, telah berlangsung benturan yang panjang dan terus menerus antara agama dan ilmu pengetahuan, yang akhirnya ( menurut keyakinan mereka ) dimenagkan oleh ilmu pengetahuan. Maksud penulis di sini, adalah agama gereja Barat yang telah menyebarkan berbagai pemahaman dan pemikiran khurafat, serta menganggap kebenaran itu sebagai sesuatu yang sakral yang hanya dimilki oleh kelompok manusia saja. Manusia merasa berhak untuk mematikan hal-hal lain yang dianggap bukan bagian dari “agama Tuhan”. Maka sudah sewajarnya jika ilmu pengetahuan berhasil merobohkan pandangan-pandangan semacam ini.
Memang tidak ada cara lain untuk mengatasi persoalan-persoalan lingkungan yang pada akhirnya juga akan membahayakan manusia selain dengan mengobati diri manusia sendiri, sebab merekalah yang telah merusak lingkungan dan karenanya, manusia pula yang harus memperbaiki. Khusus mengenai manusia, cara pengobatannya bukan dari unsur eksternal, tetapi dari unsur internal, yaitu dari struktur kejiwaannya yang natobene merupakan pangkal penyakit. Maka perbaikan struktur kejiwaan inilah yang juga harus dipahami sebagai formula satu-satunya yang bisa menyembuhkan. Al-Qur’an telah menegaskan hal tersebut dalam salah satu ayatnya,
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S Ar-Ra’d: 11 )
Harus ada perangkat hukum yang berwenang menjatuhkan sangsi bagi para perusak lingkungan. Selama manusia tidak sadar, perangkat ini pun tidak akan pernah mampu menyelesaikan masalah yang terjadi sampai keakar-akarnya. Harus dikembangkan suatu terapi dan penyadaran dalam diri manusia, yang merupakan sebuah komitmen tertinggi yang tiada duanya. Perangkat itu adalah iman, iman yang benar kepada Allah SWT dan segenap ajarannya, termasuk pula iman kepada alam akhirat. Karena hanya komitmen seperti inilah yang mampu mengubah manusia secara fundamental dari dalam, hingga kemudian ia menjadi tahu siapa dirinya, siapa Tuhannya, apa tujuan hidupnya, serta bagaimana mencapai semua itu. Allah berfirman yang artinya
Artinya: “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” ( Q.S At-Taghabun: 11 ) Iman yang mantap akan menumbuhkan sikap mawas diri serta kesadaran yang hidup sehingga manusia lebih mampu mengontrol dirinya sendiri, dan takut kepada Allah melebihi rasa takutnya kepada sesama manusia. Manusia akan mendahulukan perbuatan-perbuatan yang diridhoi oleh Allah dari pada perbuatan yang disukai manusia.
Iman adalah komitmen yang tumbuh dalam diri manusia, mengarahkannya kepada kebajikan, menjauhikannya dari angkara murka, serta mampu menyucikan jiwanya. Al-Qur’an menyebutkan:
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” ( Q.S Asy-Syams: 9-10 )
Jadi, persoalan lingkungan pada dasarnya adalah persoalan moral. Solusi yang efektif ternyata tergantung pada moralitas manusia, yaitu dengan cara revitalisasi nilai-nilai moral, keadilan, kebaikan, kasih sayang, keramahan, sikap tidak sewenag-wenang dan seterusnya. Nilai- nilai luhur tersebut agaknya telah tergerus dalam diri kebanyakan manusia modern. Sampai-sampai ada yang berkata seperti perkataan Qarun,
Artinya: “Sesungguhnya aku dikaruniai harta itu, dikarenakan ilmu yang ada padaku.” ( Q.S Al-Qashash:78 )
Qarun tidak mengatakan apa yang dikatakan oleh Nabi Sulaiman ketika menerima singgasana Ratu Balqis,
Artinya: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku, apakah aku bersyukur atau mengingkari ( nikmat-Nya ). Dan barang siapa yang bersyukur’ maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang ingkar, maka
sesunggunya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” ( Q.S An- Naml: 40 )
Titik singgung seperti inilah, Islam dengan kemurnian akidahnya, kesempurnaan syariatnya, serta keseimbangan tuntunan moralnya, meyodorkan solusi terbaik kepada umat manusia dalam menghadapi berbagai macam persoalan lingkungan. Terutama lewat ajaran-ajarannya yang terdiri dari berbagai tuntunan, aturan hukum, serta bimbingan moral. Semua itu dikembangkan secara organis dalam suatu siklus yang bersubstansikan iman kepada Allah SWT
Semoga umat manusia bisa mengambil manfaat dari ajaran-ajaran Islam tersebut dalam interaksinya dengan lingkugan. Sebab hidayah Islam merupakan hidayah bagi seluuh umat manusia
Artinya: “Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu utusan Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak ( pula yang ) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadaamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah,, Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan ,dan ( dengan kitab itu
pula ) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus.” ( Q.S Al-Maidah: 15-16 )