• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Paud Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Paud Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Paud Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Penelitian kualitatif ini dilaksanakan pada anak kelompok A PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Faktor yang melatar belakangi berdirinya PAUD ini karena banyak anak usia dini yang belum terlayani oleh pendidikan. PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila didirikan pada tanggal 19 Juli tahun 2004 yang beralamatkan di jalan Toto Tengah, Toto Utara Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini dibangun bersama oleh BPKB Provinsi dan SKB Bone Bolango dengan luas tanah 297M2 dan luas seluruh bangunan sekolah 100 M2

Gedung PAUD Nusa Indah terdiri dari 2 ruang belajar yaitu ruang kelas kelompok bermain dan ruang kelas B. Data Siswa Tahun Ajaran 2011/2012 yakni jumlah siswa kelas B 34 orang dengan jumlah rombongan belajar 2 yaitu B1 dengan B2. Sedangkan jumlah siswa kelas kelompok bermain 22 orang dengan jumlah rombongan belajar 2 yaitu A1 dan A2. Ditinjau dari data guru dengan latar belakang pendidikan/jurusan Guru PAUD Nusa Indah Toto Utara terdiri dari 4 orang yaitu :

a. Ira Nusi SPd. pendidikan terakhir S1 PG PAUD 2011. Sebagai pemimpin sekolah dengan guru kelompok B1. TMT 19 Juli. 2004

b. Karsum Husain pendidikan terakhir SMK Negeri 2 Gorontalo sebagai guru kelompok bermain mulai bertugas pada tanggal 13 Januari. 2006 sampai dengan sekarang 25

(2)

c. Hasna Humola pendidikan terakhir SMA Suwawa sebagai guru kelompok bermain.

Mulai bertugas pada tanggal 20 Januari 2006 sampai dengan sekarang.

d. Karsum Djafar pendidikan terakhir SMA Kabila sebagai guru kelompok B2 mulai bertugas pada tangggal 26 Oktober 2007 sampai dengan sekarang.

Dalam upaya pengembangan pendidikan di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango ditetapkan visi dan misi sebagai berikut. Visi adalah terwujudnya anak yang sehat, cerdas, ceria, bertaqwa dan memiliki kreatif dan inovatif dalam menyongsong masa depan yang gemilang. Sedangkan misi PAUD yakni mewujudkan anak sehat, cerdas, ceria serta beriman dan bertaqwa; melatih sikap pengetahuan dan keterampilan untuk hidup dan kehidupan anak; meningkatkan kreatifitas anak guna menggali potensi anak.

Sarana dan prasarana di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

Tabel 4.1

Sarana dan Prasarana PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

No Sarana/prasarana Jumlah Keadaan

1 Gedung 1 Buah Baik

2 Meja Guru 2 Buah Baik

3 Kursi Guru 2 Buah Baik

4 APE Dalam 1 Paket Baik

5 APE Luar 1 Paket Baik

6 Rak Mainan 2 Buah Baik

7 Lemari 1 Buah Baik

(3)

8 Kursi Tamu 1 Set Baik

9 Kotak Obat 1 Buah Baik

10 Timbangan 1 Buah Baik

11 Meja Anak 10 Buah Baik

12 Kursi Anak 14 Buah Baik

Program lembaga yang saat ini dijalankan meliputi beberapa hal sebagai berikut.

a. Jumlah anak didik yang sedang dilayani pada paud Nusa Indah untuk tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 56 orang.

b. Program Pembelajaran

Program pembelajaran di Paud Nusa Indah adalah bersumber pada kurikulum sesuai permen No 58 tahun 2009 yang terdiri dari program tahunan, program semester, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH)

c. Bidang pengembangan di Paud Nusa Indah terdiri dari nilai agama dan moral, sosial dan emosional, bahasa, kognitif dan fisik motorik

d. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengelolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak, penilaian dilakukan melalui pengamatan, penegasan, untuk kerja, pencatatan anekdot, percakapan, laporan/dialog, laporan orang tua dan dokumentsi hasil kerja, anak (portofolio) serta deskripsi profil anak.

4.1.2 Deskripsi faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak kelompok A di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak kelompok A di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Sehubungan dengan tujuan penelitian tersebut peneliti melakukan wawancara dengan guru dan orang tua anak kelompok A yang meliputi 10 pertanyaan sebagai berikut.

(4)

1. Apakah anda mengetahui anak anda mengalami kesulitan berbicara?

2. Sejak kapan anak anda mengalami kesulitan berbicara?

3. Apa yang menjadi penyebab anak anda sulit untuk berbicara?

4. Sebagai guru bagaimana peran anda untuk mengatasi anak yang sulit untuk berbicara?

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dari Abd. Rizki Karim dikatakan bahwa:

“saya mengetahui bahwa anak saya mengalami kesulitan berbicara sehingga ia merasa malu untuk bergaul dengan teman-teman di sekolah maupun di rumah.

Dijelaskan pula bahwa anaknya sulit untuk berbicara sejak berumur 1 tahun. Sampai saat ini Abd. Rizki Karim sulit untuk mengungkapkan kata-kata sederhana karena ia tidak punya gigi di badian dpan sehingga untuk mengucapkan huruf maupun kalimat tidak jelas misalnya: huruf ‘R’ disebut ‘El’ huruf ‘L’ disebut ‘ey’ dan untuk mengucapkan kata rumah disebut ‘lumah’ dan menyebut kata matahari menjadi

‘mataali ” (Wawancara, Rusni Ahmad, 7 Mei 2012).

Dari hasil wawancara dengan orang tua Tamrin Adam dikatakan bahwa:

“Saya selaku orang tua sudah tentu tahu kekurangan anak saya, anak saya memiliki kesulitan untuk berbicara, konisi ini saya ketahui sejak ia berumur 2 tahun. Penyebab anak saya mengalami kesulitan berbicara karena terlalu lama minum susu dalam botol sejak ia lahir sampai dengan sekarang. Akibatnya pengucapan kata-kata seperti orang gagap. Misalnya kata saya dikatakan ‘ta,ta..taya’, kata tidak disebut ‘ti..ti…tidak”.

(Wawancara, Nurhayati Hamid, 3 Mei 2012).

Sehubungan dengan pertanyaan di atas, dijelaskan pula oleh orang tua dari Sarintan Ibrahim bahwa:

“Saya mengetahui bahwa Sarintan Ibrahim mengalami kesulitan berbicara sejak ia berumur 2 tahun. Mulanya saya mengira bahwa hal ini merupakan kejadian yang normal namun setelah anak ini masuk sekolah saya merasa bahwa perkembangan kemampuan berbicara anak saya tidak seperti anak yang berkembang normal.

(5)

Kesulitan berbicara pada anak saya disebabkan lidahnya yang pendek namun setelah berkonsultasi dengan dokter ini bukan penyakit walaupun anak saya agak kesulitan mengucapkan kata-kata dengan benar.” (Wawancara, Sarini Usman, 3 Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dari Wahid Mudatsir Hilimi tentang pertanyaan yang dikemukakan di atas dikatakan bahwa:

“ Saya tahu bahwa anak saya yang bernama Wahid memiliki kesulitan untuk berbicara dengan baik dan benar sejak ia berumur 2 tahun. Hal ini disebabkan karena lidahnya agak pendek dan gigi bagian depannya ompong sehingga kata-kata yang diucapkan kurang tepat.” (Wawancara, Farha Palowa, 4 Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan Paud Nusa Indah dikatakan bahwa:

“Disini peran guru sangat penting sekali karena anak apabila tidak distimulasi dengan baik maka akan selamanya anak tersebut akan sulit berbicara atau sulit mengungkapkan bahasanya oleh karena itu anak yang sulit berbicara dalam hal ini gagap selalu diberikan stimulasi dengan cara mengajak anak untuk berbicara, memberikan kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan kata demi kata serta cara lain yaitu mengulang kalimat dengan mengucap kosakata dengan memenggal kata misalnya ‘KATA’ menjadi ‘KA-TA’ atau memberikan gambar yang ada tulisan dibawahnya (Wawancara, Ira Nusi, 7 Mei 2012)”.

Dari hasil wawancara dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang tua mengetahui masalah yang dihadapi anak-anaknya dalam hal kesulitan berbiraca.

Orang tua juga tahu sejak kapan anaknya mengalami kesulitan berbicara serta faktor penyebab anak sulit untuk berbicara.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan peneliti kepada informan menyangkut faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak kelompok A di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango yakni:

5. Apakah anak anda sering menyendiri dan kurang bergaul dengan teman- temannya. Faktor apa yang menyebabkan anak anda kurang terampil dalam berteman?

(6)

6. Apakah pola asuh anda sebagai orang tua menyebabkan anak anda kurang terampil berteman dengan anak seusianya?

7. Bagaimana peran anda mengatasi anak yang kurang terampil dalam berteman?

8. Kurang terampil berteman akan berdampak pada pribadi anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana tindakan anda sebagai guru?

Pertanyaan diatas diajukan peneliti kepada orang tua anak kelompok A yang dijadikan informan. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dari Moh. Ilman Suleman dikatakan bahwa:

“Anaknya sering menyendiri dan kurang bergaul dengan teman-temannya disekolahnya karena anak ini jarang masuk sekolah sehingga ia tidak akrab dengan temannya. Faktor lain yang menyebabkan anak saya kurang bergaul karena ada temannya yang kurang disenangi” (Wawancara, Risnawati Bolowantu, 4 Mei 2012).

Dijelaskan pula oleh orang tua dari Moh. Ilman Suleman dikatakan bahwa:

“Pola asuh yang diberikan kepada anaknya sama seperti orang tua pada umumnya, malah selama ini saya selaku orang tua selalu mengajarkan kepada anak saya untu bersosialisasi dengan cara saya ajak ke tetangga agar ia tidak malu-malu untuk bergaul. Peran saya selaku orang tua untuk mengatasi anak saya yang kurang terampil berteman yakni dengan memberikan nasehat supaya ia rajin ke sekolah agar bisa mendapatkan teman yang banyak, bisa lebih akrab lagi dengan teman sekelas”.

(Wawancara, Risnawati Bolowantu, 4 Mei 2012).

Sejalan dengan pertanyaan diatas dikatakan oleh orang dari Noval Kurniawan bahwa:

“Anaknya sering menyendiri dan kurang bergaul karena dia memiliki sikap memilih- milih teman, orang yang ia sukai dan dianggap cocok diajak untuk bermain sedangkan anak yang kurang cocok dengannya malah dijauhi. Sebenarnya anak saya bukannya kurang bergaul tapi saya mungkin terlalu banyak melarangnya untuk melakukan sesuatu hal yang mengkhawatirkan saya, hal ini yang mungkin menyebabkan anak saya merasa takut untuk bergaul dengan orang lain dan menjadi anak yang kurang terampil dalam bersosialisasi. Dalam hal untuk berteman, sebenarnya saya tidak pernah memberikan batasan malah saya selalu memberikan dorongan kepada anak saya supaya tidak pilih-pilih teman, dan berteman dengan siapa saja” (Wawancara, Erniati Laiya, 4 Mei 2012).

(7)

Dari hasil wawancara dengan orang tuanya Nuril Dwi Cahyani dikatakan bahwa:

“Anaknya sering menyendiri dan kurang bergaul dengan teman-temannya karena anak saya jarang masuk sekolah sehingga ia belum terlalu mengenal teman-temannya.

Selama ini orang tua tidak pernah membatasi anaknya bergaul dengan teman sebaya tapi entah kenapa ia malas diganggu oleh teman-temannya dan lebih senang bermain sendiri. Upaya yang kami lakukan sekarang ini adalah memberikan dorongan kepada anak saya agar selalu rajin ke sekolah supaya bisa mendapatkan teman bermain yang lebih banyak” (Wawancara, Nursia Husain, 3 Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dari Desiya Mauke dikatakan bahwa:

“Anaknya sering menyendiri dan kurang bergaul dengan teman-temannya sebab Desiya Mauke itu tidak banyak berbicara (pendiam) makanya ia tidak begitu akrab dengan temanya. Ia lebih senang menyendiri dan bermain sendiri. Jika dihubungkan dengan pola asuh dikatakan bahwa anaknya kurang bergaul karena sejak kecil telah dibiasakan dengan kritikan-kritikan dan ancaman, makanya anak saya kurang bergaul, namun saya sadar bahwa pola asuh seperti ini tidak baik untuk perkembangan anak. Namun hanya dengan cara seperti ini saya bisa memberikan didikan kepada anak karena selama ini hanya saya yang mengasuhnya sebab saya sudah pisah dengan bapaknya. Upaya yang saat ini saya lakukan untuk mengatasi masalah kurangnya keterampilan bergaul anak yakni dengan mengurangi pola asuh yang keras terhadap anak dan selalu mendorong anak saya agar rajin ke sekolah dengan mengatakan bahwa di sekolah banyak teman-teman yang diajak bermain”.

(Wawancara, Sartin Hasan, 8 Mei 2012).

Berdasarkan wawancara dengan orang tua dari Hadija Mustapa dikatakan bahwa :

“Anaknya kurang bergaul sebab watak dan karakter anaknya yang pendiam dan tidan banyak bicara sehingga ia sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya, olehnya itu mengalami kendala untuk membina hubungan dengan teman-temannya dan ia paling tidak suka diganggu oleh temannya. Saat ditanyakan apalah pola asuh yang menyebabkan anaknya mengalami kesulitan untuk bergaul dikatakan bahwa pola asuh yang diberikan kepada anak yakni memberikan yang terbaik buat anak saya, selaku orang tua kami tidak banyak mengecam hal-hal yang dilakukan anak, kurang mengkritik bahkan tidak pernah bertindak keras. Peran orang tua untuk dapat mengatasi masalah anaknya yang kurang bergaul yakni dengan mengajak ke tempat yang ramai agar ia tidak kaku dalam bergaul. Saya selaku orang tua selalu memberikan nasehat kepada anak bahwa banyak teman itu baik sebab banyak yang menyayangi kita dan banyak yang mengajak bermain.” (Wawancara, Maryam Djafar, 3 Mei 2012).

(8)

Sejalan dengan pertanyaan yang disampaikan kepada ketiga informan sebelumnya, dijelaskan pula oleh orang tua dari Maryam Abdullah bahwa:

“Anaknya kurang bergaul sebab anak saya memang paling bandel, kalau diajak ke sekolah ia selalu malas diantara anak-anak saya yang lain sehingga kalau ke sekolah, ia lebih baik diam atau asik bermain sendiri. Faktor lain yang menyebabkan anak saya kurang bergaul karena teman yang disukai dan dikenal yang diajak bermain.

Sebagai orang tua kami tidak membatasi Maryam untuk bergaul dengan lingkungan sosialnya, bahkan saya biarkan dia bermain dengan teman-temanya. Peran yang saya lakukan selaku orang tua yakni mendorong ia agar rajin ke sekolah sebab di sekolah banyak teman, kalau pintar bergaul pasti tidak diejek teman bahkan akan disenangi teman”. (Wawancara, Linda Djakaria, 8 Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan Paud Nusa Indah dikatakan bahwa:

”Kurang terampil berteman akan berdampak pada anak untuk bergaul dngan temannya sebab kurang terampil dalam berteman dalam membina hubungan maksudnya anak belum berhasil melakukan tata cara brteman yang dapat diterima anak seusianya, hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan tempat tinggal atau pola asuh orang tua. Olehnya itu saya sebagai guru berusaha mendekati anak tersebut dan mengajaknya berbicara memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan mainan sehingga ia bisa bermain dan bertukar mainan dengan temannya.

(Wawancara, Ira Nusi, 7 Mei 2012)”.

Dari hasil wawancara dengan orang tua anak tentang faktor penyebab anaknya kurang terampil berteman, pola asuh yang diberikan orang tua dan peran orang tua untuk mengatasi anak yang kurang terampil dapat disimpulkan bahwa anak kurang bergaul dengan teman-temannya sebab anak memiliki karakter lebih senang menyendiri, selain itu pola asuh yang diberikan orang tua sebenarnya demi kebaikan anaknya tapi sering hal ini terlalu berlebihan sehingga anak menjadi takut dan merasa ada ancaman jika melakukan hal-hal yang berhubungan dengan perkembangannnya seperti bermain dengan teman-temannya. Ada pula orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bergaul dengan siapa saja namun anak lebih senang bermain dengan teman yang disukai. Peran orang tua untuk mengatasi masalah ini

(9)

yakni dengan memberikan dorongan, bimbingan dan arahan agar anak rajin ke sekolah sebab di sekolah anak bisa lebih akrab dengan teman-temannya.

Pertanyaan selanjutnya yang disampaikan peneliti kepada para informan tentang faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak kelompok A di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango yakni pertanyaan nomor 9, 10, 11,12 sebagai berikut:

9. Apa yang menyebabkan sehingga anak anda menjadi rendah diri?

10. Apakah unsur keturunan menyebabkan anak rendah diri?

11. Apakah mencela atau mencemoohkan anak di depan anak-anak lain menyebabkan anak rendah diri?. Bagaimana tindakan anda?.

12. Rasa kurang percaya diri menyebabkan anak takut untuk berterus terang atau terbuka dnan masalah yang dihadapinya. Bagaimana upaya anda sebagai guru?

Sehubungan dengan pertanyaan diatas, peneliti juga melakukan wawancara dengan orang tua anak kelompok A PAUD Nusa Indah. Dari hasil wawancara dengan orang tua dari Nurjana Ibrahim dikatakan bahwa:

“Faktor yang menyebabkan sehingga anaknya menjadi rendah diri karena warna kulitnya berbeda dengan anak-anak lain, begitu pula dengan rambutnya yang keriting sehingga ia di depan teman-temannya menjadi tidak percaya diri. Dijelaskan pula bahwa unsur keturunan juga dapat menyebabkan anak saya rendah diri, saya juga sering mengalami rasa rendah diri. Tindakan saya selaku orang tua tidak pernah mencemoohkan anak apalagi di depan anak-anak lain, saya bahkan memberikan pujian kalau anak saya melakukan hal-hal yang baik.” (Wawancara, Asni Usman, 6 Mei 2012).

Lain halnya dengan pendapat dari orang tua Irma Dama tentang faktor yang menyebabkan sehingga anak anda menjadi rendah diri, apakah unsur keturunan menyebabkan anak rendah diri?, dan apakah mencela atau mencemoohkan anak di depan anak-anak lain menyebabkan anak rendah diri?.

(10)

“Saya selaku orang tua dari Irma Dama belum tahu pasti apa penyebab sehingga anak saya menjadi rendah diri, padahal di rumah anak saya biasa-biasa saja, bisa bermain dengan temannya. Kalau di sekolah berubah menjadi pendiam dan tidak banyak bicara. Unsur keturunan dapat juga mempengaruhi anak rendah diri. Selama ini terkadang saya juga menjadi marah melihat anak saya di sekolah. Bertindak seperti orang yang tidak tahu bicara, diam saja. Jika ditanya oleh gurunya dia hanya diam saja. Saya selalu berusaha memberikan dorongan agar supaya anak saya tak malu- malu mengungkapkan perasaannya kepada teman maupun gurunya. (Wawancara, Saleha Karim, 3 Mei 2012).

Berdasarkan wawancara dengan orang tua dari Siti Khumairah dikatakan bahwa:

“Faktor penyebab anaknya rendah diri karena ia jarang masuk sekolah sehingga pergaulan dengan teman itu kurang sehingga dia menjadi malu-malu dan tidak percaya diri dengan temannya. Dikatakan pula bahwa unsur keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku rendah diri anak. Saat ditanyakan apakah orang tua mencela atau mencemoohkan anak di depan anak-anak lain, dikatakan bahwa saya tak pernah mencela atau mencemooh anak saya di depan orang lain. Cara saya agar anak bisa percaya diri yakni selalu mengajaknya ke tempat yang ramai agar dia bisa bersosialisasi dengan temannya, saya juga sering membelikan kaset lagu-lagu untuk anak dengan harapan setelah melihat video anak-anak yang sedang bernyanyi dan bergoyang maka anak saya bisa mengekspresikan diri sesuka hatinya dengan tidak malu-malu lagi.” (Wawancara, Maimun Idrus, 3 Mei 2012).

Dari hasil wawancara dengan orang tua dari Moh. Farel Karim dikatakan bahwa:

“Saya tidak tahu kenapa anaknya menjadi kurang percaya diri sebab selama di rumah anaknya biasa-biasa saja seperti anak lainnya diama bisa bermain bebas dengan temannya. Setelah masuk sekolah tiba-tiba dia menjadi pemalu. Saya pernah bertanya kepada anak saya apakah dia di sekolah seperti itu, katanya ia malu sama ibu gurunya. Saya merasa bahwa faktor keturunan tidak mempengaruhi sikap rendah diri anak saya. Dikatakan juga oleh orang tua dari Moh. Farel Karim bahwa bimbingan yang diberikan memang terlalu keras, selalu banyak penekanan. Kalau anak saya tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan gurunya, saya selalu memberikan hukuman sehingga anak saya sering menangis di depan teman-temannya. Mungkin karena perlakuan tersebut anak saya menjadi rendah diri, serba salah mau mengerjakan tugas seolah-olah dia tidak bisa, takut salah karena ada tekanan.”

(Wawancara, Serlin Ali, 7 Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelompok A PAUD An-Nisa dikatakan bahwa:

(11)

“Upaya saya sebagai guru sekaligus pimpinan harus berusaha memotivasi anak dengan selalu memberikan pujian walaupun dia belum mampu untuk melaksanakan tugas selalu diberi pujian sehingga termotivasi agar rasa kurang percaya dirinya hilang sedikit demi sedikit, kemudian memberikan tugas kelompok dengan mengerjakan tugas kelompok maka anak bisa bergaul dengan teman-temannya sehingga rasa kurang percaya dirinya hilang”. (Wawancara, Ira Nusi, 7 mei 2012).

4.2 Pembahasan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak kelompok A di PAUD Nusa Indah Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti telah mengajukan 10 pertanyaan kepada para informan. Dari hasil jawaban informan diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak kelompok A di PAUD An-Nisa diantaranya adalah karena anak mengalami kesulitan dalam berbicara, kondisi fisiknya, faktor keturunan, perasaan rendah diri, dan pola asuh yang kurang tepat dilakukan oleh orang tua. Kesulitan berbicara memang dapat menghambat anak untuk berkomunikasi dengan orang lain sebab apa yang disampaikan oleh anak sulit untuk dimengerti. Kondisi ini bisa saja membuat anak merasa kurang percaya diri, minder dan malu untuk bergaul dengan teman-temannya. Anak yang mengalami kesulitan berbicara agak sulit untuk diajak bicara baik oleh guru maupun teman sekolahnya.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa anak yang pemalu biasanya suka menyendiri. Anak yang suka menyendiri dan lebih suka melakukan sesuatu di dalam kamar sendiri.Perasaan malu adalah perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain atas dirinya. Ada yang mengartikannya sebagai sesuatu yang “aneh”, “hati- hati”, “curiga” dan sebagainya. Pada umumnya sejak lahir manusia telah memiliki sedikit perasaan malu, namun bila perasaan itu telah berubah menjadi semacam rasa takut yang

(12)

berlebihan, maka hal itu akan menjadi suatu fobia, yaitu takut mengalami tekanan dari orang lain atau takut menghadapi masyarakat. Anak yang pemalu selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan temannya yang lain.

Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri anak pemalu ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga sulit bergaul. Jadi mereka perlu diberi bantuan.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rahmawati (2011:2) bahwa faktor penyebab perilaku pemalu pada anak diantaranya adalah terlalu banyak mengancam, menggoda, atau kritik. Anak-anak yang sering terancam, menggoda atau dikritik, baik oleh anggota keluarga atau oleh orang lain dapat belajar hanya mengharapkan umpan balik negatif dari orang lain. Harapan ini akan mengarah pada menghindari situasi sosial dan kontak dengan orang lain, perasaan rendah diri (low self esteem). Pengaruh dari model di lingkungan, kurang bermasyarakat, pandangan orang lain,

kurangnya keterlibatan orang tua.

Dijelaskan pula oleh Gunarsah (2001:12) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sifat pemalu yakni keadaan fisik, kesulitan dalam berbicara, kurang terampil dalam berteman, harapan orang tua terlalu tinggi, pola asuh yang mencela, unsur keturunan, masa kanak-kanak kurang gembira, kurang bermasyarakat, perasaan rendah diri, dan pandangan orang lain.Penyebab masalah seorang anak menjadi pemalu.

Unsur keturunan merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini

(13)

juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.

Masa kanak-kanak yang terlalu banyak ditekan oleh orang tua yang diakibatkan orang tua bercerai bisa membuat anak menjadi pemalu. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.

Anak menjadi pemalu bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat. Begiti pula perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.

Orang tua yang menganggap anaknya lemah bisa menyebabkan anak menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil.

Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman- teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.

Padahal anak-anak seperti ini kelak akan menjadi anak yg unggul di bidang sains dan teknologi, atau bisa juga mereka menjadi seniman, mereka adalah anak-anak yg peka dan penuh cinta kasih,terutama cinta kasih terhadap pada orangtuanya.

Referensi

Dokumen terkait

tradisional arabic 18 pt. لا ددعو د ةعبرأ يه ةملعتلا داملا لكل سور يذلا مسرلا وأ روصلا .سورد شي لم لاإ ضيبأو دوسأ اهنول باتكلا يف .فلاغلا يف .ةحفص نوسمخو ةعبس

Hasil pengamatan mengidentifikasi total biaya peledakan yang dikeluarkan oleh PT Vitrama Properti masih belum optimal, sehingga menyebabkan untuk mencapai volume

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “

Maka dari sini untuk dapat mewujudkan sebuah perlindungan hukum terhadap para korban perdagangan orang yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial adalah

Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka penelitian tentang optimasi parameter respon mesin cetak sistem injeksi perlu dilakukan dengan prosedur terpadu yang

(1) Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah melaksanakan tugas membantu Kepala Dinas dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan pemungutan pendapatan daerah dari pajak dan

Gambar diatas menunjukkan bahwa pada Juli 2017 terjadi peningkatan impor nonmigas, hal tersebut dikarenakan bulan sebelumnya Papua Barat tidak melakukan