• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci: Tomat, edible coating, lilin lebah, cekaman anaerobik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci: Tomat, edible coating, lilin lebah, cekaman anaerobik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

v

Ni Putu Nita Lospiani. 1211305004. 2017. Pengaruh Lama Waktu Cekaman Anaerobik Dan Konsentrasi Emulsi Lilin Lebah Sebagai Bahan Pelapis terhadap Mutu Buah Tomat Selama Penyimpanan. Di bawah bimbingan, Prof.

Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D. dan I.A Rina Pratiwi Pudja, S.TP., MP.

ABSTRAK

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk golongan tanaman sayur yang dapat tumbuh di daerah subtropis dan daerah tropis. Buah tomat sangt ringkih mengalami kerusakan selama periode pascapanen. Untuk memperpanjang masa simpan buah tomat dapat dilakukan dengan pelapisan menggunakan bahan edible.

Lilih lebah adalah salah satu bahan yang aman dikonsumsi dan dapat digunakan sebagai bahan pelapis pada buah. Cekaman anaerobic yang diberikan pada buah tomat bertujuan untuk mengreasi senyawa volatile anaerobic untuk memperlambat laju kemunduran buah selama periode pascapanen; dengan demikian, memperpanjang masa simpan. Pada kondisi anaerobic, ethanol dan acetaldehyde adalah senyawa volatile yang secara alami diproduksi dari buah dan sayuran. Penelitian ini bertujuan intuk mengetahui dua factor perlakuan, yaitu lama cekaman anaerobic dan konsentrasi emulsi lilin lebah (o/w), sebagai bahan pelapis, terhadap mutu dan masa simpan buah tomat. Hail penelitian menunjukkan, pengaruh dua factor perlakuan tersebut secara nyata berinteraksi terhadap mutu dan masa simpan. Cekaman anerobik selama 36 jam dikombinasikan dengan konsesntrasi emulsi lilin lebah berbeda (1.5 dan 3.0%) sebagai bahan pelapis, memperlambat kemunduran mutu dan memperpanjang masa simpan buah tomat. Akan tetapi, bila lama cekaman 72 jam yang dikombinasikan dengan perlakuan pelapisan emulsi lilin lebah 3%, intensitas kerusakan buah meningkat.

Kata kunci: Tomat, edible coating, lilin lebah, cekaman anaerobik

(2)

vi

Ni Putu Nita Lospiani. 1211305004. The Effects of The Length of Time of Anaerobic Stress and the Concentration of Beeswax Emulsion as a Coating Material on the Quality of Tomato Fruit During Storage. Supervised by Prof. Ir.

I Made Supartha Utama, MS., Ph.D. and I.A Rina Pratiwi Pudja, S.TP., MP.

ABSTRACT

Tomato (Lycopersicon esculentum Mill) is classified as one of fruity vegetables which could grow both sub-tropical region and tropical region. Tomato fruits are naturally prone to damage during the postharvest period. Extending the shelf-life of the fruits could be done by using edible natural coating. Beeswax is one of the natural edible materials that could be applied for fruit coating which is safe to be consumed. Anaerobic stress given to the fruits aimed to create suitable anaerobic volatiles to reduce the deterioration rate during the postharvest period; therefore, prolong the shelf-life. In anaerobic condition, ethanol (ethyl alcohol) and acetaldehyde are volatile compounds which are naturally produced from fruits and vegetables. This research was aim to investigate the effect of two different factors of treatments, namely the length of time of anaerobic stresses and different concentration of beeswax emulsion (o/w), as a coating material, on the quality and storage life of tomato fruits.The result showed that the effect of the both factors of treatments were significantly interacted on the deterioration of quality and storage life of tomato fruits. The length of anaerobic stress of 36 hrs combining with different concentration (1.5 and 3.0%) of beeswax emulsion as a coating material slowed the deterioration of quality and increased the storage life of tomato fruits.

However, if the length of stress of 72 hrs combined with concentration of beeswax emulsion of 3%, the intensity of fruit damage increased.

Keywords : Tomato, edible coating, beeswax, anaerobic stress.

(3)

vii RINGKASAN

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk golongan tanaman sayur yang dapat tumbuh di daerah subtropis dan daerah tropis. Sifat yang dimiliki buah tomat pada umumnya sama dengan produk hortikultura lainnya yaitu mudah mengalami kerusakan selama periode pascapanen. Kerusakan yang terjadi akibat stres yang dialami komuditi hortikultura karena perbedaan kondisi normal, ketika masih melekat pada tanaman induknya. Kondisi normal yang masih dilakukan proses respirasi, respirasi secara aerob di lakukan oleh produk hortikultura dimana terdapat udara yang cukup untuk melakukan respirasi. Kerusakan dapat disebabkan oleh pertumbuhan (pathogen) mikroorganisme pembusuk seiring dengan perubahan fisiologis produk hortikultura segar selama periode pascapanen. Kerusakan patologis ini dapat dipercepat dengan adanya kerusakan-kerusakan fisik/mekanis selama periode penanganan pascapanennya. Kerusakan fisik/mekanis mempermudah proses infeksi dan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk karena ketersediaan nutrisi dan air bebas.

Sifat yang dimiliki tomat mudah mengalami kerusakan setelah memasuki pascapanen maka dibutuhkan cara agar dapat memperkecil kerusakan yang terjadi.

Menurut McGregor (1989), suhu selama penanganan, pendistribusian dan penyimpanannya bepengaruh nyata terhadap masa simpan. Penyimpanan dan transportasi untuk buah tomat masak merah secara optimal sekitar 13-150C, sedangkan suhu 18-220C untuk tomat matang hijau. Terdapat kendala dalam pengaplikasian suhu dingin untuk usaha skala kecil yaitu biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. Sehingga diperlukan alternatif teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan, serta dapat diadopsi pada sistem rantai suplai skala kecil.

Teknologi alternatif yang dapat dicoba untuk memperpanjang masa simpan buah tomat adalah interaksi perlakuan lama waktu kondisi anaerobik dan pelapisan dengan emulsi lilin lebah. Menurut Apandi (1984) pada kondisi anaerobik, asam piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis dikonversi melalui poses dekarboksilasi menjadi asetaldehid dan selanjutnya melalui proses dehidrogenase menghasilkan

(4)

viii

etanol. Etanol dan asetaldehid adalah senyawa volatil yang memiliki sifat antimikroba. Karena sifatnya yang volatil atau mudah menguap maka perlu ada usaha untuk memperkecil menguapnya kedua senyawa tersebut dari dalam buah menuju ke atmosfer atau udara bebas. Alternatif untuk menghalangi keluarnya kedua senyawa volatil tersebut adalah dengan melapisi buah menggunakan bahan edible, seperti lilin lebah (beeswax). Pelapisan dengan menggunakan lilin lebah dapat menurunkan susut bobot buah paprika secara nyata (Nussinovitch et al., 2013, paten WO2013144961 A1).

Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain buah tomat varietas Marta yang diperoleh dari Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Lilin lebah, minyak wijen, dan beberapa bahan tambahan berupa asam oleat,tween 80, etanol 95% dan asam askobat plastik PE dengan ketebalan 0,04 mm. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas ukur, chamber, nampan, pisau, meja, gelas beaker, refractometer (merk labo 10807, texture analyzer, pH meter, timbangan digital (merk AdventurerTM Pro Av 8101, Ohaus New York, USA), labu ukur, pipit tetes, corong, pipet volume, labu ukur, kertas saring, biuret, boult, gelas pyrex dan kompor elektrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan perlakuan sebanyak tiga kali.

Parameter yang diamati susut bobot buah, intensitas kerusakan buah, kekerasan buah, total asam, pH, total padatan terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan lama kondisi anaerobik dan emulsi lilin lebah sebagai bahan pelapis pengaruh yang nyata terhadap susut bobot, intensitas kerusakan, kekerasan, total padatan terlarut. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap total asam tertitrasi, dan pH.

(5)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan dan dilimpahkan-Nya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Lama Waktu Cekaman Anaerobik Dan Konsentrasi Emulsi Lilin Lebah Sebagai Bahan Pelapis Terhadap Mutu Buah Tomat Selama Penyimpanan”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

Keberhasilan penulis tidak hanya didasarkan atas kerja keras penulis tetapi juga berkat dukungan serta bantuan yang penulis terima dari awal dimulainya penelitian ini hingga akhir penulisan skripsi. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS.,Ph.D. selaku pembimbing I dan Ibu I.A Rina Pratiwi Pudja, S.TP., MP. sebagai pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan mengarahkan selama penelitian hingga penyelesaian dari skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. I Dewa Gde Mayun Permana, M.S. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Widia, M.SIE. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian, FTP Unud.

4. Bapak, Ibu, dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan serta bantuan moril dan materi sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan tidak lupa saya ucapkan juga terima kasih kepada adik saya I Made Wahyu Sudharma yang senantiasa memberi semnagat.

5. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai FTP Unud yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala Laboratorium pascapanen di FTP Unud yang telah memberikan izin untuk memakai Laboratorium.

(6)

xi

7. Rekan-rekan FTP Unud khususnya Ola, Dayu Santika, Dek Juli, Sari, Wawo, Komang, Eva, Eka, Juli, Duduk, Dayu Ocy, Yanti, Wircing, Purwita, Wahyuni, Made, Kak Cista yang telah turut serta membantu lancarnya penelitian, skripsi ini.

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat dipergunakan sebagai mana mestinya sehingga dapat bermanfaat bagi banyak orang. Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga penulis berharap kritikan serta saran-saran dari para pembaca yang bersifat membangun.

Jimbaran 26 Maret 2017

Penulis

(7)

xii

DAFTAR ISI

No. Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFRAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

II. Tintauan Pustaka ... 6

2.1 Karakteristik Fisiologi Pascapanen Buah Tomat ... 6

2.2 Respirasi ... 8

2.3 Kondisi Anaerobik ... 11

2.4 Faktor-faktor yang menyebabkan Kerusakan ... 12

2.5 Pelapisan Edible Coating pada Buah ... 13

2.6 Lilin lebah ... 14

2.7 Kemasan Pelastik Polietilen ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Tempat dan waktu Penelitian ... 17

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.3 Bahan Penelitian ... 17

3.4 Rancangan Penelitian ... 17

3.5.1 Tahapan Pembuatan Emulsi ... 19

3.5.2 Tahapan Pemberian Konsentasi Anaerobik ... 19

3.5.3 Tahapan Pemberian Pelisan ... 19

3.5.4 Tahapan Pengamatan ... 20

3.6 Pengamatan Parameter Penelitian ... 22

3.6.1 Susut Bobot ... 22

3.6.2 Kekerasan Buah Tomat ... 22

3.6.3 Intensitas Kerusakan ... 22

3.6.4 Total Padatan Terlarut ... 23

3.6.5 Nilai Derajat Keasaman (Ph) ... 24

3.6.6 Total Asam Tertitrasi ... 24

3.6.7 Pengamatan Subjektif-Deskriftif ... 24

(8)

xiii

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Susut Bobot pada Buah Tomat... 25

4.2 Perubahan Tekstur Pada Buah Tomat ... 28

4.3 Perubahan Intensitas Kerusakan pada Buah Tomat ... 30

4.4 Perubahan (TPT) Total Padatan Terlarut Pada Buah Tomat .. 32

4.5 Asam Tertitrasi (%) dan pH Daging Buah Tomat ... 34

4.6 Pengamatan Subjektif-Destruktif ... 35

V. Kesimpulan dan Saran ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 44

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Daya tembus (Permaebilitsd terhadap O2, CO2, N2 dan H2O) ... 15

2. Ketebalan plastik (permaebilitas terhadap O2, CO2, N2 dan H2O)... 16

3. Perlakuan Penelitian ... 18

4. Persentase kerusakan individu buah serta rating setiap kerusakan ... 23

5. Hasil analisa signifikasi pengaruh perlakuan terhadap susut bobot ... 25

6. Hasil analisa signifikasi pengaruh perlakuan terhadap tekstur ... 29

7. Hasil analisa signifikasi pengaruh perlakuan intensitas kerusakan ... 31

8. Hasil analisa sinifikasi pngaruh perlakuan terhadap TPT ... 33

9. Hasil analisa signifikasi pengaruh perlakuan terhadap asam titrasi ... 35

10. Hasil analisa signifikasi pengaruh perlakuan terhdap ph ... 35

11. Hasil uji BNT susut bobot buah tomat ... 43

12. Hasil uji BNT tekstur buah tomat ... 44

13. Hasil uji BNT intensitas kerusakan buah tomat ... 45

14. Hasil uji BNT TPT buah tomat ... 46

15. Hasil uji BNT total asam buah tomat ... 47

16. Hasil uji BNT ph buah tomat ... 48

(10)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Tingkat Kematangan Buah Tomat ... 6

2. Siklus Kreb (Respirasi aerob) ... 10

3. Respirasi Anaerob ... 11

4. Prosedur Pelaksanaan ... 21

5. Susut bobot buah tomat selama penyimpanan akibat perbedaan lama waktu cekaman anaerobik (A0, 36 dan A72) dan pelapisan buah dengan konsentrasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0,L1.5) dan pelapisan buah dengan konsentrasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0, L1.5 dan L3.0) ... 27

6. Tekstur buah tomat selama penyimpanan akibat perbedan lama waktu cekaman anaerobik (A0, A36 dan A72) dan pelapisan buah dengan konsentasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0, L1.5 dan 3.0). ... 28

7. Intensitas kerusakan buah tomat selama penyimpanan akibat perbedaan perlakuan lama waktu cekaman anaerobik (A0, A36 dan A72) dan pelapisan buah dengan konsentrasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0, L1.5, dan L3.0) ... 30

8. Total padatan terlarut buah tomat selama penyimpanan akibat perbedaan perlakuan lama waktu cekaman anaerobik (A0, A36 dan 72) dan pelapisan buah dengan konsentrasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0, L1.5 dan L3.0) ... 32

9. Asam Titrasi buah tomat selama penyimpanan akibat pernedaan perlakuan lama waktu cekaman anaerobik (A0, A36 dan A72) dan pelapisan buah dengan konsentrasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0, L1.5 dan L3.0) ... 47

10. pH buah tomat selama penyimpanan akibat perbedaan perlakuan lama waktu cekaman anaerobic (A0, A36 dan A72) dan pelapisan buah dengan konsentrasi emulsi lilin lebah berbeda (L0.0, L1.5 dan L3.0) ... 48

(11)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Hasil uji BNT ... 44

2. Data pengamatan susut bobot buah tomat dan analisa setatistik ... 49

3. Data pengamatan tekstur dan analisis statistika ... 63

4. Data pengamatan Intensitas kerusakan dan analisis statistika ... 69

5. Data pengamatan Padatan Terlarut dan analisis statistika ... 78

6. Data pengamatan Total asam dan analisis statistika ... 84

7. Data pengamatan ph kerusakan dan analisis statistika ... 88

8. Gambar-gambar rating kerusakan ... 91

9. Gambar Buah Tomat ... 93

(12)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) tergolong tanaman sayur dapat tumbuh di daerah subtropis dan daerah tropis. Pemanfaatan tomat tergantung varietas dan jenisnya. Umumnya tomat dikelompokkan menjadi tomat yang langsung dikonsumsi segar dan tomat untuk olahan. Buah tomat memiliki beberapa varietas, buah tomat menurut bentuknya, digolongkan Tomat Tegak (Lycopersicon esculentum Mill, var.validim Bailey), Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum Mill, var. Cerasiforme (Dun) Alef), bentuknya seperti kelengkeng, Tomat Biasa (Lycopersicon esculentum Mill, var.commune), Tomat Kentang atau Tomat Daun Lebar (Lycopersicon esculentum Mill, var.grandifolium Bailey, Tomat Apel atau Pir (Lycopersicon esculentum Mill, var.pyriforme Alef).

Buah tomat merupakan komoditi hortikultura yang memiliki sifat mudah mengalami kerusakan selama periode pascapanennya. Periode pascapanen adalah kondisi stres bagi komoditi hortikultura segar. Hal ini karena kondisi pascapanen tidak sesuai dengan kondisi normal hidupnya ketika masih melekat pada tanaman induknya, terlebih lagi terputusnya proses fotosintesis. Bagi manusia sebagai konsumen berusaha mempertahankan kesegarannya dengan mengelola stres dengan penanganan pascapanen yang baik agar komoditas tetap hidup dan segar.

Aktivitas hidupnya diindikasikasikan dengan masih berlangsungnya aktivitas respirasi. Jika tidak lagi ada suplai bahan respirasi seperti karbohidrat dari proses fotosintesis, maka karbohidrat yang ada dalam komoditas tersebut digunakan untuk proses respirasi. Hasil proses respirasi adalah energi (ATP dan panas respirasi), karbondioksida dan air. Dengan demikian, semakin cepat laju respirasi maka semakin cepat kehilangan karbohidrat. Hal ini menyebabkan makin cepat pula mengalami kelayuan dan selanjutnya kematian. Pengendalian laju respirasi menjadi sangat penting untuk memperpanjang masa simpan produk segar hortikultura.

Faktor penyebab kerusakan lainnya adalah adanya pertumbuhan mikroorganisme pembusuk (pathogen) seiring dengan perubahan fisiologis produk hortikultura segar selama periode pascapanennya. Kerusakan patologis ini dapat dipercepat dengan adanya kerusakan-kerusakan fisik/mekanis selama

(13)

2

periode penanganan pascapanennya. Kerusakan fisik/mekanis mempermudah proses infeksi dan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk karena ketersediaan nutrisi dan air bebas.

Secara umum, cara yang paling baik untuk mengendalikan kerusakan produk hortikultura segar akibat laju respirasi yang tinggi serta pertumbuhan mikroorganisme adalah dengan pendinginan. Namun suhu terendah yang aman untuk transportasi dan penyimpanan buah tomat masak merah sekitar 13-15oC, sedangkan yang matang hijau berkisar 18-22oC (McGregor, 1989; Thompson et al., 2002). Di bawah suhu rendah tersebut buah dapat mengalami kerusakan fisiologis yang dinamakan chilling injury atau kerusakan karena dingin. Selain itu, penggunaan suhu dingin bagi pelaku penanganan pascapanen pada rantai suplai skala kecil adalah biaya yang cukup tinggi. Sehingga diperlukan alternatif teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan, serta dapat diadopsi pada sistem rantai suplai skala kecil.

Etanol (ethyl alcohol) dan asetaldehid adalah senyawa volatil yang secara alami dihasilkan oleh buah-buahan dan sayuran terutama pada kondisi anaerobik.

Pada kondisi anaerobik, asam piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis dikonversi melalui poses dekarboksilasi menjadi asetaldehid dan selanjutnya melalui proses dehidrogenase menghasilkan etanol (Aprandi, 1984). Kedua senyawa volatil mempunyai sifat antimikrobial. Uap asetaldehid dengan konsentrasi 10% yang diekpose pada buah jeruk selama 10 menit pada suhu 21oC mampu membunuh bagi Penicillium digitatum, Penicillium italicum, Altenaria citri, Altenaria tenuis, gloeosporioides Colletotricum, dan Glomerella cingulata (Prasad, 1975). Uap Aa juga efektif dalam menghambat pertumbuhan Erwinia carotovora, Pseudomonas fluorescens, Botrytis cinerea, Monilinia fructicola, Rhizopus stolonifer, Pseudomonas expansum (Aharoni dan Stadelbacher, 1973).

Sedangkan buah lemon yang diinokulasi dengan spora P. digitatum dan dicelupkan ke dalam larutan etanol 10% dalam air selama 150 detik dengan suhu 45oC secara signifikan mengurangi pembusukan, dan efektivitasnya sebanding dengan mencelupkannya ke dalam 1000 mg/mL fungisida imazalil pada suhu 25oC selama 60 detik (Smilanick et al., 1995).

(14)

3

Di sisi lain, aplikasi uap asetaldehid dari luar pada buah alpukat sebelum penyimpanan menghambat pemasakan ditandai dengan penundaan pelunakan dan penurunan produksi etilen (Pesis et al., 1998). Etanol telah dilaporkan menghambat perkembangan warna dan produksi likopen pada buah tomat (Kelly dan Saltveit, 1988), serta menghambat produksi etilen dari potongan pericarp buah tomat (Saltveit dan Mencarelli, 1988). Dengan demikian, pertanyaan yang timbul apakah produksi etanol dan asetaldehid melalui kondisi anaerobik mampu memperlambat pemasakan dan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk pada buah tomat? Berapa lama kondisi anaerobik diberikan agar respirasi normal aerobik dapat kembali dilaksanakan? Seperti dijelaskan di atas bahwa senyawa etanol dan asetaldehid adalah senyawa volatil. Dengan demikian selama periode pascapanen dan setelah diberikan kondisi anaerobik, kedua senyawa yang terbentuk akan mudah menguap ke udara. Salah satu kemungkinan untuk menghambat terlepasnya kedua gas tersebut adalah dengan memberikan pelapisan menggunakan bahan edible.

Beeswax atau lilin lebah adalah bahan edible yang emulsinya dapat diaplikasikan untuk pelapisan buah. Pelapisan dengan emulsi lilin lebah dapat mengurangi susut bobot secara signifikan pada buah paprika (Nussinovitch et al., 2013). Dengan lilin lebah yang dicampur dengan minyak cinnamon dapat menghambat aktivitas Colletotrichum gloeosporioides, Colletotrichum capsici dan Erwinia carotovora pada Sweet Papper (Yimtoel et al., 2014). Pertanyaan adalah berapa konsentrasi emulsi lilin lebah yang baik untuk menghambat penguapan etanol dan asetaldehid akibat dari perlakuan kondisi anaerobik dalam rangka mempertahankan mutu dan masa simpan buah tomat ? Untuk itu dilakukan penelitan terhadap konsentrasi emulsi lilin lebah dan kondisi anaerobik yang efektif dalam rangka mempertahankan mutu dan masa simpan buah tomat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah dengan kondisi anaerobik dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah tomat?

(15)

4

2. Berapa lamakah kondisi anaerobik yang dapat diberikan agar dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah tomat?

3. Apakah dengan pelapisan lilin lebah dapat mempertahankan mutu dan masa simpan?

4. Berapakah konsentrasi emulsi lilin yang efektif untuk melapisi buah tomat agar dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah tomat?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi anaerobik terhadap mutu dan masa simpan buah tomat.

2. Untuk mengetahui lama waktu kondisi anaerobik yang efektif mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah tomat.

3. Untuk mengetahui pengaruh lapisan lilin terhadap mutu dan masa simpan buah tomat.

4. Untuk mengetahui konsentrasi emulsi lilin yang efektif untuk melapisi buah tomat agar dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah tomat

1.4 Hipotesis

1. Kondisi anaerobik berpengaruh terhadap mutu dan masa simpan buah tomat.

2. Terdapat lama waktu kondisi anaerobik yang efektif mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah tomat.

3. Pelapisan lilin lebah berpengaruh terhadap mutu dan masa simpan buah tomat.

4. Terdapat konsentrasi emulsi lilin yang efektif untuk melapisi buah tomat agar dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah tomat.

(16)

5

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan tentang pengaruh kondisi anaerobik dan pelapisan dengan lilin lebah terhadap mutu dan masa simpan buah tomat selama periode pascapanennya. Bila hasil pemberian kondisi anaerobik dan pelapisan lilin lebah adalah efektif untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan, maka hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk diaplikasikan pada sistem rantai suplai skala kecil.

Referensi

Dokumen terkait

indonesia yang baik dan benar digunakan dengan efisien dan menarik dalam keseluruhan penulisan Bahasa indonesia yang baik dan benar digunakan dengan efisien

• Hal ini menandakan akan terulangnya pemangkasan suku bunga secara masif yang pernah terjadi pada 2016 saat BI memangkas suku bunga sebesar 150bps sebanyak 6 kali dan

Mengetahui pengaruh edible coating pati ganyong dengan penambahan minyak atsiri kayu manis dalam memperpanjang masa simpan buah stroberiD. Mengetahui konsentrasi

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan jenis buah yang diberi pelapisan lilin lebah memberikan pengaruh yang nyata terhadap tekstur salak pada hari penyimpanan ke-4 sampai dengan

Inovasi metode yang digunakan untuk mengawetkan buah tomat adalah dengan pencelupan pada larutan ekstrak gulma siam 25% serta pelapisan dengan emulsi lilin sarang lebah 6%..

Dalam buku visual batik jetisan ini menggunakan konsep “Cerita Keunikan Jawa Timur yang Bernilai”, yang memiliki arti menceritakan akan ciri khas batik Jetis

Ĥarișah (pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Siddik (sahabat). Selanjutnya secara perlahan tetapi pasti, pengikut Rasulullah saw. Di antara mereka adalah U¡man bin

Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas unjuk dengan jumlah