• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT

T E S I S

Oleh

CHAIRIAH 097032118/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHAIRIAH 097032118/IKM

PROGRAM STUI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

Nama Mahasiswa : Chairiah Nomor Induk Mahasiswa : 097032118

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Ketua

) (

Anggota

dr. H. Indra Salahudin, M.Kes, M.M)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 06 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si

Anggota : 1. dr. H. Indra Salahuddin, M.Kes, M.M 2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi , dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

(6)

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 238 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Di RSU. Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2010 diketahui bahwa dari 970 orang ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RS terdapat 107 orang ibu mengalami hipertensi, salah satu penyebab hipertensi adalah faktor gizi. Tingginya angka kejadian hipertensi tersebut terkait dengan pola makan ibu selama kehamilan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian perspektif Kohort. Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 24 – 32 minggu. Sampel sebanyak 60 orang diperoleh dengan metode Consecutive Sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan formulir food recall, penimbangan berat badan,pengukuran Lila dan Tekanan Darah dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan α = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik jumlah asupan energi, berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,001,

asupan protein, (p)=0,025, asupan lemak (p)=0,006 dan asupan natrium nilai

(p)=0,037. Ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,030. Penambahan berat badan sesuai IMT Lebih (p)=0,046.,

sementaraPenambahan berat badan IMT normal tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,367. Dari hasil uji regresi logistik berganda Variabel yang paling dominan adalah oleh variabel asupan lemak dengan

Coeficient B =1,365 dan nilai Exp B sebesar 0,255. peluang responden untuk terkena hipertensi dalam kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar pada responden yang asupan lemak yang tidak baik dalam kehamilan dibandingkan asupan lemak yang tidak baik dalam masa kehamilan.

Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pengaturan pola makan dan pengukuran tekanan darah secara rutin setiap bulan selama kehamilan.

(7)

ABSTRACT

Maternal mortality rate in Langkat District in 2010 238 was per 100,000 live births. One of the causes of maternal mortality is pregnancy-related hypertension complication. It is found out that 107 of the 970 pregnant mothers who had their pregnancy examined at Tanjung Pura General Hospital Langkat District in 2010 experienced hypertension. This high rate of hypertension incident is related to the eating pattern of the mothers during their pregnancy.

The purpose of this Cohort perspective study was to analyze the influence of eating pattern and nutritional status on the incident of hypertension in the pregnant mothers at Tanjung Pura General Hospital Langkat District. The population of this study was the pregnant mothers with pregnancy of 24 - 32 weeks and 60 pregnant mothers were selected to be the samples for this study through consecutive sampling method. The data for this study were obtained through food-recall form-based interviews, measuring body weight, measuring LILA and blood pressure. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at a = 0.05.

The result of this study showed that, statistically, the amount of energy supplied had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p

= 0.001, protein supply with p = 0.0025, fat supply with p - 0.006, and natrium supply with p = 0.003. LILA size had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p = 0.030. The increase of body weight was in accordance with extra IMT with p = 0.046. The increase of body weight of normal IMT did not have any influence on the incident of hypertension in pregnant mothers with p - 0.367. The result of multiple logistic regression tests showed that the most dominant variable was fat supply with Coefficient B = 1.365 and Exp. B = 0.255. The chance for the respondents to suffer from hypertension during their pregnancy was almost 0.2 time bigger in the respondents with poor fat supply in their pregnancy compared to those with adequate fat supply.

The health workers, especially the midwives, are suggested to increase the socialization and routine extension on eating pattern management and to measure the blood pressure of the respondents routinely every month during their pregnancy.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas berkat rahmat

serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pola Makan dan Status

Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten

Langkat”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

yang telah niemberikan kesempatan kepasa penulis untuk mengikuti pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(9)

seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis

mengikuti pendidikan.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dan selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu,

perhatian untuk membimbing, memberikan saran demi menyelesaikan tesis.

5. Dr. H. Indra Salahuddin, M.Kes., M.M sebagai anggota Komisi pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran

dalam memberikan bimbingan dan saran demi menyelesaikan tesis ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes sebagai Ketua Komisi Pembanding yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

7. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H sebagai anggota Komisi Pembanding yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

8. drg. Hj. Lilik Rosdewati, M.Kes selaku Direktris Akper Pemkab Langkat yang

telah memberikan izin belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.

9. Dr. Sadikun selaku Direktur RSU Tanjung Pura yang telah memberikan izin

kepada Penulis untuk melakukan penelitian.

10.Teristimewa suami tercinta Briptu Dody Arjuna, S.H dan anak-anakku tersayang

Andrino Pratydina & Zaskia Fahrani buat semua doa dan pengorbanannya selama

(10)

11.Kedua orang tua (Ayahanda M. Djamil D/Ibunda Asian), Mertua (Aim.

Djahirun/Ibunda Sukiyem) serta adik-adikku tersayang Liza, Herman khususnya

Fauziah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti

pendidikan.

12.Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah banyak memberikan bantuan baik moril ataupun materil selama

mengikuti pendidikan, dan penyusunan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dan

diucapkan terima kasih.

Medan, September 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Chairiah, dilahirkan di Tanjung Beringin pada tanggal 03

Maret 1976, beragama Islam, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan

(M.Djamil D dan Asian), Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di

Sekolah Dasar Negeri Hinai No 056621 selesai Tahun 1989, Sekolah Menengah

Pertama Swasta Samanhudi selesai Tahun 1992, Sekolah Menengah Atas Negeri

Tanjung Pura selesai Tahun 1995, Akademi Keperawatan Medistra Lubuk Pakam

selesai Tahun 1998, dan Program D-IV Perawat Pendidik FK USU selesai Tahun

2005.

Penulis bekerja sebagai Staff Pengajar di Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Langkat sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang.

Penulis telah menikah dengan Briptu Dody Arjuna, S.H putra dari Bapak Aim

Dzahirun dan Ibunda Sukiyem dan telah dikaruniai satu orang Putra yaitu Andrino

Pratidyna dan satu orang Putri Zaskia Fahrani. Penulis bertempat tinggal di jalan

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pola Makan Ibu Hamil ... 10

2.2.Status Gizi Ibu hamil ... 15

2.3. Perilaku ... 19

2.4. Hipertensi pada Kehamilan ... 23

2.5. Landasan Teori ... 32

2.6. Kerangka Konsep ... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Rancangan Penelitian ... 35

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.4. Populasi dan Sampel ... 36

3.5. Tahapan Penelitian ... 38

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.7. Instrumen Penelitian ... 41

3.8. Variabel dan Definisi Operasional ... 41

3.9. Metode Pengukuran ... 43

(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Karakteristik Ibu Hamil ... 48

4.3. Pola Makan Ibu Hamil ... 51

4.4. Status Gizi Ibu Hamil ... 53

4.5. Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil ... 54

4.6. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi ... 55

4.6.1. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Hipertensi ... 55

4.6.2. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Hipertensi ... 56

4.6.3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Hipertensi ... 57

4.6.4. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi ... 58

4.7. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ... 59

4.7.1. Hubungan Penambahan BB IMT Normal dengan Kejadian Hipertensi ... 59

4.7.2. Hubungan Penambahan BB IMT Lebih dengan Kejadian Hipertensi ... 60

4.7.3. Hubungan Ukuran LILA dengan Kejadian Hipertensi ... 61

4.8. Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi ... 62

BAB 5. PEMBAHASAN ... 66

5.1. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat ... 66

5.2. Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat ... 74

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA………. 80

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Metode Pengukuran Variabel ………...…. 43

4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat……… 49

4.2. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Asupan Energi, protein, Lemak, dan Natrium di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat……… 51

4.3. Distribusi Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Ukuran LILA pada Awal dan Setelah 60 Hari Pemantauan di RSU Tanjung Pura

Kab.Langkat……… 53

4.4. Distribusi Penambahan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan IMT

di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat………..…. 54

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi pada Awal dan Setelah 60 Hari Pemantauan di RSU Tanjung Pura

Kab.Langkat………... 54

4.6. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu

Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat ………... 56

4.7. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu

Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat ………..…. 56

4.8. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu

Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat……… 58

4.9. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu

Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat…………..………….. 59

4.10. Hubungan Pertambahan Berat Badan IMT Normal dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura

(15)

4.11. Hubungan Pertambahan Berat Badan IMT Lebih dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura

Kab.Langkat……… 61

4.12. Hubungan Ukuran LILA dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu

Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat ………...…… 61

4.13. Hubungan Pola Makan Ibu Hamil dengan Kejadian Hipertensi

pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat………...….. 62

4.14. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skema Modifikasi Teori Green dan Blum ………. 23

2.2 Skema Diaeses of Theory 33

2.3 Kerangka Konsep Penelitan………. 34

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Kuesioner………….………. 84

(18)

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 238 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Di RSU. Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2010 diketahui bahwa dari 970 orang ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RS terdapat 107 orang ibu mengalami hipertensi, salah satu penyebab hipertensi adalah faktor gizi. Tingginya angka kejadian hipertensi tersebut terkait dengan pola makan ibu selama kehamilan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian perspektif Kohort. Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 24 – 32 minggu. Sampel sebanyak 60 orang diperoleh dengan metode Consecutive Sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan formulir food recall, penimbangan berat badan,pengukuran Lila dan Tekanan Darah dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan α = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik jumlah asupan energi, berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,001,

asupan protein, (p)=0,025, asupan lemak (p)=0,006 dan asupan natrium nilai

(p)=0,037. Ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,030. Penambahan berat badan sesuai IMT Lebih (p)=0,046.,

sementaraPenambahan berat badan IMT normal tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,367. Dari hasil uji regresi logistik berganda Variabel yang paling dominan adalah oleh variabel asupan lemak dengan

Coeficient B =1,365 dan nilai Exp B sebesar 0,255. peluang responden untuk terkena hipertensi dalam kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar pada responden yang asupan lemak yang tidak baik dalam kehamilan dibandingkan asupan lemak yang tidak baik dalam masa kehamilan.

Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pengaturan pola makan dan pengukuran tekanan darah secara rutin setiap bulan selama kehamilan.

(19)

ABSTRACT

Maternal mortality rate in Langkat District in 2010 238 was per 100,000 live births. One of the causes of maternal mortality is pregnancy-related hypertension complication. It is found out that 107 of the 970 pregnant mothers who had their pregnancy examined at Tanjung Pura General Hospital Langkat District in 2010 experienced hypertension. This high rate of hypertension incident is related to the eating pattern of the mothers during their pregnancy.

The purpose of this Cohort perspective study was to analyze the influence of eating pattern and nutritional status on the incident of hypertension in the pregnant mothers at Tanjung Pura General Hospital Langkat District. The population of this study was the pregnant mothers with pregnancy of 24 - 32 weeks and 60 pregnant mothers were selected to be the samples for this study through consecutive sampling method. The data for this study were obtained through food-recall form-based interviews, measuring body weight, measuring LILA and blood pressure. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at a = 0.05.

The result of this study showed that, statistically, the amount of energy supplied had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p

= 0.001, protein supply with p = 0.0025, fat supply with p - 0.006, and natrium supply with p = 0.003. LILA size had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p = 0.030. The increase of body weight was in accordance with extra IMT with p = 0.046. The increase of body weight of normal IMT did not have any influence on the incident of hypertension in pregnant mothers with p - 0.367. The result of multiple logistic regression tests showed that the most dominant variable was fat supply with Coefficient B = 1.365 and Exp. B = 0.255. The chance for the respondents to suffer from hypertension during their pregnancy was almost 0.2 time bigger in the respondents with poor fat supply in their pregnancy compared to those with adequate fat supply.

The health workers, especially the midwives, are suggested to increase the socialization and routine extension on eating pattern management and to measure the blood pressure of the respondents routinely every month during their pregnancy.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau

lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau

kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai

normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan

ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila

ditemukan kejang-kejang pada penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai

koma. Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi

penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan

masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan

eklampsia terjadi pada 6-8% wanita hamil di Indonesia (Ben-zion, 1994).

Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul

selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 % kehamilan.

Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu

(termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru),

gagal ginjal akut, dan penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah)

serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim,

(21)

melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan

juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu (Prawihardjo,

2009).

Angka Kematian Ibu (AKI) Berdasarkan data resmi Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, terus mengalami penurunan. Pada tahun

2004 yaitu 270 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000

kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007

menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Profil Kesehatan Indonesia

(2010), walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut

masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO

(South East Asia Region, yaitu: Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa,

Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain).

Negara- negara didunia memberikan perhatian cukup besar terhadap AKI

sehingga menempatkan kesehatan ibu diantara delapan tujuan yang tertuang dalam

Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai sebelum 2015, AKI di

Indonesia harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup. Komitmen yang ditanda

tangani 189 negara pada September 2000, pada prinsipnya bertujuan meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan manusia (Yustina, 2007).

Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara dalam 4 tahun terakhir

menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 320 per 100.000 kelahiran hidup, pada

tahun 2006 menjadi 315 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 menjadi 275

(22)

hidup dan pada tahun 2009 sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu,

2009).

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 238 per

100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia masih disebabkan oleh

trias klasik (perdarahan, infeksi dan eklamsi), dan non medis (status gizi, faktor

ekonomi, sosial budaya).

Salah satu kasus dari komplikasi kehamilan sebagai penyumbang AKI di

Indonesia adalah hipertensi dalam kehamilan. Menurut Cunningham, dkk (1995)

kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya dalam

keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang sebelumnya telah

menderita hipertensi. Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan

dan merupakan salah satu dari tiga besar, selain pendarahan dan infeksi, yang terus

menjadi penyebab utama sebagian besar kematian ibu di Amerika serikat. Menurut

Bobak (2004), hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%

seluruh kehamilan.

Lebih lanjut data kejadian hipertensi pada kehamilan juga diungkapkan oleh

WHO yang dikutip oleh Khan dan rekan dalam Boestari (1998) bahwa secara

sistematis, 16% kematian ibu di negara-negara maju di seluruh dunia disebabkan

karena hipertensi. Persentase ini lebih besar dari tiga penyebab utama lainnya yaitu

perdarahan 13 %, aborsi 8 %, dan sepsis 2 %. Di Amerika Serikat pada tahun

(23)

3.201 kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.

Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui bahwa eklampsia (24%)

adalah persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu setelah perdarahan (28%).

Kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak

terkontrol saat persalinan. Hipertensi ini dapat terjadi karena kehamilan dan akan

kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun, ada juga yang tidak kembali

normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah

diderita ibu sebelum hamil.

Menurut Zweifel dalam Manuaba (2007) mengungkapkan bahwa cukup

banyak teori tentang bagaimana hipertensi pada kehamilan dapat terjadi sehingga

disebut sebagai “disease of theory”. Beberapa landasan teori yang dikemukakan yaitu

teori genetik, teori immunologis, teori iskemia region uteroplasenter, teori kerusakan

endotel pembuluh darah, teori radikal bebas, teori trombosit dan teori diet. Ditinjau

dari teori yang telah disebutkan di atas, maka teori diet merupakan salah satu faktor

risiko yang dapat dikendalikan dengan melakukan upaya pencegahan oleh ibu hamil.

Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui

beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya

hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih,

kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula

dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan vitamin B6 yang

(24)

terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya

jaringan elastis sel dinding pembuluh darah (Kurniawan, 2002).

Berbagai faktor defesiensi gizi juga diperkirakan berperan sebagai penyebab

eklampsia. Banyak saran yang diberikan untuk menghindarkan hipertensi misalnya

dengan menghindari konsumsi daging berlebihan, protein, purine, lemak, hidangan

siap saji (snack), dan produk-produk makanan instan lain. Hasil penelitian

Sastrawinata, dkk (2003) bahwa faktor gizi memiliki hubungan dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil karena disebabkan kekurangan kalsium, protein, kelebihan

garam natrium, atau kekurangan asam lemak tak jenuh “Poly Unsaturated Fatty Acid

(PUFA)” dalam makanannya. John, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan

bahwa diet buah dan sayur banyak mengandung aktivitas non-oksidan yang dapat

menurunkan tekanan darah. Zhang, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan

kejadian pre-eklampsia pada pasien dengan asupan vitamin C harian kurang dari 85

mg dapat meningkat menjadi 2 kali lipat.

Menurut.Blum dalam Notoatmojo (2007) bahwa status kesehatan

individu/masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan herediter/keturunan. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan bahwa

status kesehatan ibu hamil dapat dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam

memelihara/merawat kesehatan selama hamil. Dalam program perawatan kehamilan

(antenatal care) terdapat beberapa perilaku sehat yang dianjurkan agar ibu hamil dan

janin sehat selama kehamilan dan persalinan. Perilaku sehat tersebut antara lain

(25)

makan ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi fisik ibu maupun janinnya. Gizi yang

baik membantu ibu mengurangi terjadinya kesulitan dalam kehamilan dan kelelahan

yang biasanya akan menyebabkan ketegangan dan bertambahnya rasa sakit pada

proses persalinan.

Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Manuaba, (2004), bahwa

salah satu hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan antenatal care adalah gizi

saat hamil yang dapat memperburuk kehamilan. Untuk mengetahui keterkaitan antara

faktor gizi ibu hamil dengan kejadian komplikasi kehamilan seperti hipertensi pada

kehamilan dapat dijelaskan oleh Sastrawinata, dkk (2003) bahwa faktor nutrisi

memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil karena disebabkan

kekurangan kalsium, protein, kelebihan garam natrium, atau kekurangan asam lemak

tak jenuh “Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)” dalam makanannya.

Berdasarkan hasil penelitian Paramitasari (2005) dalam Rozikhan, (2007)

tentang hubungan antara gaya hidup selama masa kehamilan dan kejadian

pre-eklampsia diketahui bahwa pola makan sebagai salah satu bentuk dari gaya hidup

yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil.

Untuk itu, perlu disarankan pada ibu hamil agar memastikan pola makannya

memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan.

Faktor predisposisi lain yang berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia

diantaranya adalah primigravida, obesitas, dan kenaikan berat badan yang berlebihan.

Menurut Husaini (1992) kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang

(26)

kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan 16–20 minggu, dan

kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu pertama kehamilan. Kegemukan

disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja

jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15%

dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang

terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung,

sehingga dapat menyumbangkan terjadinya pre-eklampsia (Rozikhan, 2007).

Dalam penelitian Riestyawati (2004) menjelaskan tentang pengaruh jumlah

kehamilan, pertambahan berat badan dan tingkat kecukupan gizi (protein,kalsium)

terhadap kejadiaan preklampsia pada kehamilan yaitu ada pengaruh yang signifikan

antara jumlah kehamilan dan pertambahan berat badan dengan kejadian

pre-eklampsia. Dari uji hubungan asosiasi diperoleh hasil bahwa jumlah kehamilan dan

pertambahan berat badan merupakan faktor risiko terhadap kejadian pre-eklampsia.

Salah satu penilaian status gizi secara langsung adalah antropometri (ukuran

tubuh manusia). Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan erat

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berat badan (BB) merupakan salah satu

ukuran yang sering digunakan untuk pengukuran antropometri (selain lingkar lengan

atas/LILA, tinggi badan/TB dan tebal lemak bawah kulit). Berat badan

mengambarkan jumlah dari protein, lemak air dan mineral pada tubuh dan menjadi

parameter yang baik untuk melihat perubahan massa tubuh akibat

(27)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di RSU. Tanjung Pura Kabupaten

Langkat pada tahun 2010 diketahui bahwa dari 970 orang ibu yang melakukan

pemeriksaan kehamilan di RS tersebut terdapat 107 orang ibu mengalami hipertensi

yang ditandai dengan kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik

15 mmHg di atas nilai normal (11,0%), 7 orang ibu hamil (6,54%) diantaranya sudah

terdiagnosa menderita pre-eklampsia dan 4 orang ibu hamil (3,73%) menderita

eklampsia.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola makan dan

pertambahan berat badan yang dilihat dari penilaian status gizi ibu hamil merupakan

faktor predisposisi terjadinya hipertensi pada ibu hamil. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pola makan dan status gizi

terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat

tahun 2012.

1.2. Permasalahan

Apakah ada pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi

pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian

(28)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi pada

ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dapat menjadi masukan bagi

pihak rumah sakit dalam menjalankan program pelayanan antenatal care yaitu

dengan memberikan nasehat diet yang tepat sesuai kebutuhan gizi ibu hamil

dalam upaya mencegah terjadinya hipertensi pada kehamilan.

1.5.2. Bagi para ibu hamil sebagai sumber informasi bagi ibu hamil agar menjaga

dan mengatur pola makan dan menjaga status gizi guna mencegah terjadinya

hipertensi di masa kehamilan.

1.5.3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan

dalam pengembangan peneliti ilmu promosi kesehatan dan menambah

khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh pola makan dan

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Makan Ibu Hamil

Menurut Heaper 1986 dalam Nadeak (2011) pola makan adalah cara

seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan

makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai khas

untuk satu kelompok tertentu. Penanaman pola makan yang beraneka ragam makanan

harus dilakukan sejak bayi, saat bayi masih makan nasi tim, yaitu ketika usia baru

enam bulan ke atas, ibu harus tahu dan mampu menerapkan pola makan sehat.

Menurut Hong dalam Kardjati dalam Arisman (2003), mengemukakan bahwa,

pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam

dan jumlah makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam memenuhi kebutuhan gizi setiap hari. Jumlah dan takaran makan seseorang

dengan orang lainnya berbeda-beda, tergantung jenis kelamin, aktivitas fisik serta

kondisi seseorang.

Pendapat para pakar tersebut dapat diartikan secara umum pola makan

merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau kelompok orang dalam

memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang

meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada

(30)

2.1.1. Pengaturan Pola Makan pada Ibu Hamil

Selama masa hamil atau menyusui ibu harus memperhatikan makanan yang

dikonsumsi. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat

pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini untuk

memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan produksi ASI (Soetjiningsih, 1997).

Pemasukan makanan ibu hamil pada triwulan I sering mengalami penurunan

karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual atau muntah, tetapi

makanan ini harus tetap diberikan seperti biasa. Untuk mengatasi rasa mual dan

muntah sebaiknya porsi makanan ibu diberikan lebih sedikit dengan frekuensi

pemberian lebih sering, sedangkan pada triwulan II nafsu makan ibu biasanya sudah

meningkat. Kebutuhan akan zat tenaga lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat

hamil muda, demikian juga kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur seperti

lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan berwarna (Soetjiningsih, 1997). .

Pada kehamilan triwulan III, janin mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik, dan ibu

sering merasa lapar. Pada masa ini hindari makan berlebihan sehingga berat badan

tidak naik terlalu banyak. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan

hidrat arang seperti yang manis-manis dan gorengan perlu dikurangi. Bahan makanan

sumber zat pembangun dan pengatur perlu diberikan lebih banyak dibandingkan pada

kehamilan triwulan II, karena selain untuk pertumbuhan janin yang sangat pesat, juga

(31)
[image:31.612.112.530.159.348.2]

Tabel 2.1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil dalam Sehari Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Ibu Hamil dalam Sehari Bahan

Makanan

Wanita Dewasa Tidak Hamil

Ibu Hamil

Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3

Nasi 31/2 piring 31/2 piring 4 piring 3 piring Ikan 11/2 piring 11/2 piring 4 potong 3 potong Tempe 3 potong 3 potong 4 potong 5 potong Sayuran 11/2 mangkuk 11/2 mangkuk 3 mangkuk 3 mangkuk Buah 2 potong 2 potong 2 potong 2 potong

Gula 5 sdm 5 sdm 5 sdm 5 sdm

Susu Lemak, minyak/santan

-

5 sendok teh

1 gelas 5 sendok teh

1 gelas 5 sendok teh

1 gelas 5sendok teh

Air Garam

4 gelas 1 sendok teh

6 gelas 1 sendok teh

6 gelas 1 sendok teh

6 gelas 1sendok teh

Sumber : Manuaba, I.A.C, dkk, 2009.

Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat,

protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi dapat digunakan

jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat digunakan Tempe,

Tahu. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi

agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu

pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan selama hamil harus mendapatkan

tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Prastiono, 2009).

Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu

diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu

susunan menu juga harus seimbang. Adapun menu ibu hamil yang seimbang setara

dengan nasi/pengganti 5-6 piring, lauk hewani 4-5 potong, lauk nabati 3-4 potong,

(32)

Untuk kelancaran pencernaan dianjurkan menghindari makanan yang banyak bumbu,

terlalu panas/dingin dan tidak menggunakan alkohol. Dianjurkan juga banyak makan

sayuran berwarna hijau (Prastiono, 2009).

2.1.2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang janin

dan pada saat ibu melahirkan. Selama kehamilan seorang ibu akan mengalami

perubahan baik anatomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya yang akan

meningkatkan kebutuhan zat gizi dalam makanannya. Di dalam rahim ibu terdapat

janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu mengalami

perubahan fungsi dalam rangka mempersiapkan kehadiran sang bayi (Paath, 2005).

Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah

2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan

kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang

dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat

menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya

pre-eklampsiaaa. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12

kg selama hamil. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per

hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan

(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat

menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema. Kebutuhan kalsium ibu hamil

adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama

(33)

susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan

riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu. Metabolisme yang tinggi pada ibu

hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan

pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga

konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil

dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferfous gluconate,

ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat

menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain zat besi, sel-sel darah merah juga

memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan

oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat

[image:33.612.118.526.438.648.2]

menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil (Stephenson, 1986).

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Zat Gizi Ibu Hamil menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004

Kalori dan Zat Gizi Tidak Hamil Hamil

Kalori (Kal) 2300 2.500

Lemak (g) 75 80

Protein (g) 48 60

Kalsium (Ca) (mg) 500 900

Zat besi (Fe)(mg) 26 56

Vitamin A (RE) 500 700

Vitamin D 400 600

Tiamin (mg) 1 1,2

Riboflavin (mg) 1 1,2

Niasin (mg) 10 11

Vitamin C (mg) natrium (mg)

60 4

80 2,4

(34)

Banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil tergantung dari kondisi

badan si ibu. Namun jika terjadi gangguan masa kehamilan maka dapat diatur sebagai

berikut (Sayogo, 2007).

1. Pada Trimester I :

Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi penurunan berat badan. Hal

ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan muntah. Untuk itu

dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk makanan kering/tidak

berkuah.

2. Pada Trimester II :

Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan : 3x sehari ditambah

1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur, daging, teri, hati

sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang darah.

3. Pada Trimester III :

Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil mempunyai

berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan dikurangi, dan

memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk menghindari sembelit.

Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-bengkak pada kaki), maka

janganlah menambah garam dapur dalam masakan sehari-hari.

2.2. Status Gizi Ibu Hamil

Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang

(35)

dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, dkk, 2001), sedangkan menurut Almatsier (2006) menyatakan

status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat- zat gizi. Dibedakan gizi baik, kurang dan buruk.

2.2.1. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui mengukur tinggi badan,

penambahan berat badan, ketebalan jaringan lemak bawah kulit serta lingkar lengan

atas.

a. Tinggi Badan

Tinggi badan selain ditentukan oleh faktor genetis, juga ditentukan oleh status

gizi sewaktu masa kanak-kanak. Keadaan ini dapat diartikan bahwa gangguan gizi

sewaktu masa kanak-kanak pengaruhnya sangat jauh, yaitu sampai produk

kehamilannya (Almatsier, 2006). Pengukuran tinggi badan ibu hamil sedapat

mungkin dilaksanakan pada masa awal kehamilan untuk menghindari kesalahan

akibat perubahan postur tubuh. Perubahan postur tubuh dapat mengurangi ukuran

tinggi badan sepanjang 1 cm Ibu yang mempunyai tinggi badan < 143 cm akan

melahirkan bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu yang mempunyai tinggi badan

normal (Paath, 2005).

b. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil

Berat badan ibu hamil merupakan parameter yang penting selama kunjungan

antenatal. Bila berat badan ibu pada kunjungan antenatal pertama < 47 kg

(36)

besar bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berat badannya > 47 kg (Bobak,

2004).

Peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya berat badan normal

perminggu untuk ibu hamil adalah 0,35 kg, sedangkan untuk berat badan dengan

kenaikan 0,90 kg/minggu atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester pertama akan

mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan kejadian hipertensi

dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia kehamilan 20 minggu terutama untuk

kehamilan anak pertama atau kehamilan lebih dari tiga kali (Prawiharjo, 2009).

Penambahan berat badan (BB) selama hamil idealnya berbeda-beda setiap

orangnya, tergantung berapa berat badan sebelum hamil. Walaupun ada yang

berpendapat bahwa kenaikan BB ibu hamil sebaiknya sekitar 10-16 kg selama hamil.

Untuk menghitung seberapa BB ideal Anda bertambah selama hamil, kita bisa

menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).

Rumus IMT adalah:

Nilai IMT =

[image:36.612.113.526.583.655.2]

Tinggi badan (m2) Berat Badan Sebelum Hamil

Tabel 2.3. Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan IMT Sebelum Kehamilan

Keadaan gizi berdasarkan IMT Kenaikan BB (Kg)

Gizi kurang/underweight (<19,8) Normal (19,8-26)

Gizi lebih / over weight (> 26 – 29) Obesitas (29)

12,5 – 18.00 11,5 – 16,00 7,0 – 11,5

6,0

(37)
[image:37.612.111.530.141.242.2]

Tabel 2.4. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil

Kategori IMT Penambahan Berat Badan (Kg)

Trimester I Trimester II/III Per Minggu

Kurus Normal Lebih Obesitas

IMT < 19.8 IMT 19.8 - 25 IMT 26 - 29 IMT 29

2,3 1,6 0,9

0,49 0,44 0,3

Sumber : Arisman,2003

c. Ketebalan Jaringan Lemak Bawah Kulit

Ukuran ini merupakan indikator status gizi ibu hamil dengan berat badan bayi

sewaktu lahir. Tebal skinfold < 10 cm secara bermakna akan melahirkan bayi dengan

berat bayi lahir rendah (BBLR) 1,7 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu

yang ukuran skinfoldnya > 10 cm (Neel, 1991).

d. Lingkar Lengan Atas (LILA)

LILA dapat digunakan untuk skrining pada ibu hamil, bila ukuran LILA

< 23,5 cm maka ibu hamil ini menderita kekurangan energi kronis (Almatsier, 2006).

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan

energi protein pada wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA untuk memantau

status gizi dalam jangka panjang. Tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui

risiko KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada WUS, meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam penanggulangan KEK dan mengarahkan pelayanan kesehatan pada

(38)

Cara pengukuran LILA adalah :

1. Tetapkan posisi bahu dan siku.

2. Letakkan pita antara bahu dan siku.

3. Tentukan titik tengah.

4. Lingkarkan pita pada tengah lengan.

5. Pita jangan terlalu ketat atau longgar.

6. Lakukan pembacaan skala dengan benar (Supariasa, 2001)

2.3. Perilaku

2.3.1. Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus

Organisme respons.

Berdasarkan batasan perilaku Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan

adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan

minuman, serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

(39)

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku ini adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh

sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu;

1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

Berdasarkan ketiga aspek pemeliharaan kesehatan di atas, maka semua aspek

tersebut berperan dalam memelihara kesehatan ibu selama hamil terutama perilaku

gizi (pola makan) ibu selama hamil karena penting dalam menjaga kesehatan ibu dan

janin agar terhindar dari komplikasi kehamilan khususnya hipertensi pada ibu hamil.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati

sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. Perilaku ibu hamil

yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku ini adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan

(40)

2.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep

dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo (2007). Menurut Green, perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor).

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan

kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut

tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun

janinnya.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors).

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat

pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya.

Untuk berperilaku sehat, ibu hamil yang mau memeriksakan kehamilan tidak

hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa kehamilan melainkan ibu tersebut

dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,

(41)

3. Faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.

Berdasarkan teori Green di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu hamil

dalam memelihara kesehatannya dipengaruhi oleh factor predisposing, factor

enabling dan factor reinforcing seperti yang sudah diuraikan di atas. Apabila

dihubungkan dengan status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama

hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan

pengukuran status gizi ibu hamil dapat mempengaruhi status kesehatan ibu atau

terkait dengan terjadinya hipertensi pada kehamilan.

Dalam Notoatmodjo (2007) konsep tersebut dapat diilustrasikan seperti bagan

Konsep Blum dan Konsep Green, yaitu Hubungan Status kesehatan, Perilaku, dan

(42)
[image:42.612.144.495.113.427.2]

Sumber : Notoatmodjo, 2005.

Gambar 2.1. Skema modifikasi teori Green dan teori Blum

2.4. Hipertensi pada Kehamilan 2.4.1. Konsep Dasar Hipertensi

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika

darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya

yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai

pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar

(43)

berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan

diastolik) (Lindhermer, 1993).

Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding

pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan darah

yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis merupakan gejala

awal yang umum terjadi pada hipertensi. Karena arteri-arteri terhalang lempengan

kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi

sulit. Ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis, darah

memaksa melewati jalan yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi

tinggi. Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak

melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolic tidak melampaui 90 mmHg dalam

keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat

abnormal (Lindhermer, 1993).

Menurut Jan A. Staessen dalam Bobak (2004), seseorang dikatakan hipertensi

apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik (TDD)

≥ 90 mmHg. Beberapa tahun lalu WHO memberi batasan TDS 130 – 139 mmHg atau

TDD 85 – 89 mmHg sebagai batasan normal tinggi. Dengan makin banyaknya

penelitian tentang komplikasi hipertensi terhadap kardiovaskuler dan ginjal, maka

(44)

2.4.2. Hipertensi pada Ibu Hamil

Hipertensi dalam kehamilan dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : yang terdiri atas pre-eklampsiaa dan

eklampsia.

b. Hipertensi kronik sebelum kehamilan.

c. Hipertensi kronik dengan HDK superimpos (superimposed)

Defenisi HDK adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah

kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan

tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.

Diagnosis dibuat jika perubahan tekanan darah didapatkan pada 2 pengukuran dengan

beda waktu sekurang-kurangnya 6 jam. Adanya proteinuria pada HDK membenarkan

pemakaian istilah pre-eklampsia suatu keadaan yang lebih berat dari pada kelainan ini

(Ben-zion, 1994).

Pada umumnya kehamilan yang sudah terdeteksi dengan risiko tinggi yang

dapat menimbulkan hipertensi harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit

sehingga penanganan dapat segera dilakukan (Saifudin, 2002).

Tiga hal yang perlu diperhatikan pada patofisiologi hipertensi dalam

kehamilan adalah :

1. Bertambahnya tonus vasokonstriktor

Melihat adanya respon vaskuler yang didefenisikan sebagai kenaikan tekanan

diastolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat pemberian angiotensin II yang

(45)

dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki sensitifitas terhadap angiotensin II

setelah usia kehamilan 20 minggu (Ben-zion, 1994).

2. Kerja prostaglandin

Prostaglandin dapat mempengaruhi respon vaskuler terhadap zat vasoaktif,

sehingga pembentukan prostaglandin dalam hal ini dianggap melindungi jaringan

vaskuler terhadap vasokostriksi yang tidak diinginkan. Berkurangnya perfussi

intervilli yang khas pada hipertensi dalam kehamilan merupakan hasil dari

ketidakmampuan utero plasenta, sehingga mengakibatkan kesehatan janin menjadi

lebih buruk dibandingkan dengan kesehatan ibu (Ben-zion, 1994). Hal ini terjadi

karena aliran darah plasenta sisi material pada hipertensi dalam kehamilan mengalami

gangguan, sebagai akibat dari menurunnya pembentukan prostasiklin yang

menyebabkan endotel pembuluh umbilical seringkali menjadi rusak dan suplai

kebutuhan nutrisi dan oksigen ke janin terganggu (Prawiharjo, 2009).

Pada waktu tertentu jika tubuh tidak mampu berkompensasi dengan

meningkatnya tekanan darah maka timbul koagulasi intravaskuler diseminata (KID),

merupakan sebab yang menonjol dalam patofisiologi hipertensi dalam kehamilan

sebagai akibat penting dari sindrom hipertensi dalam kehamilan tingkat lanjut

(Wiknjosastro, 1994). Sebagai akibat KID faktor pembekuan mengalami perubahan

pada jumlah trombosit, yang lebih rendah dari 150.000 (Bobak 2004).

(46)

Ciri utama kecenderungan hipertensi dalam kehamilan untuk timbul adalah

kehamilan pertama, keadaan superimpos dengan hipertensi kronik sepuluh kali lebih

sering dari pada kehamilan berikutnya (Prawiharjo, 2002).

Faktor genetik telah lama diketahui sebagai faktor keluarga yang menyokong

terjadinya hipertensi dalam kehamilan, sehingga ginotip maternal lebih penting dari

pada antigen janin dalam proses immunologic yang menimbulkan hipertensi dalam

kehamilan yang berat (Ben-zion Taber, 1994).

Ketiga faktor ini saling berkaitan, sehingga komplikasi hipertensi

sesungguhnya dapat diprediksi atau diketahui secara dini.

2.4.3. Penyebab Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi yang timbul atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi

pada wanita yang :

1. Terpapar vilikorialis untuk pertama kalinya

2. Terpaparnya vilikorialis yang terdapat dengan jumlah yang sangat berlimpah,

seperti pada kehamilan kembar atau pada molahidatidosa

3. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler

4. Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan

(Prawiharjo, 2009)

Ibu hamil yang memiliki resiko hipertensi dalam kehamilan diperberat oleh

pembentukan antibodi penghambat, yang terdapat pada tempat-tempat yang bersifat

antigen pada placenta. Pre-eklampsia mungkin lebih sering terjadi pada wanita dari

(47)

sering terdapat pada wanita kelas menengah ke atas, dan tidak hanya dipengaruhi oleh

status gizi wanita hamil (Prawihardjo, 2009).

Ditinjau dari segi usia, ibu hamil dengan usia dibawah 20 tahun lebih mudah

mengalami hipertensi dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu diatas 35 tahun

(Prawiharjo, 2009), hasil penelitian MNH tahun 2000 (maternal and neonatal health)

di daerah Jawa Barat, memberikan informasi bahwa tingkat pendidikan ibu dan sosial

ekonomi yang rendah, status gizi, serta pengaruh budaya memiliki kontribusi dalam

angka kejadian pre-eklampsia sebagai komplikasi hipertensi dalam kehamilan.

Meningkatnya hormon progesteron selama kehamilan akan memberikan

gambaran adanya peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya berat badan

normal perminggu untuk ibu hamil adalah 0,45 kg, sedangkan untuk berat badan

dengan kenaikan 0,90 kg/minggu atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester pertama

akan mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan kejadian

hipertensi dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia kehamilan 20 minggu terutama

untuk kehamilan anak pertama atau kehamilan lebih dari tiga kali (Prawiharjo, 2009).

2.4.4. Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi 2.4.4.1. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil

Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi

adalah asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena

untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang

berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan

(48)

pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang

menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih

berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.

Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui

beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya

hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih,

kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula

dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan B6 yang

meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D merupakan faktor

terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya

jaringan elastis sel dinding pembuluh darah (Kurniawan, 2002).

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”,

dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan

“kualitas” yang terdiri dari:

1) Sumber karbohidrat :

biji-bijian baik untuk dikonsumsi saat hamil.

2) Sumber protein hewani:

ikan, unggas, daging, putih telur, susu rendah atau bebas lemak.

3) Sumber protein nabati :

kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil olahannya.

4) Sumber vitamin dan mineral :

(49)

2.4.4.2. Penanggulangan Hipertensi

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg,

selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya

hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan

darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga

ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih,

tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula

penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan

diabetes mellitus.

Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.

b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.

c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan

dalam daftar diet.

Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat

dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu,

dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat

menggunakan garam lain diluar natrium.

Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau

(50)

hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan.

Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan,

yaitu :

1. Natrium Chlorida atau garam dapur

2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin

3. Natrium Bikarbonat atau soda kue

4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah

5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging

seperti Corned beef.

Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :

1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu

2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur

margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair dan

garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan

memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang air

yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali (Kurniawan 2002).

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah

serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau

infark jantung.

(51)

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit crakers,

keripik dan makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape

(Kurniawan 2002).

2.5. Landasan Teori

Berdasarkan konsep teori Green dan Blum dalam Notoatmojo (2005)

hubungan antara status kesehatan, perilaku, dan promosi kesehatan (gambar 2.1),

dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu hamil dalam memelihara kesehatannya

(52)

dihubungkan dengan status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama

hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan

pengukuran status gizi ibu hamil dapat memengaruhi status kesehatan ibu atau terkait

dengan terjadinya hipertensi pada kehamilan.

Menurut Zweifel dalam Manuaba, dkk (2007) mengungkapkan bahwa cukup

banyak teori tentang bagaimana hipertensi pada kehamilan dapat terjadi sehingga

disebut sebagai “disease of theory”. Beberapa landasan teori yang dikemukakan

yaitu: Teori genetik, Teori immunologis, Teori iskemia region uteroplasenter, Teori

kerusakan endotel pembuluh darah, Teori radikal bebas, Teori trombosit dan Teori

[image:52.612.131.529.384.687.2]

diet.

Gambar 2.1 Diseases Of Theory

Sumber; Zweifel dalam Manuaba, dkk (2007)

Genetik

Diet Trombosit Radikal Bebas Kerusakan Endotel Pembuluh Darah Immunologis

Hipertensi dalam Kehamilan Iskemia Region

(53)

Ditinjau dari teori yang telah disebutkan di atas, maka teori diet merupakan

salah satu faktor risiko yang dapat dikendalikan dengan melakukan upaya

pencegahan oleh ibu hamil yaitu dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dengan

pola makan yang sehat.

2.6. Kerangka konsep

[image:53.612.108.527.239.563.2]

Variabel independent Variabel dependent

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat diketahui bahwa pola makan ibu

yang terdiri dari, jumlah zat gizi yang mencerminkan status gizi ibu hamil yang

diasumsikan dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada ibu hamil.

POLA MAKAN IBU HAMIL Jumlah Energi,

Lemak, Protein, Natrium

STATUS GIZI IBU HAMIL Penambahan berat

badan sesuai IMT LILA

(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat observasional-analitik. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian Cohort Study (Perspektif)

pemantauan selama 60 hari, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola makan

dan status gizi terhadap terjadinya hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura

Kabupaten Langkat.

3.2. Rancangan Penelitian cohort study (perspektif)

[image:54.612.175.500.416.636.2]

Pemantauan 60 hari

Gambar .3.1. Rancangan Penelitian cohort - Pola makan

- Status Gizi (BB,LILA)

- Tekanan Darah

- Pola makan

- Status Gizi (BB,LILA)

- Tekanan Darah Ibu Hamil usia

kehamilan 24 – 32 minggu

(55)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dengan

pertimbangan terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi pada ibu hamil yaitu 76

(9,0%) dari 853 ibu hamil pada tahun 2009 dan tahun 2010 ibu hamil yang hipertensi

sebanyak 107 (11,0%) dari 970 Ibu hamil. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa

penelitian ini dilaksanakan di RSU Tanjung Pura tersebut. Penelitian ini dilakukan

selama 60 hari pemantauan mulai 15 Maret sampai 21 Mei 2012.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1. Populasi

Populasi adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan 24 – 32 minggu yang

melakukan pemeriksaan kehamilan di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dari

Bagian Poli Kebidanan.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya ditentukan dengan

rumus Lamenshow, dkk (1990) seperti dibawah ini :

2 2 ) 2 1 ( ) 2 2 1 1 ( 2 ( p p q p q p Z pq

Gambar

Tabel 2.1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil dalam Sehari
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Zat Gizi Ibu Hamil menurut  Widyakarya
Tabel 2.3. Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan IMT
Tabel 2.4. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan menurut jenis makanan dan frekuensi makan, tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi ibu hamil di

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian anemia di Puskesmas Gatak Kabupaten

Status gizi dipengaruhi oleh pola asuh yang meliputi perhatian /dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan (pemberian makanan pendamping pada anak serta persiapan

kejadian hipertensi dalam kehamilan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Pengetahuan, Sikap,

Dinkes Sumatra Utara, (2006), Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak Balita Di wilayah Kerja Puskesmas pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan menurut jenis makanan dan frekuensi makan, tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi ibu hamil di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil primigravida di Puskesmas Geyer I