PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT
T E S I S
Oleh
CHAIRIAH 097032118/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
CHAIRIAH 097032118/IKM
PROGRAM STUI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT
Nama Mahasiswa : Chairiah Nomor Induk Mahasiswa : 097032118
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Ketua
) (
Anggota
dr. H. Indra Salahudin, M.Kes, M.M)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 06 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si
Anggota : 1. dr. H. Indra Salahuddin, M.Kes, M.M 2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI RSU TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi , dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, September 2012
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 238 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Di RSU. Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2010 diketahui bahwa dari 970 orang ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RS terdapat 107 orang ibu mengalami hipertensi, salah satu penyebab hipertensi adalah faktor gizi. Tingginya angka kejadian hipertensi tersebut terkait dengan pola makan ibu selama kehamilan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian perspektif Kohort. Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 24 – 32 minggu. Sampel sebanyak 60 orang diperoleh dengan metode Consecutive Sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan formulir food recall, penimbangan berat badan,pengukuran Lila dan Tekanan Darah dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik jumlah asupan energi, berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,001,
asupan protein, (p)=0,025, asupan lemak (p)=0,006 dan asupan natrium nilai
(p)=0,037. Ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,030. Penambahan berat badan sesuai IMT Lebih (p)=0,046.,
sementaraPenambahan berat badan IMT normal tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,367. Dari hasil uji regresi logistik berganda Variabel yang paling dominan adalah oleh variabel asupan lemak dengan
Coeficient B =1,365 dan nilai Exp B sebesar 0,255. peluang responden untuk terkena hipertensi dalam kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar pada responden yang asupan lemak yang tidak baik dalam kehamilan dibandingkan asupan lemak yang tidak baik dalam masa kehamilan.
Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pengaturan pola makan dan pengukuran tekanan darah secara rutin setiap bulan selama kehamilan.
ABSTRACT
Maternal mortality rate in Langkat District in 2010 238 was per 100,000 live births. One of the causes of maternal mortality is pregnancy-related hypertension complication. It is found out that 107 of the 970 pregnant mothers who had their pregnancy examined at Tanjung Pura General Hospital Langkat District in 2010 experienced hypertension. This high rate of hypertension incident is related to the eating pattern of the mothers during their pregnancy.
The purpose of this Cohort perspective study was to analyze the influence of eating pattern and nutritional status on the incident of hypertension in the pregnant mothers at Tanjung Pura General Hospital Langkat District. The population of this study was the pregnant mothers with pregnancy of 24 - 32 weeks and 60 pregnant mothers were selected to be the samples for this study through consecutive sampling method. The data for this study were obtained through food-recall form-based interviews, measuring body weight, measuring LILA and blood pressure. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at a = 0.05.
The result of this study showed that, statistically, the amount of energy supplied had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p
= 0.001, protein supply with p = 0.0025, fat supply with p - 0.006, and natrium supply with p = 0.003. LILA size had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p = 0.030. The increase of body weight was in accordance with extra IMT with p = 0.046. The increase of body weight of normal IMT did not have any influence on the incident of hypertension in pregnant mothers with p - 0.367. The result of multiple logistic regression tests showed that the most dominant variable was fat supply with Coefficient B = 1.365 and Exp. B = 0.255. The chance for the respondents to suffer from hypertension during their pregnancy was almost 0.2 time bigger in the respondents with poor fat supply in their pregnancy compared to those with adequate fat supply.
The health workers, especially the midwives, are suggested to increase the socialization and routine extension on eating pattern management and to measure the blood pressure of the respondents routinely every month during their pregnancy.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas berkat rahmat
serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pola Makan dan Status
Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten
Langkat”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
yang telah niemberikan kesempatan kepasa penulis untuk mengikuti pendidikan
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis
mengikuti pendidikan.
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara dan selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu,
perhatian untuk membimbing, memberikan saran demi menyelesaikan tesis.
5. Dr. H. Indra Salahuddin, M.Kes., M.M sebagai anggota Komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran
dalam memberikan bimbingan dan saran demi menyelesaikan tesis ini.
6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes sebagai Ketua Komisi Pembanding yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
7. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H sebagai anggota Komisi Pembanding yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
8. drg. Hj. Lilik Rosdewati, M.Kes selaku Direktris Akper Pemkab Langkat yang
telah memberikan izin belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.
9. Dr. Sadikun selaku Direktur RSU Tanjung Pura yang telah memberikan izin
kepada Penulis untuk melakukan penelitian.
10.Teristimewa suami tercinta Briptu Dody Arjuna, S.H dan anak-anakku tersayang
Andrino Pratydina & Zaskia Fahrani buat semua doa dan pengorbanannya selama
11.Kedua orang tua (Ayahanda M. Djamil D/Ibunda Asian), Mertua (Aim.
Djahirun/Ibunda Sukiyem) serta adik-adikku tersayang Liza, Herman khususnya
Fauziah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti
pendidikan.
12.Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan baik moril ataupun materil selama
mengikuti pendidikan, dan penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dan
diucapkan terima kasih.
Medan, September 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Chairiah, dilahirkan di Tanjung Beringin pada tanggal 03
Maret 1976, beragama Islam, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
(M.Djamil D dan Asian), Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di
Sekolah Dasar Negeri Hinai No 056621 selesai Tahun 1989, Sekolah Menengah
Pertama Swasta Samanhudi selesai Tahun 1992, Sekolah Menengah Atas Negeri
Tanjung Pura selesai Tahun 1995, Akademi Keperawatan Medistra Lubuk Pakam
selesai Tahun 1998, dan Program D-IV Perawat Pendidik FK USU selesai Tahun
2005.
Penulis bekerja sebagai Staff Pengajar di Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Langkat sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang.
Penulis telah menikah dengan Briptu Dody Arjuna, S.H putra dari Bapak Aim
Dzahirun dan Ibunda Sukiyem dan telah dikaruniai satu orang Putra yaitu Andrino
Pratidyna dan satu orang Putri Zaskia Fahrani. Penulis bertempat tinggal di jalan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Hipotesis ... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Pola Makan Ibu Hamil ... 10
2.2.Status Gizi Ibu hamil ... 15
2.3. Perilaku ... 19
2.4. Hipertensi pada Kehamilan ... 23
2.5. Landasan Teori ... 32
2.6. Kerangka Konsep ... 34
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Jenis Penelitian ... 35
3.2. Rancangan Penelitian ... 35
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
3.4. Populasi dan Sampel ... 36
3.5. Tahapan Penelitian ... 38
3.6. Metode Pengumpulan Data ... 40
3.7. Instrumen Penelitian ... 41
3.8. Variabel dan Definisi Operasional ... 41
3.9. Metode Pengukuran ... 43
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 46
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46
4.2. Karakteristik Ibu Hamil ... 48
4.3. Pola Makan Ibu Hamil ... 51
4.4. Status Gizi Ibu Hamil ... 53
4.5. Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil ... 54
4.6. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi ... 55
4.6.1. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Hipertensi ... 55
4.6.2. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Hipertensi ... 56
4.6.3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Hipertensi ... 57
4.6.4. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi ... 58
4.7. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ... 59
4.7.1. Hubungan Penambahan BB IMT Normal dengan Kejadian Hipertensi ... 59
4.7.2. Hubungan Penambahan BB IMT Lebih dengan Kejadian Hipertensi ... 60
4.7.3. Hubungan Ukuran LILA dengan Kejadian Hipertensi ... 61
4.8. Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi ... 62
BAB 5. PEMBAHASAN ... 66
5.1. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat ... 66
5.2. Pengaruh Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat ... 74
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
6.1. Kesimpulan ... 78
6.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA………. 80
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1. Metode Pengukuran Variabel ………...…. 43
4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat……… 49
4.2. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Asupan Energi, protein, Lemak, dan Natrium di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat……… 51
4.3. Distribusi Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Ukuran LILA pada Awal dan Setelah 60 Hari Pemantauan di RSU Tanjung Pura
Kab.Langkat……… 53
4.4. Distribusi Penambahan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan IMT
di RSU Tanjung Pura Kab. Langkat………..…. 54
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi pada Awal dan Setelah 60 Hari Pemantauan di RSU Tanjung Pura
Kab.Langkat………... 54
4.6. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat ………... 56
4.7. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat ………..…. 56
4.8. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat……… 58
4.9. Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat…………..………….. 59
4.10. Hubungan Pertambahan Berat Badan IMT Normal dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura
4.11. Hubungan Pertambahan Berat Badan IMT Lebih dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura
Kab.Langkat……… 61
4.12. Hubungan Ukuran LILA dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat ………...…… 61
4.13. Hubungan Pola Makan Ibu Hamil dengan Kejadian Hipertensi
pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab.Langkat………...….. 62
4.14. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Skema Modifikasi Teori Green dan Blum ………. 23
2.2 Skema Diaeses of Theory 33
2.3 Kerangka Konsep Penelitan………. 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Kuesioner………….………. 84
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 238 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Di RSU. Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2010 diketahui bahwa dari 970 orang ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RS terdapat 107 orang ibu mengalami hipertensi, salah satu penyebab hipertensi adalah faktor gizi. Tingginya angka kejadian hipertensi tersebut terkait dengan pola makan ibu selama kehamilan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian perspektif Kohort. Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 24 – 32 minggu. Sampel sebanyak 60 orang diperoleh dengan metode Consecutive Sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan formulir food recall, penimbangan berat badan,pengukuran Lila dan Tekanan Darah dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik jumlah asupan energi, berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,001,
asupan protein, (p)=0,025, asupan lemak (p)=0,006 dan asupan natrium nilai
(p)=0,037. Ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,030. Penambahan berat badan sesuai IMT Lebih (p)=0,046.,
sementaraPenambahan berat badan IMT normal tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai (p)=0,367. Dari hasil uji regresi logistik berganda Variabel yang paling dominan adalah oleh variabel asupan lemak dengan
Coeficient B =1,365 dan nilai Exp B sebesar 0,255. peluang responden untuk terkena hipertensi dalam kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar pada responden yang asupan lemak yang tidak baik dalam kehamilan dibandingkan asupan lemak yang tidak baik dalam masa kehamilan.
Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pengaturan pola makan dan pengukuran tekanan darah secara rutin setiap bulan selama kehamilan.
ABSTRACT
Maternal mortality rate in Langkat District in 2010 238 was per 100,000 live births. One of the causes of maternal mortality is pregnancy-related hypertension complication. It is found out that 107 of the 970 pregnant mothers who had their pregnancy examined at Tanjung Pura General Hospital Langkat District in 2010 experienced hypertension. This high rate of hypertension incident is related to the eating pattern of the mothers during their pregnancy.
The purpose of this Cohort perspective study was to analyze the influence of eating pattern and nutritional status on the incident of hypertension in the pregnant mothers at Tanjung Pura General Hospital Langkat District. The population of this study was the pregnant mothers with pregnancy of 24 - 32 weeks and 60 pregnant mothers were selected to be the samples for this study through consecutive sampling method. The data for this study were obtained through food-recall form-based interviews, measuring body weight, measuring LILA and blood pressure. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at a = 0.05.
The result of this study showed that, statistically, the amount of energy supplied had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p
= 0.001, protein supply with p = 0.0025, fat supply with p - 0.006, and natrium supply with p = 0.003. LILA size had influence on the incident of hypertension in the pregnant mothers with p = 0.030. The increase of body weight was in accordance with extra IMT with p = 0.046. The increase of body weight of normal IMT did not have any influence on the incident of hypertension in pregnant mothers with p - 0.367. The result of multiple logistic regression tests showed that the most dominant variable was fat supply with Coefficient B = 1.365 and Exp. B = 0.255. The chance for the respondents to suffer from hypertension during their pregnancy was almost 0.2 time bigger in the respondents with poor fat supply in their pregnancy compared to those with adequate fat supply.
The health workers, especially the midwives, are suggested to increase the socialization and routine extension on eating pattern management and to measure the blood pressure of the respondents routinely every month during their pregnancy.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai
normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah
140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan
ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila
ditemukan kejang-kejang pada penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai
koma. Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan
eklampsia terjadi pada 6-8% wanita hamil di Indonesia (Ben-zion, 1994).
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul
selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 % kehamilan.
Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu
(termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru),
gagal ginjal akut, dan penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah)
serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim,
melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan
juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu (Prawihardjo,
2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) Berdasarkan data resmi Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, terus mengalami penurunan. Pada tahun
2004 yaitu 270 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Profil Kesehatan Indonesia
(2010), walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut
masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO
(South East Asia Region, yaitu: Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa,
Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain).
Negara- negara didunia memberikan perhatian cukup besar terhadap AKI
sehingga menempatkan kesehatan ibu diantara delapan tujuan yang tertuang dalam
Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai sebelum 2015, AKI di
Indonesia harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup. Komitmen yang ditanda
tangani 189 negara pada September 2000, pada prinsipnya bertujuan meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan manusia (Yustina, 2007).
Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara dalam 4 tahun terakhir
menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 320 per 100.000 kelahiran hidup, pada
tahun 2006 menjadi 315 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 menjadi 275
hidup dan pada tahun 2009 sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu,
2009).
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 238 per
100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia masih disebabkan oleh
trias klasik (perdarahan, infeksi dan eklamsi), dan non medis (status gizi, faktor
ekonomi, sosial budaya).
Salah satu kasus dari komplikasi kehamilan sebagai penyumbang AKI di
Indonesia adalah hipertensi dalam kehamilan. Menurut Cunningham, dkk (1995)
kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya dalam
keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang sebelumnya telah
menderita hipertensi. Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan
dan merupakan salah satu dari tiga besar, selain pendarahan dan infeksi, yang terus
menjadi penyebab utama sebagian besar kematian ibu di Amerika serikat. Menurut
Bobak (2004), hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%
seluruh kehamilan.
Lebih lanjut data kejadian hipertensi pada kehamilan juga diungkapkan oleh
WHO yang dikutip oleh Khan dan rekan dalam Boestari (1998) bahwa secara
sistematis, 16% kematian ibu di negara-negara maju di seluruh dunia disebabkan
karena hipertensi. Persentase ini lebih besar dari tiga penyebab utama lainnya yaitu
perdarahan 13 %, aborsi 8 %, dan sepsis 2 %. Di Amerika Serikat pada tahun
3.201 kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui bahwa eklampsia (24%)
adalah persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu setelah perdarahan (28%).
Kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak
terkontrol saat persalinan. Hipertensi ini dapat terjadi karena kehamilan dan akan
kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun, ada juga yang tidak kembali
normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah
diderita ibu sebelum hamil.
Menurut Zweifel dalam Manuaba (2007) mengungkapkan bahwa cukup
banyak teori tentang bagaimana hipertensi pada kehamilan dapat terjadi sehingga
disebut sebagai “disease of theory”. Beberapa landasan teori yang dikemukakan yaitu
teori genetik, teori immunologis, teori iskemia region uteroplasenter, teori kerusakan
endotel pembuluh darah, teori radikal bebas, teori trombosit dan teori diet. Ditinjau
dari teori yang telah disebutkan di atas, maka teori diet merupakan salah satu faktor
risiko yang dapat dikendalikan dengan melakukan upaya pencegahan oleh ibu hamil.
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui
beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya
hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih,
kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula
dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan vitamin B6 yang
terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya
jaringan elastis sel dinding pembuluh darah (Kurniawan, 2002).
Berbagai faktor defesiensi gizi juga diperkirakan berperan sebagai penyebab
eklampsia. Banyak saran yang diberikan untuk menghindarkan hipertensi misalnya
dengan menghindari konsumsi daging berlebihan, protein, purine, lemak, hidangan
siap saji (snack), dan produk-produk makanan instan lain. Hasil penelitian
Sastrawinata, dkk (2003) bahwa faktor gizi memiliki hubungan dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil karena disebabkan kekurangan kalsium, protein, kelebihan
garam natrium, atau kekurangan asam lemak tak jenuh “Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA)” dalam makanannya. John, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan
bahwa diet buah dan sayur banyak mengandung aktivitas non-oksidan yang dapat
menurunkan tekanan darah. Zhang, dkk (2002) dalam Rozikhan, (2007) menemukan
kejadian pre-eklampsia pada pasien dengan asupan vitamin C harian kurang dari 85
mg dapat meningkat menjadi 2 kali lipat.
Menurut.Blum dalam Notoatmojo (2007) bahwa status kesehatan
individu/masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan herediter/keturunan. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan bahwa
status kesehatan ibu hamil dapat dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam
memelihara/merawat kesehatan selama hamil. Dalam program perawatan kehamilan
(antenatal care) terdapat beberapa perilaku sehat yang dianjurkan agar ibu hamil dan
janin sehat selama kehamilan dan persalinan. Perilaku sehat tersebut antara lain
makan ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi fisik ibu maupun janinnya. Gizi yang
baik membantu ibu mengurangi terjadinya kesulitan dalam kehamilan dan kelelahan
yang biasanya akan menyebabkan ketegangan dan bertambahnya rasa sakit pada
proses persalinan.
Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Manuaba, (2004), bahwa
salah satu hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan antenatal care adalah gizi
saat hamil yang dapat memperburuk kehamilan. Untuk mengetahui keterkaitan antara
faktor gizi ibu hamil dengan kejadian komplikasi kehamilan seperti hipertensi pada
kehamilan dapat dijelaskan oleh Sastrawinata, dkk (2003) bahwa faktor nutrisi
memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil karena disebabkan
kekurangan kalsium, protein, kelebihan garam natrium, atau kekurangan asam lemak
tak jenuh “Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)” dalam makanannya.
Berdasarkan hasil penelitian Paramitasari (2005) dalam Rozikhan, (2007)
tentang hubungan antara gaya hidup selama masa kehamilan dan kejadian
pre-eklampsia diketahui bahwa pola makan sebagai salah satu bentuk dari gaya hidup
yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil.
Untuk itu, perlu disarankan pada ibu hamil agar memastikan pola makannya
memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan.
Faktor predisposisi lain yang berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia
diantaranya adalah primigravida, obesitas, dan kenaikan berat badan yang berlebihan.
Menurut Husaini (1992) kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang
kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan 16–20 minggu, dan
kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu pertama kehamilan. Kegemukan
disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja
jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15%
dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang
terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung,
sehingga dapat menyumbangkan terjadinya pre-eklampsia (Rozikhan, 2007).
Dalam penelitian Riestyawati (2004) menjelaskan tentang pengaruh jumlah
kehamilan, pertambahan berat badan dan tingkat kecukupan gizi (protein,kalsium)
terhadap kejadiaan preklampsia pada kehamilan yaitu ada pengaruh yang signifikan
antara jumlah kehamilan dan pertambahan berat badan dengan kejadian
pre-eklampsia. Dari uji hubungan asosiasi diperoleh hasil bahwa jumlah kehamilan dan
pertambahan berat badan merupakan faktor risiko terhadap kejadian pre-eklampsia.
Salah satu penilaian status gizi secara langsung adalah antropometri (ukuran
tubuh manusia). Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan erat
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berat badan (BB) merupakan salah satu
ukuran yang sering digunakan untuk pengukuran antropometri (selain lingkar lengan
atas/LILA, tinggi badan/TB dan tebal lemak bawah kulit). Berat badan
mengambarkan jumlah dari protein, lemak air dan mineral pada tubuh dan menjadi
parameter yang baik untuk melihat perubahan massa tubuh akibat
Berdasarkan hasil survei pendahuluan di RSU. Tanjung Pura Kabupaten
Langkat pada tahun 2010 diketahui bahwa dari 970 orang ibu yang melakukan
pemeriksaan kehamilan di RS tersebut terdapat 107 orang ibu mengalami hipertensi
yang ditandai dengan kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik
15 mmHg di atas nilai normal (11,0%), 7 orang ibu hamil (6,54%) diantaranya sudah
terdiagnosa menderita pre-eklampsia dan 4 orang ibu hamil (3,73%) menderita
eklampsia.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola makan dan
pertambahan berat badan yang dilihat dari penilaian status gizi ibu hamil merupakan
faktor predisposisi terjadinya hipertensi pada ibu hamil. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pola makan dan status gizi
terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat
tahun 2012.
1.2. Permasalahan
Apakah ada pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi
pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh pola makan dan status gizi terhadap kejadian hipertensi pada
ibu hamil di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dapat menjadi masukan bagi
pihak rumah sakit dalam menjalankan program pelayanan antenatal care yaitu
dengan memberikan nasehat diet yang tepat sesuai kebutuhan gizi ibu hamil
dalam upaya mencegah terjadinya hipertensi pada kehamilan.
1.5.2. Bagi para ibu hamil sebagai sumber informasi bagi ibu hamil agar menjaga
dan mengatur pola makan dan menjaga status gizi guna mencegah terjadinya
hipertensi di masa kehamilan.
1.5.3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan
dalam pengembangan peneliti ilmu promosi kesehatan dan menambah
khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh pola makan dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola Makan Ibu Hamil
Menurut Heaper 1986 dalam Nadeak (2011) pola makan adalah cara
seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai khas
untuk satu kelompok tertentu. Penanaman pola makan yang beraneka ragam makanan
harus dilakukan sejak bayi, saat bayi masih makan nasi tim, yaitu ketika usia baru
enam bulan ke atas, ibu harus tahu dan mampu menerapkan pola makan sehat.
Menurut Hong dalam Kardjati dalam Arisman (2003), mengemukakan bahwa,
pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam
dan jumlah makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam memenuhi kebutuhan gizi setiap hari. Jumlah dan takaran makan seseorang
dengan orang lainnya berbeda-beda, tergantung jenis kelamin, aktivitas fisik serta
kondisi seseorang.
Pendapat para pakar tersebut dapat diartikan secara umum pola makan
merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau kelompok orang dalam
memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang
meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada
2.1.1. Pengaturan Pola Makan pada Ibu Hamil
Selama masa hamil atau menyusui ibu harus memperhatikan makanan yang
dikonsumsi. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini untuk
memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan produksi ASI (Soetjiningsih, 1997).
Pemasukan makanan ibu hamil pada triwulan I sering mengalami penurunan
karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual atau muntah, tetapi
makanan ini harus tetap diberikan seperti biasa. Untuk mengatasi rasa mual dan
muntah sebaiknya porsi makanan ibu diberikan lebih sedikit dengan frekuensi
pemberian lebih sering, sedangkan pada triwulan II nafsu makan ibu biasanya sudah
meningkat. Kebutuhan akan zat tenaga lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat
hamil muda, demikian juga kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur seperti
lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan berwarna (Soetjiningsih, 1997). .
Pada kehamilan triwulan III, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik, dan ibu
sering merasa lapar. Pada masa ini hindari makan berlebihan sehingga berat badan
tidak naik terlalu banyak. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan
hidrat arang seperti yang manis-manis dan gorengan perlu dikurangi. Bahan makanan
sumber zat pembangun dan pengatur perlu diberikan lebih banyak dibandingkan pada
kehamilan triwulan II, karena selain untuk pertumbuhan janin yang sangat pesat, juga
Tabel 2.1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil dalam Sehari Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Ibu Hamil dalam Sehari Bahan
Makanan
Wanita Dewasa Tidak Hamil
Ibu Hamil
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3
Nasi 31/2 piring 31/2 piring 4 piring 3 piring Ikan 11/2 piring 11/2 piring 4 potong 3 potong Tempe 3 potong 3 potong 4 potong 5 potong Sayuran 11/2 mangkuk 11/2 mangkuk 3 mangkuk 3 mangkuk Buah 2 potong 2 potong 2 potong 2 potong
Gula 5 sdm 5 sdm 5 sdm 5 sdm
Susu Lemak, minyak/santan
-
5 sendok teh
1 gelas 5 sendok teh
1 gelas 5 sendok teh
1 gelas 5sendok teh
Air Garam
4 gelas 1 sendok teh
6 gelas 1 sendok teh
6 gelas 1 sendok teh
6 gelas 1sendok teh
Sumber : Manuaba, I.A.C, dkk, 2009.
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat,
protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi dapat digunakan
jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat digunakan Tempe,
Tahu. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu
pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan selama hamil harus mendapatkan
tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Prastiono, 2009).
Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu
diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu
susunan menu juga harus seimbang. Adapun menu ibu hamil yang seimbang setara
dengan nasi/pengganti 5-6 piring, lauk hewani 4-5 potong, lauk nabati 3-4 potong,
Untuk kelancaran pencernaan dianjurkan menghindari makanan yang banyak bumbu,
terlalu panas/dingin dan tidak menggunakan alkohol. Dianjurkan juga banyak makan
sayuran berwarna hijau (Prastiono, 2009).
2.1.2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang janin
dan pada saat ibu melahirkan. Selama kehamilan seorang ibu akan mengalami
perubahan baik anatomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya yang akan
meningkatkan kebutuhan zat gizi dalam makanannya. Di dalam rahim ibu terdapat
janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu mengalami
perubahan fungsi dalam rangka mempersiapkan kehadiran sang bayi (Paath, 2005).
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah
2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan
kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang
dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat
menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
pre-eklampsiaaa. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12
kg selama hamil. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per
hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat
menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama
susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan
riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu. Metabolisme yang tinggi pada ibu
hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan
pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga
konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil
dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferfous gluconate,
ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain zat besi, sel-sel darah merah juga
memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan
oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat
[image:33.612.118.526.438.648.2]menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil (Stephenson, 1986).
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Zat Gizi Ibu Hamil menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004
Kalori dan Zat Gizi Tidak Hamil Hamil
Kalori (Kal) 2300 2.500
Lemak (g) 75 80
Protein (g) 48 60
Kalsium (Ca) (mg) 500 900
Zat besi (Fe)(mg) 26 56
Vitamin A (RE) 500 700
Vitamin D 400 600
Tiamin (mg) 1 1,2
Riboflavin (mg) 1 1,2
Niasin (mg) 10 11
Vitamin C (mg) natrium (mg)
60 4
80 2,4
Banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil tergantung dari kondisi
badan si ibu. Namun jika terjadi gangguan masa kehamilan maka dapat diatur sebagai
berikut (Sayogo, 2007).
1. Pada Trimester I :
Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi penurunan berat badan. Hal
ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan muntah. Untuk itu
dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk makanan kering/tidak
berkuah.
2. Pada Trimester II :
Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan : 3x sehari ditambah
1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur, daging, teri, hati
sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang darah.
3. Pada Trimester III :
Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil mempunyai
berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan dikurangi, dan
memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk menghindari sembelit.
Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-bengkak pada kaki), maka
janganlah menambah garam dapur dalam masakan sehari-hari.
2.2. Status Gizi Ibu Hamil
Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel
tertentu (Supariasa, dkk, 2001), sedangkan menurut Almatsier (2006) menyatakan
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat- zat gizi. Dibedakan gizi baik, kurang dan buruk.
2.2.1. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui mengukur tinggi badan,
penambahan berat badan, ketebalan jaringan lemak bawah kulit serta lingkar lengan
atas.
a. Tinggi Badan
Tinggi badan selain ditentukan oleh faktor genetis, juga ditentukan oleh status
gizi sewaktu masa kanak-kanak. Keadaan ini dapat diartikan bahwa gangguan gizi
sewaktu masa kanak-kanak pengaruhnya sangat jauh, yaitu sampai produk
kehamilannya (Almatsier, 2006). Pengukuran tinggi badan ibu hamil sedapat
mungkin dilaksanakan pada masa awal kehamilan untuk menghindari kesalahan
akibat perubahan postur tubuh. Perubahan postur tubuh dapat mengurangi ukuran
tinggi badan sepanjang 1 cm Ibu yang mempunyai tinggi badan < 143 cm akan
melahirkan bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu yang mempunyai tinggi badan
normal (Paath, 2005).
b. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil merupakan parameter yang penting selama kunjungan
antenatal. Bila berat badan ibu pada kunjungan antenatal pertama < 47 kg
besar bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berat badannya > 47 kg (Bobak,
2004).
Peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya berat badan normal
perminggu untuk ibu hamil adalah 0,35 kg, sedangkan untuk berat badan dengan
kenaikan 0,90 kg/minggu atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester pertama akan
mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan kejadian hipertensi
dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia kehamilan 20 minggu terutama untuk
kehamilan anak pertama atau kehamilan lebih dari tiga kali (Prawiharjo, 2009).
Penambahan berat badan (BB) selama hamil idealnya berbeda-beda setiap
orangnya, tergantung berapa berat badan sebelum hamil. Walaupun ada yang
berpendapat bahwa kenaikan BB ibu hamil sebaiknya sekitar 10-16 kg selama hamil.
Untuk menghitung seberapa BB ideal Anda bertambah selama hamil, kita bisa
menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus IMT adalah:
Nilai IMT =
[image:36.612.113.526.583.655.2]Tinggi badan (m2) Berat Badan Sebelum Hamil
Tabel 2.3. Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan IMT Sebelum Kehamilan
Keadaan gizi berdasarkan IMT Kenaikan BB (Kg)
Gizi kurang/underweight (<19,8) Normal (19,8-26)
Gizi lebih / over weight (> 26 – 29) Obesitas (29)
12,5 – 18.00 11,5 – 16,00 7,0 – 11,5
6,0
Tabel 2.4. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
Kategori IMT Penambahan Berat Badan (Kg)
Trimester I Trimester II/III Per Minggu
Kurus Normal Lebih Obesitas
IMT < 19.8 IMT 19.8 - 25 IMT 26 - 29 IMT 29
2,3 1,6 0,9
0,49 0,44 0,3
Sumber : Arisman,2003
c. Ketebalan Jaringan Lemak Bawah Kulit
Ukuran ini merupakan indikator status gizi ibu hamil dengan berat badan bayi
sewaktu lahir. Tebal skinfold < 10 cm secara bermakna akan melahirkan bayi dengan
berat bayi lahir rendah (BBLR) 1,7 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu
yang ukuran skinfoldnya > 10 cm (Neel, 1991).
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA dapat digunakan untuk skrining pada ibu hamil, bila ukuran LILA
< 23,5 cm maka ibu hamil ini menderita kekurangan energi kronis (Almatsier, 2006).
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan
energi protein pada wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA untuk memantau
status gizi dalam jangka panjang. Tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui
risiko KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada WUS, meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam penanggulangan KEK dan mengarahkan pelayanan kesehatan pada
Cara pengukuran LILA adalah :
1. Tetapkan posisi bahu dan siku.
2. Letakkan pita antara bahu dan siku.
3. Tentukan titik tengah.
4. Lingkarkan pita pada tengah lengan.
5. Pita jangan terlalu ketat atau longgar.
6. Lakukan pembacaan skala dengan benar (Supariasa, 2001)
2.3. Perilaku
2.3.1. Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
Organisme respons.
Berdasarkan batasan perilaku Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
minuman, serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Perilaku ini adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu;
1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
Berdasarkan ketiga aspek pemeliharaan kesehatan di atas, maka semua aspek
tersebut berperan dalam memelihara kesehatan ibu selama hamil terutama perilaku
gizi (pola makan) ibu selama hamil karena penting dalam menjaga kesehatan ibu dan
janin agar terhindar dari komplikasi kehamilan khususnya hipertensi pada ibu hamil.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. Perilaku ibu hamil
yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan
2.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep
dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo (2007). Menurut Green, perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor).
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun
janinnya.
2. Faktor pemungkin (Enabling factors).
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya.
Untuk berperilaku sehat, ibu hamil yang mau memeriksakan kehamilan tidak
hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa kehamilan melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,
3. Faktor penguat (reinforcing factors).
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
Berdasarkan teori Green di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu hamil
dalam memelihara kesehatannya dipengaruhi oleh factor predisposing, factor
enabling dan factor reinforcing seperti yang sudah diuraikan di atas. Apabila
dihubungkan dengan status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama
hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan
pengukuran status gizi ibu hamil dapat mempengaruhi status kesehatan ibu atau
terkait dengan terjadinya hipertensi pada kehamilan.
Dalam Notoatmodjo (2007) konsep tersebut dapat diilustrasikan seperti bagan
Konsep Blum dan Konsep Green, yaitu Hubungan Status kesehatan, Perilaku, dan
Sumber : Notoatmodjo, 2005.
Gambar 2.1. Skema modifikasi teori Green dan teori Blum
2.4. Hipertensi pada Kehamilan 2.4.1. Konsep Dasar Hipertensi
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika
darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya
yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai
pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar
berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan
diastolik) (Lindhermer, 1993).
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding
pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan darah
yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis merupakan gejala
awal yang umum terjadi pada hipertensi. Karena arteri-arteri terhalang lempengan
kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi
sulit. Ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis, darah
memaksa melewati jalan yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi
tinggi. Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak
melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolic tidak melampaui 90 mmHg dalam
keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal (Lindhermer, 1993).
Menurut Jan A. Staessen dalam Bobak (2004), seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik (TDD)
≥ 90 mmHg. Beberapa tahun lalu WHO memberi batasan TDS 130 – 139 mmHg atau
TDD 85 – 89 mmHg sebagai batasan normal tinggi. Dengan makin banyaknya
penelitian tentang komplikasi hipertensi terhadap kardiovaskuler dan ginjal, maka
2.4.2. Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi dalam kehamilan dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : yang terdiri atas pre-eklampsiaa dan
eklampsia.
b. Hipertensi kronik sebelum kehamilan.
c. Hipertensi kronik dengan HDK superimpos (superimposed)
Defenisi HDK adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah
kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.
Diagnosis dibuat jika perubahan tekanan darah didapatkan pada 2 pengukuran dengan
beda waktu sekurang-kurangnya 6 jam. Adanya proteinuria pada HDK membenarkan
pemakaian istilah pre-eklampsia suatu keadaan yang lebih berat dari pada kelainan ini
(Ben-zion, 1994).
Pada umumnya kehamilan yang sudah terdeteksi dengan risiko tinggi yang
dapat menimbulkan hipertensi harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit
sehingga penanganan dapat segera dilakukan (Saifudin, 2002).
Tiga hal yang perlu diperhatikan pada patofisiologi hipertensi dalam
kehamilan adalah :
1. Bertambahnya tonus vasokonstriktor
Melihat adanya respon vaskuler yang didefenisikan sebagai kenaikan tekanan
diastolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat pemberian angiotensin II yang
dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki sensitifitas terhadap angiotensin II
setelah usia kehamilan 20 minggu (Ben-zion, 1994).
2. Kerja prostaglandin
Prostaglandin dapat mempengaruhi respon vaskuler terhadap zat vasoaktif,
sehingga pembentukan prostaglandin dalam hal ini dianggap melindungi jaringan
vaskuler terhadap vasokostriksi yang tidak diinginkan. Berkurangnya perfussi
intervilli yang khas pada hipertensi dalam kehamilan merupakan hasil dari
ketidakmampuan utero plasenta, sehingga mengakibatkan kesehatan janin menjadi
lebih buruk dibandingkan dengan kesehatan ibu (Ben-zion, 1994). Hal ini terjadi
karena aliran darah plasenta sisi material pada hipertensi dalam kehamilan mengalami
gangguan, sebagai akibat dari menurunnya pembentukan prostasiklin yang
menyebabkan endotel pembuluh umbilical seringkali menjadi rusak dan suplai
kebutuhan nutrisi dan oksigen ke janin terganggu (Prawiharjo, 2009).
Pada waktu tertentu jika tubuh tidak mampu berkompensasi dengan
meningkatnya tekanan darah maka timbul koagulasi intravaskuler diseminata (KID),
merupakan sebab yang menonjol dalam patofisiologi hipertensi dalam kehamilan
sebagai akibat penting dari sindrom hipertensi dalam kehamilan tingkat lanjut
(Wiknjosastro, 1994). Sebagai akibat KID faktor pembekuan mengalami perubahan
pada jumlah trombosit, yang lebih rendah dari 150.000 (Bobak 2004).
Ciri utama kecenderungan hipertensi dalam kehamilan untuk timbul adalah
kehamilan pertama, keadaan superimpos dengan hipertensi kronik sepuluh kali lebih
sering dari pada kehamilan berikutnya (Prawiharjo, 2002).
Faktor genetik telah lama diketahui sebagai faktor keluarga yang menyokong
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, sehingga ginotip maternal lebih penting dari
pada antigen janin dalam proses immunologic yang menimbulkan hipertensi dalam
kehamilan yang berat (Ben-zion Taber, 1994).
Ketiga faktor ini saling berkaitan, sehingga komplikasi hipertensi
sesungguhnya dapat diprediksi atau diketahui secara dini.
2.4.3. Penyebab Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi yang timbul atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi
pada wanita yang :
1. Terpapar vilikorialis untuk pertama kalinya
2. Terpaparnya vilikorialis yang terdapat dengan jumlah yang sangat berlimpah,
seperti pada kehamilan kembar atau pada molahidatidosa
3. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler
4. Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan
(Prawiharjo, 2009)
Ibu hamil yang memiliki resiko hipertensi dalam kehamilan diperberat oleh
pembentukan antibodi penghambat, yang terdapat pada tempat-tempat yang bersifat
antigen pada placenta. Pre-eklampsia mungkin lebih sering terjadi pada wanita dari
sering terdapat pada wanita kelas menengah ke atas, dan tidak hanya dipengaruhi oleh
status gizi wanita hamil (Prawihardjo, 2009).
Ditinjau dari segi usia, ibu hamil dengan usia dibawah 20 tahun lebih mudah
mengalami hipertensi dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu diatas 35 tahun
(Prawiharjo, 2009), hasil penelitian MNH tahun 2000 (maternal and neonatal health)
di daerah Jawa Barat, memberikan informasi bahwa tingkat pendidikan ibu dan sosial
ekonomi yang rendah, status gizi, serta pengaruh budaya memiliki kontribusi dalam
angka kejadian pre-eklampsia sebagai komplikasi hipertensi dalam kehamilan.
Meningkatnya hormon progesteron selama kehamilan akan memberikan
gambaran adanya peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya berat badan
normal perminggu untuk ibu hamil adalah 0,45 kg, sedangkan untuk berat badan
dengan kenaikan 0,90 kg/minggu atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester pertama
akan mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan kejadian
hipertensi dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia kehamilan 20 minggu terutama
untuk kehamilan anak pertama atau kehamilan lebih dari tiga kali (Prawiharjo, 2009).
2.4.4. Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi 2.4.4.1. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil
Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi
adalah asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena
untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang
berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan
pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang
menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih
berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui
beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya
hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Konsumsi lemak yang berlebih,
kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering dihubungkan pula
dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan B6 yang
meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D merupakan faktor
terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang menyebabkan rusaknya
jaringan elastis sel dinding pembuluh darah (Kurniawan, 2002).
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”,
dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan
“kualitas” yang terdiri dari:
1) Sumber karbohidrat :
biji-bijian baik untuk dikonsumsi saat hamil.
2) Sumber protein hewani:
ikan, unggas, daging, putih telur, susu rendah atau bebas lemak.
3) Sumber protein nabati :
kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil olahannya.
4) Sumber vitamin dan mineral :
2.4.4.2. Penanggulangan Hipertensi
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg,
selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya
hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan
darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga
ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih,
tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula
penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan
diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan
dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu,
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat
menggunakan garam lain diluar natrium.
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau
hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan,
yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging
seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair dan
garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan
memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang air
yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali (Kurniawan 2002).
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah
serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau
infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit crakers,
keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape
(Kurniawan 2002).
2.5. Landasan Teori
Berdasarkan konsep teori Green dan Blum dalam Notoatmojo (2005)
hubungan antara status kesehatan, perilaku, dan promosi kesehatan (gambar 2.1),
dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu hamil dalam memelihara kesehatannya
dihubungkan dengan status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama
hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan
pengukuran status gizi ibu hamil dapat memengaruhi status kesehatan ibu atau terkait
dengan terjadinya hipertensi pada kehamilan.
Menurut Zweifel dalam Manuaba, dkk (2007) mengungkapkan bahwa cukup
banyak teori tentang bagaimana hipertensi pada kehamilan dapat terjadi sehingga
disebut sebagai “disease of theory”. Beberapa landasan teori yang dikemukakan
yaitu: Teori genetik, Teori immunologis, Teori iskemia region uteroplasenter, Teori
kerusakan endotel pembuluh darah, Teori radikal bebas, Teori trombosit dan Teori
[image:52.612.131.529.384.687.2]diet.
Gambar 2.1 Diseases Of Theory
Sumber; Zweifel dalam Manuaba, dkk (2007)
Genetik
Diet Trombosit Radikal Bebas Kerusakan Endotel Pembuluh Darah Immunologis
Hipertensi dalam Kehamilan Iskemia Region
Ditinjau dari teori yang telah disebutkan di atas, maka teori diet merupakan
salah satu faktor risiko yang dapat dikendalikan dengan melakukan upaya
pencegahan oleh ibu hamil yaitu dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dengan
pola makan yang sehat.
2.6. Kerangka konsep
[image:53.612.108.527.239.563.2]Variabel independent Variabel dependent
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat diketahui bahwa pola makan ibu
yang terdiri dari, jumlah zat gizi yang mencerminkan status gizi ibu hamil yang
diasumsikan dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada ibu hamil.
POLA MAKAN IBU HAMIL • Jumlah Energi,
Lemak, Protein, Natrium
STATUS GIZI IBU HAMIL • Penambahan berat
badan sesuai IMT • LILA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat observasional-analitik. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian Cohort Study (Perspektif)
pemantauan selama 60 hari, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola makan
dan status gizi terhadap terjadinya hipertensi pada ibu hamil di RSU Tanjung Pura
Kabupaten Langkat.
3.2. Rancangan Penelitian cohort study (perspektif)
[image:54.612.175.500.416.636.2]Pemantauan 60 hari
Gambar .3.1. Rancangan Penelitian cohort - Pola makan
- Status Gizi (BB,LILA)
- Tekanan Darah
- Pola makan
- Status Gizi (BB,LILA)
- Tekanan Darah Ibu Hamil usia
kehamilan 24 – 32 minggu
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dengan
pertimbangan terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi pada ibu hamil yaitu 76
(9,0%) dari 853 ibu hamil pada tahun 2009 dan tahun 2010 ibu hamil yang hipertensi
sebanyak 107 (11,0%) dari 970 Ibu hamil. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa
penelitian ini dilaksanakan di RSU Tanjung Pura tersebut. Penelitian ini dilakukan
selama 60 hari pemantauan mulai 15 Maret sampai 21 Mei 2012.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1. Populasi
Populasi adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan 24 – 32 minggu yang
melakukan pemeriksaan kehamilan di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dari
Bagian Poli Kebidanan.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya ditentukan dengan
rumus Lamenshow, dkk (1990) seperti dibawah ini :
2 2 ) 2 1 ( ) 2 2 1 1 ( 2 ( p p q p q p Z pq