• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahunb 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahunb 2008"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI

CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 061000230 Mia Sarah

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI

CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh:

NIM. 061000230 Mia Sarah

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 November 2008 Dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, MKes

NIP. 131803342 NIP. 140154133 Ros Idah Berutu, SKM, MKes

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, MKes

NIP. 132126844 NIP. 131862380

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes

Medan, 20 November 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

(3)

ABSTRAK

Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Keadaan sosial ekonomi keluarga juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak balita.

Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dilakukan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anak balita yaitu 1678 keluarga, sampel sebanyak 100 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.

Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar status gizi anak balita menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB sudah berada dalam kategori normal. Sebagian besar tingkat pendapatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura adalah rendah 54%. Tingkat pendidikan ibu pada kategori dasar sebanyak 84%. Tingkat pendapatan keluarga di bawah UMR sebanyak 54%. Status pekerjaan ibu, tidak bekerja sebanyak 56%. Berdasarkan analisa dengan uji Chi Square terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan BB/U dan BB/TB anak balita. Sedangkan dengan TB/U tidak terdapat hubungan.

Keadaan gizi anak dipengaruhi oleh asupan makanan. Oleh karena itu hendaknya orang tua memperhatikan asupan makanan anak baik kualitas maupun kuantitas. Penimbangan berat badan terhadap anak balita sebaiknya dilakukan secara rutin agar status gizinya dapat terus dipantau.

(4)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Mia Sarah

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Juni 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 7 Orang

Alamat Rumah : Jl. Kesatria No.8 Gaperta Ujung. Medan. Riwayat Pendidikan : SD IKAL, Medan ( 1990-1996)

SLTP Persit Kartika Chandra Kirana I-2, Medan (1996-1999)

SLTA Persit Kartika Chandra Kirana I-2, Medan (1999-2002)

D-3 Analis Farmasi-USU Medan(2002-2005) FKM-USU Medan (2006-2008)

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2008” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Kepala Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM-USU.

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Ros Idah Berutu SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MSi, selaku Dosen Penasehat Akademik.

(6)

6. Terimakasih kepada semua keluarga besar, Tamimma Zahra, SS., Istiqa Dhienya, M. Haekal Affif, dan Rahmat Ramadhana.

7. Bapak Drs. Agustari Selaku Camat Tanjung Pura dan Bapak Saiful Abdi selaku Sekertaris Camat Tanjung Pura.

8. Bapak dr. Rudi selaku Kepala Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

9. Seluruh staf Kantor Camat Tanjung Pura dan Staf Puskesmas Pantai Cermin Tanjung Pura.

10. Kakanda Marihot Samosir, ST, sebagai staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

yang telah banyak membantu.

11. Benny Suriyanta, Ritayani Lubis, Betty Agustina, Puspita Sari, M. Fauzi, Dedi Siagian, Reni Zahrani, Widya Suraptiningsih, T. Said Afdhal Rauf, Cepti dan Netty terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

12. Teman-teman Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat dan teman-teman kelas Ekstensi

A angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat.

Medan, November 2008

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak i

Riwayat Hidup Penulis ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 5

1.3. Tujuan Penelitian 5

1.3.1. Tujuan Umum 5

1.3.2. Tujuan Khusus 6

1.4. Manfaat Penelitian 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita 7

2.2. Penyebab Gizi Kurang Pada Balita 8

2.3. Status Sosial Ekonomi Keluarga 9

2.3.1. Pendapatan Keluarga 10

2.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu 10

2.3.3. Status Pekerjaan Ibu 11

2.4. Pola Asuh Ibu 11

2.5. Penilaian Status Gizi Anak Balita 12

2.5.1. Antropometri 12

2.5.1.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) 13

2.5.1.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) 14

2.5.1.3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) 14

2.6. Kerangka Konsep Penelitian 16

(8)

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 30

4.2. Karakteristik Responden 31

4.3. Karakteristik Anak Balita 34

4.4. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Anak balita 38 4.4.1. Hubungan Status Gizi Anak Balita Dengan Tingkat Pendidikan Ibu 38 4.4.2. Hubungan Status Gizi Anak Balita Dengan Status Pekerjaan Ibu 40 4.4.2. Hubungan Status Gizi Anak Balita Dengan Tingkat Pendapatan

(9)

4.5. Gambaran Pola Asuh Ibu Dan Status Gizi Anak Balita 43

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Status Gizi Anak Balita 45

5.1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur 45 5.1.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur 46 5.1.3. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan 46 5.2. Status Sosial Ekonomi Keluarga 47 5.2.1. Tingkat Pendidikan Ibu 47

5.2.2. Status Pekerjaan Ibu 48

5.2.3. Tingkat Pendapatan Keluarga 48 5.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita 48 5.4. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita 50 5.5. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita

52 5.6. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB Anak Balita .... 54 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 56

6.2. Saran 57

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa/Kelurahan Di Kecamatan Tanjung

Pura Tahun 2007 31

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 32 Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai

Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 32 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Suku di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai

Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 32 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 33

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

33 Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 34 Tabel 4.8. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 34

Tabel 4.9. Distribusi Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 35 Tabel 4.10. Distribusi Anak Balita Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai

Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 35 Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U di Wilayah Kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. 35

Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

(11)

Tabel 4.13. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 36 Tabel 4.14. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur Menurut Indeks TB/U

di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura

Kabupaten Langkat 37

Tabel 4.15. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

37 Tabel 4.16. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur Menurut Indeks

BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 38 Tabel 4.17. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U dan Tingkat

Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 38 Tabel 4.18. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U dan Tingkat

Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 39 Tabel4.19. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB dan Tingkat

Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 39 Tabel 4.20. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U dan Status

Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 40 Tabel 4.21. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U dan Status

Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 40 Tabel 4.22. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB dan Status

Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 41 Tabel 4.23. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U dan Tingkat

(12)

Tabel 4.24. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U dan Tingkat Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 42 Tabel 4.25. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB dan Tingkat

Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat 43 Tabel 4.26. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U

di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2008 43 Tabel 4.27. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U

di Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2008 44

Tabel 4.28. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung

(13)

ABSTRAK

Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Keadaan sosial ekonomi keluarga juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak balita.

Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dilakukan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anak balita yaitu 1678 keluarga, sampel sebanyak 100 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.

Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar status gizi anak balita menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB sudah berada dalam kategori normal. Sebagian besar tingkat pendapatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura adalah rendah 54%. Tingkat pendidikan ibu pada kategori dasar sebanyak 84%. Tingkat pendapatan keluarga di bawah UMR sebanyak 54%. Status pekerjaan ibu, tidak bekerja sebanyak 56%. Berdasarkan analisa dengan uji Chi Square terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan BB/U dan BB/TB anak balita. Sedangkan dengan TB/U tidak terdapat hubungan.

Keadaan gizi anak dipengaruhi oleh asupan makanan. Oleh karena itu hendaknya orang tua memperhatikan asupan makanan anak baik kualitas maupun kuantitas. Penimbangan berat badan terhadap anak balita sebaiknya dilakukan secara rutin agar status gizinya dapat terus dipantau.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi (Soetjiningsih, 1995). Pada masa ini anak mulai melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi dan biasanya anak mulai susah makan akan tetapi hanya suka pada makanan jajanan yang gizinya tidak baik. Asupan makanan anak sangat penting diperhatikan Karena hingga anak berumur dua tahun, anak masih mengalami perkembangan otak (Hardinsyah, 1992).

Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dsar kepribadian juga dibentuk pada masa ini (Soetjiningsih, 1995). Oleh karena itu, asupan makanan yang baik akan membantu pertumbuhan dan perkembangan otak dan tubuh secara umum (Hardinsyah, 1992). Menurut pengkajian di berbagai Negara menunjukkan bahwa anak-anak yang pernah menderita gizi kurang, kurang berkemampuan dalam tes mental di kemudian hari dibandingkan dengan anak yang bergizi baik (Berg, 1986). Oleh karena itu gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut (Santoso, dkk, 1999).

(15)

balita sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain seperti saudara terlebih jika ibu mempunyai anak lain yang lebih kecil. Ketiga, anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dalam hal makanan sedangkan ia tidak begitu diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya, akibatnya kebutuhan tidak dapat terpenuhi. Keempat, anak balita mulai bermain dan bergerak lebih luas dan mulai bermain di lantai yang keadaannya belum tentu memenuhi syarat kebersihan, sehingga anak balita sangat besar kemungkinan terkena kotoran dan dapat menyebabkan anak balita terkena penyakit akibat infeksi (Santoso, 1999)

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga (Soetjiningsih, 1995). Umumnya anak balita diderita penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah (malnutrition). Yang menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan vitamin A, zat besi, vitamin dan mineral lainnya (Santoso, 1999). Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan, kemiskinan, rendahnya pendidikan,dapat dan kepercayaan merupakan faktor-faktor penyebab rawan pangan. Kurang energi protein merupakan masalah gizi kurang akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena gangguan kesehatan (Baliwati, 2004).

(16)

Ada enam faktor ekologi yang harus dipertimbangkan sebagai penyebab malnutrisi, yaitu keadaan infeksi, produksi pangan, konsumsi makanan, pengaruh budaya, pelayanan kesehatan dan pendidikan serta faktor sosial ekonomi (Jelliffe, 1996 dalam Supariasa, 2002).

Keadaan sosial ekonomi suatu keluarga sangat mempengaruhi tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut tentu berkaitan erat dengan pendapatan keluarga, jumlah saudara dan pendidikan orang tua (Supariasa, 2002). Di negara-negara berkembang, orang dengan status ekonomi rendah akan lebih banyak membelanjakan pendapatanya untuk makan. Dan bila pendapatanya bertambah biasanya mereka akan menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk menambah makanan. Dengan demikian, pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan (Berg, 1986).

Faktor sosial ekonomi mencakup data sosial seperti keadaan penduduk suatu masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, keadaan perumahan. Sedangkan data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan, kekayaan, pengeluaran dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim (Supariasa, 2002). Dari faktor-faktor diatas diharapkan dapat menggambarkan status gizi balita pada keluarga.

(17)

Pengasuhan merupakan faktor yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Masa anak usia balita adalah masa di mana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan dibawa terus sampai dewasa (Santoso, 2005).

Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada anak balita di Indonesia. Di Indonesia prevalensi gizi buruk pada anak balita menurut BB/U pada tahun 2002 adalah 8,0% dengan jumlah anak balita 18.369.952 orang dan meningkat pada tahun 2003 yaitu 8,3% dengan jumlah anak balita 18.608.762 orang (Hayatinur. E, 2006). Berdasarkan Hasil Susenas, di Sumatera Utara prevalensi gizi kurang pada tahun 2000 sebesar 17,32%, tahun 2003 sebesr 18,39% dan pada tahun 2005 sebesar 18,20%. Sedangkan prevalensi gizi buruk pada tahun 2000 yaitu sebesar 9,16% pada tahun 2003 sebesar 12,35% pada tahun 2005 sebesar 10,50% (Dinkes, 2006).

(18)

berdasarkan hasil penilaian status gizi tahun 2007 anak balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin adalah sebanyak 1678 anak balita. Dari jumlah tersebut anak balita yang menderita gizi kurang adalah sebanyak 272 (16,21%) anak balita dan yang menderita gizi buruk sebanyak 77 (4,60%) anak balita penilaian dilakukan berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik meneliti mengenai status sosial ekonomi keluarga dan status gizi balita di wilayah Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan status sosial ekonomi kelurga dengan status gizi balita di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2008. 1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran sosial ekonomi keluarga balita di wilayah kerja Puskesmas

Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura yang meliputi tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga.

(19)

3. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak balita. 4. Mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan status gizi anak balita.

5. Mengetahui hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita. 6. Menggambarkan hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita.

1.4.Manfaat Penelitian

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita

Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan dan hanya suka pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik (Hardinsyah, 1992).

Pada masa balita juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak mudah sakit dan terjadi kekurangan gizi. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan modal serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun apabila tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 1995).

Penilaian status gizi golongan rawan dapat memberikan informasi penting tetang keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun masa lampau. Gizi kurang pada anak dapat membuat anak menjadi kurus, pertumbuhan terhambat. Hal ini terjadi karena kurang protein (zat pembangun) dan kurang tenaga yang diperoleh dari makanan anak. Tenaga anak diperlukan dalam membangun badannya yang tumbuh secara pesat. (Roedjito D. 1989).

(21)

anak mempengaruhi pertumbuhan otak anak yang dapat menjadi hambatan dalam proses belajar. Anak yang terkena kwasiokor kelihatan gemuk tapi kurang sehat, mukanya gemuk seperti bulan, kaki bengkak karena odema, perut buncit tapi bahu dan lengan atas kurus. Kulit mudah terkelupas, rambut pucat anak terlihat muram. Sedangkan marasmus yang berarti kelaparan adalah dimana anak tidak mendapatkan makanan yang cukup dari jenis pangan manapun, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Anak yang sangat kurus itu sering hanya separuhnya saja dari berat sehat sesuai umur. Anak memiliki wajah seperti orang tua, kepala tampak besar karena badan kurus dan kecil, tangan dan kakinya kurus dan tulang rusuk anak telrihat nyata.

2.2. Penyebab Gizi Kurang pada Balita

UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang cukup mendapatkan makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

2.3. Status Sosial Ekonomi Kelurga

Keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah makanan yang tersedia dalam keluarga sehingga turut menentukan status gizi keluarga tersebut. Yang termasuk dalam faktor sosial adalah (Supariasa, 2002):

(22)

b. Keadaan keluarga.

c. Tingkat pendidikan orang tua d. Keadaan rumah

Sedangkan data ekonomi dari faktor sosial ekonomi meliputi : a. Pekerjaan orang tua.

b. Pendapatan keluarga. c. Pengeluaran keluarga.

d. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim

Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif, khususnya pendapatan dan kepemilikan (barang berharga, tanah, ternak) karena masyarakat enggan untuk membicarakannya kepada orang yang tidak dikenal, termasuk ketakutan akan pajak dan perampokan. Tingkat pedidikan termasuk dalam faktor sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi yaitu dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga (Achadi, 2007).

(23)

2.3.1. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga mempengaruhi ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan yang tidak memadai pada keluarga dapat mengakibatkan gizi kurang. Oleh karena itu, setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya. Akan tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Masdiarti (2000) di Kecamatan Hamparan Perak, yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi anak balita ditinjau dan krakteristik pekerjaan ibu, memperlihatkan hasil bahwa anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu bukan pekerja (43,24%) dibandingkan dengan kelompok ibu pekerja (40,54%) dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak dalam mengasuh anaknya.

2.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu

(24)

2.3.3. Status Pekerjaan Ibu

Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga (Berg, 1986). Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak (Singarimbun, 1988). Keadaan yang demikian dapat memengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (Berg. 1986).

2.4. Pola Asuh Ibu

(25)

terhadap kualitas pengasuhannya. Pendidikan ibu yang rendah masih sering ditemui, semua hal tersebut sering menyebabkan penyimpangan terhadap keadaan tumbuh kembang dan status gizi anak terutama pada anak usia balita (Sudiyanto dan Sekartini, 2005).

2.5. Penilaian Status Gizi Anak Balita 2.5.1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Jika ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur. Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat perhatian karena dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan gizi di masyarkat. Dalam menilai status gizi anak balita dapat digunakan indikator antropmetri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U) tinggi badan menurut umur (TB/U) dan beran badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan temasuk air, lemak, tulang dan otot. Indeks tinggi badan menurut umur adalah pertumbuhan linier (Supariasa, 2002).

2.5.1.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

(26)

dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggmbarkan status gizi seseroang saat ini.

1. Kelebihan Indeks BB/U

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum b. Baik untuk status gizi akut atau kronis

c. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil d. Dapat mendeteksi kegemukan.

2. Kelemahan Indeks BB/U

a. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit di taksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.

b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima

tahun.

c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.

2.5.1.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

(27)

bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

1. Keuntungan IndeksTB/U

a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri murah dan mudah dibawa 2. Kelemahan Indeks TB/U

a. Tinggi badan tidak cepat naik

b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya

c. Ketepatan umur sulit didapati 2.5.1.3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan

Dalam keadana normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang).

1. Keuntungan Indeks BB/TB a. Tidak memerlukan data umur

b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus) 2. Kelemahan Indeks BB/TB

a. Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi

badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan.

(28)

c. Membutuhkan dua orang dalam melakukan pengukuran

d. Sering terjadi kesalahan dalam pembacan hasil pengukuran (Supariasa, 2002). Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi yaitu kurang gizi protein dan obesitas pada semua kelompok umur. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

Kelebihan antropometri : a. Relatif murah

b. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar c. Objektif

d. Dapat dirangking apakah ringan, sedang atau berat e. Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden Kelemahan Antropometri :

a. Membutuhkan data referensi yang relevan

b. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi) dan kesalahan pada peneliti (kesalahan pengukuran, pembacaan dan pencatatan) c. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi

(29)

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang telah ditetapkan maka kerangka konsep penelitian menerangkan keadaan mengenai hubungan variabel bebas (independent) dengan terikat (dependent), dimana banyak faktor yang berhubungan dengan variabel terikat (dependent) yaitu status sosial ekonomi keluarga (tinggi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga).

Secara konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Pola Asuh Ibu Status Sosial Ekonomi Keluarga :

• Tingkat

pendidikan ibu • Pekerjaan ibu • Tingkat

pendapatan keluarga

Status Gizi Anak Balita Indeks :

(30)

Status sosial ekonomi keluarga yang tediri dari tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan tingkat pendapatan keluarga akan mempangaruhi pola asuh ibu yang akhirnya akan berdampak pada status gizi anak balita. Jika status sosial ekonomi keluarga baik, pola asuh ibu akan baik maka status gizi anak balita juga baik.

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan indeks status gizi anak balita. 2. Ada hubungan status pekerjaan ibu dengan status gizi anak balita.

(31)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jensi penelitian adalah bersifat deksriptif analitik yaitu menggambarkan hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan status gizi anak balita. Desain penelitain yang digunakan adalah studi potong lintang (cross-sectional).

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin yang terletak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat Tanjung Pura umumnya masih memiliki rata-rata tingkat pendidikan yang rendah dan tingginya angka gizi kurang pada anak balita di wilayah ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 s/d Agustus 2008. Penelitian dimulai dengan melakukan penelurusan pustaka, survei awal, pengumpulan data sampai kepada penulisan hasil penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(32)

3.3.2. Sampel

3.3.2.1. Penentuan Besar Sampel

Dari jumlah populasi di atas, untuk menentukan besar sampel maka digunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :

( )

2

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan

( )

(33)

3.3.2.2. Cara Pengambilan Sampel

Wilayah Tanjung Pura Kabupaten Langkat terdiri dari 19 desa. Untuk memperkecil daerah penelitian maka penentuan daerah penelitian dilakukan secara Porposive Sampling. Maka wilayah Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang menjadi

daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Pantai

Wilayah yang berada di sekitar pantai yang akan diteliti adalah : a. Pematang Cengal, mempunyai 400 balita

b. Karya maju, mempunyai 122 balita c. Bubun, mempunyai 122 balita d. Paya perupuk, mempunyai 49 balita 2. Wilayah Pertanian

Wilayah pertanian yang akan diteliti adalah : a. Pantai Cermin, mempunyai 74 balita b. Teluk Bakung, mempunyai 24 balita c. Pulau Banyak, mempunyai 121 balita d. Pematang Seni, mempunyai 173 balita 3. Wilayah Kota (pekan)

Wilayah kota yang akan diteliti adalah : a. Pekan Tanjung Pura, mempunyai 74 balita b. Lalang, mempunyai 102 balita

(34)

Kriteria Wilayah Nama Desa Jumlah Populasi Jumlah Sampel Wilayah Pantai Pematang Cengal 400 400/1261x100=31

Karya maju 122 122/1261x100=10

Bubun 122 122/1261x100=10

Paya perupuk 49 49/1261x100=4

Jumlah 693 55

Wilayah Pertanian Pantai Cermin 74 74/1261x100=6

Teluk bakung 24 24/1261x100=2

Pulau banyak 121 121x1261x100=10 Pematang Serai 173 173/1261x100=13

Jumlah 392 31

Wilayah Kota Pekan tg. Pura 74 74/1261x100=6

Lalang 102 102/1261x100=8

Jumlah 176 14

Jumlah 1261 100

Berdasarkan tabel diatas, maka jumlah sampel untuk wilayah pantai adalah 55 balita, wilayah pertanian adalah 31 balita, wilayah kota adalah 14 balita. Kemudian sampel untuk tiap desa ditentukan secara acak

3.4. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner 2. Dacin

(35)

4. Mikrotoa

5. Baku rujukan WHO-NCHS 3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer mencakup data antropometri umur, jenis kelamin, tinggi badan balita, berat badan balita, dan data status sosial ekonomi keluarga (tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan tingkat pendapatan keluarga). Data sekunder mencakup data gambaran umum Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

2.5.3. Cara Pengumpulan Data

Data antropometri diperoleh melalui pengukuran tinggi badan, panjang badan anak balita dengan menggunakan mikrotoa dan alat pengukur panjang badan anak yang mempunyai panjang 200 cm dengan ketelitian 01, cm. Sedangkan berat badan dengan menggunakana alat pengukur dacin yang mempunyai kapasitas 25 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran dilakukan di rumah balita.

Karakteristik balita dan karakteristik sosial ekonomi keluarga (tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan tingkat pendapatan keluarga), diperoleh dengan wawancara langusng dengan responden, menggunakan pedoman kuesioner terstruktur dan pengumpulan data dilakukan dengan mendatangani rumah responden kemudian dilakukan wawancara dan pengamatan terhadap responden.

(36)

3.6. Defenisi Operasional

1. Anak Balita adalah anak yang berusia 12 Bulan sampai 59 bulan.

2. Umur adalah usia balita yang ditentukan dengan menggunakan pengurangan umur balita saat lahir dan saat penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik menurut CDC 2000.

3. Berat badan adalah ukuran massa tubuh anak yang ditentukan dengan cara penimbangan menggunakan alat dacin.

4. Panjang badan adalah ukuran panjang tubuh anak yang ditentukan dengan cara pengukuran menggunakan alat pengukur panjang badan anak dalam satuan centimeter (cm).

5. Tinggi badan adalah ukuran tinggi tubuh anak yang ditentukan dengan cara pengukuran menggunakan alat mikrotoa dalam satuan centimeter (cm).

6. Status gizi adalah keadaan fisik anak yang ditentukan dengan mengukur berat badan, dan tinggi badan kemudian data yang ada dibandingkn dengan standar WHO-NCHS.

7. Status sosial ekonomi keluarga adalah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan tingkat pendapatan keluarga.

8. Tingkat pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah

(37)

9. Status pekerjaan ibu adalah keadaan yang dapat memberikan gambaran bekerja atau tidak bekerjanya ibu balita. Dikatakan bekerja bila kegiatan yang dilakukan sehari-hari dapat menambah pendapatan keluarga.

10. Tingkat pendapatan kelurga adalah jumlah seluruh penghasilan (suami, istri, dan

anggota keluarga lainnya) yang meliputi penghasilan pokok dan penghasilan tambahan selama sebulan dalam satuan rupiah.

11. Pola asuh ibu adalah cara pengasuhan ibu sehari-hari terhadap balita yang meliputi frekuensi pemberian makan serta gambaran mengenai pola kebersihan yang diterapkan ibu kepada anak

12. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah seluruh keluarga yang terdapat dalam satu rumah.

3.7. Aspek Pengukuran 1. BB/U, TB/U dan BB/TB

Hasil pengukuran antropometeri berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dihitung berdasarkan Z-Score dan dibandingkan dengan standar WHO-NCHS dengan kategori a. Indeks BB/U

- Lebih bila Z-Score > + 2 SD - Normal, bila Z-Score > s/d + 2 SD - Kurang, bila Z-Score > -3 SD s/d < -2 SD - Buruk, bila Z-Score < 3 SD

b. Indeks TB/U

(38)

- Normal, bila Z-Score > 2 SD c. Indeks BB/TB

- Gemuk, bila Z-Score > + 2 SD

- Normal, bila Z-Score > -2 SD s/d + 2 SD - Kurus, bila Z-Score > 3 SD s/d < -2 SD - Kurus sekali, bila Z-Score < -3 SD

Untuk menghitung standar Deviasi (Z-Score) dengan menggunakan rumus ;

Z-Score =

NSBR NM NIS

Keterangan :

NIS = nilai individu subyek NM = nilai median

NSBR = nilai simpangan baku rujukan 2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pengukuran variabel tingkat pendidikan dibagi mendai 2 (dua) kategori, yiatu : - Tingkat Dasar, bila jenjang pendidikan ibu yang terakhir SD atau SMP/sederajat - Tingkat Menengah, bila jenjang pendidikan ibu yang terakhir adalah

SMU/sederajat 3. Status pekerjaan ibu

- Bekerja : apabila kegiatan ibu baik di dalam rumah maupun di luar rumah dapat menambah pendapatan keluarga.

(39)

Pengukuran variabel tingkat pendapatan keluarga berdasarkan jumlah pendapatan perkapita perbulan dibagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

- Dibawah UMR, bila < Rp.822.205,- perkapita/bulan - Diatas UMR, bila > Rp. 822.205- perkapita / bulan 5. Pola asuh ibu

a. Praktik pemberian makan anak :

Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari delapan pertanyaan. Skor untuk option a = 2, b = 1. Sehingga skor maksimal menjadi 16 (100%). dikategorikan menjadi :

- Baik : apabila nilai yang diperoleh > 12 (>75%) - Tidak baik : apabila nilai yang diperoleh < 12 (<75%) b. Pola Kebersihan :

Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari enam pertanyaan. Skor untuk option a = 2, b = 1. Sehingga skor maksimal menjadi 12 (100%). dikategorikan menjadi :

- Baik : apabila nilai yang diperoleh > 8 (>66%) - Tidak baik : apabila nilai yang diperoleh < 8 (<66%) 3.8. Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1. Pengolahan Data

(40)

a) Editing

Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa, bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data segera diperbaiki (editing) dengan cara memeriksa jawaban yang kurang.

b) Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan maka data ditabulasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

3.8.2. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul diolah kemudian dianalisa secara dekspritf sedangkan untuk membuktikan hipotesis maka data-data yang merupakan variabel penelitian ini digunakan analisis statistic, yaitu Uji Chi Squre pada taraf nyata 90% (α = 0,01) dengan

bantuan computer program SPSS. Apabila probabilitas (p) lebih kecil dari pada α (p<0)

maka hipotesis Ho ditolak, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikansi antara variabel-variabel penelitian dengan BB/U, TB/U dan BB/TB. Jika sebaliknya maka hipotesis Ho diterima yang berati tidak ada hubungan yang signifikan.

Rumus Uji Statistik Chi Square :

(

)

(41)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Kecamatan Tanjung Pura terletak antara 3 14˚ - 4 13˚ Lintang Timur dan 97 52˚ - 98 45˚ Bujur Timur. Tinggi dari permukaan laut +4 m, dengan luas wilayah 165,78 km, dengan batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Hinai/Padang Tualang. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Gebang.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Secanggang.

(42)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa/Kelurahan Di Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2007

No Desa/Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa)

1 Pekan Tanjung Pura 13.842

Sumber : Ekspose Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2007

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi umur ibu, agama, suku, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas

Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Umur Responden n %

1 < 25 Tahun 34 34,0

2 25 – 30 Tahun 48 48,0

3 > 30 Tahun 18 18,0

(43)

Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur yang terbanyak adalah berumur 25 – 30 tahun yaitu sebanyak 48 responden (48,0%) dan yang paling sedikit adalah berumur > 30 tahun yaitu 18 responden (18,0%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Agama n %

Dari tabel 4.3. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut agama yang terbanyak adalah beragama Islam yaitu sebanyak 88 responden (88,0%) dan yang paling sedikit beragama Hindu yaitu 1 responden (1,0%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Suku di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Suku n %

Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut suku yang terbanyak adalah suku melayu yaitu sebanyak 57 responden (88,0%) dan yang paling sedikit adalah suku yaitu 3 responden (3,0%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Tingkat Pendidikan Responden n %

1 Dasar 84 84,0

2 Menengah 16 16,0

(44)

Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut tingkat pendidikan yang terbanyak adalah tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 84 responden (84,0%) dan tingkat pendidikan menengah sebanyak 16 responden (16,0%).

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Status Pekerjaan Responden n %

1 Kerja 44 44,0

2 Tidak Kerja 56 56,0

Total 100 100,0

Dari tabel 4.6. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut status pekerjaan terbanyak adalah yang tidak bekerja yaitu sebanyak 56 responden (56,0%) dan yang bekerja sebanyak 44 responden (44,0%).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Pendapatan n %

1 Dibawah UMR 54 54,0

2 Diatas UMR 46 46,0

Total 100 100,0

Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut pendapatan terbanyak adalah yang berpendapatan dibawah UMR yaitu sebanyak 54 responden (54,0%) dan yang berpendapatan diatas UMR sebanyak 46 responden (46,0%).

(45)

Dari tabel 4.8. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga yang terbanyak adalah > 4 orang yaitu sebanyak 52 responden (52,0%) dan yang paling sedikit adalah 1-2 orang yaitu 1 responden (1,0%).

4.3. Karakteristik Anak Balita

Karakteristik anak balita dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara kepada ibu yang meliputi umur anak balita, jenis kelamin dan status gizi menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9. Distribusi Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Jenis Kelamin n %

1 Laki-laki 45 45,0

2 Perempuan 55 55,0

Total 100 100,0

Dari tabel 4.9. dapat diketahui bahwa distribusi anak balita menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 55 balita (55,0%) dan laki-laki sebanyak 45 balita (45,0%).

Tabel 4.10. Distribusi Anak Balita Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Umur n %

(46)

Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

Dari tabel 4.11. dapat diketahui bahwa distribusi status gizi anak balita menurut indeks BB/U yang terbanyak adalah status gizi normal yaitu sebanyak 67 anak balita (67,0%) dan yang paling sedikit adalah status gizi lebih yaitu 3 anak balita (3,0%).

Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur Menurut Indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

Dapat dilihat pada tabel 4.12. bahwa anak dengan status gizi lebih paling banyak terdapat pada umur 12-24 bulan (7,2%). Anak dengan status gizi normal banyak terdapat anak balita usia 12-24 bulan (75,0%), dan anak dengan status gizi kurang banyak terdapat pada anak balita usia 49-59 bulan (38,1%).

Tabel 4.13. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

No Status Gizi Menurut TB/U n %

1 Normal 75 75,0

2 Pendek 25 25,0

(47)

Dari tabel 4.13. dapat diketahui bahwa distribusi status gizi anak balita menurut indeks TB/U yang terbanyak adalah status gizi normal yaitu sebanyak 75 anak balita (75,0%) dan status gizi lebih sebanyak 25 anak balita (25,0%).

Tabel 4.14. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur Menurut Indeks TB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Berdasarkan tabel 4.14. diketahui bahwa baik anak dengan status gizi pendek banyak terdapat pada umur 25-36 bulan (29,4%). Anak dengan status gizi normal banyak terdapat pada usia 49-59 bulan (81,0%).

Tabel 4.15. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

(48)

Tabel 4.16. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur Menurut Indeks BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Umur

Pada tabel 4.16. dapat dilihat tidak anak balita dengan status gizi gemuk pada anak balita usia 25-36 bulan. Anak dengan status gizi normal banyak terdapat pada anak balita usia 12-24 bulan (78,5%), dan anak dengan status gizi kurus banyak terdapat pada anak balita usia 25-36 bulan (29,4%).

4.4. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Anak Balita

4.4.1. Hubungan Status Gizi Anak Balita Dengan Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 4.17. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U dan Tingkat Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Tingkat

(49)

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan BB/U anak balita dengan nilai p = 0,002 (p < 0,1).

Tabel 4.18. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U dan Tingkat Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Tingkat

Tabel 4.18. menunjukkan dari 84 ibu yang berpendidikan dasar terdapat 25,0% yang pendek dan 75% yang normal. Sedangkan dari 16 ibu yang berpendidikan menengah terdapat 25,0% yang pendek dan 75% yang normal.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan TB/U anak balita dengan nilai p = 0,610 (p > 0,1).

Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB dan Tingkat Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Tingkat

(50)

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan BB/TB anak balita dengan nilai p = 0,008 (p < 0,1).

4.4.2. Hubungan Status Gizi Anak Balita Dengan Status Pekerjaan Ibu

Tabel 4.20. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U dan Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Status

Dari tabel 4.20. dapat diketahui bahwa dari 44 ibu yang bekerja terdapat 4,5% yang berstatus gizi lebih, 50,0% yang berstatus gizi normal dan 45,5% yang berstatus gizi kurang. Sedangkan dari 56 ibu yang tidak bekerja terdapat 1,8% yang berstatus gizi lebih, 80,3 % yang berstatus normal, dan 17,9 % yang berstatus gizi kurang.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan BB/U anak balita dengan nilai p = 0,003 (p < 0,1).

Tabel 4.21. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U dan Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Status Pekerjaan

(51)

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan TB/U anak balita dengan nilai p = 0,406 (p > 0,1).

Tabel 4.22. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB dan Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Status

Tabel 4.22. menunjukkan bahwa dari 44 ibu yang bekerja terdapat 13,6% yang gemuk, 81,8% yang normal dan 4,5% yang kurus. Sedangkan dari 56 ibu yang tidak bekerja terdapat 1,8% yang gemuk, 58,9% yang normal dan 39,3% yang kurus.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan BB/TB anak balita dengan nilai p = 0,000 (p < 0,1).

4.4.3. Hubungan Status Gizi Anak Balita Dengan Tingkat Pendapatan Keluarga Tabel 4.23. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U dan Tingkat

Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No Tingkat

(52)

yang tingkat pendapatannya diatas UMR terdapat 4,3% yang berstatus gizi lebih, 54,4% yang berstatus gizi normal dan 41,3% yang berstatus gizi kurang.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan BB/U anak balita dengan nilai p = 0,020 (p < 0,1).

Tabel 4.24. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U dan Tingkat Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

No

Dapat dilihat pada tabel 4.24. bahwa dari 54 keluarga yang tingkat pendapatan dibawah UMR terdapat 24,1% yang pendek dan 75,9% yang normal. Sedangkan dari 46 keluarga yang tingkat pendapatan diatas UMR terdapat 26,1% yang pendek dan 73,9% yang normal.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan TB/U anak balita dengan nilai p = 0,499 (p > 0,1).

Tabel 4.25. Distribusi Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB dan Tingkat Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

(53)

Dapat dilihat pada tabel 4.25. bahwa dari 54 keluarga yang tingkat pendapatannya dibawah UMR terdapat 59,3% yang normal, 40,7% yang kurus dan tidak terdapat gemuk. Sedangkan dari 46 keluarga yang tingkat pendapatannya diatas UMR terdapat 15,2% yang gemuk, 80,4% yang normal dan 4,3% yang kurus.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan BB/TB anak balita dengan nilai p = 0,000 (p < 0,1).

4.5. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita

Tabel 4.26. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2008

Dari tabel 4.26. dapat digambarkan dari 71 ibu yang mempunyai pola asuh yang baik terdapat 2% BB/U lebih, 48% BB/U normal dan 21% BB/U kurang. Sedangkan pada pola asuh ibu tidak baik dari 29 ibu terdapat 1% BB/U lebih, 19% BB/U baik dan 9% BB/U kurang.

Tabel 4.27. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks TB/U di Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2008

Pola Asuh Ibu

(54)

Sedangkan pada pola asuh ibu tidak baik dari 29 ibu terdapat 8% TB/U pendek, 21% TB/U normal.

Tabel 4.28. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita Menurut Indeks BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2008

Pola Asuh Ibu

Indeks BB/TB

Jumlah

Gemuk Normal Kurus

n % n % n % n %

Baik 4 5,6 49 69,0 18 25,3 71 100,0

Tidak Baik 3 10,3 19 65,5 7 24,1 29 100,0

(55)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Status Gizi Anak Balita

5.1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U digunakan untuk memantau pertumbuhan yang waktunya singkat/saat ini (Current Nutritional Status). Pada keadaan normal yaitu menggambarkan keadaan kesehatan dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. BB/U juga dapat mendeteksi kegemukan/berat badan lebih pada anak.

Pada tabel 4.11. menunjukkan sebanyak 67% anak balita status gizi normal, 30% kurang, dan 3% lebih. Hal ini menunjukkan BB/U anak balita di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura lebih banyak yang mempunyai indeks BB/U normal, artinya keadaan gizi saat ini (Current Nutritional Status) anak balita tidak baik karena masih ditemukan anak balita dengan BB/U kurang dan lebih.

(56)

5.1.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Indeks TB/U lebih menggambarkan keadaan gizi masa lalu juga berkaitan erat dengan status sosial ekonomi. Keadaan tinggi badan anak pada usia anak balita menggambarkan status gizi masa lalu mereka. Berbeda dengan berat badan, tinggi badan tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan yang mendadak akan tetapi lebih memberikan gambaran riwayat gizi masa lalu (kronis).

Pada tabel 4.13. menunjukkan sebanyak 75% anak balita status gizi normal, dan 25% pendek. Ini berarti keadaan gizi masa lalu anak balita tidak baik, karena masih ditemukan anak balita dengan TB/U pendek. Dengan kata lain bahwa keadaan gizi anak pada masa lalu mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak pada masa selanjutnya.

Ada beberapa sebab mengapa seseorang lebih pendek dari pada rata-rata tinggi badan umumnya. Salah satu penyebab yang dianggap normal adalah faktor keturunan dari salah satu orang tuanya. Berdasarkan faktor keturunan, seseorang bertubuh pendek karena dia mungkin memang mempunyai bakat pendek, atau dalam masa pola pertumbuhannya mengalami suatu penundaan yang cukup lama yaitu karena kekurangan salah satu atau lebih dari hormon-hormon pertumbuhan (Aritonang, 1996). Disamping itu juga dapat disebabkan status sosial ekonomi keluarga dimana konsumsi pangan keluarga sangat mempengaruhi status gizi keluarga khususnya anak balita.

5.1.3. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

(57)

anak yang gemuk kemungkinan tinggi badan normal akan tetapi berat badan lebih menurut tinggi badannya, atau memiliki tinggi badan yang kurang dan berat badan yang lebih menurut tinggi badannya.

5.2. Status Sosial Ekonomi Keluarga 5.2.1. Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak.Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah.

Tingkat pendidikan ibu yang menjadi responden penelitian rata-rata berada pada tingkat dasar. Pada tabel 4.5. menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu berada pada kategori tingkat dasar yaitu 84 %, selebihnya berada pada kategori tingkat pendidikan menengah yaitu 16%. Di wilayah penelitian juga terdapat ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (akademi/perguruan tinggi), akan tetapi ibu tersebut tidak menjadi responden dalam penelitian.

Menurut Berg (1986), tingkat pendidikan berhubungan dengan pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui mass media.

5.2.2. Status Pekerjaan Ibu

(58)

Rata-rata pekerjaan ibu adalah berjualan di rumah mereka, jenis makanan yang mereka jual di warung pada rumah mereka adalah jenis makanan ringan. Ada juga ibu yang bekerja sebagai guru dan penjahit. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak ibu-ibu balita yang mempunyai waktu luang untuk merawat anak balitanya. Akan tetapi dilain hal, ibu-ibu yang tidak bekerja tidak dapat menambah pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak balita.

5.2.3. Tingkat Pendapatan Keluarga

Pada tabel 4.7. menunjukkan sebanyak 46% keluarga dengan tingkat pendapatan diatas UMR, dan sebanyak 54% keluarga dengan tingkat pendapatan dibawah UMR. Rata-rata pekerjaan kepala keluarga dan ibu balita adalah wirausaha berupa warung (kedai) dan mengelola kebun.

Menurut Suhardjo (1986), keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu merupakan faktor yang kurang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Hal ini disebabkan keadaan ekonomi sangat berpengaruh kepada konsumsi pangan keluarga.

5.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita

(59)

Kalau dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan BB/U pada p=0,002. penelitian ini sesuai dengan penelitian Dodik Pramono, dkk, yang dilakukan di Kodya Semarang dan Kabupaten Jepara yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan keluarga dengan berat badan anak (Research Publication, 2002). Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Emi Yunida (2005), yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan berat badan anak (Yunida, 2005).

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu semakin baik BB/U anak. Ini sesuai dengan pernyataan L. Green Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat pendidikan ibu maka makin baik pula keadaan gizi anaknya (Berg, 1986). Pendidikan yang lebih tinggi memberikan kemungkinan bagi peningkatan pengetahuan, informasi, kesadaran akan kesehatan dan gizi. Dengan demikian akan memberi peluang yang lebih besar bagi pencapaian pertumbuhan fisik anak yang lebih baik. Dengan kata lain, ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih cepat mengerti dan menyerap informasi kesehatan.

(60)

Pada tabel 4.19. menunjukkan hubungan tingkat pendidikan ibu dengan indeks BB/TB didapatkan bahwa pada ibu dengan tingkat pendidikan dasar terdapat 57% anak balita status gizi normal, 24% kurus, dan 3% gemuk. Sedangkan pada ibu dengan tingkat pendidikan menengah terdapat 12% anak balita status gizi normal, 4% gemuk, dan tidak ada satu anakpun dengan BB/TB kurang pada ibu dengan tingkat pendidikan menengah. Kalau dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan TB/U anak balita pada p=0,008.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi anaknya. Menurut Harper (1986) yang dikutip dari Djaeni (1989) mengemukakan bahwa pendidikan berhubungan dengan pengetahuan gizi yang akhirnya berpengaruh terhadap konsumsi. Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi kemampuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui mass media (Berg, 1986).

5.4. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita

Pada tabel 4.20. menunjukkan hubungan status pekerjaan ibu dengan indeks BB/U didapatkan bahwa anak yang berasal dari ibu bekerja terdapat 50% anak balita status gizi normal. Sedangkan pada ibu yang tidak bekerja terdapat 80,3% normal. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan ibu berpengaruh terhadap status gizi anak. Jika dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan BB/U anak balita pada p=0,003.

(61)

diantaranya yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan dan lain-lain (Anwar, 2000).

Ibu-ibu pekerja dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarganya, khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja umumnya tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupannya (Berg, 1986). Keadaan yang seperti ini dapat mempengaruhi asupan zat gizi bagi pertambahan berat badannya.

Pada tabel 4.21. menunjukkan hubungan status pekerjaan ibu dengan indeks TB/U anak balita didapatkan bahwa pada ibu pekerja terdapat 32% status gizi normal, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja terdapat 43% normal. Kalau dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan TB/U anak balita pada p=0,406.

Pada tabel 4.22. menunjukkan hubungan status pekerjaan ibu dengan indeks BB/TB anak balita didapatkan, dari ibu yang bekerja diperoleh sebanyak 2% anak balita dengan status gizi kurus, sedangkan dari ibu yang tidak bekerja diperoleh sebanyak 22% kurus. Kalau dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan TB/U anak balita pada p=0,000.

(62)

Penelitian Depkes RI (1985) menunjukkan bahwa kesehatan anak bukan hanya dipengaruhi oleh waktu yang kurang bagi ibu pekerja untuk memelihara anaknya tetapi tergantung pula pada tingkat pendapatan orang tua untuk pengadaan makanan tambahan serta biaya pemeliharaan anak. Artinya walaupun ibu tersebut bekerja tetapi pemenuhan gizi terhadap anak balita harus terpenuhi baik kualitas maupun kuantitas maka keadaan gizi anak dapat optimal.

5.5. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita

Pada tabel 4.23. menunjukkan hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan indeks BB/U didapatkan bahwa pada keluarga dengan pendapatan dibawah UMR terdapat sebanyak 20,4% anak balita status gizi kurang. Sedangkan pada keluarga dengan pendapatan diatas UMR terdapat 41,3% kurang. Jika dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan BB/U anak balita pada p=0,020.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunida (2005), bahwa pendapatan yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik pada anak.

(63)

Pada tabel 4.24. menunjukkan hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan indeks TB/U anak balita didapatkan, pada keluarga dengan pendapatan dibawah UMR terdapat 41% anak balita status gizi normal. Sedangkan pada keluarga dengan pendapatan diatas UMR terdapat 34% normal. Jika dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan TB/U anak balita pada p=0,499.

Pada tabel 4.25. menunjukkan hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan indeks BB/TB anak balita didapatkan, bahwa pada keluarga dengan pendapatan dibawah UMR terdapat 22% anak balita status gizi kurus. Sedangkan pada keluarga dengan pendapatan diatas UMR terdapat 2% kurus. Jika dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square, ternyata ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan BB/TB anak balita pada p=0,000.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dodik Pramono, dkk, yang dilakukan di Kodya Semarang dan Kabupaten Jepara yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga dengan berat badan dan tinggi badan anak ( Research Publication, 2002).

(64)

menyebabkan orang tua tidak mampu membeli makanan yang diperlukan anak-anaknya, sehingga kekurangan protein dan kalori pun terjadi (Jellife, 1994).

5.6. Gambaran Pola Asuh Ibu dan Indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB Anak Balita Pada tabel 4.26. menunjukkan gambaran pola asuh ibu dengan indeks BB/U anak balita diperoleh sebanyak 60% anak balita mempunyai indeks BB/U normal pada pola asuh ibu baik. Pada anak dengan pola asuh ibu yang tidak baik ditemukan, 12,0% anak balita dengan indeks BB/U normal.

Pada tabel 4.27. menunjukkan gambaran pola asuh ibu dengan indeks TB/U anak balita didapatkan, 49,0% anak balita dengan indeks TB/U normal pada pola asuh ibu baik. Pada pola asuh ibu yang tidak baik diperoleh 15% anak balita dengan indeks TB/U normal.

Pada tabel 4.28. menunjukkan gambaran pola asuh ibu dengan indeks BB/TB anak balita didapatkan, 61,0% anak balita dengan indeks BB/TB normal pada pola asuh ibu baik. Pada pola asuh yang tidak baik terdapat, 18% anak balita dengan indeks BB/TB normal.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa/Kelurahan Di Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2007
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura  Kabupaten Langkat
Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura  Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran STM jauh lebih efektif karena dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat, yang meliputi kemampuan kognitif,

Variabel terikat dari penelitian ini adalah motivasi belajar dan model Teams Games Tournament (TGT) matematika dengan pokok bahasan keliling dan luas daerah persegi, persegi

Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh debt default ( DEFT ), kondisi keuangan perusahaan (Z- SCORE), pertumbuhan perusahaan (SALES), dan opini audit tahun sebelumnya

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran drill dengan modifikasi bola dapat meningkatkan hasil belajar passing

Pada hasil 5 why analysis diatas dapat dilihat bahwa faktor kecelakaan ibu jari kaki kanan retak akibat tertimpa tangga besi perancah dapat terjadi adalah karena tangga

Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan , nilai nasabah dan kepuasan nasabah berpengaruh postif dan signifikan terhadap word of mouth sedangkan variabel citra

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. Tri

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan