• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK

INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka

Makassar, Sulawesi Selatan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Program Studi Manajemen

Oleh:

Paul Dias Lodam Sumanti NIM: 142214049

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK

INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka

Makassar, Sulawesi Selatan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Program Studi Manajemen

Oleh:

Paul Dias Lodam Sumanti NIM: 142214049

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii

(4)

iii

SKRIPSI

PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK

INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka

Makassar, Sulawesi Selatan

Dipersiapkan dan Ditulis oleh:

Paul Dias Lodam Sumanti NIM: 142214049

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 17 September 2020 Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat

Jabatan Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Patrick Vivid Adinata, S.E., M.Si.

Sekretaris Maria Theresia Ernawati, S.E., M.A.

Anggota Drs. Aloysius Triwanggono, M.S.

Anggota Drs. P. Rubiyatno, M.M.

Anggota Lucia Kurniawati, S.Pd., M.S.M.

Yogyakarta, 28 Januari 2021 Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Dekan

Tiberius Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D.

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“But you know, happiness can be found even in the darkest of time, if one only remembers to turn on the light.”

(Albus Dumbledore, Harry Potter and The Prisoner of Azkaban)

“LUMOS”

Skripsi ini saya persembahkan pada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing;

Serta sebagai penghargaan kepada diri sendiri, karena

tidak menyerah dan mau belajar banyak hal.

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP

KENYAMANAN KERJA PSIKIS

Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka Makassar, Sulawesi Selatan

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal, 17 September 2020 adalah hasil karya saya.

Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini akan digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.M.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).

Yogyakarta, 28 Januari 2021 Yang membuat pernyataan,

Paul Dias Lodam Sumanti NIM: 142214049

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Paul Dias Lodam Sumanti

Nomor Mahasiswa : 142214049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERAN KOMUNIKASI LISAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK

INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka

Makassar, Sulawesi Selatan

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Januari 2021 Yang menyatakan

( Paul Dias Lodam Sumanti )

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesikan skripsi berjudul “Peran Komunikasi Lisan dalam Memediasi Pengaruh Budaya Individual dan Karakteristik Individu terhadap Kenyamanan Kerja Psikis: Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka Makassar, Sulawesi Selatan”.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Tiberius Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Patrick Vivid Adinata, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Aloysius Triwanggono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan serta arahan yang sangat berguna sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

(9)

viii

5. Bapak Drs. P. Rubiyatno, M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan koreksi dan saran yang semakin menyempurnakan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf Sekretariat Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skipsi ini.

7. Segenap Manajemen Telkomsel Area IV Pamasuka, Makassar, Sulawesi Selatan, yang telah memberi ijin dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.

8. Segenap Karyawan Divisi Human Capital Management yang telah bersedia membimbing dan membantu peneliti mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

9. Semua Karyawan Tetap dari semua divisi di kantor Telkomsel Area IV Pamasuka, Makassar, Sulawesi Selatan, yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti dengan mengisi kuesioner yang telah disediakan.

10. Kedua orang tuaku terkasih, Bapak Ferdinand Sumanti dan Ibu Lusie Mukuan yang telah membesarkanku dan mengajarkankanku banyak hal, terutama mengenai perjuangan. Terlebih untuk segala dukungan melalui doa, nasihat, serta perhatian selama mengemban pendidikan di kota yang terpisah jarak dengan kalian.

11. Adik-adikku, Arijan Benyamin Rudolf Sumanti, Marlian Christinia Clariat Sumanti, dan Dian Adhesive Fortuneit Sumanti yang selalu menghibur dan

(10)

ix

memberikan motivasi selama menempuh pendidikan di kota ini, serta bantuannya dalam menyusun skripsi.

12. Opa, oma, om, tante, dan sepupu yang selalu memberikan dukungan serta perhatian hingga skripsi ini selesai.

13. Mami Sukanti, kakak Yanti, kakak Ivan, kakak Indri, kakak Eti dan Paul yang selalu menyambut hangat kepulanganku saat berlibur dan menanyakan perkembangan perkuliahan dan skripsi. Akhirnya selesai juga!

14. Sahabat-sahabatku, Delvy, Selvy, Dini, Feli, Fika, Harry, Kak Uga, Anca, Kak Rudy, Leo, Koko Vandy, Koko Harry, terima kasih untuk dukungannya serta canda tawanya. Baik disaat kita kumpul bersama, maupun lewat media sosial.

15. Alm. Budi, terima kasih sudah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan.

Akhirnya saya bisa menepati janji untuk menyelesaikan pendidikan ini, walau sebagian mimpi kita akhirnya tidak bisa diwujudkan. Bersitirahatlah dalam damai, kawan.

16. Keluarga PMKO FE UH, terkhusus saudara ku Inem dan Jamal, terima kasih untuk semua dukungan, bantuan dan doanya.

17. Sr. Kresen dan Mbak Ida, terima kasih untuk kebersamaannya selama menempuh kuliah bersama serta doa dan dukungannya selama saya mengerjakan skripsi ini.

18. Jesse, Ko Nuel, Puput dan Panut, terima kasih banyak untuk waktu dan tenaganya dalam membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

(11)

x

19. Pengurus ENTER periode 2014-2016 dan Pengurus HMJM 2015-2016, terima kasih banyak untuk kesempatan, ilmu dan pengalaman yang diberikan selama berdinamika bersama.

20. Semua pihak yang telat membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap, semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 28 Januari 2021 Peneliti

Paul Dias Lodam Sumanti

NIM : 142214049

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Pembatasan Masalah ...8

D. Tujuan Penelitian ...9

E. Manfaat Penelitian ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...11

A. Landasan Teori ...11

1. Manajemen Sumber Daya Manusia ...11

a) Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia ...11

b) Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi ...12

2. Budaya Individual ...19

a) Definisi Budaya ...19

b) Wujud Budaya ...21

c) Sifat-Sifat Budaya ...28

(13)

xii

d) Peran dan Fungsi Budaya ...35

e) Sistem Budaya ...37

f) Indikator Budaya ...38

3. Karakteristik individu ...41

a) Definisi Karakteristik individu ...41

b) Keragaman ...42

c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Individu ...50

d) Indikator Karakteristik individu ...54

4. Komunikasi Lisan ...64

a) Definisi Komunikasi ...64

b) Fungsi dan Pendekatan Komunikasi ...66

c) Model dan Unsur-Unsur Komunikasi ...70

d) Jenis-Jenis Komunikasi ...72

e) Deskripsi Komunikasi Lisan...75

f) Keragaman dalam Komunikasi ...88

g) Faktor-Faktor Komunikasi Lisan yang Efektif ...93

h) Indikator Komunikasi Lisan ...99

5. Kenyamanan Kerja Psikis ... 102

a) Definisi Kenyamanan Kerja Psikis ... 102

b) Kenyamanan Kerja dan Teori Kebutuhan ... 104

c) Kenyamanan Kerja dan Lingkungan Kerja ... 110

d) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Kerja Psikis .. 113

e) Indikator Kenyamanan Kerja Psikis... 119

6. Hubungan Antar Variabel ... 122

a) Hubungan antara Budaya dengan Karakteristik Individu ... 122

b) Hubungan antara Budaya dengan Kenyamanan Kerja Psikis ... 122

c) Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kenyamanan Kerja Psikis ... 123

d) Hubungan antara Budaya dengan Komunikasi Lisan ... 124

e) Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Komunikasi Lisan ... 124

f) Hubungan antara Komunikasi Lisan dengan Kenyamanan Kerja Psikis ... 125

B. Penelitian-Penelitian Sebelumnya ... 126

C. Kerangka Konseptual ... 130

D. Hipotesis ... 130

(14)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 137

A. Jenis Penelitian ... 137

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 137

1. Subjek Penelitian ... 137

2. Objek Penelitian ... 137

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 138

1. Waktu Penelitian ... 138

2. Lokasi Penelitian ... 138

D. Variabel Penelitian ... 138

1. Identifikasi Variabel ... 138

2. Definisi Variabel ... 139

3. Pengukuran Variabel ... 142

E. Defisini Operasional ... 143

F. Populasi dan Sampel ... 143

1. Populasi... 143

2. Sampel ... 144

G. Teknik Pengambilan Sampel... 144

H. Sumber Data ... 145

1. Data Primer ... 145

2. Data Sekunder ... 145

I. Teknik Pengumpulan Data ... 145

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 146

K. Teknik Analisis Data ... 147

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 151

A. Sejarah Perusahaan ... 151

B. Visi dan Misi Perusahaan ... 154

C. Budaya Perusahaan Telkomsel ... 155

D. Manajemen Pemasaran ... 159

E. Manajemen Keuangan ... 159

(15)

xiv

F. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 162

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 164

A. Deskripsi Pengumpulan Data ... 164

B. Deskripsi Karakteristik Responden ... 165

C. Deskripsi Data ... 170

D. Pengujian... 177

1. Analisis Missing Value dan Outliers ... 177

2. Analisis Model Pengukuran (Outer Model) ... 178

a. Analisis Uji Validitas Konstruk ... 178

b. Analisis Uji Reliabilitas Konstruk ... 183

3. Analisis Model Struktural (Inner Model)... 184

a. Pengujian Kesesuaian Model... 184

b. Pengujian Model Struktural sebagai Uji Hipotesis (Pengujian H1 – H10) ... 186

E. Pembahasan ... 206

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 220

A. Kesimpulan ... 220

B. Saran ... 221

C. Keterbatasan ... 225

Daftar Pustaka ... 226

(16)

xv

II.1 Tiga Pendekatan Komunikasi ... 69

II.2 Hambatan dalam Komunikasi ... 72

II.3 Tipe-Tipe Komunikasi Nonverbal ... 86

II.4 Male/ Female Communication Differences ... 88

III.1 Tabel Skala Ordinal ... 142

V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang ... 165

V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 166

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 167

V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 168

V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja (di Area Sekarang) ... 169

V.6 Hasil Statistik Deskriptif Variabel dan Indikator ... 171

V.7 Hasil Statistik Deskriptif Persepsi Responden ... 172

V.8 Tabel Skala Data ... 173

V.9 Hasil Pengujian Outliers ... 178

V.10 Average Variances Extracted (Sebelum Penghapusan Outer Loading yang Tidak Sesuai) ... 179

V.11 Combined Loadings and Cross-Loadings (Sebelum Penghapusan Outer Loading yang Tidak Sesuai) ... 180

V.12 Average Variances Extracted (Setelah Penghapusan Outer Loading yang Tidak Sesuai) ... 181

V.13 Combined Loadings and Cross-Loadings (Setelah Penghapusan Outer Loading yang Tidak Sesuai) ... 182

V.14 Discriminant Validity based on Fornell-Larcker criteria ... 183

V.15 Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability ... 184

V.16 Nilai Kesesuaian Model (Fit) Menurut Ketentuan Kock ... 185

V.17 Nilai Hasil Model Analisis Jalur untuk Uji Hipotesis ... 191

V.18 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 206

(17)

xvi Gambar Judul

II.1 The “Onion”: Manifestations of Culture at Different Levels of Depth ... 27

II.2 Primary and Secondary Dimensions of Diversity ... 44

II.3 Model kontemporer proses komunikasi hasil kajian Shanon, Weaver dan Schramm... 70

II.4 Hirarki Teori Kebutuhan Abraham H.Maslow ... 108

II.5 Kerangka Konseptual ... 130

IV.1 Bangunan The Telkomsel Way ... 158

V.1 Model Analisis Jalur untuk Uji Hipotesis (Full) ... 187 V.2 Model Analisis Jalur untuk Uji Hipotesis dengan Pengaruh Mediasi 1 (Direct) 190 V.3 Model Analisis Jalur untuk Uji Hipotesis dengan Pengaruh Mediasi 2 (Direct) 190

(18)

xvii

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 230 Lampiran 2 Tabel Skor Persepsi Karyawan ... 236 Lampiran 3 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 248

(19)

BUDAYA INDIVIDUAL DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KENYAMANAN KERJA PSIKIS

Studi Kasus pada Karyawan Tetap Telkomsel Area IV Pamasuka Makassar, Sulawesi Selatan

Paul Dias Lodam Sumanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) budaya individual mempengaruhi karakteristik individu karyawan secara positif, 2) budaya individual mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara negatif, 3) karakteristik individu mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif, 4) budaya individual mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif, 5) karakteristik individu mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif, 6) komunikasi lisan mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif, 7) karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap komunikasi lisan, 8) karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis, 9) komunikasi lisan memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis, 10) komunikasi lisan memediasi pengaruh karakteristik individu terhadap kenyamanan kerja psikis pada karyawan tetap Telkomsel Area IV Pamasuka, Makassar, Sulawesi Selatan. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner tentang budaya, karakteristik individu, komunikasi lisan, dan kenyamanan kerja psikis kepada 110 responden. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Partial Least Square menggunakan aplikasi WarpPLS6.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) budaya individual mempengaruhi karakteristik individu karyawan secara positif, 2) budaya individual tidak mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara negatif, 3) karakteristik individu mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif, 4) budaya individual mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif, 5) karakteristik individu mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif, 6) komunikasi lisan mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif, 7) karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap komunikasi lisan, 8) karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis, 9) komunikasi lisan memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis, 10) komunikasi lisan memediasi pengaruh karakteristik individu terhadap kenyamanan kerja psikis pada karyawan tetap Telkomsel Area IV Pamasuka, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kata kunci: Budaya Individual, Karakteristik Individu, Komunikasi Lisan, Kenyamanan Kerja Psikis.

(20)

INFLUENCE OF INDIVIDUAL CULTURE AND INDIVIDUAL CHARACTERISTICS ON PSYCHIC WORKING COMFORT A Study Case on Permanent Employees at Telkomsel Area IV Pamasuka

Makassar, South Sulawesi Paul Dias Lodam Sumanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2021

This study aims to determine whether: 1) individual culture positively affects individual characteristics of the employees, 2) individual culture negatively affects psychic working comfort of the employees, 3) individual characteristics positively affects psychic working comfort of the employees, 4) individual culture positively affects oral communication of the employees, 5) individual characteristics positively affects oral communication of the employees, 6) oral communication positively affects the psychic working comfort of employees, 7) individual characteristics mediate individual culture influences on oral communication, 8) individual characteristics mediate individual culture influences on psychic working comfort, 9) oral communication mediates individual culture influences on psychic working comfort , 10) oral communication mediates individual characteristics’ influences on psychic working comfort of permanent employees in Telkomsel Area IV Pamasuka, Makassar, South Sulawesi. The sampling technique apllied was simple random sampling. Data were obtained by distributing questionnaires about culture, individual characteristics, oral communication, and psychic work comfort to 110 respondents. The data analysis technique in this research was Partial Least Square using the WarpPLS 6.0.

The results showed that: 1) individual culture positively affects individual characteristics of the employees, 2) individual culture does not negatively affects psychic working comfort of the employees, 3) individual characteristics positively affects psychic working comfort of the employees, 4) individual culture positively affects oral communication of the employees, 5) individual characteristics positively affects oral communication of the employees, 6) oral communication positively affects the psychic working comfort of employees, 7) individual characteristics mediate individual culture influences on oral communication, 8) individual characteristics mediate individual culture influences on psychic working comfort, 9) oral communication mediates individual culture influences on psychic working comfort, 10) oral communication mediates individual characteristics influences on psychic working comfort of permanent employees in Telkomsel Area IV Pamasuka, Makassar, South Sulawesi.

Keywords: Individual Culture, Individual Characteristics, Oral Communication, Psychic Working Comfort.

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, berarti manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan atau interaksi dengan sesama manusia. Di segala segi kehidupannya, manusia membutuhkan manusia lain. Sehingga muncullah ungkapan “Sitou Timou Tumou Tou”dari masyarakat Minahasa. Menurut Rambet yang dikutip oleh Polii (www.suaramanado.com, 18 Desember 2011),

“Walaupun memiliki arti yang banyak, namun falsafah hidup ini hanya mempunyai satu makna yaitu ‘manusia hidup harus dapat menghidupkan manusia lain’. Sifat mengasihi sesama manusia serta menjaga alam sekitarnya sebagai ciptaan Maha Kuasa adalah kunci dari makna falsafah ini.”

Berdasarkan ungkapan ini, manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek.

Dengan kata lain, manusia hidup karena bantuan manusia lain serta bertanggung jawab untuk membantu manusia lain agar dapat hidup.

Sifat sosial yang melekat pada manusia ini mewajibkan tiap-tiap manusia menciptakan interaksi yang baik dengan manusia lain. Manusia kemudian menjalin hubungan dan bekerjasama dengan sesamanya secara berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan dari sifat sosial ini. Menurut Indriyo Gitasudarmo yang dikutip oleh Ardana, Mujiati dan Sriathi (2008: 1), suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara

(22)

teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan disebut organisasi. Sementara pernyataan Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen yang dikutip oleh Ardana et al. (2008: 2) menyebutkan bahwa organisasi sebagai kumpulan orang yang mengadakan pembagian pekerjaan yang dikoordinasikan untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pengertian organisasi menurut Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen di atas, terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Tujuan yang disepakati oleh anggota-anggota organisasi. Tujuan ini menjadi “jiwa” organisasi.

2. Proses yang mengubah masukan/ sumber daya yang dimiliki menjadi keluaran/ hasil sebagaimana diinginkan.

3. Pembagian pekerjaan di antara anggota. Termasuk di sini adalah pembagian tugas dan wewenang secara horizontal maupun vertikal.

4. Kerjasama dan koordinasi supaya pembagian pekerjaan menjadi efektif dan efisien.

Davis (1967: 6) mengemukakan “Organizations are social systems. If one wishes either to work in them or to manage them, it is necessery to understand how they operate”. Organisasi adalah sistem (yang bersifat) sosial. Jika ada yang ingin bekerja di dalamnya (di dalam sistem) atau mengaturnya (mengatur sistem), penting halnya untuk memahami bagaimana mereka (sistem tersebut) beroperasi. Organisasi sebagai produk dari interaksi antar manusia, akhirnya ikut mewarisi sifat sosial dari manusia-manusia yang terlibat di dalamnya.

(23)

Namun di sisi lain, tiap manusia yang berinteraksi di dalam organisasi berasal dari berbagai macam latar belakang. Karena sifat sosial organisasi ini diperoleh dari manusia-manusia yang terlibat di dalamnya, maka organisasi perlu memahami hal-hal terkait interaksi antar anggotanya. Interaksi tercipta melalui komunikasi (khususnya lisan) antar manusia dalam organisasi yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan karakteristik individu. Hal ini hendaknya dapat disadari dan dikelola oleh organisasi, agar tercipta kenyamanan kerja (khususnya psikis) bagi manusia di dalamnya sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan baik.

Budaya adalah bentuk jamak dari kata “budi” dan “daya” yang berasal dari cinta, karsa, dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal (Setiadi, Hakam dan Efendi, 2013: 27). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya individual lahir dari akal manusia. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya yang berbeda, sehingga tercipta budaya indidivual yang beragam pula. Keragaman budaya individual dapat berpengaruh terhadap keberadaan organisasi yang terlibat di suatu lingkungan budaya.

Menurut Ardana et al., (2008:9) karakteristik individu terdiri atas variabel karakter biografis/ ciri-ciri biografis, kemampuan, kepribadian, pembelajaran/

belajar, persepsi, sikap, kepuasan kerja dan stres. Karakteristik individu ini berpengaruh terhadap interaksi individu yang satu dengan individu yang lain.

Dengan kata lain, karakteristik dari masing-masing individu akan berpengaruh

(24)

terhadap cara berkomunikasi serta persepsi masing-masing individu mengenai kenyamanan.

Dalam organisasi apapun, komunikasi menjadi begitu penting karena organisasi mempunyai dua pilar yaitu anggota dan lingkungan. Organisasi akan eksis apabila mampu mengendalikan anggota serta lingkungannya (Ardana et al., 2008: 55). Sementara menurut De Janasz et al. (2015: 153)

“communication is the act of exchanging thoughts, messages, or information”.

Komunikasi merupakan tindakan pertukaran gagasan, pesan atau informasi.

Komunikasi dalam organisasi berperan penting sebagai sarana yang menghubungkan para anggota di dalam organisasi, juga berperan dalam menjaga hubungan dengan lingkungan sekitar organisasi.

Komunikasi dibedakan menjadi verbal dan nonverbal, ditinjau dari cara penyampaiannya. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan dengan memakai kata-kata, baik melalui lisan maupun tulisan.

Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya disampaikan melalui simbol, isyarat atau perilaku tertentu. Namun dalam komunikasi yang disampaikan melalui lisan, sering kali simbol-simbol nonverbal ikut terlibat. Taylor (1999: 20) mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal sering terjadi tanpa disadari, misalnya saat berbicara kita mungkin akan mengayunkan tangan. Lebih lanjut dijelaskan Taylor, sinyal nonverbal semacam itu menambah dampak pada suatu makna, dan mereka bergabung untuk memberikan kesan instan dengan cara yang tidak dapat dilakukan komunikasi tertulis atau panggilan telepon. Taylor (1999: 17) berpendapat

(25)

bahwa “Oral communication is the life-blood or our personal and business lives”. Komunikasi antara anggota organisasi sangat penting, karena komunikasi menentukan bagaimana kegiatan organisasi tersebut berjalan.

Organisasi tercipta untuk mewujudkan tujuan yang sama dari sekelompok manusia, tetapi masing-masing manusia dalam suatu organisasi memiliki keragaman (diversity). Keragaman ini mempengaruhi interaksi antar manusia di dalam organisasi, terutama dalam hal komunikasi. Locker dan Kaczmarek (2014: 24) mengatakan, “Miscommunication can also occur because different people have different frames of reference. We always interpret messages in light of our personal experiences, our cultures and subcultures, and even the point in history at which we live”. Miskomunikasi (kesalahan dalam komunikasi) dapat juga terjadi karena orang memiliki perbedaan kerangka acuan. Kita selalu menafsirkan pesan sesuai dengan pengalaman personal, budaya & subbudaya, bahkan kejadian tertentu dalam sejarah hidup kita.

Sehingga tidak jarang orang-orang dari latar belakang budaya berbeda akan mengalami kesulitan berkomunikasi. Kesalahan dalam penyampaian informasi melalui proses komunikasi berdampak pada umpan balik (feedback) yang tidak sesuai dari penerima informasi. Akhirnya, kesalahan berkomunikasi yang parah dapat mengganggu kenyamanan kerja dari pihak-pihak yang terkait dalam proses komunikasi tersebut. Kesalahan dalam komunikasi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan antara sesama anggota organisasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nyaman adalah segar, sehat; sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman, kesegaran dan

(26)

kesejukan. Sanders dan McCormick yang dikutip oleh Hassanah (2017 : 2) menggambarkan konsep kenyamanan sebagai suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kenyamanan ini bersifat subjektif, karena bersangkutan dengan kejiwaan individual (Rilatupa, 2008: 192). Maka seseorang sulit untuk mengetahui tingkat kenyamanan orang lain secara langsung.

Semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak pula jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menjalankannya. Banyaknya jumlah karyawan menandakan bahwa terjadi interaksi dari beragam budaya serta karakteristik individu yang dibawa oleh masing-masing karyawan yang bekerja dalam perusahaan. PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi selular dari Indonesia.

Karena besarnya cakupan wilayah pelayanannya, Telkomsel membagi wilayah operasionalnya menjadi beberapa area kerja. Kantor Telkomsel Area IV Pamasuka yang berlokasi di Jl. A.P. Pettarani No. 3, Makassar, Sulawesi Selatan ini, tercatat memiliki setidaknya 145 orang karyawan tetap. Hal ini menunjukkan sedikitnya ada 145 karakter unik yang beragam dalam satu area kerja. Hal ini juga memberitahukan secara tidak langsung bahwa setidaknya ada 145 orang yang perlu untuk diperhatikan kenyamanan kerjanya dalam perusahaan. Segala interaksi yang melibatkan berbagai latar belakang budaya dan karakteristik individu sangat mungkin untuk menimbulkan masalah ketidaknyamanan.

(27)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Komunikasi Lisan dalam Memediasi Pengaruh Budaya Individual dan Karakteristik Individu terhadap Kenyamanan Kerja Psikis”. Studi kasus pada Telkomsel Area IV Pamasuka di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah budaya individual mempengaruhi karakteristik individu karyawan secara positif?

2. Apakah budaya individual mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara negatif?

3. Apakah karakteristik individu mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif?

4. Apakah budaya individual mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif?

5. Apakah karakteristik individu mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif?

6. Apakah komunikasi lisan mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif?

7. Apakah karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap komunikasi lisan?

(28)

8. Apakah karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis?

9. Apakah komunikasi lisan memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis?

10. Apakah komunikasi lisan memediasi pengaruh karakteristik individu terhadap kenyamanan kerja psikis?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, peneliti membatasi masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Karyawan yang diteliti merupakah karyawan tetap Telkomsel Area IV di semua bidang kerja.

2. Budaya yang diteliti merupakan budaya individual yang berwujud nonmaterial berupa kebiasaan, adat istiadat karyawan dan ilmu pengetahuan dari karyawan.

3. Karakteristik individu yang diteliti adalah kemampuan, kepribadian, persepsi karyawan, sikap dan stress.

4. Komunikasi yang diteliti merupakan komunikasi lisan berdasarkan kriteria respect, empathy, audible, clarity, humble.

5. Kenyamanan kerja yang diteliti berupa kenyamanan kerja psikis yang mencakup rasa aman (keamanan fisik, keamanan psikis dan keamanan harta benda), tenang dan gembira.

(29)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah budaya individual mempengaruhi karakteristik individu karyawan secara positif?

2. Untuk mengetahui apakah budaya individual mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara negatif?

3. Untuk mengetahui apakah karakteristik individu mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif?

4. Untuk mengetahui apakah budaya individual mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif?

5. Untuk mengetahui apakah karakteristik individu mempengaruhi komunikasi lisan karyawan secara positif?

6. Untuk mengetahui apakah komunikasi lisan mempengaruhi kenyamanan kerja psikis karyawan secara positif?

7. Untuk mengetahui apakah karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap komunikasi lisan?

8. Untuk mengatahui apakah karakteristik individu memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis?

9. Untuk mengetahui apakah komunikasi lisan memediasi pengaruh budaya individual terhadap kenyamanan kerja psikis?

10. Untuk mengetahui apakah komunikasi lisan memediasi pengaruh karakteristik individu terhadap kenyamanan kerja psikis?

(30)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian serta hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perkembangan Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam pengembangan teori- teori manajemen sumber daya manusia (serta ilmu sosial lainnya yang berkaitan dengan topik), khususnya mengenai hubungan antara budaya (individual), karakteristik individu, komunikasi (lisan) dan kenyamanan kerja (psikis).

2. Bagi Pihak Manajemen Sumber Daya Manusia Telkomsel Area IV.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam memperhatikan kenyamanan kerja karyawan berkaitan dengan komunikasi (lisan), budaya (individual), karakteristik individu dan keragaman dalam lingkungan kerja.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk menambah pengetahuan mengenai sumber daya manusia.

4. Bagi Peneliti

Rangkaian kegiatan dan hasil penelitian ini diharapkan menambah pengalaman dan pengetahuan berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia. Kemudian bisa diterapkan peneliti dalam dunia kerja nantinya.

(31)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia

Robbins dan Coulter (2010: 7) berpendapat bahwa manajemen melibatkan aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif.

Lalu Dessler (2015: 4) mengatakan manajemen sumber daya manusia diartikan sebagai proses untuk memperoleh, melatih, menilai dan mengompensasi karyawan, dan untuk mengurus relasi tenaga kerja mereka, kesehatan dan keselamatan mereka, serta hal-hal yang berhubungan dengan keadilan.

Siagian (2014: 27) menggambarkan manajemen sumber daya manusia sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan; melalui peningkatan kontribusi yang dapat diberikan oleh para karyawan dalam organisasi tersebut, ke arah tercapainya tujuan bersama.

Dari pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah segala usaha untuk mengelola

(32)

manusia dalam organisasi agar tercapainya tujuan bersama (tujuan organisasi) secara efektif dan efisien, dengan memperhatikan relasi dalam pekerjaan, kesehatan, keselamatan dan hal-hal yang berhubungan dengan keadilan bagi manusia tersebut.

b. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi

Dessler (2015: 4) menyebutkan bahwa sebagian besar ahli berpendapat proses manajemen sumber daya manusia terdiri dari lima fungsi, yaitu:

1) Perencanaan

Menetapkan sasaran dan standar, mengembangkan aturan dan prosedur, serta mengembangkan rencana peramalan.

2) Pengorganisasian

Memberikan tugas spesifik kepada setiap bawahan, membentuk departemen, mendelegasikan otoritas kepada bawahan, menetapkan saluran otoritas dan komunikasi, serta mengoordinasikan karyawan/ bawahan.

3) Penyusunan staf

Menentukan tipe orang yang dipekerjakan, merekrut karyawan prospektif, memilih karyawan, melatih dan mengembangkan karyawan, menetapkan standar kinerja, mengevaluasi kinerja, menasihati karyawan, serta memberikan kompensasi kepada karyawan.

(33)

4) Kepemimpinan

Meminta orang lain menyelesaikan pekerjaan, menegakkan moral, serta memotivasi bawahan.

5) Pengendalian

Menetapkan standar seperti kuota penjualan, standar mutu, atau tingkat produksi, memeriksa bagaimana kinerja aktual dibandingkan dengan standar-standar yang ditetapkan, serta mengambil tindakan korektif sesuai kebutuhan.

Kelima fungi ini yang harus diusahakan berjalan dengan baik, agar dapat mendukung operasional organisasi dalam mencapai tujuannya.

Namun selain manajemen yang baik, Sandford dan Yeager (1960: 3) mengatakan “... successful businesses (dalam hal ini organisasi) almost always have good management, good human relations, and good communication.” Artinya ada hal lain yang ikut andil dalam kesuksesan organisasi selain manajemen yang baik, yaitu human relations dan komunikasi yang baik pula.

Sejarah mencatat bahwa perkembangan ilmu manajemen menjadi semakin pesat, terutama ketika teknologi ikut berkembang dan mulai menyentuh sendi-sendi kegiatan ekonomi. Abram T. Collier pada artikel berjudul Business Leadership and a Creative Society yang dikutip oleh Sandford dan Yeager (1960: 4) mengemukakan bahwa:

(34)

“The development of the machine economy has numerous important impact for management. For one thing, it is fast bringing about a new concept of business organization....

...Administrators have begun to conceive of their role not as manipulators of labor but as coordinators of functions. Re- examining themselves and their jobs, they have discovered that have no special claim to superior wisdom, no vested authority over the work and lives of others. They have found, rather, that they have a function to perform: to plan ahead, to coordinate the others, to secure their interest and cooperation.”

Pada masa-masa inilah, orang-orang yang bekerja dalam sebuah organisasi (bisnis) tidak lagi dianggap hanya sebagai alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Tetapi sebagai manusia, individu- individu yang ikut berbagi peran dalam mewujudkan tujuan itu. Lebih lanjut dikatakan bahwa:

“A successful executive in any business is a person who is able to attain approved organizational objectives ‘through the efforts of other people’, in a manner that is satisfactory to all who have an interest in organization”

Dikatakan bahwa seorang eksekutif yang sukses di bisnis mana pun merupakan orang yang mampu mewujudkan tujuan organisasi “melalui usaha orang lain”, dengan cara yang mampu memuaskan semua orang yang memiliki kepentingan dalam organisasi. Pernyataan ini kemudian disimpulkan menjadi “Management operates through people”

(Sandford dan Yeager, 1960: 4-5). Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa manajemen merupakan pengorganisasian serangkaian usaha dari orang-orang yang memiliki kepentingan terhadap organisasi, sehingga tercapainya tujuan organisasi yang diharapkan.

(35)

Karena manajemen beroperasi melalui manusia-manusia yang terlibat dengan organisasi ini, maka ada dua hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu:

1) Human Relations

Dalam berbagai organisasi, tujuan utama dari human relations adalah untuk menciptakan good will. Ardana et al. (2008: 55) mengatakan bahwa organisasi akan eksis apabila mampu mengendalikan anggota serta lingkungannya. Jauh sebelumnya Sandford dan Yeager (1960: 5) bahkan telah meyakini bahwa good will yang harus dibangun oleh organisasi tidak hanya antara karyawan, antara manajer atau antara karyawan dan manajer tetapi juga dengan masyarakat. Dengan kata lain, organisasi membutuhkan human relations untuk mendorong hubungan antara anggotanya sendiri dengan lingkungan sekitar untuk menciptakan good will bersama. Ada dua tujuan dari penggunaan studi human relations untuk membangun good will (Sandford dan Yeager, 1960:

5), yaitu:

a) Untuk mengetahui mengapa orang melakukan suatu tindakan dalam hubungannya dengan orang lain;

b) Untuk memaksimalkan penggunaan pengetahuan dalam menghadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan situasi-situasi yang ada.

(36)

Jenis human relations dalam suatu organisasi yang nantinya akan menentukan kemungkinan keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut.

Dalam pidato John L. McCaffrey yang diberi judul What Corporation Presidents Think about at Night tanggal 10 Juni 1953 yang dikutip oleh Sandford dan Yeager (1960:5), dikatakan:

“The biggest trouble with industry is that it is full of human beings.

The longer you are president, the more firmly that fact will be revited in your mind. That is why you will lose sleep. That is why your hair will turn gray, then get thin, and then fall out altogether, unless you are lucky.

You will learn to your sorrow that, while a drill press never sulks and a drop hammer never gets jealous of other drop hammers, the same cannot be said for people. You will learn that a turret lathe may run one part for ten years without affecting its ability or its willingness to be switched at any time to another part. But men are not that way. They develop habits and likes and dislikes.

You will learn that you have with people the same general problems of preventive maintenance, premature obsolescence, or complete operational failure that you have with machines. Only they are very much harder to solve.

You will discover that problems change rapidly, techniques change rapidly, products can be transform in a period of months;

but, unfortunately, people change slowly if at all. And you cannot rearrange or retool the human organization of your businesses with the same ease and frequency as you rearrange or retool the plant.”

Sama halnya dengan pengdapat John L. McCaffrey, Clerance Francis yang dikutip oleh Sandford dan Yeager (1960: 6) mengemukakan demikian:

(37)

“You can buy a man’s time, you can buy a man’s physical presence at given place; you can even buy a measured number of skill muscular motions per hour per day. But you can buy enthusiasm; you cannot buy initiative; you cannot buy loyalty;

you cannot buy the devotion of hearts, minds and souls. You have to earn this things...”

Pernyataan-pernyataan ini ingin mendeskripsikan bahwa manusia memiliki nilai-nilai di dalam dirinya masing-masing. Hal ini yang mendorong suatu tindakan dalam hubungannya dengan manusia lain yang berinteraksi dengannya. Organisasi yang menyatukan kepentingan sekelompok manusia dengan nilai-nilai berbeda, harus menyadari bagaimana cara memahami dan menggunakan manusia yang terlibat di dalamnya dengan baik.

2) Komunikasi Efektif

Bila human relations merupakan sarana untuk menciptakan good will, maka komunikasi efektif bisa dikatakan sebagai sarana dalam membangun human relations. Komunikasi sendiri memiliki arti sebagai sebuah tindakan pertukaran gagasan, pesan atau informasi (De Janasz, Dowd dan Schneider, 2015: 153). Tindakan ini biasanya melibatkan lebih dari satu pihak, umumnya satu pihak sebagai pemberi informasi (komunikator) dan yang lain sebagai penerima informasi (komunikan). Karena keterlibatan antara lebih dari satu pihak ini, terkadang komunikasi tidak berjalan lancar.

Nilai-nilai yang berbeda dari sekumpulan manusia yang terlibat di dalam tindakan itu menyebabkan terjadinya miskomunikasi.

(38)

Di dalam organisasi, komunikasi yang baik memiliki peran penting sebagai insentif non-finansial (Sandford dan Yeager, 1960:7) seperti:

a) Perasaan aman

b) Rasa memiliki dan merasa (memiliki peran) penting dalam kehidupan organisasi

c) Pengakuan atas pekerjaan baik (penghargaan) d) Peluang berkelanjutan untuk layanan dan kemajuan

Pentingnya peran komunikasi di dalam organisasi dipertegas oleh Clarence Randall yang dikutip oleh Sandford dan Yeager (1960: 6) yang mengatakan “Knowledge and wisdom are wasted if unexpressed; genius is completely unharnessed if the lips are inarticulate”. Pernyataan ini memberitahukan bahwa komunikasi memiliki peran penting dalam menyebarkan hal-hal yang berdampak positif. Karena di dalam komunikasi terjadi pertukaran gagasan, pesan dan informasi yang mengandung pengetahuan dan nilai-nilai yang bijak. Bila komunikasi berhasil menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai bijak tersebut, maka komunikasi dapat dikatakan efektif.

(39)

2. Budaya Individual a. Definisi Budaya

Pendapat Kroeber dan Kluckhohn yang dikutip oleh Adler dan Gundersen (2008: 18) mengatakan:

“Culture consist of patterns, explicit and implicit, of and for behavior acquired and transmitted by symbols, constituting distinctive achievement of human groups, including their embodiment in artifacts; the essential core of culture consists of traditional (i.e., historically derived and selected) ideas and especially their attached values; culture systems may, on the one hand, be considered as products of action, on the other, as conditioning elements of future action.”

Budaya terdiri dari pola, eksplisit dan implisit dalam perilaku yang diperoleh dan disalurkan melalui simbol. Budaya merupakan pencapaian khas kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam artefak. Inti budaya terdiri dari ide-ide tradisional (yaitu, diturunkan dan dipilih secara historis) dan terutama nilai-nilai yang melekat pada kelompok itu. Sistem budaya di satu sisi dapat dianggap sebagai produk dari tindakan, di sisi lain dianggap sebagai elemen pengkondisian dari tindakan di masa depan.

Geert dan Gert Jan Hofstede (2005: 2-3) menggambarkan budaya sebagai sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan seperangkat keadaan mental (mental programs/ software of the mind). Mereka mengatakan bahwa setiap orang membawa pola pikir, pola perasaan, dan pola potensi tindakan tertentu di dalam diri mereka yang dipelajarinya sepanjang masa hidupnya. Sebagian besar dari pola-pola ini diperoleh saat masa kanak-kanak, karena pada masa ini manusia

(40)

peka dalam belajar dan membaur. Sumber mental programs berasal dari lingkungan seseorang bertumbuh dan mengumpulkan pengalaman hidupnya. Pembetukan mental programs ini dimulai dari dalam keluarga; berlanjut dalam lingkungan tempat tinggal, di sekolah, lingkungan pergaulan, tempat kerja dan komunitas kehidupannya.

Setelah pola-pola pikir, perasaan dan tindakan tertentu telah terbentuk dalam diri seseorang, dia harus meninggalkannya (berusaha untuk tidak melakukannya lagi) dulu sebelum belajar mengenai pola yang baru.

Kotler dan Keller (2013: 173-175) menggambarkan budaya dari segi manajemen pemasaran sebagai penentu dasar dari keinginan seseorang dan perilakunya. Setiap budaya memiliki subbudaya yang menunjukkan identitas dan keadaan sosial yang lebih khusus dari anggotanya (yang menerapkan budaya tersebut).

Mengacu pada pernyataan-pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa budaya individual merupakan pola-pola tertentu dalam individu;

baik yang terlihat secara jelas dari tampilan fisiknya atau pun tersirat dalam perilaku, cara berpikir, maupun perasaannya. Pola-pola diperoleh dari proses panjang dalam hidupnya dan berkembang seiring interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.

(41)

b. Wujud Budaya

Budaya yang merupakan seperangkat pola pikir, perasaan dan tindakan dari seorang individu; kemudian membentuk sub-budaya yang menunjukkan identitas dan keadaan sosial tertentu dari sekelompok orang yang menganut nilai budaya yang sama. Secara umum, produk dari budaya menurut Setiadi et al. (2013: 36) dapat dibagi menjadi dua jenis berikut:

1) Budaya material

Budaya material antara lain hasil cipta, karsa yang berwujud benda, barang, alat pengolahan alam (memiliki fisik).

2) Budaya nonmaterial

Merupakan hasil cipta dan karsa yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan lain-lain (tidak memiliki fisik).

Contoh budaya nonmaterial sebagai berikut:

a) Volkways (norma kelaziman);

b) Mores (norma kesusilaan);

c) Norma hukum; dan d) Mode (fashion)

J.J. Honigmann yang dikutip oleh Setiadi et al. (2013: 29) membagi budaya menjadi tiga wujud, yaitu ideas, activities, dan artifacts.

Sementara Koentjaraningrat yang dikutip oleh Setiadi et al. (2013: 29- 30) menjabarkan wujud dari budaya terdiri dari:

(42)

1) Wujud budaya sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, dan peraturan. Budaya ideal ini adalah perwujudan budaya yang bersifat abstrak.

2) Wujud budaya sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Sistem sosial merupakan perwujudan budaya yang bersifat konkret, dalam bentuk perilaku dan bahasa.

3) Wujud budaya sebagai benda-benda hasil karya manusia. Budaya fisik merupakan perwujudan budaya yang bersifat konkret, dalam bentuk materi/ artefak.

Setiadi et al. (2013: 30-33) menjelaskan bagaimana substansi utama budaya merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, yaitu:

1) Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:

a) Alam sekitar;

b) Alam flora di daerah tempat tinggal;

c) Alam fauna di daerah tempat tinggal;

d) Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e) Tubuh manusia;

(43)

f) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia;

g) Ruang dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut, manusia melakukan tiga cara, yaitu:

a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini akan membentuk kerangka pikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.

b) Melalui pengalaman yang diperoleh baik pendidikan formal/

resmi (di sekolah) maupun dari pendidikan nonformal (tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran, dan ceramah.

c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis (sering disebut sebagai komunikasi simbolis).

2) Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita- citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sesuatu dikatakan bernilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), dan religius (nilai agama).

C. Kluchon yang dikutip oleh Setiadi et al. (2013: 32) mengemukakan, bahwa yang membentuk orientasi nilai budaya

(44)

manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal, sebagai berikut:

a) Hakikat hidup manusia b) Hakikat karya manusia c) Hakikat waktu manusia d) Hakikat alam manusia

e) Hakikat hubungan antar manusia 3) Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau bangsa.

4) Kepercayaan

Pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Maha Tinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup, dan hanya yang Maha Tinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan.

(45)

5) Persepsi

Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.

6) Etos Kebudayaan

Etos atau jiwa budaya (dalam antropologi) berasal dari bahasa Inggris berarti watak. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.

Sementara Hofstede et al.(2005: 6-9) mendeskripsikan wujud budaya sebagai berikut:

1) Symbols

Symbols adalah kata-kata, gambar-gambar, atau objek-objek yang mengandung makna tertentu yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang menganut suatu budaya yang sama. Kata-kata dalam bahasa atau jargon masuk dalam kategori ini, sama halnya dengan pakaian, model rambut, dan simbol-simbol status. Simbol- simbol baru sangat mudah dihasilkan, sementara simbol-simbol lama hilang; simbol-simbol dari suatu kelompok budaya umumnya ditiru dari kelompok budaya lain. Ini sebabnya pada gambar ilustrasi dibawah, symbols ditempatkan pada bagian terluar.

(46)

2) Heroes

Heroes merupakan persona (karakter yang umumnya serupa orang/

manusia), baik yang hidup atau yang telah meninggal, nyata maupun karangan, yang memiliki karakter-karakter sangat penting (nilai-nilai inti) dari budaya dan menjadi panutan perilaku.

Hofstede bahkan mengatakan bahwa karakter seperti Barbie, Batman, Snoopy di Amerika, Asterix di Perancis, Mr. Bumble di Belanda berperan sebagai cultural heroes (dalam hal ini dapat diartikan sebagai tokoh yang berciri budaya ).

3) Rituals

Rituals adalah kumpulan kegiatan, meski secara teknis berlebihan (bahkan tidak berguna) dalam mencapai tujuan akhir yang diinginkan, tetapi karena bagian dari budaya (lebih ke arah adat dan sopan santun) maka dianggap perlu. Oleh karena itu dilakukan untuk kepentingan orang yang menjalankan budaya itu sendiri.

4) Values

Values didapat lebih dulu dalam kehidupan manusia. Manusia dibekali kemampuan menyerap informasi penting dari lingkungannya pada usia muda (Hofstede memperkirakan periodenya antara usia sepuluh sampai dua belas tahun). Saat bertumbuh, manusia ikut mempelajari berbagai hal dari lingkungannya seperti symbols (dalam bentuk bahasa), heroes (yaitu orang tua), rituals (seperti melatih kebiasaan buang air di

(47)

toilet), dan yang terpenting adalah basic values (nilai-nilai dasar yang biasanya didapat dari lingkungan terdekatnya saat bertumbuh).

Gambar II.1

The “Onion”: Manifestations of Culture at Different Levels of Depth

Sumber: Hofstede (2005: 7)

Dalam gambar sebelumnya, symbols, heroes, rituals masuk dalam bentuk practices (praktik). Karena mereka (symbols, heroes, dan rituals) dapat dilihat langsung oleh orang yang mengamati;

sedangkan makna budayanya tidak terlihat secara gamblang, hanya melalui praktik-praktik yang dapat ditafsirkan oleh orang dengan budaya yang sama.

(48)

c. Sifat-Sifat Budaya

Liliweri (2014: 27-35) menyebutkan budaya mempunyai sifat untuk menjelaskan karakter, indikasi, atau tipikal agar dikatakan sebagai sebuah kebudayaan.

Sifat-sifat budaya sebagai berikut:

1) Budaya bersifat simbolik

Budaya bersifat simbolis, hal ini terlihat dalam proses komunikasi antara manusia yang menggunakan simbol-simbol untuk mengidentifikasi diri, tindakan, sikap dan perilaku tertentu. Itulah yang disebut simbol identitas, karena budaya menampilkan antara lain;

a) Bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan manusia mempunyai kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang sangat bervariasi, dan variasi ini tergantung pada lingkungan alam fisik dan non-fisik, etnis dan suku bangsa, pengalaman hidup sosial, dll.

b) Pengalaman sosial secara keseluruhan memberikan simbol komunikatif tertentu yang berwujud ke dalam seni pada umumnya atau khusus misalnya musik, sastra, dan sejarah.

c) Pengetahuan abstrak yang memperkuat cara manusia memahami dan mempelajari perasaan, ide-ide dan perilaku dari kelompok atau komunitas tertentu dalam masyarakat.

2) Merupakan produk kelompok

(49)

Kebuyadaan merupakan produk dari kelompok, karena produk kelompok tersebut di-share dalam pelbagai kegiatan sosial masyarakat. Produk kelompok memberikan pengetahuan dan pengalaman penting tentang kegiatan etnis dan ras. Semua ini merupakan hasil pengalaman sosial dari sebuah kehidupan panjang yang diperoleh ketika seseorang tinggal dalam komunitas- komunitas tertentu yang diatur oleh keluarga. Komunitas tersebut membentuk suku dengan budaya dan tradisi yang panjang menurut cara berpikir mereka sendiri.

Umumnya, produk kelompok disebarluaskan melalui difusi kebudayaan, inovasi atau penggabungan budaya seperti;

a) Item-item budaya yang dihasilkan oleh individu merupakan produk kelompok yang diperkenalkan melalui interaksi sosial di antara anggota kelompok demi membentuk kehidupan yang unik dalam lokasi geografis tertentu.

b) Produk kelompok adalah kegiatan multi-dimensi yang memberikan pemahaman dan pelajaran tentang unsur-unsur budaya seperti nilai-nilai, keyakinan, norma, bahasa, folkways, adat-istiadat, hukum, budaya material dan teknologi.

Kompleksitas budaya telah terintegrasi sedemikian rupa untuk membentuk bagian (kelompok) masyarakat manusia yang universal.

(50)

c) Produk kelompok yang biasanya dibagi melalui difusi telah teruji untuk menjamin kelangsungan hidup budaya dan tradisi dari kelompok suku bangsa. Transmisi budaya dapat dilakukan melalui pendidikan nonformal dan formal.

3) Berpola dan terintegrasi

Budaya selalu bermotif tertentu, misalnya motif kegiatan ekonomi dan politik. Bagi kelompok, semua kegiatan semacam ini merupakan norma-norma yang membimbing individu untuk mengikuti dan memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial.

Kegiatan ekonomi yang berpola misalnya, merupakan hasil inovasi dan penemuan dari kelompok budaya yang perlu diintegrasikan dengan kehidupan sosial masyarakat.

4) Budaya di-share dan ditransmisi

Budaya itu di-share melalui interaksi sosial sehingga para anggota budaya ikut terlibat adalah pertukaran informasi tentang nilai, norma, kepercayaan yang mereka miliki. Aktivitas pertukaran informasi ini dilakukan melalui bahasa, didukung oleh teknologi komunikasi. Sehingga gagasan budaya dengan mudah dapat beralih dari satu ruang dan waktu ke ruang dan waktu yang lain.

5) Mempunyai mekanisme adaptif

Adaptasi budaya adalah proses evolusi yang mengubah kehidupan sosial masyarakat dalam lingkungan alam yang telah dia peroleh, dimana:

(51)

a) Proses evolusi sosial diciptakan oleh kondisi lingkungan alam yang memungkinkan manusia terus-menerus beradaptasi terhadap perubahan.

b) Modifikasi biologis dan penyesuaian fleksibel yang memungkinkan manusia dapat beradaptasi terhadap lingkungan bahkan dalam kondisi yang sangat keras sekalipun.

c) Adaptasi manusia biasanya dilakukan melalui cara-cara yang inovatif sehingga memungkinkan manusia dapat menciptakan dimensi budaya baru dalam perjalanan hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, mekanisme adaptif ini dilakukan melalui transformasi budaya seperti halnya pakaian, tempat tinggal, makanan, musik, seni, keyakinan religi, tradisi dan sejarah.

6) Budaya itu dipelajari

Budaya bukan bawaan, budaya itu dipelajari. Oleh karena itu budaya sering disebut “cara belajar perilaku”. Perpindahan manusia antar ruang di muka bumi ini tidak dengan sendirinya membuat orang kehilangan kebudayaannya. Budaya dapat dipelajari di tempat baru karena kemampuan budaya yang adaptif seperti disebutkan sebelumnya. Setiap generasi pun berpotensi menemukan hal-hal baru, termasuk menemukan teknologi yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi telah terjadi pertambahan pengetahuan dan keterampilan baru secara kumulatif dari satu

(52)

generasi ke generasi berikutnya. Evolusi budaya melalui proses belajar - mengajar cenderung menciptakan percepatan penemuan teknologi baru yang lebih adaptif. Kita sekarang memahami bahwa waktu antara penemuan suatu item untuk pertama kali dari sebuah budaya cenderung memakan waktu yang lebih pendek dari penemuan berikutnya. Transmisi budaya adalah cara terbaik untuk menggambarkan budaya yang dipelajari, dan kemudahan itu karena menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi serta dukungan teknologi komunikasi.

7) Budaya bersifat kontinyum dan kumulatif

Budaya ada sebagai suatu proses berkesinambungan. Dalam pertumbuhan historisnya, budaya cenderung menjadi kumulatif.

Sosiolog Ralph Linton yang dikutip oleh Liliweri (2014: 33) mengatakan bahwa budaya merupakan “warisan sosial” manusia.

Artinya pengetahuan yang baru menghasilkan kemampuan baru, kemampuan baru menghasilkan pengetahuan baru. Proses ini menjadi terus menerus dan berkesinambungan untuk menghasilkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didukung oleh ide-ide baru yang lebih berkualitas daripada sebelumnya.

8) Sifat budaya itu dinamis

Dinamika budaya diperlihatkan melalui perubahan yang terus menerus. Ada praktek-praktek budaya pada hari kemarin yang mungkin tidak lagi berguna pada hari ini. Karena adanya dukungan

(53)

pengetahuan, maka ide-ide barupun dihasilkan. Sehingga manusia tetap dapat mempertahankan budaya mereka. Tidak ada budaya yang tetap konstan atau tidak berubah. Budaya responsif terhadap perubahan kondisi dari dunia fisik.

9) Budaya itu menyebar

Kenyataan menunjukkan bahwa budaya kita berbeda satu sama lain. Perbedaan itu didukung oleh perbedaan yang berbasis pada pengalaman sosial, tradisi, norma, adat-istiadat dan cara-cara budaya orang lain dari kelompok masyarakat lain. Namun perbedaan itu tidak membuat budaya itu tidak dapat menyebar keluar dari lingkungan budaya asalnya. Perpindahan penduduk dan daya tarik tempat yang lain membuat manusia terlibat dalam penyebaran budaya dari lingkungan kebudayaannya “keluar”

memasuki lingkungan budaya orang lain.

10) Bersifat sosial

Budaya tidak hidup dalam ruang fisik semata-mata, budaya itu hidup dalam lingkungan sosial manusia. Budaya merupakan produk masyarakat, karena individu atau kelompok bersifat sosial.

Sifat sosial dari budaya itu berkembang melalui interaksi sosial.

11) Budaya itu bervariasi

Setiap masyarakat memiliki budaya sendiri, karena itu setiap budaya memiliki perbedaan unsur-unsur seperti adat-istiadat, tradisi, moral, nilai-nilai dll. Budaya milik kita pun bervariasi dari

(54)

waktu ke waktu, apalagi menghadapi budaya orang lain maka akan terjadi pertambahan variasi.

12) Memberikan kepuasan

Budaya memberikan kesempatan yang tepat untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia. Budaya menentukan dan membimbing berbagai kegiatan manusia dalam rangka mencari kepuasan fisiologis.

13) Budaya merupakan kewajiban

Manusia selalu mempertimbangkan hubungan yang harmonis antara budaya yang dia miliki dengan kelompoknya. Karena budaya itu sudah tertanam dalam kelompoknya untuk jangka waktu tertentu, seraya menghadapi dinamika perubahan yang akan datang.

a) Para anggota kelompok wajib menyesuaikan cara hidup mereka dalam batas-batas tertentu berdasarkan keyakinan, harapan, dan norma-norma yang telah diajarkan kepada mereka.

b) Kesesuaian perilaku yang diharapkan itu tentu saja menghadapi resiko bagi individu yang taat pada aturan.

Namun jika ada yang melanggar aturan, maka wajib menerima sanksi dan hukuman yang setimpal sesuai dengan aturan budaya setempat.

Referensi

Dokumen terkait

struktur lantai pada bangunan tinggi tropis sama dengan bangunan bertingkat umumnya, hanya saja untuk bentuk denah pada bangunan tropis mengikuti sirkulasi

Perjalanan lembaga pendidikan Islam (langgar) ini menjadi bukti pengaruh ajaran agama Islam bisa diterima dengan total oleh masyarakat lokal Madura.. Mereka

Konsentrasi larutan campuran 10 ppm Sedangkan untuk larutan campuran 10 ppm, efektifitas penyerapan arang aktif terhadap logam Cd menjadi 0% tetapi untuk logam Pb dan Cu

INVESTMENTS (MAURITIUS) LIMITED, qualitate qua (q.q.) Saudara ROBERT BUDI HARTONO dan Saudara BAMBANG HARTONO, selaku pemegang saham mayoritas BCA pada saat ini, untuk

otePad merupakan program aplikasi pelengkap (Accessories) yang terdapat dalam sistem operasi Microsoft Windows XP dan berfungsi sbagai text yang dapat digunanakan

Dalam metoda ini digunakan senyawa organik tertentu yang dapat mengikat merkuri dan mengeluarkannya dari dalam tubuh manusia.. Senyawa tersebut memiliki gugus atom

PT RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk dan ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN UNTUK PERIODE TIGA BULANAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL. 31 MARET

Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pada penderita malaria falciparum dengan derajat infeksi di wilayah