5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ca Mammae (Kanker Payudara) 2.1.1 Pengertian
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Ciri- ciri dari kanker payudara yaitu adanya rasa sakit pada payudara, benjolan pada payudara semakin membesar, kulit payudara meneriput seperti kulit jeruk, dan terkadang keluar cairan atau darah dari puting susu (Romito et al, 2012). Dalam sumber lain dikatakan Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita,tetapi dapat juga terjadi pada pria (Yulianti, 2016). Selain itu, kanker payudara merupakan jenis yang sering menimbulkan luka dari pada jenis kanker lainnya (Lund-Nielsen, 2011).
Kanker atau neoplasma ganas merupakan kumpulan sel abnormal yang dibentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terkendali. Sel-sel ganas ini menyerang jaringan biologis disekitarnya dan dapat bermigrasi ke jaringan tubuh lain melalui aliran darah atau kelenjar getah bening (sistim limfatik) yang disebut sebagai metastasis. Kanker juga sering disebut Tumor Ganas (Handayani l, Suharmiati, dkk, 2012).
2.1.2 Penyebab
Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti, diduga penyebab kanker payudara adalah multifaktorial ( Yulianti, 2016). Namun peneliti berkeyakinan kanker payudara berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat, seperti minimnya minum air putih, sering mengkonsumsi makanan berlemak, minim
6
mengkonsumsi buah dan sayur, serta kebiasaan kaum wanita yang malas memeriksakan diri ke dokter. ( Handayani l, Suharmiati, dkk, 2012).
Sekitar 5 sampai 10% dari kanker terjadi akibat adanya kelainan genetic yang diturunkan. Anggota keluarga dengan factor genetic ini mempunyai resiko yang meningkat untuk timbulnya tipe tertentu kanker (Tim RS Kanker).
Doll & Petto (1981) factor lain yang turut menentukan dalam proses timbulnya kanker adalah factor lingkungan, antara lain:
1) Infeksi virus ( Hepatitis B/C, EBV, HTLV) 2) Rokok
3) Makanan/ nutrisi/ obesitas 4) Minuman keras
5) Hormon 6) Sinar ultraviolet 7) Obat/ kimiawi
8) Pengaruh migrasi dan sebagainya
Dalam sumber yang lain (Tim Cancer Helps) dikatakan factor utama pencetus kanker yaitu sebagai berikut:
1. Inflamasi jangka panjang a. Virus
b. Bakteri
c. Zat kimia (Karsinogen) d. Paparan sinar ultraviolet (UV) e. Ketegangan atau stress f. Factor genetik
2. Gangguan keseimbangan hormonal
7 2.1.3 Tanda Dan Gejala
1. Teraba adanya benjolan
2. Nyeri di payudara atau putting susu
3. Keluar cairan dari putting susu Ketika tidak sedang menyusui
4. Cairan yang keluar memiliki warna dan kekentalan yang berbeda dengan air susu
5. Timbul iritasi dikulit payudara (bersisik)
6. Retraksi kulit putting susu (kulit tertarik ke dalam)
7. Kulit payudara atau putting berubah menjadi kemerahan, kasar atau menjadi lebih tebal
8. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange). ( Handayani l, Suharmiati, dkk, 2012)
2.1.4 Patofisiologi
Sel- sel dari kanker dibentuk dari sebuah sel-sel yang normal didalam suatu proses yang sangat rumit yang dapat disebut juga transformasi, Yang juga terdapat dari setiap inisiasi dan promosi.
1) Fase insiasi
Pada tahap pertama yaitu insiasi akan terjadi sebuah perubahan di dalam bahan yang genetic sel yang sering memancing sel itu menjadi sangat ganas. Perubahan yang ada di dalam bahan yang genetic sel ini sering disebabkan oleh salah satu agen yang bisa disebut karsinogen, yang juga bisa berupa bahan yang ber kimia, virus, atau bisa juga radiasi/ (penyinaran) dari sinar matahari. Tetapi tidak semua sel yang memiliki kepekaan yang sama semuanya terhadap suatu karsinogen. Maka Kelainan genetic di dalam sel atau bahan kimia lainnya disebut dengan promotor, akan menyebabkan sel yang lebih rentan terhadap salah suatu karsinogen dan juga Bahkan gangguan fisik yang
8
sudah menahun pun juga bisa membuat sel menjadi akan lebih peka sekali untuk mengalami gangguan suatu keganasan.
2) Fase promosi
Pada tahap kedua ini yaitu promosi, salah satu sel yang sudah mengalami fase insiasi akan bisa berubah untuk menjadi ganas. Sel ini yang belum mampu melewati tahap pertama insiasi maka tidak akan bisa terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa factor untuk terjadinya keganasan atau (gabungan dari semua sel yang sudah peka dan pada suatu karsinogen) (wijaya, 2013).
2.1.5 Pemeriksaan diagnostic 1. Ultrasonografi (USG)
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk menilai struktur lesi.
Lesi solid atau kistik dapat dengan mudah di identifikasi dengan USG. Selain itu ukuran lesi dapat lebih akurat dengan menggunakan USG.
2. Praoperatif limfoskintigrafi
Limfoskintigrafi adalah pemeriksaan yang menggunakan radio isotop Tc- 99m yang dilabel dengan koloid.
3. Pemeriksaan radiodiagnostik pada Breast conserving treatmen
Dengan pemeriksaan mamografi dan ultrasonografi dapat ditentukan besarnya ukuran tumor serta gambaran mikrokalsifikasi yang merupakan salah satu factor penentu apakah BCT dapat dilakukan atau tidak. (Tim RS Kanker).
2.1.6 Pencegahan
1. Kontrol penggunaan tembakau 2. Diit
3. Aktifitas fisik
9
4. Terpapar lingkungan dan sinar matahari 5. Penggunaan alcohol
6. Pencegahan kimia
7. Imunisasi (Fundamental of Nursing Vol 1-9) 2.1.7 Faktor Resiko
a. Jenis kelamin
Wanita memiliki resiko besar mengalami kanker payudara. Namun laki-laki pun dapat terserang kanker payudara. Hanya saja jumlahnya tergolong sangat kecil, yakni kurang dari 1% dari total kasus kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormone estrogen dan progesterone yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Selain itu payudara laki-laki Sebagian besar terdiri dari lemak bukan kelenjar seperti wanita.
b. Usia
Seperti penyakit lainnya, resiko kanker payudara pun meningkat seiring bertambahnya usia. Semakin Panjang usia seseorang, kemungkinan terjadinya kerusakan genetic (mutase) juga semakin meningkat. Disisi lain, kemampuan untuk perbaikan tubuh (penyembuhan) semakin menurun.
Pada rentang usia 30-39 tahun resiko terjadinya kanker adalah 1 dalam 233 orang atau sekitar 0, 43%. Ketika seorang wanita mencapai usia 60-an resiko akan melonjak naik menjadi 1 dalam 27 orang atau hampir 4%.
c. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga penderita kanker payudara beresiko lebih besar untuk menderita kanker payudara. Resiko ini meningkat 2x lipat apabila memiliki hubungan darah dengan penderita kanker, misalnya orang
10
tua atau saudara kandung. Jika ada dua orang saudara kandung atau orang tua yang terdiagnosis kanker payudara, maka resiko meningkat menjadi 5x lipat risiko rata-rata.
d. Genetik
Sebanyak 5-10% kasus kanker payudara disebabkan adanya kerusakan genetic (mutasi) yang ditrurunkan dari orang tua. Didalam sel normal, gen BRCA1 dan BRCA2 berperan mencegah pertumbuhan sel payudara abnormal. Namun, apabila orang tua mengalami kerusakan genetic (mutasi), maka sifat tersebut akan diturunkan ke anaknya. Sang anak pun akan memiliki resiko yang lebih besar menderita kanker payudara.
e. Riwayat Kanker
Apabila seseorang sudah pernah menderita kanker payudara, maka resiko terkena kanker payudara menjadi 3-4 kali lebih besar, baik di payudara sebelahnya atau bagian lain payudara yang sama.
f. Paparan Radiasi
Seseorang yang pernah mengalami kanker dan mendapatkan terapi radiasi kanker di bagian dada memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
Semakin muda usia seseorang saat memperoleh radiasi, semakin tinggi resiko kanker payudara karena saat muda organ payudara sedang mengalami pertumbuhan.
g. Riwayat Kelainan Payudara
Wanita yang memiliki tumor atau kelainan yang bersifat jinak pada payudara (seperti fibroadenoma kompleks, papilloma, atau hiperplasi ductal) akan memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
h. Ras
11
Wanita kulit putih (ras kaukasia) memiliki resiko kanker payudara lebih rendah daripada wanita ras campuran Afrika-Amerika dan Asia.Penduduk asli Amerika memiliki resiko yang lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan dengan ras kulit hitam. Hal ini disebabkan perbedaan kualitas pelayanan Kesehatan dan akses untuk melakukan mamografi (pemeriksaan payudara menggunakan sinar x dosis rendah untuk deteksi dini kanker payudara).
i. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas memiliki resiko terkena kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki bobot badan ideal, terutama bagi wanita yang telah memasuki masa menopause. Indikator obesitas yaitu memiliki Body Mass Index (BMI) lebih dari 25. Hal ini berkaitan dengan hormone estrogen yang dihasilkan oleh sel lemak.
Semakin banyak sel lemak seseorang, akan semakin tinggi pula kadar estrogen dalam tubuhnya.
j. Riwayat Kehamilan
Wanita yang belum pernah hamil (nullipara) maupun yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun memiliki resiko kanker payudara yang lebih tinggi.
k. Riwayat Menyusui
Wanita yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari 1 tahun, beresiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui sel payudara menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui, menstuasi seseorang akan mengalami penundaan sehingga mengurangi siklus mentruasi. Hal ini akan
12
mengurangi paparan hormone estrogen terhadap tubuh sehingga menurunkan resiko kanker payudara.
l. Riwayat Menstruasi
Wanita yang mendapat menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun (menarche dini) beresiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara.
Resiko yang sama juga dimiliki wanita yang mengalami menopause pada usia diatas 55 th ( Handayani l, Suharmiati, dkk, 2012).
2.1.8 Deteksi Dini
Setiap wanita bisa melakukan deteksi dini Kanker payudara dengan cara pemeriksaan fisik melalui perabaan. Cara ini juga bisa dilakukan dengan bantuan petugas Kesehatan. Selain tes fisik, setiap wanita disarankan melakukan mamografi tahunan atau 2x setahun. Pemeriksaan mammogram akan mendeteksi perubahan abnormal pada payudara. Mamografi dan pemeriksaan USG khusus payudara dapat mendeteksi adanya kelainan pada wanita berusia lanjut dan wanita beresiko tinggi kanker payudara ( Handayani l, Suharmiati, dkk, 2012).
Dapat juga dilakukan skrining menurut (KKRI, 2016) Skrining Kanker Payudara berupa:
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS),
c. Pemeriksaan payudara klinis oleh petugas yang terlatih, d. Mammografi skrining
e. Prevensi dan skrining bertujuan menemukan kemungkinan adanya kanker payudara dalam stadium dini dan diharapkan akan menurunkan mortalitas.
2.1.9 Penatalaksanaan / terapi 1. Pembedahan
13 2. Immunotherapy
3. Chemotherapy 4. Hormone Therapy
5. Biological response modifiers (Biotherapy)
6. Radiation Therapy (Fundamental of Nursing Vol 1-9)
Dalam (KKRI, 2016) terdapat panduan penatalaksanaan kanker payudara, yaitu:
1. Pembedahan
Merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut:
a) Terapi atas masalah local dan regional: mastektomi, breast conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi local/regional.
b) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal: ovariektomi, adrenalektomi, dsb.
c) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d) Terapi rekontruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi local/ regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
2. Kemoterapi Sistemik
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi.
3. Terapi Hormonal
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi hormon bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
4. Radioterapi
14
Merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker payudara.
Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
5. Radioterapi kuratif ajuvan
6. Radioterapi pasca BSC (radioterapi seluruh payudara).
2.1.10 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mempertahankan integritas jaringan yang adekuat 2. Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
3. Memperagakan toleransi aktivitas yang meningkat dan keletihan yang menurun
4. Penderita dapat menunjukkan citra tubuh dan harga diri 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Anamnesis
Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba , oleh wanita itu sendiri.
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak atau tegang didaerah sekitar payudara.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan,
15
hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada kemungkinan pasien mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga pasien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
4. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi, palpasi
a. Kepala normal, mesochephal, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut: tersebar merata, warna, kelembaban
c. Mata: tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga: bentuk normal, posisi imetris, tidak ada sekret tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan
h. Dada: adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, ulserasi atau tanda-tanda radang.
i. Hepar: tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: tidak ada gangguan pada ektremitas.
5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon 1) Persepsi dan Manajemen
16
Biasanya pasien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
2) Nutrisi Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya pasien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, pasien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, pasien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan pasien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya pasien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
6) Istirahat dan Tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat pasien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita norma
8) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar pasien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9) Reproduksi dan Seksual
17
Biasanya akan ada gangguan seksualitas pasien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya pasien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya pasien menerima kondisinya dengan lapang dada.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound.
Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor ganas secara USG:
a) Lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur b) Struktur echo internal lemah dan heterogen
c) Batas echo anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada d) Adanya perbedaan besar tumor secara klinis danUSG
2) Biopsi: untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat . biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat berupa eksisional ( seluruh masa di angkat ) atau insisional ( sebagian dari 31 masa dibuang). Analisis makroskopis dari spesimen menyatakan ada tidaknya keganasan.
3) Mammografi
18 4) Sinar X dada (radiologi )
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (penekanan masa tumor)
2) Kerusakan integritas jaringan 3) Gangguan body image (citra tubuh)
4) Kurang pengetahuan tentang kodisi, prognosis dan pengobatan penyakitnya 5) Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh, krisis situasional 6) Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi
7) Ketidak efektifan pola nafas
8) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2.2.3 Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil:
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi d) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Intervensi:
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
19 e) Berikan substansi gula
f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori j) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
Kriteria Hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda vital dalam rentang normal Intervensi:
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
20
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas jaringan Kriteria Hasil:
a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b) Tidak ada luka/lesi pada kulit c) Perfusi jaringan baik
21
d) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
e) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Intervensi:
a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar b) Hindari kerutan padaa tempat tidur
c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali e) Monitor kulit akan adanya kemerahan
f) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan g) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
h) Monitor status nutrisi pasien.
4. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan Kriteria Hasil:
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi:
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit b) Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta
penyebabnya
22
c) Sediakan informasi tentang kondisi pasien d) Berikan informasi tentang perkembangan pasien
e) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
f) Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi g) Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
h) Anjurkan pasien untuk mencegah efek samping dari penyakit i) Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
j) Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
5. Diagnosa Keperawatan: Gangguan body image Kriteria Hasil:
a) Pasien tidak malu dengan keadaan dirinya b) Pasien dapat menerima efek pembedahan Intervensi:
a) Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat respon pasien terhadap penyakitnya. Rasional :membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
b) Tinjau ulang efek pembedahan Rasional: bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi
c) Berikan dukungan emosi pasien. Rasional: pasien bisa menerima keadaan dirinya
23
d) Anjurkan keluarga pasien untuk selalu mendampingi pasien.
Rasional: pasien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
6. Diagnosa keperawatan: Cemas Kriteria hasil:
a) Pasien mengungkapkan dan menunjukkan teknik mengontrol cemas b) Ekspresi wajah rileks, menunjukkan cemas berkurang
c) Vital sign dalam batas normal Intervensi.
d) Gunakan pendekatan yang menenangkan
e) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur f) Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa
aman
g) Dengarkan keluhan dengan penuh perhatian h) Identifikasi tingkat kecemasan
i) Bantu mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
j) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, kecemasan
k) Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi 7. Diagnosa Keperawatan: Resiko infeksi
Kriteria Hasil:
a) Pasien bebas dari tanda infeksi b) Menunjukkan perilaku hidup sehat
c) Jumlah angka leukosit dalam batas normal Intervensi:
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
24
b) Pertahankan teknik aseptik selama pemasangan alat c) Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein
d) Monitor tanda dan gejala infeksi
e) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi f) Ajarkan cara mencegah infeksi
g) Berikan terapi antibiotik
8. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil:
a) Status nutrisi: makanan dan cairan adekuat b) Intake nutrisi adekuat
c) Nafsu makan meningkat d) Tidak terjadi kram perut e) Berat badan meningkat
f) Pasien mandiri dan dapat mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Intervensi:
a) Manajemen Nutrisi
b) Kaji kemampuan pasien untuk memenuhu kebutuhan nutrisi
c) Informasikan kepada pasien dan keluarga faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah
d) Lakukan / tawarkan oral hygine sebelum makan
e) Ajarkan pada pasien/ keluarga tentang pentingnya kebutuhan nutrisi f) Monitor asupan nutrisi dan intake – output cairan
g) Kolaborasi dengan medis dan ahli gizi untuk program terapi dan diit