• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM HUKUM KEWARGANEGARAAN INDONESIA S K R I P S I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGATURAN KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM HUKUM KEWARGANEGARAAN INDONESIA S K R I P S I"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

RYAN MIKHA EL SULIVAN K 170200424

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaturan Kewarganegaraan Berdasarkan Hukum Internasional Dan Implementasinya Dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia” Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Teristimewa dan tersayang kepada kedua orang tua, papa dan mama yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moral maupun materil. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama menyelesaikan pendidikan di Program Studi Strata Satu, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. OK. Saidin SH, M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

Universitas Sumatera Utara.

6. Prof. Suhaidi,SH. M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr.Sutiarnoto, SH.M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

8. Bapak Dr. Arif, SH., M.H, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

9. Bapak Dr. Moh. Eka Putra, S.H., M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan

10. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Kedua orang tua papa Frans Kaendo dan mama Jojor Maintan Napitupulu yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya

12. Special buat Christine Natasha Tambunan, Amd terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini

13. Buat teman-teman group A Stambuk 2017 Fakultas Hukum USU, khusnya Rozy Kurniady, Donald Robinsar, Namira Purba, Isyah Puteri, Ido Nainggolan, Kevin Lambas, Tomi Simanjuntak, dan Genaldi Raja.

(5)

15. Teman-teman ILSA Fakultas Hukum USU stambuk 2017

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan yang diberikan, penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.

Medan, Maret 2021 Penulis

RYAN MIKHA EL SULIVAN K 170200424

(6)

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Keaslian Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PENGATURAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL ... 20

A. Prinsip-Prinsip Umum Kewarganegaraan dalam Hukum Internasioal ... 20

B. Konsep Kewarganegaraan Dalam Hukum Internasional ... 23

C. Status kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional .. 25

D. Pengaturan Kewarganegaraan Dalam Hukum Dalam Perspektif Hukum Internasional ... 28

(7)

B. Kehilangan Status Kewarganegaraan dalam hukum

internasional ... 42 C. Sebab-sebab hilangnya Status Kewarganegaraan dalam

hukum internasional ... 46 D. Memperoleh Kembali Status Kewarganegaraan Yang

Hilang Berdasarkan Hukum Internasional ... 49 BAB IV IMPLEMENTASI MENDAPATKAN DAN

KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM KEWARGANEGARAAN

INDONESIA 51

A. Implementasi Mendapatkan Kewarganegaraan Dalam

Hukum Kewarganegaraan Indonesia ... 51 B. Implementasi Mendapatkan Kewarganegaraan Dalam

Hukum Internasional ... 61 C. Perlindungan Hukum warga negara yang kehilangan

Kewarganegaraan dalam Hukum Indonesia dan Hukum

Internasional ... 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79

(8)

Dr.Sutiarnoto, SH.M.Hum**) Dr. Arif, SH., M.H***)

Kewarganegaraan adalah bentuk identitas yang memungkinkan individu-individu merasakan makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam komunitas politik (negara). Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat dengan DUHAM) menegaskan bahwa, “setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan”, Permasalahan dalam penelitian pertama pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional. Kedua perolehan dan kehilangan status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional. Ketiga Untuk mengetahui dan menganalisis imana implementasi mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan Hukum Internasional dan Hukum Kewarganegaraan Indonesia.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teknis analisis data secara kualitatif, dengan peraturan-peraturan terkait maupun penelitian kepustakaan kemudian disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

Pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional, yaitu International Covenant on Civil and Political Rights 1966 (Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik 1966). Konvensi ini ditetapkan melalui Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) 16 Desember 1966 dan entry into force pada 23 Maret 1976.

Ketentuan dalam Pasal 24 ayat (2) dari International Covenant on Civil and Political Rights menyatakan secara jelas bahwa "every child shall be registered immediately after birth and shall have a name". Dalam Pasal 24 ayat (3) dikatakan bahwa "every child has the right to acquire a nationality". Perolehan dan kehilangan status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional. Konvensi 1961 melarang kehilangan kewarganegaraan yang diakibatkan oleh suatu perubahan status, kecuali orang yang bersangkutan memiliki atau memperoleh kewarganegaraan lain. Untuk tujuan dari Pasal 5, perubahan status pribadi termasuk peristiwa seperti perkawinan dan berakhirnya perkawinan. Pasal 5 ayat (1) dilengkapi oleh Pasal 9 ayat (1) dari CEDAW. Implementasi mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan Hukum Internasional dan hukum kewarganegaraan Indonesia. Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (1965). Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial atau yang lebih dikenal dengan ICERD (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination) adalah sebuah instrumen hukum internasional yang mengatur tentang penghapusan diskriminasi rasial. Secara garis besar, ICERD mewajibkan negara-negara pihak untuk menghapuskan berbagai bentuk dan perwujudan dari diskriminasi ras di negaranya serta menjamin hak-hak setiap orang tanpa membedakan ras, warna kulit, keturunan, asal-usul.

Kata Kunci : Pengaturan kewarganegaraan, hukum internasional, implementasinya, hukum kewarganegaraan indonesia1

*)Ryan Mikha El Sulivan K, Mahasiswa Fakultas Hukum

**)Dr.Sutiarnoto, SH.M.Hum, Dosen Pembimbing I

(9)

Dr.Sutiarnoto, SH.M.Hum**) Dr. Arif, SH., M.H***)

Kewarganegaraan adalah bentuk identitas yang memungkinkan individu-individu merasakan makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam komunitas politik (negara). Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat dengan DUHAM) menegaskan bahwa, “setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan”, Permasalahan dalam penelitian pertama pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional. Kedua perolehan dan kehilangan status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional. Ketiga Untuk mengetahui dan menganalisis imana implementasi mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan Hukum Internasional dan Hukum Kewarganegaraan Indonesia.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teknis analisis data secara kualitatif, dengan peraturan-peraturan terkait maupun penelitian kepustakaan kemudian disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

Pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional, yaitu International Covenant on Civil and Political Rights 1966 (Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik 1966). Konvensi ini ditetapkan melalui Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) 16 Desember 1966 dan entry into force pada 23 Maret 1976.

Ketentuan dalam Pasal 24 ayat (2) dari International Covenant on Civil and Political Rights menyatakan secara jelas bahwa "every child shall be registered immediately after birth and shall have a name". Dalam Pasal 24 ayat (3) dikatakan bahwa "every child has the right to acquire a nationality". Perolehan dan kehilangan status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional. Konvensi 1961 melarang kehilangan kewarganegaraan yang diakibatkan oleh suatu perubahan status, kecuali orang yang bersangkutan memiliki atau memperoleh kewarganegaraan lain. Untuk tujuan dari Pasal 5, perubahan status pribadi termasuk peristiwa seperti perkawinan dan berakhirnya perkawinan. Pasal 5 ayat (1) dilengkapi oleh Pasal 9 ayat (1) dari CEDAW. Implementasi mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan Hukum Internasional dan hukum kewarganegaraan Indonesia. Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (1965). Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial atau yang lebih dikenal dengan ICERD (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination) adalah sebuah instrumen hukum internasional yang mengatur tentang penghapusan diskriminasi rasial. Secara garis besar, ICERD mewajibkan negara-negara pihak untuk menghapuskan berbagai bentuk dan perwujudan dari diskriminasi ras di negaranya serta menjamin hak-hak setiap orang tanpa membedakan ras, warna kulit, keturunan, asal-usul.

Kata Kunci : Pengaturan kewarganegaraan, hukum internasional, implementasinya, hukum kewarganegaraan indonesia1

*)Ryan Mikha El Sulivan K, Mahasiswa Fakultas Hukum

**)Dr.Sutiarnoto, SH.M.Hum, Dosen Pembimbing I

(10)

telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaturan Kewarganegaraan Berdasarkan Hukum Internasional Dan Implementasinya Dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia” Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Teristimewa dan tersayang kepada kedua orang tua, papa dan mama yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moral maupun materil. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama menyelesaikan pendidikan di Program Studi Strata Satu, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

***)Dr. Arif, SH., M.H, , Dosen Pembimbing II

(11)

Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Prof. Suhaidi,SH. M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara.

7. Dr.Sutiarnoto, SH.M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

8. Dr. Arif, SH., M.H, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

9. Fajar Khaify Rizky, SH.M.H, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dalam ujian sidang meja hijau.

10. Dr. Moh. Eka Putra, S.H., M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan

11. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Kedua orang tua papa Frans Kaendo dan mama Jojor Maintan Napitupulu yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya

13. Special buat Christine Natasha Tambunan, Amd terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini

(12)

14. Buat teman-teman group A Stambuk 2017 Fakultas Hukum USU, khusnya Rozy Kurniady, Donald Robinsar, Namira Purba, Isyah Puteri, Ido Nainggolan, Kevin Lambas, dan Genaldi Raja.

15. Buat teman-teman seperjuangan Arnes Ginting, Hedzi Memet, Ade Pangestu Putra, Martin Simanjuntak, Ernanda Ihutan Gurning dan Michael Tommy yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

16. Teman-teman ILSA Fakultas Hukum USU stambuk 2017

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan yang diberikan, penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.

Medan, April 2021 Penulis

RYAN MIKHA EL SULIVAN K 170200424

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Keaslian Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II PENGATURAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL A. Prinsip-Prinsip Umum Kewarganegaraan dalam Hukum Internasioal ... 21

B. Konsep Kewarganegaraan Dalam Hukum Internasional ... 24

C. Status kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional .. 26

D. Pengaturan Kewarganegaraan Dalam Hukum Dalam Perspektif Hukum Internasional ... 29

(14)

BAB III PEROLEHAN DAN KEHILANGAN STATUS

KEWARGANEGARAAN YANG HILANG BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

A. Hak-hak warga negara dalam aspek hukum internasional ... 33 B. Kehilangan Status Kewarganegaraan dalam hukum

internasional ... 43 C. Sebab-sebab hilangnya Status Kewarganegaraan dalam

hukum internasional ... 47 D. Memperoleh Kembali Status Kewarganegaraan Yang

Hilang Berdasarkan Hukum Internasional ... 50 BAB IV IMPLEMENTASI MENDAPATKAN DAN

KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM KEWARGANEGARAAN

INDONESIA

A. Perlindungan Hukum warga negara yang kehilangan Kewarganegaraan dalam Hukum Indonesia dan Hukum

Internasional ... 52 B. Implementasi Mendapatkan Kewarganegaraan Dalam

Hukum Internasional ... 64 C. Implementasi Mendapatkan Kewarganegaraan Dalam

Hukum Kewarganegaraan Indonesia ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79

(15)

A. Latar Belakang

Kewarganegaraan adalah bentuk identitas yang memungkinkan individu- individu merasakan makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam komunitas politik (negara).1 Sehingga bisa dikatakan bahwa melalui status kewarganegaraan tersebut individu dapat menikmati banyak manfaat baik dari hukum nasional maupun internasional.2

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat dengan DUHAM) menegaskan bahwa, “setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan”.

Dengan demikian deklarasi ini mengakui pentingnya kewarganegaraan secara hukum dan praktis untuk pemenuhan hak-hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar atau hak pokok manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa bukan pemberian manusia atau penguasa. Hak ini bersifat mendasar bagi kehidupan manusia.3

Salah satu hak yang yang harus dipenuhi negara terhadap warga negaranya adalah status kewarganegaraan. Status kewarganegaraan seseorang menjadi hak dasar warga negara yang harus dipenuhi, dihargai, dihormati, dan dilindungi oleh negara. Indonesia telah mengatur bahwa status kewarganegaraan merupakan hak dasar setiap orang pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

1 Wahyu Widodo, et.al., Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta, Andi, 2015, hlm. 5

2 Seyyed Ibrahim Hosseini, et.al, Nationality in Private International Law, Indian Journal of Science and Technology, Vol 8(12), 69906, June 2015.

3 Tukiran Taniredja, et.al., Pendidikan Kewarganegaraan : Paradigma Terbaru Untuk Mahasiswa, Bandung, Alfabeta, 2013, hlm.144.

(16)

(UUD 1945) Pasal 28 D ayat (4).4Warga negara merupakan salah satu unsur yang esensial bagi berdirinya suatu negara. Dengan memiliki status kewarganegaran, seorang individu diakui sebagai salah satu anggota dari negara yang mengakuinya, dimana pengakuan negara tersebut merupakan sebuah hubungan hukum antara dua pihak tersebut, yaitu individu dan negara yang mengakuinya.5 Sehingga dapat dikatakan bahwa melalui status kewarganegaraan tersebut individu dapat menikmati banyak manfaat baik dari hukum nasional maupun internasional.6

Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia menegaskan bahwa “setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan”, dengan demikian deklarasi ini mengakui pentingnya kewarganegaraan secara hukum dan praktis untuk pemenuhan hak-hak asasi manusia. Karenanya, pemerintah-pemerintah harus bekerja untuk memastikan bahwa setiap orang mempunyai kewarganegaraan.

Terlepas dari keberadaan ketentuan ini dan ketentuan-ketentuan lainnya dalam hukum internasional tentang hak asasi manusia, masih banyak orang yang tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan atau bahkan kehilangan kewarganegaraan mereka.7

Konsepsi hukum internasional berkaitan dengan kewarganegaraan awalnya hanya negara yang diakui sebagai subjek hukum internasional.8 Status seseorang

4 Emmy Wulandari, Perolehan Kembali Status Kewarganegaraan Yang Hilang Berdasarkan Undang-Undang Kewarganegaraan, Yuridika : Volume 29 No 3, September- Desember 2014, hlm 300

5 Seyyed Ibrahim Hosseini, et.al, Op.Cit, hlm 35

6 Ibid.

7 António Guterres, Melindungi Hak-Hak Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan Konvensi 1954 tentang Status Orang-Orang Tanpa kewarganegaraan, Switzeland, UNHCR, September 2010, hlm 1

8 I Wayan Parthiana, Perjanjian lnternosional, Bandung: Mandar Maju, 2002. hlm.19.

(17)

dalam hukum internasional terkait erat dengan semakin berkembangnya perhatian masyarakat internasional terhadap perlindungan hak asasi manusia. Dewasa ini individu telah diakui sebagai subjek hukum internasional yang mampu menanggung hak dan kewajiban dihadapan hukum, seperti hak mengklaim atau menuntut negara dihadapan pengadilan internasional. Misalnya The Convention on the Settlement of Investment Disputes, 1965; the European Convention on Human Rights, 1950. Dengan nasionalitas, individu berhak atas hak-hak yang terkait dengan hukum internasional memperoleh paspor yang memungkinkan individu berpergian ke luar negeri, berhak atas pekerjaan yang terkait dengan perwakilan diplomatik di luar negeri.9

Dalam hukum internasional hanya warga negaralah yang dapat masuk dan menetap dalam suatu negara. Oleh karena itu orang yang tanpa kewarganegaraan dapat berakhir tanpa status kependudukan bahkan lebih buruk lagi yaitu penahanan jangka panjang. Seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan tidak mendapat perlindungan hukum, seseorang juga tidak menikmati hak-haknya sebagai warga negara sebagaimana mestinya misalnya tidak dapat ikut serta dalam proses-proses politik, disebabkan tidak memiliki hak untuk memberikan suara, tidak terjaminya hak untuk mendapatkan pendidikan, hak atas perawatan keseh atan, hak untuk memiliki pekerjaan, tidak memperoleh dokumen pernikahan, tidak dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan dokumen perjalanan, dan bagi mereka yang tidak memiliki kewarganegaraan,dan berada diluar negara asal atau

9 Huafa Adolf, Kewarganegaraan (Nosionotitas) Menurut Hukum lnternosional, makalah disampaikan dalam Diskusi mengenai Penyusunan RUU tentang Kewarganegaraan Ganda, di Gedung DPR RI tanggal 28 Oktobet 2014.

(18)

negara tempat tinggal sebelumnya dapat ditahan jika mereka kembali ketempat tersebut.10

Pengaturan status kewarganegaraan sebagai Hak Asasi Manusia diatur dalam beberapa instrumen internasional, yakni Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948). Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjadi landasan penegakan dan penghormatan terhadap HAM secara universal. Pengesahan DUHAM juga menjadi landasan terbentuknya dua kovenansi internasional yang berpengaruh terhadap penegakan HAM. Latar belakang lahirnya DUHAM salah satunya adalah dampak yang terjadi pada Perang Dunia II.

PBB sebagai organisasi yang bersifat universal menganggap perlunya sebuah intsrumen internasional yang mengatur tentang penegakan HAM. Hak dan kebebasan yang tercantum dalam DUHAM mencakup sekumpulan hak yang lengkap, baik hak sipil, politik, budaya, ekonomi, dan sosial setiap individu.11Dalam hubungannya dengan status kewarganegaraan sebagai HAM, DUHAM mengatur secara jelas mengenai status kewarganegaraan pada setiap manusia. Dinyatakan dalam Pasal 15 ayat (1) bahwa,” seseorang berhak atas suatu status kewarganegaraan”. Pada ayat (2) menyatakan bahwa “tidak berhak seseorang pun dicabut status kewarganegaraannya dan mengingkari hak untuk mengubah kewarganegaraan”.12

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak mendasar yang dimiliki oleh setiap manusia tanpa kecuali. Pelaksanaan pemberian HAM tersebut harus

10 Marilyn Achiron, Kewarganegaraan dan tak berkewarganegaraan, Buku panduan untuk anggota parlemen,2010, hlm. 6

11 Emmy Wulandari, Op.Cit, hlm 302.

12 Ibid, hlm 302

(19)

diberikan tanpa adanya diskriminasi baik berdasarkan agama, ras, warna kulit, pendapat politik, kebangsaan dan pembeda lainnya. Salah satu hak fundamental yang diatur didalam Universal Declaration of Human Rights 1948 (UDHR) adalah hak bagi setiap orang atas kewarganegaraan dan tidak seorangpun dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenang-wenang atau ditolak haknya untuk mengubah kewarganegaraannya. Pengakuan terhadap kewarganegaraan ini juga terdapat didalam International Convention relating to the Status of Stateless Person 1954, International Convention on Reduction of Statelessness 1961, International Convention on Civil and Political Rights 1966, Convention on the Rights of the child, dan juga terdapat didalam International Convention on the Elimination of All Form of Discrimination Against Women.13

Di Indonesia sendiri hak atas status kewarganegaraan telah dijamin dalam Pasal 28D ayat (4) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Namun karena sifat dari UUD 1945 sendiri merupakan grondwet (hukum dasar), hak atas status kewarganegaraan sendiri tidak diatur secara rinci dalam konstitusi, sehingga hak atas status kewarganegaraan diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang- undangan dibawahnya.14

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Undang-Undang HAM). Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang HAM dijelaskan

13 Nining Nur Diana, Peran Negara Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Orang-Orang Yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan (Stateless Person) Berdasarkan Konvensi Tentang The Status Of Stateless Person 1954 (Studi Kasus Orang-Orang Etnis Rohingya Myanmar), Artikel Ilmiah Universitas Brawijaya Fakultas Hukum Malang 2014, hlm 4

14 Aldyan Faizal, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Stateless Person Eks dan Keturunan Warga Negara Indonesia Atas Status Kewarganegaraan, Jurist-Diction Vol. 3 (4) 2020, hlm 122

(20)

bahwa setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan status kewarganegaraannya. Kemudian dalam Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang HAM dijelaskan bahwa setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajib melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.15

Dalam Undang-Undang Kewarganegaraan RI ditekankan bahwa warga negara atau kewarganegaraan merupakan salah satu unsur konstitutif keberadaan/

eksistensi suatu negara, warga negara merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam kehidupan bernegara, tidak mungkin ada negara tanpa warga negara, begitu juga sebaliknya tidak mungkin ada warga negara tanpa negara.

Kewarganegaraan menunjukkan hubungan hukum atau ikatan secara timbal balik antara negara dengan warga negara. Kewarganegaraan merupakan dasar yang sangat penting bagi negara menentukan siapa warga negara dan orang asing.16

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Pengaturan Kewarganegaraan Berdasarkan Hukum Internasional dan Implementasinya Dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia.

15 Ibid.

16 Achmadudin Rajab, Peran Perubahan Undang-Undang Kewarganegaraan dalam Mengakomodir Diaspora untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 3, September 2017, hlm 540

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional?

2. Bagaimana perolehan dan kehilangan status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional?

3. Bagaimana implementasi mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan Hukum Internasional dan Hukum Kewarganegaraan Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan ini tidak lepas dari permasalahan yang dirumuskan sebelumnya. Tujuan penulisan sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perolehan dan kehilangan status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan Hukum Internasional dan Hukum Kewarganegaraan Indonesia.

Penelitian hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

1. Manfaat teoretis

Penelitian yang dilakukan diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya hukum internasional yang berkaitan dengan pengaturan kewarganegaraan berdasarkan hukum internasional dan implementasinya dalam hukum kewarganegaraan Indonesia.

2. Manfaat praktis a. Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas khususnya pengaturan kewarganegaraan berdasarkan hukum internasional dan implementasinya dalam hukum kewarganegaraan Indonesia.

b. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan terkait dengan pengaturan kewarganegaraan berdasarkan hukum internasional dan implementasinya dalam hukum kewarganegaraan Indonesia.

c. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan terkait pengaturan kewarganegaraan berdasarkan hukum internasional dan implementasinya dalam hukum kewarganegaraan Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelesuran yang telah dilakukan pada perpustakaan fakultas hukum Universitas Sumatera Utara dan fakultas hukum yang ada di

(23)

Indonesia baik secara fisik maupun online terkait judul tersebut di atas, belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, namun ada beberapa penelitian Pengaturan Kewarganegaraan Berdasarkan Hukum Internasional, antara lain :

Ekho Jamaluddin P. Nalole. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar (2016), judul penelitian Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pelaksanaan Hukuman Mati Bagi Warga Negara Asing Di Indonesia (Studi Kasus Eksekusi Mati terhadap Warga Negara Asing pada Awal Masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla).

Permasalahan dalam penelitian ini :

1. Prinsip tanggungjawab negara (State Responsibility) terhadap pelaksanaan hukuman mati bagi warga negara asing di Indonesia.

2. Pemenuhan hak-hak terhadap terpidana mati bagi warga negara asing di Indonesia telah sesuai dengan standar perlakuan menurut ketentuan Hukum Internasional.

Kesimpulan dalam penelitian penerapan sanksi hukuman mati dalam sistem hukum positif di Indonesia masih tetap berlangsung, walaupun banyak terjadi pro dan kontra dalam hal penerapan dan pelaksanaanya. Keberadaan hukuman mati masih dianggap perlu meskipun penerapannya sudah dibatasi dalam hukum Internasional. Disisi lain pemenuhan hak-hak terpidana mati bagi terpidana mati warga negara asing tetap diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan standar perlakuan menurut ketentuan hukum Internasional.

(24)

Samsul Arifin. Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surabaya (2020), judul penelitian Penghilangan Hak Kewarganegaraan Bagi Eks ISIS.

Permasalahan dalam penelitian ini :

1. Perolehan dokumen keimigrasian dan keberangkatan 2. Hilangnya hak kewarganegaraaan

3. Mekanisme penghilangan kewarganegaraaan.

Kesimpulan dalam penelitian dampak hukum terhadap mereka yang bergabung dengan ISIS, apa kebijakan yang diambil oleh pemerintah, apakah mereka akan kehilangan kewarganegaraan, serta bagaimana hukum positif mengaturnya. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini ialah pendekatan undang-undang (statute approach) pendekatan ini beranjak dari hukum positif baik yang bersifat nasional maupun internasional, vertikal maupun horizontal.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dampak hukum dan kejelasan mengenai hak kewarganegaraan bagi mereka yang bergabung dengan ISIS.

Nining Nur Diana. Universitas Brawijaya Fakultas Hukum Malang (2014), judul penelitian Peran Negara Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Orang-Orang Yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan (Stateless Person) Berdasarkan Konvensi Tentang The Status Of Stateless Person 1954 (Studi Kasus Orang-Orang Etnis Rohingya Myanmar). Permasalahan dalam penelitian :

1. Mengapa masih terdapat orang-orang Etnis Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan (Stateless) walaupun konvensi the Status of Stateless Person 1954 sudah memberikan perlindungan terhadap Stateless Person.

(25)

2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan perlindungan orang-orang Etnis Rohingya yang telah diberikan oleh konvensi tentang The Status of Stateless Person 1954.

3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan terhadap orang-orang Etnis Rohingya untuk menyelesaikan hambatan pelaksanaan konvensi tentang The Status of Stateless Person 1954.

Giffari Syarlas. Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang (2018), judul penelitian “Perlindungan Hukum Terhadap Seorang Yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan (Stateless Person). Berdasarkan International Covenanton Civiland Political Rights 1966 (ICCPR) Di Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini

1. Kedudukan hukum seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan (stateless person) berdasarkan International Covenant on Civil and Political Rights 1966 di Indonesia.

2. Perlindungan hukum terhadap seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan (stateless person) di Indonesia dikaitkan dengan International Covenant on Civil and Political Rights 1966.

Berdasarkan penjelasan di atas terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya baik secara substantive maupun objek yang diteliti. Penelitian ini didukung oleh pendapat para ahli, jurnal, artikel dan masukan dari dosen pembimbing serta dari internet, sehingga dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun akademik.

(26)

E. Tinjauan Pustaka

1. Kewarganegaraan Undang-Undang Kewarganegaraan

Warga negara merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam kehidupan bernegara. Tidaklah mungkin suatu negara dapat berdiri tanpa adanya warga negara. Setiap negara mempunyai hak untuk menentukan siapa saja yang dapat menjadi warga negaranya, dalam hal ini setiap negara berdaulat, hampir tidak ada pembatasan. Namun demikian suatu negara harus tetap menghormati prinsip-prinsip umum hukum internasional.17Kewarganegaraan Pasal 1 poin 2 UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU Kewarganegaraan) juga memberikan penjelasan mengenai kewarganegaraan:

“Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.”

Status kewarganegaraan adalah hak dasar bagi seseorang. Status kewarganegaraan menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemiliknya. Seorang warga negara mempunyai hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya. Negara wajib menjamin kepemilikan hak seorang warga negaranya yang mencakup hak sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Sedangkan kewajiban sebagai seorang pemegang status kewarganegaraan Indonesia telah ditetapkan di dalam UUD 1945.18

Kewarganegaraan seseorang berhubungan erat dengan negaranya, karena menimbulkan hak dan kewajiban secara timbal-balik. Negara wajib melindungi warga negaranya di manapun berada, dan setiap warga negara tetap tunduk atas

17 Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum Keworgonegoroon don Keimigrosion lndonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,2006, hlm. 1.

18 Emmy Wulandari, Op.Cit, hlm 301-302

(27)

kekuasaan negaranya serta mentaati hukum yang berlaku di negaranya. Bagi warga negaranya yang berada di luar negeri, berlakunya kekuasaan negara dan aturan hukum baginya, dibatasi oleh kekuasaan dan hukum negara dimana ia berada.19

Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut : (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia

(3) Hal-hal lain mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang- undang.20

Status kewargenagaraan itu penting bagi setiap orang agar kedudukannya sebagai subjek hukum yang berhak menyandang hak dan kewajiban hukum dapat dijamin secara legal dan aktual. Lebih-lebih dalam lalu lintas hukum Internasional, status kewarganegaraan itu dapat menjadi jembatan bagi setiap warga negara untuk menikmati keuntungan dari hukum Internasional.21 Seperti juga dikatakan oleh A.W. Bradley dan K.D. Ewing, nasionalitas dan status

19Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Yogyakarta, Univ. Atmajaya, 1998, hlm 42

20 Nur Hidayati, Kewarganegaraan Ganda di Indonesia dalam Perspektif Negara Hukum, Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 16, No. 1 April 2016, hlm 31

21 A.W. Bradley and K.D. Ewing, Constitutional and Administrative Law, 13th edition, pearson education, 2003, hlm.425.

(28)

kewarganegaraan menghubungkan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan internasional.22

2. Kewarganegaraan Berdasarkan Hukum Internasional

Kewarganegaraan merupakan hak asasi manusia dan landasan identitas, martabat, keadilan, perdamaiaan dan keamanan, menjadi orang yang tidak memiliki kewarganegaraan berarti tidak memiliki perlindungan hukum untuk berpartisipasi dalam proses politik, tidak mendapat akses yang memadai untuk kesehatan, pendidikan dan prospek kerja yang buruk dan kemiskinan, pembatasan hak kekayaan sendiri, pembatasan perjalanan, pengucilan sosial, kerentanan terhadap perdagangan manusia, pelecehan dan kekerasan.23

Di dalam hukum internasional hanya warga negaralah yang dapat masuk dan menetap dalam suatu negara. Oleh karena itu orang yang tanpa kewarganegaraan dapat berakhir tanpa status kependudukan bahkan lebih buruk lagi yaitu penahanan jangka panjang.24 Seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan tidak mendapat perlindungan hukum, juga tidak menikmati hak- haknya sebagai warga negara sebagaimana mestinya.25

3. Hukum Internasional

Era globalisasi seperti saat ini eksistensi hukum internasional tidak dapat terbantahkan kembali keberadaannya, bahkan hukum internasional bukan hanya

22 Ibid.

23 UNHCR, “Nationality Rights for All : A Progress Report and Global Survey on Statelessnes

24 UNCHR “Mencegah dan mengurangi keadaan tanpa kewarganegaraan : Konvensi 1961 tentang pengurangan keadaan tanpa kewarganegaraan”, hlm. 2

25 Marilyn Achiron, Kewarganegaraan dan tak berkewarganegaraan, Buku panduan untuk anggota parlemen, 2010, hlm. 6

(29)

mengatur tentang hubungan antar bangsa, saat ini hukum internasional telah berkembang pesat sedemikian rupa sehingga subjek-subjek negara tidaklah terbatas pada negara-negara saja sebagaimana diawal perkembangan hukum internasional. Berbagai organisasi internasional, individu, perusahaan, vatican, billigerency sekarang telah diakui sebagai bagian dari subjek hukum internasional.

Hal ini dikuatkan oleh pendapat Mochtar Kusumaatmadja sebagaimana dikutip oleh yang menyatakan: “hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.”26

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas yang berskala internasional. Awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antar negara, namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga menyangkut struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.27

Sebagai subjek hukum, negara memiliki personalitas internasional.

Personalitas internasional dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memiliki hak dan kewajiban internasional. Singkatnya, fakta bahwa negara memiliki personalitas internasional maka negara tunduk pada ketentuan hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara memiliki kedaulatan yang diakui oleh hukum internasional. Kedaulatan suatu negara dimaknai sejauh

26 Sefriani, Hukum Internasional, Jakarta: Rajawali Press, 2010, hlm. 2

27 Andi Tenripadang, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional”, Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 1, Juli 2016, hlm. 67

(30)

mana suatu Negara memiliki kewenangan dalam menjalankan kebijakan dan kegiatan dalam wilayah negaranya guna melaksanakan hukum nasionalnya.28 F. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dibangun adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian, serta doktrin (ajaran).29

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis maksudnya adalah penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan menyeluruh serta mendalam tentang permasalahan yang berkaitan dengan Pengaturan Kewarganegaraan Berdasarkan Hukum Internasional dan Implementasinya Dalam Hukum Kewarganegaraan Indonesia. Dalam penelitian ini tidak saja mendeskripsikan gejala baik pada tatanan hukum positif.30

2. Sumber data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan.31 Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari

28 Mirza Satria Buana, Hukum Internasional: Teori dan Praktek, Banjarmasin: FH Unlam Press, 2007, hlm. 2.

29 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015, hlm 33

30 Ibid.

31 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2018, hlm.205

(31)

dan menganalisis bahan hukum. Data skunder dalam penelitian ini meliputi serta dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bahan yaitu:

a. Bahan hukum primer, peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya dengan masalah-masalah yang diteliti guna mendapatkan landasan teori untuk menyusun penulisan hukum. Peraturan yang digunakan yaitu:

1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948.

2) International Convention on Civil and Political Rights 1966.

3) Convention on the Rights of the Child 1989.

4) Convention on the Elimination of All Form of Discrimination against Women 1979.

5) The Convention on the Settlement of Investment Disputes, 1965 6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang merupakan karya para sarjana yang berkaitan dengan bahan hukum primer dan dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer32 yang terdiri atas: Hasil-hasil penelitian atau hasil karya ilmiah; Tulisan atau pendapat-pendapat hukum dari para sarjana, buku-buku yang disusun oleh para pakar hukum.

32 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2013, hlm. 252

(32)

c. Bahan hukum tersier. Bahan-bahan penunjang atau rujukan untuk memperjelas bahan primer dan bahan sekunder, terdiri dari kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia dan ensiklopeedia serta internet.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama studi kepustakaan, merupakan teknik untuk mendapatkan data sekunder melalui dokumen-dokumen yang terkait dengan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.33

4. Analisis data

Penelitian ini menggunakan teknis analisis data secara kualitatif, dengan peraturan-peraturan terkait maupun penelitian kepustakaan kemudian disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data kemudian dianalisa secara interpretative menggunakan teori maupun hukum positif yang telah dituangkan kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.34

G. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab, yang mana akan dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

33 Ibid, hlm 112

34 Ibid.

(33)

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Bab ini berisikan prinsip-prinsip umum kewarganegaraan dalam hukum internasioal. Konsep kewarganegaraan dalam hukum internasional. status kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional dan pengaturan kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional.

BAB III PEROLEHAN DAN KEHILANGAN STATUS

KEWARGANEGARAAN YANG HILANG BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

Bab ini berisikan hak-hak warga negara dalam aspek hukum internasional. Kehilangan status kewarganegaraan dalam hukum internasional. Sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan dalam hukum internasional dan memperoleh kembali status kewarganegaraan yang hilang berdasarkan hukum internasional.

BAB IV IMPLEMENTASI MENDAPATKAN DAN

KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN HUKUM

INTERNASIONAL DAN HUKUM KEWARGANEGARAAN INDONESIA

(34)

Bab ini berisikan perlindungan hukum warga negara yang kehilangan kewarganegaraan dalam hukum Indonesia dan hukum internasional.

Implementasi mendapatkan kewarganegaraan dalam hukum internasional. Implementasi mendapatkan kewarganegaraan dalam hukum kewarganegaraan Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupkan inti atas hasil penelitian dan analisa penulis terhadap objek yang diteliti berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Saran berisi mengenai masukan atas masalah yang diteliti dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa dan disimpulkan pada bagian sebelumnya.

(35)

A. Prinsip-Prinsip Umum Kewarganegaraan dalam Hukum Internasioal Status kewarganegaraan merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap orang agar kedudukannya sebagai subjek hukum dapat menyandang hak dan kewajiban hukum yang dijamin secara legal dan aktual. Dalam hal ini terutama terkait dengan hubungan lalu lintas hukum internasional, dimana status hukum kewarganegaraan seseorang akan dapat menjadi jembatan bagi setiap warga negara untuk menikmati hubungan hukum internasional yang berkembang dengan sangat cepat dan maju dewasa ini.35

Keberadaan warga negara merupakan salah satu fundamen dalam bangunan sebuah negara, sehingga diperlukan suatu kepastian dan jaminan hukum atas hak-hak yang dimilikinya dan sekaligus membebankan kewajiban yang menjadi tanggung jawab nya sebagai warga negara. Warga negara atau kewarganegaraan merupakan salah satu unsur konstitutif keberadaan (eksistensi) suatu negara yang merupakan salah satu hal yang bersifat principal dalam kehidupan bernegara. Tidak mungkin ada negara tanpa warga negara begitu sebaliknya tidak mungkin ada warga negara tanpa negara.36

Dalam Hukum Internasional, untuk mendapatkan status kewarganegaraan itu sudah merupakan salah satu hak setiap individu yang mutlak adanya, sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 15 UDHR. Beberapa konvensi yang

35 Bagir Manan, Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, Yogyakarta: FH UII Pres, 2009, hlm 1

36 Ibid.

(36)

kemudian mengatur persoalan status kewarganegaraan di mana tentunya mengacu pada UDHR, yaitu Convention to the Relating of Stateless persons 1954 dan Convention on the Reduction of Statelessness 1961. Jika kita lihat secara teoritik seharusnya tidak ada satupun individu di dunia ini yang tidak berkewarganegaraan.37

Prinsip-prinsip hukum umum (universal) dalam hukum kewarganegaraan yang ditarik dari ketentuan Pasal 15 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948, menyatakan „semua orang berhak mempunyai kewarganegaraan. Tak seorang pun boleh dihapus kewarganegaraannya secara sewenang-wenang, atau dilarang merubah kewarganegaraannya‟. Pasal 15 DUHAM ini telah menganugerahi setiap individu, dimanapun berada, dengan hak untuk mempunyai hubungan hukum dengan suatu negara. Kewarganegaraan tidak saja memberikan identitas hukum kepada seseorang, tetapi juga memberi hak kepada seseorang untuk memperoleh jaminan dan perlindungan hukumnya dari negara; dan hak-hak konstitusionalnya, serta hak-hak lainnya sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan nasional, maupun diatur dalam hukum internasional

Setiap negara berdaulat dalam menentukan siapa yang menjadi warga negaranya, hal ini juga berarti tidak ada negara manapun yang berhak mencampuri masalah kewarganegaraan negara lain, seseorang dapat memperoleh atau kehilangan status kewarganegaraanya dengan dua cara, Pertama, orang itu secara aktif berusaha memperoleh atau untuk melepaskannya, cara ini biasa

37 Yolla, Perlindungan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia Bagi Etnis Rohingya Yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan Menurut Hukum Internasional, jurnal hokum Adigama, 2018, hlm 3

(37)

disebut dengan sistem aktif, kedua, seseorang memperoleh atau kehilangan status kewarganegarannya tanpa berbuat apapun, cara ini disebut dengan sistem pasif.38

Hak dan kewajiban dasar (fundamental) negara dalam hukum internasional telah berlangsung sangat lama bahkan sebagian besar muatan dalam hukum Internasional mengatur tentang hak dan kewajiban negara terhadap warganegara.

Schwarzenberger menyatakan hak dan kewajiban adalah dasar atau fundamental apabila memenuhi 3 (tiga) syarat, meliputi:

1. Hak dan kewajiban tersebut harus benar-benar memiliki arti yang penting dalam hubungan internasional

2. Hak dan Kewajiban tersebut mengalahkan hal-hal (isu) lainnya

3. Hak dan kewajiban tersebut membentuk atau menjadi bagian penting dari sistem yang diketahui atau yang ada sehingga apabila diabaikan maka akan berakibat pada hilangnya karekteristik hukum internasional.39

Konsekuensi dari prinsip bahwa hak asasi manusia tidak terbagi (indivisible), saling berkaitan (interrelated) dan saling bergantung (interdependent), menyiratkan kebebasan untuk memilih kewarganegaraan, termasuk klaim atas dwikewarganegaraan, pasti berkorelasi dengan upaya merealisasikan hak asasi lainnya, misalnya hak atas penghidupan yang layak, hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, atau bahkan hak atas rasa aman.40

B. Konsep Kewarganegaraan Dalam Hukum Internasional

38 Harsanto Nursadi Hukum Internasional diakses dari http://pustaka.ut.ac.id (diakses pada tanggal 22 November 2020, pukul 20.11 Wib

39 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Bandung: Keni Media, 2001, hlm. 1

40 Novianti, Status Kewargan Egaraan Gan Da Bagi Diaspora Indonesia Dalam Perspektif Hukum Internasional, Kojion Vol. 79 No.4 Desember 2014, hlm 318

(38)

Konsep negara bangsa dengan warga negara sebagai salah satu fondasi utamanya merupakan perwujudan sistem kenegaraan yang dianut dunia saat ini.

Tergambarkan dalam perjanjian westphalia atau the westphalia treaty tahun 1648, konsep negara-bangsa (nation state) lahir dan menjadi permulaan bagi terjadinya sistem hubungan internasional secara modern.41

Tiga elemen kewarganegaraan yang dapat diidentifikasikan, antara lain penduduk, politik, dan hak sosial. Pada hakikatnya hak merupakan sesuatu yang melekat pada individu, sedangkan hak asasi manusia merupakan pemahaman warga negara akan haknya. Hak akan memiliki makna pada konteks institusional dan hanya akan dapat dicapai pada kondisi material. Selanjutnya perkembangan kewarganegaraan bukanlah hasil dari perkembangan negara. Perubahan pada kewarganegaraan dapat dicapai melalui konflik antara institusi sosial dan antara kelompok sosial.42

Pasal 1 Konvensi Den Haag Tahun 1930 dinyatakan bahwa penentuan status kewarganegaraan merupakan hak mutlak dari negara yang bersangkutan.

Namun demikian hak mutlak tidak boleh bertentangan dengan Generol Principles.43 Dalam perjanjian itu antara lain ditentukan bahwa seseorang yang mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan dapat dipandang sebagai warganegara dari masing-masing Negara yang bersangkutan.

Pasal 16 Universal Decleration of Human Rights mengatur bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk menikah dan berkeluarga tanpa memandang

41 Takdir Ali Mukti, Paradiplomacy Kerjasama Luar Negeri oleh Pemda di Indonesia, Yogyakarta, The Phinisi Press, 2013, hlm 21

42 Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan Humaniter, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2015, hlm. 8.

43 Novianti, Op.Cit, hlm 313

(39)

kebangsaan, kewarganegaraan maupun agama, yang penting memiliki rasa suka sama suka. Hak untuk menikah adalah hak yang paling mendasar dan bergantung sepenuhnya pada pilihan setiap ndividu. Pengaturan pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap perkawinan tidak di batasi perbedaan kewarganegaraan.44

Negara mempunyai kewenangan mutlak untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang tetapi di sisi lain setiap orang juga berhak atas suatu status kewarganegaraan. Dengan adanya perbenturan hak dan kewenangan itu, maka menurut teori hukum umum akan menimbulkan kewajiban diantara keduanya. Kewajiban yang dimaksud tidak lain adalah bahwa Negara dituntut atau wajib memberikan pengakuan dan perlindungan bagi setiap orang yang berkeinginan atau sudah menjadi warganegara. Sementara itu, bagi setiap orang dituntut dan wajib untuk mengambil ketegasan mengenai status kewarganegaraan melalui melalui tata cara yang telah dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.45

Jika dikaitkan dengan status kewarganegaraan, maka pada setiap fase kehidupan manusia sebagaimana diuraikan di muka sudah harus mendapatkan kepastian hukum. Artinya, status kewarganegaraan sudah dibutuhkan pada setiap tahapan fase kehidupan tersebut. Dengan adanya kepastian hukum akan status kewarganegaraan seseorang, maka akan dapat ditentukan juga hak-hak dan kewajiban yang diperoleh sehubungan dengan status tersebut. Begitu pentingnya

44 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1996, hlm 474

45 Isharyanto, Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia (Dinamika Pengaturan Status Hukum Kewarnegaraan Dalam Perspektif Perundang-Undangan), Surakarta: Absolute Media, 2016, hlm 17

(40)

hak-hak warganegara in, sehingga sering dianggap sebagai hak yang utama disbanding hak politik dan hak sosial.46

C. Status Kewarganegaraan Dalam Perspektif Hukum Internasional

Status kewarganegaraan bagi seseorang dalam hal ini masyarakat yang secara umum disebut sebagai warga negara merupakan suatu hal yang sangatlah penting. Terkait dalam ini status kewarganegaraan ini memegang peranan penting dalam bidang hukum publik, status kewarganegaraan bagi seseorang merupakan suatu identitas bagi orang tersebut guna mendapatkan status sebagai warga negara dalam suatu negara, sehingga dengan adanya status kewarganegaraan yang melekat pada diri seseorang tersebut, maka dia berhak atas pengakuan dari negara serta berhak untuk mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Mengenai dalam hal ini terkait dalam hubungan antara negara dan perseorangan lah memperlihatkan betapa pentingnya status kewarganegaraan seseorang, sehingga status kewarganegaraan menjadi hal yang bersifat mutlak bagi setiap warga negara. Apakah seseorang termasuk warga negara atau warga asing besar konsekuensinya dalam kehidupan publik ini.47

Menurut R.H. Graveson sebagaimana dikutip oleh Isharyanto menyatakan bahwa hukum perdata internasional merupakan bidang hukum yang berkenaan dengan perkara-perkara yang di dalamnya mengandung fakta relevan yang berhubungan dengan suatu sistem hukum lain baik karena aspek teritorialitas atau persoanalitas, sehingga dapat menimbulkan masalah pemberlakukan hukum sendiri atau hukum lain (biasanya hukum asing) untuk memutuskan perkara atau

46 Ibid, hlm 18

47 Sandy Cahyono, Perolehan Kembali Status Kewarganegaraan Yang Hilang, Lentera Hukum, Volume 3 Issue 2 (2016), hlm 148

(41)

menimbulkan masalah pelaksanaan yurisdiksi pengadilan sendiri atau pengadilan asing. Hal ini timbul, sebab sebagaimana dikemukakan oleh Sunaryati Hartono sebagamana dikutip Isharyanto karena hukum perdata internasional merupakan hukum nasional yang ditulis atau diadakan untuk hubungan-hubungan hukum internasional. Singkatnya, hukum perdata internasional merupakan seperangkat kaidah-kaidah hukum nasional yang mengatur peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur transnasional.48

Status kewarganegaraan menjadi salah satu asas untuk menetapkan status benda bergerak, yaitu ditentukan hukum dari tempat pemegang hak atas benda tersebut (bezitter atau eigenaar) berkewarganegaraan (asas nasionalitas). Di samping itu juga status benda bergerak ditentukan menurut hukum dari tempat pemegang hak atas benda tersebut berdomisili (asas domicilie). Kedua asas ini sebenarnya dilandasi oleh asas hukum lain, yaitu asas mobillia sequntuur personaam (status benda bergerak mengikuti orangnya.49

Status kewarganegaraan adalah hal penting bagi setiap individu dan sudah menjadi hak individu tersebut untuk memilih status kewarganegaraannya. Alasan pentingnya kewarganegaraan dalam hukum internasional adalah sebagai berikut

1. Hak atas perlindungan diplomatik di luar negeri merupakan atribut esensial kewarganegaraan. negara bertanggung jawab melindungi warganya yang berada di luar negeri.

2. Negara dimana seseorang merupakan warga negaranya menjadi bertanggung jawab kepada negara yang satu lagi jika ia gagal dalam

48 Isharyanto, Op.Cit, hlm 8-9

49 Ibid, hlm 9

(42)

kewajibannya untuk mencegah tindakan-tindakan salah tertentu yang dilakukan oleh orang ini atau gagal menghukumnya setelah tindakan- tindakan salah ini dilakukan.

3. Pada umumnya, suatu negara tidak menolak untuk menerima kembali warga negaranya sendiri di wilayahnya. Pasal 12 ayat (4) Perjanjian Intemasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik 1966 menetapkan bahwa tak seorang pun boleh secara sewenang-wenang dirampas haknya untuk memasuki negaranya.

4. Kewarganegaraan menuntut kesetiaan dan salah satu bentuk utama kesetiaan itu ialah kewajiban melaksanakan wajib militer bagi Negara terhadap mana kesetiaan ini harus diberikan.

5. Suatu negara mempunyai hak umum (kecuali ada traktat khusus yang mengikat) untuk menolak mengekstradisi warga negaranya kepada suatu negara lain yang meminta supaya diserahkan.

6. Status musuh dalam perang ditentukan oleh kewarganegaraan orang yang bersangkutan.

7. Negara-negara sering melaksanakan yurisdiksi pidana atau yurisdiksi lain berdasarkan kewarganegaraan.50

Konvensi 1954 berdasar pada suatu asas pokok yaitu tidak satupun orang yang tidak berkewarganegaraan boleh diperlakukan lebih buruk daripada orang asing manapun yang berkewarganegaraan. Disamping itu, Konvensi ini juga mengakui bahwa orang-orang tanpa kewarganegaraan lebih rentan dibandingkan

50 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kesembilan, Jakarta, Aksara Persada, 2010, hlm 120

(43)

dengan orang asing lainnya. Karenanya, Konvensi ini menyediakan serangkaian langkah khusus untuk orang-orang tanpa kewarganegaraan.51

D. Pengaturan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Hukum Internasional Banyaknya instrumen hukum internasional yang berkaitan dengan status Kewarganegaraan seseorang maka dapat disebut bahwa masalah status kewarganegaraan ini adalah sesuatu yang sangat penting tidak hanya bagi individu dan negara dimana seseorang itu berada tetapi juga dalam ranah Hukum Internasional. Namun dalam kenyataannya, kelompok minoritas yang menjadi komunitas yang terdiskriminasi dalam negara dimana mereka tinggal. Hal ini dapat terjadi karena masalah penetapan status kewarganegaraan seseorang tidak dapat dicampuri atau dipengaruhi oleh hukum internasional52

Seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diakui status kewarganegaraannya oleh negara tersebut, dalam hukum internasional maka ia tidak dapat masuk dan menetap dalam negara manapun. Orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan dapat berakhir tanpa adanya status kependudukan, bahkan lebih buruknya lagi yaitu penahanan jangka panjang dikarenakan statusnya yang dianggap sebagai illegal imigrant.53

Prinsip yang umum dipakai untuk pengaturan kewarganegaraan sampai saat ini adalah prinsip “ius soli” yaitu prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hukum mengenai tanah kelahiran, dan prinsip “ius sanguinis” yakni prinsip yang mendasarkan diri pada hubungan darah. Kedua istilah ini berasal dari

51 Wahyu Widodo, et.al., Op.Cit, hlm 107

52 Rahmawati Novia Sigit, Perlindungan Terhadap Orang Tanpa Kewarganegaraan (Stateless People) Dalam Hukum Internasional (Studi Kasus Etnis Rohingya Di Myanmar), artikel Fakultas Hukum Universitas Jambi, 2018, hlm 3

53 Yolla, Op.Cit, hlm 4

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan pengaturan mengenai rights of reproduction, mengenai rights of distribution setidaknya dapat kita asumsikan bahwa undang-undang ini juga berlaku

adalah benar-benar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang melakukan penulisan Karya Tulis llmiah (Tugas Akhir) berupa Skripsi/Legal Memorandum/Studi

(7) Khusus untuk pelamar formasi cumlaude, Fotokopi Surat Keterangan/bukti lain yang menunjukan Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta yang terakreditasi A/Unggul dengan Program

Data yang diperlukan untuk membuat tata letak usulan salah satunya adalah mesin-mesin yang ada di lantai produksi yang dapat dilihat pada Tabel 1.1, selain itu data jarak

Jika kita tidak yakin bahwa apa yang kita atau rekan kita lakukan sudah sesuai dengan aturan, atau kita menyadari kita tidak mengikuti standar tertulis dan etika compliance,

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu pengaturan atas eksploitasi sumber daya perikanan di wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) oleh kapal asing menurut

Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang telah penulis terima selama ini, penulis memberanikan diri untuk memberi judul: “TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PENCEMARAN LINTAS BATAS

 Dosen Wali Ibu Iramani yang sudah banyak membantu saya selama proses perkuliahan sehingga berjalan lancar..  Dosen pembimbing Ibu Wiwik sudah senantiasa membantu