• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUUM L) DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUUM L) DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

333

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUUM L)

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Zahara dan Nina Mulyanti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1A Rajabasa Bandar Lampung

E-mail : ara.kementan10@gmail.com ABSTRAK

Cabai merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai juga komoditas hortikultura yang sangat menjanjikan karena harga jual yang kadang-kadang tinggi. Usahatani cabai merah biasanya dilakukan dalam skala kecil. Hal ini terjadi karena usahatani ini sangat tergantung terhadap harga jual yang berfluktuasi setiap waktu, sehingga mempengaruhi hasil produksi usahatani serta pendapatan petani. Kendala lainnya adalah efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi cabai merah. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Agustus 2014. Lokasi penelitian pada 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yaitu : Kecamatan Candipuro, Kalianda dan Penengahan. Responden adalah petani cabai yang berjumlah 47 orang yang diambil dengan menggunakan metode stratified random sampling.

Lokasi dan responden dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut penghasil cabai. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data adalah wawancara menggunakan kuisioner terstruktur. Metode analisis data untuk fungsi produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas. Efisiensi alokatif penggunaan faktor produksi dianalisis menggunakan rasio Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga input (NPM/Px). Faktor-faktor produksi usahatani yang memberikan pengaruh nyata terhadap produksi cabai merah adalah variabel luas lahan, phonska dan pupuk kandang sedangkan variabel urea, SP36, dolomit dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah. Nilai NPMx/Px penggunaan luas lahan, phonska dan pupuk kandang lebih besar dari 1, artinya penggunaan faktor produksi luas lahan, phonska dan pupuk kandang belum efisien terhadap usahatani cabai merah sehingga perlu penambahan agar optimal.

Kata kunci: efisiensi alokatif, faktor produksi, cabai merah

ABSTRACT

Chili is one that is widely cultivated vegetable crops in Indonesia. The chili is also very promising horticultural commodities since the price is sometimes higher.

Red chili farming is usually done on a small scale. This happens because farming is highly dependent on the selling prices fluctuate all the time, thus affecting the results of farm production and farmers' income. Another constraint is the efficient use of production factors is not optimal. The aim of this study determines the factors that influence the production of red peppers and efficient use of production factors of red chili. This study was conducted from June to August

(2)

334

2014. Location research on three (3) districts in South Lampung : Candipuro, Kalianda and Penengahan. Respondents were farmers chili totaling 47 people were taken using stratified random sampling method. Location and respondents were purposively selected with the consideration that the area producing chili.

The data collected are primary and secondary data. Methods of data collection are interviews using a structured questionnaire. Data analysis methods for their production using Cobb Douglas production function model. Allocative efficiency of the use of production factors were analyzed using the ratio of the Marginal Product Value (NPM) with input prices (NPM / Px). Factors that influence farm production significantly to the production of red chili are variables land area, Phonska and manure while variable urea, SP36, dolomite and labor did not significantly affect the production of red chili. Value NPMx / Px, the use of land, phonska and organic fertilizer greater than 1, meaning that the use of production factors land area, Phonska and organic fertilizer yet efficient on farms of red chili that need the addition to the optimum.

Key words: allocative efficiency, factor production, red chilli

PENDAHULUAN

Cabai merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan merupakan komoditas hortikultura yang sangat menjanjikan karena harga jual yang kadang-kadang bisa melambung tinggi.

Tanaman ini sangat popular dan dibutuhkan masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat yang menyukai rasa pedas. Cabai segar mengandung kadar air yang tinggi 90,9% dan vitamin C 18 mg (Mahmud dan Zulfianto, 2009). Cabai merah selain sebagai bumbu masak juga memiliki manfaat bagi kesehatan manusia.

Menurut Dokter Khursheed Jeejeebhoy Ahli penyakit dalam dari University of Toronto, mengkonsumsi makanan pedas secara tidak berlebihan sangat baik bagi kesehatan dan mengurangi risiko kanker (www.theglobal-review.com).

Cabai merah bukan saja untuk konsumsi rumah tangga, namun juga untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, restoran atau warung makan, catering dan warung-warung kecil.

Menurut Saptana et al. (2010), beberapa alasan penting pengembangan komoditas cabai merah besar, antara lain adalah (1) tergolong sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, (2) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional, (3) menduduki posisi penting dalam hampir seluruh menu masakan di Indonesia, (4) memiliki prospek ekspor yang baik, (5) mempunyai daya adaptasi yang luas, dan (6) bersifat intensif dalam menyerap tenaga kerja.

Banyak kendala yang dihadapi dalam usahatani cabai. Menurut Ashari (1995), kendala usahatani hortikultura di beberapa negara berkembang, adalah

(3)

335

rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani, dan posisi tawar pada pihak petani.

Lampung sebagai salah satu penyuplai cabai memberikan kontribusi terhadap produksi cabai nasional. Produksi cabai di Lampung tahun 2013 mencapai 35,23 ton. Dibandingkan tahun 2012 terjadi penurunan produksi 7,21 ribu ton atau setara dengan 16,98%, hal ini disebabkan penurunan produktivitas sebesar 1,11 ton per hektar atau 14,8% dan penurunan luas panen sebesar 140 hektar atau 2,48% (Radar Lampung, 2014). Usahatani cabai merah biasanya dilakukan dalam skala kecil. Hal ini terjadi karena usahatani ini sangat tergantung terhadap harga jual yang berfluktuasi setiap waktu, sehingga mempengaruhi hasil produksi usahatani serta pendapatan petani. Oleh karena itu untuk pengelolaan cabai merah dari penyemaian bibit hingga pasca panen memerlukan pengelolaan khusus oleh petani mulai dari perencanaan tanam hingga pemasarannya ke konsumen agar diperoleh produksi bermutu tinggi dan dengan harga dan keuntungan yang layak (Agromedia, 2008).

Kendala lainnya adalah efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang belum optimal. Efisiensi alokatif merupakan salah satu parameter keberhasilan usahatani cabai merah. Kumbhakar dan Lovel (2000) dalam Sukiyono (2005) mengatakan bahwa ada tiga cara memaksimumkan keuntungan dari suatu usahatani. Cara pertama yaitu memaksimumkan keluaran (produksi) pada penggunaan masukan tertentu atau sering disebut efisiensi teknik. Kedua, keuntungan memaksimumkan dapat diperoleh melalui kombinasi masukan yang sesuai pada tingkat harga masukan tertentu (efisiensi alokatif masukan). Cara ketiga adalah dengan menghasilkan kombinasi produksi yang tepat pada tingkat harga produksi tertentu (efisiensi alokatif produksi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi cabai merah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Agustus 2014. Lokasi penelitian pada 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yaitu:

Kecamatan Candipuro, Kalianda dan Penengahan. Responden adalah petani cabai yang berjumlah 47 orang yang diambil dengan menggunakan metode stratified random sampling. Lokasi dan responden dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut penghasil cabai.

(4)

336

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner.

Sedangkan data primer diperoleh dari literatur. Data Primer terdiri dari karakteristik petani responden, input dan output produksi budidaya cabai merah.

Metode pengumpulan data adalah wawancara menggunakan kuisioner. Metode analisis data untuk fungsi produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut :

Y = a X1b1

X2b2

X3b3

X4b4

e Dimana :

Y = Produksi padi

a = Konstanta

X1 = Luas lahan (ha) X2 = Pupuk (kg/ha) X3 = Benih (kg/ha)

X4 = Tenaga Kerja (HOK)

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi parsialX1, X2, X3, X4

e = Standar Errors

Untuk mempermudah pendugaan hasil fungsi, fungsi Cobb-Douglas diturunkan menjadi bentuk linier sebagai berikut :

LnY = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + e

Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi cabai merah yaitu luas lahan (X1), benih (X2), Urea (X3), SP36 (X4), Phonska (X5), pupuk kandang (X6), dolomite (X7) dan tenaga kerja (X8). Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai merah dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Efisiensi alokatif penggunaan faktor produksi dianalisis menggunakan rasio Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga input (NPM/Px). Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal (NPMx) sama dengan biaya input tersebut (Px). Secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut :

atau

Dimana : b = elastisitas Y = produksi

(5)

337 Py = Harga produksi Y

X = Jumlah faktor produksi X Px = Harga faktor produksi X

Jika

maka penggunaan input produksi belum efisien, untuk mencapai efisien input x harus ditambah. Jika , maka penggunaan input produksi tidak efisien, untuk mencapai efisien input x harus dikurangi. Jika maka penggunaan input produksi sudah efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani

Tabel 1. Karakteristik Petani di Kabupaten Lampung Selatan

Uraian Umur (tahun) Pendidikan (tahun) Luas Lahan (ha)

Mean 42 10 0.5

Median 43 9 0.5

Standar Deviasi 8 13 0.3

Minimum 25 6 0.125

Maksimum 64 20 1.5

Sumber: Data primer diolah.

Umur petani yang dijadikan responden rata-rata berumur 42 tahun, umur ini tergolong produktif sesuai penggolongan umur menurut BPS yaitu 15-64 tahun yang merupakan usia produktif (www.datastatistik-indonesia.com). Hal ini menunjukkan bahwa yang berminat untuk bertani bukan saja dari golongan orang tua namun juga dari golongan oarng muda. Pendidikan petani rata-rata mencapai 10 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Pendidikan tertinggi mencapai 20 tahun yang setara dengan Sarjana dan terendah 6 tahun setara dengan Sekolah Dasar (SD). Ini menunjukkan petani saat ini didominasi oleh orang yang berpendidikan. Luas lahan yang dimiliki rata- rata 0.5 ha, luas lahan tersempit mencapai 0,125 dan terluas 1,5 ha.

Analisis Fungsi Produksi Usahatani Cabai

Fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi yang dianalisis yaitu luas lahan (X1), benih (X2), Urea (X3), SP36 (X4), Phonska (X5), pupuk kandang (X6), dolomit (X7) dan tenaga kerja (X8). Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier

(6)

338

berganda dengan bantuan program SPSS 16. Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji regresi linier berganda Variabel Penelitian Koefisien

Regresi

t hitung Prob R R2

Luas Lahan (X1) 1,339 6,797 0,000** 0,797 0,635 Benih (X2) -10,409 -1,261 0,216 0,425 0,181

Urea (X3) 5,763 0,981 0,333 0,119 0,014

SP36 (X4) -1,423 -0,337 0,737 0,298 0,088

Phonska (X5) -5,593 -2,146 0,039* 0,144 0,021 Pupuk Kandang (X6) -0,599 -2,977 0,005** -0,007 0,000

Dolomit (X7) 0,940 1,172 0,249 0,479 0,229

Tenaga Kerja (X8) -0,338 -0,186 0,855 0,492 0,242

Fhitung 14,351

Prob. Sig 0,000**

R2 Square 0,751

Adjust R Square 0,699

Constanta -643,256

Keterangan: ** = Nyata pada derajat kepercayaan 99% ( α = 0,01); * = Nyata pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Berdasarkan hasil uji regresi dapat dibuat persamaan fungsi produksi sebagai berikut :

Y= -643,256 +1,339X1 – 10,409X2 + 5,763X3 – 1.423X4 – 5.593X5 – 0,599X6 + 0,940 X7 – 0,338X8

Nilai koefisien regresi determinasi (R2) sebesar 0,751 yang berarti bahwa faktor produksi luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pupuk kandang, dolomit dan tenaga kerja dapat memberikan pengaruh sebesar 75,1% terhadap produksi cabai merah, sedangkan sisanya 24,9% dipengaruhi faktor lain diluar model.

Secara bersama-sama (Uji F) faktor produksi luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pupuk kandang, dolomit dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi cabai merah di Kabupaten Lampung Selatan pada taraf kepercayaan 99%, hal ini dapat dilihat dari nila F hitung yang memiliki probabilitas signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,01. Secara parsial (Uji t) faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah adalah luas lahan, phonska dan pupuk kandang. Hal ini ditunjukkan dari masing-masing nilai probabilitas signifikansi untuk luas lahan 0,000 dan pupuk kandang 0,005 lebih kecil dari dari α = 0,01 serta phonska 0,039 lebih kecil dari α = 0,05.

(7)

339

Faktor yang berpengaruh sangat dominan adalah luas lahan (X1), hal ini dapat dilihat dari tanda koefisien regresi yang positif dan signifikan sebesar 1,339 pada tingkat kepercayaan 99%. Artinya setiap kenaikan luas lahan 1% akan meningkatkan produksi cabai merah sebesar 1,339%. Nilai koofisien korelasi luas lahan sebesar 0,797 yang berarti bahwa hubungan luas lahan dan produksi cabai merah kuat dan positif, sedangkan nilai R2 0,635 menunjukkan bahwa luas lahan dapat mempengaruhi naik turunnya produksi cabai merah sebesar 63,5%

dan sisanya 36,5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Lahan merupakan input produksi penting dalam usahatani. Adiwilaga(1982) dalam Muzdalifah (2011) menyatakan bahwa sukses usahatani tergantung dari bentangan tanah usahanya sehingga luas lahan tanah garapan menjadi sangat penting untuk meningkatkan suatu produksi usahatani.

Faktor produksi lain yang berpengaruh nyata dan bertanda negatif pada selang kepercayaan 95% dan 99% adalah phonska (X5) dan pupuk kandang (X6).

Nilai koefisien masing-masing yaitu (-5,593) dan (-0,599), ini berarti penambahan phonska (X5) dan pupuk kandang (X6) sebesar 1% akan menurunkan produksi cabai masing-masing sebesar (-5,593 dan -0,599). Variabel lain yang memiliki pengaruh positif tetapi tidak nyata adalah urea (X3) dan dolomit (X7). Nilai koefisien masing-masing yaitu 5,768 dan 0,94 artinya penambahan urea dan dolomit 1% dapat meningkatkan produksi cabai merah sebesar 5,768% dan 0,94%.

Efisiensi Alokatif Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai

Efisiensi alokatif usahatani cabai merah dapat diketahui dengan menghitung rasio nilai produk marjinal dengan harga-harga input produksi usahatani per satuannya (NPMx/Px). Efisiensi alokatif hanya menghitung faktor- faktor produksi yang nyata berpengaruh terhadap produksi cabai merah. Faktor- faktor produksi yang berpengaruh yaitu luas lahan, phonska dan pupuk kandang.

Analisis efisiensi faktor-faktor produksi usahatani cabai merah dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

340

Tabel 3. Analisis Efisiensi Faktor-faktor Produksi Usahatani Cabai Merah Variabel

Penelitian

bix Y PY x Px PMx NPMx NPMx

/Px Luas

Lahan

1,339 4227, 87

14.0 74

0.5 3.150.0 00

11.322, 23

159.349.06 5,02

50,59 Pupuk

Phonska

5,607 4227, 87

14.0 74

150,5 5

4.100

157,460 2.216.092,0 4

540,5 1 Pupuk

Kandang

0,599 4227, 87

14.0 74

1.893, 62

287 1,33

18,718,42

65,22 Sumber : Data primer diolah, 2014.

Hasil analisis efisiensi alokatif diperoleh nilai NPMx/Px penggunaan luas lahan 529.117,30 dimana angka tersebut lebih besar dari 1, artinya penggunaan input luas lahan belum efisien. Rata-rata penggunaan lahan untuk budidaya cabai merah di lokasi penelitian seluas 0.5 ha. Penggunaan lahan seluas 0.5 ha belum efisien sehingga perlu penambahan luas lahan agar tercapai produksi yang tinggi.

Nilai NPMx/Px penggunaan phonska sebesar 540,51 yang artinya penggunaan phonska belum efisien karena nilainya lebih besar dari 1. Untuk mencapai efisien penggunaan phonska harus ditambah. Rata-rata penggunaan pupuk phonska di lokasi penelitian mencapai 150,55 kg/ha. Penggunaan pupuk phonska berbeda-beda dosisnya sesuai jenis lahan. Dosis pupuk phonska untuk jenis lahan kering pupuk phonska diberikan 2 kali yaitu pupuk dasar 700-1000 kg/ha dan pupuk susulan 300-500 kg/ha sedangkan untuk lahan sawah dosis pupuk phonska 1000kg/ha sebagai pupuk susulan pengganti KCL (BB Pengkajian, 2008). Jenis lahan yang dijadikan lokasi penelitian adalah lahan kering dan sawah. Kecamatan Kalianda dan Penengahan jenis lahannya yaitu lahan sawah sedangkan Candipuro lahan kering. Petani di Kecamatan Kalianda dan Penengahan rata-rata menggunakan pupuk phonska dengan dosis 193,46 dan 166,76 kg/ha, dosis ini belum memenuhi standar dosis pemupukan untuk lahan sawah. Sedangkan petani di Kecamatan Candipuro rata-rata penggunaan phonska 101,52 kg/ha, dosis ini juga belum memenuhi standar dosis penupukan untuk lahan kering.

Nilai NPMx/Px penggunaan pupuk kandang sebesar 65,22 dimana nilainya lebih besar dari 1, artinya penggunaan pupuk kandang belum efisien.

Penggunaan pupuk kandang belum optimal sehingga harus ditambah.

Penggunaan pupuk kandang dilokasi penelitian rata-rata 1.893,62 kg/ha.

Penggunaan pupuk kandang ini belum memenuhi kebutuhan sesuai teknologi anjuran badan litbang yaitu sebanyak 15-20 ton/ha untuk lahan kering dan 20-30

(9)

341

ton/ha untuk lahan sawah (BB Pengkajian, 2008). Pupuk kandang digunakan oleh petani berasal dari kotoran ayam, hal ini sesuai dengan teknologi anjuran Badan Litbang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Faktor-faktor produksi usahatani yang memberikan pengaruh nyata terhadap produksi cabai merah adalah variabel luas lahan, phonska dan pupuk kandang sedangkan variabel urea, SP36, dolomit dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah; (2) Nilai NPMx/Px penggunaan luas lahan, phonska dan pupuk kandang lebih besar dari 1, artinya penggunaan faktor produksi luas lahan, phonska dan pupuk kandang belum efisien terhadap usahatani cabai merah sehingga perlu penambahan agar optimal.

SARAN

Usahatani cabai merah masih dilakukan dalam skala kecil dan petani kurang serius menjalani usahatani cabai merah karena harga jual yang selalu berfluktuasi. Selain itu usahatani cabai merah cukup beresiko sehingga perlu pemeliharaan yang intensif. Hal ini menyebabkan penggunaan input produksi tidak optimal. Input produksi yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah yaitu luas lahan, phonska dan pupuk kandang. Karena itu input produksi tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus. Input produksi tersebut juga belum mencapai efisiensi alokatif sehingga perlu adanya penambahan luas lahan usahatani, dosis phonska dan pupuk kandang agar efisiensi optimal dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Data Statistik Indonesia. Karakteristik Penduduk. Diakses dari www.datastatistik- indonesia.com/.../index.php?... Pada tanggal 25 Agustus 2014.

Dibalik Pedasnya, Cabe Memiliki Manfaat bagi Kesehatan. Diakses dari www.theglobal-review.com pada tanggal 11 Maret 2014.

Mahmud, M.K. dan N.A. Zulfianto, 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Elex Media Komputindo. Jakarta.

(10)

342

Muzdalifah. 2011. Analisis Produksi dan Efisiensi Usahatani Padi di Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan. Volume 01 Nomor 04.

Radar Lampung. 2014. Produksi Cabai Turun Drastis. Selasa, 5 Agustus 2014.

Kolom 2—6. Halaman 28.

Redaksi Agromedia, 2008. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Saptana, A. Daryanto, H.K. Daryanto dan Kuntjoro. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Produksi Usahatani Cabai Merah Besar Dan Perilaku Petani Dalam Menghadapi Risiko. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 28 No.2, Oktober 2010 : 153 – 188.

Sukiyono,K. 2005. Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 23 No 2, Oktober 2005 : 176—190.

Wardani, N dan Jamhari, H.P. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya hasil wawancara dengan Staf Bidang Perindustrian Kabupaten Bireuen, dala m pengembangan industri kelapa secara terpadu Staf Bidang Perindustrian

tersebut, maka tujuan dilakukannya penelitian tentang stabilitas sistem tenaga listrik ini adalah untuk mengetahui respon generator pembangkit bila terjadi gangguan

Pemakaian kemasan yang baru yang tampak lebih menarik dan mudah diingat oleh pembeli untuk menyarankan teman lain untuk membeli juga lebih mudah, dengan

Dari hasil penelitian tentang Analisis Sikap Konsumen terhadap Atribut Produk Minuman Isotonik Merek Mizone di Kota Pekanbaru maka dapat diambil kesimpulan sebagai

Metode ini digunakan penulis sebagai acuan yang akurat bagi penelitian dengan mengumpulkan informasi dan data terkait iklan Ramadhan Ramayana 2018 melalui pihak

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara konformitas dengan aspek risk-taking behavior yaitu exploratory risk behavior pada remaja awal (r = 0.224, p = 0.031 < 0.05),

Berdasarkan analisis data tentang bentuk, fungsi dan, makna numeralia BMDKH, dapat disimpulkan bahwa bentuk numeralia bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu khususnya

Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran Kepuasan