• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah. Oleh: MELI DIANA FITRI NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah. Oleh: MELI DIANA FITRI NIM:"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

NPF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN)

SYARIAH Tbk PERIODE 2015- 2019

Skripsi

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah

Oleh:

MELI DIANA FITRI NIM: 1730401086

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR 1442 H/ 2021 M

(2)

iii

(3)
(4)

iii

(5)

i

Meli Diana Fitri, NIM 1730401086. Judul Skripsi “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO, Terhadap ROA Dengan NPF Sebagai Variabel Intervening Pada Pt Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk Periode 2015-2019”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, 2020.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR, FDR, BOPO terhadap ROA dengan NPF sebagai variabel Intervening. Jenis penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi berupa laporan keuangan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah triwulan tahun 2015-2019.

Teknik analisis data yaitu dengan uji Analisys Path.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel CAR dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, dengan nilai signifikan CAR 0,002 dan nilai signifikan BOPO 0,000. Variabel FDR dan NPF berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, dengan nilai signifikan FDR 0,502 dan nilai signifikan BOPO 0,132. Variabel CAR dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA yang dimediasi oleh NPF, dengan nilai signifikan CAR 0,002 dan nilai signifikan BOPO 0,000 variabel FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA yang dimadiasi oleh NPF dengan nilai signifikan 0,223.

Kata Kunci :Capital Adequaty Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Perfoming Financing (NPF) dan Return on Asset (ROA)

(6)

ii Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH CAR, FDR, BOPO TERHADAP ROA DENGAN NPF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH TBK PERIODE 2015-2019”.Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah IAIN Batusangkar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, saran dan doa serta bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih terutama kepada Orang Tua Tercinta amak Yusnenti dan apak Jamilis yang selalu bersemangat bekerja keras, mendoakan serta menjadi motivasi bagi penulis untuk terus mencapai impian, selalu bersabar mendidik dan membesarkan penulis.

Semoga Allah hadiahkan surga-Nya atas segalanya yang tak mampu penulis balas. Untuk Uniku tercinta Dina Arianti S.Pd, Udaku tersayang Nofriadi dan adikku tersayang Ardian Putra yang selalu memberikan semangat dan mendengarkan keluh kesah meli untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita bisa membahagiakan kedua orang tua kita dengan cara kita masing-masing, tiada kata yang mengukirkan betapa meli menyayangi kalian.

Selain itu, pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

2. Bapak Dr. H. Rizal, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

(7)

iii

3. Bapak Widi Nopiardo, MA, Selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah yang telah memberikan motivasi dan tambahan ilmu untuk skripsi ini.

4. Ibu Deswita, M.Ag selaku pembimbing akademi yang telah banyak membantu dan memberi arahan untuk kelancaran perkuliahan penulis dari awal semester hingga sekarang. Terimakasih ibu.

5. Ibu Mirawati, MA.Ek, selaku pembimbing penulis yang penuh kesabaran dan bijaksana meluangkan waktu dan tenaganya memberikan pengarahan dan pembelajaran kepada penulis hingga penulis mampu untuk memahaminya dalam kelangsungan karya ilmiah ini.

6. Bapak Husni Shabri, M.Si dan Ibu Elmiliyani S, M.E.Sy selaku penguji dalam sidang munaqasah yang telah memberi arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Tercinta Mega Nofita Sari dan Maizis Tricia terima kasih atas doa, dukungan, bantuan, semangat, dan kebersamaannya selama ini, rekan seperjuangan Persya B yang sudah memberi masukan dan menerima keluh kesah dalam pembuatan skripsi ini.

Terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan seluruhnya yang dengan sukarela memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mohon maaf jika dalam skripsi ini terdapat kekhilafan dan kekeliruan, baik secara teknis maupun mengenai pembahasannya. Kritik dan saran sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Batusangkar, 01 Februari 2021 Penulis,

Meli Diana Fitri NIM. 1730401086

(8)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... .i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ... .v

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...6

C. Batasan Masalah...6

D. Rumusan Masalah...7

E. Tujuan Penelitian...8

F. Manfaat Penelitian...8

G. Defenisi Operasional...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA...12

A. Landasan Teori...12

1. Rasio Keuangan Bank Syariah...12

a. Rasio Profitabilitas...12

b. Rasio Solvabilitas...14

c. Rasio likuiditas...15

d. Rasio Aktiva Produktif...16

2. Hubungan antara variabel CAR, NPF, FDR, BOPO Terhadap ROA a. Hubungan CAR terhadap ROA...17

b. Hubungan NPF terhadap ROA...18

c. Hubungan FDR terhadap ROA...19

d. Hubungan BOPO terhadap ROA...20

(9)

v

B. Kajian Penelitian Relevan...21

C. Kerangka Berfikir...24

D. Hipotesis...24

BAB III METODE PENELITIAN...27

A. Jenis Penelitian...27

B. Waktu Dan Tempat Penelitian...27

C. Populasi Dan Sampel...28

D. Teknik Pengumpulan Data...29

E. Teknik Analisa Data...29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...30

A. Gambaran Umum Perusahaan...36

1. Sejarah Berdiri BTPN Syariah...36

2. Visi dan Misi BTPN Syariah...37

3. Struktur organisasi BTPN Syariah...38

4. Produk-Produk BTPN Syariah...38

B. Hasil Analisa Data...41

1. Uji Asumsi Klasik...41

2. Uji Regresi Linier Berganda...47

3. Uji Hipotesis...49

4. Analisis Jalur...56

C. Pembahasan...59

BAB V PENUTUP...60

A. Kesimpulan...60

B. Saran...61

DAFTAR KEPUSTAKAAN...70

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Rasio Keuangan Tahunan BTPN Syariah Tbk...4

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penulisan Skripsi...27

Tabel 4.1 Pertumbuhan Rasio Keuangan Triwulan BTPN Syariah Tbk...41

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolgomorov Smirnov...43

Tabel 4.3 Hasil Uji Runs Test...44

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikonearitas...45

Tabel 4.5 Hail Uji Regresi Linier Berganda...48

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi...50

Tabel 4.7 Hasil Uji t Variabel ROA...51

Tabel 4.8 Hasil Uji t Variabel NPF...53

Tabel 4.9 Hasil Uji F...55

Tabel 4.10 Hasil Persamaan Pertama...56

Tabel 4.11 Hasil Analisis Persamaan Pertama...57

Tabel 4.12 Hasil Persamaan Kedua...58

Tabel 4.13Hasil Analisis Persamaan Kedua...58

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ...24

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT BTPN Syariah Tbk...38

Gambar 4.2 Hasil Uji Normal P-Plot...42

Gambar 4.3 Hasil Uji Scatterplot...47

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan salah lembaga yang penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank di suatu negara dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dalam dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Ismail, 2018:2).

Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Di negara Indonesia eksistensi perbankan syariah secara yuridis sebenarnya telah dimulai dengan dikeluarkannya paket kebijakan Oktober (Pakto 88).

Sedangkan secara kelembagaan dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 sebagai satu-satunya bank saat itu secara murni menerapkan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pada saat krisis berlangsung secara faktual BMI merupakan salah satu bank yang sehat, karena mempunyai CAR (Capital Adequacy Ratio) dengan kategori A (4 % ke atas) sehingga ia hanya diwajibkan menyusun rencana bisnis.

Selama krisis ekonomi terjadi, bank syariah ternyata masih dapat menunjukan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah ( non performing finance /NPF) pada bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Kondisi ini tentu saja dapat dipahami mengingat tingkat

(13)

pengembalian bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pad akahirnya dapat menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada masyarakat (Anshori, 2018:5).

Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha, seperti sektor industri, perdagangan, pertanian perkebunan, dan perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. Semua sektor usaha maupun individu saat ini dan masa akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu, maupun masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu negara, karena bank sebagai suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu negara. Bank mempunyai peran dalam menhimpun dana masyarakat, karena merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai kalangan dalam menempatkan dananya secara aman. Masyarakat percaya bahwa dana yang ditempatkan di bank keamanannya lebih terjamin dibanding dengan lembaga lain (Ismail, 2018:4).

Penilaian kualitas pendapatan atau laba yang diperoleh bank, harus memperhatikan pertama, tingkat laba, seterusnya komposisi operasional yang menhasilkan laba tersebut, kecendrungan dan tren dibandingkan periode lalu, serta stabilitas dan kesinambungan dari perolehan laba. Bagi manajemen bank, kualitas laba menjadi tolak ukur utama dalam menilai kinerja manajemen dalam menendalikan bank. Ketika bank berhasil memperoleh tingkat laba yang baik, bank dapat mempunyai kekuatan yang besar untuk mendukung pengembangan operasional, menunjang pertumbuhan aset dan memperbesar kemampuan permodalan. Dengan demikian, para deposan bank sebagai sumber dana bank mempunyai rasa aman yang lebih tinggi berhubungan bisnis dengan bank, dan pemegang saham memperoleh imbal hasil sesuai dengan harapan melalui dividen, atau capital gain (IBI, 2016: 175). Profitabilitas merupakan kemampuan

(14)

suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Ukuran profitabilitas dapat dibagi menjadi berbagai indikator, seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aset, dan tingkat pengembalian ekuitas pemiliki.

Ukuran profitabilitas yang biasanya digunakan adalah ROA/

Return On Asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Pada dasarnya Return On Asset merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.

Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan yang dinikmati oleh pemegang saham (Hery, 2017:7).

Pembiayaan merupakan aktivitas yang menjadi sumber pendapatan utama bank syariah, sebab dengan semakin besarnya pembiayaan yang diberikan akan semakin memperbesar keuntungan yang diperoleh.

Masruki (2010) menemukan bahwa resiko bank syariah jauh lebih tinggi dari bank konvensional, sebab bank islam juga memberikan pembiayaan dengan konsep bagi hasil yang keuntungannya tergantung dari tingkat keuntungan dari hasil usaha nasabah yang dibiayai. Oleh karena itu pimpinan bank islam dituntut agar bisa mengelola bank islam secara profesional, sehingga bisa mengendalikan risiko yang yang hadapi (Basuki, 2014:172).

Tingkat terjadinya pembiayaan bermasalah digambarkan dengan rasio NPF. NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pinjaman bank yang menyebabkan jumlah pinjaman bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. Dapat dirumuskan bahwa NPF berpengarug negatif signifikan terhadap ROA. (Wahyuni, 2017: 41).

(15)

BTPN syariah merupakan anak perusahaan BTPN dengan kepemilikan saham 70 % dan merupakan bank syariah ke 12 di Indonesia.

BPTN syariah dibentuk dari konversi PT Bank Sahabat Purba Danarta uang berpusat di Semarang, menjadi bank syariah kemudian spin-off Unit Usaha Syariah BPTN ke bank syariah yang baru ini. Bank sahabat didirikan pada tahun 1991 dengan lisensi bank non devisa. Bank BPTN kemudian mengakuisisi 70 % saham di bank sahabat pada 30 Januari 2014 dan mengonversinya menjadi bank syariah berdasarkan keputusan Otoritas Jasa Keuangan tetanggal 22 Mei 2014. Berikut ini rata-rata nilai rasio ROA, CAR, NPF, FDR, BOPO pada PT BPTN Syariah tahun 2015-2019.

Tabel 1.1

Komposisi Rata-rata Nilai Rasio ROA, CAR, NPF, FDR, BOPO pada PT BTPN Syariah 2015-2019

No Rasio Keuangan

2015 2016 2017 2018 2019

1. ROA 5.24 % 9.0 % 11.2 % 12.4 % 13.6 % 2. CAR 19.26 % 23.8 % 28.9 % 40.9 % 44.6 % 3. NPF 1.25 % 0.2 % 0.1 % 0.02 % 0.26 % 4. FDR 95.54 % 92.8 % 92.5 % 95.6 % 95.3 % 5. BOPO 85.82 % 75.1 % 68.6 % 62.4 % 58.1 %

Sumber: laporan keuangan PT. BPTN Syariah 2015-2019

Pada tabel 1.1 diatas, terlihat rasio CAR dengan jumlah 19.26 % ditahun 2015 meningkat hingga 44.6 % ditahun 2019. Hal ini menunjukan bahwa rasio CAR tersebut terlalu tinggi. Karena dalam ketetapan BI minimal modal yang dimiliki suatu bank adalah 8 %. CAR yang terlalu tinggi juga tidak baik bagi suatu bank, karena apabila modal suatu bank tidak digunakan dengan optimal, maka CAR yang tinggi tetap tidak akan menghasilkan pendapatan atau laba bagi bank tersebut. Dapat kita lihat bahwa rasio CAR yang tinggi pada tabel diatas, tidak memberikan laba yang maksimal terhadap bank BTPN.

Rasio NPF tidak melebihi angka 5 %, seperti terlihat pada tabel 1.1 tetapi nilainya relatif berfluktuatif. Hal ini menunjukan bahwa NPF rentan sekali mengalami perubahan. Pada tahun 2018-2019 NPF mengalami peningkatan yaitu dari angka 0.02-0.26 %, namun dengan meningkatnya

(16)

NPF tersebut tidak diikuti dengan penurunan laba yang diperoleh dari bank. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi yang tepat dalam mengendalikan rasio NPF agar kinerja bank yang bersangkutan jauh lebih baik sehingga investor tertarik untuk berinvestasi.

Persentase variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) pada tabel diatas ditahun 2015 yaitu 95.54 % hingga tahun 2019 dengan jumlah 95.3

%, dalam ketetapan BI standar minimal FDR adalah 80-100 %, namun rasio FDR harus dijaga karena tidak boleh terlalu tinggi dan juga terlalu rendah. Jadi ideal rasio FDR itu adalah 95-98 %. Untuk rasio FDR pada tabel diatas dari tahun 2015-2019 berada pada standar ideal bagi suatu bank.

Rasio BOPO dapat diketahui tingkat kinerja manajemen suatu bank, jika angka rasio menunjukan angka diatas 90 % dan mendekati 100

% ini berarti kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75 % berarti kinerja bank yang bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi ( Nasution, 2014:60).

Setelah mengetahui penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel rasio keuangan terhadap profitabilitas. Penelitian ini ditambah dengan variabel Non Perfoming Financing (NPF) sebagai variabel intervening.

Variabel intervening dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengisi perbedaan hasil atau menjembatani inkonsisten hasil penelitian. Dapat disimpulkan, dalam tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah CAR, FDR, BOPO berpengaruh terhadap ROA dengan Non Perfoming Financing (NPF) Sebagai variabel intervening.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “ Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO terhadap ROA dengan NPF Sebagai Variabel Intervening pada PT BTPN Syariah Tbk Tahun 2015-2019”.

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah yang muncul, diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kontribusi modal bank yang tinggi terhadap laba yang di peroleh bank.

2. NPF mengalami peningkatan dari tahun 2018-2019 tidak sebanding dengan ROA yang juga mengalami peningkatan tahun 2018-2019.

Seharusnya jika NPF meningkat maka ROA akan turun.

3. Persentase FDR yang berada pada standar ideal.

4. Pengaruh BOPO terhadap ROA PT BTPN syariah Tbk.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas,maka batasan masalah dalam pembahasan ini adalah pengaruh CAR, FDR, BOPO terhadap Return On Asset (ROA) dengan NPF sebagai variabel intervening pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) syariah Tbk tahun 2015-2019.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Seberapa besar Pengaruh Capital Adequaty Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

2. Seberapa besar Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

3. Seberapa besar Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

4. Seberapa besar Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

5. Seberapa besar pengaruh Capital Adequaty Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) yang dimediasi oleh Non Performing Financing (NPF) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

(18)

6. Seberapa besar pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Asset (ROA) yang dimediasi oleh Non Performing Financing (NPF) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

7. Seberapa besar Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) yang dimediasi oleh non performing financing (NPF) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Pengaruh Capital Adequaty Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

2. Mengetahui Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

3. Mengetahui Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

4. Mengetahui Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

5. Mengetahui Pengaruh Capital Adequaty Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) yang dimediasi oleh Non Performing Financing (NPF) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

6. Mengetahui Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Asset (ROA) yang dimediasi oleh Non Performing Financing (NPF) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

7. Mengetahui Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) yang dimediasi oleh non performing financing (NPF) pada BTPN Syariah Tbk periode 2015-2019.

(19)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dengan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis: diharapkan hasil penelitian dapat menjadi kontribusi bagi suatu bank untuk menghasilkan laba atau profit.

b. Secara Praktis: sebagai masukan bagi suatu bank untuk memperbaiki sistem pembiayaan agar mendapatkan profit yang tinggi dengan meningkatnya jumlah pembiayaan.

c. Manfaat bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah penelitian kuantitatif jurusan perbankan syariah, IAIN Batusangkar.

2. Manfaat luaran penelitian

Adapun harapan penulis dari penelitian yang dilakukan, penulis mempunyai target yang ingin dicapai yaitu diterbitkan pada jurnal ilmiah, diproyeksikan untuk memperkaya ilmu dan sebagainya.

G. Defenisi Operasional

Return On Asset adalah rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. ( Hery, 2015:556). Rasio ROA menunjukan laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.

Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung (risiko kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank ( Hariyani, 2010:2). Rasio CAR yang tinggi jika tidak dimanfaatkan dengan maksimal maka tidak akan memberikan kontribusi terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

Net Performing Financial adalah pembiayaan non lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet (Wangsawidjaja, 2012:117). NPF merupakan rasio keuangan yang menunjukan pembiayaan bermasalah

(20)

suatu bank. Npf yang tinggi akan sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh, maka untuk menyalurkan pembiayaan bank harus melihat karakter nasabah terlebih dahulu.

Financial to Deposit Ratio adalah rasio pembiayaan bank syariah dengan dana pihak ketiga rasio penyaluran dan penghimpunan dana (Wangsawidjaja, 2012:117). FDR juga merupakan rasio yang menunjukan kemampuan bank dalam menyalurkan dana dari dana masyarakat yang dihimpun sebelumnya.

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Hariyani, 2010:2). Rasio Bopo yang tinggi akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh bank.

(21)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Rasio- rasio Keuangan Bank Syariah a. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisya. Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara berbagai komponen yang ada dalam laporan laba rugi dan/atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode (Hery, 2015: 557).

Rumusmenghitung ROA sebagai berikut:

Return On Asset =

× 100 %

Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aset. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Adhari, 2020:64).

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset peruahaan dibiayai dengan utang. Dengan kata lain, rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Dalam arti

(22)

luas, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannua, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Rasio solvabilitas memiliki beberapa implikasi sebagai berikut (Hery, 2016:162):

1) Kreditor memandang jumlah ekuitas debitor sebagai margin keamanan (safety margin). Apabila jumlah modal perusahaan debitor kecil maka berarti bahwa kreditor akan menanggung risiko yang besar.

2) Penguasaan atau pengendalian terhadap perusahaan tetap berada di tangan debitor apabila sumber pendanaan berasal dari pinjaman atau utang.

3) Sumber pendanaan yang berasal dari penerbitan dan penjualan saham akan menimbulkan pengaruh atau bahkan kendali pmegang saham terhadap perusahaan.

c. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menganalisa kemampuan dan kecepatan suatu perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Rasio likuiditas juga merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menyediakan Kas dan Pos lancar yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo (Fatihudin, 2015:110). Salah satu cara untuk mengukur likuiditas adalah loan deposit ratio (LDR) pada bank konvensional dan untuk perbankan syariah menggunakan Financial to Deposit Ratio.

Financial to Deposit Ratio (FDR)adalah rasio pembiayaan bank syariah dengan dana pihak ketiga rasio penyaluran dan penghimpunan dana (Wangsawidjaja, 2012:118).

d. Rasio Aktiva Produktif

Aktiva produktif merupakan penanaman dana bank dalam valuta rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat

(23)

berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontingensi pada transaksi rekening administratif (Ismail, 2015:222). Cara untuk mengukur rasio aktiva produktif yaitu salah satunya dengan rasio Net Performing Financial.

Net Performing Financial adalah pembiayaan non lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet (Wangsawidjaja, 2012:117). Non Performing Financial merupakan indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPF yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis perbankan yang akan memberikan efek tinggi bagi kinerja bank, antara lain masalah yang tinggi adalah masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga). Rentabilitas (pembiayaan tidak bisa ditagih). Solvabilitas (modal berkurang). Karena sangat pentingnya rasio NPF bagi bank, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku badan yang mengatur dan mengawasi jasa keuangan termasuk perbankan di Indonesia akan memanggil bank syariah yang memiliki rasio pembiayaan bermasalah atau NPF yang tinggi. Langkah ini dilakukan untuk menjaga rasio agar tak menyentuh angka di atas 5

%. Pihak OJK berharap perbankan syariah melakukan tindakan hati-hati dimana perbankan syariah mengerem permbiayaan yang beresiko tinggi ( Solihatun, 2014:58).

2. Hubungan antara Variabel CAR, NPF, FDR, BOPO terhadap ROA.

a. Hubungan CAR terhadap ROA

Menurut Dendawijaya (2001), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain)ikut dibiayai dari dana modal bank sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki

(24)

bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya pembiayaan yang diberikan. CAR menunjukan sejauh mana penurunan aset bank yang masih dapat ditutupi oleh equity bank yang tersedia (Pramono, 2017:4).

Modal bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbunya risiko kerugian sebagai akibat pergerakan aktiva bank sebagai financial intermediary. Sedangkan pergerakan pasiva kearah aktiva akan menimbulkan berbagai risiko, dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus di jaga. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko dengan kecukupan modal yang dimilikinya.

Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pinjaman atau aktia produktif yang beresiko. Atau dengan kata lain, semakin tinggi kecukupan modalnya untuk menanggung risiko pinjaman macetnya, sehingga kinerja bank semakin baik, dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang berujung pada peningkatan laba (ROA) (Wahyuni, 2017:41).

b. Hubungan NPF terhadap ROA

Net Performing Financial adalah pembiayaan non lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet (Wangsawidjaja, 2017:117). NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pinjaman bank yang menyebabkan jumlah pinjaman bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya

(25)

sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NPF berpengarug negatif signifikan terhadap ROA (Wahyuni, 2017:41).

Rasio NPF menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.

Apabila suatu bank kondisi NPF tinggi maka akan memperbesar biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

Semakin tinggi rasio NPF maka semakin buruk kualitas pembiayaan yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan dana serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPF maka semakin rendah profitabilitas suatu bank (Pramono, 2017:4).

c. Hubungan FDR terhadap ROA

FDR adalah rasio pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk pembiayaan pada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, deposito, dalam rupiah dan valuta asing. Rasio FDR yang tinggi akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang digunakan untuk memberikan pembiayaan semakin besar sehingga akan semakin sedikit dana likuid dan risiko tidak terpenuhinya kemampuan membayar penarikan penarikan nasabah lebih tinggi (A’la, 2010:595).

FDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limitnya, berarti tidak tertutup

(26)

kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan tekanan pada pendapatan bank.

Semakin tinggi FDR maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan pinjaman dengan efektif, sehingga jumlah pinjaman macetnya akan kecil) (Wahyuni, 2017:41). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

d. Hubungan BOPO terhadap ROA

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Hariyani, 2010:54). BOPO memiliki pengaruh terhadap kinerja perbankan karena menunjukan seberapa besar bank dapat melakukan efisiensi terhadap biaya operasional yang dikeluarkan. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Semakin kecil rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya operasional yang di keluarkan bank bersangkutan sehingga kemungkinan yang lebih besar bagi bank untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dan menunjukan bahwa bank tidak berada dalam kondisi bermasalah (Widyarti, 2016:4).

Rasio BOPO diukur untuk mengetahui seberapa efisien bank melakukan manajemen operasionalnya, bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian akibat ketidakefisien bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin kecil BOPO menunjukan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya sehingga laba semakin tinggi, artinya ROA semakin tinggi (Ramadhani, 2018:3).

(27)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan tinjauan karya tulis yang relevan, dapat dilihat hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis skripsi sebelumnya yang telah menyelesaikan skripsinya yaitu:

1. Nuning Maulida (2020) dengan judul skripsinya “Pengaruh NPF dan FDR terhadap Profitabilitas dengan CAR sebagai Variabel Intervening pada Bank Syariah Mandiri”

Penelitian ini dilatar belakangi oleh usaha bank syariah untuk meningkatkan kinerja keuangannya, dalam meningkatkan kinerja keuangan dapat dilihat dari aspek pembiayaan dan aspek kegagalan yang mampu mempengaruhi keuntungan yang diinginkan. Hasil penelitian Nuning menunjukan bahwa NPF dan FDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap CAR, NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, dan CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas yang diproyeksikan dengan ROA Bank Syariah Mandiri.

2. Siti Inayatun Ni’mah (2019) dengan judul skripsinya “Pengaruh CAR dan NPF terhadap Profitabilitas dengan FDR sebagai Variabel Intervening pada Perbankan Indonesia”.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil penelitian terdahulu menunjukan adanya inkonsistensi antara CAR terhadap ROA.

Masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana cara agar CAR bisa selalu berpengaruh positif bagi ROA sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan.Jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan data sekunder berbentuk data panel. Hasil penelitian menunjukan variabel CAR dan NPF berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan FDR. Variabel FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

(28)

3. Miftakhul Jannah (2018) dengan judul skripsinya “ Analisis Pengaruh NPF, FDR, BOPO, CAR terhadap ROA dengan NIM sebagai Variabel Intervening Bank Umum Syariah Periode 2013- 2017 ”.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kinerja keuangan suatu perbankan syariah yang dinilai menuju ke arah perbaikan dibandingkan dengan masa krisis, yang ditandai dengan munculnya banyak perbankan syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa NPF, FDR, BOPO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.

Hasil analisis jalur menunjukan bahwa NIM tidak dapat memediasi NPF, FDR, BOPO, CAR terhadap ROA.

4. Annisa Sekarwati (2018) dengan judul skripsinya “Pengaruh CAR, DPK, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas dengan FDR sebagai Variabel Intervening pada Perbankan Syariah di Indonesia”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal berdasarkan CAR, DPK, BOPO, pembiayaan bermasalah berdasarkan NPF terhadap profitabilitas yang tercermin dari ROA dengan penyaluran pembiayaan berdasarkan FDR sebagai variabel intervening pada perbankan syariah di Indonesia tahun 2013 sampai 2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel CAR, DPK, NPF berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.

Hasil analisis jalur yang diperoleh adalah FDR tidak memediasi dalam pengaruh CAR, DPK, BOPO, NPF dan FDR satu tahun sebelumnya terhadap ROA.

5. Leni Nur Fitria (2017)dengan judul skripsinya “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan DPK terhadap Profitabilitas Melalui FDR sebagai Variabel Intervening pada Perbankan Syariah”.

Pokok masalah pada penelitian ini adalah penurunan CAR pada tahun 2012-2015 namun tidak mempengaruhi laju ROA. Dan juga laju ROA yang berlawanan terhadap BOPO. Hasil penelitian menunjukan

(29)

bahwa variabel CAR, BOPO, NPF dan DPK berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, variabel NPF, DPK, FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, BOPO, NPF, dan DPK tidak berpengaruh terhadap ROA melalui FDR sebagai variabel intervening.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dari beberapa judul penelitian diatas adalah penulis menggunakan rasio NPF sebagai variabel intervening karena pada penelitian tersebut belum ada penelitian menggunakan NPF sebagai variabel intervening. Penulis juga memilih BTPN Syariah sebegai tempat penelitian karena dari beberapa skripsi yang penulis baca belum ada yang meneliti judul tersebut di BTPN Syariah.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang di kemukakan diatas penulis menyimpulkan bahwa untuk melihat tingkat profitabilitas bank dengan menggunakan rasio ROA:

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan hubungan antara variabel dengan variabel, yang bersifat sementara atau bersifat dugaan, atau yang masih lemah. Lemah dalam hal ini berkaitan dengan benar tidaknya pernyataan yang dibuat dalam hipotesis, bukan hubungan antar variabelnya yang

FDR

BOPO

NPF ROA

CAR

(30)

lemah (Iswati, 2017:64). Untuk melihat bagaimana pengaruh CAR, FDR, BOPO terhadap ROA dengan NPF sebagai variabel intervening, maka dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

1. H0: Capital Adequaty Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Capital Adequaty Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

2. H0: Financial to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Financial to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

3. H0: Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

4. H0: Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

5. H0: Non Performing Financing (NPF) tidak mampu memediasi CAR terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Non Performing Financing (NPF) mampu memediasi CAR terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

6. H0: Non Performing Financing (NPF) tidak mampu memediasi FDR terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Non Performing Financing (NPF) mampu memediasi FDR terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

(31)

7. H0: Non Performing Financing (NPF) tidak mampu memediasi BOPO terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

Ha: Non Performing Financing (NPF) mampu memediasi BOPO terhadap Return On Asset (ROA) pada PT BTPN Syariah Tbk.

(32)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah sistematis, terencana, dan terstruktur terhadap bagian- bagian dan fenomena serta hubungan- hubungannya jelas sejak awal hingga hasil akhir penelitian berdasarkan pengumpulan data informasi yang berupa simbol, angka atau bilangan (Hermawan, 2019: 16).

Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengolah data Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financial (NPF), Financial to Deposit Ratio (FDR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan juga Return On Asset PT. BTPN Syariah Tahun 2015-2019.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah pada PT BTPN Syariah Tbk. Peneliti mulai melakukan penelitian dimulai dari bulan Mai sampai Juni 2020.

Tabel 3.1

Rencana Waktu Penelitian

Kegiatan 2020 2021

Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Pengajuan

Proposal Bimbingan Proposal Seminar proposal Revisi siap Seminar Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data Bimbingan Skripsi Ujian Munaqasah

(33)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan data yang tidak langsung ditunjukkan kepada subjek penelitian. Menurut Asnawi (2011) metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data- data atau arsip- arsip yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data secara triwulan yaitu dari periode 2015- 2019 melalui website PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) www.btpnsyariah.com

D. Teknik Analisa Data

Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS 22. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Proses pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan memilahkan data ke dalam variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali, uji normalitas bertujuan untuk melihat dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji T dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Untuk mengetahui normaalitas residual dengan melalui analisis grafik (Histogram dan Normal P-Plot) dan analisis statistik. Dasar pengambilan keputusan:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(34)

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Nawari, 2010: 213).

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada penelitian ini, maka dilakukan dengan uji Run Test.

Uji autokorelasi dengan run test merupakan bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Tets digunakan untuk melihap apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Jika output SPSS menunjukkan nilai dengan probabilitas > 0.05 yang berarti tidak terjadi autokorelasi atau residual adalah acak (Rochmat, 2016: 116-117).

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(35)

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, yaitu:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, namun secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan memengaruhi variabel terikat.

2) Menganalisis korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika korelasi antar variabel bebas kurang dari 0,90 dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.

3) Multikolinearitas dapat juga diketahui dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance

< 0,10 atau sama dengan nilai VIF <10, maka dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesditisitas karenadata ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).

Dasar analisis (Rochmat, 2016: 118):

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan bawah angka nol pada sumbuY, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

(36)

2. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukan besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Dengan kata lain, koefisien determinasi merupakan ragam (variasi) naik turunya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X (berapa bagian keragaman dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai variabel X).

Bila nilai koefisien determinasi sama dengan satu, berarti garis regresi yang terbentuk cocok secara sempurna dengan nilai-nilai observasi yang di peroleh. Dalam hal nilai koefisien determinasi sama dengan satu berarti ragam naik turunya Y seluruhnya disebabkan oleh X. Dengan demikian, bila nilai X diketahui, nilai Y dapat diramalkan secara sempurna (Sugiarto, 2006 : 259).

Koefisien determinas (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasa mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2, pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negative, walaupun

(37)

yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapati nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2

= R0 -1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k)/(n- k). Jika k >1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif (Rochmat, 2016 : 95).

b. Uji t

Hasil uji t dapat dilihat dari nilai Prob. t hitung ( di tunjukan pada prob) lebih kecil dari tingkat kesalahan alpha 0,05 yang telah ditentukan maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, sedangkan apabila nilai prob. t hitung lebih besar dan tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Dasar pengambilan keputusan:

1) Thitung > Ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima 2) Thitung < Ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak

Berdasarkan signifikansi:

a) Ho: nilai signifikan t > 0,05

Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan H1

ditolak berarti bahwa variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signigikan terhadap variabel dependen.

b) H1: nilai signifikan t < tingkat 0,05

Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak danH1 di terima berarti bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Priyatno, 2014:163)

c. Uji F

Uji F pada dasarnya digunakan untuk melihat atau menguji besarnya pengaruh variabel dependen (CAR, NPF, FDR, BOPO) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel independen

(38)

(ROA). Uji F juga sering disebut uji simultan, untuk menguji apakah varibel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan perubahan-perubahan nilai variabel tergantung atau tidaknya. Untuk menyimpulkan apakah model masih dalam keadaan cocok atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan mengamati nilai signifikan F pada tingkat 5 %. Analisis didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikan F dengan nilai signifikan 0.05.Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) H0: Nilai signifikan F > tingkat 0.05

Jika nilai signifikan F > tingkat 0.05 maka H0 diterima H1ditolak berarti bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) H0: Nilai signifikan F < tingkat 0.05

Jika nilai F < tingkat 0.05 maka H1 diterima H0 ditolak artinya bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Priyatno, 2014: 163).

3. Analisis Jalur (Path Analysis)

Teknis analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang trjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung. Asumsi analisis jalur mengikuti asumsi regresi linear yaitu (Ghodang, 2020: 17-19):

a. Model regresi harus layak, kelayakan ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0,05.

b. Prediktor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak, kelayakan ini diketahui jika angka standar error of estimate <

standar deviation.

c. Koefisisen regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji t. Koefisien regresi signifikan jika thitung > ttabel.

(39)

d. Tidak boleh terjadi multikolonearitas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antara variabel bebas.

e. Tidak terjadi autokorelasi. Terjadi autokorelasi jika Dubin dan Waston sebesar < 1 dan > 3.

Suatu kelengkapan yang terdapat dalam analisis ini adalah bahwa posisi seorang peneliti dapat menetapkan apakah data tersebut konsisten dengan skema penjelasan atau tidak. Jika data tidak konsisten dengan explanatory model, maka keraguan akan mewarnai teori yang digunakan dalam penelitian itu. Namun demikian, kekonsistenan data dengan explanatory model bukanlah suatu bukti kuat terhadap suatu teori ini, mungkin data yang digunakan konsisten dengan model-model kausal yang digunakan. Adapun manfaat dari path analisys adalah sebagai berikut:

a) Penjelasan (explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau masalah yang diteliti.

b) Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X).

c) Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas X yang mana berpengaruh dominan terhadap variabel terikat Y, juga dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas x terhadap variabel terikat Y.

d) Pengujian model, menggunakan theory trimming, baik untuk uji reabilitas konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.

Berdasarkan pada penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa, keunggulan path analisys adalah adaya suatu usaha untuk melakukan dekomposisi terhadap korelasi antara variabel eksogen dan endogen, dimana hal ini akan meningkatkan interpretasi terhadap pola-pola hubungan atau pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lain (Sudaryono, 2011: 392).

(40)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk

1. Sejarah Berdirinya PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk

BTPN Syariah lahir dari perpaaduan dua kekuatan yaitu, PT Bank Sahabat Purba Danarta dan Unit Usaha Syariah BTPN. Bank Sahabat Purba Danarta yang berdiri pada Maret 1991 di Semarang, merupakan bank umum non devisa yang 70 % sahamnya diakuisisi oleh PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), berdasarkan persetujuan pemegang saham yang di gelar melalui RUPSLB pada 20 Januari 2014. Bank Sahabat kemudian dikonversi menjadi BTPN Syariah, efektif pada 14 Juli 2014, berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tertanggal 22 Mei 2014.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar, maksud dan tujuan kegiatan BTPN Syariah adalah menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah, dan BTPN Syariah telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan kegiatan usaha menjadi Bank Umum Syariah berdasarkan Salinan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor Kep-49/D-03/2014 tertanggal 22 Mei 2014. Selanjutnya PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) telah mendapatkan izin untuk melakukan pemisahan (spin off) UUS BTPN ke BTPN Syariah, berdasarkan surat dari OJK Nomor S-17/PB.1/2014 tanggal 23 Juni 2014.

Pemisahan (spin off) UUS BTPN dilakukan dengan cara peralihan hak dan kewajiban kepada BTPN Syariah berdasarkan Akta Pemisahan Nomor 8 tanggal 04 Juli 2014 yang dibuat oleh Notaris Hadijah, S.H.

Pengumuman rencana pengalihan hak dan kewajiban UUS BTPN, kepada karyawan, nasabah dan pihak ketiga telah diumumkan disurat

(41)

Kabar nasional pada tanggal 3 Juli 2014. Bank menetapkan tanggal 14 Juli 2014 sebagai tanggal cut off untuk laporan posisi keuangan (neraca) dan telah mulai beroperasi sejak tanggal tersebut.

BTPN Syariah telah melaporkan tanggal efektif pelaksanaan kegiatan usaha kepada OJK melalui Surat Nomor S.031/DIR/LG/VII/2014 tanggal 17 Juli 2014. (www.btpnsyariah.com)

b. Kepemilikan

1) PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk sebesar 70 %.

2) PT Tripura Persada Rahmat sebesar 30 %.

c. Kode Saham BTPS d. Jaringan usaha

Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk memiliki 25 cabang dan 41 kantor fungsional operasional di seluruh Indonesia. (www.btpnsyariah.com)

2. Visi dan Misi PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk

Menurut direktur utama bank BTPN syariah dengan tujuan untuk memberikan makna lebih dalam hidup serta meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia secara signifikan, maka kami percaya bahwa BTPN akan tumbuh menjadi bank mass market terbaik di Indonesia. Berikut visi dan misi bank BTPN Syariah (www.btpnsyariah.com):

a. Visi

Menjadi Bank Syariah terbaik, untuk keuangan inklusif, mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia.

b. Misi

Kerjasama kita ciptakan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti.

(42)

3. Struktur Organisasi Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk

Gambar 4.1. Struktur Organisasi BTPN Syariah

4. Produk-Produk Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk

BTPN syariah sebagai bank baru terus berupaya menyediakan produk-produk unggulan yang mengedepankan pemenuhan kebutuhan nasabah untuk memiliki kehidupan lebih baik.

Fokus pada pemberdayaan nasabah pra sejahtera produktif, BTPN syariah memiliki 2 (dua) produk utama yaitu produk pendanaan dan produk pembiayaan. Kedua produk ini semata-mata ditujukan untuk memberdayakan pra-sejahtera produktif. (www.btpnsyariah.com)

(43)

a. Pendanaan

Produk pendanaan memberikan kesempatan kepada nasabah untuk menumbuhkan jutaan rakyat Indonesia. Nasabah tidak hanya mendapatkan kenyamanan bertransaksi perbankan dan imbal hasil yang optimal, namun memiliki kesempatan membantu keluarga pra/cukup sejahtera di seluruh Indonesia untuk memperoleh hidup yang lebih baik.

Produk pendanaan ini juga terdiri dari beberapa produk unggulan lainnya, yaitu (www.btpnsyariah.com):

1) Tabungan Citra iB

Tabungan Citra Ib adalah tabungan dengan setoran awal yang ringan, melalui perjanjian bagi hasil (akad mudharabah mutlaqah) nasabah mendapat kemudahan untuk bertransaksi di seluruh cabang BTPN Syariah dan bebas biaya administrasi bulanan.

Manfaat dari tabungan citra Ib ini adalah fleksibel, karena bentuk tabungan jadi nasabah bisa melakukan penarikan kapan saja, selain itu setoran awal yang ringan dan juga leluasa melakukan tarik tunai tanpa batas dicabang bank serta transaksi online antar bank.

Tabugan citra Ib juga mempunyai resiko dalm konsep imbal hasil, yaitu nasabah berpotensi mendapatkan tingkat imbal hasil yang lebih rndah atau lebih tinggi dari ekspetasi tergantung pada kinerja bank.

2) Taseto Premium iB

Tabungan Taseto premium Ib adalah tabungan yang sistemnya dikelola semi deposito, nasabah yang membuka tabungan taseto akan difasilitasi kartu ATM untuk kemudahan layanan transaksi. Manfaat tabungan taseto premium ib diantaranya fleksibel, karena bentuk tabungan jadi nasabah bisa melakukan penarikan kapan saja, bebas biaya administrasi

(44)

bulanan, bebas tarik tunai tanpa batas dan transaksi online antar cabang BTPN Syariah dan kantor syariah.

3) Deposito Berjangka iB

Penempatan deposito dilakukan berdasarkan perjanjian bagi hasil (akad mudharabah mutlaqah) antara bank (mudharib) dengan nasabah sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan jangka waktu yang bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 24 bulan.

Deposito ib mempunyai manfaat diantaranya, imbal hasil yang optimal, mendapat layanan personal ekslusif dari banker dibang tertentu dan juga aman.

4) Taseto Mapan iB

Taseto Mapan ib merupakan produk simpanan berjangka.

Sarana menabung untuk mewujudkan rencana, yang memberikan imbal hasil kompetitif dengan berbagai pilihan setoran bulanan dan jangka waktu, berdasarkan perjanjian bagi hasil (akad mudharabah mutlaqah).

5) Giro iB

Giro ib di BTPN Syariah menggunakan akad Wadiah Yad al Dhamanah, tidak ada imbal hasil tetapi dapat diberikan bonus, bonus dimaksud tidak diperjanjikan dan berdasarkan kebijaksanaan bank.

b. Pembiayaan

Produk BTPN Syaraiah dalam hal pembiayaan adalah produk Paket Masa Depan (PMD). Pembiayaan ini ditujukan khusus kepada perempuan pra/ cukup sejahtera, dilakukan berdasarkan perjanjian jual beli (akad wakalah wal murabahah). Paket masa depan memiliki fokus pada pembangunan karakter dan kebiasaan- kebiasaan baik nasabah, yaitu berani berusaha, disiplin, kerja keras, dan saling bantu.

(45)

Produk PMD terdiri dari beberapa manfaat yang ditawarkan kepada nasabah yang terdiri dari: pembiayaan, tabungan dan manfaat asuransi. PMD memiliki fasilitas pembiayaan senilai Rp. 1 juta- 50 juta yang dibayarkan melalui cicilan setiap dua minggu dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau 1,5 tahun.

(www.btpnsyariah.com) B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini peneliti memaparkan data yang peneliti dapatkan (data terlampir) kemudian diolah dengan menggunakan SPSS 22 hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.1

Komposisi Rata-rata nilai rasio ROA, CAR, NPF, FDR, BOPO pada PT BTPN Syariah 2015-2019

Tahun/

Triwulan

Persentase Rasio Keuangan

CAR FDR BOPO NPF ROA

% % % % %

2015

I 31.56 93.73 89.72 0.51 3.21

II 20.57 94.69 88.72 0.28 4.09

III 21.29 94.18 86.83 0.28 4.88

IV 19.93 92.75 85.32 0.17 5.24

2016

I 22.03 96.38 81.14 0.17 6.98

II 21.47 91.91 79.17 0.13 7.57

III 23.82 97.47 77.10 0.13 8.40

IV 23.80 96.54 74.14 0.20 8.98

2017

I 23.88 90.82 71.98 0.20 9.97

II 24.76 96.82 71.23 0.01 10.38

III 27.26 93.31 70.26 0.01 10.74

IV 28.91 92.47 68.81 0.05 11.19

2018

I 27.74 93.21 63.82 0.02 12.49

II 36.90 97.89 62.90 0.01 12.54

III 39.69 96.03 62.61 0.03 12.39

IV 40.92 95.60 62.36 0.02 12.37

2019

I 39.34 96.03 61.27 0.17 12.68

II 39.40 96.17 60.40 0.14 12.73

III 41.11 98.68 59.62 0.00 13.05

IV 44.60 95.30 58.10 0.26 13.60

Sumber: www.ojk.go.id

(46)

Maka berdasarkan data diatas, data akan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 22, dengan memasukan data persentase yang didapatkan, yaitu sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal.

Uji normalitas data dapat dilakukan dengan cara melihat gambar Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual dimana jika penyebaran titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal, jika data menyebar jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.

Gambar 4.2

Normal P-Plot of Regression Standardized

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS 22, 2020

Gambar

Gambar 2. 1  Kerangka Berfikir
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BTPN Syariah
Gambar 4.3  Scatterplot
Tabel 4.6  Koefisien Determinasi  Model Summary b Mod el  R  R  Square  Adjusted R Square  Std
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis serta dokumen pendukung yang didapat bahwa di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Alami Kabupaten Tanah

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap wajib pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh atau salah satu komponen penelitian (research) yang mendasar dan penting karena.. tanpa adanya data tidak

Setelah dilakukan divalidasi selanjutnya peneliti melakukan uji praktikalitas, uji praktikalitas tersebut dilakukan melalui penyebaran angket respon siswa terhadap

Berdasarkan wawancara penulis dengan (Bapak. Ridwan, 10 Juni 2020) selaku Account Officer mengatakan bahwa selain mengenali nasabah secara langsung dengan melakukan

Intellectual Capital merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang mana ia dapat mengubah pengetahuan dari aset tak berwujud menjadi suatu yang

Pertama, wajib pajak datang membawa SKR dan SKPD dan di cocokkan uang yang dibayar dengan SKR dan SKPD, atau tanda bukti pembayaran lainnya yang sah, kemudian