8
2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata
Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis hewan yang ada di suatu daerah. Kegiatan inventarisasi meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi (Yuniarti, 2011).
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya simetri radial dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri (Jasin.
1984).
Echinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman antara 0,5 sampai 40 meter. Menurut Radjab (2014) Echinodermata lebih menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang. Pada umumnya setiap jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti misalnya Holothuria scabra yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak
ditumbuhi lamun. Padang lamun, pasir dan ekosistem terumbu karang merupakan habitat tempat hidup berbagai jenis biota laut.
Echinodermata menempati berbagai zona di daerah padang lamun, zona pertumbuhan alge, zona tubir dan lereng terumbu karang. Faktor fisik kimia laut meliputi salinitas, pH, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubah-ubah sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme di daerah pasang surut. Faktor penting lain yang mempengaruhi sebaran Echinodermata adalah topografi rataan suatu pulau di samping pakan dan cara makan. Selanjutnya dikatakan bahwa densitas hewan laut bergantung pada temperatur, salinitas, arus, kondisi substrat dan habitat sangat menentukan sebaran echinodermata (Aziz, 1996)
Habitat Echinodermata dapat ditemui hampir semua ekosistem laut.
Namun ekosistem yang paling tinggi terdapat pada terumbu karang di zona pasang sururt. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia pada masing-masing daerah. Menurut Nybakken (1987) mengemukakan bahwa, dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keanekaragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Diketahui bahwa komunitas hewan Echinodermata di alam bebas memiliki ukuran populasi yang tidak sama karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi.
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam
rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya.
Menurut Dahuri (2003) jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Selain itu Echinodermata mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki nilai tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang koleksi hiasan yang indah.
2.2 Sistematika Phylum Echinodermata
Berdasarkan pengelompokannya Phylum Ecinodermata masih sangat beragam. Terbukti dengan banyaknya perbedaan pendapat dari beberapa pakar yang ditulis dalam beberapa buku.
Menurut Campbell (2012) Echinodermata yang masih ada terbagi menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea ( bulu babi dan dolar pasir), Crinoidea ( lilia laut dan bintang bulu), Holothuroidea (teripang) dan Concentrycycloidea (aster laut).
Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut dan bintang bulu), Holothuroidea (teripang).
Menurut Jasin (1984) Kelompok utama Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh: Archaster typicus,
kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh: Amphiodiaurtica, kelas Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia laut) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut) contoh: Holothuriascabra.
2.3 Morfologi dan Anatomi Phylum Echinodermata
Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut), Holothuroidea (teripang). Adapun susunan anatomi dan morfologi dapat dijelaskan menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut :
2.3.1 Morfologi dan Anatomi Asteroidea (Bintang Laut)
Bintang laut mempunyai kulit yang ditutupi oleh duri-duri halus sehingga tergolong ke dalam filum Echinodermata (echinos = duri, derma
= kulit). Menurut Fitriana (2010) seringkali bintang laut ditemukan mempunyai lima lengan, kadang juga terlihat hanya empat bahkan enam lengan. Jika salah satu lengan terputus maka lengan baru akan terbentuk dengan segera karena adanya daya regenerasi hewan ini. Secara umum, hewan ini mempunyai badan relatif tipis. Jika pada bagian dorsal ditemukan madreporit dan anus maka pada ventral ditemukan mulut serta kaki tabung (kaki ambulakral) pada setiap lengannya. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin. Kondisi lengan yang
kaku serta menyukai habitat dengan substrat yang berpasir membuatnya mudah dibedakan dengan bintang ular laut. Hewan ini sering ditemukan hidup dalam kelompok kecil dengan membenamkan diri di dalam pasir.
Jika air laut surut, seringkali biota ini terjebak di genangan air yang dangkal.
Bintang laut adalah hewan yang mempunyai rongga tubuh sebenarnya dan sistem pencernaan yang lengkap. Makanan berupa bahan organik dan plankton masuk melalui mulut menuju esofagus dan lambung yang bercabang menuju setiap lengan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan melalui anus yang terdapat pada aboral (bagian dorsal) tubuh (Gambar 2.1 dan 2.2)
Gambar 2.1 Kelas Asteroidea Gambar 2.2 Kelas Asteroidea (Sumber : Fitriana. 2010) (Sumber : http: //Asteroidea)
Bintang laut termasuk hewan yang mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Bila satu lengan terpotong maka bagian yang hilang akan segera dibentuk kembali dalam beberapa waktu. Mereka biasa hidup membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu. Hewan ini kadang tidak terlihat dari permukaan air karena bersembunyi dengan cara membenamkan diri dalam timbunan pasir (Fitriana, 2010).
Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Asteroidea:
1. Archaster typicus
Gambar 2.3 Archaster typicus (Sumber : http://Archaster+typicus)
Archaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas madreporit sebagai sistem sirkulasi air dan anus. Pada bagian oral dapat ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung berbentuk silinder. Warna dari Bintang laut ini yaitu abu-abu dan cokelat bintik-bintik. Tubuh A.typicus ditutupi oleh duri-duri pada bagian inferolateral. Bintang laut ini biasanya memiliki lima buah lengan dengan tubuh yang pipih. Lengan A.typicus berbentuk runcing dan umumnya terdapat belang cokelat yang melintang. Spesies ini memiliki warna duri putih, berbentuk tumpul dan pipih. Klasifikasi dari biota laut ini yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Archasteridae Genus : Archaster
Spesies : A.typicus (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari spesies ini terdapat di selatan Samudera Hindia, Mascarene, timur Afrika (Madagaskar) Maldive, Teluk Bengal, timur India, utara Australia, Filipina, Cina, Jepang, selatan Pasifik dan Hawai (Clark dan Rowe 1971).
2. Culcita novaeguineae
Gambar 2.4 Culcita novaeguineae (Sumber : Radjab. 2014)
Bintang laut ini berbentuk seperti bantal pentagonal yang tebal dan berat. C. novaeguineae memiliki lengan yang pendek dan warna tubuh yang beragam. Bintang laut ini memiliki warna tubuh hijau kecokelatan dan dipenuhi oleh granul-granul. Pada bagian oral terdapat mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung sedangkan pada bagian aboral terdapat anus dan madreporit. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata, Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Oreasteridae, Genus : Culcita,
Spesies : C.novaeguineae
Distribusi dari C.novaeguineae yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk, Kosrae, Yap), selatan Jepang, selatan Cina, Filipina, Guam, Palau,
Pulau Marshall, Hawai, utara Australia, Teluk Bengal, Indo-Wedt Pasifik, dan timur Afrika (Madagaskar) (Lee dan Shin 2014).
3. Linckia laevigata
Gambar 2.5 Linckia laevigata (Sumber : Radjab. 2014)
Linckia laevigata merupakan salah satu Asteroidea yang termasuk dalam famili Ophidiasteridae. Bintang laut ini memiliki lima buah lengan berbentuk silindris dan tumpul pada ujungnya. Pada bagian aboral, L.laevigata memiliki madreporit sedangkan bukaan ambulaklar dan mulut terdapat di bagian oral. Bintang laut ini memiliki granul- granul kecil yang menutupi cakramnya. Pada umumnya L.laevigata memiliki warna biru pada bagian aboral. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Ophidiasteridae Genus : Linckia
Spesies : L.laevigata (Lee dan Shin 2014).
Distribusi dari L.laevigata yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk, Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), Taiwan, selatan Cina, Hongkong, Guam, Australia, Indo-West Pasifik, timur Afrika (Madagaskar, Mauritius), dan Laut Merah (Lee dan Shin 2014).
2.3.2 Morfologi dan Anatomi Ophiuroidea (Bintang Mengular)
Bintang mengular memiliki cakram pusat yang jelas serta lengan- lengan yang panjang dan fleksibel. Mereka terutama bergerak dengan mencambukkan lengan-lengannya dengan gerakan yang mirip ular. Dasar kaki tubuh dari bintang mengular tidak memiliki cakram pipih seperti yang ditemukan pada bintang laut namun menyekresikan zat-zat kimia yang adhesif. Oleh karena itu, seperti bintang laut dan Echinodermata yang lain, bintang mengular dapat menggunakan kaki tabungnya untuk mencengkeram substrat. Beberapa spesies merupakan pemakan suspensi;
sedangkan yang lain merupakan predator atau pemakan bangkai (Campbell. 2012)
Gambar 2.6 Kelas Ophiuroidea Gambar 2.7 Kelas Ophiuroidea (Sumber :http://anatomi-tubuh-bintang-ular) (Sumber : http://Ophiuroidea)
Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Ophiuroidea:
1. Ophiactis savignyi
Gambar 2.8 Ophiactis savignyi (Sumber : http:// Ophiactis+ savignyi)
Ophiactis savignyi termasuk dalam famili Ophiactidae dengan karakteristik memiliki gigi yang luas berbentuk persegi. Bintang mengular tidak memiliki anus sehingga pada bagian aboral hanya terdapat kulit bergranul yang membungkus cakram. Pada bagian oral terdapat mulut yang bertindak sebagai organ pencernaan dan organ ekskresi. Bintang mengular ini memiliki enam buah lengan dan warna tubuh hijau keputihan. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiactidae Genus : Ophiactis
Spesies : O.savignyi (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari O.savignyi terdapat di Tropikal Indo-Pasifik, Pakistan, Maldive, timur India, utara Australia, Filipina, Cina, Selatan
Jepang, Atlantik Tropikal, India, dan Samudera Pasifik (Clark dan Rowe 1971).
2. Ophiocoma erinaceus
Gambar 2.9 O. erinaceus
(Sumber : http://Ophiochoma+erinaceus)
Bintang mengular ini memiliki karakteristik cakram yang ditutupi oleh granul berwarna hitam pada bagian aboral, terdapat tooth papillae dan seri oral papillae pada bagian mulutnya. Memiliki lengan sederhana sebanyak lima buah dengan arm spines teratas berbentuk cigarshaped.
O. erinaceus memiliki dua buah tentacle scales pada bagian ventral.
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiocomidae Genus : Ophiocoma
Spesies : O.erinaceus (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari O.erinaceus terdapat di Saipan, Maldive, timur India, Samudera India, Mascarene, Madagaskar, Arabia, utara Australia, Filipina, Cina, selatan Jepang, selatan Pasifik, Hawai, Samudera Indo- Pasifik, dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).
3. Amphiura sp.
Gambar 2.10 Amphiura sp (Sumber : http://Amphiura)
Bintang mengular ini termasuk dalam famili Amphiuridae dengan karakteristik memiliki infradental papillae pada setiap rahangnya. Bintang mengular ini memiliki warna putih transparan dengan 6 buah arms spine yang sederhana. Tubuh bintang mengular ini ditemukan dengan ukuran yang sangat kecil dan memiliki satu buah tentacle scale pada bagian arm spine. Adapun klasifikasi dari bintang mengular ini yaitu:
Kingdom : Animalia, Filum : Echinodermata, Kelas : Ophiuroidea, Ordo : Ophiurida, Famili : Amphiuridae,
Genus : Amphiura (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari genus Amphiura terdapat di Persian Gulf, barat Samudera India, Arabia, Teluk Bengal, timur India, utara Australia, Filipina, Samudera Indo-Pasifik, Cina, Jepang, selatan Pasifik, timur Afrika (Madagaskar) dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).
2.3.3 Morfologi dan Anatomi Echinoidea ( Bulu Babi)
Bulu babi merupakan biota laut penghuni ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang sangat umum dijumpai di perairan dangkal. Biota ini tersebar luas mengikuti penyebaran terumbu karang. Bulu babi mempunyai ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini pada umumnya merupakan herbivora, yang memakan alga dan lamun. Namun, pada kondisi perairan yang berbeda hewan ini dapat bersifat omnivora (Aziz 1987).
Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke atas di puncak cangkang yang membulat (Sugiarto & Supardi 1995).
Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial (Birkeland 1989). Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya
sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi (Aziz 1987).
Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera aristoteles”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Aziz. 1987)
Tubuh bulu babi memiliki satu rongga utama yang berisi lentera aristoteles dan organ pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi berkampur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. Otot ini berperan mengatur pergerakan gigi (Sugiarto & Supardi1995). Lentera aristoteles berfungsi seperti mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan makanan, Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan (Thamrin 2011). Pada bulu babi D. setosum kaki tabung memiliki banyak fungsi. Selain untuk bergerak, kaki tabung juga digunakan sebagai indera peraba, organ respirasi dan tempat pengeluaran air dari tubuh (Aziz
& Sugiarto 1994).
Gambar 2.11 Kelas Echinoidea Gambar 2.12 Kelas Echinoidea (Sumber :http://anatomi-tubuh-bulu-babi) (Sumber :http://Echinoidea)
Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Echinoidea:
1. Diadema setosum
Gambar 2.13 Diadema sitosum (Sumber : Radjab. 2014)
Diadema setosum merupakan salah satu Echinoidae yang termasuk dalam famili Diadematidae. Bulu babi ini memiliki dua sisi, yaitu aboral dan oral. Pada bagian aboral terdapat anal ring berwarna jingga dan terdapat warna biru atau hijau pada bagian genital, sedangkan pada bagian oral terdapat mulut. Diadema setosum ini memiliki warna hitam di seluruh tubuhnya dengan duri-duri primer yang panjang dan meruncing.
D.setosum merupakan bulu babi regularia karena memiliki tubuh yang membulat secara horizontal. Klasifikasi dari biota laut ini yaitu :
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Diadematoida Famili : Diadematidae Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi spesies ini meliputi Laut Mediterania, Samudra India (Aldabra, Selatan India), Kenya, Madagaskar, Mozambique, Laut Merah, Turki, Republik Mauritius, Tanzania dan Timur Afrika, Cina, selatan Jepang, selatan Pasifik. Australia, Filipina, dan timur India (Clark dan Rowe 1971).
2. Laganum laganum
Gambar 2.14 Laganum laganum (Sumber : http://Laganum+laganum)
Laganum laganum atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sand Dollar merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam famili Laganidae. Echinoidea ini berbeda dengan yang lainnya karena memiliki tubuh yang pipih, duri yang pendek dan termasuk dalam bulu babi
irregularia. Pada sisi aboral, bulu babi ini memiliki struktur tubuh yang menyerupai asteroidea. Pada sisi oral terdapat mulut yang terletak pada bagian tengah. L.laganum memiliki warna tubuh hijau kecoklatan.
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Clypeasteroida Famili : Laganidae Genus : Laganum
Spesies : L. laganum (Lee dan Shin 2014).
Distribusi spesies L.laganum meliputi Teluk Bengal, timur India, Filipina dan selatan Australia (Clark dan Rowe 1971), Micronesia (Chuuk), selatan Jepang, selatan Cina, Hawai, selatan Pasifik, utara Australia, Indo-West Pasifik, selatan Samudra India (Lee dan Shin 2014).
3. Mespilia globulus
Gambar 2.15 Mespilia globulus (Sumber : http://Mespilia+globulus)
Mespilia globulus salah satu bulu babi regularia yang memiliki tubuh yang membulat. Mespilia globulus memiliki warna hitam pada lempengnya dan cokelat pada duri. Duri-duri primer yang dimiliki bulu babi ini pendek, keras dan dituutpi oleh kulit yang tipis. Memiliki sisi aboral
yang terdapat anus sedangkan sisi oral yang terdapat mulut. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea
Ordo : Camarodonta
Famili : Temnopleuridae Genus : Mespilia
Spesies : M.globulus (Lee dan Shin 2014).
Distribusi dari M.globulus meliputi dari Teluk Bengal, timur India, utara Australia, selatan Pasifik (Clark dan Rowe 1971), Micronesia (Chuuk, Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), selatan Jepang, stlatan Cina, Filipina, Guam, Hawai, IndoWest Pasifik, Timur Afrika, dan Laut Merah (Lee dan Shin 2014).
2.3.4 Morfologi dan Anatomi Crinoidea ( Lilia Laut dan Bintang Bulu) Lilia Laut biasa dinamakan demikian karena bentuknya mirip dengan bunga lili, sedangkan yang tidak bertangkai dinamakan bintang bulu atau feather star karena bentuk tangan-tangannya seperti bulu unggas. Crinoid merupakan satu-satunya Echinodermata yang masih memiliki bentuk tubuh mirip dengan nenek moyangnya, yaitu bagian oral menghadap ke atas.
Tubuhnya terdiri atas calyx, semacam mangkuk kecil yang tersusun dari pelat-pelat kapur dan buah tangan yang panjang dan lentur. Pada kebanyakan Crinoid, tangan tersebut bercabang-cabang pada pangkalnya sehingga seolah-olah Crinoid tersebut memiliki 10 tangan, bahkan beberapa memiliki percabangan lebih dari dua (Suwigyo, dkk. 1998).
Pada tiap tangan dan percabangannya terdapat apendiks beruas-ruas yang disebut pinnule. Lekuk amburakral terdapat baik pada tangan cabang maupun pinnul. Mulut Crinoid terletak di tengah bagian oral dan dikelilingi oleh tangan-tangan. Makanan berupa palankton dan detritus. Sistem pembuluh air sederhana, tidak ada madeprodit maupun ampula, saluran cincin mengelilingi mulut, saluran batu pendek dan banyak dan berhubungan dengan rongga tubuh.Reproduksi secara seksual, dioceus.
Gonad terletak pada pangkal beberapa pinnule atau pangkal tangan serta pembuahan di air laut atau dierami (Suwigyo. 1998)
Gambar 2.16 Kelas Crinoidea Gambar 2.17 Kelas Crinoidea (Sumber :http://anatomi+crinoidea) (Sumber :http://Crinoidea)
Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Crinoidea:
1. Antendon sp
Gambar 2.18 Antendon sp (Sumber : http://Antendon)
Antedon sp. warna hewan ini sangat bervariasi, misalnya putih seperti berlian, kuning, hijau dan cokelat. Biasanya hewan ini hidup melekat pada batu karang dengan tangkai atau menggunakan alat pencengkram (siri) apabila tidak mempunyai tangkai. Bentuk tubuhnya bisa menyerupai bunga lili, bunga bakung atau bulu burung. Tubuhnya tersusun dari lempeng kapur dan berbentuk cangkir (kaliks), dari kaliks ini tersembul lima lengan lentur.
Hewan ini memiliki bagian tentakel pendek dan masing-masing memiliki pinula sehingga seperti bulu burung (daun bersirip).
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Comatulida Famili : Antedonidae Genus : Antedon
Spesies : Antedon mediterranea (Nofiani. 2011)
2. Metacrinus interruptus
Gambar 2.19 Metacrinus interuptus (Sumber : http:// Metacrinus interruptus)
Metacrinus interruptus memiliki stalk atau tangkai yang berfungsi untuk melekat pada dasar laut atau substrat. Mulut terletak pada daerh oral, sedangkan anus pada daerah aboral. Pada bagaian oral terdapat lekukan amburakral yang berisi tentakel seperti kaki bulu, fertilisasi berlangsung secara internal, bahkan zigot berkembang didalam tubuh (Jasin, 1992)
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Isocrinidia Famili : Isselicrinidae Genus : Metacrinus
Spesies : Metacrinus interruptus (Nofiani. 2011)
2.3.5 Morfologi dan Anatomi Holothuroidea (Teripang)
Holothuroidea merupakan hewan bersimetri bilateral saat larva dan simetri radial saat dewasa. Tubuhnya seperti timun dengan bagian ventral berfungsi untuk pergerakan dan dibagaian dorsal terdapat papila sebagai alat sensor. Tubuh holothuroidea memiliki otot melingkar dan otot memanjang.
Saluran pencernaan memanjang dalam rongga tubuh dan terdapat saluran respirasi (respiratory tree) (Jasin. 1992)
Gambar 2.20 Kelas Holothuroidea Gambar 2.21 Kelas Holothuroidea (Sumber : http://anatomi+holothuroidea) (Sumber : http:// holothuroidea)
Menurut Kastawi (2005) Holothuroidea biasanya berebentuk memanjang atau dengan mulut terletak satu ujung dan anus terletak pada ujung yang lain. Permukaan tubuh kesat. Endoskeleton tereduksi berupa spikula berukuran mikroskopois atau lempeng-lempeng tertanam didalam dinding tubuh. Mulut dikelilingi oleh sekumpulan tentakel. Podia atau kaki tabung biasanya ada dan berfungsi untuk pergerakan. Saluran pencernaan makanan berbentuk panjang dan berliku-liku dan kloaka biasanya dengan pohon respirasi. Jenis kelamin terpisah dan kelenjar kelamin berupa berkas tubulus tunggal atau berpasangan.
Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Holothuroidea:
1. Holothuria scabra
Gambar 2.22 Holothuria scabra (Sumber : Jaeger dalam Paulay. 2014)
Holothuria scabra disebut juga teripang pasir atau teripang putih adalah spesies teripang dalam Famili Holothuriidae. Semua teripang cenderung memiliki tubuh simetri radial dan memiliki sistem vaskular air yang beroperasi dengan tekanan hidrostatik, yang memungkinkan untuk bergerak dengan menggunakan banyak pengisap yang dikenal sebagai kaki
tabung. H. scabra memiliki tubuh abu-abu hitam di sisi atas dengan kerutan berwarna gelap tapi lebih pucat di bagian bawah. H. scabra dapat tumbuh mencapai panjang empat sentimeter atau lebih. Tubuh ditutupi oleh spikula berkapur dalam bentuk tablet dan tombol. Spesies ini tersebar luar di perairan dangkal dengan dasar atau substrat lunak di Wilayah IndoPasifik. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria
Spesies : H. scabra (Lee dan Shin 2014).
2. Holothuria impatiens
Gambar 2.23 Holothuria impatiens (Sumber : Elfidasari. 2012)
Jenis Holothuria impatiens memiliki penampang tubuh bulat, sisi ventral cenderung datar, dan lubang anus bulat. Warna tubuh adalah abu- abu dengan belang berwarna hitam di punggungnya. Tubuhnya lunak dan tipis. Tipe spikula yang ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja dan kancing. Teripang ini biasanya ditemukan di sela pipa besar yang permukaannya seperti batu. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria impatiens (Elfidasari. 2012) 3. Holothuria atra.
Gambar 2.24 Holothuria atra (Sumber : Elfidasari. 2012)
Holothuria atra Secara morfologi, teripang ini memiliki penampang tubuh bulat, sisi ventral yang cenderung datar, dan lubang anus yang bulat.
Warna tubuh hitam kulit tubuhnya lembut dan tebal. Tipe spikula yang ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja, roset, dan lempeng. Biasanya sering ditemukan di daerah bersubstrat pasir kasar dan tubuhnya diselimuti oleh pasir halus. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria atra (Elfidasari. 2012)
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi 2.4.1 Pasang Surut
Pasang surut (intertidal) merupakan daerah laut yang dipengaruhi oleh daratan. Zona ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang mendukung semua organisme di dalamnya untuk dapat tumbuh dapat berkembang dengan baik. Menurut Nyabakken (1988) mengemukakan bahwa pasang surut adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi dan surut terendah, daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Zona ini luasnya sangat terbatas, tetapi banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan daerah lautan lainnya. karena itu keragaman organismenya sangat besar. Salah satu hewan yang terdapat di zona intertidal adalah hewan yang termasuk dalam filum Echinodermata.
Daerah pantai yang terpapar oleh sinar matahari pada saat pasang surut menyebabkan daerah tersebut akan mengalami peningkatan air laut yang maksimum dan pada saat pasang turun daerah tersebut akan mengalami penurunan air laut sampai batas terendah (Smith, 1980).
Laut akan terjadi pasang dimana bumi terletak dekat dengan matahari dan bulan, dan laut akan terjadi surut pada bagian itu letaknya jauh dari matahari dan bulan. Pengaruh bulan lebih banyak dibandingkan dengan matahari dalam aliran pasang surut ini, sebab kekuatan grafitasi kira-kira dua seperempat kali dibandingkan dengan matahari (McNaughton dan Wolf, 1990).
Laut didominasi oleh berbagai macam gelombang dan oleh pasang surut yang terjadi karena gaya tarik bulan dan matahari. Pasang surut terjadi di kawasan pantai yang beragam dan padat. Pasang surut menyebabkan keberkalaan (periodicity) dalam komunitas ini dan menimbulkan jam biologi menurut ”hari bulan”, karena pasang surut berlangsung sekitar 12 ½ jam, pasang surut terjadi 2 kali sehari dengan waktu keterlambatan sekitar 50 menit pada hari berikutnya (Odum, 1993).
Pasang surut yang terjadi di bumi ini tidak hanya dipengaruhi oleh bulan dan matahari, tetapi ada faktor lain yang memperumit keadaan pasut di bumi kita. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Tingkah laku gerakan air
b. Kecondongan bulan dan matahari yang berubah-ubah mengakibatkan perbedaan tingginya paras air saat pasang disaat siang dan malam hari.
Kecondongan luar biasa menyebabkan terjadinya ketidaksamaan jarak waktu, baik antara air pasang dan air surut berikutnya maupun antara air surut dengan air pasang berikutnya.
c. Berubah-ubah jarak bulan dan bumi selama perputaran bulan mengelilingi bumi menyebabkan gaya tariknya berubah-ubah juga.
d. Susunan dan letak antara daratan dan lautan juga mempengaruhi pasut.
e. Perbedaan tinggi rendahnya paras laut pada saat pasang dan surut berikutnya yang dinamakan amplitudo.
Dalam kenyatannya berbagai lokasi bisa mempunyai ciri pasang surut yang berbeda. Dua lokasi pantai yang terpisah sejauh 50 Km terkadang sudah dapat menimbulkan ciri pasang surut yang berlainan (Nontji, 2005).
Menurut Nontji (2005) dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pada jenis ini hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari, hal ini misalnya terjadi pada perairan selat Karimata, antara Sumatera dan Kalimantan.
2. Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pada jenis ini setiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya masing-masing hampir sama, contohnya di perairan selat Malaka – laut andaman.
3. Pasang surut jenis campurancondong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), sedangkan jenis ini setiap hari dua kali pasang dan dua kali surut tetapi berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya di Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal), jenis ini setiap hari mengalami satu kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Pertumbuhan biota laut di zona pasang surut sangat tinggi, disebabkan karena daerah ini merupakan tempat berlindung dan tempat mencari makan.
Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan laut karena adanya dukungan dari faktor fisik, kimia, dan
biologis laut. Menurut Soemodhiharjo (1990) faktor fisika-kimia laut meliputi salinitas, pH, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubuah-ubah sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme di daerah pasang surut.
2.4.2 Suhu
Suhu udara mempunyai batas letal, sehingga organisme intertidal dapat mati baik karena kedinginan maupun kepanasan. Sinar matahari kadang- kadang kurang menguntungkan, sehingga membatasi organisme di pantai.
Sinar matahari yang mengandung panjang ultraviolet dapat membahayakan jaringan hidup. Air akan dengan cepat menyerap panjang gelombang ini sehingga dapat melindungi kebanyakan hewan laut, akan tetapi bagi hewan intertidal mengalami keterbukaan yang langsung dengan sinar pada waktu pasang-turun, sehingga makin tinggi letak organisme di intertidal, maka semakin besar pula keterbukaan terhadap sinar (Nybakken, 1992).
2.4.3 Salinitas
Salinitas dipengaruhi oleh penguapan, air hujan, pergerakan dan perpindahan massa air laut, dan terjadinya difussi. Ikan dan invertebrata merupakan habitat laut estuarin dan merupakan habitat wilayah pasang surut dan pasang naik yang mengatur tekanan osmotik di bawah kondisi salinitas yang sering berubah. Kebanyakan spesies laut beradaptasi di dalam lingkungan salinitas yang tinggi maupun salinitas yang rendah (Smith 1980).
Salinitas atau kadar garam dipengaruhi oleh curah hujan, tekanan air di dasar dan evaporasi dipermukaan pantaiyang dipengaruhi oleh suhu dan angin (Venberg & Venberg, 1972).
Sebaran salinitas air laut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai, serta pengaruh pengadukan. Beberapa kemungkinan yang mempengaruhi salinitas diantarnya adalah 1) Perairan dengan salinitas kuat merupakan permukaan air tawar tipis yang berada di atas sedangkan dibawahnya adalah air laut. Hal seperti ini biasa ditemukan di muara dimana pengaruh pasang- surut kecil. 2) Perairan dengan salinitas sedang, hal ini disebabkan adanya gerak pasang surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan sehingga terjadi pertukaran air secara vertical. 3) Perairan dengan pengadukan vertical yang kuat disebabkan oleh gerak pasang-surut sehingga mengakibatkan perairan menjadi homogen secara vertical. Dikarenakan kendali pasang surut maka salinitas disemua titik dapat berubah dengan drastis, bergatung pada kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas di dominasi oleh air tawar yang datang dari sungai, sedangkan pada saat pasang air lautlah yang paling banyak mempengaruhi.
2.4.4 pH (Tingkat Keasaman dan Kebasaan)
Air laut memiliki sifat fisiko kimia yang khas. Air laut tersusun atas kurang lebih 80% unsur, dengan pH antara 7,5-8,5. Unsur terbesar konsentrasi ionnya adalah Na & Cl. Kedua unsur ini menentukan tingkat salinitas air laut, yang biasa diukur dengan satuan per mill (0/oo). Konsentrasi seluruh bahan padat terlarut dalam air laut disebut salinitas. Air laut permukaan memiliki salinitas sebesar 32-38 0/oo, dan apabila daerah pantai akibat masuknya air sungai / buangan limbah, salinitasnya sering menjadi lebih rendah (10-32
0/oo). Naik turunnya air laut dipengaruhi oleh penguapan, peleburan, dan pembentukan es dikutub (Sidharta, 2000).
2.4.5 Cahaya (Intensitas Cahaya)
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelukan memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. Menurut Romimohtarto (2001) cahaya mempunya pengaruh besar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis dan juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut.
2.4.6 Jenis Substrat
Menurut Romimohtarto (2001), jenis substrat dasar perairan juga mempengaruhi jenis hewan laut yang dapat hidup pada atau di dalam laut.
Berdasarkan atas tipe dasar atau substrat tersebut, maka klasifikasi mintakat/zonasi pantai sebagai berikut:
a. Mintakat lumpur
Mintakat ini terjadi karena adanya aliran air yang mengandung lumpur dari darat. Lumpur yang terbawa tersebut mengendap di perairan teluk yang tenang atau estuari.
Kandungan oksigen di lingkungan ini rendah, karena partikel lumpur ini padat dan tidak meninggalkan rongga untuk oksigen. Zat-zat organik yang membusuk juga menghabiskan keberadaan oksigen dan kebanyakan yang hidup di mintakat ini adalah bakteri.
b. Mintakat pasir
Pasir mempunyai ukuran yang lebih besar daripada partikel lumpur.
Dasar pasir ini memungkinkan air mengalir melalui partikel-partikel pasir sehingga ada pertukaran oksigen sampai lapisan bawah dasar air. Gelombang laut dapat memindahkan pasir saat menuju pantai. Perpindahan pasir ini cenderung untuk bertindak sebagai pengerus. Oleh sebab itu hewan yang hidup di lingkungan ini harus dilengkapi dengan cangkang yang kuat, mampu bergerak bersama butiran pasir, atau memendam dalam bawah permukaan pasir.
c. Mintakat cadas/batu
Pantai bercadas atau berbatu merupakan lingkungan yang mudah bagi banyak biota laut untuk menyesuaikan diri. Daerah cadas ini memperoleh oksigen yang bagus, banyak makanan dan tempat perlindungan yang bagus.
Jenis yang hidup disini umumnya jenis melekat. Melekat dengan alat lekat yang kuat sperti alga, melekat dengan kaki hisapnya seperti beberapa keong atau bersembunyi di sela-sela alat pelekat alga sperti jenis-jenis cacing.
d. Mintakat timbunan
Mintakat timbunan disini adalah tumpukan-tumpukan kayu dermaga, galangan kapal dan bangunan-bangunan lain buatan manusia. Lingkungan ini dianggap terpisah karena lingkungan ini tidak menunjang jenis kehidupan yang terdapat di lingkungan lain. Contohnya adalah tiram pengebor, Teredo.
2.5 Lokasi Penelitian
Pantai Dadabong merupakan pantai berkarang dan berpasir yang memiliki daerah pasang surut yang relatif panjang dari bibir pantai sampai batas surut terjauh kurang lebih 150 m. Pantai Dadabong terletak di desa Hadiwarno Kabupaten Pacitan yang masih terjaga kelestariannya dengan kondisi ekologi Invertebrata yang relatif banyak. Selain itu, letak pantai Dadabong yang berada dibalik tebing dan sulitnya akses menuju pantai menjadi penyebab terjaganya pantai tersebut. Pantai Dadabong memiliki ekologi yang hampir mirip dengan pantai-pantai diselatan Pulau Jawa. Ciri khas pantai dadabong adalah sepanjang bibir pantai sampia batas terjauh zonasi terdiri dari batuan karang dan pasir putih bersih serta ditumbuhi lamun.
Gambar 2.26 : Lokasi Penelitian Gambar 2.27 : Zonasi Pantai Dadabong (sumber: Dokumentasi pribadi)
Area pengambilan sampel dalam kegiatan penelitian sebagian besar merupakan perairan pantai jernih dengan substrat dominan pasir putih yang ditumbuhi lamun dengan sedikit batuan karang. Menurut Nontji (1993) Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat diperairan
tropis yang keanekaragaman biotanya sangat tinggi termasuk Echinoderamata.
Jenis Echinodermata yang banyak menghuni terumbu karang ialah teripang.
2.6 Sumber Belajar
2.6.1 Pengertian Sumber Belajar
Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar.
Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Menurut AECT (1977) mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar dan meliputi pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan belajar yang bertujuan dan terkontrol.
2.6.2 Jenis-jenis Sumber Belajar
Sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan
yang positif untuk peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Menurut AECT dalam Asyhar (2012) terdapat enam macam sumber belajar yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar /lingkungan.
1. Pesan, adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.
2. Orang, mengandung pengertian manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Tidak termasuk mereka yang menjalankan funsgi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.
3. Bahan, merupakan sesuatu (bisa pula disebut program atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri.
4. Alat, adalah sesuatu (biasa pula disebut hardware) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan.
5. Teknik, berhubungan dengan prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
6. Lingkungan (Latar), merupakan situasi sekitar di mana pesan diterima Keenam sumber belajar tersebut juga merupakan komponen system dalam pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu terdapat keenam komponen tersebut.
Bahan-bahan yang merupakan sumber belajar tersebut perlu dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya oleh sebuah badan/wadah yang disebut Pusat Sumber Belajar agar dapat memberikan kemudahan dan
berfungsi secara optimal untuk proses pembelajaran. Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (Learning resource by Design)yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (Learning Resource by Utilization )yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll. Dilihat dari segi fungsi dan perannya, terutama kemampuannya dalam melakukan interaksi dan komunikasi dengan para peserta didik, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
alat peraga (teaching aids) atau alat audio visual (audio-visual aids) dan media pembelajaran (Sudjarwo,1989).
Sumber belajar dapat berfungsi sebagai saluran komunikasi dan mampu berinteraksi dengan peserta belajar dalam suatu kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu sumber belajar harus dikembangkan dan dirancang secara sistematis berdasarkan kebutuhan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dan juga berdasarkan pada karakteristik para peserta didik yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
2.6.3 Fungsi Sumber Belajar
Sumber belajar mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran. Menurut Sudono (2000) pada pendidikan anak usia dini, fungsi sumber belajar lebih cenderung memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau tempat.
Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak, misalnya ada seorang anak yang hanya menghendaki bahan dari sumber belajar yang sama. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan anak pengulangan- pengulangan untuk menguasai kemampuan maupun keterampilan tertentu.
Pengulangan itu pun dapat menjadi suatu kebiasaan yang dibutuhkan anak dalam kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Selanjutnya Sudono (2000) mengatakan bahwa fungsi sumber belajar yang lain adalah meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lain.
Sedapat mungkin anak dilatih untuk bercerita tentang kejadian yang ia lihat, dengar, atau hal -hal lain yang ia rasakan.
Depdikbud (Soschan, 1994) mengemukakan bahwa penggunaan sumber belajar dalam pembelajaran pada umumnya mempunyai berbagai fungsi, di antaranya (1) untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, (2) memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan
mengurangi kontrol yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (3) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, (4) lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan kemampuan peserta didik dengan berbagai media komunikasi serta penyajian informasi dan data secara lebih konkrit, (5) memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pengajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung, (6) memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa.
Sejalan dengan pendapat di atas, Djahiri (1992) mengemukakan pula fungsi sumber belajar, yaitu sebagai sumber kajian yang secara lengkap dan lebih jauh, juga berperan sebagai media pengembangan kepenasaranan (curiousity) pembakuan proses dan kemampuan serta kegemaran membaca (reading, reading ability and culture), serta latihan pengembangan kemampuan belajar (learning skill) khususnya kemampuan akademik, pembentukan sikap (concept formation= self concept) dan daya pikir yang nalar (thinking/critical/analysing/evaluate skill). Dengan kata lain, sumber belajar berfungsi memperkuat upaya men-CBSA-kan peserta didik dengan kadar yang lebih tinggi, di samping memperluas dan meningkatkan hasil belajar secara kuantitatif maupun kualitatif.
2.6.4 Pemilihan Sumber Belajar
Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena dengan penggunaan sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi para siswa. Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu :
1. Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).
2. Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
3. Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus pelaksanaannya.
4. Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.
5. Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa.
6. Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.
Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna (Sudjarwo, 1989).
2.6.5 Kriteria Memilih Sumber Belajar
Agar pemilihan sumber dan media belajat tepat sasaran, maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan sumber media pembelajaran. Kriteria sumber media pembelajran yang baik perlu diperhatikan menurut Asyhar (2012) adalah sebagai berikut:
1. Jelas dan rapi. Sumber media belajar yang baik harus jelas dan rapi dalam penyajianya
2. Bersih dan Menarik. Bersih di sini berarti tidak ada gangguan yang tak perlu pada teks, gambar, suara dan video.
3. Cocok dengan sasaran. Sumber media belajar yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
4. Relevan dengan topik yang diajarkan. Harus sesuaidegan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedural.
5. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sumber media belajar yang baik adalah sesuai tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum.
6. Praktis, luwes dan tahan. Kriteria ini menuntut para guru/instruktur untuk memilih sumber media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru
7. Berkualitas baik. Kriteria sumber belajar dan media secara teknis harus berkualitas baik
8. Ukuran sesuai dengan lingkungan belajar. Sumber belajar dan media yang terlalu besar sulit digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas dan pat menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang kondusif.
2.6.6 Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien tanpa pemanfaatan sumber belajar. Menurut Djohar (1984) menyatakan bahwa objek apapun dan dimanapun yang dapat memberikan pengalaman belajar sesuatu tertentu termasuk sumber belajar. Segala sesuatu baik benda,
makhluk hidup, peristiwa ataupun bentuk ungkapannya secara simbolik yang mengandung masalah tertentu dinamakan sumber belajar (Prawoto, 1984).
Pada hakekatnya sumber belajar itu terdapat dimana-mana, sebab dimana-mana manusia itu dapat belajar dari alam sekitar maupun laingkungan hidupnya. Menurut Suthardi (1981) mengatakan bahwa penggunaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1. Lingkungan merupakan sumber belajar yang mudah di jangkau.
2. Objek permasalahannya banyak dan beragam.
3. Siswa lebih mengenal lingkungan.
4. Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang nyata dan otentik.
5. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan observasi dan eksperimen.
2.6.7 Media Belajar Atlas Biologi
Media pendidikan atau media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman. 2008). Hamalik (dalam Arsyad, 2009) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yang merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak yang ditimbulkan. Karakteristik umum media adalah kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek (Munadi, 2015).
Guru memerlukan sarana untuk membimbing siswa dalam pembelajaran materi Invertebrata, alternatif solusi yang dapat diberikan adalah Atlas. Menurut (Nurdin) Atlas merupakan suatu kumpulan gambar yang disusun sedemikian rupa dan memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Atlas dapat berbentuk lembaran maupun buku. Jika ditinjau darai penggunaan atlas, maka dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu:
1. Atlas Sekolah : Merupakan buku peraga pada proses pembelajaran biasanya dapat ditemui pada jenjang pendidikan menengah dan atas.
2. Atlas Nasional : Merupakan atlas yang digunakan secara umum oleh pengguna data dan informasi, atlas ini dapat digunakan oleh barbagai kalangan dari mahasiswa, peneliti, masyarakat sampai pemerintah dan swasta.
Berdasarkan silabus SMA kelas X materi Invertebrata pada KD 3.8 dan 4.8.
Penyajian data penelitian dapat dituangkan dalam media visual, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian materi invertebrate khususnya Echinodermata berupa Atlas.
2.7 Kerangka Konseptual
2.28 : Gambar Peta Konsep Penelitian
Inventarisasi Echinodermata di Pantai Dadabong Kabupaten Pacitan untuk
memperoleh data
Selain daratan, Keanekaragaman hayati potensial berada ada di Laut
Sumber belajar dan data yang diperoleh dapat menjadi rujukan bagi
peneliti lanjutan.
Sumber belajar berupa Atlas Biologi Indonesia memiliki potensi Keanekaragaman hayati melimpah
Salah satunya Echinodermata di Pantai Dadabong Kabupaten Pacitan
Akses sulit Pasang surut Belum ada data
penelitian sebelumnya