• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman. a. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman. a. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Hakikat Keterampilan Membaca Pemahaman a. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan suatu proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Seseorang dikatakan berhasil dalam membaca pemahaman apabila mampu memahami semua isi bacaan dengan baik. Senada dengan Agustinus Suyoto (2014) berpendapat bahwa “membaca pemahaman adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian”.

Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.

Membaca pemahaman adalah jenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui, dan menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan bacaan tertulis (Utama, 2016). Memahami bacaan merupakan salah satu cara untuk mengetahui maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Membaca pemahaman menjadi target dalam kegiatan membaca yang mengharapkan siswa mengerti dan memahami setiap bahan bacaan yang dibacanya.

(2)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses untuk memahami informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan.Pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan bertujuan siswa dapat mengetahui dan memahami keseluruhan bahan bacaan yang dibacanya.

b. Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman harus mempunyai tujuan yang jelas yakni mencari informasi, memahami makna bacaan, menemukan ide pokok, yang tertuang dalam bacaan. Selain itu menjadi patokan untuk mengetahui arah pembicaraan penulis melalui bacaan yang dipahami.Membaca pemahaman bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan” (Ariawan, 2018).

Membaca pemahaman mempunyai tujuan untuk 1) mendapatkan rincian maupun fakta yang menyeluruh dari bacaan, 2) memperoleh pemahaman ide pokok suatu bacaan, 3) mengklasifikasikan suatu informasi dalam bacaan, 4) menyimpulkan informasi dalam bacaan, 5) membandingkan informasi dalam bacaan, 6) memperoleh pemahaman pola-pola fiksi, drama tulis, resensi kritis, dan standar atau norma kesastraan (Tarigan, 2013).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca pemahaman secara garis besar yakni memperoleh pemahaman informasi secara menyeluruh terhadap suatu bacaan. Selain itu siswa juga diharapkan dapat menceritakan kembali dan menjawab pertanyaan dari teks yang telah dibaca.

(3)

c. Tingkat Membaca Pemahaman

Tingkat membaca pemahaman seseorang dapat dilihat dari kemampuan dalam memahami suatu bahan bacaan. Pada tingkat membaca pemahaman merupakan prasyarat untuk tingkat yang lebih tinggi, yakni membaca untuk memperoleh isi bacaan secara efektif. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi bacaan seperti kata, kalimat, dan paragraf dalam teks bacaan.

“Tingkat membaca pemahaman diartikan sebagai mengukur kemampuan siswa memahami informasi tertulis/tersirat dari bacaan” (Kholiq, 2018). Tingkat membaca pemahaman berorientasi pada kemampuan analisis dengan merujuk penggalan teks sebagai bukti dari pemahaman yang diperoleh. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom (Gunawan dan Palupi, 2012) “tingkat membaca pemahaman setingkat pada tataran mengingat (remember) (reading beyond the line s)”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat membaca pemahaman seseorang dapat dikatakan lebih baik apabila mampu memperoleh detail isi bacaan secara efektif. Tingkat membaca pemahaman berorientasi pada kemampuan analisis siswa dengan merujuk penggalan teks sebagai bukti dari pemahaman yang diperoleh.

d. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman

Prinsip membaca pemahaman merupakan suatu pijakan bagi pengajar dalam melaksanakan pembelajaran. Prinsip membaca pemahaman sama seperti membaca pada umumnya namun lebih menekankan makna atau pemahaman sendiri dari pembacanya.

(4)

Zuchdi (2012) menguraikan pendapatnya tentang prinsip – prinsip membaca pemahaman sebagai berikut:

1) Pengkodean kembali secara perseptual dan kontekstual, 2)Menghubungkan satuan ide, mengetahui detail informasi, dan membangun struktur mikro, 3)Membangun ide pokok (struktur makro), 4)Menggunakan struktur mikro dan struktur makro untuk mengidentifikasi ide-ide penting, 5)Mengintegrasikan ide-ide penting dengan pengetahuan awal (prior knowledge), membuat simpulan, dan membangun model situasi, 6)Mempelajari mengenal model situasi dan menggunakannya pada situasi lain.

Enam prinsip dasar yang dikemukakan di atas menjadi point penting membaca pemahaman. Oleh karena itu, harus diterapkan pada kegiatan belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa.Dengan memperhatikan strategi membaca yaitu menggunakan strategi yang tepat serta penerapan model pembelajaran.

e. Aspek Membaca Pemahaman

Kegiatan membaca pemahaman, tidak hanya sekedar mengerti memahami isi bacaan, tetapi juga mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman pengetahuan yang dimilikinya. Setyaningrum (2018) bahwa keterampilan berbahasa sebagai sarana berkomunikasi, pengajaran dan integrasi meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu dalam aspek membaca terdapat aktivitas kompleks. Aspek Indikator dalam keterampilan membaca pemahaman yang digunakan adalah kemampuan menangkap isi bacaan, kemampuan meringkas bacaan, kemampuan menjawab pertanyaan berdasarkan isi bacaan, dan kemampuan menceritakan kembali isi bacaan.

(5)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam membaca pemahaman tidak hanya memahami isi bacaan tetapi mengaitkan pengalaman dan pengetahuan dari pembaca. Oleh karena itu, seorang pembaca harus mencari sumber informasi dari penulis lainnya sehingga menambah wawasan dalam membaca.

f. Tahapan Membaca Pemahaman

Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan menangkap ide pokok yang terdapat dalam bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok lain secara keseluruhannya, dapat menghubungkan ide yang dipahami dari bacaan dengan ide diluar bacaan. Darmuki (2015)

“menyatakan bahwa membaca buku referensi akan membantu pembaca untuk meningkatkan keterampilan berbahasa”.

Kegiatan membaca pemahaman terjadi apabila terdapat ikatan yang aktif antara daya pikir dan kemampuan yang diperoleh pembaca melalui pengalaman membaca. Menurut Saddhono dan Slamet (2014) Tahapan membaca hakikatnya terdiri atas lima tahapan yaitu:

1) Mengidentifikasi pernyataan tesis dalam kalimat topik.

2) Mengidentifikasi kata-kata dan frasa-frasa kunci.

3) Mencari kosakata baru.

4) Mengenali dan memahami organisasi tulisan.

5) Mengidentifikasikan teknik pengembangan paragraf.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran membaca pemahaman tidak dilakukan asal-asalan, harus benar-benar memahami tujuan membaca

(6)

pemahaman, tingkat membaca pemahaman, prinsip- prinsip membaca pemahaman, dan aspek membaca pemahaman. Oleh karenanya di dalam membaca pemahaman diperlukan berupa model pembelajaran yakni model Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).

2. Hakikat Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di sekolah. Menerapkan model pembelajaran harus memperhatikan prosedur dan pengalaman kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Hal ini diperhatikan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara baik dan efektif.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual prosedural yang sistematik berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik yang memiliki tahapan (sintaks) dalam pembelajaran (Sani, 2013). Sedangkan menurut La Iru (2012), “model pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan suatu kegiatan belajar mengajar di kelas didasarkan pada pengalaman belajar sehingga mencapai tujuan tertentu.Berfungsi

(7)

sebagai pedoman pembelajaran bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

b. Ciri – Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran dijadikan sebagai pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran disesuaikan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri model pembelajaran yang baik untuk memberikan arahan atau indikator kepada guru dalam penyusunanya.

Rusman (2016) model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Teori pendidikan dan teori belajar dari ahli tertentu.Dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis, 2) Mempunyai misi tujuan pendidikan tertentu, 3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, 4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax): b) adanya prinsip- prinsip reaksi:c) sistem sosial: d) dan sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran, 5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, 6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Rofa’ah (2016:) menjelaskan ” ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya”.

1) Rasional teoritik yang logis disusun pencipta atau pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang siswa mengajar.

3) Tingkah laku mengajar diperlukan model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sesuai dengan ciri-ciri model pembelajaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tidak hanya mempermudah guru melainkan juga berdampak positif terhadap siswa, maupun proses belajar mengajar, contohnya dengan penggunaan model pembelajaran siswa akan lebih

(8)

mudah berkreativitas dalam berpikir, adanya kemudahan dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang diharapkan serta hasil yang memuaskan.

c. Macam –Macam Model Pembelajaran

Macam – macam model pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru dapat memilih salah satu model pembelajaran untuk digunakan dalam kegiatan mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan di kelas.

Menurut Hamdayama (2016) macam-macam model pembelajaran sebagai berikut.

1) Model Pembelajaran Inquiry

Merupakan suatu model memakai rangkaian aktivitas pembelajaran yang mengutamakan sistem berpikir secara kritis dan analitis kepada peserta didik supaya mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu persoalan yang dipertanyakan secara independen melalui penyelidikan ilmiah.

2) Model Pembelajaran Kontekstual

Merupakan suatu model dengan rencana belajar yang menyebabkan guru mengaitkan antara materi yang diajarkan sesuai dengan dunia nyata. Model mengajar ini juga mampu mengembangkan kapabilitas sosial peserta didik dihadapkan terhadap suasana dunia nyata. Terdapat tujuh komponen utama berasal dari pembelajaran kontekstual, yakni:

a) Konstruktivisme, yaitu mendorong peserta didik supaya mampu mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman.

(9)

b) Inquiry, yang didasarkan terhadap penyingkapan, penyelidikan atau pencarian dan penelusuran.

c) Bertanya, yaitu sebagai refleksi berasal dari keingintahuan setiap individu.

d) Learning community, yaitu dilaksanakan bersama dalam grup belajar.

e) Modeling, yaitu memperagakan sesuatu yang mampu ditiru oleh peserta didik.

f) Refleksi, yaitu sistem pengkajian pengalaman yang sudah dipelajari.

g) Penilaian nyata, yaitu sistem yang dilaksanakan guru untuk mengumpulkan info tentang pertumbuhan belajar peserta didik.

3) Model Pembelajaran Ekspositori

Model ekspositori adalah pembelajaran yang mengutamakan terhadap sistem penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada peserta didik supaya mampu menguasai materi secara optimal. Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik memberi tambahan penjelasan kepada peserta didik dengan berceramah.

4) Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang mengutamakan sistem penyelesaian persoalan dihadapi secara ilmiah. Pemecahan persoalan jadi langkah utama dalam model ini.

(10)

5) Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa macam model pembelajaran yang dikemukakan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC ) yang ditemukan Robert E. Slavin

merupakan model yang sesuai sesuai dengan membaca pemahaman. Model pembelajaran CIRC dapat digunakan secara efektif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)

a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh, kemudian mengomposisikannya menjadi bagian yang penting (Hosnan, 2014). Pembelajaran CIRC dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan membaca pemahaman dan menulis secara terpadu sehingga siswa memahami informasi yang berasal dari bacaan dan mengkomunikasikannya secara tertulis dari hasil pemahamannya tersebut.

(11)

Model pembelajaran CIRC merupakan salah satu bagian dari cooperative learning yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus

ada perbedaan status dan peran siswa sebagai tutor sebaya. Dalam pembelajaran CIRC setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang didapat pada kelompoknya. Setiap orang yang ada dalam kelompok harus menyampaikan ide- ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama (Huda, 2013).

Dari pendapat ahli di atas, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat membantu siswa dalam membaca membaca pemahaman dan penggunaan waktu kegiatan pembelajaran juga secara efektif.

Siswa bekerja di tim-tim kooperatif dari kegiatan ini, dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, sehingga memenuhi tujuan dalam pemahaman membaca kosakata, pembacaan pesan, dan ejaan. Siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam rekognisi yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota tim.

b. Tujuan Model Pembelajaran CIRC

Belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan belajar mandiri tanpa harus mengandalkan peran guru, karena dibagi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan yang sama “siswa dipilih berdasarkan nilai”. Dalam pembelajaran model ini guru hanya bertugas memberi bantuan pada kelompok yang belum dapat menyelesaikan tugasnya.

Menurut Kuniarsih (2015) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), yaitu sebuah program yang komprehensif untuk mengajari

(12)

pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa di sekolah dasar. Hal ini berkaitan dengan tujuan utama dari CIRC yaitu menggunakan kelompok- kelompok kooperatif untuk membantu siswa dalam mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diterapkan secara luas. Pengembangan CIRC difokuskan pada metode - metode pengajaran, merupakan sebuah usaha untuk menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai sarana memperkenalkan teknik terbaru dalam pengajaran praktis pembelajaran membaca dan menulis. Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan tujuan- tujuan kelompok dan tanggung jawab dari tiap individu.

Berdasarkan beberapa uraian singkat di atas, dapat disimpulkan tujuan utama CIRC adalah menggunakan kelompok-kelompok kooperatif untuk membantu siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara lugas. Dan membantu guru memadukan kegiatan membaca dan menulis dalam pelaksanaan pembelajaran membaca.

c. Langkah – Langkah Model CIRC

Langkah –langkah dalam model pembelajaran CIRC sesuai dengan kurikulum yang sedang diterapkan yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang terpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru memperhatikan beberapa langkah-langkah model CIRC agar dapat digunakan dalam melakukan suatu pembelajaran.

Langkah langkah CIRC menurut Slavin (2016) adalah sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 atau 5 orang yang secara heterogen.

2) Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.

(13)

3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

5) Guru memberikan penguatan

6) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.

7) Penutup.

Senada dengan (Shoimin, 2014) ada beberapa langkah –langkah model CIRC yang dibagi beberapa fase yakni :

1) Fase Orientasi

Fase orientasi merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam memberikan pengetahuan awal materi . Selain itu, juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.

2) Fase Organisasi

Fase organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas.

Selain itu, juga menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Fase Pengenalan Konsep

Merupakan kegiatan dilakukan dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.

(14)

4) Fase Publikasi

Pada fase ini siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas, dalam kelompok.

5) Fase Penguatan dan Refleksi

Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Berdasarkan beberapa langkah-langkah model pembelajaran CIRC di atas dapat disimpulkan bahwa semua fase tersebut saling berkaitan antara satu sama yang lainnya sehingga guru harus melaksanakan sesuai dengan langkah- langkah yang ada agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

(15)

20 B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1. Kajian Penelitian Yang Relevan

NO Judul Persamaan Perbedaan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khaerati Hamid , FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar 2019. Pengaruh model pembelajaran cooperative integrated reading and composition (circ) terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas vb sd negeri biringkaloro kabupaten gowa.

Persamaan dengan penelitian Khaerati Hamid adalah sama-sama menerapkan model pembelajaran tipe cooperative integrated reading composition.

Adapun perbedaannya adalah model pembelajaran Tipe cooperative integrated reading composition diterapkan untuk kelasVB SD Negeri

Biringkaloro Kabupaten Gowa.

Sedangkan peneliti yang akan dilakukan menerapkan model pembelajaran tipe cooperative integrated reading composition diterapkan untuk kelas IV SD Girimoyo 02 Malang.

2. Penelitian yang dilakukan Oleh Susiprayati, Ni Wyn. Arini, Ign.I Wyn. Suwatra Journal FKIP Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja, Indon esia 2014. Penerapan model

pembelajaran CIRC untuk

meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman wacana narasi V SDN 03 Panjianom.

Persamaan dengan penelitian Susipriyati adalah sama-sama menerapkan model pembelajaran tipe cooperative integrated reading composition.

Adapun perbedaannya adalah model pembelajaran Tipe cooperative integrated reading composition diterapkan untuk kelas V SDN O3 Panijianom.

Boyolali.

Sedangkan peneliti yang akan dilakukan menerapkan model pembelajaran tipe cooperative integrated reading composition diterapkan untuk kelas IV SD Girimoyo 02 Malang.

(16)

21 C. Kerangka Berpikir

Bagan 2.1.Kerangka Berpikir Kondisi Ideal

1. Model pembelajaran yang berinovasi, dapat meningkatkan proses pembelajaran yang aktif.

2. Pemusatan perhatian siswa selama proses pembelajaran.

Kondisi Nyata

1. Model pembelajaran yang digunakan kurang berinovasi sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran.

2. Siswa tidak bisa memusatkan perhatian

Masalah

1. Keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah.

2. Proses pembelajaran kurang bervariasi.

Tindakan

Pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan model pembelajaran CIRC.

Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan keterampilan membaca

pemahaman pada siswa kelas IV SDN Grimoyo 02 Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh penerapan good corporate governance dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang terdaftar di BEI tahun

ini metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian,

Metode: Pada 40 Mahasiswa FK-UKM Baridung yang berumur 19 - 27 tahun dilakukan pengukuran kebugaran dengan eara tes ergometer sepeda Astrand dan tes bangku Harvard.. Pada tes

The Reflection of Christmas Consumerism in the late 1990s US from the Setting in Skipping Christmas .... Setting

Untuk dapat mengembangkan produk cookies berbasis beras merah dan bekatul yang digemari oleh konsumen, perlu diketahui karakteristik yang disukai oleh konsumen itu

Keterkaitan variabel kinerja lingkungan yang diproksi dengan ISO 14001 dan mekanisme GCG yang diproksi dengan ukuran komite audit, dewan direksi wanita, dan proporsi

Sehingga dengan adanya peningkatan kapasitas bagi petani budidaya perikanan melalui pelatihan dan sosialisasi baik pada pelaksanaan teknis produksi yaitu budidaya

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner (angket) pada pengguna website Universitas Surabaya.. Penyebaran angket