24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu 1. Siti Aminah
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2022 oleh SitiAminah seorang mahasiswi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berjudul“Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Alam Jaya Jatiuwung Tangerang)” memiliki tujuan untuk (1) memperoleh data dan fakta mengenai bagaimana interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal, di Kelurahan Alam Jaya, Jatiuwung, Tangerang, dan (2) untuk memperoleh data mengenai bagaimana strategi masyarakat pendatang beradaptasi dengan masyarakat lokal di Kelurahan Alam Jaya, Jatiuwung, Tangerang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus dimana dalam proses pengumpulan data memanfaatkan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk teknik analisis datanya menggunakan model milik Miles & Huberman. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal dapat dikatakan terjalin dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka dapat hidup dalam satu lingkungan, serta dapat menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa, tanpa adanya diskriminasi yang berkaitan dengan latar
25
belakang sosial-budaya. Interaksi sosial yang terjalin antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal juga mengandung nilai positif, yaitu adanya bentuk interaksi yang bersifat asosiatif meski tidak dapat dipungkiri bahwa juga ditemui bentuk interaksi yang bersifat disosiatif berupa adanya pertentangan atau konflik yang terjadi antar individu yang disebabkan karena adanya kesalah pahaman atau miskomunikasi Disisi lain, strategi masyarakat pendatang untuk dapat beradaptasi dengan kebudayaan masyarakat lokal, adalah dengan cara berbaur dan membangun komunikasi yang baik. Seperti, melakukan tegur sapa, mengikuti kegiatan yang diadakan oleh masyarakat lokal berupa gotong royong, memeriahkan acara 17 Agustus, Mengikuti Acara Maulid Nabi, Isra Mi’raj serta mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh masyarakat lokal.
2. Febriana Devi Safitri
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2019 oleh Febriana Devi Safitri seorang mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “Proses Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang Dan Masyarakat Lokal Dalam Membangun Harmonisasi Sosial (Studi Di Kelurahan Wagom , Pariwari, Fak Fak Papua Barat)” bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat pendatang dan masyarakat lokal dalam membangun harmonisasi sosial di Kelurahan Wagom, Fak Fak, Papua Barat dan (2.) untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan mendeskripsikan faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya harmonisasi sosial antara masyarakat pendatang dan masyarakat lokal di Kelurahan Wagom Kec.
26
Pariwari Kab. Fak Fak Papua Barat.. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Informasi yang diperoleh guna memperoleh data yang valid dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan untuk teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan model Miles & Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwaproses interaksi sosial antara masyarakat pendatang dan lokal berjalan dengan baik dan bersifat asosiatif meski terkadang juga dapat ditemukan adanya konflik tapi konflik ini dapat diselesaikan dengan baik-baik. Sedangkan dalam mewujudkan keharmonisan diantara kedua kelompok masyarakat faktor yang sangat mempengaruhinya yakni faktor internal yang terdiri dari: kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan dan faktor Eketernal meliputi:
sikap saling mengahrgai/toleransi, perkawinan campuran, dan sikap terbuka.
3. Azhar Fauzan Ahsan
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2021 oleh Azhar Fauzan Ahsan yang berasal dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung.dengan judul
“Interaksi sosial antara mahasiswa pendatang dengan warga: Studi kasus mahasiswa UPI Cibiru di RW 13 Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung” bertujuan untuk untuk 1) mengetahui pola interaksi sosial yang dilakukan antar mahasiswa UPI Cibiru dengan masyarakat RW 13 Cibiru Wetan 2) Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat mahasiswa UPI Cibiru dalam berinteraksi dengan masyarakat RW 13 Cibiru Wetan, dan 3) Untuk mengetahui peran yang dilakukan mahasiswa UPI Cibiru dalam berinteraksi dengan masyarakaat RW 13 Cibiru Wetan. Pendekatan
27
yang digunakan dalam penelitian ini berupa kualitatid dengan jenis deskriptif.
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pola interaksi sosial yang terjadi antara mahasiswa dan masyarakat yakni berbentuk asosiatif dimana mereka saling mengingatkan dan mentaati aturan yang berlaku di RW.13 Cibiru Wetan. Faktor pendorong mahasiswa UPI Cibiru untuk berinteraksi dengan masyarakat RW.13 Cibiru Wetan yakni sikap masyarakat yang ramah, toleran dan memiliki rasa empati. Faktor penghambat dalam berinteraksi sosial antara mahasiswa UPI Cibiru dengan masyarakat RW 13 Cibiru Wetan Perbedaan budaya, yakni kurangnya sikap terbuka kepada orang-orang baru, perbedan sikap dan perilaku, kesibukan kampus, dan kurangnya intensitas ngobrol bersama. Sedangkan peran mahasiswa UPI Cibiru dalam berinteraksi dengan masyarakat RW.13 Cibiru wetan meliputi menjaga ketertiban, mengajar anak-anak pelajaran agama di masjid, membantu dalam hal pemasukan untuk masyarakat sekitar.
4. Rani Asmira (2020)
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rani Asmira seorang mahasiswi dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry berjudul “Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Masyarakat Pendatang Di Desa Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah “ bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang di Desa Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah dan (2)untuk mengetahui pola interaksi masyarakat lokal terhadap masyarakat
28
pendatang di Desa Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif.
Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa persepsi masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang dapat dikatakan baik. Salah satufaktornya adalah kepribadian terbuka yang dimiliki oleh masyarakat pendatang sehingga membuat masyarakat lokal senang.
Masyarakat lokal menganggap dengan adanya kehadiran masyarakat pendatang membuat desa menjadi semakin ramai, dan semakin bertambah penduduknya
Penelitian yang dilakukan peneliti ini memiliki persamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas yakni sama-sama melakukan penelitian mengenai interaksi sosial yang terjalin antara masyarakat lokal dengan kelompok pendatang. Selain itu, metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian terdahulu juga memiliki persamaan dengan penelitian ini.Akan tetapi, yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah selain dari objek penelitian yang di teliti, penelitian ini juga mengangkat fokus permasalahan yang berbeda yakni penerimaan sosial masyarakat lokal terhadap kelompok pendatang terkhusus siswa yang mana didalamnya menyangkut tentangbagaimana masyarakat lokal Kampung Inggris memaknai siswa pendatang dan bentuk penerimaan sosial yang mereka berikan.
29
1.2 Kerangka Konsep
1. Konsep Penerimaan Sosial A. Pengertian Penerimaan Sosial
Penerimaan sosial sangat dibutuhkan dalam menunjang berlangsungnya proses interaksi. Penerimaan sosial adalahpenerimaan atau pengakuan seorang individu dalam suatu kelompok sosial. Menurut Hurlock (dalam Yuliani &
Syahriman, 2020) penerimaan sosial merupakan suatu proses dimana seseorang dipilih sebagai teman sehingga ia turut menjadi anggota dalam suatu aktivitas kegiatan kelompok. Sedangkan menurut Asher & Parker (dalam Sinta dan Sulian, 2021)penerimaan sosial adalah keadaan yang menunjukkan seseorang dapat disenangi dan diterima oleh orang lain dalam lingkungan secara penuh sehingga dapat menimbulkan rasa aman. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Berk (dalam Lestantio, 2021) penerimaan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang seperti kemauan untuk menerima orang lain sekurang-kurangnya sabar menghadapi, bersikap tenang, ramah tamah, dan sebagainya sehingga ia dihormati oleh anggota kelompok lainnya sebagai partner sosial yang berguna. Fokus dari pendapat tokoh-tokoh tersebut lebih menekankan pada diterimanya seorang individu oleh orang atau anggota kelompok lainnya.
Disisi lain, Taylor memberikan definisi yang sedikit berbeda dari definisi sebelumnya. Menurutnya, penerimaan sosial ditunjukkan melalui sikap seseorang dalam memandang orang lain sebagai individu yang patut dihargai tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan (dalam Nisa, 2018). Pendapat
30
ini lebih berfokus pada bagaimana proses penerimaan individu terhadap orang lain atau bisa diartikan sejauhmana individu dapat menerima orang lain.
Penerimaan sosial ditandai dengan adanya sikap positif atau menolak (Chaplin, 2006). Individu akan diperlakukan secara baik oleh orang atau anggota lain ketika ia telah diterima dalam sebuah kelompok. Mereka akan senantiasa menunjukkan sikap positif dan memperlakukan individu tersebut dengan baik. Hewitt (dalam Tiberia, 2019) mengemukakan bahwa penerimaan sosial ditandai dengan adanya rasa senang ketika melakukan interaksi sosial dengan orang lain, tumbuhnya perasaan saling memiliki dalam kelompok, dan kesempatan untuk menciptakan status hubungan yang sama.
B. Aspek-Aspek dan Bentuk Penerimaan Sosial
Menurut Parker dan Asher (1993) dalam Aziz (2018) mengemukakan bahwa terdapat enam aspek dalam penerimaan sosial yakni:
1. Validation and caring: adanya pengakuan dan sikap saling menjaga dengan memberikan kepedulian, perhatian dan dukungan
2. Conflict and Betrayal: adanya perbedaan atau perselisihan yang dapat membangkitkan rasa marah dan ketidakpercayaan
3. Companionship and Recreation: menghabiskan waktu bersama
4. Help and Guidance: usaha yang dilakukan untuk membantu satu sama lain 5. Intimate exchange: sikap saling keterbukaan dan keakraban antara satu
individu dengan individu lain
6. Conflict Resolution: Konflik yang terjadi diselesaikan secara baik dan efisien
31
Sedangkan menurut Andi Mappire (1982), bentuk sikap penerimaan sosial diberikan orang lain dapat diasumsikan sebagai berikut:
1. Menghargai apa yang ada dalam diri seseorang secara menyeluruh tanpa menilai kekurangan atau kelebihannya
2. Memandang seseorang sebagai orang yang berharga tanpa melihat dari latar belakang ataupun keadaanya
3. Tidak memandang rendah dan mempercayai bahwa setiap seseorang memiliki potensi dan kemampuan
4. Tidak menekan dan memberikan kebebasan kepada seseorang
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan sosial (social acceptance) menurutHurlock (dalam Aziz, 2018) yaitu: (a) Kesan pertama,(b) Reputasi,(c) Penampilan diri, (d) Perilaku Sosial, (e) Matang dalam hal pengendalian serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan,(f) Penyesuaian sosial, (g) Status sosial ekonomi,(h) Tempat tinggal
Andi Mappiare (1982) mengemukakan bahwa seorang remaja dapat memperoleh penerimaan maupun penolakan sosial dalam kelompok teman sebaya antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima dalam kelompok teman sebaya meliputi:
1. Penampilan (performance) dan perilaku remaja antara lain; persona yang baik, penampilan, mudah berbaur, aktif ikutserta dalam kegiatan kelompok.
32
2. Kemampuan berpikir seorang remaja antara lain; memiliki daya usaha atau ide-ide yang cemerlang, kreatif, aktif terlibat dalam memikirkan urusan kelompok, dan bersedia untuk berbagi hasil pemikirannya.
3. Sikap, sifat, dan perasaan antara lain; bersikap sopan, ramah, memiliki perhatian atau kepedulian terhadap orang lain, sabar, dapat mengontrol emosi dan amarahnya, senang berbagi pengetahuan yang ia miliki kepada orang lain terutama kepada anggota kelompok terkait.
4. Pribadi, meliputi antara lain; seseorang yang jujur, dapat menepati janji dan amanah, loyal, memiliki responsibilitasatas pekerjaan atau hal lain yang dilakukannya, dan mampuberadaptasi dalam berbagai kondisi dan pergaulan sosial.
5. Aspek yang lain seperti; murah hati dan dermawan, suka membantu dan memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan baik.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja mendapatkan penolakan sosial dalam kelompok teman sebaya yaitu:
1. Penampilan (performance) dan perbuatan remaja meliputi; suka membantah, pemalu, tertutup, dan suka menyendiri.
2. Kemampuan berpikir antara lain meliputi; tingkat kecerdasan yang rendah dapat mempengaruhi seseorang mengalami penolakan
3. Sikap, sifat, dan perasaan antara lain; bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok, bertingkah semena-
33
mena dan menguasai orang lain, suka curiga, dan egois atau mau menang sendiri.
4. Ciri lain seperti; faktor rumah yang jaraknya terlalu jauh dari tempat tinggal teman sekelompoknya.
Penerimaan sosial menurut Berk (dalam Tiberia, 2019) juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan akademik, orangdengan kemampuan akademik yang baik akan lebih mudah diterima dibandingkan dengan orang yang kurang berprestasi.
Santrock (2003) menyatakan bahwa orang yang cerdas cenderung memiliki popularitas lebih daripada individu yang kurang pintar.
b. Seseorang yang memiliki kemampuan sosial seperti,keterampilan dalam berkomunikasi, ramah, aktif berpatisipasi dalam aktivitas kelompok, dan cukup percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki akan membuatnya cenderung diterima secara sosial
c. Daya tarik penampilan.Tingkat penerimaan sosial yang diterima seseorang dapat dipengaruhi salah satunya dengan faktor penampilan. Penampilan yang kurang menarik atau nyentrik dibandingkan dengan yang lain akan mengakibatkan seseorang cenderung dijauhi.
d. Pola pribadi. Faktor yang tidak kalah penting dari yang lain adalah kepribadian.Hal inidisebabkan karena suatu pola kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan apakah ia akan memperoleh penerimaan atau penolakan sosial.
34 2.3 Kerangka Teori
A. Teori Pertukaran Sosial George Caspar Homans 1. Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa sebuah hubungan sosial terbentuk karena adanya konsep pertkuran atau imbalan. Teori pertukaran sosial juga menyatakan bahwa dalam sebuah hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi satu sama lain (Razak, 2017). Dalam masyarakat, sifat dasar manusia yang selalu berupaya untuk memaksimalkan kesenangan (mencari keuntungan) dan meminimalkan kesusahan memiliki sifat pertukaran.
Dimana keuntungan yang ingin diperoleh, dilakukan dengan jalan altruisme dan keegoisan (Purdue, 1986).
Bertolak pada konsep dan prinsip dari psikologi perilaku dan ekonomi dasar, Homans mulai mengembangkan Teori Pertukaran Sosial. Berdasarkan psikologi perilaku, proses pertukaran yang terjadi antarpribadi lebih menekankan pada respon subjektif yang bersifat simbolik. Kondisi internal seperti perasaan haruslah diartikan dalam istilah perilaku (behavioral term)sebagai keperluan pengukuran empiris (Nisa, 2021). Homans mencoba melihat perilaku sosial sebagai hasil dari pertukaran baik yang bersifat nyata ataupun tidak (materi atau non materi), menguntungkan ataupun merugikan yang terjadi antara dua orang atau lebih (Ritzer, 2014).
Disisi lain, Homans mengambil konsep biaya (cost), imbalan (reward), dan keuntungan (profit) dari ekonomi dasar. Analogi yang digunakan oleh
35
Homans menyatakan bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi (Sarlito, 2008). Manusia saat melakukan interaksi selalu menjadikan cost (biaya dan pengorbanan) dan reward (penghargaan atau manfaat) sebagai bahan untuk dipertimbangkan. Apabila reward yang diberikan tidak sesuai dengan cost yang diberikan, maka kemungkinan interaksi yang terjadi akan terhenti. Hal ini menyebabkan hubungan sosial gagal terbentuk. Hubungan sosial dapat terjalin secara seimbang apabila masing-masing pihak memberikan umpan balik. Homans juga menekankan bahwa teori pertukaran sosial yang ia kemukakan tidak semata-mata merupakan teori hedonistis, karena hadiah imbalan yang dimaksud tidak hanya berupa materi (uang) tetapi juga dapat berupa altruitis (penghargaan dari orang lain, perhatian, hubungan persahabatan, keakraban, permusuhan, kebencian, dll) (Ritzer, 2012).
Pendekatan psikologi dan ekonomi tersebut digunakan Homans untuk menjelaskan perilaku sosial yang dilakukan oleh individu tidak hanya disebabkan karena alasan ekonomi tetapi juga adanya rasa kepuasan, harga diri dan persahabatan