• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Rhizophora apiculata Blume

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Rhizophora apiculata Blume"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Umum Rhizophora apiculata Blume

Gambar 1. Morfologi R. apiculata (Rusila et al, 1999).

R. apiculata dengan nama lokal yang terkenal yaitu bakau minyak

memiliki perawakan pohon yang tinggi mencapai 30 m, batang berkayu, silindris,

kulit luar batang berwarna abu-abu kecoklatan dengan celah vertikal, muncul

(2)

ujung runcing, berbentuk lonjong, permukaan bawah tulang berwarna kemerahan,

dan tangkai pendek. Bunga tanaman ini terletak di ketiak daun, umumnya tersusun

atas dua bunga, berkelopak 4, berwarna putih kekuningan, putik 1 berbelah 2,

panjang 0,5-1 mm. Buahnya berwarna hijau, hipokotil silindris berdiameter

1-2cm, dan panjangnya mencapai 20 cm, bagian ujung sedikit berbintik-bintik dan

berwarna hijau kemerahan (Rusilaet al, 1999).

Sistem Perakaran Mangrove Rhizophora apiculata Blume

Akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan

salin, oleh karena itu akar merupakan struktur yang berfungsi mengatur

pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap

pergerakan larutan kedalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang

diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi ion pada medium eksternal

(Shannon et al, 1994).

R. apiculata merupakan jenis mangrove yang memiliki akar tunjang,

dimana terjadi pertumbuhan akar secara berulang. Akar selain berfungsi sebagai

penyerap makanan dari tanah juga tampak berfungsi sebagai penunjang.

PadaRhizophora juga terdapatperakaran lain yang terdiri atas akar liar yang

tumbuh lateral dari hipokotil yang tumbuh dari batang tua. Pertumbuhan akar ini

berurutan dari pangkal ke arah bagian atas batang. Akar-akar tersebut mencuat

dari batang, mengarah ke tanah dan menggantung (sehingga disebut pula akar

gantung) dan kemudian masuk ke tanah dan berakar lagi. Panjang cabang akar

(3)

Zonasi Mangrove

Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove(Bengen, 2004)

Watson (1982) berpendapat bahwa hutan mangrove dapat dibagi menjadi

lima bagian berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu: zonasi yang terdekat dengan

laut, akan didominasi oleh Avicennia spp dan Sonneratia spp, tumbuh pada

lumpur lunak dengan kandungan organik yang tinggi. Avicennia spp tumbuh pada

substrat yang agak keras, sedangkan Avicennia alba tumbuh pada substrat yang

agak lunak. Zonasi yang tumbuh pada tanah kuat dan cukup keras serta dicapai

oleh beberapa air pasang, zonasi ini sedikit lebih tinggi dan biasanya didominasi

oleh Bruguiera cylindrica ke arah daratan lagi, zonasi yang didominasi oleh

Rhizophora mucronata dan R. apiculata. Jenis R. mucronata lebih banyak

dijumpai pada kondisi yang agak basah dan lumpur yang agak dalam

(Talib, 2008).

Zonasi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yang dinyatakan oleh

(Lear dan Turner 1977) diantaranya adalah :

1. Fisiografi atau bentuk permukaan, hal ini dapat berupa kemiringan permukaan

(4)

Faktor fisiografi ini bisa mempengaruhi zonasi karena dapat berpengaruh

dalam hal salinitas, aliran air dan aerasi tanah.

2. Kisaran pasang surut

3. Iklim, ini mempengaruhi presipitasi, evaporasi dan temperatur yang

membatasi jenis mangrove yang menyusun pola zonasi (Soeroyo, 1992).

Adaptasi Mangrove Terhadap Suhu

Spesies mangrove mempunyai toleransi yang berbeda terhadap

peningkatan suhu udara. Dalam hal ini fotosintesis dan beberapa ekosiologi

mangrove seperti produksi daun yang maksimal terjadi pada tingkat suhu optimal

tertentu, dibawah dan diatas suhu tersebut fotosintesis dan produksi daun menurun

(Hogarth, 1999).

Keunikan daun mangrove sebagai adaptasi terhadap lingkungan yang

biasanya mempunyai suhu dan radiasi sinar matahari yang tinggi terlihat pada

daun-daun yang posisinya terbuka padatajuk teratas secara tajamcondong,

kadang-kadang posisinya mendekati vertikal, sedangkan daun yang ternaungi cenderung

posisinya horizontal. Akibatnya radiasi sinar matahari terseleksi sepanjang

permukaan fotosintetik luas, sementara pemasukan panas per unit luas daun dan

suhu menjadi berkurang. Oleh karena itu, walaupun lingkungan tempat tumbuh

mangrove yang memiliki radiasi sinar matahari dan suhu udara yangumumnya

tinggi yangmendorong laju transpirasi yang tinggi pula, namun pada

kenyataannya mangrove memiliki laju traspirasi yang rendah yang disebabkan

oleh adaptasi anatomi daunnya. Berdasarkan hasil pengukuran Scholander et al,

(5)

7,5 mg/dm2/mnt secara nyata lebih rendah dibandingkan laju transpitasi vegetasi

daratan, yakni sebesar 10 – 55 mm/dm2/mnt (Onrizal, 2005).

Adaptasi Mangrove Terhadap Salinitas

Salinitas akan berpengaruh pada pengaturan ion-ion internal, yang secara

langsung memerlukan energi untuk transpor aktif ion-ion guna mempertahankan

lingkungan internal.Hal ini sangat berpengaruh pada proses fisiologis yang dapat

berakibat pada mortalitas kepiting. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya-upaya

untuk meningkatkan vitalitas agar resiko kematian dapat dikurangi (Karim, 2007).

Pohon mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas yang sesuai dengan

habitat yang dipengaruhi oleh pasangsurut dan salinitas. Adaptasi terhadap

genangan air ini di cerminkan oleh pembentukan akar napas (pneumatofor), akar

lutut dan akar tunjang serta perkecambahan biji pada waktu buah masih menempel

di pohon (vivipar). Kandungan garam, (antara lain NaCl) sangat menentukan

kemampuan tumbuh dan reproduksi mangrove. Hampir semua jenis mangrove

merupakan jenis yang toleran terhadap garam, tetapi bukan merupakan jenis yang

membutuhkan garam untuk hidupnya (salt demanding), (Richards, 1964). Lebih

lanjut Barbour (1970) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan dan perkembangan

mangrove serta kriteria mengenai toleransi bagi jenis-jenis mangrove terhadap

garam perlu diperinci mengingat sifat-sifat fisika dan kimia habitatnya selalu

berubah-ubah sebagai akibat pengaruh pasangsurut, air tawar/sungai,

pengendapan lumpur dan dekomposisi bahan organik hasil guguran daun, ranting,

bunga, buah dan lain-lain (Sukardjo, 1984).

(6)

mengabsorbsi air garam.Hal ini menyebabkan terjadinyaakumulasi garam pada

daun. Untuk mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar

pengeluaran garam (excretion gland) pada daunnya, sedangkan bagi jenis

mangrove yang tidak memiliki kelenjar pengeluarangaramdilakukan dengan cara

mengalirkan garam tersebut ke daun-daun muda yang baru terbentuk. Pada

salinitas yang tinggi,ion-ion Na+ dan Cl- mendominasi komposisi ion jaringan,

tetapi K+, Mg2+ dan Ca+ juga terdapat dengan konsentrasi yang nyata. Pada

konsentrasi lebih kecil dari 50 mM NaCl, maka K+ dan Mg2+ terdapat pada

konsentrasi rendah yang mendominasi kation dalam cairan sel (Downton, 1982).

Walsh (1974) menyatakan bahwa kecepatan transpirasi yang tinggi dapat

menyebabkan akumulasi yang tinggi dari substansi-substansi yang aktif secara

osmotik pada daun tua. Tekanan osmotik tidak bervariasi secara langsung dengan

kandungan air,tetapi daun yang lebih tua selalu mengandung air yang lebih

banyak dan mempunyai tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada daun yang

lebih muda (Onrizal, 2005).

Banyak penelitian yang telah menemukan bahwa semai tumbuh paling

baik di salinitas rendah (25% air laut atau 0,5% konsentrasi garam), di salinitas

tinggi (50%-75% dari air laut atau 1,5%-2% konsentrasi garam) atau pada

keadaan kekurangan garam (salinitas 0% atau air tawar) adalah efek dari

pertumbuhan (Downton, 1982; Clough, 1984; Wang dan Lin, 1999). Pertumbuhan

yang lambat di air tawar sering dianggap berasal dari ketidakmampuan halophyte

untuk mengakumulasi bahan ion anorganik dalam jumlah yang cukup untuk

osmoregulasi ketika substrat kekurangan garam (sodium chloride) (Clough, 1984).

(7)

fisiologi mangrove yang membutuhkan garam (Wang dan Lin, 1999), tetapi

beberapa peneliti telah berusaha menjelaskan mekanisme tersebut.

Ball et al (1997) menyatakan bahwa laju pertumbuhan, laju fotosintesis

dan penggunaan air dari semai R. apiculatadan R. stylosa yang ditanam pada

kondisi salinitas yang relatif lebih rendah lebih tinggi daripada semai yang

ditanam pada kondisi salinitas yang relatif lebih tinggi. Fenomena ini juga

diperkuat oleh penelitian Kusmana (2010) bahwa semai R. mucronata yang

ditanam pada kondisi salinitas sekitar 10 ppt memperlihatkan riap diameter dan

tinggi batang yang lebih tinggi daripada semai yang ditanam pada kondisi salinitas

sekitar 28ppt.

Efektivitas penyerapan tanaman ditentukan secara langsung oleh jumlah

akar primer dan daya tembus akar dalam tanah (Robinson, 1999). Poedjirahajoe

(2006) melaporkan bahwa jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi

tempat tumbuh serta dapat merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap

tempat tumbuhnya.

Rasio batang/akar menunjukkan bahwa rerata berat kering akar lebih besar

dibanding berat kering batang. Rasio berat kering batang/akar merupakan karakter

fisiologi yang dapat membantu untuk memahami pertumbuhan relatif batang-akar.

Hal ini berkaitan dengan sinar matahari atau naungan, tanah yang lembab atau

tanah yang kering serta salinitas (Ramayani, 2012). Setiap tanaman mempunyai

ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan hubungan antara tajuk dan akar.

Keseimbangan tajuk dan akar merupakan upaya organ tanaman tersebut dalam

mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga masing-masing organ

Gambar

Gambar 1. Morfologi R. apiculata (Rusila et al, 1999).
Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove(Bengen, 2004)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil terbaik yang diperoleh terdapat pada tingkat salinitas 0%, pertumbuhan tinggi semai pada konsentrasi 2%, diameter semai 0%,.. jumlah daun 0%, luas daun 0%, berat basah dan

apiculata setelah 22 MST menunjukkan tidak ada pengaruh pada berbagai konsentrasi salinitas terhadap luas daun yang dihasilkan semai R. Luas daun disetiap perlakuan

Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob pada berbagai salinitas ini diteliti di rumah kaca, Fakultas Pertanian,

Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob pada berbagai salinitas ini diteliti di rumah kaca, Fakultas Pertanian,

Hasil penelitian menunjukkan salinitas terbaik untuk pertumbuhan akar semai adalah 0% dengan jumlah, panjang, diameter tap root dan lateral root masing-masing lebih baik daripada

Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob pada berbagai salinitas ini diteliti di rumah kaca, Fakultas Pertanian,

Pengaruh Variasi Salinitas Dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Pertumbuhan Dan Biomassa Serta Distribusi Senyawa Polyisoprenoid Pada Semai Rhizophora apiculata BI.. Dibimbing

Pengaruh Variasi Salinitas Dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Pertumbuhan Dan Biomassa Serta Distribusi Senyawa Polyisoprenoid Pada Semai Rhizophora apiculata BI.. Dibimbing