BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Strategi
2.1.1 Pengertian Strategi
Suatu strategi mempunyai dasar untuk mencapai sasaran yang dituju.Pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Seperti yang telah
dikemukakan oleh para ahli dalam buku mereka masing-masing. Definisi strategi yang pertama dikemukakan oleh Chandler ( Rangkuti,2009 : 4 ) disebutkan bahwa “strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya “.Menurut ( Davis ,2010 : 19 ) Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan
keputusan manjemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar.Selain itu strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan,biasanya untuk lima tahun kedepan, dan karenanya berorientasi ke masa
yang akan datang . Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multivisional serta perlu mempertimbangkan , baik faktor eksternal maupun faktor
Menurut ( Jatmiko 2003 :134 ) Strategi dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang
dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi.Selanjutnya menurut andrews dan Chaffe ( dalam
Freddy rangkuti,2014 : 3 ) Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholder seperti stakeholder,debhtholder,manajer,karyawan,konsumen,komunitas,pemerintah dan sebagainya,yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima
keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.dan menurut ( Glueck 1998 ; 12 ) Strategi adalah rencana yang
disatukan,menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksannaan yang tepat oleh perusahaan.
Dari beberapa pendapat mengenai definisi strategi di atas maka dapat dikatakan bahwa strategi merupakan rencana –rencana yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan yaitu agar mampu mengikuti
perubahan lingkungan yang terjadi dan memiliki keunggulan kompetitif. Suatu perusahaan untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatkan usahanya dengan
2.1.2 Konsep Strategi
Strategi ( Solihin,2012:24 ) didefinisikan sebagai berbagai cara untuk
mencapai tujuan. Sejalan dengan perkembangan konsep manajemen strategi, tidak hanya di definisikan sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam konsep manajemen strategi mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri yang
diharapkan akan menjamin terpeliharanya keunggulan kompetitif perusahaannya.
Pemahaman akan konsep strategi itu,sangatlah menentukan dalam menyusun
strategi dan pengimplementasian strategi yang telah di buat.
2.1.3Tipe Strategi
Strategi padatingkat bisnis bertujuan untuk mengembangkan suatu bisnis yang
akan memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif atas pesaingnya dalam suatu pasar atau industry. Terdapat dua belas tipe strategi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan yang dikelompokkan dalam empat bagian, seperti yang dikutip dari David (2002:46), yaitu :
1. Strategi integrasi
Integrasi ke depan,integrasi ke belakang dan integrasi horizontal. Strategi ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan control atas
distributor,pemasok dan pesaing .
distributor organisasi sangat mahal,mutu distributor terbatas, organisasi bersaing dalam industry sedang bertumbuh,organisasi
mempunyai modal dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengelola bisnis baru,keunggulan produk stabil sangat
tinggi,distributor memperoleh laba yang besar.
b) Integrasi ke belakang, yaitu merujuk pada strategi mencari kepemilikan dari atau kendali besar pada perusahaan pemasok.
Strategi ini terutama tepat bila perusahaan pemasok saat ini tidak dapat diandalkan terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan.
c) Integrasi horizontal, yaitu merujuk pada strategi mencari kepemilikan dari atau kendali besar atas perusahaan pesaing. Hal ini dilakukan jika
organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistic atau dalam bidang atau wilayah tertentu,organisasi bersaing dalam industry yang
sedang bertumbuh, meningkatnya skala ekonomis memberikan keunggulan bersaing yang besar organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang berbakat yang diperlukan untuk perluasan
perusahaan,pesaing ragu karena tidak ada kemampuan manajerial. 2. Strategi Intensif
perusahaan dengan produk yang sudah ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi,yaitu :
a) Penetrasi pasar, yaitu berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada dipasar lewat usaha pemasaran yang
lebih gencar. Strategi ini banyak dilakukan sendiri atau kombinasi dengan strategi lain.
b) Pengembangan pasar, yaitu memasarkan produk atau jasa yang sudah
ada ke wilayah geografi yang baru.
c) Pengembangan produk,yaitu mencari kenaikan penjualan dengan
memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan produk atau jasa baru.
3. Strategi Diversifikasi
Ada tiga tipe umum dari strategi diversifikasi,yaitu konsentrik ( terfokus ), horizontal dan konglomerat.
a) Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan. Hal ini dilakukan jika penambahan produk baru berkaitan secara signifikan akan memperkuat penjualan yang sudah ada.
b) Diversifikasi konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan. Strateggi ini tepat dilakukan jika laba menurun.
4. Strategi Defensif
Strategi defensif adalah strategi yang bertujuan untuk berrtahan. Adapun jenis
dari startegi defensif adalah sebagai berikut :
a) Retrenchment (penciutan ) , yaitu mengubah pengelompokkan lewat
penghematan biaya dan asset untuuk membalik penjualan dan laba yang menurun.
b) Divestasi, yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi.
Strategi ini dilakukan apabila organisasi telah melakukan penciutan dan gagal menghasilkan yang dibutuhkan.
c) Likuidasi, yaitu menjual seluruh asset perusahaan. Strategi ini dilakukan apabila organisasi telah melakukan strategi penciutan dan divestasi,namun tidak berhasil.
2.1.4 Tingkatan Strategi
Dalam sutau perusahaan bisnis,manajer strategi umumnya berfikir dengan tiga tingkatan startegi. Tingkatan strtategi tersebut adalah strategi tingakat perusahaan, strategi ditingkat bisnis strategi ditingkat fungsional ( Daft 2007 : 365 ),yaitu :
1. Strategi di tingkat perusahaan
rangkaian produk yang membentuk kesatuan perusahaan, dalam tingkatan strategi ini berkaitan dengan akuisisi usaha yang baru yaitu penambahan
di investasi unit bisnis yang sama dengan perusahaan yang baru diluar area tapi dengan kesatuan yang sama.
2. Strategi di tingkat bisnis
Dimana strategi ini sangat berpengaruh kesetiap unit bisnis dan rangkaian antara produk,startegi tingkat bisnis ini berfokus pada bagaimana unit
bisnis ini berkompeteisi di industri demi konsumen,tingkatan strategi ini berhubungan dengan jumlah iklan ,arah dan besaran penelitian dan
pengembangan, perubahan produk ,peralatan ,fasilitas maupun ekspansi dan pengurangan produk.
3. Strategi ditingkat fungsional
Dimana strategi ini berkaitan dengan seluruh fungsi utama yang terdiri dari produksi dan operasi, pemasaran , keuangan ,sumber daya manusia
(SDM)
2.2 Strategi Bisnis
Strategi bisnis ( business strategy ) merupakan strategi yang pada level unit bisnis dan strateginya lebih ditekankan untuk meningkatkan posisi bersaing produk atau jasa perusahaan di dalam suatu industri atau segmen pasar tertentu
Menurut Rangkuti (2009:7) strategi bisnis sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi – fungsi kegiatan
manajemen, strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi – strategi yang berhubungan dengan
keuangan.
2.3Strategi Pengembangan Usaha
Strategi berperan dalam menetapkan parameter-parameter sebuah organisasi dalam pengertian menentukan tempat bisnis dan cara bisnis untuk bersaing.strategi
menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh suatu organisasi (perusahaan) untuk mencapai tujuannya.
Pengembangan usaha berarti usaha yang akan dibangun merupakan bagian
dari entitas usaha yang sudah ada sebelumnya. ( Subagyo,2008;29)
Pengembangan usaha sangat membutuhkan pandangan kedepan ( maksudnya adalah akan dijadikan apa usaha tersebut ), motivasi dan kreativitas. Pengembangan
usaha adalah memperbesar usaha yang semula kecil menjadi usaha menengah atau menjadi usaha besar.( Anoraga,2008:66)
untuk mengembangkan usahanya yang masih berskala kecil menjadi usaha dengan skala yang lebih besar. Strategi pengembangan tersebut harus disusun dan dirancang
dengan baik dan dengan baik dan dengan mempertimbangkan segala aspek lingkungan internal maupun eksternal usaha agar dapat mencapai apa yang menjadi
tujuan dirumuskannya strategi tersebut. Menurut suryana (2013:221) teknik pengembangan usaha terbagi dua ,yaitu :
1) Perluasan skala ekonomi (Economic of scale )
Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi,tenaga kerja ,teknologi, sistem distribusi dan tempat usaha. Ini dilakukan bila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang,yang
berarti mencapai skala ekonomi (economic of scale ).sebaliknya , bila peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang
(diseconomics of scale ), maka tidak baik untuk dilakukan.dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, memperluas ekonomi tidak bisa dilakukan,sebab akan mendorong
kenaikan biaya.
2) Perluasan cakupan usaha (Economic of scope )
Economic of scope adalah diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh biaya produksi total bersama. Cara ini bisa dilakukan dengan cara menambah jenis usaha baru,produk,dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang
lingkup usaha ekonomis (economic of scope ) dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomi yang memproduksi dua atau lebih jenis
produk secara bersama dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama adalah lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi
masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah . perluasan cakupan usaha ini bisa dilakukan apabila wirausahawan memilki permodalan yang cukup.
Untuk pengembangan usaha agar mampu bersaing, usaha tersebut harus memiliki hal-hal seperti,kompetensi khusus,kemampuan internal ,kompetensi
inti, kreativitas dan keinovasian, focus strategi dan teori dinamis (Suryana,2013 : 236 )
2.3.1 Jenis Pengembangan Usaha
Jenis pengembangan usaha seperti yang dikutip dari Subagyo (2008:29)
disebutkan bahwa ada dua jenis,yaitu :
1) Pengembangan vertikal
Adalah perluasan usaha dengan cara membangun unit bisnis baru yang
Adalah pembangunan usaha baru yang bertujuan memperkuat bisnis utama untuk mendapatkan keunggulan komparatif, yang secara line
produk tidak memiliki hubungan dengan core bisnisnya.
2.4 UMKM
2.4.1 Definisi UMKM
Terdapat banyak defenisi yang berbeda-beda setiap lembaga dan Negara
memiliki definisi UMKM sesuai versinya sendiri. Berikut ini adalah beberapa definisi UMKM
1). Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, definisi UMKM
adalah sebagai berikut :
− Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau
badan usaha perorangan dengan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk bangunan atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak 300 juta.
− Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sediri,yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar.
− Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
,yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai,atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung. Dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah dengan
jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.
2). Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), UMKM adalah entitas bisnis yang
memiliki tenaga kerja kurang dari 100 orang dengan rincian kategori sebagai berikut :
− Usaha rumah tangga dan mikro terdiri dari 1-4 orang tenaga kerja.
− Usaha kecil terdiri dari 5-19 orang tenaga kerja
− Usaha menengah terdiri dari 20-99 orang tenaga kerja
Walaupun setiap lembaga mengartikan UMKM dengan definisi yang berbeda-beda, masing-masing definisi tersebut memiliki kesamaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa UMKM adalah usaha milik warga Negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp.10 miliar serta memiliki tenaga
kerja tidak lebih dari 100 orang.
Sedangkan menurut Balton dalam Pratomo dan Soedjoedono ( 2002:19), menyatakan bahwa pimpinan atau pengurus UKM pada umumnya kurang atau
tidak mengenyam pendidikan formal atau mempunyai pendapatan lemah terhadap perlunya pendidikan dan pelatihan .
Walaupun UKM dipandang sebelah mata oleh para pesaing dari perusahaan
skala besar, tetapi UKM memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan usaha besar,yaitu :
1) Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil. 3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja.
4) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat disbanding dengan perusahaan
5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan
Pratomo dan Soedjoedono (2002:16) berpendapat :
“ Pada kenyataan nya UKM memiliki kendala-kendala dalam mempertahankan dan pengembangan usaha (bisnis), antara lain kurangnya
pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang pemasaran.”
Untuk mengatasinya UKM harus memiliki strategi bisnis yang tepat perlu diambil, diantaranya adalah :
1. Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dahulu tentangg cirri-ciri kelemahan serta potensi-potensi yang tersedia serta perundang-undangan yang megaturnya.
2. Diperlukan bantuan manajerial agar tumbuh inovasi-inovasi mengelola UKM berdampingan dengan usaha-usaha yang besar.
3. Secara vertikal dalam system gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri komplemen-komplemen usaha bagi industry perusahaan produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi UKM menjalin komplementer dengan
usaha-usaha besar.
Kerja sama yang terjalin bisa berbentuk koperasi dan seecara bersama-sama
menganggap perlu membentuk departemen khusus untuk menangani UKM dan koperasi.
2.4.2 Karakteristik UMKM
Menurut Daryanto(2013:2), usaha kecil memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Manajemen tergantung pemilik 2) Modal disediakan oleh pemilik sendiri
3) Skala usaha dan modal relative kecil 4) Daerah operasi usaha bersifat local
5) Sumber daya manusia yang terlibat terbatas
6) Biasanya berhubungan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari 7) Karyawan memiliki hubungan kekerabatan emosional
8) Mayoritas karyawan berasal dari kalangan yang tidak mampu secara ekonomi
2.5 Usaha Keripik
2.5.1 Usaha
dilakukan dengan cara memproduksi sendiri ataupun membeli produk barang maupun jasa yang akan dijual kepada konsumen .
Terdapat dua arus yang terkait dengan usaha,yaitu :
1) Arus barang,yaitu distribusi barang atau jasa ke pasar
2) Arus uang,yaitu pembayaran hal-hal seperti misalnya pembelian barang,bahan baku,biaya perbaikan,perawatan dan sewa (Daryanto,2013:122)
2.5.2 Keripik
Keripik merupakan sejenis
umbian, buah-buahan, atau sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati. Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur dengan adonan tepung yang diberi bumbu rempah tertentu.Secara umum keripik dibuat melalui tahap
penggorengan, tetapi ada pula dengan hanya melalui penjemuran, ata Keripik dapat berasa domina
2.5.3 Jenis usaha Keripik
Usaha keripik terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Toko keripik
Berdasarkan skalanya, ada berbagai jenis toko keripik,mulai dari skala
mikro berupa kios atau lapak sederhana hingga toko skala besar di mal-mal mewah. Adapun berdasarkan spesifikasi produk yang dijual ,ada toko yang khusus menjual keripik. Beberapa toko bahkan menjual macam
keripik sekaligus kue. Penjual tidak hanya menjual produknya sendiri,tetapi juga dapat menjual produk pembuat keripik lain yang
menitipkan dagangannya.
2. Titip jual keripik
Sebagai produsen,pemilik usaha keripik menjual produknya dengan cara
menitipkannya di toko-toko atau kios-kios. Toko atau kios yang mau menerima titipan jualan,misalnya toko roti,toko kelontong,kios rokok dan minuman ringan,rumah makan,kanti dan sebagainya.
3. Penjualan keliling keripik
Keripik dapat juga dijual dengan cara berkeliling dari satu lokasi ke lokasi
gerobak dorong,sepeda atau sepeda motor. Bahkan banyak juga pemilik usaha keripik yang memiliki armada mobil.
4. Pesanan keripik
Wirausaha keripik dapat juga berproduksi berdasarkan pesanan. Biasanya orang-orang akan memesan keripik untuk acara-acara tertentu. Pesanan
biasanya akan meningkat saat mendekati hari-hari raya keagamaan seperti idul fitri atau lebaran.
5. Pabrikan atau pemasok keripik
Pemilik usaha pabrikan menjual keripik dengan cara memasok atau menyuplainya ke toko-toko yang membutuhkan. Meskipun hamper sama,
usaha pabrikan berbeda dengan usaha pesanan. Pemilik usaha pesanan hanya memproduksi keripik hanya berdasarkan pesanan yang dating
sewaktu-waktu. Adapun usaha pemasok lebih rutin memproduksi keripik,yaitu sesuai pesanan setiap hari.
2.6 Persaingan Bisnis
Persaingan merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan guna membuat
perbedaan harga, promosi, kualitas, maupun pelayanan purna jual. ( Ismanthono,2006:45 ).
Persaingan akan menuntut produsen untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan terjangkau oleh pasar. Persaingan bisnis menuntut setiap pelaku usaha untuk terus mengembangkan usahanya menjadi usaha yang mampu untuk mencitakan
keunggulan bersaing. Bagi usaha kecil, persaingan bisnis dapat menjadi salah satu alasan mengapa suatu usaha kecil memerlukan pengembangan usaha.
2.7 Formulasi Strategi Melalui Analisis SWOT
2.7.1 Pengertian analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2014 :20) Analisis SWOT adalah suatu analisis yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities). Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakneses) dan ancaman (threats). Bertujuan untuk menentukan usaha yang realistis,sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh sebab itu tujuan perusahaan lebih
mudah tercapai sehingga setiap perusahaan dapat mempergunakan teknik analisis SWOT.
perencanaan strategi harus menganalisis faktor strategi perusahaan (kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT, dimana analisis SWOT merupakan analisis untuk
GAMBAR 2.1
DIAGRAM ANALISIS SWOT
3.Mendukung strategi turnaround 1.Mendukung strategi agresif
4.Mendukung strategi Defensif2.Mendukung strategiDiversifikasi BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
Keterangan :
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman,perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memafaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi ia
juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi ini mirip dengan Question Mark pada BCG Matrix. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.7.2 Tujuan Penerapan SWOT
strategi antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan –kelemahan internal
(Hunger,2003:193).
Perumusan strategi sering kali ditunjukkan sebagai perencanaan strategi dalam jangka panjang. Proses perumusan berurusan dengan pengembangan misi,
tujuan strategi dan kebijakan perusahaan. Agar hal ini dapat tercapai, maka pembuatan strategi harus menganalisis faktor strategi perusahaan
(kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman) kunci pada situasi sekarang dan hasil peramalan tentang masa depan.
2.7.3 Pengamatan Lingkungan
Sebelum perusahaan dapat memulai perumusan strategi,manajemen harus
mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin terjadi. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan,pengevaluasian, dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal kepada orang-orang kunci dalam
perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen untuk menghindari kejutan strategi dan memastikan kesehatan manajemen jangka panjang. Penelitian
2.7.3.1Analisis Lingkungan Internal
Menurut Jatmiko (2004:68), analisis lingkungan internal disebut juga analisis
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Analisis kapabilitas dan budaya organisasi, atau kadang juga disebut analisis jati diri organisasi perusahaan merupakan analisis mengenai sumber daya perusahaan, dan peluang-peluang industri. Adapun
identifikasi faktor yang terdapat dalam lingkungan internal perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk atau jasa.
2. Aspek keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaik
kekuatan atau posisi persaingan perusahaan dan daya tarik utama bagi para investor. Penetapan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi/ perusahaan merupakan hal yang penting dalam formulasi strategi secara
efektif.
3. Aspek sumber daya manusia
4. Aspek produksi/operasi dan penelitian pengembangan
Aktivitas-aktivitas produksi merupakan gambaran bagian terbesar dari
sumber daya manusia dan modal suatu organisasi . penelitian dan pengembangan secara spesifik juga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
5. Aspek sistem informasi
System informasi merupakan istilah yang berhubungan dengan mekanisme
formal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan
tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri.
2.7.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal bisa merupakan analisis peluang serta ancaman yang berasal dari lingkungan perusahaan. (David.2006:106) membagi lingkungan
eksternal ke dalam 5 kekuatan eksternal (external forces), yaitu:
1. Kekuatan Ekonomi
Factor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik atau
devaluasi atau revaluasi, kebijakan fiskal dan neraca pembayaran. Setiap segi factor dalam kekuatanekonomi tersebut dapat menjadi ancaman maupun
peluang.
2. Kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap hamper semua produk, jasa, pasar dan pelanggan. Perubahan variable social, budaya, demografi dan lingkungan dapat menjadi
peluang ataupun ancaman bagi seluruh organisasi besar maupun kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dalam semua industry.
3. Kekuatan politik pemerintah dan oknum
Perubahan di dalam politik, pemerintahan dan hokum dapat mempengaruhi suatu perusahaan. Perubahan ini dapat menjadi peluang maupun ancaman
utama bagi suatu perusahaan, misalnya peraturan-peraturan atau kebujakan pemerintah yang dapat merubah ataupun mempengaruhi kondisi ekonomi.
4. Kekuatan teknologi
Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu perusahaan. Menurut Supiyono (1993). Perubahan
teknologi dapat mempengaruhi bahan mentah, metode dan proses produksi, serta produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Perubahan teknologi dapat
Menurut Porter dalam David (2006:130), hakikat persaingan suatu industry dapat dilihat sebagai kombinasi atas 5 kekuatan yaitu persaingan antar
perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk subtitusi, kekuatan tawar menawar penjual / pemasok,
dan kekuatan tawar menawar pembeli/ konsumen. Kelima kekuatan ini disebut sebagi model lima kekuatan Porter (Porter ‘s Five-Forces Model)
GAMBAR 2.2
Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : (David,2006:131)
Adapun penjelasan dari lima kekuatan kompetitif Porter adalah sebagai berikut : Potensi pengembangan produk subtitusi
Persaingan antar perusahaan sejenis
Kemungkinan masuknya pesaing baru Kekuatan
tawar-menawar
penjual/pemasok
Kekuatan tawar-menawar
1. Persaingan di antara perusahaan sejenis
Persaingan di antara perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan
terbesar dalam 5 kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan
kompetitif di bandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh suatu perusahaan mungkin akan mendapat serangan belasan, seperti menurunkan harga,
meningkatkan kualitas, menambah feature, menyediakan jasa, memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk kedalam industry tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi ,
hambatan untuk masuk dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan
pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya prefensi merek, besarnya kebutuhan akan modal,kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah,
tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang
3. Potensi pengembangan produk subtitusi
Dalam banyak industri, perusahaan bersaing dekat dengan produsen
produk subtitusi dalam industry berbeda. Keberadaan produk subtitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat di bebankan sebelum
konsumen beralih ke produk subtitusi. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk subtitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk-produk tersebut,juga dengan memantau
rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar. 4. Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier) mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri,khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang
subtitusi yang cukup bagus , atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal.
5. Kekuatan tawar –menawar pembeli/konsumen
Ketika konsumen terkonsetrasi atau besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar menawar mereka menjadi kekuatan utama
yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industry. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen akan menjadi lebih tinggi ketika
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam
penelitian ini antara lain dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Alat analisis
Siti Soraya Nasution
2013 Strategi SWOT
sebagai dasar penentuan strategi bersaing pada rumah Ubi Dinarmas Medan
Agus santoso 2008 Strategi
pengembangan bisnis
Alfi amalia 2012 Analisis Strategi
Pengembangan usaha
2008 Analisis Strategi
Bisnis jasa warung Internet pada warnet Global Kota Depok
Matriks
IFE,EFE,IE,SWOT dan AHP
2.9 Kerangka Berpikir
Metode ini digunakan untuk mengetahui semua aspek posisi kuadran dari
analisis SWOT pada Keripik Selasih, sehingga dengan demikian hasil yang akan diperoleh akan mengetahui strategi yang dapat diterapkan oleh Keripik Selasih dan mengetahui prioritas strategi dan alternative strategi yang bisa diaplikasikan dalam
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
(Sumber : diolah oleh peneliti,2016 )
KERIPIK SELASIH
ANALISIS LINGKUNGAN
INTERNAL EKSTERNAL
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
IFAS EFAS
IE
SWOT