BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang
2. Tingkatan Pengetahuan
3. Cara untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara tradisional
a) Cara coba (trial and error)
Cara ini dlakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memencahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain.
b) Cara kebiasaan otoritas
Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang pemerintah.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang lain yang dapat digunakan cara tersebut.
d) Memulai jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikir baik melalui jalan induksi maupun jalan deduksi.
2) Cara Modern
Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori (Nursalam, 2008):
• Tingkat pengetahuan baik apabila respondent dapat
menjawab dengan benar 76% - 100% dari keseluruhan pertanyaan diberikan
• Tingkat pengetahuan cukup jika respondent dapat menjawab
dengan benar 56% - 75% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
• Tingkat pengetahuan kurang baik jika respondent dapat
menjawab dengan benar = 56% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. 2. Media
3. Informasi
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumk an, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari- hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
4. Sosial budaya dan Ekonomi
5. Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh seseorang. Jika seseorang berada di sekitar orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang pengangguran dan tidak berpendidikan.
6. Pengalaman
Memiliki pengalaman yang banyak berbanding lurus dengan peningkatan pengetahuan pada seseorang. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang bisa membuat hidup seseorang bisa menjadi lebih baik.
7. Usia
Pada umumnya semakin dewasa seseorang, maka tingkat pengetahuan seseorang akan meningkat.
5.Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
a) Menerima
b) Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
2,2. PERILAKU
1. Defenisi
2. Jenis Perilaku
Perilaku dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Perilaku Alami (Innate behavior) dan Perilaku Operan (Operant behavior). Perilaku yang alami merupakan perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yaitu yang berupa refleks – refleks dan insting – insting. Sedangkan perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan (Notoatmojo, 2003)
3. Prosedur Pembentukan Perilaku
Prosedur pembentukan perilaku dimulai dengan melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat reinforcer berupa hadiah – hadiah atau rewads bagi perilaku yang dibentuk. Setelah itu melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil yang membentuk perilaku – perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen – komponen tersebut disusun menuju terbentuknya perilaku yang dimaksud. Selanjutnya dengan menggunakan secara urut, komponen tersebut sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing – masing komponen tersebut. Seterusnya melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun tersebut (Notoatmojo, 2003).
4. Bentuk Perilaku
yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Notoatmojo, 2003).
5. Perubahan Perilaku
Perubahan – perubahan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan (Notoatmojo, 2003).
2.3 Perilaku Kekerasan
2.3.1. Konsep Perilaku Kekerasan 1. Pengertian
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan ke dalam diri atau secara destruktif.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif sebagai verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi lain.
2. Rentang Respon Marah
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh, gelisah, atau amuk dimana sesorang marah merespon terhadap sesuatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
3. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan: a. Faktor Psikologis
b. Faktor Sosial Budaya
Kultural dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefenisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor Biologis
Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah system limbic), binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
d. Faktor Presipitasi
Secara umum akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.
2.4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
1. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah merah dan tegang, pandangan tajam, mengatup rahang dengan kuat.
3. Verbal
4. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan.
5. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkilahi, menyalahkan dan menuntut.
6. Intlektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan. 7. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
8. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
2.5. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan bersama klien mengenai penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
4. Diskusikan bersama klien perilaku yang biasa di lakukan pada saat marah secara verbal terhadap orang lain, terdapat lingkungan.
6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: distraksi melalui pekerjaan seperti membersihkan lantai, membuat batako, olah raga, dan sebagainya.
2.6. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memanajemen perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang Intervensi Keperawatan
Strategi Preventif Strategi Antipatif Strategi Pengurungan Kesadaran diri Komunikasi Manajemen Krisis Pendidikan Klien Perubahan Lingkungan Selusion
Latihan Asertif Tindakan Perilaku Fisikofarmakologi
a. Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.
b. Pendidikan klien
c. Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat - Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang - Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan - Sanggup melakukan komplain
- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat d. Komunikasi
Starategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif - Bersikap tenang
- Bicara lembut
- Bicara tidak dengan cara menghakimi; - Bicara netral dan dengan cara yang kongkrit; - Hindari intensitas kontak mata langsung;
- Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan; - Fasilitasi pembicaraan klien:
e. Perubahan lingkungan
Unit keperawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
f. Tindakan perilaku
g. Psikofarmakologi
Antianxienty dan Sedative-Hipnotis. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam, sering digunakan dalam kedarutan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klen. h. Managemen Krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka di perlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatri: 1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena
bertanggung jawab selam 24 jam.
2. Bentuk tim krisis. Meliputi, dokter, perwat, dan konselor.
3. Beritahu petugas ke amanan jika perlu. Ketua tim harus menjalankan apa saja yang menjadi tugas selama penanganan klien.
4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.
5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan
i. Seclusian
Pengekangan fisik merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam seseuatu ruang dimana klien tidak dapat keluar atas semuanya sendiri).
- Menggunakan sprei Indikasi pengekangan
1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. 2. Perilaku agitasi yang tidak dapat di kendalikan dengan pengobatan. 3. Ancaman terhadap integrasi fisik yang berhubungan dengan penolakan