• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp) Chapter III V"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB AKTA PEMINDAHAN DAN PENYERAHAN HAK ATAS TANAH DENGAN GANTI RUGI

YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DAPAT DIBATALKAN

A. Faktor-Faktor Penyebab Akta Notaris Dapat Dibatalkan

Kepastian hukum bagi subjek hukum baik bagi diri Notaris maupun para

penghadap, dapat diwujudkan apabila UUJN memiliki ketiga asas ini. Hukum yang

berlaku pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau

dikesampingkan oleh subjek hukum. UUJN mengandung asas kepastian hukum

dilihat dari adanya sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan Notaris terhadap akta

yang dibuatnya. UUJN juga mengandung asas keadilan dan kemanfaatan, khususnya

bagi para penghadap karena akta otentik yang berpedoman pada UUJN dapat

memberikan suatu alat bukti sempurna yaitu dengan adanya akta otentik yang dibuat

oleh Notaris. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, akta otentik dapat

dibagi menjadi 2 (dua) macam. Akta-akta tersebut antara lain: akta yang dibuat

“oleh” (door) Notaris atau yang dinamakan “akta relaas” atau “akta pejabat”

(ambtelijke akten) dan akta yang dibuat “dihadapan” (ten overstaan) Notaris

atauyang dinamakan“akta partij” (partij akten).

Apabila ingin mengetahui penyebab suatu akta dapat berakibat batal demi

hukum, maka harus diketahui terlebih dahulu hukum yang mengatur tentang akta

tersebut. Pengaturan tentang akta khususnya akta otentik yang dibuat dihadapan

(2)

mempergunakan UUJN sebagai dasar hukum dalam menjawab masalah ini, maka

dilihat terlebih dahulu secara umum bahwa partij akta merupakan sebuah perjanjian

antara para pihak yang menghadap Notaris untuk selanjutnya dibuatkan aktanya.

Akta yang sering dibuat dihadapan Notaris adalah bentuk akta para pihak atau

disebut juga partij akta, akta ini berisi tentang keinginan para pihak (klien) yang

menghadap kepada seorang Notaris. Berkaitan dengan partij akta, akta berfungsi

sebagai formulasi kehendak para pihak sehingga jelas termuat hak dan kewajiban

masing-masing pihak dalam suatu ikatan perjanjian. Perjanjian diatur didalam KUH

Perdata. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata yang dimaksud dengan perjanjian adalah:

“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih”.

Salah satu bentuk hukum yang berperan penting bagi kehidupan masyarakat

adalah hukum perjanjian. Hukum perjanjian merupakan hukum yang terbentuk akibat

adanya salah satu pihak yang mengikatkan diri kepada pihak yang lain. Selanjutnya,

Linda A. Spagnola berpendapat tentang hukum perjanjian yaitu terjadinya

kesalahpahaman dikalangan orang awam karena pada hukum tersebut diasumsikan

bahwa semua pihak telah sepenuhnya memahami seluruh isi perjanjian yang

disetujui, dimana hal itu pula sebenarnya merupakan syarat mutlak dari sebuah

perjanjian. Apabila terjadi sebuah kesalahan yang menguntungkan satu pihak saja

secara tidak adil dan merugikan pihak lain, hukum yang sepadan dapat diberlakukan

(3)

Syarat sah perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Suatu perjanjian

sah apabila memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata yaitu sebagai berikut:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3) Suatu hal tertentu;

4) Suatu sebab yang halal.

Pengertian sepakat diartikan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui oleh

para pihak (overeenslemende wilsverklaring) dan pengertian persetujuan kehendak

itu sendiri adalah kesepakatan antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian yang

dibuat. Ada 5 (lima) cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan:

1. Bahasa yang sempurna dan tertulis;

2. Bahasa yang sempurna secara lisan;

3. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan, karena

dalam kenyataannya seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang

tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya;

4. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya;

5. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.80

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan suatu akta menjadi batal atau

dapat dibatalkan adalah sebagai berikut :

1. Ketidakcakapan dan Ketidakwenangan Dalam Bertindak. Secara umum

dibedakan antara kewenangan bertindak dan kecakapan bertindak. Sejak

(4)

seorang anak lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah

dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki

kewenangan hukum (Pasal 1 ayat (2) KUHPerdata). Kewenangan bertindak

dari subjek hukum untuk melakukan tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau

melalui hukum. Setiap orang dianggap cakap melakukan tindakan hukum,

tetapi kebebasan ini dibatasi pula oleh daya kerja hukum objektif. Dikatakan

mereka yang tidak mempunyai kecakapan bertindak atau tidak cakap adalah

orang yang secara umum tidak dapat melakukan tindakan hukum. Bagi

mereka yang di bawah umur batasan tertentu dikaitkan dengan ukuran

kuantitas, yaitu usia. Sebagai penghadap untuk pembuatan akta Notaris harus

memenuhi syarat paling sedikit berumur 18 tahun (Pasal 39 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris)81

Mereka yang tidak mempunyai kewenangan bertindak atau tidak

berwenang adalah orang yang tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan

hukum tertentu. Notaris (termasuk para saksi) yang dengan perantaraannya

telah dibuat akta wasiat dari pewaris tidak boleh menikmati sedikit pun dari

apa yang pada mereka dengan wasiat itu telah dihibahkannya (Pasal 907

KUHPerdata). Ini berarti bahwa Notaris tersebut boleh saja mendapat hibah

wasiat dari orang lain asal bukan dari klien yang membuat wasiat di

hadapannya tersebut.82

(5)

2. KUHPerdata (Pasal 1322 – Pasal 1328 KUHPerdata) menetapkan secara

limitatif adanya cacat kehendak, yakni kekhilafan/kesesatan (dwaling),

penipuan (bedrog), dan paksaan (dwang).

a. Kekeliruan dan Penipuan, Dikatakan penipuan apabila seseorang dengan

sengaja dengan kehendak dan pengetahuan memunculkan kesesatan pada

orang lain. Penipuan dikatakan terjadi tidak saja bilamana suatu fakta

tertentu dengan sengaja tidak diungkapkan atau disembunyikan, tetapi

juga suatu informasi keliru dengan sengaja diberikan ataupun terjadi

dengan tipu daya lain. Di dalam praktik penipuan dan kekhilafan

menunjukkan perkaitan yang erat, tetapi ada pula sejumlah perbedaan.

b. Ancaman, yaitu ancaman terjadi bilamana seseorang menggerakkan orang

lain untuk melakukan suatu tindakan hukum, yakni dengan melawan

hukum, mengancam, dan menimbulkan kerugian pada diri orang tersebut

atau kebendaan miliknya atau terhadap pihak ketiga. Ancaman tersebut

sedemikian menimbulkan ketakutan sehingga kehendak seseorang

terbentuk secara cacat. Kehendak betul telah dinyatakan, tetapi kehendak

tersebut muncul sebagai akibat adanya ancaman.

c. Penyalahgunaan Keadaan Penyalahgunaan keadaan adalah keadaan

tergeraknya seseorang karena suatu keadaan khusus untuk melakukan

(6)

khusus ini terjadi karena keadaan memaksa/darurat, keadaan kejiwaan

tidak normal, atau kurang pengalaman.83 3. Bertentangan dengan Undang-Undang

Larangan yang ditetapkan undang-undang berkenaan dengan perjanjian akan

berkaitan dengan tiga aspek dari perbuatan hukum yang dimaksud, yakni :

a) Pelaksanaan dari tindakan hukum.

b) Substansi dari tindakan hukum.

c) Maksud dan tujuan tindakan hukum tersebut

4. Bertentangan dengan Ketertiban Umum dan Kesusilaan Baik

Suatu perjanjian yang dibuat pada saat tidak adanya larangan mengenai

perbuatan hukum tersebut, tetapi ternyata di kemudian hari ada ketentuan

undangundang yang melarangnya, maka perjanjian tersebut tidak batal demi

hukum, tetapi menjadi dapat dibatalkan atau mungkin masih dapat

dilaksanakan setelah adanya izin tertentu. Penentuan apakah suatu perjanjian

adalah batal demi hukum karena bertentangan dengan undang-undang adalah

pada waktu perjanjian tersebut dibuat.

Ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Perdata (KUH Perdata) bersifat

mengatur, sehingga pasal tersebut dapat dikesampingkan oleh para pihak

sebagaimana dalam perjanjian pengikatan jual belitanah yang dibuat antara pemilik

tanah dengan yang mengancantumkan klausula mengesampingkan berlakunya Pasal

1266 Kitab Undang-Undang Perdata (KUH Perdata). Untuk itu harus dinyatakan di

(7)

dalam perjanjiannya bahwa hak yang dimiliki oleh para pihak berdasarkan ketentuan

pasal tersebut secara tegas telah dilepaskan. Di dalam praktek notaris sering terjadi

bahwa dalam suatu perjanjian timbal balik seperti perjanjian pengikatan jual beli

dengan atau tanpa syarat batal didalamnya, dicantumkan ketentuan bahwa para pihak

melepaskan Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Perdata (KUH Perdata).

Oleh karena adanya pengenyampingan ketentuan Pasal 1266Kitab

Undang-Undang Perdata (KUH Perdata) dalam perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut,

maka pembatalan perjanjian tidak harus dimintakan melalui hakim apabila terjadi

wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak. Dengan demikian, pemilik tanah

dapat menuntut pembatalan perjanjian tanpa melalui hakim terhadap wanprestasi

yang dilakukan karena kelalaian dalam melakukan pembayaran. Di dalam praktek

diterima pandangan bahwa apabila para pihak memperjanjikan untuk

mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Perdata (KUH Perdata) dalam

hal terjadi wanprestasi, perjanjian akan batal demi hukum tanpa adanya perantaraan

putusan hakim.

Di samping itu, Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Perdata (KUH Perdata)

menyatakan bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi dapat memiliki hak,

jika hal itu masih dapat dilakukan akan memaksa pihak lain untuk memenuhi

perjanjian atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian disertai penggantian biaya,

rugi dan bunga. Berdasarkan pasal tersebut maka pemilik tanah diberikan hak untuk

memilih apakah akan menuntut pemenuhan atau pembatalan perjanjian dengan

(8)

bagian kedua Kitab Undang-Undang Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa

perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua pihak.

Bilamana pemilik tanah hanya menuntut ganti kerugian, maka pemilik tanah tersebut

dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pemenuhan dan pembatalan

perjanjian.Sedangkan kalau pemilik tanah hanya menuntut pemenuhan perikatan,

tuntutan itu sebenarnya bukan sebagai sanksi atas kelalaian sebab pemenuhan

perikatan memang sudah dari semula menjadi kesanggupan untuk melaksanakannya.

Akan tetapi, terdapat kemungkinan bagi yang lalai untuk membersihkan diri dari

kelalaian itu dengan memenuhi kewajiban, meskipun telah dinyatakan lalai.

Untuk memtuskan apakah wanprestasi merupakan syarat batal atau harus

dimintakan pembatalannya kepada hakim. Suharnoko berpendapat harus

dipertimbangkan kasus demi kasus dan pihak yang membuat perjanjian. Pendapat

Suharnoko, pengenyampingkan Pasal 1266 KUH Perdata yang membuat wanprestasi

sebagai syarat batal tidak menjadi masalah jika kedua pihak menyepakati dan

menerima bahwa memang telah terjadi wanprestasi dari salah satu pihak, dan kedua

pihak sepakat untuk membatalkan perjanjian, namun yang menjadi masalah jika

pihak yang dituduh melakukan wanprestasi mengelak bahwa ia melakukan

wanprestasi, sehingga pembatalan lewat pengadilan diperlukan selain terlebih dahulu

untuk menentukan apakah memang ada wanprestasi atau tidak, juga untuk

menghindari kesewenang-wenangan salah satu pihak yang memutuskan perjanjian

sepihak tanpa alasan yang dibenarkan oleh undang-undang sehingga merugikan pihak

(9)

kepada pengadilan, akan menjadi masalah jika hal tersebut dimanfaatkan oleh debitur

untuk menunda pembayaran kredit atau melaksanakan kewajibannya, karena proses

melalui pengadilan membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang tidak sebentar.

B. Penyebab Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi Dapat Yang Dibuat Oleh Notaris

Pembatalan suatu perjanjian dapat terjadi karena memang telah diatur di

dalam perjanjian itu sendiri dan dikehendaki oleh para pihak yang membuat

perjanjian. Klausul pembatalan perjanjian pada umumnya diperinci alasan-alasannya,

sehingga salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat membatalkan perjanjian. Ada

3 (tiga) faktor yang menyebabkan terjadinya pembatalan dalam suatu pengikatan jual

beli yaitu :

1. Karena adanya kesepakatan dari para pihak.

2. Karena syarat batal sebagaimana yang tercantum dalam klausul pengikatan

jual beli telah terpenuhi.

3. Karena pembatalan oleh pengadilan atas tuntutan dari salah satu pihak.

Hal-hal yang dapat menyebabkan akta notaris menjadi batal demi hukum

yaitu apabila melanggar ketentuan di dalam UUJN yaitu :

a. Pelanggaran pada pasal 16 ayat 1 huruf k UUJN tentang cap/stempel notaris.

b. Pelanggaran pada pasal 16 ayat 1 hurf i UUJN berupa tidak membuat daftar

wasiat dan tidak mengirimkan laporan dalam jangka waktu yang disebutkan

(10)

c. Pelanggaran pada pasal 44 UUJN yang mengatur tentang penandatanganan

akta notaris dan kewajiban notaris untuk menjelaskan kepada penghadap.

d. Pelanggaran pasal 48 UUJN yang mengatur: larangan perubahan isi akta

e. Pelanggaran pada pasal 49 UUJN yang mengatur tempat perubahan isi akta.

f. Pelanggaran pada pasal 50 UUJN yang mengatur pencoretan kata , huruf, dan

angka.

g. Pelanggaran pada pasal 51 UUJN yang mengatur kewenangan notaris untuk

membetulkan kesalan tulis.

Ketentuan-ketentuan tersebut dibawah ini dicantumkan secara tegas dalam

pasal-pasal tertentu dalam UUJN yang menyebutkan jika dilanggar oleh notaris,

sehingga akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan

yaitu(Habib Adjie, 2011:81-82) :

1. Melanggar ketentuan pasal 16 ayat 1 huruf i.

2. Melanggar ketentuan pasal 16 ayat 7 dan ayat 8.

3. Melanggar ketentuan pasal 41 dengan menunjuk kepada pasal 39 dan 40.

4. Melanggar ketentuan pasal 52.

C. Akibat Hukum Pembatalan Dari Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi Yang Dibuat Oleh Notaris

Istilah pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum pemindahan

hak-hak atas tanah yang bersangkutan sengaja dialihkan kepada pihak-hak lain. Pemindahan

hak atas tanah dapat dilakukan dengan cara jual beli, hibah, tukar menukar,

(11)

pemindahan hak atas tanah ditempuh apabila yang membutuhkan tanah memenuhi

persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah. Dengan demikian dapat disimpulkan,

yaitu apabila tanah yang tersedia adalah tanah hak lainnya yang berstatus Hak Milik,

Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai maka dapat digunakan cara

perolehan tanahnya melalui pemindahan hak misalnya dalam bentuk jual beli tanah,

tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan lain sebagainya.

Faktor-faktor terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli tanah adalah

Karena adanya kesepakatan dari para pihak. Karena syarat batal sebagaimana yang

tercantum dalam klausul pengikatan jual beli telah terpenuhi, serta pembatalan oleh

pengadilan atas tuntutan dari salah satu pihak yang biasanya salah satu pihak

wanprestasi dan unsur perbuatan melawan

Masalah pembatalan perjanjian karena kelalaian atau wanprestasi yang dibuat

oleh para pihak ini, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdapat

pengaturannya pada Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu suatu

pasal yang terdapat dalam bagian kelima Bab I, Buku III, yang mengatur tentang

perikatan bersyarat. Dalam hal perjanjian dibatalkan, maka kedua belah pihak dibawa

dalam keadaan sebelum perjanjian diadakan. Dikatakan, pembatalan itu berlaku surut

sampai pada detik dilahirkannya perjanjian. Apa yang sudah terlanjur diterima oleh

satu pihak harus dikembalikan kepada pihak yang lainnya.

Perbuatan hukum yang mengandung cacat namun penentuan apakah

perbuatan hukum tersebut menjadi sah atau batal tergantung pada keingingan orang

(12)

diketahui untuk suatu perjanjian harus dipenuhi unsur perjanjian yaitu: (1) Adanya

kata sepakat diantara dua pihak atau lebih, (2) Kata sepakat yang tercapai tergantung

pada paru pihak, (3) Kemauan para pihak untuk timbulnya akibat hukum, (4) Akibat

hukum untuk kepentingan yang satu atas beban pihak yang lain atau timbal balik, dan

(5) Dengan mengindahkan persyaratan perundang-undangan.

Ajaran kebatalan berlaku atas semua perbuatan hukum baik perbuatan hukum

berganda maupun tindakan hukum sepihak. Dengan mengatakan suatu perbuatan

hukum batal, berarti bahwa karena adanya cacat hukum mengakibatkan tujuan

perbuatan hukum tersebut menjadi tidak berlaku. Akibat kebatalan berlaku pula

terhadap beding yang batal, keputusan yang batal atau wasiat yang batal. Pada

perbuatan hukum dapat mengandung cacat yang sifat cacat tersebut dapat

berbeda-beda. Dengan adanya cacat yang berbeda menimbulkan sanksi yang berbeda pula.

Perbedaan utama mengenai kebataian adalah batal demi hukum (vanrechtswege

nietig) dan dapat dibatalkan (vernietigbaar)84.

84

(13)

BAB IV

AKIBAT HUKUM DARI GUGATAN PEMBATALAN AKTA PEMINDAHAN DAN PENYERAHAN HAK ATAS TANAH DENGAN

GANTI RUGI BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp

A. Kronologi Kasus.

Awal mula kasus terjadinya perselisihan yang mengakibatkan gugatan

Penggugat di pengadilan Negeri Lubuk Pakam yang memohon pembatalan dua akta

pemindahan dan pemyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi nomor 01 dan nomor

02 masing-masing tertanggal 02 april 2013 yang dibuat dihadapan notaris, dimana

kasus tersebut berawal mula menurut penggugat yaitu kasus hutang piutang yang

menjaminkan hak atas tanah dan bangunan untuk melakukan pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi apabila penggugat tidak mampu

membayar hutang kepada tergugat I. Dan dalam posisi ini notaris pembuat akta

pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi tersebut sebagai

tergugat II, dimana menurut keterangan penggugat di pengadilan ia tidak pernah

berkeinginan untuk melakukan pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan

ganti rugi dengan tergugat I, namun tergugat I dan tergugat II telah beritikad buruk

kepada penggugat dengan tidak membuat akta jaminan hutang dengan objek tanah

tersebut, karena penggugat dalam pengakuannya telah mencicil hutang kepada

tergugat I sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dari jumlah keseluruhan

hutang Rp.650.000.000,- (enam ratus lima puluh juta rupiah) dan objek jaminan

(14)

Dan berdasarkan pengakuan di pengadilan oleh tergugat I atas jawabannya

mengenai gugatan penggugat, tergugat I menerangkan bahwa penggugat telah

bersedia menyerahan pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi di

hadapan notaris dengan imbalan penggugat akan memperoleh uang pinjaman sebesar

Rp.650.000.000,- (enam ratus lima puluh juta rupiah) dan menurut keterangan

tergugat I tidaklah benar mencicil hutang nya sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) tetapi penggugat hanya mencicilnya sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) dan berdasarkan kesepakatan antara penggugat dan tergugat I

bahwasanya sampai batas waktu yang disepakati jika penggugat tidak mampu

membayar hutangnya maka tanah dan bangunan yang dikuasai penggugat

berdasarkan akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi

diserahkan kepada tergugat I, diamana pada waktu itu setelah dilakukan pembuatan

akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi dihadapan tergugat

II diikuti dengan perjanjian pengakuan hutang antara penggugat dan tergugat I namun

inilah yang menjadi alasan penggugat memperkarakan mengenai akta pemindahan

dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi tersebut. Sedangkan notaris selaku

tergugat II menyatakan tidak menyalahi aturan prosedur hukum akta pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi karena itu kesepakatan kedua belah

pihak atas sepengetahuan notaris.

Dari permasalahan tersebut berdasarkan surat keputusan Mahkamah Agung

(Putusan Mahkamah Agung Nomor 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp) majelis hakim

(15)

penggugat dan mengabulkan gugatan penggugat dalam rekonvensi untuk sebahagian

yaitu tetap mensahkan akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti

rugi, maka majelis hakim berpendapat syarat objektif dan syarat subjektif

sebagaimana ditentukan dalam ketentuan pasal 1320 KUHPerdata telah terpenuhi

dalam perjanjian tersebut, maka dengan itu permohonan gugatan penggugat atas

pembatalan akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi tidak

dapat dibatalkan karena tidak bisa memenuhi pembuktian berdasarkan pembuktian

hukum yang berlaku. Namun dua akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah

dengan ganti rugi nomor 01 dan 02 yang dibuat tanggal 02 april 2013 karena

berdasarkan dengan alasan bahwasanya objek dari nilai dengan hutang penggugat

tidak sesuai, dimana nilai objek dari tanah tersebut lebih tinggi dibandingkan hutang

dari penggugat dan hak atas tanah berdasarkan akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi nomor 01 dan 02 yang dibuat masing-masing pada

tanggal 02 april 2013 nilai harganya hampir mencukupi jumlah nilai hutang

penggugat sebagaimana yang ditaksirkan didalam peradilan.

B. Analisa Pertimbangan Hukum Putusan Mahkamah Agung Nomor 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp

Didalam kasus yang diadili Pengadilan Negeri Lubuk Pakam tersebut terjadi

peristiwa sengketa perjanjian Pengikatan jual beli tanah yang dilakukan dihadapan

notaris tidak mengakibatkan hak atas tanah tersebut beralih pada saat itu juga dari

tangan pemilik tanah kepada calon pembeli. Hal ini disebabkan karena pengikatan

(16)

dilaksanakannya perjanjian jual beli melalui akta pejabat Akta Pembuat Akta Tanah

(PPAT). Putusan Mahkamah Agung Nomor 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp yang menangani

sengketa atas nama San tji sebagai penggugat dan Suwandi sebagai Tergugat I serta

Theresia Martiana Siahaan, SH, Notaris di Kabupaten Deli Serdang sebagai tergugat

II.

Adapun pertimbangan hukumnya sebagai berikut :

a. Setelah Hakim memeriksa dengan seksama Permohonan para Pemohon dalam

permohonannya mendalilkan bahwa mengingat tujuan juridis diletakkannya sita

jaminan dalam suatu perkara sebagaimana diatur dalam pasal 227 ayat (1) HIR /

261 ayat (1) RBg dan agar gugatan Penggugat dR/Tergugat dK ini tidak hampa

nantinya, maka sita jaminan yang telah diletakkan berdasarkan Berita Acara Sita

Jaminan (Conservatoir Beslag) tertanggal 14 Desember 2015 berdasarkan Surat

Penetapan No. 05/CB/2015/158/PDT.G/2014/PN-LBP tertanggal 03 Desember

2015, atas tanah tersebut yang terletak di Desa Lubuk Pakam Pekan, Kecamatan

Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang terhadap 1 (satu) bidang tanah seluasnya

160 M2 (seratus enam puluh meter persegi) dan bangunan Ruko 3 ½ Tingkat

(Nomor 3 dari Jalan Sutomo) dan terhadap objek 1 (satu) bidang tanah seluasnya

160 M2 (seratus enam puluh meter persegi) dan bangunan Ruko 3 ½ Tingkat

(Nomor 4 dari Jalan Sutomo), sebagaimana yang dialaskan pada sertifikat Hak

Milik No.1257/ Lubuk Pakam Pekan Kecamatan Lubuk Pakam tanggal terbit 12

Juni 2014 atas nama San tji seluas 640 M2, Surat Ukur No. 791/Lubuk Pakam

(17)

b. Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Penggugat yang memohon untuk

menghukum Penggugat untuk menyerahkan dengan baik dan dalam keadaan

kosong tanpa ada gangguan dari pihak lain kepada Tergugat I sebidang tanah

serta apa yang terdapat diatasnya terutama satu unit bangunan rumah toko 3 ½

Tingkat dengan luas seluruhnya 160 M2 (seratus enam puluh meter bujur

sangkar) yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang,

Kecamatan Lubuk Pakam, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan setempat di kenal

dengan Jalan Diponegoro Nomor 3 (tiga) dari jalan Sutomo berikut turutannya

dengan batas batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Lisa lebih kurang 4 meter ;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Diponegoro lebih kurang 4 meter;

- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah San Tji lebih kurang 40 meter;

- Sebelah Bar at Berbatasan dengan tanah San Tji lebih kurang 40 meter;

Dan petitum gugatan Penggugat yang memohon untuk menghukum Penggugat

untuk menyerahkan dengan baik dan dalam keadaan kosong dan tanpa ada gangguan

dari pihak lain kepada Tergugat I sebidang tanah serta diatasnya terdapat bangunan

rumah toko 3 ½ Tingkat dengan luas seluruhnya 160 M2 (seratus enam puluh meter

bujur sangkar) yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang,

Kecamatan Lubuk Pakam, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan setempat di kenal dengan

Jalan Diponegoro Nomor 4 (empat) dari jalan Sutomo berikut turutannya dengan

batas batas sebagai berikut:

(18)

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Diponegoro lebih kurang 4 meter;

- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah San Tji lebih kurang 40 meter;

- Sebelah Barat Berbatasan dengan tanah Lisa lebih kurang 40 meter;

oleh karena Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti

Rugi No.01 Tertanggal 2 April 2013 dan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak

atas Tanah dengan Ganti Rugi No.02 tertanggal 2 April 2013 sah dan

berkekuatan hukum, maka membawa konsekuensi, objek perkara tersebut harus

diserahkan kepada Penggugat, sehingga menurut Majelis Hakim petitum tersebut

patutlah untuk dikabulkan.

c. Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Penggugat yang memohon untuk

menghukum Penggugat untuk Memecah, Mengoperkan dan Memindahnamakan

sebagian dari sebidang tanah yang diatasnya terdapat bangunan rumah toko 3 ½

Tingkat yang luasnya 160 M2 (seratus enam puluh meter persegi) yang terletak

di Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Lubuk Pakam,

Kelurahan Lubuk Pakam Pekan setempat di kenal dengan Jalan Diponegoro

Nomor 3(tiga) dari jalan Sutomo berikut turutannya dengan batas batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Lisa lebih kurang 4 meter ;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Diponegoro lebih kurang 4 meter;

- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah San Tji lebih kurang 40 meter;

(19)

Yang merupakan sebahagian dari sebidang tanah seluas 640 M2 (enam ratus

empat meter persegi) yang terdaftar pada Sertifikat Hak Milik Nomor 1257

tertanggal 12 Juni 2014, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan yang diterbitkan oleh

Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang yang terdaftar atas nama San tji

(Penggugat) Kepada Suwandi (Tergugat I) selambat-lambat 1 minggu setelah

putusan perkara ini dibacakan oleh Majelis Hakim yang mengadili perkara ini,

dan terhadap petitum gugatan Penggugat yang memohon untuk menghukum

Penggugat untuk Memecah, Mengoperkan dan Memindahnamakan sebagian dari

sebidang tanah yang diatasnya terdapat bangunan rumah toko 3 ½ Tingkat yang

luasnya 160 M2 (seratus enam puluh meter persegi) yang terletak di Propinsi

Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Lubuk Pakam, Kelurahan

Lubuk Pakam Pekan.

d. Menimbang, bahwa putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar

bij voorraad) telah diatur dalam Pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal 191 ayat (1) RBg

jo Pasal 54 Rv. Ketentuan tentang putusan serta merta ini adalah suatu putusan

yang bersifat eksepsional dari ketentuan Pasal 195 dan 196 HIR yang

menetapkan suatu putusan hanya dapat dilaksanakan jika telah memperoleh

kekuatan hukum tetap. Sedangkan penerapan dari Pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal

191 ayat (1) RBg jo Pasal 54 Rv hanya dapat dijatuhkan dan dilaksanakan jika

syarat-syaratnya telah terpenuhi. Disamping itu juga disyaratkan bahwa untuk

dapat dikabulkannya suatu putusan serta merta harus didasarkan pada prinsip

(20)

pelaksanaan teknis dari putusan serta merta berdasarkan Pasal 180 ayat (1) HIR,

Pasal 191 ayat (1) RBg jo Pasal 54 Rv tersebut, dalam praktek pengadilan telah

dikeluarkan beberapa Surat Edaran Mahkamah Agung yang mengatur tentang

pelaksanaan teknis dari penjatuhan dan pelaksanaan putusan yang bersifat serta

merta. Pada saat ini yang dijadikan pedoman dalam praktek pengadilan adalah

SEMA No.3 Tahun 2000 dan SEMA No.4 Tahun 2001 :

e. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal 191

ayat (1) RBg jo Pasal 54 Rv jo SEMA No.3 Tahun 2000 dalam point ke-4

disebutkan agar tidak menjatuhkan putusan serta merta, kecuali dalam hal-hal

sebagai berikut:

1) Gugatan didasarkan pada bukti surat autentik atau surat tulisan tangan

(handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya,

yang menurut undang-undang tidak mempunyai kekuatan bukti.

2) Gugatan tentang hutang piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak

dibantah.

3) Gugatan tentang sewa menyewa tanah, rumah, gudang dan lain-lain dimana

hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau penyewa terbukti

melalaikan kewajibannya sebagai penyewa yang beritikad baik.

4) Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan (gono gini)

setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai kekuatan hukum tetap.

5) Dikabulkannya gugatan provisionil, dengan pertimbangan hukum yang tegas

(21)

6) Gugatan berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

(in kracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan dengan pokok gugatan.

7) Pokok gugatan mengenai bezitrecht.

f. Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, maka secara juridis, tuntutan

Penggugat agar putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan serta merta dapat

dikabulkan. Disamping itu, mengingat pula bahwa sejak gugatan ini diajukan,

pihak Tergugat masih terus menguasai tanah terperkara. Keadaan ini

menunjukkan adanya itikad tidak baik dari Tergugat dalam menguasai tanah

terperkara tersebut.

Dalam pokok perkara, menolak gugatan penggugat seluruhnya ataupun

sebagai konvensi, selanjutnya dalam pokok perkara yang isi putusannya sebagai

berikut :

1. Menyatakan pemindahan dan pemyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi No

01 dan 02 Tertanggal 2 April 2013 dari San Tji kepada Suwandi yang diperbuat

dihadapan Theresia Martianna Siahaan,Sarjana Hukum, Notaris Kabupaten Deli

Serdang berkedudukan di Lubuk Pakam terhadap Sebagian dari sebidang tanah

yang statusnya saat ini (saat akte dibuat) masih dikuasai langsung oleh negara

seluas lebih kurang 160 m2 (seratus enam puluh meter bujur sangkar), terletak di

Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Lubuk Pakam,

Kelurahan Lubuk Pakam Pekan, setempat di kenal sebagai Jalan Diponegoro,

Hak atas tanah mana dimiliki dan dikuasai oleh Penggugat atau dalam akte

(22)

yang dibuat dibawah tangan, bermaterai cukup, dan telah dilegalisir oleh Camat

Kecamatan Lubuk Pakam pada tanggal 09 (sembilan) Juni 2009 (dua ribu

sembilan), yang ditaruh dibawah legalisasi No.593/704/2009, berikut segala

sesuatu yang ada dan terdapat dan di tanam di atas tanah tersebut yang menurut

sifat dan ketentuannya menurut undang undang menjadi bilangannya, tidak ada

yang dikecualikan, terutama sekali 2 (satu) unit rumah toko 3 ½ tingkat (tiga

setengah tingkat) nomor 3 dan 4 dari Jalan Sutomo berikut turutannya,

batas-batas dan ukuran tanah mana menurut keterangan baik Penggugat dan Tergugat I

yang bertindak sebagai para pihak dalam akte, telah cukup jelas dan tidak perlu

dijelaskan lebih lanjut, dengan harga ganti rugi Rp.650.000.000,- (enam ratus

lima puluh juta rupiah) yang dibuat dihadapan Tergugat II dalam konvensi adalah

sah dan berkekuatan hukum, dan Menyatakan bahwa tergugat dalam rekonvensi

atau penggugat dalam konvensi telah melakukan wanprestasi atau ingkar janji.

2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara ini,

dan Menghukum Penggugat untuk menyerahkan dengan baik dan dalam keadaan

kosong tanpa ada gangguan dari pihak lain kepada Tergugat I (dr) sebidang tanah

serta apa yang terdapat diatasnya terutama satu unit bangunan rumah toko 3 ½

Tingkat dengan luas seluruhnya 160 M2 (seratus enam puluh meter bujur

sangkar) yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang,

Kecamatan Lubuk Pakam, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan setempat di kenal

dengan Jalan Diponegoro Nomor 03 dan 04 dari jalan Sutomo berikut turutannya

(23)

- Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Lisa lebih kurang 4 meter ;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Diponegoro lebih kurang 4 meter;

- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah San Tji lebih kurang 40 meter;

- Sebelah Bar at Berbatasan dengan tanah San Tji lebih kurang 40 meter;

C. Akibat Hukum Dari Putusan Hakim Atas Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan Dan Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung NOMOR 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp

Hasil Putusan Mahkamah Agung NOMOR 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp Atas

Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan Dan Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan

Ganti Rugi yaitu mengabulkan gugatan penggugat dalam rekonvensi untuk

sebahagian, dan menolak gugagatan dari penggugat untuk selain dan selebihnya.

Selain itu putusan Mahkamah Agung NOMOR 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp tetap

mengesahkan Akte pemindahan dan pemyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi

No 01 dan 02 Tertanggal 2 April 2013 dari San Tji kepada Suwandi yang diperbuat

dihadapan Theresia Martianna Siahaan,Sarjana Hukum, Notaris Kabupaten Deli

Serdang berkedudukan di Lubuk Pakam terhadap Sebagian dari sebidang tanah yang

statusnya saat ini (saat akte dibuat) masih dikuasai langsung oleh negara seluas lebih

kurang 160 m2 (seratus enam puluh meter bujur sangkar), terletak di Propinsi

Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Lubuk Pakam, Kelurahan

Lubuk Pakam Pekan, setempat di kenal sebagai Jalan Diponegoro, Hak atas tanah

mana dimiliki dan dikuasai oleh Penggugat atau dalam akte bertindak sebagai pihak

(24)

bermaterai cukup, dan telah dilegalisir oleh Camat Kecamatan Lubuk Pakam pada

tanggal 09 (sembilan) Juni 2009 (dua ribu sembilan), yang ditaruh dibawah legalisasi

No.593/704/2009, berikut segala sesuatu yang ada dan terdapat dan di tanam di atas

tanah tersebut yang menurut sifat dan ketentuannya menurut undang undang menjadi

bilangannya, tidak ada yang dikecualikan, terutama sekali 2 (satu) unit rumah toko 3

½ tingkat (tiga setengah tingkat) nomor 3 dan 4 dari Jalan Sutomo berikut turutannya,

batas-batas dan ukuran tanah mana menurut keterangan baik Penggugat dan Tergugat

I yang bertindak sebagai para pihak dalam akte, telah cukup jelas dan tidak perlu

dijelaskan lebih lanjut, dengan harga ganti rugi Rp.650.000.000,- (enam ratus lima

puluh juta rupiah) yang dibuat dihadapan Tergugat II dalam konvensi adalah sah dan

berkekuatan hukum (Tidak dibatalkannya oleh Pengadilan Akta Pemindahan Dan

Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi sebagaimana telah diterangkan

sebelumnya/ tetap sah secara hukum).

Dengan adanya putusan Mahkamah Agung NOMOR 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp,

maka akibat hukum dari gugatan pembatalan akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor

80/Pdt.G/2015/PN.Lbp yaitu untuk mengetahui tindakan notaris dalam

melaksanakan etika profesi jabatannya dalam pembuatan akta pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris, dengan, dan

untuk memberi kepastian hukum terhadap gugatan terhadap akta pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris yang digugat

(25)

atas tanah dengan ganti rugi No 01 dan 02 Tertanggal 2 April 2013 . Dari putusan

tersebut yaitu semakin menguatkan keabsahan secara hukum sebagai akta autentik

yang dibuat oleh notaris sebagaimana tugas dan wewenang yang dimiliki notaris

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi yaitu notaris bertanggung jawab terhadap akta yang

dibuatnya harus sesuai dengan prosedur hukum berdasarkan aturan kode etik

profesi jabatan notaris yang diatur dalam undang-undang jabatan notaris. Selain

itu notaris wajib menjaga kerahasian akta-akta yang dibuatnya dan siap

menerima sanksi apabila melakukan penyalahgunaaan wewenangannya dalam

pembuatan akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi.

2. Faktor-faktor penyebab akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan

ganti rugi yang dibuat oleh notaries dapat dibatalkan yaitu Karena adanya

kesepakatan dari para pihak. Karena syarat batal sebagaimana yang tercantum

dalam klausul pengikatan jual beli telah terpenuhi, serta pembatalan oleh

pengadilan atas tuntutan dari salah satu pihak yang biasanya salah satu pihak

wanprestasi dan unsur perbuatan melawan

3. Akibat hukum dari gugatan pembatalan akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor

80/Pdt.G/2015/PN.Lbp yaitu untuk mengetahui tindakan notaris dalam

melaksanakan etika profesi jabatannya dalam pembuatan akta pemindahan dan

(27)

dan untuk memberi kepastian hukum terhadap gugatan terhadap akta pemindahan

dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris yang

digugat melalui Pengadilan Negeri berkaitan denan akte pemindahan dan

pemyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi No 01 dan 02 Tertanggal 2 April

2013 . Dari putusan tersebut yaitu semakin menguatkan keabsahan secara hukum

sebagai akta autentik yang dibuat oleh notaris sebagaimana tugas dan wewenang

yang dimiliki notaris berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris.

B. Saran

1. Hendaknya Kasus Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan Dan Penyerahan Hak

Atas Tanah Dengan Ganti Rugi berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor

80/Pdt.G/2015/PN.Lbp memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada

masyarakat luas jika melakukan tindakan atau perbuatan berdasarkan ketentuan

hukum ketika menggunakan jasa notaris, bahwasannya akte notaris tersebut

adalah akta autentik yang diakui keabsahaannya secara hukum. Dan harus

meminta penjelasan serta saran dari Notaris sebelum melakukan pengikatan diri

dalam sebuah perjanjian.

2. Diharapkan seluruh notaris selalu menjaga etika profesi jabatannya dalam

melaksanakan tugasnya. Dan kasus Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan Dan

Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi berdasarkan putusan Mahkamah

(28)

pembelajaran bagi notaris apabila mereka telah melakukan prosedur hukum

secara benar maka akte yang mereka buat tidak akan pernah dibatalkan oleh

pengadilan, serta hal ini dapat menghindarkan notaris dari jeratan hukum akibat

perbuatan melawan hukum dan/atau melakukan perbuatan yang merugikan orang

lain.

3. Notaris harus selalu bersikap netral dan sebelum membuat akta perjanjian untuk

disepakati para pihak khususnya dalam pembuatan Akta Pemindahan Dan

Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi diharapkan notaris memberikan

keterangan serta penjelasan yang benar serta dapat dimengerti para pihak. Selain

itu diharapkan juga memberikan saran sesuai dengan ketentuan hukum guna

melindungi kepentingan masing-masing pihak dan/ atau keduabelah pihak dalam

melakutan pengikatan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan jika notaris

telah kesemua hal tersebut maka tindakan ini dapat mencega perselisahan antara

pihak-pihak yang melakukan pengikatan dalam sebuah perjanjian, khususnya

Perjanjian Kesepakatan Pemindahan Dan Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum notaris selaku Pejabat Umum yang membuat akta sesuai syarat formil dan materil ditinjau dari Undang-undang Nomor 30

29 Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian

“PERBANDINGAN WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM SEBAGAI KLASIFIKASI GUGATAN GANTI RUGI ATAS INGKAR JANJI KAWIN” ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

59/pdt g 2017/pn bna yang dalam putusan perbuatan melawan hukum, serta untuk mengatahui dan menganalisis tentang proses penyelesaian beserta hasilnya, dalam kasus pembatalan hasil

Rahmansyah, 2023 PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERKAIT PEMBATALAN HASIL LELANG PENGADAAN PICTURE ARCHIVING COMMUNICATION SYSTEM Analisa Putusan Nomor:59/Pdt G 2017/PN BNA UPN Veteran

Berdasarkan Putusan Nomor 336 PK/Pdt/2017 PN Tng menyatakan bahwa Akta Jual Beli Hak Guna Bangunan Nomor 86 yang dibuat oleh PPAT dinyatakan batal demi hukum karena Akta Kuasa Menjual