• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Organisasi atau perusahaan selalu mempunyai berbagai macam tujuan yang hendak

dicapai. Hal ini menjadi dasar bahwa setiap organisasi yang didirikan mempunyai harapan

bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam ruang lingkup

kegiatannya dan menginginkan terciptanya produktivitas yang tinggi dalam bidang

pekerjaannya. Fenomena globalisasi yang terjadi terkhusus di Indonesia mendorong

perusahaan untuk mampu bersaing dan mempertahankan perusahaanya agar tetap dapat hidup

di lingkungan industri sekarang ini. Kelangsungan perusahaan tidak terlepas dari peran serta

penggerak dari perusahaan itu sendiri, sumber daya manusia dalam hal ini pegawai harus

mampu dalam menghadapi serta mengatasi ancaman-ancaman yang datang dari sisi eksternal

maupun internal perusahaan itu sendiri.

Sumber Daya Manusia merupakan aspek yang terpenting untuk sebuah perusahaan,

karena manusialah yang berperan sebagai penggerak utama didalam sebuah organisasi atau

perusahaan. Sumber daya manusia yakni pegawai didalam sebuah perusahaan merupakan

modal utama yang harus dijaga dan diperhatikan untuk tercapainya keberhasilan perusahaan.

Keberhasilan sebuah perusahaan dapat diukur dari berjalan atau tidaknya kinerja pegawai

secara baik atau buruk dalam sebuah perusahaan. Kinerja yang berjalan baik dalam sebuah

perusahaan dapat menentukan keberhasilan perusahaan didalam pencapaian tujuan visi dan

misi dari perusahaan itu sendiri.

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki

pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang baik dalam bekerja. Oleh karena itu,

organisasi perlu mengambil langkah agar dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas

pegawai. Pegawai diharapkan selalu mengasah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

agar lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman serta dapat meningkatkan kinerja pegawai

dalam organisasi tersebut.

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan pegawai sehingga mempengaruhi

(2)

kualitas yang disajikan. Organisasi dalam meningkatkan kinerja pegawai perlu adanya

pengembangan sumber daya manusia yang tepat dengan lingkungan kerja yang mendukung.

Penilaian akan kinerja perusahaan memilki hubungan dengan beberapa faktor,

diantaranya iklim kerja yang berpengaruh terhadap kinerja, motivasi, pengawasan, hingga

bagaimana budaya yang ada disebuah perusahaan sehingga kinerja pegawai dapat optimal

yang secara otomatis akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan tersebut. Organisasi

dalam hal ini sebuah perusahaan pemerintah telah memiliki nilai budaya yang telah tertulis

secara baku memiliki pengaruh untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh pegawai sehingga

nilai budaya itu sendiri dapat menjadi sebuah acuan dalam pelaksanaan tugas yang telah

diemban perusahaan kepada pegawainya.

Budaya organisasi menurut Phithi Sithi Amnuai adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan

diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi

internal.1

1

Pabundu, Tika. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Hal 4

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang terdapat disebuah perusahaan yang

cenderung tidak terlihat namun sulit untuk dirubah karena telah menjadi kebiasaan di sebuah

perusahaan tersebut. Budaya organisasi dapat menjadi penggerak para pegawai untuk

melakukan aktivitas kerjanya, secara sadar maupun tidak sadar individu didalam orgaisasi

meresapi dan mempelajari budaya yang berlaku di organisasi tempatnya berada/bekerja.

Budaya organisasi yang sesuai dengan nilai-nilai perusahaan mendorong tercapainya

tujuan-tujuan dari perusahaan itu sendiri, terdapat nilai-nilai budaya yang harus dipatuhi,

dimana nilai-nilai tersebut telah ditelaah terlebih dahulu makna serta fungsi yang terkandung

didalamnya. Umumnya budaya perusahaan yang memiliki dampak positif bagi perusahaan

cenderung lebih cepat dapat diterima oleh para pegawainya. Nilai budaya yang positif

memudahkan pegawainya untuk menghayati, menelaah serta mengamalkan nilai-nilai yang

terkandung didalam budaya itu sendiri. Nilai budaya yang mudah diresapi pegawainya

berdampak pada tingkat loyalitas pegawai, ini artinya pegawai tidak mudah terpengaruh oleh

(3)

Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti tentang pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

pegawai, antara lain :

a. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Depok Sports

Center” memaparkan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan Depok Sports Center.

b. “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Studi Pada Dinas Informasi

Komunikasi Dan Pengelolaan Data Elektronik Kota Medan” memaparkan bahwa

budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu

kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi acuan

bersama di antara manusia dalam berinteraksi dalam organisasi. Jika orang-orang

bergabung dalam sebuah organisasi, mereka membawa nilai-nilai kepercayaan yang

telah diajarkan kepada mereka.

Budaya yang ada di suatu lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap

pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut. Perusahaan adalah sebuah

lembaga yang terdiri dari banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar

belakang yang berbeda. Kreativitas, kecerdasan maupun motivasi yang tinggi dari karyawan

hendaknya merupakan unsur kreadibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan

dapat mencapai kesuksesan. Namun unsur-unsur tadi menjadi belum maksimal manfaatnya

bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya kerja yang sama. Satu budaya kerja yang

sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka memiliki persepsi yang

sama tentang nilai dan kepercayaan yang dapat membantu mereka untuk memahami tentang

bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja sekarang.

BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan penyelenggaraan program jaminan sosial

ketenagakerjaan yang secara terus menerus berusaha meningkatkan kinerja pegawainya

didalam pencapaian tujuan perusahaannya yakni Menjadi Badan penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan

Pelayanan. Didalam usaha pencapaian tujuannya tersebut BPJS Ketenagakerjaan harus terus

mengelola manajemennya secara terorganisir tanpa harus menghilangkan fungsinya sebagai

(4)

merupakan hal terpenting untuk terus maju terdepan sebagai badan penyelenggara jaminan

sosial ketenagakerjaan.

Untuk itu BPJS Ketenagakerjaan telah menerapkan prinsip-prinsip Good Governance

sesuai apa yang telah menjadi keputusan Menteri BUMN, yang dimana apabila prinsip

GoodGovernance ini ditetapkan dalam jangka panjang diyakini dapat meningkatkan nilai

perusahaan dalam bentuk kinerja yang tinggi serta citra perusahaan yang baik. Adapun yang

menjadi prinsip-prinsip dari sistem Good Governance itu sendiri yakni transparency,

accountability, responsibility, independency, fairness, predictability, participation dan

dynamism.

Sistem nilai adalah tatanan nilai yang dikembangkan perusahaan. Sistem nilai dan

Etika kerja menyatu dengan rencana strategis perusahaan berupa paradigma baru, tata nilai,

visi, misi, dan strategis yang merupakan faktor penting sebagai dasar penciptaan budaya kerja

perusahaan.

Nilai budaya yang ada di BPJS Ketenagakerjaan ada tujuh yaitu sebagai berikut :2

a. Iman

Insan BPJS Ketenagakerjaan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa,

bekerja sebagai ibadah untuk memberikan manfaat dan nilai bagi pekerja, keluarga,

masyarakat dan bangsa.

b. Ekselen

Insan BPJS Ketenagakerjaan selalu bersikap profesional, inovatif, dan

bersungguh-sungguh dalam mengupayakan hasil terbaik untuk memberikan manfaat serta nilai

tambah bagi organisasi dan lingkungan.

c. Teladan

Insan BPJS Ketenagakerjaan senantiasa memulai dari dirinya sendiri untuk

berperilaku sesuai dengan norma, etika dan peraturan yang berlaku sehingga dapat

menjadi contoh (role model) bagi lingkungan sekitarnya.

2Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor 16/062016 Tentang Visi, Misi dan Nilai Budaya

(5)

d. Harmoni

Insan BPJS Ketenagakerjaan mampu membangun kerjasama, keselarasan dan

mengutamakan keberhasilan bersama.

e. Integritas

Insan BPJS Ketenagakerjaan senantiasa dapat menjaga amanah, jujur, satu dalam kata

dan perbuatan, dapat dipercaya serta berkomitmen untuk patuh pada norma dan

peraturan yang berlaku.

f. Kepedulian

Insan BPJS Ketenagakerjaan senantiasa peduli pada peserta, lingkungan kerja dan

organisasi sehingga ikut merasa bertanggung jawab dan secara tulus berpartisipasi

aktif untuk membawa kemajuan organisasi.

g. Antusias

Insan BPJS Ketenagakerjaan senantiasa bekerja dengan sukacita, proaktif serta

bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan.

Suatu perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya haruslah

digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan secara aktif sebagai pelaku dalam

mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain kinerja individu dalam hal

ini seorang pegawai sejalan dengan kinerja perusahaan/organisasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan”.

1.2Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal terpenting dalam penelitian, karena dibuat untuk

memecahkan masalah pokok yang timbul secara jelas dan sistematis sehingga penelitian akan

(6)

menegaskan masalah yang akan di teliti, sehingga dapat di temukan suatu pemecahan

masalah yang tepat dan mencapai tujuan.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Pegawai Pada Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai pada kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan

Belawan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara subjektif, sebagai suatu sarana dalam melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi dalam menyusun karya

ilmiah.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi

kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan terkait pada pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai.

c. Secara akademis, sebagai suatu kontribusi baik secara langsung atau tidak langsung

bagi perpustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis yang

tertarik dalam masalah penelitian ini.

1.5Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, dan konstruk, definisi dan proporsi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan

antar konsep.3

3

(7)

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada,

perlu adanya pedoman teotitis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam

penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi

peneliti dalam memahami yang di teliti.

1.5.1 Budaya Organisasi

1.5.1.1Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi sering dikaitkan dengan budaya yang berlaku didalam sebuah

perusahaan, karena perusahaan pastilah membentuk sebuah organisasi, organisasi merupakan

sekumpulan beberapa orang (lebih dari dua orang) yang membentuk kelompok atau satuan

kerja yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut Peter F. Drucker dalam buku budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan,budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan

internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang

kemudian diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk,

memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait.

Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi di dalam

diri para anggota menjiwai orang per orang di dalam organisasi. Dengan demikian, maka

budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi.4

1.5.1.2Karakteristik Budaya Organisasi

Jadi, dari

pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian budaya organisasi adalah

seperangkat asumsi atau keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam

organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi

masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Menurut Stephen P.Robbins terdapat beberapa karakteristik budaya organisasi yaitu:5

4

Sutrisno, Edy. 2011. Budaya Organisasi. Surabaya : Cetakan Kedua. Kencana Prenada Media Group. Hal 2

5

(8)

a. Inisatif Individual yaitu tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai

setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisatif indiviudal

tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang

menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.

b. Toleransi Terhadap Tindakan Beresiko. Suatu budaya organisasi dikatakan baik

apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota atau para pegawai agar dapat

bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi atau perusahaan serta

berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.

c. Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat

menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan

harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini

dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaaan.

d. Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mendorong

unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan

unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

e. Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan

komunikasi atau arahan, bantuan, serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

f. Kontrol. Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau

norma-norma yang berlaku di dalam suatu organisasi atau perusahaan.

g. Identitas dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi atau

perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam

perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional

tertentu.

h. Sistem Imbalan. Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi dan

sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan atas

senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.

i. Toleransi Terhadap Konflik. Sejauh mana para pegawai atau karyawan di dorong

untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat

merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Namun, perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan untuk melakukan

perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

j. Pola Komunikasi. Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang

formal. Kadang – kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola

(9)

Untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai budaya suatu organisasi, dapat

dilakukan dengan cara menilai suatu organisasi berdasarkan karakteristik-karakteristik

budaya organisasi tersebut. Masing-masing dari karakteristik budaya organisasi tersebut

berada dalam suatu kontinum mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Sebagian besar

organisasi memiliki budaya dominan dan banyak sub budaya. Budaya dominan

mengungkapkan nilai – nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota organisasi,

sedangkan sub budaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk merefleksi

masalah, situasi, atau pengalaman sama yang dihadapi oleh para anggotanya. Apabila suatu

organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas sub budaya saja, maka

budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan,

karena tidak ada keseragaman penafsiran mengenai perilaku yang semestinya dan perilaku

yang tidak semestinya. Sesuai dengan defenisi budaya, yaitu sistem makna bersama, maka

aspek makna bersama tersebut merupakan alat potensial yang menuntun dan membentuk

perilaku.

1.5.1.3Pembentukan Budaya Organisasi

Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi.

Deal dan Kennedy dalam bukunya corporate culture : the roles and ritual of corporate,

membagi lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut :6

a. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus

dilakukan perusahaan agar bisa berhasil.

b. Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap

perusahaan mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi

semua warga dalam mencapai tujuan/misi organisasi.

c. Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya

dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, para manajer,

kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai

organisasi.

6

(10)

d. Ritual merupakan tempat dimana perusahaan secara simbolis menghormati

pahlawan-pahlawannya. Karyawan yang berhasil memajukan perusahaan diberikan penghargaan

yang dilaksanakan secara ritual setiap tahunnya.

e. Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan

saluran komunikasi primer.

1.5.1.4Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya perilaku organisasi membagi lima fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

a. Berperan menetapkan batasan.

b. Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.

c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual

seseorang.

d. Meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial yang

membantu mempersatukan organisasi.

e. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk

sikap serta perilaku para karyawan.

1.5.2 Kinerja Pegawai

1.5.2.1Pengertian Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai mempunyai hubungan erat dengan pemberdayaan sumber daya

manusia karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai

tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut

maka upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerjadalam suatu organisasi merupakan

hal penting.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara bahwa “Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.7

7

Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT. Refika Aditama. Hal 9 Kinerja pegawai

berupaya untuk meningkatkan kemampuan kerja dan penampilan kerja seseorang yang dapat

(11)

Pendapat lain dikemukakan oleh Faustino Cardosa Gomes bahwa “Kinerja pegawai adalah ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan

produktivitas”.8

1.5.2.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Pegawai

Menurut Payaman J. Simanjuntak, kinerja setiap orang oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :9

a. Kompetensi individu, yaitu kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.

b. Dukungan organisasi, kinerja setiap orang tergantung pada dukungan organisasi

dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan

teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.

c. Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajemen

atau pimpinan.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah kemampuan dan faktor

motivasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang diterjemahkan oleh Anwar Prabu Mangkunegara yaitu :10

a. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan nyata. Artinya, pimpinan dan pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata

(IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang

maksimal. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai

dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi

kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi

kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap

8 Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT. Refika Aditama. Hal 10 9 Simanjuntak, J. Payaman. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Hal 11-13

10

(12)

negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang

rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas

kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa kinerja tidaklah terbentuk dengan

sendirinya namun banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang bersumber dari dalam diri

individu seperti semangat, motivasi, dukungan yang yang diterima, hubungan mereka dengan

organisasi dan juga kemampuan yang dimiliki. Namun, kinerja juga dipengaruhi oleh faktor

dari luar diri antara lain seperti pemberian insentif, suasana kerja dan sarana prasarana yang

tersedia.

1.5.2.3Pengukuran Kinerja Pegawai

Bernandin dan Russell mengemukakan ukuran-ukuran dari Kinerja pegawai yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes dalam bukunya Human Resource Management yaitu

sebagai berikut :11

a. Quality of work (kualitas kerja) yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

b. Quantity of work (kuantitas kerja) yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu

periode yang ditentukan.

c. Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan) yaitu luasnya pengetahuan mengenai

pekerjaan dan keterampilannya.

d. Creativeness (kreativitas) yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

e. Cooperation (kerjasama) yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau

sesama anggota organisasi.

f. Initiative (inisiatif) yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggungjawabnya.

g. Dependability (ketergantungan) yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal

kehadiran dan penyelesaian kerja.

h. Personal Qualities (kualitas personal) yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramah tamahan dan integritas pribadi.

(13)

1.5.2.4Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam buku evaluasi kinerja SDM, terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan dalam peningkatan kinerja yaitu sebagai berikut :12

a. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja.

b. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.

c. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik yang

berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

d. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan

tersebut.

e. Melakukan rencana tindakan tersebut.

f. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum.

g. Mulai dari awal, apabila perlu.

1.5.3 Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Pegawai

Seperti banyak teori yang telah dikemukakan sebelumnya, sebagian besar berpendapat

bahwa antara budaya organisasi dengan kinerja memiliki dampak yang positif yakni

berbanding lurus. Budaya perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan

anggota organisasi. Semua organisasi mempunyai satu budaya yang bergantung pada

kekuatannya. Budaya dapat mempunyai pengaruh yang bermakna pada sikap dan perilaku

anggota-anggota organisasi.

Budaya perusahaan yang kuat akan menciptakan lingkungan kerja yang mendorong

dan menyatukan orang-orang untuk bekerja dan berproses secara konsisten dengan misi dan

visi perusahaan. Perilaku yang tidak disiplin dan rendah kadar etikanya sangat tidak baik

untuk pengembangan budaya, bila perusahaan membiarkan perilaku dan sikap dari pegawai

dan pimpinan tanpa nilai-nilai yang konsisten maka budaya perusahaan akan muncul secara

otomatis dan nantinya tidak mudah dikendalikan atau diatur kembali.

Menurut laporan dari hasil penelitian Kotler dan Heskett dalam Budi mengungkapkan

bahwa lebih 200 perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa budaya perusahaan

12

(14)

memiliki kekuatan dan dapat meningkatkan kinerja organisasi. Studi tersebut menyimpulkan

paling sedikit ada empat peran penting budaya perusahaan yaitu :

a. Memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan.

b. Dapat menjadi faktor yang lebih penting dalam menentukan sukses gagalnya

perusahaan pada dekade berikutnya.

c. Mendorong peningkatan kinerja ekonomi dalam jangka panjang, dapat berkembang

secara mudah jika dalam perusahaan penuh dengan orang-orang yang cerdas.

d. Budaya perusahaan dapat dibentuk untuk peningkatan kinerja pegawai.

Budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja sumber daya manusia ke arah lebih

baik atau lebih buruk. Ukuran kinerja dapat bermacam-macam, namun ukuran yang paling

mudah adalah ukuran finansial. Menurut Robert Kretiner dan Angelo Kinicki, terdapat tiga tipe perspektif budaya yang bersifat meningkatkan kinerja finansial organisasi yaitu strength,

fit, dan adaptive.

a. Strength perspective, memprediksi hubungan penting antara kekuatan budaya

korporasi dan kinerja finansial jangka panjang. Gagasannya adalah bahwa budaya

yang kuat menciptakan penyelarasan tujuan, motivasi pekerja, struktur dan kontrol

yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja organisasi.

b. Fit perspective, didasarkan pada premis bahwa budaya organisasi harus selaras

dengan konteks bisnis atau strateginya.

c. Adaptive perspective, mengasumsikan bahwa budaya yang paling efektif membantu

organisasi mengadaptasi dan mengantisipasi pada perubahan lingkungan.

Dalam Lako, hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja diyakini oleh para

ilmuwan perilaku organisasi dan manajemen serta sejumlah peneliti akuntansi. Mereka

menyatakan bahwa budaya organisasi diyakini merupakan faktor penentu utama terhadap

kesuksesan kinerja suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi untuk

mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai budaya organisasinya dapat mendorong

organisasi tersebut tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Pengelolaan secara efektif

terhadap budaya organisasi dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif. Dari beberapa

pendapat dan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat di simpulkan bahwa

budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai dalam

(15)

1.6Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu

di uji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.13

a. Hipotesis Alternatif (Ha) adalah pernyataan dari apa yang diharapkan akan terjadi dan bukan dari apa yang diharapkan tidak akan terjadi apa-apa.

Adapun hipotesis yang dikemukakan penulis sebagai berikut:

• Ha : ada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada Kantor

BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan.

b. Hipotesis Nol (Ho) adalah pernyataan yang menunjukkan tidak ada perubahan.

• Ho : tidak ada pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Belawan.

1.7Definisi Konsep

Defenisi konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar

generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.14

a. Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu

kebenaran oleh semua orang dalam organisasi.

Sehingga dengan konsep maka penelitian bisa memahami unsur – unsur yang ada

dalam penelitian, baik variabel, indikator, parameter maupun skala pengukuran yang

dikehendaki dalam penelitian. Untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas dapat

menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis

mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut :

b. Kinerja pegawai adalah suatu hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai

SDM dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam priode waktu tertentu.

1.8Definisi Operasional 13

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alphabet. Hal 70 14

(16)

Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel.15

a. Variabel Bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat satu

variabel bebas yaitu budaya organisasi (X).

Dalam hal ini sehubungan dengan judul di atas terdapat dua variabel, yaitu variabel

bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Menurut Stephen P. Robbins, indikator-indikator budaya organisasi ada tujuh yaitu : 1. Inovasi dan Pengambilan resiko

2. Perhatian terhadap detail

3. Orientasi hasil

4. Orientasi individu

5. Orientasi terhadap tim

6. Agresivitas

7. Stabilitas

b. Variabel Terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah

kinerja pegawai (Y).

Menurut Stephen P. Robbins, indikator-indikator kinerja pegawai ada lima yaitu : 1. Kualitas Kerja

2. Kuantitas Kerja

3. Ketepatan waktu

4. Efektivitas

5. Kemandirian

Tabel 1

Variabel Budaya Organisasi (X) Menurut Stephen P. Robbins 15

(17)

Konsep Variabel X Dimensi Indikator

a. Di tuntut berinisiatif

b. Kebebasan melakukan inovasi atau

gagasan baru

c. Kebebasan menciptakan ide-ide

yang inovatif

d. Kebebasan untuk mengambil

keputusan

e. Diberi kepercayaan oleh pimpinan

f. Permasalahan dalam melaksanakan

pekerjaan

g. Berani mengambil resiko

h. Mampu berhadapan dengan resiko

Perhatian

terhadap

detail

a. Kesempatan menyelesaikan

pekerjaan dengan tepat dan cermat

b. Kesempatan menyelesaikan

pekerjaan dengan akurat

c. Memperhatikan hal detail dalam

pekerjaan

d. Menginformasikan mengenai

ukuran keberhasilan

e. Menyampaikan tujuan perusahaan

secara detail

f. Memberikan arahan dan

komunikasi yang jelas dan terinci

Orientasi

hasil

a. Menekankan pada hasil yang

optimal

b. Melakukan pengembangan diri

untuk mendapatkan hasil yang

optimal

c. menyelesaikan pekerjaan dengan

cepat

(18)

tetap memperhatikan proses

e. Memberikan penghargaan jika

memiliki prestasi kerja

f. Berorientasi kepada hasil kerja

yang tinggi

Orientasi

individu

a. Bekerja dengan sungguh-sungguh

b. Mengisi jam kerja untuk

menyelesaikan pekerjaan

c. Bekerja dengan target

d. Memberi perhatian kepada pegawai

e. Menyelesaikan pekerjaan sesuai

dengan prosedur

Orientasi

terhadap tim

a. Senang bekerja sama dengan tim

b. Menjalin kerjasama dengan anggota

satuan kerja

c. Saling tolong menolong apabila

rekan kerja mengalami kesulitan

d. Bekerja yang kompak dan handal

e. Timbul permasalahan diselesaikan

bersama-sama

Agresivitas a. Dituntut untuk bekerja dengan giat

b. Datang tepat pada waktunya dan

disiplin waktu

c. Memiliki kesepakatan yang jelas

mengenai pedoman pelaksanaan

tugas yang benar dan yang salah

d. Berusaha untuk mematuhi peraturan

e. Tidak puas dengan satu tugas

Stabilitas a. Saling menghargai di lingkungan

kerja

b. Perasaan yang nyaman dengan

kondisi organisasi

(19)

perusahaan

d. Memiliki strategi yang jelas

e. Melakukan acara family gathering

secara rutin

Tabel 2

Variabel Kinerja Pegawai (Y) Menurut Stephen P. Robbins Konsep Variabel Y Dimensi Indikator

Kinerja Kinerja

Pegawai

Kualitas Kerja a. Kemampuan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan yang

diberikan

b. Melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan prosedur

c. Mencapai kualitas kerja yang

maksimal

d. Menggunakan waktu kerja dengan

efisien

e. Memberikan waktu sesuai

kemampuan

Kuantitas

Kerja

a. Menyelesaikan pekerjaan sesuai

dengan target yang ingin dicapai

b. Menyelesaikan tugas dengan cepat

c. Memenuhi beban kerja yang telah

ditetapkan perusahaan

d. Dapat melebihi volume pekerjaan

yang telah ditetapkan perusahaan

Ketepatan

waktu

a. Menyelesaikan pekerjaan tepat

pada waktunya

b. Disiplin waktu

c. Tidak menunda pekerjaan

d. Mempercepat menyelesaikan

pekerjaan sebelum batas waktu

(20)

berjalan secara efektif

b. Bertanggung jawab atas

pengembangan dan berniat

mengevaluasi diri

c. Adanya pengawasan terhadap

pekerjaan

d. Memotivasi untuk aktif mengambil

kesempatan atau peluang

e. berorientasi pada keberhasilan

Kemandirian a. Mandiri dalam menyelesaikan

tugas pekerjaan

b. Melakukan pekerjaan yang

diyakini benar

c. Memperbaiki kesalahan yang telah

dilakukan dan bertanggungjawab

d. berinisiatif untuk menyelesaikan

tugas

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep,

defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,

teknik pengumpulan data, instrumen penelitiandan teknik analisa data.

(21)

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai objek atau lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil

penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisisnya berdasarkan

metode yang digunakan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh pada saat

penelitian dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang dianggap penting bagi

Gambar

Tabel 2 Variabel Kinerja Pegawai (Y) Menurut Stephen P. Robbins

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan peneliti pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan, bahwa perusahaan telah melaksanakan pengawasan internal gaji dengan baik.. Hal ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pos Medan.. faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah positif..

Program Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan?”. 1.3

Pada BPJS Ketenagakerjaan Medan Kota budaya organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap dalam diri karyawan sebesar 33.7% dalam meningkatkan Organizational

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi, disiplin kerja dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan BPJS Kesehatan Kantor

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui cara penanganan klaim pada Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Medan Kota.. Informasi yang

Dalam judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Siompu Barat Kabupaten Buton Selatan” Jadi pada hasil penelitian ini bahwa budaya organisasi