• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pos Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pos Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PEMBELAJARAN ORGANISASI DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA

PEGAWAI PADA KANTOR POS MEDAN

OLEH

ELJA HERNAWATY 100502190

PROGRAM STUDI STRATA SATU MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa

skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan

Budaya Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pos Medan” adalah benar hasil

karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan

beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2015 Yang membuat pernyataan,

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PEMBELAJARAN ORGANISASI DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA

PEGAWAI PADA KANTOR POS MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pos Medan. faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawaipada Kantor Pos Medan. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah pembelajaran organisasi dan budaya kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Pos Medan yang berjumlah 77 orang. Pengumpulan data menggunakan metodetotal sampling, yakni mengambil seluruh populasi penelitian sehingga jumlah sampel penelitian adalah 77 orang. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwaberdasarkan uji F, variabel pembelajaran organisasi dan budaya kerja secara serentak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Sedangkan berdasarkan uji t, pembelajaran organisasi dan budaya kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Variabel dominan dalam penelitian ini adalah variabel budaya kerja. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,643 yang berarti 64,3% faktor-faktor kinerja pegawai Kantor POS Medan, dijelaskan oleh variabel pembelajaran organisasi dan budaya kerja. Sedangkan sisanya sebesar 35,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang merupakan variabel di luar penelitian.

(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL LEARNING AND WORKING CULTURE TO THE EMPLOYEES

OF KANTOR POS MEDAN

The title of this study is “Analysis of the Influence of Organizational

Learning and Working Culture to the Employees of Kantor Pos Medan”. This study aims to analyze the factors that affect the performance of the employees working at Kantor Pos Medan. Factors analyzed in this study are organizational learning and working culture. The total population in this study consists of77 employees currently working at Kantor Pos Medan. The total sampling method is used to collect data (this method used the entire population), so there are 77 individualsused as samples. The analysis method used in this study is multiple regression.The results showed that based on the F test, variables (organizational learning and working culture) jointly positive and significant impact on employees,while based on the t-test, variables (organizational learning and working culture) positive and significant impact on employees.Dominant variable in this study is a variable working culture. Adjusted R Square value is equal to 0,643 which means that 64,3% factors in theemployees post office Medan can be explained by the independent variable is organizational learning and working culture while the remaining35,7% is explained by the variables other than this study.

(5)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa karena atas berkat-Nya yang besar sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis Pengaruh Pembelajaran

Organisasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pos Medan”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan

penulis, khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain

itu, penelitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih

gelar sarjana ekonomi manajemen di Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

doa, bimbingan, saran, motivasi, bantuan, dan kerja sama dari semua pihak yang

telah turut membantu penulis, pertama saya ucapkan terima kasih kepada Pencipta

yang bernama YEHUWA, kedua orang tua saya tercinta ayahanda Jayadin

Bangun SEdan bunda Elisabet Manurung, adik saya Claudia Josephine SE, serta

semua keluarga. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,

yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen S1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen S1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi, selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberi bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Lucy Anna, Msi, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberi bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada sahabat-sahabat saya Dessy Puspita Sari Harahap SE, Afriyani

(6)

Winursih SE, Ayu Sufatma Nainggolan SE atas doa, semangat, dan bantuan

praktis yang telah diberikan selama ini.

8. Semua dosen, pegawai, dan seluruh rekan-rekan seperjuangan penulis di

Departemen Manejemen Fakultas Ekonomi danBisnisUniversitas Sumatera

Utara Stambuk 2010. Terima kasih atas dukungan, kerjasama, dan

kebersamaan selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi danBisnis

Universitas Sumatera Utara.

Tiada ada gading yang tak retak. Demikian pula halnya dengan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perkembangan pemahaman, penelitian, dan penulisan dari topik yang dibahas

dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Desember 2015

Penulis,

Elja Hernawaty

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pembelajaran Organisasi ... 7

2.1.1. Pengertian ... 7

2.1.2. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Organisasi ... 13

2.1.3. Fungsi Pembelajaran Organisasi ... 16

2.1.4. Tujuan Pembelajaran Organisasi ... 15

2.1.5. Faktor Faktor Penentu Pembelajaran Organisasi . 19 2.1.6. Hambatan Pelaksanaan Pembelajaran Organisasi 19

2.2. Budaya Kerja ... 21

2.2.1. Pengertian ... 21

2.2.2. Unsur Unsur Budaya Kerja ... 22

2.2.3 Indikator Budaya Kerja ... 23

2.3. Kinerja Pegawai ... 26

2.3.1. Pengertian ... 26

2.3.2. Pengukuran Kinerja ... 27

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 28

2.4. Penelitian Terdahulu ... 30

2.5. Kerangka Konseptual ... 31

2.6. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

(8)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.3. Definisi Operasional Penelitian ... 34

3.4. Skala Pengukuran ... 35

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.6. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 38

3.7. Metode Pengumpulan Data Penelitian ... 38

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

3.9. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.9.1. Uji Normalitas ... 40

3.9.2. Uji Multikolinieritas ... 40

3.9.3. Uji Autokorelasi ... 41

3.9.4. Uji Heterokedastisitas ... 41

3.10.Teknik Analisis Data ... 42

3.10.1. Analisis Deskriptif ... 42

3.10.2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Kantor Pos Medan ... 46

4.2. Karakteristik Responden ... 54

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

4.3.1. Organisasi Pembelajaran ... 57

4.3.2. Budaya Kerja ... 59

4.3.3. Kinerja Pegawai ... 61

4.4. Hasil Analisis Data ... 63

4.4.1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 63

4.4.1.1. Hasil Uji Normalitas ... 63

4.4.1.2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 65

4.4.1.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65

4.4.1.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 66

4.4.2. Hasil Uji Hipotesis ... 66

4.4.2.1. Hasil Uji F Secara Simultan ... 66

4.4.2.2. Hasil Uji t Secara Parsial ... 67

4.4.2.3. Hasil Uji Determinasi R ... 68

4.4.2.4. Persamaan Regresi ... 69

4.5. Pembahasan ... 70

4.5.1. Pengaruh Organisasi Pembelajaran Terhadap ... Kinerja Pegawai ... 70

4.5.2. Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Pegawai 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 76

(9)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PEMBELAJARAN ORGANISASI DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA

PEGAWAI PADA KANTOR POS MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pos Medan. faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawaipada Kantor Pos Medan. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah pembelajaran organisasi dan budaya kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Pos Medan yang berjumlah 77 orang. Pengumpulan data menggunakan metodetotal sampling, yakni mengambil seluruh populasi penelitian sehingga jumlah sampel penelitian adalah 77 orang. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwaberdasarkan uji F, variabel pembelajaran organisasi dan budaya kerja secara serentak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Sedangkan berdasarkan uji t, pembelajaran organisasi dan budaya kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Variabel dominan dalam penelitian ini adalah variabel budaya kerja. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,643 yang berarti 64,3% faktor-faktor kinerja pegawai Kantor POS Medan, dijelaskan oleh variabel pembelajaran organisasi dan budaya kerja. Sedangkan sisanya sebesar 35,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang merupakan variabel di luar penelitian.

(10)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL LEARNING AND WORKING CULTURE TO THE EMPLOYEES

OF KANTOR POS MEDAN

The title of this study is “Analysis of the Influence of Organizational

Learning and Working Culture to the Employees of Kantor Pos Medan”. This study aims to analyze the factors that affect the performance of the employees working at Kantor Pos Medan. Factors analyzed in this study are organizational learning and working culture. The total population in this study consists of77 employees currently working at Kantor Pos Medan. The total sampling method is used to collect data (this method used the entire population), so there are 77 individualsused as samples. The analysis method used in this study is multiple regression.The results showed that based on the F test, variables (organizational learning and working culture) jointly positive and significant impact on employees,while based on the t-test, variables (organizational learning and working culture) positive and significant impact on employees.Dominant variable in this study is a variable working culture. Adjusted R Square value is equal to 0,643 which means that 64,3% factors in theemployees post office Medan can be explained by the independent variable is organizational learning and working culture while the remaining35,7% is explained by the variables other than this study.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kinerja merupakan suatu konsep yang strategis dalam rangka menjalin

hubungan kerja sama antara pihak manajemen dengan para pegawai. Dalam

konteks pengembangan sumber daya manusia, sangat dibutuhkan pencapaian

prestasi kerja baik oleh pegawai secara individu maupun oleh perusahaan secara

kolektif.

Unsur paling dominan dalam mencapai kinerja yang baik adalah sumber

daya manusia. Oleh karena itu, unit sumber daya manusia dalam organisasi harus

berperan untuk menganalisis dan membantu memperbaiki masalah-masalah yang

berhubungan dengan pencapaian kinerja. Kinerja pegawai tidak hanya dilihat dari

kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan

mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang

lain (Martin, 2002:22).

Kinerja pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor terutama oleh aspek

aspek sumber daya manusia, termasuk pembelajaran organisasi dan budaya kerja,

disamping faktor faktor lain seperti kompetensi, motivasi, dukungan yang

diberikan organisasi atau perusahaan, keberadaan pekerjaan dan hubungan

komunikasi antara atasan bawahan atau antar bawahan (Mathis dan Jackson

(2001 : 82)

Pembelajaran organisasi sering disalahtafsirkan sebagai pelatihan maupun

(12)

organisasi pembelajaran membawa misi dimana pembelajaran yang dilakukan

lebih pada merubah hakikat manusia atau individu pegawai untuk sadar akan

potensi yang dimilikinya. Pembelajaran secara berkesinambungan merupakan inti dari organisasi pembelajaran.

Pembelajaran organisasi (organizational learning) merupakan wadah

untuk membangun kelompok manusia dengan potensi yang beranekaragam dan

mampu melakukan kerjasama secara cerdas sehingga dapat menjalankan visi,

dan berbagi pengetahuan untuk mensinergiskan dan mentransformasikan dirinya

menjadi modal maya organisasi. Tanpa mekanisme pembelajaran organisasi,

maka organisasi tidak akan mampu menjaga konsistensi pertumbuhan dan

perkembangannya, sehingga tidak mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih

besar bagi stakeholders.

Pembelajaran organisasi menjadi penting agar organisasi tetap eksis dan

bersaing secara lebih fleksibel sehingga dalam lingkungan yang serba dinamis,

organisasi harus berorientasi pada konsep pembelajaran organisasi (learning

organization). Kefleksibelan membutuhkan komitmen jangka panjang dalam

membangun dan mengembangkan sumberdaya strategis. Semua organisasi harus

belajar, namun beberapa organisasi tidak dapat belajar cukup cepat untuk

bertahan. Organisasi yang tidak responsif dan adaptif terhadap perkembangan

lingkungan yang kompleks dan penuh ketidakpastian sudah tentu tidak fleksibel

dalam menghadapi dunia persaingan yang semakin ketat.

Organisasi yang bersedia melakukan pembelajaran organisasi melalui

(13)

organisasi yang tidak melakukannya. Bahkan untuk dapat mencapai dan

mempertahankan keunggulan bersaing dalam lingkungan bisnis yang berubah

dengan cepat, organisasi harus dapat meningkatkan kapasitas pembelajarannya

(Wheelen and Hunger, 2003:9).

Pembelajaran organisasi merupakan bagian dari metode adaptasi yang

cepat dan tepat sehingga perusahaan yang melakukan pembelajaran organisasi

tentunya akan memiliki keahlian dalam menciptakan, mengambil, dan

mentransfer pengetahuan, dan memodifikasi perilakunya untuk merefleksikan

pengetahuan dan pengalaman barunya.

Selain pembelajaran organisasi, unsur sumber daya manusia yang turut

mempengaruhi kinerja adalah budaya kerja. Budaya kerja merupakan suatu

organisasi komitmen yang luas dalam upaya untuk membangun sumber daya

manusia, proses kerja dan hasil kerja yang lebih baik. Untuk mencapai tingkat

kualitas yang makin baik tersebut diharapkan bersumber dari perilaku setiap

individu yang terkait dalam organisasi kerja itu sendiri.

Budaya kerja pegawai secara sederhana dipahami sebagai perilaku

pegawai yang didasari prinsip moral dan nilai-nilai yang diyakininya, dan

memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan bagi semua

pihak. Budaya kerja yang kondusif tidak hanya penting untuk perkembangan

organisasi tetapi juga berperan memberikan kepuasan personelnya (Ndraha,

2006:42).

Hadari Nawawi (2004) secara lebih tegas mengatakan bahwa budaya

(14)

organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas,

namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan

tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan

pekerjaan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian budaya kerja tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa tujuan budaya kerja pegawai secara individual adalah untuk mencapai

kinerja maksimal dalam meraih kepuasan kerja yang optimal. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang mengatakan bahwa selain faktor personal, faktor

kepemimpinan (pembelajaran organisasi) dan faktor tim (budaya kerja) juga turut

mempengaruhi kinerja pegawai (Mangkuprawira, 2008:56)

Demikian juga dengan Kantor Pos Medan, menurut penulis terjadi fonomena yang mengherankan dimana dalam periode kerja 2009-2011 seharusnya terjadi peningkatan kinerja keuangan sebab lingkungan bisnis secara umum cukup positif, akan tetapi faktanya justru terjadi penurunan kinerja keuangan yang menurut analisis penulis salah satu penyebabnya adalah

karena kurangnya pembelajaran organisasi dan budaya kerja yang kurang

kondusif. Dalam bidang pembelajaran organisasi, beberapa kelemahan yang

(15)

atasan terhadap pegawai yang kurang disiplin dan produktif sehingga pegawai yang disiplin dan produktif merasa kurang dihargai sehingga timbul egoisme dan ketidakperdulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Akibatnya terjadi penurunan kinerja. Setelah diadakan peningkatan

pembelajaran organisasi melalui pelatihan, dan pendidikan serta perbaikan budaya

organisasi seperti diskusi bersama dalam kondisi keterbukaan, sehingga terjadi

peningkatan kinerja pegawai sejak tahun 2012 hingga sekarang. Pembelajaran

organisasi bagi pegawai dilakukan dengan meningkatkan frekuensi diskusi untuk

membangun keterbukaan dan keterbukaan antar sesama pegawai. Sedangkan

dalam bidang budaya kerja, hal utama yang dibenahi Kantor Pos Medan adalah

peningkatan disiplin kerja dan penegakan mekanisme “reward and punishment”

terhadap SDM secara lebih tegas dan fair agar tercipta hubungan kerja pegawai

yang lebih harmonis dan terbuka.

Terdorong untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh pembelajaran

organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai, membuat penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pembelajaran

Organisasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pos Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pembelajaran organisasi terhadap kinerja pegawai pada

(16)

2. Bagaimana pengaruh budaya kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pos

Medan ?

3. Bagaimana pengaruh pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Pos Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh parsial dan

simultan pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Pos Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1). Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi tambahan

bagi perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2). Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang

pengaruh pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja

pegawai pada Kantor Pos Medan.

3). Bagi Masyarakat, secara umum akan dapat menilai kebijakan lembaga

pemerintah khususnya BUMN terkait dengan pengelolaan Kantor Pos

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Organisasi

2.1.1. Pengertian

Pembelajaran organisasi sering sekali diidentikkan dengan organisasi

pembelajaran meskipun terdapat perbedaan diantara keduanya. Pemberlajaran

organisasi (Organizational learning) merupakan jenis aktivitas dalam organisasi

dimana sebuah organisasi belajar sementara organisasi pembelajaran (learning

organization) adalah bentuk organisasi. Namun perbedaan antara organizational

learning dengan learning organization sulit dilakukan.

Learning Organization atau Organisasi belajar adalah suatu konsep

dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses

pembelajaran mandiri (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki

‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang

muncul (Senge, 1990).

Peter Senge (1990: 3) memberikan definisi pembelajaran organisasi

(learning organizations sebagai berikut : learning organizations are:…organizations where people continually expand their capacity to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning to see the whole together. (Organisasi belajar adalah organisasi dimana

orang mengembangkan kapasitas mereka secara terus-menerus untuk

(18)

dipelihara, dimana aspirasi kolektif dipoles, dimana orang-orang belajar tanpa

henti untuk melihat segala hal secara bersama-sama)

Pengertian learning organization (oganisasi belajar) menurut Marquardt

(1996:19) adalah: a learning organization is an organization which learns

powerfully and collectively and is continually transforming itself to better collect, manage, and use knowledge for corporate success. It empowers people within and outside the company to learn as they work. Technology is utilized to optimize both learning and productivity (Organisasi belajar adalah organisasi yang sangat

berkeinginan kuat untuk belajar secara kolektif dan mentranformasikan dirinya

untuk mengumpulkan, mengelola dan memanfaatkan pengetahuannya demi

sukses perusahaan. Teknologi dimanfaatkan untuk mengoptimumkan

pembelajaran dan produktifitas).

Suatu organisasi yang belajar secara bersungguh-sungguh dan

bersama-sama, dan secara terus menerus mentransformasikan dirinya menjadi lebih baik

dalam mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan pengetahuan untuk

kesuksesan organisasi. Organisasi memberdayakan manusia di dalam dan diluar

organisasi dan diluar organisasi untuk belajar sebagaimana mereka bekerja.

Teknologi dimanfaatkan organisasi untuk mengoptimalkan pembelajaran maupun

produktivitas.

Menurut Marquardt (1996:1-2) kemampuan organisasi beradaptasi dengan

lingkungannya ditentukan oleh keberadaan suprastruktur yaitu sumber daya

manusia (SDM), dan infrastruktur berupa iklim organisasi. Organisasi akan

(19)

diluar organisasi dan mampu belajar secara cepat, serta apabila

organisasi memiliki lingkungan yang kondusif untuk mendorong proses belajar.

Marquardt (1996:21-27) menyajikan komponen tersebut kedalam system

dan subsistem. Sistem belajar yang dimaksud terdiri atas belajar itu sendiri,

organisasi, orang, pengetahuan, dan teknologi. Masing-masing komponen dalam

system tersebut memiliki subsistem. Subsistem belajar terdiri atas; tingkat yang

mencakup tingkat individu, kelompok, dan organisasi, jenis belajar yang terdiri

atas adaptif, antisipatori, deutero, dan tindakan, keterampilan belajar yang

mencakup system berpikir, model mental, penguasaan perorangan, belajar beregu,

visi bersama, dan dialog.

Marquardt (1996) mengidentifikasi ciri organisasi belajar:

1) Belajar dilakukan melalui sistem organisasi secara keseluruhan dan

organisasi seakan-akan mempunyai satu otak;

2) Semua anggota organisasi menyadari betapa pentingnya organisasi belajar

secara terus menerus untuk keberhasilan organisasi pada waktu sekarang

dan akan datang;

3) Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus serta

dilakukan berbarengan dengan kegiatan bekerja;

4) Berfokus pada kreativitas dan generative learning;

5) Menganggap berpikir system adalah sangat penting,

6) Dapat memperoleh akses ke sumber informasi dan data untuk keperluan

(20)

7) Iklim organisasi mendorong, memberikan imbalan, dan mempercepat

masing-masing individu dan kelompok untuk belajar;

8) Orang saling berhubungan dalam suatu jaringan yang inovatif sebagai

suatu komunitas di dalam dan di luar orgaisasi;

9) Perubahan disambut dengan baik, kejutan-kejutan dan bahkan kegagalan

dianggap sebagai kesempatan belajar;

10)Mudah bergerak cepat dan fleksibel;

11)Setiap orang terdorong untuk meningkatkan mutu secara terus menerus;

12)Kegiatan didasarkan pada aspirasi, reffleksi, dan konseptualisasi;

13)Memiliki kompetensi inti (core competence) yang dikembangkan dengan

baik sebagai acuan untuk pelayanan dan produksi; dan

14)Memiliki kemampu untuk melakukan adaptasi, pembaharuan, dan

revitalisasi sebagai jawaban atas lingkungan yang berubah.

Garvin (2000:11) mendefinisikan pembelajaran organisasi sebagai

keahlian organisasi untuk menciptakan, memperoleh, menginterpretasikan,

mentransfer dan membagi pengetahuan yang bertujuan memodifikasi perilaku

organisasi. Dengan kata lain, pembelajaran organisasi merupakan kesempatan

yang diberikan kepada pegawai sehingga organisasi menjadi lebih efisien.

Fiol dan Lyles dalam Ellitan dan Anatan (2009: 142) mendifinisikan

pembelajaran organisasi sebagai suatu proses perbaikan melalui pengetahuan dan

pemahaman yang lebih baik yang dibangun berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman masa lampau. Dengan kata lain, pembelajaran organisasi adalah

(21)

proses perbaikan tindakan melalui pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik.

Pembelajaran organisasi juga dapat digambarkan sebagai seperangkat perilaku

organisasi yang menunjukkan komitmen untuk belajar dan terus melakukan

perbaikan Sedangkan organisasi pembelajaran (learning organization) adalah

suatu organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan

secara terus menerus mentransformasi diri (Fiol and Lyles, dalam Jashapara,

2003: 46).

Pembelajaran organisasi dalam studi ini mengacu pada pendapat Garvin

(2000:11) yang mendefinisikan pembelajaran organisasi sebagai keahlian

organisasi untuk menciptakan, memperoleh, menginterpretasikan, mentransfer

dan membagi pengetahuan, yang bertujuan memodifikasi perilaku anggotanya

untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan baru. Oleh karena organisasi

belajar melalui individu dalam organisasi, maka pembelajaran organisasi dalam

studi ini terjadi melalui pembelajaran organisasi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Kim (1993) yang menekankan pentingnya

hubungan antara pembelajaran individu dengan pembelajaran organisasi dengan

menyatakan bahwa “....organisasi terutama belajar dari anggota organisasi.”

Organisasi belajar melalui individu-individu yang menjadi bagian dari organisasi.

Pembelajaran individu merujuk pada perubahan keahlian, wawasan, pengetahuan,

sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pengalaman, wawasan dan

observasi.

Organizational Learning Theory pada awalnya dipopulerkan oleh Peter

(22)

organisasi pembelajaran adalah organisasi dimana orang terus-menerus

memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka

inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran diasuh, dimana aspirasi

kolektif dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat

bersama-sama secara menyeluruh.

Pandangan Senge (1990) selanjutnya menyatakan bahwa untuk

meningkatkan kapasitas organisasi dapat ditempuh melalui proses belajar melalui

5 (lima) aspek yakni 1) sistem berpikir (system thinking), penguasaan pribadi

(personal mastery), model mental (mental models), penjabaran visi (shared

vision), dan tim belajar (team learning).

Teori pembelajaran organisasi memiliki pemikiran bahwa pengetahuan

merupakan proses produksi dan pengoperasiannya dapat diklasifikasikan secara

sistematis kedalam berbagai tingkatan yang menunjukkan organisasi dalam

prosesnya selalu mencari proses terbaik lewat proses pembelajaran

Organisasi pembelajaran (learning organization), memberikan kontribusi

yang positif bagi organisasi tentang pemecahan masalah yang sistematis sebagai

aktivitas awal yang menekankan pada filosofi dan metode yang digunakan

terhadap peningkatan kualitas, yang dilakukan melalui program pelatihan tehnik

pemecahan masalah, berupa latihan dan contoh kasus sehingga anggota organisasi

lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih memperhatikan detail sebuah

(23)

2.1.2. Bentuk Pembelajaran Organisasi

Menurut Pedler, dkk (Dale, 2003) suatu organisasi pembelajaran adalah

organisasi yang memiliki karakteristik berikut :

1) Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong

untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka;

2) Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok dan

stakeholder lain yang signifikan;

3) Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat

kebijakan bisnis;

4) Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus menerus;

Senge (1990) mengatakan sebuah organisasi pembelajar adalah organisasi

“yang terus menerus memperbesar kemampuannya untuk menciptakan masa

depannya” dan berpendapat mereka dibedakan oleh lima disiplin, yaitu:

penguasaan pribadi, model mental, visi bersama, pembelajaran tim, dan pemikiran

sistem. Oleh karena itu, menurut Senge (2002), bentuk atau dimensi pembelajaran organisasi ada 5 yakni :

1). Thinking System (Sistem berpikir)

Thinking system (model berpikir) merupakan suatucaraberfikirtentang

suatubahasauntukmenguraikandan memahamikekuatan-kekuatandan hubungan

antar pribadi yang membentuk perilaku sistem. Disiplin ini

membantumelihatbagaimanamengubahsistem secara lebih efektifdan

bertindaklebihselarasdenganproses-prosesyang lebihbesardari alamdan

(24)

2). Personal Mastery (Pemilikan budaya kerja )

Merupakan disiplin belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi dalam

menciptakan hasil yang paling diinginkan dan menciptakan suatu lingkungan

organisaional yang mendorong semua anggotanya untuk mengembangkaan diri

mereka kearah sasaran- sasaran dan tujuan-tujuan yang dipilih. (Senge (2002)) Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan

agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang

strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan pegawai yang memiliki

kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan,

khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma

yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. Senge (2002)

3). Mental Model (Pemahaman dan keyakinan)

Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan, dan

prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia

bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental

model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi

yang dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan,

dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi (Senge (2002))

Mental model ini juga didefinisikan sebagai disiplin belajar yang

(25)

gambaran internal kita tentang dunia dan melihat bagaimana hal itu

membentuk tindakan dan keputusan kita.

4). Shared Vision (Berbagi visi)

Merupakan upaya membangun suatu rasa mempunyai komitmen dalam

suatu kelompok membuatgambaran- gambaranbersama tentang masa depan yang

coba kita ciptakan dan prinsip sertapraktik-praktek penuntun yang kita harapkan

berfungsi sebagai sarana untuk bisa mencapai masa depan. (Senge (2002))

Shared vision juga merupakan komitmen untuk menggali visi bersama

tentang masa depan secara murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri

atas berbagai orang yang berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan,

pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organisasi untuk

bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar

belakang pegawai, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya

berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi

pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan

bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit

yang ada dalam organisasi. (Senge (2002))

5). Team Learning (Pembelajaran Tim)

Merupakan disiplin untuk mengubah keahlian percakapan dan keahlian

(26)

bisa mengembangkan kecerdasan dan kemampuan yang lebih besardari pada

jumlah bakat para anggotanya secara individual. (Senge (2002))

Team learning ini juga merupakan gambaran kemampuan dan motivasi

untuk belajar secara adaptif, generatif, dan berkesinambungan. Kini makin banyak

organisasi berbasis tim, karena rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi

yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan

kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir

sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun tanpa adanya kebiasaan

berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu tim, maka

pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran

dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan

belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat

penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal

intelektualnya. (Senge (2002))

Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama

dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM,

karena mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan

kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan

pada masa depan. Kelima dimensi dari Senge tersebut perlu dipadukan secara

utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan

dalam perilaku sehari-hari.

Menurut Garvin (2000), kegiatan kunci dalam pembelajaran adalah

(27)

studi yang dilakukan oleh Marquardt (2002), ditunjukan 2 bahwa semakin tinggi

kemampuan pembelajaran suatu organisasi, semakin tinggi pula kemampuannya

untuk melakukan perubahan secara efektif. Selanjutnya diketahui pula bahwa

pembelajaran pada tingkat reaktif akan membuat organisasi mampu beradaptasi

dengan perubahan di lingkungannya dengan memberikan respon-respon efektif.

Sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu pembelajaran antisifatif,

organisasi mampu memprediksi akan munculnya perubahan-perubahan, bahkan

menjadi pemicu terjadinya perubahan.

2.1.3. Fungsi Pembelajaran Organisasi

Menurut Senge (2002 : 23) ada 3 (tiga) karakteristik fungsi dari

pembelajaran organisasi, yakni:

1). Agar organisasi memiliki komitmen terhadap pengetahuan. Artinya,

organisasi memiliki komitmen untuk terus menerus mengupayakan

memperoleh pengetahuan.

2). Agar melalui pembelajaran organisasi, organisasi memiliki mekanisme

pembaharuan (amechanism of renewal) dalam organisasi.

3). Agar melalui pembelajaran organisasi, organisasi memiliki keterbukaan

(transparansi) terhadap dunia luar. Hal ini melibatkan berbagai cara, sebab

begitu banyak hal yang harus dipelajari organisasi dari lingkungannya.

Berbagai hal yang menyangkut keterbukaan misalnya para manajer

membutuhkan pengetahuan mengenai bagaimana lingkungan bisnis berubah

(28)

Sikap dan keyakinan

Kesadaran, keahlian dan

kepekaan

Keahlian dan kemampuan

Siklus pembelajaran

yang dalam

Keahlian dan kemampuan

Secara sederhana, fungsi dan hakekat pembelajaran organisasi dapat

digambarkan pada gambar:

Gambar : 2.2 Fungsi dan Hakekat Pembelajaran Organisasi

Gambar proses pembelajaran organisasi tersebut di atas memperlihatkan

bahwa keahlian dan kemampuan merupakan hasil proses belajar (yang merupakan

integrasi dari aspirasi perenungan dan perbincangan–konseptual) akan

menimbulkan perubahan

2.1.4. Tujuan Pembelajaran Organisasi

Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu

kegiatan bertujuan dan diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan

ketrampilan dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya pembelajaran

organisasi adalah:

1) Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-masing anggota;

2) Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas terhadap keadaan

internal maupun eksternal melalui kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang

(29)

3) Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali atau perancangan kembali

unsur-unsur organisasi;

4) Pembelajaran lebih merupakan suatu bentuk meta-pembelajaran yang

mensyaratkan pemikiran kembali pola-pola yang menyambung dan

mempertautkan potongan-potongan sebuah organisasi dan juga

mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang relevan;

5) Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang seolah-oleh mengikat

beberapa sub-proses, misalnya perhatian, penafsiran, pencarian,

pengungkapan dan penemuan, pilihan, pengaruh dan penilaian.

6) Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif, misalnya pengetahuan

dan wawasan yang dimiliki bersama oleh para anggota organisasi maupun

kegiatan organisasi yang berulang-ulang, misalnya rutinitas dan perbaikan

tindakan.

2.1.5. Faktor Faktor Penentu Pembelajaran Organisasi

Studi dari Garvin (2000), Goh dan Richards (1997) serta Marquardt

(2002) menunjukan adanya beberapa faktor yang dapat dipandang sebagai kondisi

kunci agar pembelajaran organisasi dapat terjadi. Faktor-faktor tersebut adalah :

(1). Kejelasan visi organisasi ;

(2). Peluang pembelajaran;

(3). Kebijakan manajemen sumber daya manusia;

(4) Dukungan pimpinan serta;

(5). Dukungan Information and Communication Technology (ICT) / Teknologi

(30)

2.1.6. Hambatan Pelaksanaan Pembelajaran Organisasi

Menurut Robbins (2008), beberapa hambatan pelaksanaan pembelajaran

organisasi adalah :

1). Globalisasi dunia

Perkembangan masyarakat informasi akan sejalan dalam masyarakat

pengetahuan, oleh karena itu tidak ada alasan dalam kepemimpinan abad baru

atas kebutuhan akan pelaksanaan organisasi pembelajar untuk menghadapi

tantangan dalam ekonomi global.

2). Kemajuan teknologi web dan aplikasi internet

Sejalan dengan kemajuan teknologi web dan aplikasi internet, maka terjadi

pula beragam kemajuan, seperti orang mengembangkan dan memanfaatkan

aplikasi internet baik ke dalam intranet maupun extranet. Akibatnya orang bisa

komunikasi dengan siapa saja dan di mana saja, atasan bisa komunikasi dengan

bawahan di ruangnya masing-masing. Oleh karena itu, perilaku organisasi akan

mengalami perubahan, dan suka tidak suka setiap orang dalam organisasi harus

selalu belajar untuk mengejar ketertinggalannya.

3). Total Quality Management dan bertambahnya pengaruh pelanggan

Ungkapan pelanggan adalah raja karena sikap dan perilakunya sangat

menentukan keberhasilan suatu produk yang akan dibelinya dan karena ia

memiliki kekuasaan sebagai raja untuk memilihnya. Pilihan itu didasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang sangat menguntungkan dilihat dari hal-hal yang

berkaitan dengan apa yang disebut cost, quality, times, services, innovation,

(31)

4). Mengubah Cara Pandang Organisasi Untuk Menatap Masa Depan

Tantangan terbesar menejer saat ini adalah berkaitan dengan upaya untuk

menghadapi lingkungan yang berubah dengan cepat. Inovasi dari

penemuan-penemuan dalam bidang komunikasi dan dikombinasikan dengan penemuan-penemuan

dalam bidang komputer dan informasi menghasilkan pasar global yang membuat

dunia tidak sebagaimana pada era sebelumnya. Sebagai hasil, prinsip-prinsip dan

pedoman-pedoman menejemen yang mampu membuat organisasi lebih stabil dan

dapat diprediksi, tidak dapat lagi diterapkan dalam kurun waktu yang lama.

Kesuksesan organisasi pada saat ini sangat tergantung pada kemampuan

organisasi tersebut untuk belajar dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi

dengan cepat. Menejer organisasi yang sukses adalah orang yang mampu secara

efektif menggunakan kebijaksanaan, mengelola organisasi dengan berbasis ilmu

pengetahuan, dan melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan. Di sinilah

letak pentingnya organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar adalah

pengembangan kapasitas organisasi untuk terus belajar, beradaptasi dan berubah.

Perbedaan antara organisasi pembelajar dengan organisasi tradisional disajikan

sebagaimana tabel berikut

2.2. Budaya Kerja 2.2.1. Pengertian

Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu

dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang

(32)

Daya Manusia menerangkan bahwa: budaya kerja adalah suatu falsafah yang

didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan,

dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok

masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku,

kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau

bekerja.

Ndraha (2006:45) dalam bukunya Teori Budaya Kerja, mendefinisikan

budaya kerja, sebagai berikut : ”budaya kerja merupakan sekelompok pikiran

dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi

kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”.

Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik (2005:69) dalam bukunya

Manajemen Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah

seperangkat perilaku perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi

sangat mendalam dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi”.

Dari uraian-uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan falsafah

sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang

dimiliki bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.

Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi

menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan

dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga

(33)

2.2.2. Unsur Unsur Budaya Kerja

Menurut Ndraha (2006;47), budaya kerja dapat dibagi menjadi 2 (dua)

unsur, yaitu:

1) Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan

kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari

kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu

hanya untuk kelangsungan hidupnya.

2) Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab,

berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan

kewajibannya, suka membantu sesama pegawai, atau sebaliknya.

Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu

dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang

dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan

bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang

saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup

pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun budaya

kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan

pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu

dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu

mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing.

Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu yang

relatif lama, sehingga memerlukan perlu pembenahan-pembenahan mulai dari

(34)

terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin. Budaya kerja

terbentuk dalam satuan kerja atau organisasi itu berdiri, artinya pembentukan

budaya kerja terjadi ketika lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam

menghadapi permasalahan, baik yang menyangkut masalah organisasi

(Amnuhai :2003)

Menurut Triguno, (2005). pembentukan budaya kerja terjadi pada saat

lingkungan kerja atau organisasi belajar menghadapi masalah, baik yang

menyangkut perubahan-perubahan eksternal maupun internal yang menyangkut

persatuan dan keutuhan organisasi. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti

yang sangat dalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia

untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi

tantangan masa depan

2.2.3 Indikator Budaya Kerja

Nilai-nilai budaya kerja diartikan sebagai suatu kekuatan atau energi yang

melekat dalam setiap individu dalam berinteraksi dengan individu lainnya dalam

lingkungan kerja. Nilai-nilai budaya kerja meliputi aktualisasi diri, bakat,

norma-norma, prinsip-prinsip yang digunakan dalam menjalankan aktifitas kerja.

Penerapan nilai-nilai budaya kerja dilingkungan kerja penting dilakukan untuk

pengembangan jati diri seseorang, aparatur termasuk pegawai dalam memberikan

pelayanan yang prima kepada masyarakat.

Menurut Robbin (2003 : 721) budaya kerja dalam organisasi mengacu ke

sistem makna bersama yang dianut oleh anggota – anggota yang membedakan

(35)

diamati dengan seksama, merupakan seperangkat karakteristik utama yang

dihargai oleh organisasi itu.

Selanjutnya Luthans (2003 : 125) memaparkan bahwa budaya organisasi

memiliki beberapa karakteristik atau indikator :

1.Peraturan – peraturan yang harus dipenuhi

2.Norma – norma

3.Nilai – nilai yang dominan

4.Filosofi

5.Aturan – aturan

6.Iklim budaya

Karakteristik budaya organisasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lainnya. Artinya unsur – unsur tersebut mencerminkan budaya yang berlaku dalam

suatu jenis organisasi baik yang berorientasi pada pelayanan jasa atau organisasi

yang menghasilkan produk.

Moekijat (2006:47) menjelaskan bahwa indikator budaya kerja tersebut

adalah meliputi :

1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang

berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja,

berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar

(36)

3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap

individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau

kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.

Menurut Triguno (2005) bahwa orang yang terlatih dalam kelompok

budaya kerja akan mempunyai budaya kerja dengan indikator sebagai berikut :

- Menyukai kebebasan dialog terbuka bagi gagasan gagasan dan fakta baru

dalam usahanya untuk mencari kebenaran.

- Memecahkan permasalahan secara mandiri dengan bantuan keahliannya

berdasarkan metode ilmu pengetahuan, pemikiran yang kreatif, dan tidak

menyukai penyimpangan dan pertentangan.

- Berusaha menyesuaikan diri antara kehidupan pribadinya dengan

kebiasaan sosialnya.

- Mempersiapkan dirinya sesuai budaya kerja dalam mengelola tugas atau

kewajiban bidangnya.

- Memahami dan menghargai lingkungannya. Berpartisipasi dengan loyal

kepada kehidupan rumah tangga, masyarakat dan organisasinya serta

penuh rasa tanggung jawab (Said, (2008)).

Sikap budaya kerja diharapkan bermanfat bagi pribadi aparat Negara

termasuk pegawai maupun unit kerjanya, dimana secara pribadi memberi

kesempatan, berperan, berprestasi dan aktualisasi diri, dan dalam kelompok bisa

(37)

menerapkan dan mengembangkan budaya kerja adalah nilai-nilai moral dan

budaya kerja produktif.

2.3. Kinerja Pegawai 2.3.1. Pengertian

Kinerjamerupakantingkatpencapaianhasilataaspelaksanaantugas

tertentu.Dalamkontekspengembangansumberdaya manusiakinerjaseorang pegawai

dalam sebuahperusahaan sangatdibutuhkan untukmencapaiprestasi kerjabagi

pegawai itu sendiri dan jugauntuk keberhasilan perusahaan.

Kinerja merupakan hasil dari pekerjaan yang dilaksanakan dengan nilai

yang diharapkan. Hasil kerja adalah target yang harus dicapai oleh suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Hasil kerja yang ingin dicapai tidak

hanya menggambarkan titik akhir dari perencanaan kerja, tetapi juga

menunjukkan sistem pengorganisasian kerja, pengisian lowongan kerja, gaya

kepemimpinan dan pengendalian pegawai yang kesemuanya ini merupakan

faktor-faktor pendukung dari tercapainya hasil kerja yang diinginkan oleh suatu

unit kerja. Di dalam organisasi modern, penilaian kinerja memberikan mekanisme

penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan

standar-standar kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya

Istilahkinerja berasaldarijobperformanceatauactualperformance (prestasi

kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang), atau juga hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawabyang diberikan kepadanya.

(38)

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sedarmayanti (2007: 260) bahwa

kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompokorang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

2.3.2. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja pada suatu instansi merupakan suatu tindakan

pengukuran terhadap berbagai aktivitas yang telah dilakukan perusahaan yang

dapat digunakan sebagai umpan balik untuk dapat memberikan informasi tentang

keberhasilan pelaksaan perencanaan dan untuk mengetahui apakah diperlukan

perbaikan untuk masa akan datang. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan

perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan dan

manfaat dari kinerja dapat digunakan sebagai motivasi terhadap pegawai dalam

mencapai visi, misi, dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan dalam

mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan

hasil yang diinginkan perusahaan.

Menurut Robbins (2003:155) mengatakan hampir semua cara pengukuran

kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1). Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran

kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan

(39)

2).Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran

kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran”tingkat kepuasan”,yaitu

seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

3). Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran

kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatukegiatan.

2.3.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja adalah Faktor

kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) (Mangkunegara 2007:67)

1). Faktor Kompetensi

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ)dan

kemampuan realita, artinya pegawai yang memiliki IQ yang rata-rata (IQ

110-120) dengan memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan

pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerjayang

diharapkan oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai

dengan keahliannya.

2). Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (Attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap

mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha

(40)

artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami

tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dalam

mencapai situasi kerja.

Kinerja dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu personal individu dan faktor

ekstrinsik yaitu kepemimpinan, sistem, tim, situasional, dan konflik. Dalam

(Sjafri 2007:155)

a. Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap

individu pegawai.

b. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan teamleader dalam

memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja kepada

pegawai.

c. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan dalam satutim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan

dan keeratan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang

diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam

organisasi.

e. Faktor situasional, meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan

internal.

f. Konflik, meliputi konflik dalam diri individu/konflik peran, konflik antar

(41)

Berdasarkan penjelasan tentang klasifikasi faktor faktor yang

mempengaruhi kinerja tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran organisasi dan budaya kerja adalah termasuk faktor faktor

ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai karena kedua faktor ini bukan

merupakan faktor intrinsik personal.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan reduplikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan dalam kurun waktu berbeda meskipun dengan variabel penelitian yang

(42)
[image:42.595.113.517.171.716.2]

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Siti Makrufah, Manajemen Bisnis, Universitas Brawijaya Surabaya, 2011,

Pengaruh Budaya

kerja dan

Pembelajaran Organisasi Terhadap Kinerja pegawai Hotel Bumi Surabaya

Metode kuantatitif dengan regresi linier berganda

Budaya kerja dan pembelajaran organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai hotel Bumi Surabaya (p-value < 0.05).

2 Bambang Setyadin, program pascasarajana Universitas Muhammadiyah 2010 Pengaruh pembelajaran organisasional, budaya organisasi sekolah dan kepemimpinan terhadap motivasi serta perubahan organisasi dalam peningkatan kinerja SMAN di Jawa Tmur

Metode kuantatitif dengan regresi linier berganda

Pembelajaran

organisasional, budaya organisasi dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja SMAN Jawa Timur (p-value < 0.05)

3 Wahda, 2010, Perguruan Tinggi Sulawesi Selatan Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Pembelajaran Organisasional Terhadap Pengelolaan

Pengetahuan Dengan Variabel Moderasi Konflik

Disfungsional Dan Kepuasan Kerja Serta Implikasinya Pada Kinerja Organisasi

Metode kuantatitif dengan regresi linier berganda

Kepemimpinan, dan budaya pembelajaran organisasi berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan pengetahuan (p-value < 0.05).

(43)

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Kerangka konseptual

bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang

dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2008:89).

Pembelajaran organisasi merupakan konstruk pertama. Konstruk

kemampuan pembelajaran organisasi diukur dengan menggunakan dimensi yang

dikembangkan oleh Marquardt (1996:30) yang terdiri dari sistem berpikir, model

mental, kemampuan personal, kerjasama tim, kemampuan membagi visi bersama,

dan kemampuan dialog. Pembelajaran organisasi berpengaruh terhadap

kompetensi. Dalam pembelajaran organisasi, Kantor Pos Medan secara

berkelanjutan memberikan kesempatan pegawai untuk belajar berdasarkan

pengalaman kerja sebelumnya dengan asumsi bahwa organisasi yang memberikan

kesempatan pembelajaran kepada anggota organisasinya akan berkembang dan

akan menjadi pendorong timbul dan berkembangnya inisiatif. Pembelajaran

organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai karena kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui pembelajaran organisasi

dimaksudkan untuk mencapai atau meningkatkan kinerja yang diharapkan.

Konstruk kedua adalah budaya kerja. Budaya kerja diperlihatkan dalam

bentuk kerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab serta memiliki

komitmen tinggi atas hasil dan kualitas kerja. Kinerja atau produktifitas kerja

(44)

makin efektif dan efisien pelaksanaan tugas suatu organisasi makin semakin besar

potensi untuk menghasilkan produktifitas kerja yang tinggi

Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel independen yakni pembelajaran

organisasi (X1) dan budaya kerja (X2) dan 1 (satu) variabel dependen yakni

kinerja pegawai (Y) sehingga kerangka konsep penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut ;

[image:44.595.117.513.279.357.2]

`

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian 2.6. Hipotesis Penelitian

Menurut Sumarsono (2007 :30), hipotesis adalah pernyataan tentang

hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, berdasarkan teori yang

ada. Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimulkan bahwa hipotes dalam

penelitian ini adalah :

1). Ada pengaruh signifikan pembelajaran organisasi terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Pos Medan.

2). Ada pengaruh signifikan budaya kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Pos Medan.

3). Ada pengaruh signifikan pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Pos Medan.

Pembelajaran organisasi (X1)

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berupa deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian dengan

menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data untuk menganalisis

pengaruh pembelajaran organisasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai

Kantor Pos Medan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun perusahaan yang penulis teliti adalah pada PT. Pos Indonesia

Kantorpos Medan dengan lokasi perusahaan berada di Jl. Pos No. 1 Medan.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2015.

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel independent (pembelajaran

organisasi dan budaya kerja) serta 1 (satu) variabel terikat Y (kinerja) dengan

(46)
[image:46.842.136.722.136.489.2]

Tabel 3.1.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Dimensi Indikator Alat Ukur

Pembelajaran organisasi (X1)

Yakni proses perbaikan kapasitas organisasi secara terus menerus melalui 5 aspek belajar yakni sistem berpikir, penguasaan pribadi, model mental, penjabaran visi dan belajar bersama

a. Sistem berpikir b. Model pemahaman c. Pemilikan kemampuan d. Belajar bersama e. Berbagi visi

(Senge, 1990)

a1. Berpikir praktis dan logis a2. Mengekspresikan pikiran b1. Memudahkan pemahaman b2. Menghindari pemahaman rumit c1. Mengenali diri

c2. Mengembangkan kemampuan d1. Terbuka terhadap rekan d2. Diskusi bersama e1. Mengeluarkan pendapat e2 Memberi saran

Skala Likert

Budaya kerja (X2)

Yakni nilai, norma dan aturan kebiasaan yang dijadikan sebagai pedoman kerja oleh Kantor Pos Medan

a. Peraturan b. Iklim kerja

(Luthans (2003)

a1. Mentaati aturan kerja a2. Mematuhi hukuman /sanksi b1. Menciptakan kekondusifan kerja b2. Menjaga keharmonisan hubungan

Skala Likert

Kinerja Yakni prestasi kerja yang dicapai pegawai dalam satu tugas tertentu yang ditugaskan oleh pegawai Kantor Pos Medan dalam kurun waktu tertentu

a. Kuantitas b. Kualitas c. Ketepatan waktu

(Robbins, 2003)

a1 Standar volume kerja

a2. Jumlah satuan kerja yang dicapai b1. Mencapai mutu kerja b2 Meningkatkan mutu kerja c1. Bekerja tepat waktu

c2 Menyelesaikan target kerja tepat waktu

Skala Likert

(47)

3.4. Skala Pengukuran Variabel 3.4.1. Pembelajaran Organisasi

Instrumen pengumpulan data tentang pembelajaran organisasi terdiri dari

10 pernyataan tertutup dengan 4 (empat) opsi jawaban Skala Likert yakni :

1. Sangat Setuju (SS) = 4

2. Setuju (S) = 3

3. Tidak Setuju (TS) = 2

4. Sangat Tidak Setuju (TS) = 1

Skor tertinggi 40 dan skor terendah 10 seperti berikut :

P = Kategori terendah Skor tertinggi Skor − = 3 10 40− =10

Sehingga kategori pemberdayaan organisasi adalah sebagai berikut :

a). Skor 10 – 20 --- Pembelajaran organisasi kurang baik

b). Skor 21 – 30 --- Pembelajaran organisasi cukup baik

b). Skor 31 – 40 --- Pembelajaran organisasi baik

3.4.2. Budaya organisasi

Instrumen pengumpulan data tentang budaya organisasi terdiri dari 10

pernyataan tertutup dengan 4 (empat) opsi jawaban Skala Likert dengan skor

tertinggi 40 dan skor terendah 10 seperti berikut :

P = Kategori terendah Skor tertinggi Skor − = 3 10 40− =10

Skor tertinggi 40 dan skor terendah 10 seperti berikut:

a). Skor 10 – 20 --- Budaya organisasi kurang baik

(48)

3.4.3. Kinerja Pegawai

Instrumen pengumpulan data tentang kinerja pegawai terdiri dari 10

pernyataan tertutup dengan 4 (empat) opsi jawaban Skala Likert dengan Skor

tertinggi 40 dan skor terendah 10 seperti berikut :

P =

Kategori

terendah Skor

tertinggi

Skor

= 3

10 40−

=10

Sehingga kategori budaya organisasi adalah sebagai berikut :

a). Skor 10 – 20 --- Kinerja pegawai kurang baik

b). Skor 21 – 30 --- Kinerja pegawai cukup baik

b). Skor 31 – 40 --- Kinerja pegawai baik

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang

(Sugiyono, 2010:47). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pegawai

Kantor Pos Medan yang berjumlah 77 orang pegawai.

3.5.2. Sampel

Arikunto Suharsimi (2010:134) menyatakan bahwa “apabila subjeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

(49)

penentuan sampel penelitian menggunakan metode total sampling yakni

mengambil seluruh populasi penelitian sehingga jumlah sampel penelitian adalah

77 orang.

3.6. Jenis dan Sumber Data

3.6.1.Data primer

Yakni data yang langsung diperoleh dari responden berupa jawaban

responden terhadap kuesioner yang didistribusikan

3.6.2. Data sekunder:

Yakni data yang mendukung data primer yang diperoleh dari dokumen

seperti sejarah singkat peru

Gambar

Gambar : 2.2 Fungsi dan Hakekat Pembelajaran Organisasi
Tabel 2.1.
Gambar 2. Kerangka Konsep  Penelitian
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Budaya organisasi sangat erat kaitannya dengan kualitas kinerja para pegawai karena budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai

Eko Indroprasetyo. Hubungan Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali. Program Pasca

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Kantor Dinas Kehutanan Dan Perkebunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Kantor Pos Medan 20000.. Teknik pengumpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Kantor Dinas Kehutanan Dan Perkebunan

; 3) kepuasan kerja pegawai terhadap kinerja pegawai dan 4) budaya organisasi, motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama – sama terhadap kinerja pegawai

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja, budaya organisasi, dan kompensasi terhadap kinerja pegawai, Studi pada Pegawai Kantor Kecamatan se Wilayah

Dalam judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Siompu Barat Kabupaten Buton Selatan” Jadi pada hasil penelitian ini bahwa budaya organisasi