• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank Sampah (Studi Tentang Prilaku Warga Masyarakat Dalam Mengelola Sampah di Perkotaan) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bank Sampah (Studi Tentang Prilaku Warga Masyarakat Dalam Mengelola Sampah di Perkotaan) Chapter III VI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KEBIJAKAN DAN PROGRAM MEDANPEMERINTAH TERHADAP

PERSAMPAHAN DI KOTA

3.1. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan

Pemerintah Kota Medan dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kebersihan

Kota Medan telah banyak melakukan upaya dalam mengatasi jumlah sampah ada

yang ada di kota Medan. Baru baru saja Pemerintah Kota Medan menerbitkan

suatu Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan Sampah yaitu Peraturan Daerah

Kota Medan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan. Mengenai

PERDA Tentang Pengelolaan Persampahan baru dua daerah di Indonesia yang

memilikinya yakni Kota Medan dan Bandung. Mengenai isi dan ketentuan dalam

PERDA tersebut sesuai dengan Pemerintah Kota masing-masing.

“Saya rasa baru hanya dualah di Indonesia mempunyai perda pengelolaan persampahan.”Pak Zulham salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan

Di dalam Perda Tentang Pengelolaan Persampahan itu tersirat tanggung

jawab dari pemerintah kota dalam menjaga keindahan dan kebersihan wilahnya.

Bahkan dari lebaran pertama Perda itu dituliskan bahwa untuk mewujudkan Kota

Medan yang bersih serta bebas dari sampah, perlu usaha untuk merubah perilaku

masyarakat dalam bentuk kesadaran dalam menjaga lingkungan. Memang

(2)

sampah namun hal itu butuh proses karena tidak semudah yang diharapkan. Oleh

karena itu, pihak dari Dinas Kebersihan Kota Medan juga banyak melakukan guna

menekan jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

Ayat 1 dalam PERDA Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Pengolaan Sampah

Pasal 32 berbunyi:”

1. Setiap orang atau badan dilarang:

a. Membuang sampah sembarangan,

b. Menyelenggarakan pengelolaan persampahan tanpa seijin Walikota; dan

c. Menimbun sampah atau pemanfaatan daur ulang sampah dan/ atau

pemanfaatan kembali sampah yang berakibat kerusakan lingkungan.

Kemudian Pasal 35 Bab XVI Ketentuan Pidana:”

1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda

paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)

2. Setiap badan yang melanggar ketentuan sebagaiman dimaksud dalam pasal 32

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana

denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

“Kita sudah punya Perda mengenai sanksinya. Dikenakan hukuman dan dikenakan denda. Setelah setahun masa perkenalan habis di November nanti. Setelah itu akan ada penindakan yang dilakukan oleh Satpol PP polisinya Walikota.” Pak Zulham salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan.

Sanksi yang diatas merupakan bentuk tindak tegas dari Pemerintah Kota

(3)

terbilang jumlah yang cukup besar. Namun untuk pelaksanaan dari sanksi tersebut

masih tahap sosialisasi dari Dinas Kebersihan Kota Medan kepada masyarakat

hingga bulan November nanti. Jadi saat ini masyarakat masih diberi kesempatan

untuk memperbaiki diri dalam mengelola sampah sebab setelah bulan November

nanti aturan dan sanksi tersebut akan berjalan dan akan melakukan tindak lanjut

terhadap siapa saja yang melanggar aturan yang telah ditetapkan dan dikenakan

denda sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

“Selain itu, Pemko Medan dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Medan juga melakukan upaya lain yaitu mengangkut sampah di kota medan dan membuang ke TPA dan kita timbun. Banyak juga perusahaan yang menginginkan kerja sama dalam pengelolaan sampah. Salah satunya PT Arwa Abadi tapi sampai sekarang realisasinya belum ada sampai sekarang. Dan ini ada lagi investor dari Korea tapi secara resmi belum ada mereka masukkan. Mereka akan membuat sampah Kota Medan ini menjadi listrik. Mereka membutuhkan sampah sebanyak 2.500 ton/hari. Sementara kita hanyan 1.500-1.800 ton/ hari masing masing punya kekurangan dan untuk menutupinya diambil sampah dari daerah yang lain dan sampah sampah yang ada di TPA Namobintang. Itulah salah satu program yang sedang berjalan” Pak Zulham, salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan.

Selain itu, didirikan juga Bank Sampah sebagai salah satu upaya

mengurangi jumlah sampah. Di Kota Medan sendiri ada beberapa bank sampah

yaitu Bank Sampah yang berada di Sicanang Belawan dan Bank Sampah Mutiara

Medan. Tetapi dalam pelaksanaannya Bank Ssampah juga ada di setiap kecamatan

di Kota Medan tetapi itu binaan dari Badan Lingkungan Hidup Kota Medan.

Adanya dua pembentukan Bank Sampah ini didasarkan beda kepemimpinan tetapi

tetap satu tujuan untuk mengurangi jumlah sampah di Kota Medan. Pak Zulham

(4)

akan dilebur Ke Badan Lingkungan Hidup agar dapat bekerja sama dalam

mengurangi jumlah sampah di Kota Medan.

Kemudian dari pihak Dinas Kebersihan Kota Mdan juga melakukan

sosialisasi kepada masyarakat setiap harinya dengan cara berkeliling ke

tengah-tengah masyarakat.

“Sosialisasi kami tiap hari keliling kepada masyarakat. Janganlah buang sampah sembarangan, bayarlah restribusi sampah.” Pak Zulham salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan

3.2. Kebijakan Bank Sampah Medan

Bank Sampah Medan seperti Bank Sampah Mutiara dan Rumah Kompos

dan Bank Sampah Induk Sicanang juga memiliki kebijakan dalam menjalankan

tugas dan kinerjanya. Kebijakan merupakan salah satu dasar yang akan dijadikan

untuk melaksanakan programnya. Dimana kebijakan Bank Sampah Medan yakni

setiap masyarakat harus memilah sampah rumah tangganya sendiri. Jadi proses

pemilahan sampah itu dimulai dari rumahnya dan di sesuaikan berdasarkan

jenisnya seperti sampah organik dan sampah anorganik. Seperti sampah anorganik

tentu membutuhkan proses lanjutannya untuk mengolahnya, maka itu masyarakat

diharapkan untuk dapat mengolah sampah itu dengan baik.

Hadirnya Bank Sampah Medan, merupakan sebagai wadah untuk

mengolah sampah-sampah anorganik atau sulit terurai oleh lingkungan dan

membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sebab hal itu dapat mencemari

(5)

Bank Sampah Medan merupakan langkah awal untuk mengolah sampah rumah

tangganya sendiri. Sampah tersebut dipilah atau dipisahkan dan apabila barang

tersebut memiliki nilai ekonomis tentu dapt dijual dan menghasilkan pendapatan

tentunya.Dari kebijakan Bank Sampah Medan itu memberikan pemahaman

kepada masyarakat untuk mengolah sampahnya sebab jika diolah dengan baik

tentu akan menghasilkan keuntungan tersendiri jika memang ada barang-barang

dari sampah tersebut dapat dijual ke Bank Sampah untuk dibuat menjadi bahan

kerajinan tangan dari daur ulang sampah. Kebijakan Bank Sampah Ini merupakan

sebagai konsep pengolahan sampah yang mana sampah tersebut diolah atau

dipilih dari rumah kemudian di daur ulang jika dapat dimanfaatkan kembali atau

yang biasa dikenal 3 R yaitu: Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali). dan Recycle (mendaur ulang). Itulah yang menjadi kebijakan dari Bank Sampah

Medan untuk mengurangi sampah melalui kebijakan di atas tadi.

Kemudian, Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamatkan

perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu

dari paradigma kumpul-angkut-buang menjadi pengolahan sampah yang bertumpu

pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Jadi kebijakan dari Bank

Sampah yang mengharuskan masyarakat untuk memilah sampahnya langsung dari

rumahnya untuk memberikan pengetahuan atau paradigma baru bahwa sampah

tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan kembali sesuai dengan keadaan barang

tersebut dan dapat memberikan ancaman bagi kehidupan manusia jika tidak

(6)

masing-masing maka barang-barang tersebut dapat dijual ke Bank Sampah yang

nantinya akan ditimbang, dan dikonversikan ke dalam rupiah. Hasil penjualan

tersebut dapat disimpan ke Bank Sampah tersebut sebagai salah satu program

Bank Sampah untuk menabung uang serta meningkatkan penghasilan atau diambil

lansung pun dapat pada saat penjualan barang tersebut. Dengan begitu, kesadaran

masyarakat mulai ada untuk menjaga kebersihan lingkungan khusunya membuang

sampah pada tempatnya dan memanfaatkan kembali yang masih dapat digunakan.

Kebijakan kami ya menyuruh masyarakat memilah sampahnya dari rumahnya setelah itu di jual” (Suniati, 48 tahun)

3.3. ProgramBank Sampah Medan

3.2.1.Bank Sampah Mutiara Medan

Bank Sampah Mutiara Medan tentu tidak berdiri tanpa adanya suatu

program dan kebijakan yang akan digunakan di tengah-tengah masyarakat.

Program tersebut menandakan bentuk kinerja dari Bank Sampah Mutiara Medan

bagaimana untuk mengelola sampah serta memberikan pemahaman kepada

masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri. Adapun beberapa

program dan kebijakan dari Bank Sampah Mutiara Medan diantaranya:

1. Redukasi pengolahan dan pengelolaan sampah kepada masyarakat.

2. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui valuasi sampah.

3. Gerakan budaya sehat, bersih, dan nyaman.

4. Laporan pertanggung jawaban kepada nasabah dan masyarakat.

(7)

6. Menjalin kemitraan dengan instansi atau lembaga terkait.

Selain itu, menurut Pak Efendi Agus (Pembina Bank Sampah Mutiara

Medan) ada beberapa program dari Bank Sampah Mutiara Medan diantaranya:

1. Pendidikan lingkungan hidup diberikan kepada anak-anak sekolah, ibu-ibu

rumah tangga disajikan dalam bentuk ceramah dan makalah sehingga mereka

dapat mengimplementasikan dari pengetahuan itu. Pelatihan bagi anak-anak

yang datang rombongan baik dari sekolah, universitas, bahkan dari negara

Thailand. Mereka diberikan pengetahuan dan keterampilan mendaur ulang

sampah.

2. Program Kebersihan lingkungan. Dari sampah organik masyarakat dilatih

untuk membuat pupuk kompos dan digunakan untuk tanaman sendiri atau

dijual di toko bunga.

3. Program Ekonomi untuk meningkatkan penghasilan masyarakat dalam

membuat produk dari daur ulang sampah.

”Tidak ada rutinitas untuk produk-produk cepat di jual karena tergantung pesanan”(Efendi, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

3.2.2.Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan

Untuk menarik minat masyarakat lebih lanjut tertarik memilah

sampah dan menabung sampah maka Rumah Kompos dan Bank Sampah

Sicanang Belawan Medan mengembangkan sebuah inovasi program berlokasi di

(8)

(1). Kursus Berbahasa Inggris Berbayar Sampah.

Program ini dikembangkan sejak Oktober 2015. Kursus dibuka mulai

pukul 08.30 WIB s/d pukul 17.00WIB. Siswa membayar dalam bentuk sampah

senilai Rp. 5.000,00 setiap bulannya kepada bank sampah unit yang terdekat di

tempat tinggal, lalu kepala bank sampah unit akan menyetor kepada pengelola

kursus. 12Pengajar dalam kursus bahasa Inggris ini didatangkan dari kalangan

mahasiswa S-1 dari Medan yang merupakan kenalan / teman dari pimpinan

Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang dan juga dari masyarakat

sekitar yang memang berprofesi sebagai guru les. Para pengajar tersebut dibayar

sesuai dengan kesepakatan dengan pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah

Sicanang mengenai besaran gaji yang diterima per bulannya dan dihitung per jam

sesuai jadwal. Jadwal les tersebut dimulai senin hingga sabtu mulai dari pagi

hingga siang dan telah berjalan selama kurang lebih setahun. Mengenai jumlah

peserta yang mengikuti kursus bahasa Inggris sampai saat ini berjumlah 80 orang.

Pelaksanaan kursus bahasa Inggris dilaksanakan di sebuah gedung yang telah

disediakan oleh pihak kelurahan Belawan Sicanang.

“Kita khususnya les bahasa Inggrisnya berbasiskan sampah dan dibayar per bulannya dikenakan sebesar lima ribu rupiah dengan bayaran sampah . Mereka setor sampah seharga lima ribu rupiah” (Bu Paini, salah satu pengurus Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang)

12

(9)

(2). Klinik Kesehatan Sampah.

Klinik Kesehatan Sampah beroperasi sejak awal Oktober 2015

bekerjasama dengan Yayasan Heartindo dan Yayasan Unilever Indonesia. Dengan

membayar asuransi senilai Rp. 5.000,00 dalam bentuk sampah setiap bulannya

maka para nasabah bisa menikmati layanan pemeriksaan kesehatan umum,

pemeriksaan kolestrol, asam urat, dan gula darah serta konsultasi gizi. Prosesnya

sama dengan kegiatan kursus bahasa Inggris dimana pembayarannya

menggunakan sampah yang seharga lima ribu rupiah. Jadwal berobat

dilaksanakan hanya sebulan sekali dan ditangani oleh dokter spesialis seperti

bagian kulit, penyakit dalam manusia dan umum, atau tenaga paramedis yang

berkompeten di bidangnya. Klinik kesehatan ini pihak Bank Sampah Sicanang

melakukan kerja sama dengan pihak Unilever dalam hal memberikan bantuan

dana seperti penyediaan obat-obatan sementara untuk tenaga paramedis

didatangkan dari Heratindo sebuah yayasan yang memberikan bantuan seperti

penyediaan tenaga paramedis. Untuk tenaga paramedis tersebut dibayar dari hasil

penjualan sampah yang dibawa oleh masyarakat yang ingin berobat. Sebelum

klinik kesehatan dimulai, terlebih dulu dilaksanakan senam pagi yang hanya

dilakukan bersamaan saat diadakannya klinik kesehatan dan instruktur senamnya

(10)

(3). Koperasi Sembako Sampah.

Program ini merupakan penukaran voucher tabungan dengan berbagai

keperluan rumah tangga yang tersedia di Rumah Kompos dan Bank Sampah

Sicanang Belawan Medan.

“Programnya ada daur ulangnya, trus ada ada penghijauan seperti pohon cabe, mangga, mangrove/bakau”(Suryani Tanjung,staf Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan)

Selain dari program itu, Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang

Belawan Medan juga mengelola beberapa jenis tabungan untuk masyarakat yaitu:

1. Tabungan konvensional.

2. Tabungan pendidikan untuk membayar uang sekolah.

3. Tabungan kursus bahasa Inggris.

4. Tabungan kesehatan dan BPJS.

5. Tabungan sembako.

6. Tabungan kurban.

7. Tabungan untuk perayaan hari raya besar keagamaan seperti natal atau lebaran.

Dan juga kepada nasabah yang menjual barang bekasnya ke Rumah

Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang di atas 20 kg akan mendapatkan

hadiah berupa sebuah sabun mandi. Guna itu untuk menarik perhatian masyarakat

supaya mau bergabung ke Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang

dengan catatan tidak berlaku untuk kelipatan selanjutnya,

(11)

3.4. Kegiatan Bank Sampah Medan

Setiap Bank Sampah yang ada di Kota Medan memiliki beberapa kegiatan

yang gunanya selain untuk menarik perhatian masyarakat dan juga untuk

mensosialisasikan beberapa program yang ada di Rumah Kompos dan Bank

Sampah Induk Sicanang Medan. Di Bank Sampah Mutiara Medan kegiatannya itu

meliputi: sosialisasi kepada masyarakat baik dengan cara menyebarkan brosur

ataupun datang ke rumah masyarakat setempat. Bukan hanya masyarakat setempat

saja, melainkan ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan dengan Bank

Sampah Mutiara Medan. Selain itu, Bank Sampah Mutiara Medan juga

melakukan pengambilan sampah ke rumah masyarakat yang menjadi nasabah

Bank Sampah Mutiara Medan. Bank Sampah Mutiara Medan juga sering

melakukan kegiatan seperti pelatihan pembuatan kompos dan kerajinan tangan

dari daur ulang sampah kepada pengunjung yang datang mengunjungi Bank

Sampah Mutiara Medan terlebih khususnya dari para anak-anak sekolah.

Hampir sama kegiatan Bank Sampah Mutiara Medan dengan Rumah

Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang Medan. Di Rumah Kompos dan Bank

Sampah Induk Sicanang Medan juga melakukan kegiatan seperti sosialisasi

kepada masyarakat mengenai apa itu bank sampah dan cara mengolah sampah

rumah tangganya dengan baik. Pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk

Sicanang Medan juga memberikan pelatihan kepada ibu rumah tangga kompos

dalam skala rumah tangga yang nantinya bisa di jual di Rumah Kompos dan Bank

(12)

bersama masyarakat, penyuluhan-penyuluhan dengan mengundang masyarakat

untuk hadir langsung ke Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang

Medan. Mereka juga mengambil sampah yang telah dipilah oleh masyarakat ke

rumahnya masing-masing, serta pernah mengadakan kegiatan kursus bahasa

Inggris kepada masyarakat dengan cara pembayarannya menggunakan sampah

yang bernilai lima ribu rupiah jika di tukar dalam bentuk rupiah.

“Oh banyak sekali ya kayak kompos ini dibuat kompos skala rumah tangga dikasih bibit dikasih keranjang kami kasih pengarahan. Jadi sampah sisa makanan orang itu bisa ditarokkannya ke dalam keranjang yang berisi kompos. Jadi ikutlah orang itu membikin kompos.ada daur ulangya menambah incomenya mereka. Ada les dibayar dengan sampah, berobat dibayar dengan sampah” (Suniyati, 48 tahun)

3.5.Tingkat Kelurahan

Di tingkat kelurahan juga dilakukan berbagai upaya untuk dapat mengatasi

serta mengurangi jumlah sampah. Dimana pihak dari Kelurahan Binjai memiliki

beberapa program yang saat ini masih berjalan untuk masyarakat seperti Kegiatan

Gotong Royong.

Gotong Royong dilaksanakan secara rutin setiap hari sabtu dan hari

minggu yang lokasinya berpindah-pindah disetiap lingkungan, dan apabila

dilaksanakan gotong royong massal.

Kegitan gotong royong yang dilakukan sbb:

1. Membersihkan Sampah

2. Pengorekan Parit

(13)

4. Pemotongan Pohon Ribun

Kita itulah gotong royong setiap sabtu dan minggu mengatasi sampah di wilayah kita ini. Dilaksanakan secara bergilir. Sudah kewajiban melakukan itu”(Sulham Lubis, Sekretaris Kelurahan Binjai)

Selain dari program yang telah dibuat oleh pihak Kelurahan Binjai, mereka

juga menyediakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang berada di sekitar

wilayah Kelurahan Binjai yang beralamat Jalan Menteng II Gang DeliKli.

Selain adanya kegiatan gotong royong juga dilakukan sosialisasi dan

himbauan. Selain ada kegiatan gotong royong yang diadakan oleh pihak kelurahan

pada setiap hari sabtu dan minggu, ada juga salah satu kegiatan yang sekaligus

upaya dari pihak kelurahan yaitu sosialisasi kepada masyarakat mengenai

bagaimana cara mengolah sampah yang baik. Sosialisasi ini juga

mempublikasikan manfaat dari menabung sampah di Bank Sampah Mutiara

(14)

Sosialisasi sangat penting untuk dilakukan untuk dapat langsung

memberikan pemahaman mengelola sampah kepada masyarakat. Dengan

sosialisasi tentu akan diketahui bagaimana pola pikir masyarakat dalam mengelola

sampah sebelumnya.

“Memantau, menindak dan juga memberikan solusi kepada masyarakat supaya membuang sampah itu pada tempatnya. Kemudian kami juga solusikan jam-jam berapa sampahnya keluar. Sudah dikasih edaran. Sanksi tidak ada hanya sebatas teguran saja dan mengingatkan”(Pak Hutasoit, Kepling XII)

3.6.Keinginan Masyarakat

Masyarakat juga memiliki harapan ataupun keinginan supaya

lingkungannya bersih dan bebas dari sampah. Kesadaran masyarakat dan pola

pikir yang harus diubah untuk dapat mengelola sampah dengan baik. Masyarakat

juga berharap supaya pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah

seperti bak sampah serta uang restribusi sampah. Masyarakat juga mengatakan

uang restribusi yang menyebabkan masyarakat malas dan tidak mau sampahnya

diangkut oleh petugas sampah. Masyarakat pun memilih cara yang praktis dengan

membuang sampah sembarangan tanpa memperdulikan dampak yang

ditimbulkannya.

(15)

Kesadaran masyarakatnya yang penting dan sistem dari Bank Sampah

“Harapannya lebih bersih lagilah kedepannya.”(Dahlia, 56 tahun)

“Masyarakatnyalah harus ada kesadarannya. Kalau gag ada kesadaran ya mau macam mana.” (Hotma Harahap, 60 tahun)

“Harapannya kalau bisa lebih bagus lagilah.termasuk keranjang sampahnya dan maunya setiap masyarakat dapat satu-satu harusnya”(Fitriani, 29 tahun)

3.6.1.Keinginan dari Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Kebersihan

Kota Medan

Untuk menciptakan suasana kota Medan yang bersih dan bebas dari

sampah banyak pihak yang mengharapkan hal seperti itu dan bahkan sudah diatur

dalam suatu Perda tentang Pengelolaan Sampah. Begitu juga dengan pemerintah

Kota Medan dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Medan masyarakat ikut aturan

dalam membuang sampah dan dibuang pada jam-jam yang telah ditentukan oleh

petugas sampah. Kemudian membayar restribusi sampah tepat waktunya. Dan

juga kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah belum kurang perduli

dengan masalah sampah diharapkan dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

3.6.2.Keinginan dari Kelurahan

Ternyata, dari pihak kelurahan juga memiliki harapan untuk

masyarakatnya supaya mau mengelola sampah rumah tangganya dengan baik.

(16)

sampah supaya sampah mereka diangkut oleh petugas sampah. Selain itu

masyarakat juga diajak untuk dapat mendaur ulang sampahnya dengan cara

dipilah menurut jenisnya dan dijual ataupun disetorkan kepada pihak Bank

Sampah Mutiara Medan.

Harapannya supaya apa sadarlah masyarakat itu supaya lingkungan kita itu makin lama makin bersih dan bermanfaat. Bersih pun kita penyakit pun gag ada. Jorok pun kita penyakit pun makin banyak. Dan juga masyarakat diharapkan untuk tetap waktu untuk membayar uang sampahnya supaya dapat langsung segera diangkut oleh petugas sampahnya” (Sulham Lubis, Sekretaris Kelurahan Binjai)

3.6.3.Keinginan Pihak Bank Sampah Mutiara Medan dan Rumah Kompos

dan Bank Sampah Induk Sicanang

Sebagai wadah ataupun tempat mendaur ulang sampah, pihak Bank

Sampah Mutiara Medan juga memiliki harapan demi tercapai program yang

mereka kerjakan selama ini. Memang program yang saat ini pihak Bank Sampah

Mutiara Medan dan Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang jalankan,

banyak kendala yang dihadapai salah satunya respon masyarakat yang kurang

terbuka kepada pihak Bank Sampah Mutiara Medan. Walaupun begitu, pihak

Bank Sampah Mutiara Medan tetap melakukan tugasnya dalam mengurangi

jumlah sampah serta memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai cara

mengelola sampah yang benar.

(17)

partisipasinya akan penuh. Misalnya Dinas Kebersihan bersama-sama dengan bank sampah mensosialisasikan program bank sampah ini kepada masyarakat. Kemudian melengkapi fasilitas-fasilitas bank sampah ini. Harapan kami juga agar menjadi objek wisata bagi orang-orang luar kemari. Trus adanya alokasi dana dari pemerintah tentang dana sosialisasi, biaya rutinitas.” (Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

“Harapan saya cuman saja memang payah unutk menyadarkan kita kita ini supaya bergiat untuk mengolah sampahnya. Ini karena pasang. Kalau terjadi pasang maka sampah-sampahnya berserakan ke jalan-jalan dan juga supaya masyarakatnya lebih sadar lagi mengolah sampahnya.”(Suniati, 48 tahun)

“Kalau bisa ya kan sampah sampah gag ada lagi di kemudian hari. Tapi itu tergantung individunya masing-masing. Dan masyarakatnya menjaga kebersihan lingkungannya.”(Bang Hutagalung)

3.7.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Jumlah Sampah

3.7.1. Kesadaran Masyarakat

Salah satu faktor penting dari meningkatnya jumlah sampah saat ini

dikarenakan kesadaran masyarakat yang rendah dalam menjaga kebersihan dan

mengelola sampah rumah tangganya sendiri. Masyarakat pada umumnya ingin

yang praktis saja yaitu dengan cara membuang begitu saja tanpa memikirkan

dampak yang dia lakukan. Banyak cara yang dilakukan supaya masyarakat

memiliki kesadaran untuk dapat mengelola sampah rumah tangganya sendirinya

khususnya melalui bank sampah. Bank Sampah Mutiara Medan didirikan guna

untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara mengelola

sampah yang benar supaya tidak merusak keseimbangan ekosistem lingkungan

sekitar. Walaupun begitu, partisipasi masyarakat untuk bergabung menjadi

nasabah Bank Sampah Mutiara Medan tidak banyak malah masyarakat kurang

(18)

Kesadaran masyarakat itu belum ada, belum mengerti akan sampah ini” (Sulham Lubis, Sekretaris Kelurahan Binjai)

Mungkin masyarakatnya kurang perduli atau gag mau atau pihak bank sampahnya yang kurang pendekatan. Mungkin masyarakat ingin yang praktis saja. Pola pikir masyarakat yang belum berubah” (Pak Hary, Kepling XVIII)

Bagus orangnya tu main buang aja kan simpel. Trus karena mungkin bayar uang sampah makanya malas masyarakatnya membuang sampahnya” ( Nasibah, 36 tahun)

“Manusianyalah yang kurang kesadaran membuang sampah” (Natiyem, 60 tahun)

Foto. 1: Sampah yang dibuang di bangunan mesjid yang belum selesai

pembangunannya

(19)

Foto. 2: Sampah di pinggir jalan

(20)

Foto. 3: Sampah di lahan yang kosong

Sumber: dokumentasi penulis

Foto. 4: Sampah dipinggiran selokan air

(21)

Beberapa Foto di atas menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam

mengelola sampahnya serta menjaga kebersihan lingkungan masih rendah sekali.

Hal ini terjadi dikarenakan pengetahuan akan sampah masih kurang dan perlu

mendapatkan pemahaman yang baik. Beberapa dari informan penulis mengatakan

bahwa masyarakat di sini memanfaatkan untuk membuang sampahnya sendiri.

Mereka tidak membuang sampahnya pada tempatnya melainkan ke lahan atau

tanah yang kosong.

“Kan itu disini maksudnya pantang kalau ada lokasi yang kosong gitu trus dimanfaatkan buang sampah” (Bu Natiyem, 60 tahun)

Foto. 5: Sampah yang dibuang di sebuah bangunan mesjid yang belum

selesai

(22)

Foto. 6: Sampah di lahan yang kosong

Sumber: dokumentasi penulis

“Ini tengok itu seharusnya mau dibangun masjid tapi karna gag dibangun-bangun jadi tempat sampah itu. Bangkai tikus, sisa-sisa ikan dibuang jadi bau. Jadi tempat sampah itu” ( Nasibah, 36 tahun)

Sampah-sampah yang ada di sekitaran tersebut, informan penulis juga

mengatakan kalau sampah-sampah tersebut juga berasal dari sampah-sampah

masyarakat lain yang secara kebetulan lewat dari wilayah itu dan membuangkan

sampahnya ke tempat di situ dan ada juga masyarakat yang membuangnya pada

saat subuh sehingga tidak terlihat oleh masyarakat yang lain. Memang sampah

tersebut dibuang saat mengendarai kendaraan sehingga masyarakat sekitar

tersebut tidak mengenalnya ataupun menegurnya.

(23)

Tak jauh berbeda dengan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk

Sicanang. Memang kalau dilihat dari kinerjanya, informan penulis mengatakan

sampah yang dulunya banyak berserakan dan tidak ada yang membersihkannya

kini sekarang sudah mulai bersih walaupun belum semuanya. Meski begitu, tetap

saja kesadaran masyarakat yang sangat utama dalam mengurangi sampah

walaupun kinerja dari Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang sudah terlihat

sedikit baik.

“Kalau aku bilang ya gag disiplin dia. Soalnya sudah dikasih tau sampah bisa jadi duit.”(Hotma Harahap, 60 tahun)

“Kurang pengetahuan dan pengalaman mereka untuk mengelola sampahnya sendiri.”(Suniati, 48 tahun)

Foto. 7: Sampah di saluran air, Sicanang

(24)

Foto. 8: Sampah yang di dekat permukiman penduduk

Sumber: dokumentasi penulis

Foto. 9: Sampah di dekat kawasan laut, Sicanang

(25)

3.7.2. Kurangnya Fasilitas Tempat Sampah

Selain dari kesadaran masyarakat, penyediaan fasilitas tempat sampah

menjadi hal yang sangat penting juga. Sebab dengan adanya tempat pembuangan

sampah tentu ini membantu masyarakat untuk mengumpulkan sampahnya dan

diangkut oleh petugas sampah dan ini dapat mengurangi sampah yang terbuang ke

jalanan dan berserakan lainnya.

Di Kelurahan Binjai ini, informan penulis mengatakan bahwa tempat

sampah masih terbatas disediakan. Jadi masyarakat mengumpulkan sampahnya

menggunakan tempatnya sendiri. Penulis pun mengamati kalau tempat sampah

yang biasanya diletakkan di depan gang ataupun dipinggir jalan belum ada

sehingga sampah masyarakat diletakkan dipinggir jalan di depan rumah mereka

masing-masing. Kemudian kendaraan pengangkut sampah yang masih terbatas. Di

kelurahan ini, sampah masyarakat diangkut oleh becak sampah yang tentu muatan

sampahnya lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan sampah tidak dapat terangkut

semua oleh petugas sampah.

“Salah satunya mungkin setiap 1 km tarok tempat sampah. Setiap hari ada truk sampah itu yang ngangkut itu. di sini memang gag ada tempat sampahnya. Becak yang ngangkut bukan truk. Becak itu lewat ajalah kalau udah penuh. Tunggu besoklah diangkat. Nunggu besok dah sempat berulatlah Itupun dah penuh kadang-kadang sampahnya jatuh. Truk itu da tapi jarang masuknya” (Nasibah, 36 tahun)

Masyarakat yang berada di sekitaran Rumah Kompos dan Bank Sampah

Induk Sicanang, juga merasakan hal yang sama juga. Fasilitas sampah seperti

(26)

Selain itu, tidak semua masyarakat mendapatkan keranjang sampah dan terpaksa

harus berbagi dengan tempat keranjang milik tetangganya masing-masing.

“Maunya keranjang sampahnya lebih bagus lagi dan harusnya tiap satu-satu(rumah tangga) dapat.”(Fitriani, 29 tahun)

3.7.3. Restribusi Sampah

Faktor lain yaitu masalah uang restribusi sampah kepada petugas sampah.

Untuk berlangganan masyarakat dipungut biaya sebesar Rp. 10.000, hingga Rp.

30.000 per bulan. Petugas sampah datang mengambil sampah dua atau tiga kali

sehari dengan menggunakan becak sampah.

Dikutip per bulan 20 ribu. Udah murah itu. Gag nyampek seribu per hari. Daripada kita membuang sendiri kan bingung mau membuang kemana asal dibuang dimarahin orang” (Bu Ana)

“Kena 20 ribu per bulan uang sampahnya. Dikumpulin dalam goni ntar dituangkan petugas sampahnya ke tempat becaknya” (Bu Natiyem, 60) “Mungkin karena bayar uang sampah makanya masyarakat jadi malas mengelola sampahnya. Uang sampah nya 25-30 ribu” (Nasibah, 36 tahun)

“Kami tukang sampah yang ngambil dua hari sekali. Dikenakan uang sampah. Liat anunya, jika banyak sampahnya 15 ribu. Tadinya rata 10 ribu. Memang dia gag minta, kebijaksanaan kita ajanya. bonuslah” (Pak Sijabat, 60 tahun)

Memang ada juga masyarakat setuju dengan restribusi sampah yang

ditetapkan dan ada juga yang kurang setuju dikarenakan belum jelasnya tarif

restribusi yang seidealnya yang menyebabkan masyarakat pun bingung untuk

mengelola sampahnya yang pada akhirnya dibakar atau dibiarkan berserakan

(27)

Berbeda halnya dengan masyarakat yang berada Rumah Kompos dan

Bank Sampah Induk Sicanang. Masyarakat disana memang sampah

masyarakatnya diangkut oleh petugas. Namun masyarakat belum ada dikuti

mengenai uang atau restribusi sampah. Sebelumnya masyarakat, khusunya

informan penulis pernah diajak rapat untuk membahas uang sampah dan

disepakati sepuluh ribu per bulan dan sampai sekarang masyarakat belum dikenai

uang sampah.

“Belum ada kutip. Memang waktu rapat kami disuruh bayar sepuluh ribu per bulan. Dan gag kebertatan jika dikutip uang sampahnya segitu.”(Dahlia, 56 tahun)

3.7.4.Kurangnya Pengawasan

Adanya pengawasan dari pihak-pihak tertentu dalam memonitoring perilaku masyarakat sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan supaya dapat

menekan jumlah sampah yang berserakan di jalanan. Informan penulis

mengatakan bahwa dari pihak kelurahan ataupun kepling hanya kadang-kadang

saja datang untuk melihat keadaan wilayah dan masyarakatnya disini.

“Tapi kalau gag ada yang datang diam diam aja. ya biasa-biasa aja. Terserah itu mau kotor apa enggak Tapi kalau ada yang datang sibuklah orang bawa cangkul, paranglah masing-masing. Pihak kepling taumya dia. Dari pihak kelurahan gag turun dari mobilnya aja liatnya. Udah gitu aja” (Nasibah, 36 tahun)

(28)

Ini perlu dilakukan oleh pihak kelurahan supaya dapat mengontrol perilaku

masyarakat serta di dalam pengawasan yang dilakukan diberikan sesuatu

informasi yang berbentuk himbauan, maupun larangan guna dapat mengatasi

permasalahan sampah serta dapat memberikan cara mengelola sampah dengan

baik. Selain itu, pihak dari Bank Sampah Mutiara Medan dan Rumah Kompos dan

Bank Sampah Induk Sicanang dengan pihak Kelurahan juga dapat bekerja sama

dalam memberikan pengelolahan sampah yang baik kepada masyarakat.

Masyarakat sekitaran Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang juga

mengatakan kalau dari pihak kelurahan juga kurang pendekatan kepada

masyarakat dan jarang untuk memantau keadaan kebersihan daerahnya. Selain itu,

jika ada pejabat yang datang ke wilayah tersebut (Sicanang), maka akan diadakan

kebersihan untuk menyambutnya atau biasa disebut sebagai pencitraan saja untuk

menjaga nama baik seseorang untuk menghindari yang namanya sanksi ataupun

teguran.

3.7.5.Terbatasnya Petugas Kebersihan dan Fasilitas Pendukung

Dari Dinas Kebersihan Kota Medan sendiri pun memiliki hambatan dan

kendala dalam melaksanakan tugasnya yakni terbatasnya para petugas sampah dan

fasilitas-fasilitas lainnya seperti kendaraan sampah. Hal ini tidak sebanding

dengan jumlah penduduk Kota Medan yang berjuta penduduk dengan petugass

sampah yang tidak sampai seperempat dari jumlah penduduk Kota Medan. Belum

(29)

menyebabkan pengangkutan sampah belum optimal dalam mengurangi sampah di

Kota Medan.

Dari informasi Pak Zulham mengatakan, bahwa anggaran untuk Dinas

Kebersihan sekurang-kurangnya itu 7 % dari total anggaran yang ada. Tetapi hal

ini justru berbanding terbalik anggaran yang seharusnya seperti itu tidak dirasakan

sepenuhnya. Akibatnya berdampak dari segi pelayanan kepada masyarakat untuk

(30)

BAB IV

BANK SAMPAH DI KOTA MEDAN

4.1.Bank Sampah Mutiara Medan

4.1.1.Latar belakang dan Sejarah

Bank Sampah Mutiara Medan adalah sebuah lembaga yang mendukung

upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang mengapresiasi usaha

peningkatan pendapatan keluarga sejahtera. Bank Sanpah Mutiara Medan yang

terletak di Jalan Pelajar Timur Gg. Kelapa Lr. Gabe, Kelurahan Binjai, Kecamatan

Medan Denai, berawal dari sebuah kepedulian pengelolaan terhadap lingkungan

hidup dan menyadari bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam

pengelolaan lingkungan hidup.

“Latar belakangnya karena UU Lingkungan Hidup bahwasanya lingkungan hidup bersih dan sehat adalah hak setiap manusia, kemudian UU tentang HAM adalah hak manusia untuk hidup bersih. Di samping itu ada UU tentang sampah” ( Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

Konsep bank sampah adalah salah satu upaya menyadarkan masyarakat

bahwa sampah juga memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga

kita lebih peduli untuk mengelolanya mulai dari pemilahan, pengemposan hingga

menjadikan sampah sebagai barang yang dapat digunakan kembali dan bernilai

(31)

tentang pengelolaan sampah, sekaligus memperkuat landasan hukum bagi

penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah.

“Masyarakat khususnya di sekitar sini pada awalnya belum perduli terhadap sampah. Sebagai masyarakat, merasa terpanggil mengajak masyarakat bersama-sama untuk mengelola sampah rumah tangganya dengan baik”( Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

Bank Sampah Mutiara Medan pertama sekali didirikan pada tanggal 12

Mei 2012. Peresmian Bank Sampah Mutiara Medan ini bukan sembarangan sebab

yang meresmikan langsung Bapak Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Kambuaya

dan Walikota Medan, Bapak Rahudman Harahap serta disaksikan oleh masyarakat

sekitar. Bank Sampah Mutiara Medan dibentuk berdasarkan hukum yaitu Surat

Keputusan Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan Nomor 660.2 / 1280 Tentang

Pembentukan Bank Sampah.

Alasan lain dari didirikannya adalah sebagai syarat penilaian kota bersih

pada Piala Adipura. Pada saat penilaian dari pemerintah pusat untuk Piala Adipura

yang pertama sekali yang didatangi adalah Bank Sampah Mutiara Medan. Itu

merupakan salah satu yang harus dipenuhi oleh setiap kepala daerah supaya untuk

mendapatkan Piala Adipura. Kota Medan memang pernah memenangkan Piala

Adipura tetapi dua tahun terakhir Kota Medan tidak mendapatkan Piala Adipura.

Bank Sampah didirikan di atas tanah pribadi milik Bapak Efendi Agus

yang bersebelahan dengan rumahnya. Karena beliau memiliki relasi dengan pihak

Dinas Kebersihan Kota Medan dan Walikota maka pihak Dinas Kebersihan Kota

(32)

dibangun di atas tanah milik pribadinya. Tak serta merta pak Efendi menerima

tawaran tersebut maka beliau berunding dengan keluarganya. Sebelumnya Pak

Efendi diberikan kontrak selama lima tahun dimana isi dari kontrak kerja sama

atau MOU tersebut bahwa setelah lima tahun nanti Pak Efendi boleh melanjutkan

atau tidak Bank Sampah Mutiara Medan ini. Demi kota medan supaya bersih dan

memenangkan Piala Adipura, maka keluarga Pak Efendi pun bersedia

memberikan tanahnya untuk dibangun sebuah bank sampah yang bernama Bank

(33)

Foto. 10: Plang Bank Sampah Mutiara Medan

(34)

Foto. 11: Bank Sampah Mutiara Medan

Sumber: Dokumentasi penulis

Foto. 12: Halaman depan Bank Sampah Mutiara Medan

(35)

Bank Sampah Mutiara Medan memiliki visi diantaranya:

1. Menjadi jaringan UKM lingkungan yang menghijaukan kota Meda.

2. Menjadikan kota Medan yang sehat.

3. Menjadi wadah yang solutif, kreatif, dan inovatif dalam mengubah sampah

menjadi berkah.

Misi dari Bank Sampah Mutiara Medan,yaitu:

1. Pengelola sampah hingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

2. Mendirikan bank sampah melalui kemitraan yang sinergi dan menguntungkan.

3. Melahirkan pengusaha Indonesai baru di bidang lingkungan.

4. Menyediakan wadah kreatifitas untuk masyarakat sekitar.

4.1.2.Struktur Organisasi

Penasehat : 1. Wali Kota Medan

2. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan

3. Camat Medan Denai

Penanggung Jawab : Kelurahan Binjai ( Lurah)

Pembina : Drs. Efendi Agus, M.Si

Direktur : Efrida Yanti Siregar

(36)

Sekretaris : Ulfa Chairani Harahap

Wakil Sekretaris : Cindy Anzolla Daulay

Bendahara : Wina Arika Efendi

Wakil Bendahara : Siti Khasanah Daulay

Pelayanan : Nuraiah Lubis, Rizky Ramadhani Harahap, Hilman

Luthfi Rangkuti

Kasir : Rizky Eviana Siregar, Nurhannya Nauli Lubis

Keamananan : Ali Hamzah Lubis, Budi Maulana

Humas : Dina Khairani Nasution, Andry Fauzi Siregar

Gudang : Samuel Ganda, M. Hengki Pranata Harahap

Pegawai Bank Sampah Mutiara Medan merupakan pegawai yang telah

ditunjuk dan ditempatkan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan di Bank Sampah

Mutiara Medan untuk mengurusi semua kegiatan operasional di bank sampah

tersebut. Jadi, semua pengurus Bank Sampah Mutiara Medan dikelola oleh

pengurus yang berstatus pegawai honor di bawah naungan Dinas Kebersihan Kota

Medan.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak bank sampah dalam

menjalankan program kerjanya kepada masyarakat. Salah satunya melakukan

(37)

1. Membuat himbauan dan bekerja sama dengan lurah supaya masyarakat

menjadi nasabah Bank Sampah Mutiara Medan.

2. Mendatangi kelompok-kelompok masyarakat seperti ibu perwiritan, STM

bagian bapak-bapak.

3. Sosialisasi ke sekolah-sekolah mulai dari tingkatan TK(Taman Kanak-Kanak),

SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah

Menengah Atas), yang berada di lingkungan Kelurahan Binjai dan di

sekitarnya dan membawa brosur tentang bank sampah.

“Program kerjanya ya inilah salah satunya sosialisai keluar ke masyarakat, ke sekolah,ke pameran yang mengundang kita dari UMKM dari kampus dan menjemput sampah dari nasabah” (Ulfa, salah satu staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)

4. Selain itu, pihak Bank Sampah Mutiara Medan juga datang ke rumah warga

secara door to door dan membuat acara di sekolah atau kelurahan.

Di dalam menjalankan programnya melalui sosialisasi, pihak Bank

Sampah Mutiara Medan melakukan hubungan kerja sama dalam menjalankan

programnya kepada masyarakat. Tidak semua di dalam melakukan sosialisasi dari

pihak yang bekerja sama dengan pihak Bank Sampah Mutiara Medan kadang kala

mereka melakukannya sendiri dengan dana seadanya.

Kalau sosialisasi yang dilakukan terhadap masyarakat yang dilakukan

sendiri oleh pihak Bank Sampah Mutiara Medan dengan menggunakan dana

swadaya dari seluruh pegawai Bank Sampah Mutiara Medan. Sementara itu, jika

pihak Bank Sampah Mutiara Medan melakukan sosialisasinya di sekolah maka

(38)

itu, pihak Bank Sampah Mutiara Medan juga melakukan kerja sama dengan

Camat dan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dalam melakukan

sosialisasinya tersebut.

4.1.3.Sistem Manajemen Pengolahan Sampah Di Bank Sampah Mutiara

Medan

Bank Sampah Mutiara Medan memiliki tata cara di dalamnya ketika

seseorang yang ingin menabung sampahnya ke Bank Sampah Mutiara Medan.

Seseorang harus mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai nasabah Bank Sampah

Mutiara Medan. Bank Sampah Mutiara Medan menyiapakan administarsi seperti

buku induk, buku rekening nasabah, faktur, dan timbangan serta daftar-daftar

harga barang-barang. Setiap nasabah bank sampah harus membawa buku

tabungan sampah supaya dapat dicatat berapa banyak sampah yang ditimbang.

Tata cara penabungan sampah antara lain:

1. Nasabah membawa sampah kering yang telah dipilah ke bank sampah.

2. Sampah yang telah dipilah akan ditimbang oleh petugas bank samapah.

3. Selanjutnya hasil penimbangan sampah akan ditulis dalam buku

tabungan sampah dan buku induk sampah.

4. Lalu sampah disimpan oleh petugas bank sampah dan nasabah

dipersilahkan pulang.

(39)

1. Penabung dapat menjadi anggota penabung sampah di Bank Sampah

Mutiara Medan dengan cukup membawa sampah terpilah.

2. Penabung diwajibkan melakukan pemilahan sampah dari rumah

dengan memasukkan sampah kertas, plastik, botol, kaleng, kaca, besi

dan lain-lain ke dalam kantong plastik tersendiri atau terpisah.

3. Sampah yang akan ditabung dalam kondisi kering, jika terdapat sisa

makanan atau minuman dalam sampah kertas, plastik, botol, kaleng,

kaca, maka harus dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.

4. Dilarang keras menabung seperti pampers, pembalut wanita, alat

kontrasepsi, dan lain-lain.

5. Pelayanan bagi penabung dilaksanakan setiap hari senin hingga jumat

mulai pukul 09.00 pagi - 15.30 sore.

6. Pengambilan uang tabungan minimal setiap tiga bulan sekali.

7. Bagi penabung yang mempunyai putra-putri, maka buku tabungan

diharapkan atas nama putra-putri yang bersangkutan.

8. Ketentuan yang belum ada, akan di atur lebih lanjut.

13

Selain itu, ada juga nasabah yang sampahnya dijemput oleh pegawai

Bank Sampah Mutiara Medan dan mereka membawa timbangan dan buku

tabungan. Mereka menimbang dan mencatat jumlah sampahnya ada yang

langsung diminta uangnya atau disimpan dulu uangnya di bank sampah.

Kemudian nasabah yang datang langsung ke Bank Sampah Mutiara Medan baik

anak-anak sekolah maupun masyarakat, pertama sekali sampahnya dipilah

(40)

menurut jenisnya dan dihitung serta dikonversikan ke rupiah. Jika nasabah baru

pertama kali membawa sampah ke Bank Sampah Mutiara Medan nasabah tersebut

tidak bisa mengetahui jumlah harganya tetapi datang kedua kali dia bisa

mengetaui jumlah harganya. Dikarenakan pihak Bank Sampah Mutiara Medan

(41)

Foto. 13: Buku Tabungan Bank Sampah Mutiara Medan

(42)

Jumlah nasabah yang ada di Bank Sampah Mutiara Medan ada 50 orang

yang terdiri anak-anak sekolah. Hingga sekarang bertambah dari masyarakat

dengan total semuanya 216 nasabah. Sekitar 70% masih aktif dan 30% tidak aktif

lagi. Hal ini dikarenakan jumlah nasabahnya itu didominasi oleh anak – anak

sekolah sehingga ketika nasabah itu tidak sekolah lagi di sekolah tersebut atu

pindah sehingga tidak menabung lagi di Bank Sampah Mutiara Medan.

Selain itu, pihak dari Bank Sampah Mutiara Medan juga memiliki daftar

harga barang yang akan dijual nasabah ke Bank Sampah Mutiara Medan. Harga

barang tersebut disesuaikan dengan permintaan pabrik.

Berikut daftar harga-harga sampah di Bank Sampah Mutiara Medan:

NO JENIS BARANG HARGA/ KG (Rp)

10 Gelas/botol air mineral 3.000,-

11 Botol timbang 100,-

12 Karung putih jumbo 1.000,-

13 Aki 4.000,-

Nb: Harga sampah bersifat fluktuaktif bergantung musim dan permintaaan

pabrik

4.1.4. Jenis Sampah Daur Ulang

Sampah-sampah yang diserahkan oleh nasabah ke Bank Sampah Mutiara

(43)

dengan jenisnya oleh pegawai bank sampah. Jenis sampah organik yaitu sampah

yang berasal dari sisa-sisa makanan, tumbuhan, dan cepat membusuk akan dibuat

menjadi pupuk kompos sementara sampah anorganik yaitu sampah yang sulit

terurai seperti plastik, kertas, botol, akan di daur ulang dibuat kerajinan tangan.

“Sampah yang sudah dimasukkan ke dalam bank sampah ini sebagian besar dijual, dan sebagian kecil untuk keperluan kerajinan daur ulang dan itu dimanfaatkan sebagai bahan-bahan kerajinan. Ada produk-roduk kita kurang lebih 10 jenis berasal dari sampah yang disetorkan. Sebagian kecilnya saja”(Pak Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

Adapun jenis sampah anorganik yang bisa di daur ulang dan memilki nilai

ekonomis, seperti:

a. Kertas : buku, majalah, kardus, duplex.

b. Emberan : gelas, botol air, kemasan kosmetik, botol sampo. Botol obat,

ember, mainan, peralataan rumah tangga dari plastik, sikat gigi, stopless.

c. Logam : besi, aluminium, meesin, panci, wajan, payung, jemuran, rak

piring, aki.

d. Alat-alat elektronik : kulkas, mesin cuci, AC, CPU, monitor, Magic Jar atau penanak nasi, setrika, dispenser.

(44)

Foto. 14: Sampah anorganik dari nasabah

Sumber: dokumentasi penulis

Foto 15: Sampah anorgaik dari nasabah

Sumber: dokumentasi penulis

Sampah yang disetorkan oleh nasabah tidak setiap hari melainkan

tergantung dari nasabahnya kapan untuk menyetorkan sampahnya ke Bank

Sampah Mutiara Medan. Bank Sampah Mutiara Medan menyetorkan sampahnya

(45)

banyak tertumpuk di Bank Sampah Mutiara Medan. Jumlah sampah yang

disetorkan sebanyak 200 kg per bulannya. Sampah tersebut di setorkan ke salah

satu pabrik yang beralamat di Jalan Panglima Denai. Sampah disetorkan langsung

oleh salah satu staf Bank Sampah Mutiara Medan ke pabrik dengan menggunakan

becak viar milik Bank Sampah Mutiara Medan.

“Tergantung nasabahnya. Kapan dia nyetornya”(Kak Ulfa, salah satu pengurus Bank Sampah Mutiara Medan)

4.1.5.Hasil Kerajinan Daur Ulang

Kerajinan daur ulang menggunakan sampah yang anorganik karena dapat

diproses ulang kembali. Sampah nasabah yang ada di Bank Sampah Mutiara

Medan sebagian kecil yang dapat digunakan sebagai bahan kerajinan. “Dari

sebagian kecil sampah yang dapat di daur ulang di kombinasikan dengan benda

atau barang – barang lainnya sebagai pelengkap. Misalnya sebuah botol agar

kelihatan menarik dihiasi dengan benang, pita, cat ataupun sesuatu menarik

sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dari sebelumnya.” (Efendi Agus,

Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

Kerajinan daur ulang yang di buat oleh Bank Sampah Mutiara Medan lebih

dari 10 jenis produk seperti tas laptop, tas infokus, gantungan kunci, dompet,

pembalut kotak tissu, aqua, aksesoris, gelang, kotak pensil, lampu hias, sendal

rumah, kipas, hiasan dinding, dan vas bunga. Semua produk kerajinan daur ulang

tersebut memiliki nilai jual yang berbeda-beda. Harga produk mulai dari Rp.

(46)

Pembuatan hasil kerajinan daur ulang sampah dilakukan oleh pegawai Bank

Sampah Mutiara Medan dan juga bantuan nasabahnya. Untuk pegawai Bank

Sampah Mutiara Medan hanya membuat kerajinan daur ulang yang berbentuk

kecil seperti gelang dan gantungan kunci sedangkan produk yang besar seperti tas

laptop, tas infokus itu dikerjakan oleh nasabah Bank Sampah Mutiara Medan.

“Pemasaran hasilnya kalau ada kegiatan kayak buat stand-stand gitulah. Barang-barang disini dibuat dari bantuan dari masyarakat juga misalnya tas laptop in. bapak ini bantuan sama oranglah kayak botol hias inilah , pot.”(Ulfa, salah staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)

“Proses pengerjaannya kalau misalnya rutinitas bagian yang kecil ganttungan kunci, gelang-gelang. Kalau ada pesanan barulah kita buat karena bahan-bahannya sudah kita siapkan.Modalnya masih sedikit.” (Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

Seluruh hasil penjualan produk tersebut masuk dalam laporan yang

diberikan oleh pengelola Bank Sampah Mutiara Medan kepada Dinas Kebersihan

Kota Medan. Laporan ini bertujuan untuk melihat perkembangan Bank Sampah

Mutiara Medan. Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas Kebersihan Kota

Medan setiap bulannya sebagai bentuk pertanggung jawabannya.

(47)

Foto. 16: Tas Laptop, Hasil kerajinan daur ulang sampah

Sumber: dokumentasi penulis

Foto 17: Gantungan Kunci, Hasil kerajinan daur ulang sampah

(48)

Foto 18: Kipas, Hasil Kerajinan daur ulang sampah

Sumber: dokumentasi penulis

Foto.19: Botol Hias, Hasil kerajinan daur ulang sampah

(49)

Setelah dibuat produk dari daur ulang sampah tentu dibutuhkan tempat

untuk menjual hasil produk tersebut. Ini dilakukan sebagai uang pemasukan bagi

Bank Sampah Mutiara Medan. Untuk itu maka pihak Bank Sampah Mutiara

Medan sering mengikuti kegiatan-kegiatan pameran yang mempromosikan hasil

produk daur ulang sampah yang mereka buat sendiri. Kemudian mengikuti

kegiatan pameran di USU dan UNIMED, UMSU, acara ulang tahun fakultas, dan

acara yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup.

“Ada dari USU pameran, walau tidak laku semuanya. Di USU kegiatan ulang tahun, di UNIMED ulang tahun fakultas juga kita diundang. Begitu juga di Badan Lingkungan Hidup dan di UMSU” (Efendi Agus, pembina Bank Sampah Mutiara Medan)

Dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk kegiatan operasional seperti

uang listrik, uang air, dan kegiatan lainnya. Tak jarang para pegawai Bank

Sampah Mutiara Medan menggunakan uang pribadi mereka masing-masing untuk

menutupi biaya operasional tersebut. Selain itu, dana hasil penjualan kerajianan

daur ulang sampah digunakan untuk menutupi uang tabungan nasabah serta untuk

modal membuat kerajinan daur ulang sampah lainnya.

4.16. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Oleh Pihak Bank Sampah

Mutiara Medan

Di dalam menjalankan programnya untuk mengatasi masalah sampah tentu

(50)

berjalan dengan sesuai harapan. Beberapa hambatan yang dihadapi pihak Bank

Sampah Mutiara Medan diantaranya:

1. Kesadaran masyarakat masih kurang dalam mengelola sampah rumah

tangganya sendiri. Ini merupakan peran dari bank sampah untuk memberikan

pemahaman kepada masyarakat dalam mengelola sampah.

“Kendalanya kurangnya minat dan partisipasi masyarakat dan hanya ada beberapa oranglah yang masih peduli”(Ulfa, salah staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)

2. Pemerintah belum mendukung peran dari bank sampah. Hal ini terlihat dari

fasilitas yang terdapat di Bank Sampah Mutiara Medan belum memadai.

Penyediaan kendaraan pengangkut sampah pun terbatas haya memiliki satu

becak viar saja yang diberikan oleh Camat Medan Denai. Dari Dinas

Kebersihan Kota Medan hanya menyumbangkan tenaga pengelola yang masih

berstatus sebagai pegawai honorer.

3. Dalam hal pemasaran produk kerajinan daur ulang sampah yang masih terbatas

karena kurangnya dukungan dari berbagai pihak.

Kalau awal-awal masuklah dek kayak kami ini kami sosialisasi ke rumah-rumah cuman gini susahnya ada ibu-ibu yang jam segini masak jadi malas meladeni kita ada juga orang kaya kiranya kita orang pengemis padahal kita mau mempromosikan bank sampah. Alhamdulillah, masih ada juga yang berminat” (Ulfa, salah satu staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)

(51)

4.2. Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan

4.2.1. Latar Belakang dan Sejarah

Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan merupakan

program antara Pemerintah Kota Medan dengan Pemerintah Kota Kitakyushu

Jepang melalui program Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Sampah Kota Medan

yang mulai berjalan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016

Pemerintah Kota Kitakyushu Jepang yang diwakili oleh JICA bersama

Sinryo Cooperation mendirikan Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang

Belawan Medan yang berlokasi di satu lahan milik Pemerintah Kota Medan di

Kelurahan Belawan Sicanang yang terdiri dari dua bangunan utama, Rumah

Kompos dan Bank Sampah.

Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan diresmikan

oleh Walikota Medan, Bapak Drs. Dzulmi Eldin, M.Si, pada tanggal 8 Desember

2014 hingga saat ini Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan

Medan telah melakukan pelayanan pembelian dan pengolahan sampah organik

dan sampah anorganik. Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Medan

dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kelurahan Belawan Sicanang

Kecamatan Medan Belawan Nomor : 19 / SK-BS / XII / 2014.

Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan telah

melakukan berbagai kegiatan yaitu pengelolaan sampah organik yang berasal dari

(52)

perbulannya sebanyak 3-9 ton sedang sampah anorganik yang dikelola berasal

dari hasil produk bank sampah skala lingkungan. Saat ini sebanyak 40 unit bank

sampah telah menjadi nasabah dengan total nasabah 1.098 orang. Kemudian

sebanyak 525 rumah tangga yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang juga telah

mendapat pelatihan pembuatan kompos skala rumah tangga dengan metode

Takakura.

“Kami ya, sebenarnya untuk karna sicanang ini terlalu kotor sampah berserakan dimana mana. Jadi inisisatif kami membersihkan ini ,untukmelakukan ada bank sampah, untuk kebersihan di sicanang ini bagaimana supaya bersih. Karna bagaimana kami harus mengarahkan masyarakat untuk mengelola sampahnya.”(Suryani Tanjung,48 tahun, staf Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang)

Foto. 20: Halaman depan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk

Sicanang

(53)

Foto. 21: Lingkungan sekitar Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk

Sicanang

Sumber: dokumentasi penulis

Rumah Kompos dan Bank Sampah merupakan salah satu usaha mandiri

yang dilakukan masyarakat secara langsung bertujuan mengurangi tibulan sampah

yang dibuang ke TPA atau ke tempat lain. Rumah Kompos dan Bank Sampah

juga memberikan peluang pemanfaatan sampah organik dan sampah anorganik

menjadi nilai ekonomi.

Keluarahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

sejak tahun 2013 sudah melakukan kegiatan pemilahan dan pemanfaatn sampah

melalui program bank sampah bersama Badan Lingkungan Hidup Kota Medan

(54)

Unilever Indonesia melalui berbagai pelatihan. Pada tahun 2013, telah terbentuk 3

bank sampah skala lingkungan, tahun 2014 terbentuk 10 bank sampah skala

lingkungan dan tahun 2015 terbentuk 30 bank sampah yang dikelola mandiri oleh

kelompok masyarakat.

Permasalahan utama dari kelompok bank sampah skala masyarakat adalah

kepastian pengangkutan dan pembelian sampah hasil setoran rumah tangga yang

telah melakukan pemilahan. Hal ini menghambat perkembangan bank sampah.

Berdasarkan hal inilah maka dibangunlah Rumah Kompos dan Bank Sampah

Induk dimana salah satu tujuannya menjamin pengangkutan dan pembelian

sampah dari bank sampah skala unit organik maupun sampah anorganik sehingga

tujuan akhir dari pengelolaan sampah swadaya masyarakat ini mampu menjadikan

lingkungan bersih, sehat, dan berwawasan lingkungan dan tentu saja

meningkatkan pendapatan keluarga.

Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan memiliki

beberapa layanan yang ditujukan kepada masyarakat diantaranya:

1. Mengelola sampah organik dari pasar yang ada di Kota medan untuk dijadikan

Kompos.

2. Pusat informasi dan pelatihan bagi masyarakat maupun institusi pemerintah

yang ingin belajar dan melakukan pengelolaan sampah seperti pembuatan

(55)

3. Melayani penjemputan dan pembelian sampah anorganik produksi bank

sampah skala lingkungan baik yang dikelola masyarakat, perusahaan swasta,

maupun pemerintah.

Selain itu, ada juga beberapa kelompok masyarakat yang bisa bergabung

menjadi nasabah dan melakukan penyetoran sampah Rumah Kompos dan Bank

Sampah Sicanang Belawan Medan:

1. Kelompok Bank Sampah Skala Lingkungan.

2. Toko atau usaha retail.

3. Kantor atau perusahaan swasta.

4. Instansi pemerintah.

5. Sekolah.

6. Rumah ibadah.

4.2.2.Struktur Organisasi

Pembina : Walikota Medan

Camat Medan Belawan

Lurah Belawan Sicanang

STM Bank Sampah Sicanang

Badan Lingkungan Hidup Kota Medan

(56)

Direktur : Arnawati Chaniago

Sekretaris : Syahdan

Bendahara : Painik

Divisi Operasional : Ernita Br. Napitupulu

Divisi Produksi : Suryani Tanjung

Dadap Sahputra

Rinaldo Siregar

Divisi Pemberdayaan : Deddy Hutagalung, Chandra Wiguna

Dan Pengumpulan

Sampah

Foto. 22: Struktur Kepengurusan Rumah Kompos dan Bank Sampah

(57)

Sama halnya dengan Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang

Belawan Medan juga melakukan berbagai upaya untuk dapat mengenalkan apa itu

bank sampah dan bagaimana cara mengelola sampah dengan baik kepada

masyarakat. Pendekatan kepada masyarakat yang dilakukan kepada masyarakat

dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat dan sekaligus memberikan

pengarahan tentang mengelola sampah dengan baik. Selain itu, pihak Rumah

Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan juga sering mengadakan

pelatihan dan mengundang seluruh masyarakat untuk hadir, walaupun tidak senua

juga masyarakat yang hadir karena pengetahuan tentang sampah massih kurang.

Kemudian, pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan

Medan juga membuat suatu acara yang nantinya dibayar dengan sampah tentu ini

semata mata untuk menarik perhatian masyarakat supaya mau bergabung pada

Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan untuk mengelola

sampahnya. Selain itu dari Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan

Medan tetap juga melakukan koordinasi dengan pihak kelurahan setempat dalam

melakukan upaya pendekatan kepada masyarakat.

Jumlah nasabah saat ini mengalami peningkatan dikarenakan masyarakat

sangat antusias dalam berpartisipasi untuk Rumah Kompos dan Bank Sampah

Induk Sicanang. Awal pembentukannya memang jumlah nasabahnya hanya

berjumlah 10 nasabah, seiring berjalannya waktu maka jumlah nasabah

mengalami peningkatan. Jumlah nasabah tersebut tersebar dari 40 unit kelompok

(58)

4.2.3. Sistem Manajemen Peengolahan Sampah di Rumah Kompos dan Bank

Sampah Induk Sicanang Medan

Seperti kompos, bahan-bahan didapatkan berasal dari sampah sisa-sisa

makanan seperti nasi ataupun sayur atau dikenal sampah organik, dan juga dari

pusat pasar yang ada di Kota Medan. semuanya dikumpulkan menjadi satu. Tentu

bukan hanya itu saya bahan untuk membuat kompos. Mereka juga menambahkan

sebuah bahan campuran seperti dedak, kulit padi atau jerami padi yang mereka

beli dari menjual bahan tersebut. Untuk membeli bahan tersebut dibutuhkan

dengan modal yang lumayan besar dikarenakan membutuhkan biaya yang cukup

mahal untuk menghasilkan kompos yang baik untuk tanaman.

Kompos dibuat dari sampah makanan masyarakat dan sampah sampah

pajak itu dengan perbandingan 1:1 dengan dedak ragi tempe dan ragi tape. Kalau

sayur 1(satu) keranjang dedak hanya 1(satu) ember hitam kecil, kemudian ragi

tape 2 biji ragi tempenya 1 bungkus bagi 4 jadi seperempatnya dimasukkan jadi

satu lalu diaduk. Setelah fermentasi 3 hari baru dicacah 4 ton 800 ribu. Di Rumah

Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan kompos tidak diproduksi

setiap hari melainkan sekali seminggu dengan alasan keterbatasan tempat dan

petugasnya dan juga biayanya. Setelah kompos selesai tidak langsung dapat

digunakan melainkan ditunggu hingga dua minggu kedepan supaya fermentassi

dalam kompos tersebut dapat menjadi baik dan dapat digunakan untuk tanaman.

Di Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan kompos dapat

diproduksi hingga 4 ton sekitar 70 buah karung. Kompos-kompos yang ada disini

(59)

kompos tersebut. Pemasaran dari hasil pembuatan kompos ini masih disekitar

masyarakat dengan harga lima ribu rupiah per kilogramnya. Ini belum bisa

dipasarkan ke pasaran karena masih belum memiliki standar nasionalnya jadi

harus menunggu hal itu.

Foto. 23: Kompos yang diolah

(60)

Foto. 24: Kompos hasil olahan

(61)

Foto. 25: Mesin Pembuat Kompos

Sumber: dokumentasi penulis

Selain pupuk kompos,Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang

Belawan Medan juga menghasilkan beberapa produk hasil kerajinan daur ulang

sampah yang tentunya bernilai ekonomis. Sebelumnya nasabah menjual barang

barang bekassnya ke Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan

Medan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pihak Rumah Kompos dan Bank

Sampah Sicanang Belawan Medan. barang barang tersebut ditimbang lalu di

hitung jumlahnya dan dikonversikan ke rupiah dan dicatat ke dalam buku

tabungan nasabah.

Foto. 26: Daftar harga barang bekas

(62)

Sampah – sampah yang masuk ke Rumah Kompos dan Bank Sampah

Induk Sicanang selanjutnya dilakukan kegiatan pemilahan sampah. Kegiatan

pemilahan sampah dilakukan berdasarkan jenis sampah seperti kertas, kardus,

botol plastik, plastik kresek, tembaga, aluminium, kaleng makanan dan kaleng

minuman, dan sebagainya. Semuanya harus dipisahkan agar mempermudahkan

proses selanjutnya. Kemudian, barang barang sampah yang dapat di olah kembali

dijual ke pabrik-pabrik yang telah menjalin kerja sama dengan pihak Rumah

Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang. Untuk jenis sampah yag terbuat dari

plastik dibawa ke pabrik milik seseorang khusus bagian penggilingan. Untuk jenis

besi di bawa ke pabrik Ground Sumatera yang berada di sekitar kawasan mabar

Belawan Medan.

Mengenai masalah harga jual barang disesuaikan dengan harga di pabrik

tempat menerima barang-barang sampah tersebut. Jika dalam keadaan hari raya

besar, maka harga jual barang menurun sesuai dengan permintaan pabrik. Dengan

begitu, maka pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang segera

memberitahukan kepada nasabahnya supaya jelas mengenai harga-harga jual

barang-barang sampah tersebut. Jumlah barang-barang sampah yang dijual oleh

pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang sebulan sekali karena

menunggu jumlah setoran dari nasabah. Jumlah sampah yang disetorkan untuk

dijual ke pabrik sebanyak dua (2) sampai tiga (3) ton per bulannya tergantung

penyetoran sampah oleh nasabah itu sendiri. Barang – barang tersebut diantar

langsung oleh Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang ke

(63)

Induk Sicanang sebelumnya. Tapi kalau pabrik penggilingan mereka yang datang

Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang untuk mengambil barang –

barang sampah.

Foto. 27: Barang sampah dari nasabah

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai indikator teknikal dan pola teknikal, secara jangka pendek IHSG berada dalam tren pembalikan arah dari uptrend menjadi downtrend.. Beberapa hari ke depan

Berdasarkan penjelasan di atas sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan menarik minat belajar siswa kelas IV, tidak hanya dengan menghafal namun

Media Nusantara Citra (MNC), for a strategic partnership in supplying satellite, network, telecommunication services, infrastructure, multimedia content, TV

Berdasarkan hasil audit laporan keuangan pemerintah dimana di Provinsi Bali hanya Kota Denpasar yang pada tahun 2012, 2013 dan 2014 secara berturut- turut memperoleh opini Wajar

independent lebih tinggi dari pada hasil belajar Fisika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent , (3) terdapat interaksi antara umpan balik evaluasi

Pada fraktur femur akan mengalami gangguan konsep diri karena terjadi perubahan cara berjalan akibat kecelakaan yang menyebabkan patah tulang dan klien takut

pemaham yang sangat jelek terhadap konsep kepahlawanan.. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut;. berdasarkan hasil analisa data di atas,

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Novandri SN (2010) yang menunjukkan bahwa variabel kualitas produk mempunyai pengaruh