BAB III
KEBIJAKAN DAN PROGRAM MEDANPEMERINTAH TERHADAP
PERSAMPAHAN DI KOTA
3.1. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan
Pemerintah Kota Medan dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kebersihan
Kota Medan telah banyak melakukan upaya dalam mengatasi jumlah sampah ada
yang ada di kota Medan. Baru baru saja Pemerintah Kota Medan menerbitkan
suatu Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan Sampah yaitu Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan. Mengenai
PERDA Tentang Pengelolaan Persampahan baru dua daerah di Indonesia yang
memilikinya yakni Kota Medan dan Bandung. Mengenai isi dan ketentuan dalam
PERDA tersebut sesuai dengan Pemerintah Kota masing-masing.
“Saya rasa baru hanya dualah di Indonesia mempunyai perda pengelolaan persampahan.”Pak Zulham salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan
Di dalam Perda Tentang Pengelolaan Persampahan itu tersirat tanggung
jawab dari pemerintah kota dalam menjaga keindahan dan kebersihan wilahnya.
Bahkan dari lebaran pertama Perda itu dituliskan bahwa untuk mewujudkan Kota
Medan yang bersih serta bebas dari sampah, perlu usaha untuk merubah perilaku
masyarakat dalam bentuk kesadaran dalam menjaga lingkungan. Memang
sampah namun hal itu butuh proses karena tidak semudah yang diharapkan. Oleh
karena itu, pihak dari Dinas Kebersihan Kota Medan juga banyak melakukan guna
menekan jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
Ayat 1 dalam PERDA Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Pengolaan Sampah
Pasal 32 berbunyi:”
1. Setiap orang atau badan dilarang:
a. Membuang sampah sembarangan,
b. Menyelenggarakan pengelolaan persampahan tanpa seijin Walikota; dan
c. Menimbun sampah atau pemanfaatan daur ulang sampah dan/ atau
pemanfaatan kembali sampah yang berakibat kerusakan lingkungan.
Kemudian Pasal 35 Bab XVI Ketentuan Pidana:”
1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda
paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
2. Setiap badan yang melanggar ketentuan sebagaiman dimaksud dalam pasal 32
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
“Kita sudah punya Perda mengenai sanksinya. Dikenakan hukuman dan dikenakan denda. Setelah setahun masa perkenalan habis di November nanti. Setelah itu akan ada penindakan yang dilakukan oleh Satpol PP polisinya Walikota.” Pak Zulham salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan.
Sanksi yang diatas merupakan bentuk tindak tegas dari Pemerintah Kota
terbilang jumlah yang cukup besar. Namun untuk pelaksanaan dari sanksi tersebut
masih tahap sosialisasi dari Dinas Kebersihan Kota Medan kepada masyarakat
hingga bulan November nanti. Jadi saat ini masyarakat masih diberi kesempatan
untuk memperbaiki diri dalam mengelola sampah sebab setelah bulan November
nanti aturan dan sanksi tersebut akan berjalan dan akan melakukan tindak lanjut
terhadap siapa saja yang melanggar aturan yang telah ditetapkan dan dikenakan
denda sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
“Selain itu, Pemko Medan dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Medan juga melakukan upaya lain yaitu mengangkut sampah di kota medan dan membuang ke TPA dan kita timbun. Banyak juga perusahaan yang menginginkan kerja sama dalam pengelolaan sampah. Salah satunya PT Arwa Abadi tapi sampai sekarang realisasinya belum ada sampai sekarang. Dan ini ada lagi investor dari Korea tapi secara resmi belum ada mereka masukkan. Mereka akan membuat sampah Kota Medan ini menjadi listrik. Mereka membutuhkan sampah sebanyak 2.500 ton/hari. Sementara kita hanyan 1.500-1.800 ton/ hari masing masing punya kekurangan dan untuk menutupinya diambil sampah dari daerah yang lain dan sampah sampah yang ada di TPA Namobintang. Itulah salah satu program yang sedang berjalan” Pak Zulham, salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan.
Selain itu, didirikan juga Bank Sampah sebagai salah satu upaya
mengurangi jumlah sampah. Di Kota Medan sendiri ada beberapa bank sampah
yaitu Bank Sampah yang berada di Sicanang Belawan dan Bank Sampah Mutiara
Medan. Tetapi dalam pelaksanaannya Bank Ssampah juga ada di setiap kecamatan
di Kota Medan tetapi itu binaan dari Badan Lingkungan Hidup Kota Medan.
Adanya dua pembentukan Bank Sampah ini didasarkan beda kepemimpinan tetapi
tetap satu tujuan untuk mengurangi jumlah sampah di Kota Medan. Pak Zulham
akan dilebur Ke Badan Lingkungan Hidup agar dapat bekerja sama dalam
mengurangi jumlah sampah di Kota Medan.
Kemudian dari pihak Dinas Kebersihan Kota Mdan juga melakukan
sosialisasi kepada masyarakat setiap harinya dengan cara berkeliling ke
tengah-tengah masyarakat.
“Sosialisasi kami tiap hari keliling kepada masyarakat. Janganlah buang sampah sembarangan, bayarlah restribusi sampah.” Pak Zulham salah satu staf Kepala Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan
3.2. Kebijakan Bank Sampah Medan
Bank Sampah Medan seperti Bank Sampah Mutiara dan Rumah Kompos
dan Bank Sampah Induk Sicanang juga memiliki kebijakan dalam menjalankan
tugas dan kinerjanya. Kebijakan merupakan salah satu dasar yang akan dijadikan
untuk melaksanakan programnya. Dimana kebijakan Bank Sampah Medan yakni
setiap masyarakat harus memilah sampah rumah tangganya sendiri. Jadi proses
pemilahan sampah itu dimulai dari rumahnya dan di sesuaikan berdasarkan
jenisnya seperti sampah organik dan sampah anorganik. Seperti sampah anorganik
tentu membutuhkan proses lanjutannya untuk mengolahnya, maka itu masyarakat
diharapkan untuk dapat mengolah sampah itu dengan baik.
Hadirnya Bank Sampah Medan, merupakan sebagai wadah untuk
mengolah sampah-sampah anorganik atau sulit terurai oleh lingkungan dan
membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sebab hal itu dapat mencemari
Bank Sampah Medan merupakan langkah awal untuk mengolah sampah rumah
tangganya sendiri. Sampah tersebut dipilah atau dipisahkan dan apabila barang
tersebut memiliki nilai ekonomis tentu dapt dijual dan menghasilkan pendapatan
tentunya.Dari kebijakan Bank Sampah Medan itu memberikan pemahaman
kepada masyarakat untuk mengolah sampahnya sebab jika diolah dengan baik
tentu akan menghasilkan keuntungan tersendiri jika memang ada barang-barang
dari sampah tersebut dapat dijual ke Bank Sampah untuk dibuat menjadi bahan
kerajinan tangan dari daur ulang sampah. Kebijakan Bank Sampah Ini merupakan
sebagai konsep pengolahan sampah yang mana sampah tersebut diolah atau
dipilih dari rumah kemudian di daur ulang jika dapat dimanfaatkan kembali atau
yang biasa dikenal 3 R yaitu: Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali). dan Recycle (mendaur ulang). Itulah yang menjadi kebijakan dari Bank Sampah
Medan untuk mengurangi sampah melalui kebijakan di atas tadi.
Kemudian, Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamatkan
perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu
dari paradigma kumpul-angkut-buang menjadi pengolahan sampah yang bertumpu
pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Jadi kebijakan dari Bank
Sampah yang mengharuskan masyarakat untuk memilah sampahnya langsung dari
rumahnya untuk memberikan pengetahuan atau paradigma baru bahwa sampah
tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan kembali sesuai dengan keadaan barang
tersebut dan dapat memberikan ancaman bagi kehidupan manusia jika tidak
masing-masing maka barang-barang tersebut dapat dijual ke Bank Sampah yang
nantinya akan ditimbang, dan dikonversikan ke dalam rupiah. Hasil penjualan
tersebut dapat disimpan ke Bank Sampah tersebut sebagai salah satu program
Bank Sampah untuk menabung uang serta meningkatkan penghasilan atau diambil
lansung pun dapat pada saat penjualan barang tersebut. Dengan begitu, kesadaran
masyarakat mulai ada untuk menjaga kebersihan lingkungan khusunya membuang
sampah pada tempatnya dan memanfaatkan kembali yang masih dapat digunakan.
“Kebijakan kami ya menyuruh masyarakat memilah sampahnya dari rumahnya setelah itu di jual” (Suniati, 48 tahun)
3.3. ProgramBank Sampah Medan
3.2.1.Bank Sampah Mutiara Medan
Bank Sampah Mutiara Medan tentu tidak berdiri tanpa adanya suatu
program dan kebijakan yang akan digunakan di tengah-tengah masyarakat.
Program tersebut menandakan bentuk kinerja dari Bank Sampah Mutiara Medan
bagaimana untuk mengelola sampah serta memberikan pemahaman kepada
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri. Adapun beberapa
program dan kebijakan dari Bank Sampah Mutiara Medan diantaranya:
1. Redukasi pengolahan dan pengelolaan sampah kepada masyarakat.
2. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui valuasi sampah.
3. Gerakan budaya sehat, bersih, dan nyaman.
4. Laporan pertanggung jawaban kepada nasabah dan masyarakat.
6. Menjalin kemitraan dengan instansi atau lembaga terkait.
Selain itu, menurut Pak Efendi Agus (Pembina Bank Sampah Mutiara
Medan) ada beberapa program dari Bank Sampah Mutiara Medan diantaranya:
1. Pendidikan lingkungan hidup diberikan kepada anak-anak sekolah, ibu-ibu
rumah tangga disajikan dalam bentuk ceramah dan makalah sehingga mereka
dapat mengimplementasikan dari pengetahuan itu. Pelatihan bagi anak-anak
yang datang rombongan baik dari sekolah, universitas, bahkan dari negara
Thailand. Mereka diberikan pengetahuan dan keterampilan mendaur ulang
sampah.
2. Program Kebersihan lingkungan. Dari sampah organik masyarakat dilatih
untuk membuat pupuk kompos dan digunakan untuk tanaman sendiri atau
dijual di toko bunga.
3. Program Ekonomi untuk meningkatkan penghasilan masyarakat dalam
membuat produk dari daur ulang sampah.
”Tidak ada rutinitas untuk produk-produk cepat di jual karena tergantung pesanan”(Efendi, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
3.2.2.Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan
Untuk menarik minat masyarakat lebih lanjut tertarik memilah
sampah dan menabung sampah maka Rumah Kompos dan Bank Sampah
Sicanang Belawan Medan mengembangkan sebuah inovasi program berlokasi di
(1). Kursus Berbahasa Inggris Berbayar Sampah.
Program ini dikembangkan sejak Oktober 2015. Kursus dibuka mulai
pukul 08.30 WIB s/d pukul 17.00WIB. Siswa membayar dalam bentuk sampah
senilai Rp. 5.000,00 setiap bulannya kepada bank sampah unit yang terdekat di
tempat tinggal, lalu kepala bank sampah unit akan menyetor kepada pengelola
kursus. 12Pengajar dalam kursus bahasa Inggris ini didatangkan dari kalangan
mahasiswa S-1 dari Medan yang merupakan kenalan / teman dari pimpinan
Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang dan juga dari masyarakat
sekitar yang memang berprofesi sebagai guru les. Para pengajar tersebut dibayar
sesuai dengan kesepakatan dengan pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah
Sicanang mengenai besaran gaji yang diterima per bulannya dan dihitung per jam
sesuai jadwal. Jadwal les tersebut dimulai senin hingga sabtu mulai dari pagi
hingga siang dan telah berjalan selama kurang lebih setahun. Mengenai jumlah
peserta yang mengikuti kursus bahasa Inggris sampai saat ini berjumlah 80 orang.
Pelaksanaan kursus bahasa Inggris dilaksanakan di sebuah gedung yang telah
disediakan oleh pihak kelurahan Belawan Sicanang.
“Kita khususnya les bahasa Inggrisnya berbasiskan sampah dan dibayar per bulannya dikenakan sebesar lima ribu rupiah dengan bayaran sampah . Mereka setor sampah seharga lima ribu rupiah” (Bu Paini, salah satu pengurus Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang)
12
(2). Klinik Kesehatan Sampah.
Klinik Kesehatan Sampah beroperasi sejak awal Oktober 2015
bekerjasama dengan Yayasan Heartindo dan Yayasan Unilever Indonesia. Dengan
membayar asuransi senilai Rp. 5.000,00 dalam bentuk sampah setiap bulannya
maka para nasabah bisa menikmati layanan pemeriksaan kesehatan umum,
pemeriksaan kolestrol, asam urat, dan gula darah serta konsultasi gizi. Prosesnya
sama dengan kegiatan kursus bahasa Inggris dimana pembayarannya
menggunakan sampah yang seharga lima ribu rupiah. Jadwal berobat
dilaksanakan hanya sebulan sekali dan ditangani oleh dokter spesialis seperti
bagian kulit, penyakit dalam manusia dan umum, atau tenaga paramedis yang
berkompeten di bidangnya. Klinik kesehatan ini pihak Bank Sampah Sicanang
melakukan kerja sama dengan pihak Unilever dalam hal memberikan bantuan
dana seperti penyediaan obat-obatan sementara untuk tenaga paramedis
didatangkan dari Heratindo sebuah yayasan yang memberikan bantuan seperti
penyediaan tenaga paramedis. Untuk tenaga paramedis tersebut dibayar dari hasil
penjualan sampah yang dibawa oleh masyarakat yang ingin berobat. Sebelum
klinik kesehatan dimulai, terlebih dulu dilaksanakan senam pagi yang hanya
dilakukan bersamaan saat diadakannya klinik kesehatan dan instruktur senamnya
(3). Koperasi Sembako Sampah.
Program ini merupakan penukaran voucher tabungan dengan berbagai
keperluan rumah tangga yang tersedia di Rumah Kompos dan Bank Sampah
Sicanang Belawan Medan.
“Programnya ada daur ulangnya, trus ada ada penghijauan seperti pohon cabe, mangga, mangrove/bakau”(Suryani Tanjung,staf Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan)
Selain dari program itu, Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang
Belawan Medan juga mengelola beberapa jenis tabungan untuk masyarakat yaitu:
1. Tabungan konvensional.
2. Tabungan pendidikan untuk membayar uang sekolah.
3. Tabungan kursus bahasa Inggris.
4. Tabungan kesehatan dan BPJS.
5. Tabungan sembako.
6. Tabungan kurban.
7. Tabungan untuk perayaan hari raya besar keagamaan seperti natal atau lebaran.
Dan juga kepada nasabah yang menjual barang bekasnya ke Rumah
Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang di atas 20 kg akan mendapatkan
hadiah berupa sebuah sabun mandi. Guna itu untuk menarik perhatian masyarakat
supaya mau bergabung ke Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang
dengan catatan tidak berlaku untuk kelipatan selanjutnya,
3.4. Kegiatan Bank Sampah Medan
Setiap Bank Sampah yang ada di Kota Medan memiliki beberapa kegiatan
yang gunanya selain untuk menarik perhatian masyarakat dan juga untuk
mensosialisasikan beberapa program yang ada di Rumah Kompos dan Bank
Sampah Induk Sicanang Medan. Di Bank Sampah Mutiara Medan kegiatannya itu
meliputi: sosialisasi kepada masyarakat baik dengan cara menyebarkan brosur
ataupun datang ke rumah masyarakat setempat. Bukan hanya masyarakat setempat
saja, melainkan ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan dengan Bank
Sampah Mutiara Medan. Selain itu, Bank Sampah Mutiara Medan juga
melakukan pengambilan sampah ke rumah masyarakat yang menjadi nasabah
Bank Sampah Mutiara Medan. Bank Sampah Mutiara Medan juga sering
melakukan kegiatan seperti pelatihan pembuatan kompos dan kerajinan tangan
dari daur ulang sampah kepada pengunjung yang datang mengunjungi Bank
Sampah Mutiara Medan terlebih khususnya dari para anak-anak sekolah.
Hampir sama kegiatan Bank Sampah Mutiara Medan dengan Rumah
Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang Medan. Di Rumah Kompos dan Bank
Sampah Induk Sicanang Medan juga melakukan kegiatan seperti sosialisasi
kepada masyarakat mengenai apa itu bank sampah dan cara mengolah sampah
rumah tangganya dengan baik. Pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk
Sicanang Medan juga memberikan pelatihan kepada ibu rumah tangga kompos
dalam skala rumah tangga yang nantinya bisa di jual di Rumah Kompos dan Bank
bersama masyarakat, penyuluhan-penyuluhan dengan mengundang masyarakat
untuk hadir langsung ke Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang
Medan. Mereka juga mengambil sampah yang telah dipilah oleh masyarakat ke
rumahnya masing-masing, serta pernah mengadakan kegiatan kursus bahasa
Inggris kepada masyarakat dengan cara pembayarannya menggunakan sampah
yang bernilai lima ribu rupiah jika di tukar dalam bentuk rupiah.
“Oh banyak sekali ya kayak kompos ini dibuat kompos skala rumah tangga dikasih bibit dikasih keranjang kami kasih pengarahan. Jadi sampah sisa makanan orang itu bisa ditarokkannya ke dalam keranjang yang berisi kompos. Jadi ikutlah orang itu membikin kompos.ada daur ulangya menambah incomenya mereka. Ada les dibayar dengan sampah, berobat dibayar dengan sampah” (Suniyati, 48 tahun)
3.5.Tingkat Kelurahan
Di tingkat kelurahan juga dilakukan berbagai upaya untuk dapat mengatasi
serta mengurangi jumlah sampah. Dimana pihak dari Kelurahan Binjai memiliki
beberapa program yang saat ini masih berjalan untuk masyarakat seperti Kegiatan
Gotong Royong.
Gotong Royong dilaksanakan secara rutin setiap hari sabtu dan hari
minggu yang lokasinya berpindah-pindah disetiap lingkungan, dan apabila
dilaksanakan gotong royong massal.
Kegitan gotong royong yang dilakukan sbb:
1. Membersihkan Sampah
2. Pengorekan Parit
4. Pemotongan Pohon Ribun
“Kita itulah gotong royong setiap sabtu dan minggu mengatasi sampah di wilayah kita ini. Dilaksanakan secara bergilir. Sudah kewajiban melakukan itu”(Sulham Lubis, Sekretaris Kelurahan Binjai)
Selain dari program yang telah dibuat oleh pihak Kelurahan Binjai, mereka
juga menyediakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang berada di sekitar
wilayah Kelurahan Binjai yang beralamat Jalan Menteng II Gang DeliKli.
Selain adanya kegiatan gotong royong juga dilakukan sosialisasi dan
himbauan. Selain ada kegiatan gotong royong yang diadakan oleh pihak kelurahan
pada setiap hari sabtu dan minggu, ada juga salah satu kegiatan yang sekaligus
upaya dari pihak kelurahan yaitu sosialisasi kepada masyarakat mengenai
bagaimana cara mengolah sampah yang baik. Sosialisasi ini juga
mempublikasikan manfaat dari menabung sampah di Bank Sampah Mutiara
Sosialisasi sangat penting untuk dilakukan untuk dapat langsung
memberikan pemahaman mengelola sampah kepada masyarakat. Dengan
sosialisasi tentu akan diketahui bagaimana pola pikir masyarakat dalam mengelola
sampah sebelumnya.
“Memantau, menindak dan juga memberikan solusi kepada masyarakat supaya membuang sampah itu pada tempatnya. Kemudian kami juga solusikan jam-jam berapa sampahnya keluar. Sudah dikasih edaran. Sanksi tidak ada hanya sebatas teguran saja dan mengingatkan”(Pak Hutasoit, Kepling XII)
3.6.Keinginan Masyarakat
Masyarakat juga memiliki harapan ataupun keinginan supaya
lingkungannya bersih dan bebas dari sampah. Kesadaran masyarakat dan pola
pikir yang harus diubah untuk dapat mengelola sampah dengan baik. Masyarakat
juga berharap supaya pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah
seperti bak sampah serta uang restribusi sampah. Masyarakat juga mengatakan
uang restribusi yang menyebabkan masyarakat malas dan tidak mau sampahnya
diangkut oleh petugas sampah. Masyarakat pun memilih cara yang praktis dengan
membuang sampah sembarangan tanpa memperdulikan dampak yang
ditimbulkannya.
“Kesadaran masyarakatnya yang penting dan sistem dari Bank Sampah
“Harapannya lebih bersih lagilah kedepannya.”(Dahlia, 56 tahun)
“Masyarakatnyalah harus ada kesadarannya. Kalau gag ada kesadaran ya mau macam mana.” (Hotma Harahap, 60 tahun)
“Harapannya kalau bisa lebih bagus lagilah.termasuk keranjang sampahnya dan maunya setiap masyarakat dapat satu-satu harusnya”(Fitriani, 29 tahun)
3.6.1.Keinginan dari Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Kebersihan
Kota Medan
Untuk menciptakan suasana kota Medan yang bersih dan bebas dari
sampah banyak pihak yang mengharapkan hal seperti itu dan bahkan sudah diatur
dalam suatu Perda tentang Pengelolaan Sampah. Begitu juga dengan pemerintah
Kota Medan dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Medan masyarakat ikut aturan
dalam membuang sampah dan dibuang pada jam-jam yang telah ditentukan oleh
petugas sampah. Kemudian membayar restribusi sampah tepat waktunya. Dan
juga kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah belum kurang perduli
dengan masalah sampah diharapkan dapat berubah menjadi lebih baik lagi.
3.6.2.Keinginan dari Kelurahan
Ternyata, dari pihak kelurahan juga memiliki harapan untuk
masyarakatnya supaya mau mengelola sampah rumah tangganya dengan baik.
sampah supaya sampah mereka diangkut oleh petugas sampah. Selain itu
masyarakat juga diajak untuk dapat mendaur ulang sampahnya dengan cara
dipilah menurut jenisnya dan dijual ataupun disetorkan kepada pihak Bank
Sampah Mutiara Medan.
“Harapannya supaya apa sadarlah masyarakat itu supaya lingkungan kita itu makin lama makin bersih dan bermanfaat. Bersih pun kita penyakit pun gag ada. Jorok pun kita penyakit pun makin banyak. Dan juga masyarakat diharapkan untuk tetap waktu untuk membayar uang sampahnya supaya dapat langsung segera diangkut oleh petugas sampahnya” (Sulham Lubis, Sekretaris Kelurahan Binjai)
3.6.3.Keinginan Pihak Bank Sampah Mutiara Medan dan Rumah Kompos
dan Bank Sampah Induk Sicanang
Sebagai wadah ataupun tempat mendaur ulang sampah, pihak Bank
Sampah Mutiara Medan juga memiliki harapan demi tercapai program yang
mereka kerjakan selama ini. Memang program yang saat ini pihak Bank Sampah
Mutiara Medan dan Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang jalankan,
banyak kendala yang dihadapai salah satunya respon masyarakat yang kurang
terbuka kepada pihak Bank Sampah Mutiara Medan. Walaupun begitu, pihak
Bank Sampah Mutiara Medan tetap melakukan tugasnya dalam mengurangi
jumlah sampah serta memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai cara
mengelola sampah yang benar.
partisipasinya akan penuh. Misalnya Dinas Kebersihan bersama-sama dengan bank sampah mensosialisasikan program bank sampah ini kepada masyarakat. Kemudian melengkapi fasilitas-fasilitas bank sampah ini. Harapan kami juga agar menjadi objek wisata bagi orang-orang luar kemari. Trus adanya alokasi dana dari pemerintah tentang dana sosialisasi, biaya rutinitas.” (Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
“Harapan saya cuman saja memang payah unutk menyadarkan kita kita ini supaya bergiat untuk mengolah sampahnya. Ini karena pasang. Kalau terjadi pasang maka sampah-sampahnya berserakan ke jalan-jalan dan juga supaya masyarakatnya lebih sadar lagi mengolah sampahnya.”(Suniati, 48 tahun)
“Kalau bisa ya kan sampah sampah gag ada lagi di kemudian hari. Tapi itu tergantung individunya masing-masing. Dan masyarakatnya menjaga kebersihan lingkungannya.”(Bang Hutagalung)
3.7.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Jumlah Sampah
3.7.1. Kesadaran Masyarakat
Salah satu faktor penting dari meningkatnya jumlah sampah saat ini
dikarenakan kesadaran masyarakat yang rendah dalam menjaga kebersihan dan
mengelola sampah rumah tangganya sendiri. Masyarakat pada umumnya ingin
yang praktis saja yaitu dengan cara membuang begitu saja tanpa memikirkan
dampak yang dia lakukan. Banyak cara yang dilakukan supaya masyarakat
memiliki kesadaran untuk dapat mengelola sampah rumah tangganya sendirinya
khususnya melalui bank sampah. Bank Sampah Mutiara Medan didirikan guna
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara mengelola
sampah yang benar supaya tidak merusak keseimbangan ekosistem lingkungan
sekitar. Walaupun begitu, partisipasi masyarakat untuk bergabung menjadi
nasabah Bank Sampah Mutiara Medan tidak banyak malah masyarakat kurang
“Kesadaran masyarakat itu belum ada, belum mengerti akan sampah ini” (Sulham Lubis, Sekretaris Kelurahan Binjai)
“Mungkin masyarakatnya kurang perduli atau gag mau atau pihak bank sampahnya yang kurang pendekatan. Mungkin masyarakat ingin yang praktis saja. Pola pikir masyarakat yang belum berubah” (Pak Hary, Kepling XVIII)
“Bagus orangnya tu main buang aja kan simpel. Trus karena mungkin bayar uang sampah makanya malas masyarakatnya membuang sampahnya” ( Nasibah, 36 tahun)
“Manusianyalah yang kurang kesadaran membuang sampah” (Natiyem, 60 tahun)
Foto. 1: Sampah yang dibuang di bangunan mesjid yang belum selesai
pembangunannya
Foto. 2: Sampah di pinggir jalan
Foto. 3: Sampah di lahan yang kosong
Sumber: dokumentasi penulis
Foto. 4: Sampah dipinggiran selokan air
Beberapa Foto di atas menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam
mengelola sampahnya serta menjaga kebersihan lingkungan masih rendah sekali.
Hal ini terjadi dikarenakan pengetahuan akan sampah masih kurang dan perlu
mendapatkan pemahaman yang baik. Beberapa dari informan penulis mengatakan
bahwa masyarakat di sini memanfaatkan untuk membuang sampahnya sendiri.
Mereka tidak membuang sampahnya pada tempatnya melainkan ke lahan atau
tanah yang kosong.
“Kan itu disini maksudnya pantang kalau ada lokasi yang kosong gitu trus dimanfaatkan buang sampah” (Bu Natiyem, 60 tahun)
Foto. 5: Sampah yang dibuang di sebuah bangunan mesjid yang belum
selesai
Foto. 6: Sampah di lahan yang kosong
Sumber: dokumentasi penulis
“Ini tengok itu seharusnya mau dibangun masjid tapi karna gag dibangun-bangun jadi tempat sampah itu. Bangkai tikus, sisa-sisa ikan dibuang jadi bau. Jadi tempat sampah itu” ( Nasibah, 36 tahun)
Sampah-sampah yang ada di sekitaran tersebut, informan penulis juga
mengatakan kalau sampah-sampah tersebut juga berasal dari sampah-sampah
masyarakat lain yang secara kebetulan lewat dari wilayah itu dan membuangkan
sampahnya ke tempat di situ dan ada juga masyarakat yang membuangnya pada
saat subuh sehingga tidak terlihat oleh masyarakat yang lain. Memang sampah
tersebut dibuang saat mengendarai kendaraan sehingga masyarakat sekitar
tersebut tidak mengenalnya ataupun menegurnya.
Tak jauh berbeda dengan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk
Sicanang. Memang kalau dilihat dari kinerjanya, informan penulis mengatakan
sampah yang dulunya banyak berserakan dan tidak ada yang membersihkannya
kini sekarang sudah mulai bersih walaupun belum semuanya. Meski begitu, tetap
saja kesadaran masyarakat yang sangat utama dalam mengurangi sampah
walaupun kinerja dari Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang sudah terlihat
sedikit baik.
“Kalau aku bilang ya gag disiplin dia. Soalnya sudah dikasih tau sampah bisa jadi duit.”(Hotma Harahap, 60 tahun)
“Kurang pengetahuan dan pengalaman mereka untuk mengelola sampahnya sendiri.”(Suniati, 48 tahun)
Foto. 7: Sampah di saluran air, Sicanang
Foto. 8: Sampah yang di dekat permukiman penduduk
Sumber: dokumentasi penulis
Foto. 9: Sampah di dekat kawasan laut, Sicanang
3.7.2. Kurangnya Fasilitas Tempat Sampah
Selain dari kesadaran masyarakat, penyediaan fasilitas tempat sampah
menjadi hal yang sangat penting juga. Sebab dengan adanya tempat pembuangan
sampah tentu ini membantu masyarakat untuk mengumpulkan sampahnya dan
diangkut oleh petugas sampah dan ini dapat mengurangi sampah yang terbuang ke
jalanan dan berserakan lainnya.
Di Kelurahan Binjai ini, informan penulis mengatakan bahwa tempat
sampah masih terbatas disediakan. Jadi masyarakat mengumpulkan sampahnya
menggunakan tempatnya sendiri. Penulis pun mengamati kalau tempat sampah
yang biasanya diletakkan di depan gang ataupun dipinggir jalan belum ada
sehingga sampah masyarakat diletakkan dipinggir jalan di depan rumah mereka
masing-masing. Kemudian kendaraan pengangkut sampah yang masih terbatas. Di
kelurahan ini, sampah masyarakat diangkut oleh becak sampah yang tentu muatan
sampahnya lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan sampah tidak dapat terangkut
semua oleh petugas sampah.
“Salah satunya mungkin setiap 1 km tarok tempat sampah. Setiap hari ada truk sampah itu yang ngangkut itu. di sini memang gag ada tempat sampahnya. Becak yang ngangkut bukan truk. Becak itu lewat ajalah kalau udah penuh. Tunggu besoklah diangkat. Nunggu besok dah sempat berulatlah Itupun dah penuh kadang-kadang sampahnya jatuh. Truk itu da tapi jarang masuknya” (Nasibah, 36 tahun)
Masyarakat yang berada di sekitaran Rumah Kompos dan Bank Sampah
Induk Sicanang, juga merasakan hal yang sama juga. Fasilitas sampah seperti
Selain itu, tidak semua masyarakat mendapatkan keranjang sampah dan terpaksa
harus berbagi dengan tempat keranjang milik tetangganya masing-masing.
“Maunya keranjang sampahnya lebih bagus lagi dan harusnya tiap satu-satu(rumah tangga) dapat.”(Fitriani, 29 tahun)
3.7.3. Restribusi Sampah
Faktor lain yaitu masalah uang restribusi sampah kepada petugas sampah.
Untuk berlangganan masyarakat dipungut biaya sebesar Rp. 10.000, hingga Rp.
30.000 per bulan. Petugas sampah datang mengambil sampah dua atau tiga kali
sehari dengan menggunakan becak sampah.
“ Dikutip per bulan 20 ribu. Udah murah itu. Gag nyampek seribu per hari. Daripada kita membuang sendiri kan bingung mau membuang kemana asal dibuang dimarahin orang” (Bu Ana)
“Kena 20 ribu per bulan uang sampahnya. Dikumpulin dalam goni ntar dituangkan petugas sampahnya ke tempat becaknya” (Bu Natiyem, 60) “Mungkin karena bayar uang sampah makanya masyarakat jadi malas mengelola sampahnya. Uang sampah nya 25-30 ribu” (Nasibah, 36 tahun)
“Kami tukang sampah yang ngambil dua hari sekali. Dikenakan uang sampah. Liat anunya, jika banyak sampahnya 15 ribu. Tadinya rata 10 ribu. Memang dia gag minta, kebijaksanaan kita ajanya. bonuslah” (Pak Sijabat, 60 tahun)
Memang ada juga masyarakat setuju dengan restribusi sampah yang
ditetapkan dan ada juga yang kurang setuju dikarenakan belum jelasnya tarif
restribusi yang seidealnya yang menyebabkan masyarakat pun bingung untuk
mengelola sampahnya yang pada akhirnya dibakar atau dibiarkan berserakan
Berbeda halnya dengan masyarakat yang berada Rumah Kompos dan
Bank Sampah Induk Sicanang. Masyarakat disana memang sampah
masyarakatnya diangkut oleh petugas. Namun masyarakat belum ada dikuti
mengenai uang atau restribusi sampah. Sebelumnya masyarakat, khusunya
informan penulis pernah diajak rapat untuk membahas uang sampah dan
disepakati sepuluh ribu per bulan dan sampai sekarang masyarakat belum dikenai
uang sampah.
“Belum ada kutip. Memang waktu rapat kami disuruh bayar sepuluh ribu per bulan. Dan gag kebertatan jika dikutip uang sampahnya segitu.”(Dahlia, 56 tahun)
3.7.4.Kurangnya Pengawasan
Adanya pengawasan dari pihak-pihak tertentu dalam memonitoring perilaku masyarakat sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan supaya dapat
menekan jumlah sampah yang berserakan di jalanan. Informan penulis
mengatakan bahwa dari pihak kelurahan ataupun kepling hanya kadang-kadang
saja datang untuk melihat keadaan wilayah dan masyarakatnya disini.
“Tapi kalau gag ada yang datang diam diam aja. ya biasa-biasa aja. Terserah itu mau kotor apa enggak Tapi kalau ada yang datang sibuklah orang bawa cangkul, paranglah masing-masing. Pihak kepling taumya dia. Dari pihak kelurahan gag turun dari mobilnya aja liatnya. Udah gitu aja” (Nasibah, 36 tahun)
Ini perlu dilakukan oleh pihak kelurahan supaya dapat mengontrol perilaku
masyarakat serta di dalam pengawasan yang dilakukan diberikan sesuatu
informasi yang berbentuk himbauan, maupun larangan guna dapat mengatasi
permasalahan sampah serta dapat memberikan cara mengelola sampah dengan
baik. Selain itu, pihak dari Bank Sampah Mutiara Medan dan Rumah Kompos dan
Bank Sampah Induk Sicanang dengan pihak Kelurahan juga dapat bekerja sama
dalam memberikan pengelolahan sampah yang baik kepada masyarakat.
Masyarakat sekitaran Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang juga
mengatakan kalau dari pihak kelurahan juga kurang pendekatan kepada
masyarakat dan jarang untuk memantau keadaan kebersihan daerahnya. Selain itu,
jika ada pejabat yang datang ke wilayah tersebut (Sicanang), maka akan diadakan
kebersihan untuk menyambutnya atau biasa disebut sebagai pencitraan saja untuk
menjaga nama baik seseorang untuk menghindari yang namanya sanksi ataupun
teguran.
3.7.5.Terbatasnya Petugas Kebersihan dan Fasilitas Pendukung
Dari Dinas Kebersihan Kota Medan sendiri pun memiliki hambatan dan
kendala dalam melaksanakan tugasnya yakni terbatasnya para petugas sampah dan
fasilitas-fasilitas lainnya seperti kendaraan sampah. Hal ini tidak sebanding
dengan jumlah penduduk Kota Medan yang berjuta penduduk dengan petugass
sampah yang tidak sampai seperempat dari jumlah penduduk Kota Medan. Belum
menyebabkan pengangkutan sampah belum optimal dalam mengurangi sampah di
Kota Medan.
Dari informasi Pak Zulham mengatakan, bahwa anggaran untuk Dinas
Kebersihan sekurang-kurangnya itu 7 % dari total anggaran yang ada. Tetapi hal
ini justru berbanding terbalik anggaran yang seharusnya seperti itu tidak dirasakan
sepenuhnya. Akibatnya berdampak dari segi pelayanan kepada masyarakat untuk
BAB IV
BANK SAMPAH DI KOTA MEDAN
4.1.Bank Sampah Mutiara Medan
4.1.1.Latar belakang dan Sejarah
Bank Sampah Mutiara Medan adalah sebuah lembaga yang mendukung
upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang mengapresiasi usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera. Bank Sanpah Mutiara Medan yang
terletak di Jalan Pelajar Timur Gg. Kelapa Lr. Gabe, Kelurahan Binjai, Kecamatan
Medan Denai, berawal dari sebuah kepedulian pengelolaan terhadap lingkungan
hidup dan menyadari bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
“Latar belakangnya karena UU Lingkungan Hidup bahwasanya lingkungan hidup bersih dan sehat adalah hak setiap manusia, kemudian UU tentang HAM adalah hak manusia untuk hidup bersih. Di samping itu ada UU tentang sampah” ( Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
Konsep bank sampah adalah salah satu upaya menyadarkan masyarakat
bahwa sampah juga memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga
kita lebih peduli untuk mengelolanya mulai dari pemilahan, pengemposan hingga
menjadikan sampah sebagai barang yang dapat digunakan kembali dan bernilai
tentang pengelolaan sampah, sekaligus memperkuat landasan hukum bagi
penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah.
“Masyarakat khususnya di sekitar sini pada awalnya belum perduli terhadap sampah. Sebagai masyarakat, merasa terpanggil mengajak masyarakat bersama-sama untuk mengelola sampah rumah tangganya dengan baik”( Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
Bank Sampah Mutiara Medan pertama sekali didirikan pada tanggal 12
Mei 2012. Peresmian Bank Sampah Mutiara Medan ini bukan sembarangan sebab
yang meresmikan langsung Bapak Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Kambuaya
dan Walikota Medan, Bapak Rahudman Harahap serta disaksikan oleh masyarakat
sekitar. Bank Sampah Mutiara Medan dibentuk berdasarkan hukum yaitu Surat
Keputusan Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan Nomor 660.2 / 1280 Tentang
Pembentukan Bank Sampah.
Alasan lain dari didirikannya adalah sebagai syarat penilaian kota bersih
pada Piala Adipura. Pada saat penilaian dari pemerintah pusat untuk Piala Adipura
yang pertama sekali yang didatangi adalah Bank Sampah Mutiara Medan. Itu
merupakan salah satu yang harus dipenuhi oleh setiap kepala daerah supaya untuk
mendapatkan Piala Adipura. Kota Medan memang pernah memenangkan Piala
Adipura tetapi dua tahun terakhir Kota Medan tidak mendapatkan Piala Adipura.
Bank Sampah didirikan di atas tanah pribadi milik Bapak Efendi Agus
yang bersebelahan dengan rumahnya. Karena beliau memiliki relasi dengan pihak
Dinas Kebersihan Kota Medan dan Walikota maka pihak Dinas Kebersihan Kota
dibangun di atas tanah milik pribadinya. Tak serta merta pak Efendi menerima
tawaran tersebut maka beliau berunding dengan keluarganya. Sebelumnya Pak
Efendi diberikan kontrak selama lima tahun dimana isi dari kontrak kerja sama
atau MOU tersebut bahwa setelah lima tahun nanti Pak Efendi boleh melanjutkan
atau tidak Bank Sampah Mutiara Medan ini. Demi kota medan supaya bersih dan
memenangkan Piala Adipura, maka keluarga Pak Efendi pun bersedia
memberikan tanahnya untuk dibangun sebuah bank sampah yang bernama Bank
Foto. 10: Plang Bank Sampah Mutiara Medan
Foto. 11: Bank Sampah Mutiara Medan
Sumber: Dokumentasi penulis
Foto. 12: Halaman depan Bank Sampah Mutiara Medan
Bank Sampah Mutiara Medan memiliki visi diantaranya:
1. Menjadi jaringan UKM lingkungan yang menghijaukan kota Meda.
2. Menjadikan kota Medan yang sehat.
3. Menjadi wadah yang solutif, kreatif, dan inovatif dalam mengubah sampah
menjadi berkah.
Misi dari Bank Sampah Mutiara Medan,yaitu:
1. Pengelola sampah hingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
2. Mendirikan bank sampah melalui kemitraan yang sinergi dan menguntungkan.
3. Melahirkan pengusaha Indonesai baru di bidang lingkungan.
4. Menyediakan wadah kreatifitas untuk masyarakat sekitar.
4.1.2.Struktur Organisasi
Penasehat : 1. Wali Kota Medan
2. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan
3. Camat Medan Denai
Penanggung Jawab : Kelurahan Binjai ( Lurah)
Pembina : Drs. Efendi Agus, M.Si
Direktur : Efrida Yanti Siregar
Sekretaris : Ulfa Chairani Harahap
Wakil Sekretaris : Cindy Anzolla Daulay
Bendahara : Wina Arika Efendi
Wakil Bendahara : Siti Khasanah Daulay
Pelayanan : Nuraiah Lubis, Rizky Ramadhani Harahap, Hilman
Luthfi Rangkuti
Kasir : Rizky Eviana Siregar, Nurhannya Nauli Lubis
Keamananan : Ali Hamzah Lubis, Budi Maulana
Humas : Dina Khairani Nasution, Andry Fauzi Siregar
Gudang : Samuel Ganda, M. Hengki Pranata Harahap
Pegawai Bank Sampah Mutiara Medan merupakan pegawai yang telah
ditunjuk dan ditempatkan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan di Bank Sampah
Mutiara Medan untuk mengurusi semua kegiatan operasional di bank sampah
tersebut. Jadi, semua pengurus Bank Sampah Mutiara Medan dikelola oleh
pengurus yang berstatus pegawai honor di bawah naungan Dinas Kebersihan Kota
Medan.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak bank sampah dalam
menjalankan program kerjanya kepada masyarakat. Salah satunya melakukan
1. Membuat himbauan dan bekerja sama dengan lurah supaya masyarakat
menjadi nasabah Bank Sampah Mutiara Medan.
2. Mendatangi kelompok-kelompok masyarakat seperti ibu perwiritan, STM
bagian bapak-bapak.
3. Sosialisasi ke sekolah-sekolah mulai dari tingkatan TK(Taman Kanak-Kanak),
SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah
Menengah Atas), yang berada di lingkungan Kelurahan Binjai dan di
sekitarnya dan membawa brosur tentang bank sampah.
“Program kerjanya ya inilah salah satunya sosialisai keluar ke masyarakat, ke sekolah,ke pameran yang mengundang kita dari UMKM dari kampus dan menjemput sampah dari nasabah” (Ulfa, salah satu staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)
4. Selain itu, pihak Bank Sampah Mutiara Medan juga datang ke rumah warga
secara door to door dan membuat acara di sekolah atau kelurahan.
Di dalam menjalankan programnya melalui sosialisasi, pihak Bank
Sampah Mutiara Medan melakukan hubungan kerja sama dalam menjalankan
programnya kepada masyarakat. Tidak semua di dalam melakukan sosialisasi dari
pihak yang bekerja sama dengan pihak Bank Sampah Mutiara Medan kadang kala
mereka melakukannya sendiri dengan dana seadanya.
Kalau sosialisasi yang dilakukan terhadap masyarakat yang dilakukan
sendiri oleh pihak Bank Sampah Mutiara Medan dengan menggunakan dana
swadaya dari seluruh pegawai Bank Sampah Mutiara Medan. Sementara itu, jika
pihak Bank Sampah Mutiara Medan melakukan sosialisasinya di sekolah maka
itu, pihak Bank Sampah Mutiara Medan juga melakukan kerja sama dengan
Camat dan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dalam melakukan
sosialisasinya tersebut.
4.1.3.Sistem Manajemen Pengolahan Sampah Di Bank Sampah Mutiara
Medan
Bank Sampah Mutiara Medan memiliki tata cara di dalamnya ketika
seseorang yang ingin menabung sampahnya ke Bank Sampah Mutiara Medan.
Seseorang harus mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai nasabah Bank Sampah
Mutiara Medan. Bank Sampah Mutiara Medan menyiapakan administarsi seperti
buku induk, buku rekening nasabah, faktur, dan timbangan serta daftar-daftar
harga barang-barang. Setiap nasabah bank sampah harus membawa buku
tabungan sampah supaya dapat dicatat berapa banyak sampah yang ditimbang.
Tata cara penabungan sampah antara lain:
1. Nasabah membawa sampah kering yang telah dipilah ke bank sampah.
2. Sampah yang telah dipilah akan ditimbang oleh petugas bank samapah.
3. Selanjutnya hasil penimbangan sampah akan ditulis dalam buku
tabungan sampah dan buku induk sampah.
4. Lalu sampah disimpan oleh petugas bank sampah dan nasabah
dipersilahkan pulang.
1. Penabung dapat menjadi anggota penabung sampah di Bank Sampah
Mutiara Medan dengan cukup membawa sampah terpilah.
2. Penabung diwajibkan melakukan pemilahan sampah dari rumah
dengan memasukkan sampah kertas, plastik, botol, kaleng, kaca, besi
dan lain-lain ke dalam kantong plastik tersendiri atau terpisah.
3. Sampah yang akan ditabung dalam kondisi kering, jika terdapat sisa
makanan atau minuman dalam sampah kertas, plastik, botol, kaleng,
kaca, maka harus dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.
4. Dilarang keras menabung seperti pampers, pembalut wanita, alat
kontrasepsi, dan lain-lain.
5. Pelayanan bagi penabung dilaksanakan setiap hari senin hingga jumat
mulai pukul 09.00 pagi - 15.30 sore.
6. Pengambilan uang tabungan minimal setiap tiga bulan sekali.
7. Bagi penabung yang mempunyai putra-putri, maka buku tabungan
diharapkan atas nama putra-putri yang bersangkutan.
8. Ketentuan yang belum ada, akan di atur lebih lanjut.
13
Selain itu, ada juga nasabah yang sampahnya dijemput oleh pegawai
Bank Sampah Mutiara Medan dan mereka membawa timbangan dan buku
tabungan. Mereka menimbang dan mencatat jumlah sampahnya ada yang
langsung diminta uangnya atau disimpan dulu uangnya di bank sampah.
Kemudian nasabah yang datang langsung ke Bank Sampah Mutiara Medan baik
anak-anak sekolah maupun masyarakat, pertama sekali sampahnya dipilah
menurut jenisnya dan dihitung serta dikonversikan ke rupiah. Jika nasabah baru
pertama kali membawa sampah ke Bank Sampah Mutiara Medan nasabah tersebut
tidak bisa mengetahui jumlah harganya tetapi datang kedua kali dia bisa
mengetaui jumlah harganya. Dikarenakan pihak Bank Sampah Mutiara Medan
Foto. 13: Buku Tabungan Bank Sampah Mutiara Medan
Jumlah nasabah yang ada di Bank Sampah Mutiara Medan ada 50 orang
yang terdiri anak-anak sekolah. Hingga sekarang bertambah dari masyarakat
dengan total semuanya 216 nasabah. Sekitar 70% masih aktif dan 30% tidak aktif
lagi. Hal ini dikarenakan jumlah nasabahnya itu didominasi oleh anak – anak
sekolah sehingga ketika nasabah itu tidak sekolah lagi di sekolah tersebut atu
pindah sehingga tidak menabung lagi di Bank Sampah Mutiara Medan.
Selain itu, pihak dari Bank Sampah Mutiara Medan juga memiliki daftar
harga barang yang akan dijual nasabah ke Bank Sampah Mutiara Medan. Harga
barang tersebut disesuaikan dengan permintaan pabrik.
Berikut daftar harga-harga sampah di Bank Sampah Mutiara Medan:
NO JENIS BARANG HARGA/ KG (Rp)
10 Gelas/botol air mineral 3.000,-
11 Botol timbang 100,-
12 Karung putih jumbo 1.000,-
13 Aki 4.000,-
Nb: Harga sampah bersifat fluktuaktif bergantung musim dan permintaaan
pabrik
4.1.4. Jenis Sampah Daur Ulang
Sampah-sampah yang diserahkan oleh nasabah ke Bank Sampah Mutiara
dengan jenisnya oleh pegawai bank sampah. Jenis sampah organik yaitu sampah
yang berasal dari sisa-sisa makanan, tumbuhan, dan cepat membusuk akan dibuat
menjadi pupuk kompos sementara sampah anorganik yaitu sampah yang sulit
terurai seperti plastik, kertas, botol, akan di daur ulang dibuat kerajinan tangan.
“Sampah yang sudah dimasukkan ke dalam bank sampah ini sebagian besar dijual, dan sebagian kecil untuk keperluan kerajinan daur ulang dan itu dimanfaatkan sebagai bahan-bahan kerajinan. Ada produk-roduk kita kurang lebih 10 jenis berasal dari sampah yang disetorkan. Sebagian kecilnya saja”(Pak Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
Adapun jenis sampah anorganik yang bisa di daur ulang dan memilki nilai
ekonomis, seperti:
a. Kertas : buku, majalah, kardus, duplex.
b. Emberan : gelas, botol air, kemasan kosmetik, botol sampo. Botol obat,
ember, mainan, peralataan rumah tangga dari plastik, sikat gigi, stopless.
c. Logam : besi, aluminium, meesin, panci, wajan, payung, jemuran, rak
piring, aki.
d. Alat-alat elektronik : kulkas, mesin cuci, AC, CPU, monitor, Magic Jar atau penanak nasi, setrika, dispenser.
Foto. 14: Sampah anorganik dari nasabah
Sumber: dokumentasi penulis
Foto 15: Sampah anorgaik dari nasabah
Sumber: dokumentasi penulis
Sampah yang disetorkan oleh nasabah tidak setiap hari melainkan
tergantung dari nasabahnya kapan untuk menyetorkan sampahnya ke Bank
Sampah Mutiara Medan. Bank Sampah Mutiara Medan menyetorkan sampahnya
banyak tertumpuk di Bank Sampah Mutiara Medan. Jumlah sampah yang
disetorkan sebanyak 200 kg per bulannya. Sampah tersebut di setorkan ke salah
satu pabrik yang beralamat di Jalan Panglima Denai. Sampah disetorkan langsung
oleh salah satu staf Bank Sampah Mutiara Medan ke pabrik dengan menggunakan
becak viar milik Bank Sampah Mutiara Medan.
“Tergantung nasabahnya. Kapan dia nyetornya”(Kak Ulfa, salah satu pengurus Bank Sampah Mutiara Medan)
4.1.5.Hasil Kerajinan Daur Ulang
Kerajinan daur ulang menggunakan sampah yang anorganik karena dapat
diproses ulang kembali. Sampah nasabah yang ada di Bank Sampah Mutiara
Medan sebagian kecil yang dapat digunakan sebagai bahan kerajinan. “Dari
sebagian kecil sampah yang dapat di daur ulang di kombinasikan dengan benda
atau barang – barang lainnya sebagai pelengkap. Misalnya sebuah botol agar
kelihatan menarik dihiasi dengan benang, pita, cat ataupun sesuatu menarik
sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dari sebelumnya.” (Efendi Agus,
Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
Kerajinan daur ulang yang di buat oleh Bank Sampah Mutiara Medan lebih
dari 10 jenis produk seperti tas laptop, tas infokus, gantungan kunci, dompet,
pembalut kotak tissu, aqua, aksesoris, gelang, kotak pensil, lampu hias, sendal
rumah, kipas, hiasan dinding, dan vas bunga. Semua produk kerajinan daur ulang
tersebut memiliki nilai jual yang berbeda-beda. Harga produk mulai dari Rp.
Pembuatan hasil kerajinan daur ulang sampah dilakukan oleh pegawai Bank
Sampah Mutiara Medan dan juga bantuan nasabahnya. Untuk pegawai Bank
Sampah Mutiara Medan hanya membuat kerajinan daur ulang yang berbentuk
kecil seperti gelang dan gantungan kunci sedangkan produk yang besar seperti tas
laptop, tas infokus itu dikerjakan oleh nasabah Bank Sampah Mutiara Medan.
“Pemasaran hasilnya kalau ada kegiatan kayak buat stand-stand gitulah. Barang-barang disini dibuat dari bantuan dari masyarakat juga misalnya tas laptop in. bapak ini bantuan sama oranglah kayak botol hias inilah , pot.”(Ulfa, salah staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)
“Proses pengerjaannya kalau misalnya rutinitas bagian yang kecil ganttungan kunci, gelang-gelang. Kalau ada pesanan barulah kita buat karena bahan-bahannya sudah kita siapkan.Modalnya masih sedikit.” (Efendi Agus, Pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
Seluruh hasil penjualan produk tersebut masuk dalam laporan yang
diberikan oleh pengelola Bank Sampah Mutiara Medan kepada Dinas Kebersihan
Kota Medan. Laporan ini bertujuan untuk melihat perkembangan Bank Sampah
Mutiara Medan. Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas Kebersihan Kota
Medan setiap bulannya sebagai bentuk pertanggung jawabannya.
Foto. 16: Tas Laptop, Hasil kerajinan daur ulang sampah
Sumber: dokumentasi penulis
Foto 17: Gantungan Kunci, Hasil kerajinan daur ulang sampah
Foto 18: Kipas, Hasil Kerajinan daur ulang sampah
Sumber: dokumentasi penulis
Foto.19: Botol Hias, Hasil kerajinan daur ulang sampah
Setelah dibuat produk dari daur ulang sampah tentu dibutuhkan tempat
untuk menjual hasil produk tersebut. Ini dilakukan sebagai uang pemasukan bagi
Bank Sampah Mutiara Medan. Untuk itu maka pihak Bank Sampah Mutiara
Medan sering mengikuti kegiatan-kegiatan pameran yang mempromosikan hasil
produk daur ulang sampah yang mereka buat sendiri. Kemudian mengikuti
kegiatan pameran di USU dan UNIMED, UMSU, acara ulang tahun fakultas, dan
acara yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup.
“Ada dari USU pameran, walau tidak laku semuanya. Di USU kegiatan ulang tahun, di UNIMED ulang tahun fakultas juga kita diundang. Begitu juga di Badan Lingkungan Hidup dan di UMSU” (Efendi Agus, pembina Bank Sampah Mutiara Medan)
Dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk kegiatan operasional seperti
uang listrik, uang air, dan kegiatan lainnya. Tak jarang para pegawai Bank
Sampah Mutiara Medan menggunakan uang pribadi mereka masing-masing untuk
menutupi biaya operasional tersebut. Selain itu, dana hasil penjualan kerajianan
daur ulang sampah digunakan untuk menutupi uang tabungan nasabah serta untuk
modal membuat kerajinan daur ulang sampah lainnya.
4.16. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Oleh Pihak Bank Sampah
Mutiara Medan
Di dalam menjalankan programnya untuk mengatasi masalah sampah tentu
berjalan dengan sesuai harapan. Beberapa hambatan yang dihadapi pihak Bank
Sampah Mutiara Medan diantaranya:
1. Kesadaran masyarakat masih kurang dalam mengelola sampah rumah
tangganya sendiri. Ini merupakan peran dari bank sampah untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat dalam mengelola sampah.
“Kendalanya kurangnya minat dan partisipasi masyarakat dan hanya ada beberapa oranglah yang masih peduli”(Ulfa, salah staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)
2. Pemerintah belum mendukung peran dari bank sampah. Hal ini terlihat dari
fasilitas yang terdapat di Bank Sampah Mutiara Medan belum memadai.
Penyediaan kendaraan pengangkut sampah pun terbatas haya memiliki satu
becak viar saja yang diberikan oleh Camat Medan Denai. Dari Dinas
Kebersihan Kota Medan hanya menyumbangkan tenaga pengelola yang masih
berstatus sebagai pegawai honorer.
3. Dalam hal pemasaran produk kerajinan daur ulang sampah yang masih terbatas
karena kurangnya dukungan dari berbagai pihak.
“Kalau awal-awal masuklah dek kayak kami ini kami sosialisasi ke rumah-rumah cuman gini susahnya ada ibu-ibu yang jam segini masak jadi malas meladeni kita ada juga orang kaya kiranya kita orang pengemis padahal kita mau mempromosikan bank sampah. Alhamdulillah, masih ada juga yang berminat” (Ulfa, salah satu staf pegawai Bank Sampah Mutiara Medan)
4.2. Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan
4.2.1. Latar Belakang dan Sejarah
Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan merupakan
program antara Pemerintah Kota Medan dengan Pemerintah Kota Kitakyushu
Jepang melalui program Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Sampah Kota Medan
yang mulai berjalan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016
Pemerintah Kota Kitakyushu Jepang yang diwakili oleh JICA bersama
Sinryo Cooperation mendirikan Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang
Belawan Medan yang berlokasi di satu lahan milik Pemerintah Kota Medan di
Kelurahan Belawan Sicanang yang terdiri dari dua bangunan utama, Rumah
Kompos dan Bank Sampah.
Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan diresmikan
oleh Walikota Medan, Bapak Drs. Dzulmi Eldin, M.Si, pada tanggal 8 Desember
2014 hingga saat ini Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan
Medan telah melakukan pelayanan pembelian dan pengolahan sampah organik
dan sampah anorganik. Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Medan
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kelurahan Belawan Sicanang
Kecamatan Medan Belawan Nomor : 19 / SK-BS / XII / 2014.
Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan telah
melakukan berbagai kegiatan yaitu pengelolaan sampah organik yang berasal dari
perbulannya sebanyak 3-9 ton sedang sampah anorganik yang dikelola berasal
dari hasil produk bank sampah skala lingkungan. Saat ini sebanyak 40 unit bank
sampah telah menjadi nasabah dengan total nasabah 1.098 orang. Kemudian
sebanyak 525 rumah tangga yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang juga telah
mendapat pelatihan pembuatan kompos skala rumah tangga dengan metode
Takakura.
“Kami ya, sebenarnya untuk karna sicanang ini terlalu kotor sampah berserakan dimana mana. Jadi inisisatif kami membersihkan ini ,untukmelakukan ada bank sampah, untuk kebersihan di sicanang ini bagaimana supaya bersih. Karna bagaimana kami harus mengarahkan masyarakat untuk mengelola sampahnya.”(Suryani Tanjung,48 tahun, staf Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang)
Foto. 20: Halaman depan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk
Sicanang
Foto. 21: Lingkungan sekitar Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk
Sicanang
Sumber: dokumentasi penulis
Rumah Kompos dan Bank Sampah merupakan salah satu usaha mandiri
yang dilakukan masyarakat secara langsung bertujuan mengurangi tibulan sampah
yang dibuang ke TPA atau ke tempat lain. Rumah Kompos dan Bank Sampah
juga memberikan peluang pemanfaatan sampah organik dan sampah anorganik
menjadi nilai ekonomi.
Keluarahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
sejak tahun 2013 sudah melakukan kegiatan pemilahan dan pemanfaatn sampah
melalui program bank sampah bersama Badan Lingkungan Hidup Kota Medan
Unilever Indonesia melalui berbagai pelatihan. Pada tahun 2013, telah terbentuk 3
bank sampah skala lingkungan, tahun 2014 terbentuk 10 bank sampah skala
lingkungan dan tahun 2015 terbentuk 30 bank sampah yang dikelola mandiri oleh
kelompok masyarakat.
Permasalahan utama dari kelompok bank sampah skala masyarakat adalah
kepastian pengangkutan dan pembelian sampah hasil setoran rumah tangga yang
telah melakukan pemilahan. Hal ini menghambat perkembangan bank sampah.
Berdasarkan hal inilah maka dibangunlah Rumah Kompos dan Bank Sampah
Induk dimana salah satu tujuannya menjamin pengangkutan dan pembelian
sampah dari bank sampah skala unit organik maupun sampah anorganik sehingga
tujuan akhir dari pengelolaan sampah swadaya masyarakat ini mampu menjadikan
lingkungan bersih, sehat, dan berwawasan lingkungan dan tentu saja
meningkatkan pendapatan keluarga.
Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan memiliki
beberapa layanan yang ditujukan kepada masyarakat diantaranya:
1. Mengelola sampah organik dari pasar yang ada di Kota medan untuk dijadikan
Kompos.
2. Pusat informasi dan pelatihan bagi masyarakat maupun institusi pemerintah
yang ingin belajar dan melakukan pengelolaan sampah seperti pembuatan
3. Melayani penjemputan dan pembelian sampah anorganik produksi bank
sampah skala lingkungan baik yang dikelola masyarakat, perusahaan swasta,
maupun pemerintah.
Selain itu, ada juga beberapa kelompok masyarakat yang bisa bergabung
menjadi nasabah dan melakukan penyetoran sampah Rumah Kompos dan Bank
Sampah Sicanang Belawan Medan:
1. Kelompok Bank Sampah Skala Lingkungan.
2. Toko atau usaha retail.
3. Kantor atau perusahaan swasta.
4. Instansi pemerintah.
5. Sekolah.
6. Rumah ibadah.
4.2.2.Struktur Organisasi
Pembina : Walikota Medan
Camat Medan Belawan
Lurah Belawan Sicanang
STM Bank Sampah Sicanang
Badan Lingkungan Hidup Kota Medan
Direktur : Arnawati Chaniago
Sekretaris : Syahdan
Bendahara : Painik
Divisi Operasional : Ernita Br. Napitupulu
Divisi Produksi : Suryani Tanjung
Dadap Sahputra
Rinaldo Siregar
Divisi Pemberdayaan : Deddy Hutagalung, Chandra Wiguna
Dan Pengumpulan
Sampah
Foto. 22: Struktur Kepengurusan Rumah Kompos dan Bank Sampah
Sama halnya dengan Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang
Belawan Medan juga melakukan berbagai upaya untuk dapat mengenalkan apa itu
bank sampah dan bagaimana cara mengelola sampah dengan baik kepada
masyarakat. Pendekatan kepada masyarakat yang dilakukan kepada masyarakat
dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat dan sekaligus memberikan
pengarahan tentang mengelola sampah dengan baik. Selain itu, pihak Rumah
Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan juga sering mengadakan
pelatihan dan mengundang seluruh masyarakat untuk hadir, walaupun tidak senua
juga masyarakat yang hadir karena pengetahuan tentang sampah massih kurang.
Kemudian, pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan
Medan juga membuat suatu acara yang nantinya dibayar dengan sampah tentu ini
semata mata untuk menarik perhatian masyarakat supaya mau bergabung pada
Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan untuk mengelola
sampahnya. Selain itu dari Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan
Medan tetap juga melakukan koordinasi dengan pihak kelurahan setempat dalam
melakukan upaya pendekatan kepada masyarakat.
Jumlah nasabah saat ini mengalami peningkatan dikarenakan masyarakat
sangat antusias dalam berpartisipasi untuk Rumah Kompos dan Bank Sampah
Induk Sicanang. Awal pembentukannya memang jumlah nasabahnya hanya
berjumlah 10 nasabah, seiring berjalannya waktu maka jumlah nasabah
mengalami peningkatan. Jumlah nasabah tersebut tersebar dari 40 unit kelompok
4.2.3. Sistem Manajemen Peengolahan Sampah di Rumah Kompos dan Bank
Sampah Induk Sicanang Medan
Seperti kompos, bahan-bahan didapatkan berasal dari sampah sisa-sisa
makanan seperti nasi ataupun sayur atau dikenal sampah organik, dan juga dari
pusat pasar yang ada di Kota Medan. semuanya dikumpulkan menjadi satu. Tentu
bukan hanya itu saya bahan untuk membuat kompos. Mereka juga menambahkan
sebuah bahan campuran seperti dedak, kulit padi atau jerami padi yang mereka
beli dari menjual bahan tersebut. Untuk membeli bahan tersebut dibutuhkan
dengan modal yang lumayan besar dikarenakan membutuhkan biaya yang cukup
mahal untuk menghasilkan kompos yang baik untuk tanaman.
Kompos dibuat dari sampah makanan masyarakat dan sampah sampah
pajak itu dengan perbandingan 1:1 dengan dedak ragi tempe dan ragi tape. Kalau
sayur 1(satu) keranjang dedak hanya 1(satu) ember hitam kecil, kemudian ragi
tape 2 biji ragi tempenya 1 bungkus bagi 4 jadi seperempatnya dimasukkan jadi
satu lalu diaduk. Setelah fermentasi 3 hari baru dicacah 4 ton 800 ribu. Di Rumah
Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan kompos tidak diproduksi
setiap hari melainkan sekali seminggu dengan alasan keterbatasan tempat dan
petugasnya dan juga biayanya. Setelah kompos selesai tidak langsung dapat
digunakan melainkan ditunggu hingga dua minggu kedepan supaya fermentassi
dalam kompos tersebut dapat menjadi baik dan dapat digunakan untuk tanaman.
Di Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan Medan kompos dapat
diproduksi hingga 4 ton sekitar 70 buah karung. Kompos-kompos yang ada disini
kompos tersebut. Pemasaran dari hasil pembuatan kompos ini masih disekitar
masyarakat dengan harga lima ribu rupiah per kilogramnya. Ini belum bisa
dipasarkan ke pasaran karena masih belum memiliki standar nasionalnya jadi
harus menunggu hal itu.
Foto. 23: Kompos yang diolah
Foto. 24: Kompos hasil olahan
Foto. 25: Mesin Pembuat Kompos
Sumber: dokumentasi penulis
Selain pupuk kompos,Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang
Belawan Medan juga menghasilkan beberapa produk hasil kerajinan daur ulang
sampah yang tentunya bernilai ekonomis. Sebelumnya nasabah menjual barang
barang bekassnya ke Rumah Kompos dan Bank Sampah Sicanang Belawan
Medan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pihak Rumah Kompos dan Bank
Sampah Sicanang Belawan Medan. barang barang tersebut ditimbang lalu di
hitung jumlahnya dan dikonversikan ke rupiah dan dicatat ke dalam buku
tabungan nasabah.
Foto. 26: Daftar harga barang bekas
Sampah – sampah yang masuk ke Rumah Kompos dan Bank Sampah
Induk Sicanang selanjutnya dilakukan kegiatan pemilahan sampah. Kegiatan
pemilahan sampah dilakukan berdasarkan jenis sampah seperti kertas, kardus,
botol plastik, plastik kresek, tembaga, aluminium, kaleng makanan dan kaleng
minuman, dan sebagainya. Semuanya harus dipisahkan agar mempermudahkan
proses selanjutnya. Kemudian, barang barang sampah yang dapat di olah kembali
dijual ke pabrik-pabrik yang telah menjalin kerja sama dengan pihak Rumah
Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang. Untuk jenis sampah yag terbuat dari
plastik dibawa ke pabrik milik seseorang khusus bagian penggilingan. Untuk jenis
besi di bawa ke pabrik Ground Sumatera yang berada di sekitar kawasan mabar
Belawan Medan.
Mengenai masalah harga jual barang disesuaikan dengan harga di pabrik
tempat menerima barang-barang sampah tersebut. Jika dalam keadaan hari raya
besar, maka harga jual barang menurun sesuai dengan permintaan pabrik. Dengan
begitu, maka pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang segera
memberitahukan kepada nasabahnya supaya jelas mengenai harga-harga jual
barang-barang sampah tersebut. Jumlah barang-barang sampah yang dijual oleh
pihak Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang sebulan sekali karena
menunggu jumlah setoran dari nasabah. Jumlah sampah yang disetorkan untuk
dijual ke pabrik sebanyak dua (2) sampai tiga (3) ton per bulannya tergantung
penyetoran sampah oleh nasabah itu sendiri. Barang – barang tersebut diantar
langsung oleh Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang ke
Induk Sicanang sebelumnya. Tapi kalau pabrik penggilingan mereka yang datang
Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang untuk mengambil barang –
barang sampah.
Foto. 27: Barang sampah dari nasabah