• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampung Susuk (Etnografi Mengenai Kehidupan Pemukim di Pinggiran Kampus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kampung Susuk (Etnografi Mengenai Kehidupan Pemukim di Pinggiran Kampus)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Umum Kota Medan

Perkembangan Kota Medan sebagai kota metropolitan sekaligus kota paling

maju di Pulau Sumatera berbanding lurus dengan gerak laju pertumbuhan

penduduknya. Bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan bukan hanya disebabkan

oleh pertumbuhan ekonomi yang memancing masyarakat luar untuk datang ke Kota

Medan tetapi juga karena kualitas pendidikan Kota Medan yang lebih baik daripada

yang ada di daerah sekitarnya.

Pertambahan jumlah penduduk yang selalu terjadi tiap tahunnya tentu

merubah kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Lokasi yang semakin sempit sudah

pasti merubah cara hidup masyarakatnya. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus

ibukota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan

cukup penting dan strategis secara regional. Kota Medan sering digunakan sebagai

barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan

langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan

kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

(2)

potensi kerja yang cukup banyak. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya

yang relatif besar dimana tahun 2015 diperkirakan telah mencapai 2.583.156 jiwa.

Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor

tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat

perdagangan, keuangan dan pendidikan baik regional maupun nasional.

Secara administratif wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan

Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang

diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli

Serdang yang merupakan salah satu daerah kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA),

Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya, secara geografis Kota

Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli

Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing

Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara

ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar,

saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan

yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang

dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Hari lahir

kota Medan adalah 1 Juli 15904, sampai saat ini usia kota Medan telah mencapai 424

(3)

Tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari historis yang panjang,

dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus,

Kota Medan berkembang semenjak Guru Patimpus membangun kampung tersebut,

Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan

seorang puteri Datuk Pulo Brayan.

Dalam bahasa Karo kata Guru berarti “Tabib“ atau “Orang Pintar“, kemudian

kata “Pa“ merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan

seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan., bungkus atau balut. Maka

dengan demikian, nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang

memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan

untuk membawa barang bawaannya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada

15/September2015)

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan

oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan

Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera

Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah

menjadi Gubernemen yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara

historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisiskannya menjadi jalur lalu

lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan

Batubara, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan

(4)

tembakau dalam awal perkembangannya, yang telah mendorong berkembangnya

Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan sejak masa lalu.

Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peran para pendatang asing yang

datang ke Medan sebagai pedagang ataupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai

pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marylan telah

menjadi cikal-bakal pertumbuhan Kota Medan. Nienhuys pada proses perkembangan

perkebunan tembakau telah memindahkan pusat peragangan tembakau miliknya ke

Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal sebagai Kawasan Gaharu.

Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan di Kota Medan

seperti saat sekarang ini, sedangkan dijadikannya Medan menjadi Ibukota dari Deli

juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai

saat ini selain merupakan suatu wilayah kota juga sekaligus Ibukota Sumatera Utara.

Gambaran Kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai keberadaan Kota

Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini, sebagai pusat

pemerintahan kota Medan yang memiliki 21 daerah kecamatan dan 151 daerah

kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/September/2015).

Dari 21 kecamatan tersebut, hanya satu kecamatan saja yang dipilih menjadi fokus

lokasi penelitian yakni Kecamatan Medan Selayang. Pemilihan tersebut dikarenakan

lokasi Kampung Susuk yang menjadi lokasi penelitian berada di Kelurahan Padang

(5)

2.2. Letak Geografis Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Kelurahan Padang Bulan Selayang I termasuk wilayah Kecamatan Medan

Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Padang

Bulan Selayang I sekitar 8930 Ha. Jarak antara Kelurahan Padang Bulan Selayang I

dengan Kecamatan sekitar 3 km. Untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan

Selayang I sangat mudah, karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I terletak di

pinggiran jalan Lintas. Biasanya untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan

Selayang I dapat menggunakan kendaraan roda empat, sebagian juga menggunakan

roda dua.

Sesuai dengan data yang diperoleh dari Kepala Kelurahan Padang Bulan

Selayang I bahwa kelurahan tersebut tergolong Desa Swasembada, yaitu Lingkungan

yang berkemampuan untuk berkembang sendiri. Sesuai dengan keberhasilan dalam

melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan tujuan Pembangunan Kelurahan. Secara

geografis letak Kelurahan Padang Bulan Selayang I mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Bulan II dan Tanjung Sari

(6)

2.2.1. Tata Guna Tanah

Sebahagian besar luas tanah di Kelurahan Padang Bulan Selayang I ini

dipergunakan untuk dan sebagian Lahan Perumahan.

Tabel 1 : Tata Guna Lahan Tahun 2010

No. Tata Guna Tanah Luas Ha

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2010

Tabel 2 : Tata Guna Lahan Tahun 2015

No. Tata Guna Tanah Luas Ha

(7)

Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa keadan daerah Kelurahaan Padang Bulan

Selayang I sebahagian besar dipergunakan untuk areal Perumahan sekitar 2.840 Ha,

kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 3.000 Ha, atau kira-kira 50% dari luas

wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang I dipergunakan untuk Perumahan. Luas

lahan yang dipergunakan untuk perumahan tersebut biasanya diambil dari lahan

pertanian. Sehingga seperti pada Table 2 terlihat bahwa lahan pertanian menyusut

luasnya.

2.2.2. Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Setiap organisasi memerlukan struktur organisasi yang baik dan teratur dalam

mencapai tujuannya. Struktur organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal

yang dikelola dalam kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses

manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek

manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek

penyelenggaraan organisasi dan manajemen yang mempunyai hubungan-hubungan

antara komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan.

Suatu struktur organisasi merinci struktur wewenang, pembagian aktivitas

kerja sehingga setiap personil mengetahui pembagian aktivitas kerja sehingga setiap

personil mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing serta menunjukkan

bagaimana tingkatan aktivitas berkaitan stu sama lainnya. Struktur organisasi

menunjukkan garis perintah maupun jalur komunikasi formal yang pada tingkat

tertentu memiliki spesialisasi dari aktivitas kerja sehingga tercipta suatu team kerja

(8)

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian. Struktur organisasi yang

tepat dan teratur memberikan stabilitas dan kontuinitas yang memungkinkan

organisasi berhasil mencapai tujuannya.

Struktur organisasi pemerintah Kelurahan terdiri dari 2 (dua) pola pemerintah

yaitu pemerintahan pola minimal dan pola maksimal. Susunan organisasi pemerintah

Kelurahan pola minimal terdiri atas:

1. Sekretaris Kelurahan terdiri dari :

a. Urusan Pemerintahan

b. Urusan Pembangunan

c. Urusa Umum

2. Lingkungan

Sedangkan susunan organisasi pemerintahan Kelurahan pola maksimal terdiri atas:

1. Sekretariat Kelurahan terdiri dari:

a. Urusan Pemerintahan

b. Urusan ketentraman dan Ketertiban

c. Urusan Pembangunan

d. Urusan Kesejahteraan Rakyat

e. Urusan Umum

2.3. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 sebanyak

10.864 jiwa yang terdiri dari :

(9)

- Jumlah Pria : 5.233 Jiwa

- Jumlah Wanita : 5.631 Jiwa

- Kewarganegaraan : - Warga Negara Indonesia 10.800 jiwa

- Warga Negara Asing : 64 jiwa

Adapun perincian keadaan–keadaan Kelurahan Padang Bulan I menurut

kelompok mulai dari umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa

1. 04 – 06 600

2. 07 – 12 1.050

3. 13 – 18 3.500

4. 16 – 18 1.600

5. 19 Ke atas 3.000

Jumlah 9.750

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Tahun 2010

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun 2015

No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa

1. 04 – 06 735

2. 07 – 12 1.117

3. 13 – 18 3.801

4. 16 – 18 1.896

5. 19 Ke atas 3.315

Jumlah 10.375

(10)

Dari Tabel 3. jumlah penduduk tertinggi pada usia pendidikan adalah tingkat

umur 13 – 18 tahun yaitu 3.500 jiwa, kemudian meningkat pada Tahun 2015

mengacu pada Tabel 4 menjadi 3.801 jiwa.

Jumlah penduduk menurut usia tenaga kerja sebagai berikut:

• 20 – 26 tahun : 798 jiwa • 27 – 40 tahun : 1.372 jiwa

Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I

ada yang tergolong pendidikan cukup sedang rata-rata masyarakatnya sudah

mencapai tamatan SLTP, SLTA, juga Sarjana. Yang mana jumlah penduduk menurut

jenis pendidikan adalah sebagai berikut:

• Landasan Pendidikan Umum : 3.374 jiwa

• Landasan Pendidikan Khusus : 240 jiwa

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun 2010

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Taman Kanak-kanak 30

2. Tamatan SD 200

3. Tamatan SMP 350

4. Tamatan SMA 700

5. Tamatan Akademi/Diploma 750

6. Tamatan Sarjana 900

Jumlah 2.930

(11)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun 2015

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Taman Kanak-kanak 25

2. Tamatan SD 250

3. Tamatan SMP 400

4. Tamatan SMA 800

5. Tamatan Akademi/Diploma 950

6. Tamatan Sarjana 974

Jumlah 3.374

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Untuk jenis pendidikan khusus dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Adalah

sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2010

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Pondok Pesantren 40

2. Madrasah 60

3. Sekolah Luar Biasa 25

4. Kursus 50

Jumlah 175

(12)

Table 8. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2015

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Pondok Pesantren 60

2. Madrasah 50

3. Sekolah Luar Biasa 45

4. Kursus 80

Jumlah 240

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

2.3.1. Jenis dan Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebahagian besar adalah sebagai karyawan

karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I memiliki luas wilayah areal perumahan

yang luas, dan yang lainnya sebagai wiraswasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya

jenis dan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2010

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

1. Karyawan/PNS 900

2. Wiraswasta 600

3. Petani 150

4. Pensiunan 15

5. Jasa 10

(13)

Table 10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Padang Bulan

Selayang I sebahagian besar mata pencahariannya dari hasil Perkantoran atau sekitar

900 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2015 seperti pada Tabel 10 sebesar 982.

Sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai Petani pada tahun 2010 sebesar 150

jiwa, pada tahun 2015 berkurang menjadi 95 jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya

lahan pertanian yang sudah berubah menjadi perumahan. Masyarakat yang dulunya

bertani saat ini sebagian sudah memiliki pekerjaan lain, ada yang membuka usaha

laundry ada juga yang menjadi pengusaha kos-kosan karena menjual lahannya,

namun ada pula yang menjadi tukang becak karena lahan pertanian yang dikelolanya

dulu memang adalah milik swasta.

No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

1. Karyawan/PNS 982

2. Wiraswasta 700

3. Petani 95

4. Pensiunan 35

5. Jasa 10

(14)

2.4. Sejarah Singkat Kampung Susuk

Nama Kampung Susuk berasal dari nama desa yang ada di Kecamatan

Tiganderket yang berada di Tanah Karo yang bernama Desa Susuk. Pada awal zaman

penjajahan Belanda, suku bangsa Karo yang berasal dari Desa Susuk di Tanah Karo

ingin tinggal di wilayah kekuasaan Belanda dan salah satunya adalah daerah yang

sekarang bernama Kampung Susuk. Daerah tersebut dahulu merupakan perkebunan.

Setelah suku bangsa Karo menetap di wilayah jajahan Belanda, mereka membuat

suatu pemukiman yang dahulunya berlokasi di pusat Susuk V (lima). Perolehan

wilayah tersebut akibat pihak Belanda meninggalkan wilayah tersebut dan mencari

daerah yang lebih strategis lagi di tempat lain.

Seiring perjalanan waktu penduduk suku bangsa Karo menjadi lebih banyak

dan meluas hingga membentuk suatu kampung dan dengan kesepakatan bersama

diberi nama ’Kampung Susuk’. Penduduk Kampung Susuk pada awalnya ditempati

oleh masyarakat asli dari Desa Susuk yang ada di Tanah Karo. Seiring perjalanan

waktu, akhirnya Kampung Susuk dihuni oleh beraneka ragam suku bangsa.

Walaupun demikian, suku bangsa Karo masih dominan bila dibandingkan dengan

suku bangsa yang lainnya.

Jumlah luas areal di daerah Kampung Susuk sekitar 45 hektar. Bila memasuki

wilayah Kampung Susuk pasti akan terlihat banyak rumah-rumah yang dikontrakkan

atau dikoskan. Alasanya karena daerah Kampung Susuk merupakan daerah yang

sangat strategis menurut mahasiswa USU. Jarak yang sangat dekat terhadap

(15)

tinggal sementaranya di lokasi Kampung Susuk. Akibat banyaknya rumah yang

disewakan maka tidak heran di sepanjang jalan banyak terdapat rumah makan, rental,

warnet dan warung yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Daerah Kampung Susuk juga dipenuhi sawah-sawah yang cukup lumayan

luas. Bila memasuki wilayah susuk VIII (delapan) dan seterusnya maka dapat terlihat

daerah persawahan yang sangat indah dan seakan-akan berada di suatu daerah

pedesaan. Di daerah Kampung Susuk memang masih terdapat daerah pertanian,

walaupun dapat dikatakan sebagai pertanian di tengah kota. Dengan adanya daerah

persawahan maka Kampung Susuk sangat asri bila di lihat. Dengan banyaknya

penduduk yang ada di daerah Kampung Susuk dengan berbagai suku bangsa

ditambah dengan berbagai macam mahasiswa dari berbagai suku bangsa dan dengan

latar belakang yang berbeda, membuat daerah Kampung Susuk menjadi ramai dan

multietnis.

Suku bangsa yang ada di daerah tersebut terdiri dari suku bangsa Karo,

Minangkabau, Jawa, Toba, Simalungun, Aceh, Tapanuli Selatan, dan Nias. Suku

bangsa Nias di daerah Kampung Susuk cukup lumayan banyak sekitar 30 KK

(Kepala Keluarga). Masing-masing suku bangsa Nias di daerah Kampung Susuk

saling membentuk komunitasnya sendiri. Di Kampung Susuk mereka juga menyebar,

antara lain di Susuk II, III, VI, VII, dan VIII. Di antara daerah tersebut suku bangsa

Nias paling banyak di daerah susuk VII dan VIII.

Lingkungan area hunian terbentuk karena adanya proses pembentukan tempat

(16)

dan pengaruh setting (tata letak). Pola tersebut boleh bersifat fisik dan non fisik

(sosial budaya) yang secara langsung mempengaruhi pola aktivitas dan proses

perletakan. Suatu kawasan di perkotaan ada yang memiliki kumpulan orang dari desa

yang berasal dari suku bangsa yang sama. Kumpulan orang tersebut membentuk

suatu desa di kota yang proses pembentukannya memiliki kaitan dengan keadaan

sosial dan budaya dari desa asal mereka. Desa yang terbentuk di perkotaan ini

dinamakan kampung kota. Ruang tempat kehidupan suatu kumpulan masyarakat di

kampung kota ini merupakan ruang yang terjadi sebagai wujud peralihan dari desa

dan kota. Tata cara dalam ruang tersebut masih terbawa ke kota. Padahal pada saat

bersamaan mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara hidup orang

kota.

Kampung kota merupakan kenyataan sosial-budaya yang terjadi di kota-kota

di Indonesia yang sudah menggenal sejak kerajaan Hindia Belanda. Definisi yang

tepat pada awal abad ke-20 adalah pemukiman pribumi yang masih meneruskan

tradisi desa asalnya sekalipun tinggal di kota. Saat ini kampung kota lebih dekat

pengertiannya sebagai suatu sistem pemukiman yang struktur sosial, budaya dan

ekonominya tidak terorganisir dalam suatu sistem kelembagaan formal. Pemukiman

tersebut tumbuh di kawasan kota tanpa pencerahan infrastruktur dan jaringan

ekonomi kota (Marpaung, 2009).

Dari segi ekonomi suku bangsa Nias bermata pencaharian sebagai tukang

becak dan pemungut barang bekas (tukang butut). Di daerah Kampung Susuk sendiri,

(17)

bangsa Karo sebagai tukang becak yang sudah menetap dan sekaligus sebagai

masyarakat asli penduduk setempat.

2.4.1. Kependudukan dan Komposisi Berdasarkan Suku Bangsa, Agama, dan Pendidikan

Penduduk daerah Kampung Susuk dihuni oleh beberapa suku bangsa, yakni:

suku bangsa Karo, Toba, Tapsel, Jawa, Nias, Simalungun, Aceh, dan Minangkabau.

Suku bangsa Karo merupakan penduduk asli Kampung Susuk sementara suku bangsa

lainnya merupakan kelompok masyarakat pendatang. Saat ini penduduk daerah

Kampung Susuk mayoritas bersuku bangsa Karo. Suku bangsa Karo memiliki jumlah

yang banyak disebabkan oleh suku bangsa yang menempati daerah Kampung Susuk

pertama kali adalah suku bangsa Karo.

Komposisi penduduk di Kampung Susuk berdasarkan suku bangsa dapat di

lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 11 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2010

No. Suku Bangsa Jumlah Jiwa

(18)

Table 12 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2015

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Berdasarkan pada Tabel 12 di atas komposisi penduduk berdasarkan suku

bangsa di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang terbanyak adalah suku bangsa

Batak, namun lain halnya dengan suku bangsa yang terbanyak di lingkungan IX

(Kampung Susuk) adalah suku bangsa Karo dibandingkan dengan suku bangsa

lainnya. Disusul dengan suku bangsa lainnya yang dianggap sebagai suku bangsa

pendatang seperti suku bangsa Batak, Tapsel, Aceh, Simalungun, Minangkabau, dan

Nias.

Suku bangsa Karo memiliki jumlah yang banyak diakibatkan suku bangsa

Karo merupakan masyarakat asli yang pertama kali menempati daerah Kampung

Susuk sejak Belanda meninggalkan wilayahnya. Suku bangsa Batak memang cukup

banyak setelah suku bangsa Karo di Kampung Susuk. Selain suku bangsa Batak

(19)

berada di Kampung Susuk yang mayoritas bersuku bangsa Batak. Sama halnya dari

segi agama, penduduk di Kampung Susuk juga berbeda dengan jumlah agama

terbanyak di Kelurahan. Jumlah agama tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2010

No. Agama Jumlah Jiwa

1. Islam 2.160

2. Kristen Protestan 3.200

3. Kristen Katolik 1.160

4. Budha 200

5. Hindu 5

Jumlah 6.725

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

Table 14 : Komposisi Penduduk Berdasarkan AgamaTahun 2015

No. Agama Jumlah Jiwa

1. Islam 2.464

2. Kristen Protestan 3.297

3. Kristen Katolik 1.199

4. Budha 217

5. Hindu 8

Jumlah 7.185

(20)

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Padang Bulan

Selayang I lebih banyak beragama Islam, namun lain halnya dengan daerah Kampung

Susuk jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan dengan agama

yang lainnya. Faktor lebih banyaknya agama Kristen Protestan pertama dibawa oleh

suku bangsa Karo yang ada di tanah Karo yang lebih dahulu mendapat agama

tersebut dari misionaris dari luar yang menyebarkarkan injil.

Suku bangsa Karo, Batak dan Nias lah yang membuat penduduk daerah

Kampung Susuk mempunyai jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak

dibandingkan dengan agama lainnya. Selain daripada masyarakat yang menetap di

daerah Kampung Susuk. Jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak akibat

ditambahnya anak kos yang menempati wilayah Kampung Susuk yang mayoritas

juga beragama Kristen Protestan. Semua hal inilah yang menyebabkan Kampung

Susuk mempunyai jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah agama yang lainnya.

Dari usianya penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I dengan Kampung

Susuk memiliki jumlah yang tidak berbeda jauh dalam hal produktif usia muda dan

usia lebih tua dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Table 15 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

No. Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

(21)

2.

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas jumlah komposisi usia dan jenis kelamin wanita

lebih besar dibandingkan dengan jumlah komposisi usia dan jenis kelamin laki-laki.

Jumlah komposisi wanita 5.155 jiwa dan komposisi laki-laki adalah 5.030 jiwa.

Jumlah usia produktif dengan jumlah golongan tua berbeda jauh. Jumlah golongan

tua lebih banyak dibandingkan dengan jumlah usia produktif. Sama halnya dengan

jumlah Kampung Susuk, jumlah golongan tua lebih banyak dibandingkan dengan

(22)

2.4.2. Organisasi Kemasyarakatan

Penduduk daerah Kampung Susuk umumnya dikategorikan dengan suku

bangsa Batak dengan sub-etnik yang beragam, antara lain : Karo, Toba, Tapanuli

Selatan, Simalungun, Aceh, Minangkabau, dan Jawa. Sistem kekerabatan penduduk

daerah Kampung Susuk mengikuti garis keturunan laki-laki atau patrilineal. Dalam

berkomunikasi, biasanya masyarakat daerah Kampung Susuk memakai bahasa Karo.

Hal ini dikarenakan penduduk daerah Kampung Susuk mayoritas berasal dari suku

bangsa Karo.

Dalam meningkatkan komunikasi atau silaturahmi, warga desa Kampung

Susuk maka mereka membentuk atau mengikuti suatu organisasi. Dalam

Undang-undang yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah suatu organisasi

yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara

sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam

rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) yang berdasarkan Pancasila

(www.theceli.com/dokumen/produk/1985/8-1985.htm).

Terdapat dua jenis organisasi sosial yang berada di daerah Kampung Susuk,

yaitu lembaga agama dan lembaga umum. Pertama, lembaga agama terdiri dari Islam

dan Kristen (terbagi lagi dalam beberapa aliran) dan Khatolik. Masing-masing agama

tersebut memiliki struktur dan lembaga, serta organisasi pemuda. Adapun rumah

(23)

masjid. Organisasi keagamaan di gereja terdiri dari Mamre (kumpulan jemaat bapak

– bapak di dalam gereja), Moria (kumpulan jemaat ibu-ibu di dalam gereja), Permata

(Kumpulan muda-mudi di dalam gereja), KA/KR (Kumpulan anak/remaja di dalam

gereja), PJJ (Pulung Jabu-Jabu) = Kebaktian dalam rumah tangga dalam jemaat

gereja. Sedangkan bagi yang beragama Islam seperti adanya pangajian ibu-ibu,

pengajian bapak-bapak dan wirit.

Organisasi kedua adalah lembaga umum. Lembaga umum yang dimaksud

adalah sebuah wadah atau perkumpulan yang mengurusi kepentingan umum, seperti

STM (Serikat Tolong Menolong), Kelompok Tani dan perangkat desa lainnya.

Lembaga umum pertama yaitu STM sedikit berbeda dengan perbedaan satu sama

lain, misalnya STM yang bergama Islam berbeda dengan STM Yang beragama

Kristen (Protestan dan Khatolik). Lembaga umum di atas memiliki struktur dan

kelembagaan yang diakui oleh masyarakat daerah Kampung Susuk.

Walaupun dalam hal ini organisasi kemasyarakatan dibedakan berdasarkan

dari agama, namun organisasi ini tetap terus berjalan di wilayah Kampung Susuk dan

sama-sama saling mendukung agar semua dapat aktif digunakan sebagai salah satu

wadah untuk mengekspresikan diri. Organisasi kemasyarakatan di daerah Kampung

Susuk pada saat ini masih terus berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing dan

(24)

2.4.3. Sarana dan Prasarana Tabel 16 : Sarana Ibadah

No. Jenis Sarana Ibadah Jumlah Kondisi Rusak/Baik

1. Masjid 5 Baik

2. Langgar/Surau/Mushola 2 Baik

3. Greja Kristen Protestan 4 Baik

4. Greja Katolik 1 Baik

5. Vihara - -

6. Pura - -

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 16 di atas terlihat jumlah tempat peribadatan di Kelurahan

Padang Bulan Selayang I cukup sedikit untuk sebuah satu kelurahan. Di daerah

Kampung Susuk sendiri terdapat 1 (satu) buah gereja dan 1 (satu) buah masjid yang

masih dalam tahap pembuatan dan renovasi baru. Gereja yang ada di daerah

Kampung Susuk adalah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dimana gereja tersebut

adalah sebuah gereja suku Karo yang beraliran Kristen Protestan.

Keberadaan gereja tersebut dikarenakan penduduk masyarakat di Kampung

Susuk lebih bayak suku bangsa Karo. Setiap hari minggu pagi di dalam gereja

berbahasa Indonesia, biasanya dipakai oleh mahasisiwa dari berbagai suku bangsa,

(25)

Table 17 : Sarana dan Prasarana Pendidikan

No. Jenis Prasarana Keterangan

Jumlah Kondisi

1. Perguruan Tinggi - -

2. SLTA/Sederajat 2 Baik

3. SLTP/Sederajat 2 Baik

4. SD/Sederajat 3 Baik

5. TK 2 Baik

6. TPA/Sederajat 2 Baik

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 17 di atas sarana pendidikan di Kelurahan Padang Bulan

Selayang I sudah dikatakan lengkap, hanya saja tidak terdapat perguruan tinggi,

namun khusus di daerah Kampung Susuk sendiri sarana pendidikan belum tersedia

atau tidak ada sama sekali. Kampung Susuk sendiri merupakan lingkungan IX

(sembilan) di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang wilayahnya hanya sekitar 45

hektar. Dengan lebar wilayah tersebut kurang cocok bila di bangun sarana pendidikan

Gambar

Tabel 1 : Tata Guna Lahan Tahun 2010
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keywords: biomimetic pattern recognition, hyper sausage neuron, writer identification, united moment invariants, aspect united moment

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Hadits ini menerangkan bahwa seorang insan hendaknya menawarkan putrinya atau yang lain kepada orang yang dia nilai baik dan

Our goal in writing Involvement parent program for teachers is to empower you to be a more successful teacher by showing you how to get the support you need

1) Selain dari pada dalam Pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menjadikan sakit atau halangan untuk melakukan jabatan atau pekerjaan sebagai penganiayaan

Peraturan Rektor Tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri Semarang, bab I (Ketentuan Umum) pasal 1 ,

Pihak UNNES juga perlu memberitahukan kepada sekolah latihan terkait dengan hak dan kewajiban yang harus diperoleh mahasiswa praktikan sehingga dapat memperlancar kegiatan

Aplikasi situs pariwisata ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada wisatawan Nusantara dan Manca negara yang akan berwisata ke pulau Sumatera Utara agar dapat mencapai

Hendro Gunawan, MA